• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS PERTANIAN MALANG 2021 UNIVERSITAS BRAWIJAYA Oleh YUMNA RAISA NOOR PENGARUH VOLATILITAS HARGA TERHADAP PRODUKSI JAGUNG PAKAN DI PROVINSI JAWA TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "FAKULTAS PERTANIAN MALANG 2021 UNIVERSITAS BRAWIJAYA Oleh YUMNA RAISA NOOR PENGARUH VOLATILITAS HARGA TERHADAP PRODUKSI JAGUNG PAKAN DI PROVINSI JAWA TIMUR"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH VOLATILITAS HARGA TERHADAP PRODUKSI JAGUNG PAKAN DI PROVINSI JAWA TIMUR

Oleh

YUMNA RAISA NOOR

UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN

MALANG 2021

(2)

PENGARUH VOLATILITAS HARGA TERHADAP PRODUKSI JAGUNG PAKAN DI PROVINSI JAWA TIMUR

Oleh

YUMNA RAISA NOOR 165040100111091

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN MALANG

2021

(3)

Saya menyatakan bahwa segala pernyataan dalam skripsi ini yang berjudul Pengaruh Volatilitas Harga terhadap Produksi Jagung Pakan di Provinsi Jawa Timur merupakan hasil penelitian saya sendiri, dengan bimbingan dosen pembimbing. Skripsi ini tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar di perguruan tinggi manapun dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, Juni 2021

Yumna Raisa Noor

(4)

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Penelitian : Pengaruh Volatilitas Harga Terhadap Produksi Jagung Pakan di Provinsi di Jawa Timur Nama Mahasiswa : Yumna Raisa Noor

NIM : 165040100111091

Departemen : Sosial Ekonomi Pertanian

Program Studi : Agribisnis

Disetujui

Pembimbing Pendamping II,

Dr. Rosihan Asmara, SE., MP NIP. 197102162002121004

Diketahui, Ketua Departemen

Hery Toiba, SP., MP., Ph.D.

NIP. 197209082003121001

Tanggal Persetujuan : Pembimbing Utama,

Putri Budi Setyowati, SP., M.Sc NIK. 2016079003312001

(5)

Mengesahkan

MAJELIS PENGUJI

Penguji I,

Rini Mutisari, SP., MP.

NIP. 2016099005052001

Penguji II,

Dr. Rosihan Asmara, SE., MP NIP. 197102162002121004

(6)

i

i

RINGKASAN

Yumna Raisa Noor. 165040100111091. Pengaruh Volatilitas Harga Terhadap Produksi Jagung Pakan di Jawa Timur. Dibawah bimbingan Putri Budi Setyowati sebagai Pembimbing Utama dan Rosihan Asmara sebagai Pembimbing Pendamping.

Ketidakseimbangan antara produksi dan konsumsi jagung pakan menyebabkan harga berfluktuasi. Fluktuasi harga yang terjadi terus menerus dalam periode tertentu dapat menimbulkan volatilitas harga. Volatilitas harga jagung akan berpengaruh terhadap produksi jagung pakan di Jawa Timur, karena volatilitas harga menimbulkan ketidakpastian harga yang menyebabkan petani menghadapi risiko karena petani tidak mampu memprediksi harga jagung tersebut. Petani yang tidak mampu memprediksi dan mengantisipasi volatilitas harga komoditas tersebut akan dapat beralih menanam komoditas lain dengan harga yang cenderung stabil.

Berdasarkan permasalahan mengenai volatilitas harga tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis volatilitas harga dan menganalisis pengaruhnya terhadap produksi jagung pakan di Provinsi Jawa Timur dalam jangka panjang dan pendek selama periode 2009-2018.

Tingkat volatilitas harga jagung pakan dapat dianalisis dengan menggunakan metode analisis historical volatility. Sedangkan untuk menganalisis pengaruh volatilitas terhadap produksi jagung pakan dalam jangka panjang dan jangka pendek menggunakan uji kointegrasi dan uji ECM. Hasil analisis volatilitas harga jagung menunjukkan terjadi fluktuasi setiap tahunnya dengan dengan tingkat volatilitas harga tertinggi pada tahun 2012 sebesar 41,77% dan tingkat volatilitas harga terendah pada tahun 2014 sebesar 4,31%. Perubahan harga yang menyebabkan tinggi rendahnya volatilitas dipengaruhi oleh adanya pengaruh dari kondisi cuaca dan iklim yang tidak pasti, serangan hama dan penyakit, serta waktu panen raya yang bersamaan. Hasil analisis uji kointegrasi menunjukkan bahwa volatilitas harga jagung pakan memiliki hubungan negatif terhadap produksi jagung pakan pada jangka panjang, Hasil uji ECM menunjukkan volatilitas harga dan produksi jagung pakan di Jawa Timur memiliki hubungan positif dalam jangka pendek, dan faktor koreksi yang dibutuhkan untuk mencapai keseimbangan dalam jangka pendek sebesar 1,871359%. Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan petani atau produsen menggunakan bibit unggul, perawatan yang intensif pada tanaman dan pengoptimalan penganganan pasca panen sebagai upaya untuk peningkatan ketersediaan dan kestabilan harga jagung pakan.

