• Tidak ada hasil yang ditemukan

FINANCIAL DISTRESS PADA PERSPEKTIF OPERATING CAPACITY, PROFITABILITAS DAN LEVERAGE (STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2013-2015)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "FINANCIAL DISTRESS PADA PERSPEKTIF OPERATING CAPACITY, PROFITABILITAS DAN LEVERAGE (STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2013-2015)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

91

FINANCIAL DISTRESS PADA PERSPEKTIF OPERATING CAPACITY, PROFITABILITAS DAN LEVERAGE (STUDI PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2013-2015)

Oleh:

YOGI GINANJAR*) e-mail: ginanjar.yogi@yahoo.co.id

ABSTRAK

Perusahaan yang terus menunjukkan kinerja yang menurun dikhawatirkan mengalami kondisi financial distress yang berujung pada kebangkrutan. Financial distress merupakan kondisi dimana keuangan perusahaan dalam keadaan tidak sehat atau krisis.

Penelitian ini bertujuan yaitu untuk mengetahui dan memperoleh bukti empiris tentang Financial Distress pada Perspektif Operating Capacity, Profitabilitas, Leverage pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015.

Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif dan verifikatif dengan metode survey. Sampel penelitiannya yaitu 20 perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi dengan metode purposive sampling. Alat analisis menggunakan koefisien korelasi dan koefisien determinasi. Pengujian hipotesis menggunakan uji t untuk uji parsial, dan uji F untuk uji simultan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa operating capacity mempunyai pengaruh terhadap financial distress. Sedangkan profitabilitas dan leverage tidak berpengaruh terhadap financial distress. Kontribusi Operating Capacity, Profitabilitas dan Leverage terhadap financial distress yaitu sebesar 29,1%.

Kata Kunci: Financial Distress, Operating Capacity, Profitabilitas, Leverage

*) Dosen Tetap Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Majalengka

Latar Belakang

Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) cenderung lebih mudah menarik perhatian investor, karena investor akan lebih mudah mengetahui bagaimana kinerja suatu perusahaan.

Investor akan memastikan kinerja keuangan suatu perusahaan dengan cara menganalisis laporan keuangan perusahaan.

Perusahaan yang terus menunjukkan kinerja yang menurun dikhawatirkan

mengalami kondisi financial distress yang berujung pada kebangkrutan. Financial distress merupakan kondisi dimana keuangan perusahaan dalam keadaan tidak sehat atau krisis. Menurut Fachrudin5) (2008:9), penyebab terjadinya financial distress adalah faktor ekonomi (37,1%), faktor keuangan (47,3%) dan kelalaian, malapetaka serta kecurangan (14,6%).

Peraturan BEI No I-I (2015) tentang penghapusan pencatatan (delisting) dan pencatatan kembali (relisting) saham di

(2)

92 Bursa Efek dikemukakan ada beberapa hal yang menyebabkan forced-delisting.

Pertama, emiten mengalami kondisi yang berpengaruh negatif terhadap kelangsungan usaha. Sehingga perseroan dinilai baik secara finansial, hukum maupun sebagai perusahaan terbuka tidak dapat menunjukkan indikasi pemulihan.

Kedua, saham emiten bersangkutan disuspensi di pasar reguler dan pasar tunai.

Kondisi financial distress terjadi pada PT. Davomas Abadi Tbk yang di delisting oleh BEI3) pada bulan Januari 2015, setelah sebelumnya saham emiten tersebut disuspensi hampir tiga tahun sejak Maret 2012. Saham emiten tersebut dihentikan sementara perdagangan sahamnya karena gagal melunasi utang ke PT. Heradi Utama dan PT. Aneka Suryo Agro senilai total Rp 2,93 triliun. Selain ini juga gagal membayar utang ke pemegang saham senilai Rp 319,11 milyar dan utang lainnya senilai Rp 1,26 milyar.