(7)

ii SUMMARY

Yumna Raisa Noor. 165040100111091. Effect of Price Volatility To Regional Production of Yellow Corn in East Java Province. Supervised by Putri Budi Setyowati and Rosihan Asmara.

The imbalance between the production and consumption of yellow corn causes the price to fluctuate. Price fluctuations that occur continuously within a certain period can cause price volatility. Corn price volatility greatly affects farmers' decision making. Price volatility creates price uncertainty which causes farmers to face risks because farmers are not able to predict the corn price. Farmers who are unable to predict and anticipate the volatility of commodity prices will develop other commodities with prices that tend to be stable. Based on the problem regarding price volatility, the purpose of this study is to analyze price volatility and analyze its effect on yellow corn production in the long and short term during the 2009-2018.

The level of price volatility can be analyzed using the historical volatility analysis method. Meanwhile, to analyze the effect of volatility on yellow corn production in the long term and short term using cointegration test and ECM test.

The results of the analysis of corn price volatility show fluctuations every year with the highest price volatility in 2012 amount 41.77%, while the lowest price volatility in 2014 amount 4.31%. Price volatility are caused by the influence of uncertain weather and climatic conditions, pest and disease attacks, and big harvest. The results of the cointegration test analysis show that price volatility has a negative relationship to yellow corn production in the long term, the ECM test results show that the price volatility and yellow corn production in East Java have a positive relationship in the short term, and the correction factor needed to achieve balance in the short term of 1.871359%. Based on the results of the study, it is recommended that farmers increase the use of superior seeds, intensive care for plants and optimizing post-harvest handling as an effort to increase the availability and stability of yellow corn.

(8)

iii

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal skripsi yang berjudul “Pengaruh Volatilitas Harga terhadap Produksi Jagung Pakan di Provinsi Jawa Timur”. Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian dengan Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.

Penelitian ini membahas mengenai adanya fluktuasi harga jagung pakan di Jawa Timur dari waktu ke waktu dikarenakan ketidakseimbangan antara produksi dengan permintaan. Hal ini didorong dengan adanya risiko dalam usahatani seperti cuaca dan iklim yang tidak menentu, serangan hama dan penyakit, sarta penanganan pasca panen yang kurang baik. Volatilitas harga jagung sangat mempengaruhi pengambilan keputusan petani untuk menanam jagung, karena volatilitas harga menimbulkan ketidakpastian harga yang menyebabkan petani menghadapi risiko karena petani tidak mampu memprediksi harga jagung tersebut. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan penanaman jagung pakan atau perencanaan produksi jagung pakan. Pada penyusunan skripsi ini penulis ingin mengungkapkan rasa terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua serta seluruh keluarga yang telah memberikan doa dan memberikan dukungan pada penulis selama proses penyusunan skripsi.

2. Ibu Putri Budi Setyowati, SP., M.Sc dan Bapak Dr. Rosihan Asmara, SE., MP selaku dosen pembimbing, yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama proses penyusunan skripsi.

3. Teman satu bimbingan yang telah memberikan saran.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat kekurangan.

Oleh sebab itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih.

Malang, Juli 2021

Penulis

(9)

iv

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kudus pada tanggal 1 Januari 1998 sebagai anak ke- empat dari lima bersaudara dari Bapak Arifin Noor Sugiharto dan Ibu Ratna Orbaningtias. Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN Dadaprejo 01 pada tahun 2008 sampai 2010, kemudian penulis melanjutkan ke SMP Ar-Rohmah Putri Boarding School pada tahun 2010 sampai 2013. Kemudian, mulai tahun 2013 hingga 2016, penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 09 Malang. Hingga pada akhirnya, penulis terdaftar sebagai mahasiswa S1 Program Studi Agribisnis, fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya mulai tahun 2016 melalui jalur SBMPTN.