Kinerja emiten semakin terpuruk dimana perseroan harus menanggung kerugian bersih senilai Rp 122,14 milyar.

Operating capacity merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola aset-asetnya untuk keperluan operasi perusahaan. Jika aset perusahaan tidak bisa dimaksimalkan penggunaannya, maka pendapatan perusahaan juga tidak bisa maksimal dan akibatnya kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan atau financial distress akan semakin besar (Yeni Yustika17), 2015).

Profitabilitas menunjukkan efisien dan efektifitas penggunaan aset dalam menghasilkan laba perusahaan. Semakin besar profitabilitas maka semakin kecil probabilitas perusahaan mengalami financial distress (Orchid13), 2014).

Rasio leverage menunjukkan seberapa besar kebutuhan dana perusahaan dibelanjai dengan hutang.

Semakin besar tingkat leverage

perusahaan, akan semakin besar jumlah hutang yang digunakan. Leverage yang tinggi telah mengindikasikan suatu kondisi financial distress perusahaan, apabila tidak segera diatasi kemungkinan perusahaan mengalami kebangkrutan semakin besar (Fitri Marfungatun6), 2016).

Beberapa penelitian empiris menguji hubungan antara financial distress dengan atribut perusahaan (Orchid13), 2014; Yeni Yustika17), 2015; Ni Luh Made Ayu dkk10), 2015; Sri Rahmayani15), 2017).

Penelitian-penelitian tersebut menggunakan beberapa variabel yang dianggap memberikan pengaruh terhadap financial distress. Namun variabel- variabel tersebut masih menjadi perdebatan hingga saat ini berkaitan dengan signifikansi pengaruhnya terhadap financial distress.

Ketidakkonsistenan hasil penelitian- penelitian tersebut mendorong peneliti untuk menguji kembali faktor-faktor yang berpengaruh terhadap financial distress.

Peneliti menggunakan sampel perusahaan di sektor manufaktur. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Financial Distress pada Perspektif Operating Capacity, Profitabilitas, Leverage (Studi pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015)”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana Financial Distress pada Perspektif Operating Capacity, Profitabilitas, Leverage (Studi pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013- 2015).

(3)

93 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan memperoleh bukti empiris tentang Financial Distress pada Perspektif Operating Capacity, Profitabilitas, Leverage (Studi pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013- 2015).

Kajian Pustaka Financial Distress

Menurut Sulaeman16) (2016) bahwa

“Kondisi financial distress adalah kondisi dimana perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan terancam bangkrut”.

Financial distress didefiniskan menurut tipenya oleh Brigham dan Gapenski (Fachrudin5), 2008:2) adalah sebagai berikut:

1) Economic failure; keadaan dimana pendapatan perusahaan tidak dapat menutupi total biaya.

2) Business failure; bisnis yang menghentikan operasi dengan akibat adanya laba negatif kepada kreditur.

3) Technical insolvency; perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban lancar ketika jatuh tempo.

4) Insolvency in bankruptcy; nilai buku utang perusahaan melebihi nilai pasar aset.

5) Legal bankruptcy; perusahaan dikatakan bangkrut secara hukum jika telah diajukan tuntutan secara resmi dengan undang-undang.

Rasio yang digunakan untuk mengukur financial distress yaitu interest coverage ratio (ICR) (Abdul Halim1) 2009:213)

Operating Capacity

Operating capacity mencerminkan efisiensi operasional perusahaan (Oktita12), 2013). Operating capacity merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola aset-asetnya. Atas terpakainya aset tersebut untuk aktivitas operasi, maka akan meningkatkan produksi yang dihasilkan oleh perusahaan. Dengan meningkatnya penjualan, maka akan berdampak pada peningkatan laba yang akan diperoleh perusahaan, sehingga hal ini akan memberikan aliran kas masuk bagi perusahaan (M. Arif Hidayat9), dkk 2014).

Rasio yang digunakan untuk mengukur operating capacity yaitu total assets turnover (Irham Fahmi7), 2015:135).

Profitabilitas

Menurut Agus Sartono2) (2010:122), profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannnya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.

Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan rasio return on asset (ROA).

ROA merupakan rasio yang menunjukkan hasil atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROA memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan. Semakin besar profitabilitas maka semakin kecil probabilitas perusahaan mengalami financial distress (Orchid13), 2014).

Rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas yaitu return on assets (ROA) (Kasmir8) 2016:201):

Total Assets Turnover = Sales Total Assets

ICR = Net Profit + Interest Cost + Income Tax

Interest Cost

(4)

94 Leverage

Leverage merupakan ukuran yang dipakai dalam menganalisis laporan keuangan untuk memperlihatkan besarnya jaminan yang tersedia untuk kreditor (Irham Fahmi7), 2015:91). Leverage adalah penggunaan aset dan sumber dana (source of funds) oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham (Agus Sartono2), 2010:257).

Leverage dalam penelitian ini diukur dengan debt to equity ratio (DER) yang dapat mengukur berapa besar modal perusahaan yang dibiayai oleh kreditur.

Semakin tinggi DER semakin besar risiko yang dihadapi perusahaan dan investor karena akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi (Rai Gina14), dkk 2017).

Rasio yang digunakan untuk mengukur leverage yaitu DER (Kasmir8), 2016:157).

Kerangka Pemikiran

Manajer atau pengelola perusahaan dipercaya oleh prinsipal untuk mengelola perusahaan terutama untuk mengelola sumber daya keuangan. Namun jika manajer tidak mampu mengelola sumber daya keuangan dengan baik, maka perusahaan cenderung lebih mudah mengalami financial distress atau bahkan mengalami kebangkrutan.

Manajer dituntut untuk dapat memaksimalkan penggunaan aset-asetnya untuk kegiatan operasional perusahaan sehingga dapat meningkatkan penjualan dan menghasilkan laba perusahaan yang lebih besar. Rasio operating capacity

dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola aset-asetnya untuk keperluan perusahaan. Rasio profitabilitas dapat mengukur efisien dan efektifitas penggunaan aset dalam menghasilkan laba perusahaan.

Banyak emiten yang membutuhkan dana untuk menjalankan perusahaannya.

Salah satu sumber dana tersebut berasal dari utang kepada pihak ketiga. Manajer dituntut untuk dapat mengelola utang tersebut dengan efisien agar tingkat pengembalian lebih besar dibandingkan dengan risiko bunga yang harus dibayarkan. Rasio leverage menunjukkan seberapa besar kebutuhan dana perusahaan dibelanjai dengan hutang.

Jika perusahaan tidak mampu memaksimalkan penggunaan aset untuk kegiatan operasional dalam rangka meningkatkan penjualan dan laba perusahaan, serta perusahaan tidak mampu mengelola utang untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi, maka dikhawatirkan perusahaan akan mengalami financial distress.

Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran penelitian, maka hipotesis dalam penelitian ini yaitu:

H1: Operating capacity berpengaruh terhadap financial distress

H2: Profitabilitas berpengaruh terhadap financial distress

H3: Leverage berpengaruh terhadap financial distress

H4: Operating capacity, Profitabilitas, dan Leverage berpengaruh terhadap financial distress

Metode Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan pendekatan analisis analisis deskriptif dan verifikatif.

Return On Assets

= Earning Before Tax Total Assets

DER = Total Liabilities Total Equity

(5)

95 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi yang terdaftar di BEI berjumlah 37 Perusahaan dengan periode 2013-2015.

Sampel perusahaan yang memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:

Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangannya selama 3 tahun berturut-turut di BEI periode 2013-2015;

Mata uang laporan keuangan perusahaan menggunakan mata uang rupiah; Laporan keuangan tersebut memiliki data lengkap yang dibutuhkan setiap proksi variabel dalam penelitian ini. Sehingga sampelnya sebanyak 48 data perusahaan yang diobservasi dari periode 2013-2015.