Selama menjadi mahasiswa penulis pernah mengikuti beberapa kegiatan AIESEC dan Basic Shooting Club (BSC), menjadi asisten praktikum pada mata Manajemen Pemasaran Agribisnis, serta menjadi anggota MRC (Maize Research Center). Selain itu penulis juga mengikuti beberapa pameran expo dengan produk yang dipamerkan adalah jagung. Penulis juga pernah mengikuti kegiatan magang di PT. Benih Citra Asia yang terdapat di Jl. Akmaludin 26, Wirowongso, Jember pada tahun 2019.

(10)

v

v DAFTAR ISI

Nomor Halaman

Teks

RINGKASAN ... i

SUMMARY ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Batasan Masalah... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA... 6

2.1 Penelitian Terdahulu ... 6

2.2 Tinjauan Teoritis ... 9

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 14

3.1 Kerangka Pemikiran ... 14

3.2 Hipotesis ... 17

3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 18

IV. METODE PENELITIAN ... 19

4.1 Pendekatan Penelitian ... 19

4.2 Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data... 19

4.3 Metode Analisis Data ... 19

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

5.1 Gambaran Umum ... 25

5.2 Analisis Volatilitas Harga Jagung Pakam di Jawa Timur ... 30

5.3 Analisis Pengaruh Volatilitas Harga Jagung Pakan terhadap Produksi Jagung Pakan di Jawa Timur ... 32

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

6.1 Kesimpulan ... 38

6.2 Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39

LAMPIRAN ... 40

(11)

vi

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1 Produksi dan Konsumsi Jagung Indonesia ... 1

2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 18

3 Jenis Data dan Sumber Data ... 19

4 Hasil Uji Stasioneritas Data pada Tingkat Level ... 33

5 Hasil Uji Stasioneritas Data pada Tingkat Diferen 1 ... 33

6 Hasil Uji Kointegrasi Data pada Tingkat Level ... 34

7 Hasil Uji Kointegrasi Data pada Tingkat Diferen 1 ... 35

8 Hasil Uji ECM ... 36

(12)

vii

vii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1 Kerangka Pemikiran ... 17 2 Grafik Luas Panen Jagung Pakan di Jawa Timur 2009-2018 ... 26 3 Grafik Produksi Jagung Pakan di Jawa Timur 2009-2018 ... 27 4 Grafik Rata-rata Harga Produsen Jagung Pakan di Jawa Timur 2009-

2018 (triwulan) ... 29 5 Grafik Volatilitas Harga Produsen Jagung Pakan di Jawa Timur 2009-

2018 ... 31

(13)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Teks

1 Data Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Jagung Pakan di Jawa Timur ... 45 2 Data Harga Produsen dan Perhitungan Volatilitas Harga Jagung Pakan di

Jawa Timur ... 46 3 Hasil Analisis Volatilitas terhadap Produksi... 51 4 Hasil Uji Scatterplot Produksi dan Volatilitas Jagung Pakan di Jawa Timur

selama Periode Tahun 2009-2018 ... 55

(14)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pangan dan pakan adalah permasalahan yang sangat diperhatikan di negara berkembang seperti di Indonesia. Komoditas jagung terutama jenis jagung pakan untuk konsumsi ternak merupakan komoditas strategis utama setelah padi yang diunggulkan untuk mencapai swasembada dalam mencapai target Nawacita berdasarkan Rencana Strategis Kementerian Pertanian untuk tahun 2021-2024.

Kebutuhan konsumsi jagung terutama jagung pakan setiap tahunnya mengalami peningkatan sejalan dengan pertumbuhan populasi dan perkembangan industri peternakan (Swastika, 2003). Konsumsi rata-rata jagung pakan di Indonesia dari tahun 2008 hingga 2018 diperkirakan mencapai 6,65 juta ton atau 60,95% dari konsumsi rata-rata jagung secara keseluruhan, dan setiap tahunnya meningkat sebesar rata-rata 477.780 ton/ tahun pada waktu yang sama. Peningkatan konsumsi jagung pakan tersebut disebabkan belum ada komoditas lain yang dapat menggantikan peran jagung pakan sebagai bahan baku utama pakan ternak karena adanya keterbatasan yang berkaitan dengan nutrisi dan daya cerna, jumlah dan kontinuitas pasokan yang tidak terjamin, dan daya simpan yang terbatas (Ilham, 2016). Komoditas jagung pakan selain itu juga memiliki harga yang relatif terjangkau sehingga peternak lebih memilih untuk menggunakan jagung pakan sebagai bahan utama pakan ternak di Indonesia (Panikkai et al, 2017).