Hasil Penelitian Dan Pembahasan Statistik Deskriptif

Tabel 1

Statistik Deskriptif Variabel Independen

Descriptive Statistics

N Min Max Mean Std. Dev

X1 48 ,26 2,61 1,20 ,462

X2 48 -,70 2,64 ,14 ,416

X3 48 ,00 1,59 ,81 ,394

Valid N (listwise)

48

Sumber: Output SPSS, diolah sendiri, 2019

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa operating capacity terendah yaitu 0,26 dan tertingginya yaitu 2,61 dengan rata-rata operating capacity sebesar 1,20.

Profitability terendah yaitu -0,70 dan tertingginya 2,64 dengan rata-ratanya yaitu 0,14. Leverage terendah yaitu 0,00 dan tertingginya 1,59 dengan nilai rata- ratanya 0,81.

Financial distress sebagai variabel dependen dalam penelitian ini menggunakan variabel dummy.

Perusahaan yang mengalami financial distress diberikan kode 1 sebanyak 11 data perusahaan dan perusahaan yang tidak mengalami financial distress diberikan kode 0 sebanyak 37 data perusahaan.

Analisis Verifikatif

1. Menilai Kelayakan Model Regresi (Goodness of Fit Test)

Tabel 2

Hasil Uji Kelayakan Model Regresi

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 2,343 8 ,969

Sumber: Output SPSS, diolah sendiri, 2019

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai statistik Hosmer and Lomeshow Goodness of Fit sebesar 2,343 dengan probabilitas signifikan 0,969 yang berarti nilainya lebih besar dari 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya model regresi yang dipergunakan dalam penelitian ini layak dipakai untuk analisis selanjutnya.

2. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)

a) Chi Square Tabel 3

Hasil Uji Kelayakan Model Regresi -2Log Likelihood Awal (Block Number 0) 51,674 -2Log Likelihood Awal (Block Number 1) 41,466 Sumber: Output SPSS, diolah sendiri, 2019

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa terjadi penurunan nilai likelihood dari 51,674 menjadi 41,466.

Hal ini menunjukkan model regresi yang lebih baik atau model yang dihipotesiskan fit dengan data. Sehingga keterkaitan antara variabel independen dengan variabel dependen semakin mempunyai hubungan.

b) Cox & Snell’s R Square dan Nagelkerke’s R Square

Tabel 4

Hasil Uji Cox & Snell’s R Square dan Nagelkerke’s R Square

Model Summary Step -2 Log

likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 41,466a ,192 ,291

a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than ,001.

Sumber: Output SPSS, diolah sendiri, 2019

(6)

96 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai Nagelkerke’s R Square yaitu sebesar 0,291. Hal ini menunjukkan bahwa 29,1% variabel financial distress dapat diprediksi atau dijelaskan oleh variabel independen yang. Sementara sisanya 70,9% dapat dijelaskan oleh variabel yang tidak digunakan pada penelitian ini seperti likuiditas, agency cost dan lainnya.

c) Tabel Klasifikasi 2x2

Tabel 5 Hasil Uji Klasifikasi Classification Tablea

Observed Predicted

Financial Distress

Percentage Correct 0 1

Step 1

Financial Distress

0 34 3 91,9

1 8 3 27,3

Overall Percentage

77,1 a. The cut value is ,500

Sumber: Output SPSS, diolah sendiri, 2019

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa model regresi logistik dalam penelitian ini dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress perusahaan dengan tingkat keakuratan 77,1% dengan batas nilai cut value yang dihasilkan 0,500.

3. Menguji Koefisien Regresi Tabel 6

Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig.

Step 1a

X1 -2,877 1,222 5,543 1 ,019 X2 -1,956 2,302 ,722 1 ,395 X3 ,563 1,051 ,287 1 ,592 Con

stant

1,625 1,352 1,444 1 ,229 a. Variable(s) entered on step 1: X1, X2, X3.

Sumber: Output SPSS, diolah sendiri, 2019

Berdasarkan tabel di atas dapat diperoleh persamaan regresi logistik sebagai berikut:

Y = 1,625 – 2,877X1 – 1,956X2 + 0,563X3 + e

4. Menguji Signifikansi Model Secara Simultan

Tabel 7

Hasil Uji Signifikansi Model

Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-

square

df Sig.

Step 1

Step 10,208 3 ,017

Block 10,208 3 ,017

Model 10,208 3 ,017

Sumber: Output SPSS, diolah sendiri, 2019

Berdasarkan tabel di atas dapat diperoleh nilai sig. model sebesar 0,017 <

0,05. Maka Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini secara bersama-sama berpengaruh terhadap financial distress.

5. Pengujian Hipotesis

a) H1: Operating capacity berpengaruh terhadap financial distress

Berdasarkan Tabel 6 bahwa variabel operating capacity memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,01 di bawah signifikansi 0,05 (5%), hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, hal ini berarti operating capacity berpengaruh terhadap financial distress.

b) H2: Profitability berpengaruh terhadap financial distress

Berdasarkan Tabel 6 bahwa variabel profitability memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,395 di atas signifikansi 0,05 (5%), hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak, hal ini berarti profitability tidak berpengaruh terhadap financial distress.

c) H3: Leverage berpengaruh terhadap financial distress

Berdasarkan Tabel 6 bahwa variabel leverage memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,592 di atas signifikansi 0,05 (5%), hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak, hal ini berarti leverage tidak berpengaruh terhadap financial distress.

(7)

97 d) H4: Operating capacity, profitability

dan leverage berpengaruh terhadap financial distress

Berdasarkan Tabel 7 bahwa variabel operating capacity, profitability dan leverage secara bersama-sama memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,017 di bawah signifikansi 0,05 (5%), hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, hal ini berarti operating capacity, profitability dan leverage berpengaruh terhadap financial distress.

Pembahasan

Pengaruh Operating Capacity terhadap Financial Distress

Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian Ni Luh Made Ayu dkk10) (2015) dan Elvinaro4) (2011) bahwa operating capacity berpengaruh terhadap financial distress. Namun penelitian ini tidak selaras dengan penelitian Yeni Yustika17) (2015).

Semakin rendah nilai operating capacity maka semakin memungkinkan perusahaan mengalami kondisi financial distress karena perusahaan tidak mampu meningkatkan volume penjualan dan mengoptimalkan pendapatan perusahaan.

Namun sebaliknya semakin tinggi nilai operating capacity maka perusahaan semakin baik dalam mengelola aset- asetnya sehingga kemungkinan terjadinya financial distress semakin kecil. Ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya operating capacity dengan perbandingan antara penjualan dan total aset dapat memengaruhi terjadinya financial distress.

Pengaruh Profitabilitas terhadap Financial Distress

Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitri Marfungatun6) (2016) yang menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap financial distress. Namun penelitian ini tidak selaras dengan

penelitian dari Novia Nurmayanti11) (2017).

Perusahaan yang mengalami financial distress umumnya memiliki profitabilitas negatif. Profitabilitas menunjukkan efisien dan efektivitas penggunaan aset dalam menghasilkan laba perusahaan. Profitabilitas perusahaan yang negatif menunjukkan tidak adanya efektivitas dari penggunaan aset perusahaan untuk menghasilkan laba bersih (Fitri Marfungatun6), 2016).

Profitabilitas merupakan akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan, dimana rasio ini digunakan sebagai alat pengukur atas kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari setiap rupiah penjualan yang dihasilkan. Semakin besar profitabilitas maka semakin kecil probabilitas perusahaan mengalami financial distress (Orchid13), 2014).