Produksi jagung di Indonesia tersebar dibeberapa daerah dengan potensi produksi yang beragam. Sentra produksi jagung di Indonesia berdasarkan Badan Ketahanan Pangan Kementrian Pertanian RI (2018) berada di Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Gorontalo. Sepuluh provinsi tersebut merupakan sentra produksi jagung nasional yang menguasai 85% produksi nasional, dengan tiga sentra penghasil jagung terbesar adalah Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Lampung. Sebesar 25% produksi jagung lainnya tersebar pada beberapa provinsi dengan kuantitas produksi yang lebih rendah.

Petani dalam melakukan pengambilan keputusan untuk melakukan produksi suatu komoditas tidak terlepas dengan adanya risiko dan ketidakpastian dalam usahatani. Salah satu risiko dan ketidakpastian yang dihadapi oleh petani

(15)

adalah risiko harga. Harga jagung yang diterima oleh petani cenderung berfluktuatif dari waktu ke waktu. Fluktuasi harga pada jagung pakan dapat disebabkan oleh pengaruh musim panen, iklim, cuaca serangan hama dan penyakit, serta pengolahan pasca panen yang kurang baik. Menurut Sumaryono (2009), harga komoditas yang stabil cenderung diinginkan petani sebelum menentukan keputusan untuk melakukan penanaman komoditas tersebut, karena harga yang tidak stabil atau berfluktuatif menandakan adanya risiko dan ketidakpastian yang akan dihadapi oleh petani.

Volatilitas harga (price volatility) merupakan suatu ukuran ketidakpastian harga akibat kenaikan harga yang terlalu tinggi ataupun penurunan harga secara drastis selama periode tertentu (Pertiwi et al., 2017). Volatilitas harga pada komoditas pertanian akan memberikan dampak yang buruk pada penerimaan petani, karena volatilitas harga yang tinggi dapat berhubungan dengan naik turunnya harga komoditas secara cepat pada periode tertentu (Bórawski et al., 2015). Volatilitas harga jagung sangat mempengaruhi pengambilan keputusan petani untuk menanam jagung, karena volatilitas harga menimbulkan ketidakpastian harga yang menyebabkan petani menghadapi risiko karena petani tidak mampu memprediksi harga jagung tersebut.

Volatilitas harga menyebabkan petani sulit untuk memprediksi harga jagung pakan pada periode kedepan, sementara harga merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi keputusan petani untuk menanam suatu komoditas. Petani akan beralih menanam komoditas lain atau sektor usaha lain yang memiliki tingkat volatilitas harga yang lebih kecil dengan tingkat ekonomi yang tinggi apabila petani tersebut tidak dapat mengantisipasi volatilitas harga pada komoditas jagung pakan tersebut. Salah satu penelitian volatilitas harga yang membahas pengaruhnya terhadap produksi adalah menurut Laila et al (2017) yang memberikan gambaran mengenai volatilitas harga pada komoditas sayuran (tomat, cabai dan bawang merah) serta pengaruhnya terhadap produksi sayuran tersebut di Jawa Timur pada jangka panjang dan jangka pendek. Berdasarkan pentingnya penelitian mengenai volatilitas harga, penelitian ini perlu dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai volatilitas harga jagung pakan di Jawa Timur sehingga diharapkan petani

(16)

3

dapat melakukan pengambilan keputusan dan manajemen waktu yang tepat agar petani dapat mendapatkan hasil produksi dan harga jagung menguntungkan.

1.2 Rumusan Masalah

Konsumsi jagung di Indonesia lebih dari 58% digunakan sebagai bahan baku pakan ternak. Kebutuhan jagung pakan sebagai bahan baku pakan ternak belum dapat tergantikan oleh komoditas lain, sehingga kebutuhan akan jagung pakan akan terus meningkat sejalan dengan perkembangan industri peternakan.

Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu daerah sentra produksi jagung pakan di Indonesia. Hampir seluruh daerah pertanian di Jawa Timur melakukan penanaman jagung, selain karena daerah yang mendukung juga dikarenakan dukungan pemerintah untuk memastikan ketersediaan komoditas pangan mencukupi kebutuhan nasional.

Harga jagung pakan yang diterima oleh petani tidak selalu dapat menutupi biaya produksi jagung pakan tersebut sehingga keuntungan yang didapat oleh petani tidak selalu tinggi. Ketidakpastian harga yang diterima petani dapat disebabkan oleh jumlah hasil produksi yang mengalami fluktuasi. Risiko produksi seperti kondisi cuaca dan iklim yang tidak pasti serta serangan hama dan penyakit akan menyebabkan penurunan jumlah produksi bahkan kerugian produksi. Hal tersebut merupakan merupakan salah satu risiko dalam kegiatan usahatani yang dapat memengaruhi harga yang diterima petani.