Pengaruh Leverage terhadap Financial Distress

Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Ni Luh Made Ayu dkk10) (2015) yang menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap financial distress. Namun penelitian ini tidak selaras dengan penelitian dari Fitri Marfungatun6) (2016).

Perusahaan yang diobservasi dalam penelitian ini memiliki total hutang yang tinggi dan total aset yang dimiliki perusahaan pun tinggi. Sebagian besar perusahaan mampu membayar hutang menggunakan aset yang dimiliki perusahaannya. Perusahaan cenderung lebih berhati-hati dalam memanfaatkan hutang jangka pendek dan jangka panjang dalam penggunaan operasional perusahaan. Sehinggga dapat disimpulkan bahwa semakin besar leverage maka semakin kecil probabilitas perusahaan mengalami financial distress.

(8)

98 Pengaruh Operating Capacity, Profitabilitas dan Leverage terhadap Financial Distress

Hasil penelitian menunjukkan bahwa operating capacity, profitabilitas dan leverage berpengaruh terhadap financial distress. Nilai kontribusinya hanya sebesar 29,1%. Dari ketiga variabel tersebut, nilai koefisien yang paling tinggi yaitu variabel operating company.

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan dan analisis data maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Operating company berpengaruh terhadap financial distress. Semakin rendah nilai operating capacity maka semakin memungkinkan perusahaan mengalami kondisi financial distress karena perusahaan tidak mampu meningkatkan volume penjualan dan mengoptimalkan pendapatan perusahaan.

2. Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap financial distress. Semakin besar profitabilitas maka semakin kecil probabilitas perusahaan mengalami financial distress

3. Leverage tidak berpengaruh terhadap financial distress. semakin besar leverage maka semakin kecil probabilitas perusahaan mengalami financial distress.

4. Operating capacity, profitabilitas dan leverage berpengaruh terhadap financial distress. Nilai kontribusinya sebesar 29,1%.

Saran

1. Bagi Perusahaan

Kondisi financial distress harus dihindari dengan menggunakan berbagai cara, antara lain dengan melakukan pengelolaan aset-aset perusahaan secara maksimal agar mampu meningkatkan penjualan dan memaksimalkan pendapatan perusahaan serta penerapan strategi untuk setiap bagian perusahaan. Pihak dewan komisaris dan stakeholder lainnya hendak lebih mengawasi dan mengontrol tindakan manajemen agar bertindak sesuai kepentingan perusahaan.

2. Bagi Investor

Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan saat akan berinvestasi dengan memperhatikan kinerja keuangan perusahaan, agar para calon investor dapat mengetahui perusahaan- perusahaan yang termasuk dalam kondisi financial distress.

3. Bagi Kreditur

Dapat memberikan informasi dalam pengambilan keputusan yang tepat sehubung dengan pendanaannya pada perusahaan debitur dengan mengetahui keseimbangan antara risiko dan pengembalian pendanaan tersebut.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat melakukan penelitian dengan lingkup penelitian yang tidak terbatas pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi saja, sebaiknya menambah periode penelitian sehingga sampel yang didapat akan lebih banyak dan menggunakan indikator yang berbeda untuk variabelnya.

(9)

99

DAFTAR PUSTAKA

1. Abdul Halim. 2009. Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta:

Salemba Empat.

2. Agus Sartono. 2010. Manajemen Keuangan: Teori & Aplikasi. Yogyakarta : BPFE.

3. Bursa Efek Indonesia. 2015. Laporan Keuangan Tahunan. www.idx.co.id. Diakses pada tanggal 1 April 2019.

4. Elvinaro Ardianto. 2011. Metodologi Penelitian untuk Public Relations Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

5. Fachrudin Khaira Amalia. 2008. Kesulitan Keuangan Perusahaan dan Personal. USU Press. Medan.

6. Fitri Marfungatun. 2016. Pengaruh Rasio Profitabilitas, Likuiditas dan Leverage terhadap Kondisi Financial Distress. Skripsi. Universitas PGRI Yogyakarta.

7. Irham Fahmi. 2015. Pengantar Manajemen Keuangan Teori dan Soal Jawab.

Bandung: Alfabeta.

8. Kasmir. 2016. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

9. M. Arif Hidayat dan Wahyu Meiranto. 2014. Prediksi Financial Distress Perusahaan Manufaktur di Indonesia. Skripsi. Universitas Diponegoro.

10. Ni Luh Made Ayu Widhiari dan Ni K Lely Aryani Merkusiawati. 2015. Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Operating Capacity dan Sales Growth terhadap Financial Distress. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 11.2., ISSN: 2302-8556.

Universitas Udayana.

11. Novia Nurmayanti dan Wiyadi. 2017. Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage dan Corporate Governance terhadap Pengungkapan Financial Distress. Skripsi.

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

12. Oktita Earning Hanifah. 2013. Pengaruh Struktur Corporate Governance dan Financial Indicators terhadap Kondisi Financial Distress. Diponegoro Journal of Accounting Volume 2, Nomor 2. ISSN: 2337-3806. Universitas Diponegoro.

13. Orchid Gobenvy. 2014. Pengaruh Profitabilitas, Financial Leverage dan Ukuran Perusahaan terhadap Financial Distress. Artikel. Universitas Negeri Padang.

(10)

100

14. Rai Gina Artaningrum, I Ketut Budiartha dan Made Gede Wirakusuma. 2017.

Pengaruh Profitabilitas, Solvabilitas, Likuiditas, Ukuran Perusahaan dan Pergantian Manajemen pada Audit Report Lag Perusahaan Perbankan. E-jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 6, Nomor 3. ISSN: 2580-5312. Universitas Udayana.

15. Sri Rahmayani dan Ulil Hadromi. 2017. Analisis Financial Distress pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Ekonomika, Volume 7, Nomor 1. ISSN: 2049-1768. Universitas Muhammadiyah Riau.

16. SulaemanRahman Nidar. 2016. Manajemen Keuangan Perusahaan Modern. Pustaka Reka Cipta. Bandung.

17. Yeni Yustika. 2015. Pengaruh Likuiditas, Leverage, Profitabilitas, Operating Capacity dan Biaya Agensi Manajerial terhadap Financial Distress. Jurnal FEKON, Volume 2, Nomor 2. Universitas Riau.

Referensi

Dokumen terkait

Sementara anak-anak di negara maju lain bekerja keras untuk bisa memenuhi kebutuhan dasar mereka seperti sewa tempat tinggal dan makanan, anak muda Jepang

- Ke Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Barat menyampaikan musyawarah kelompok Ingin Maju Gampong Bale bersama Ketua Kelompok Ingin Maju. - Melengkapi surat dan

Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui secara empiris sejauh mana hubungan antara citra tubuh dengan harga diri pada remaja akhir yang mengikuti modem

kelompok responden relaksasi aromaterapi bunga mawar dari nyeri sedang (skala 5) menjadi nyeri ringan (skala 0,9). 3) Aromaterapi bunga mawar lebih efektif dalam

Aspek sosial terkait dengan pengaruh pem bangunan infrastruktur bidang Cipta. Karya kepada masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan,

Perbedaan kelengkapan pengungkapan CSR (Corporate Social Responsibility) berdasarkan Indeks GRI (Global Reporting Initiative) pada Bank Umum Syariah (BUS) di

Salah satu contohnya yaitu dari jual beli yang ditawarkan oleh seseorang kepada korban dengan modus harga yang relatif lebih murah dari harga normal yang.. 2 S, Ananda,

Pada tahun 2014 bisa dilihat bahwa nilai t-test yang diperoleh adalah -1,621 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,126&gt; 0,05 maka Ho diterima, berarti antara