Fluktuasi harga yang terjadi secara terus menerus mengakibatkan harga menjadi volatil, terjadi variasi harga. Volatilitas harga pada komoditas tersebut dapat menunjukkan tingkat risiko yang akan dihadapi oleh petani dalam berusahatani. Pada saat volatilitas harga jagung tinggi petani akan enggan untuk menanam, karena pada saat itu petani akan sulit untuk melakukan prediksi harga yang akan diterima sehingga risiko yang dihadapi oleh petani juga akan tinggi.

Volatilitas harga dapat memberikan dampak dalam jangka panjang maupun dalam jangka pendek. Petani yang tidak mampu memprediksi dan mengantisipasi volatilitas harga komoditas tersebut akan dapat beralih menanam komoditas lain dengan harga yang cenderung stabil. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan antara nilai volatilitas harga dengan produksi oleh petani.

(17)

Berdasarkan permasalahan diatas yang mejadi latar belakang penelitian ini mengenai pengaruh volatilitas harga terhadap produksi jagung pakan di Jawa Timur, maka rumusan permasalahan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana volatilitas harga jagung pakan di Jawa Timur?

2. Bagaimana pengaruh volatilitas harga terhadap produksi jagung pakan di Jawa Timur dalam jangka pajang dan jangka pendek?

1.3 Batasan Masalah

Penelitian ini memiliki batasan penelitian agar informasi yang diberikan lebih jelas dan menghindari kesalahan penafsiran hasil penelitian. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini, yaitu:

1. Harga yang dianalisis menggunakan data harga ditingkat produsen di Jawa Timur

2. Data harga dan produksi jagung pakan yang dianalisis yaitu selama 10 tahun dari tahun 2009 hingga tahun 2018.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian mengenai analisis pengaruh volatilitas harga terhadap produksi jagung pakan di Jawa Timur adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis volatilitas harga jagung pakan di Jawa Timur.

2. Menganalisis pengaruh volatilitas harga terhadap produksi jagung pakan di Jawa Timur dalam jangka panjang dan jangka pendek.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian mengenai analisis volatilitas harga jagung pakan di Provinsi Jawa Timur diharapkan dapat memberi manfaat serta tambahan pengetahuan kepada:

1. Bagi petani, sebagai salah satu bahan tambahan informasi atau referensi dalam pengambilan keputusan untuk memanajemen waktu yang tepat agar hasil produksi dan harga jagung yang diterima petani maksimal.

2. Bagi peneliti ataupun mahasiswa untuk menambah ilmu pengetahuan, wawasan, ataupun sebagai referensi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan volatilitas harga khususnya pada komoditas jagung pakan.

(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai analisis volatilitas harga telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya, menunjukkan bahwa permasalahan mengenai analisis volatilitas harga penting untuk diteliti. Penelitian terdahulu menjadi landasan peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait topik volatilitas ini. Berikut merupakan penelitian yang menjadi acuan pada penelitian ini terkait dengan volatilitas harga pada komoditas pertanian:

Penelitian oleh Susanti et al (2017) mengenai fluktuasi harga jagung sebagai bahan pakan ternak pada peternakan X dilaksanakan di Kecamatan Wonomulyo.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Rangkaian penelitian dilaksanakan dalam 3 tahapan, yaitu tahap observasi, tahap wawancara, dan tahap pelaksanaan penelitian. Data dianalisis dengan menggunakan analisis perubahan harga. Hasil dari penelitian adalah harga jagung mengalami fluktuasi yang dipengaruhi oleh cuaca atau iklim, permintaan dan penawaran yang tidak seimbang, dan kurangnya produksi bahan baku jagung.

Berdasarkan penelitian Christanty (2013), terdapat beberapa model ekonometrika yang dapat digunakan untuk menganalisis tingkat volatilitas, yaitu ECM dan ARCH/GARCH. Penelitian terdahulu mengenai analisis volatilitas lebih banyak menganalisis mengenai komoditas cabai merah, cabai rawit, bawang merah, bawang putih, kedelai, kelapa sawit dan kopi. Metode analisis volatilitas yang sering digunakan adalah dengan Uji ARCH/GARCH (Bakari et al, 2013; Wijaya et al, 2014; Carolina et al, 2016; Noorviana et al, 2017; Pertiwi et al, 2017). Model ARCH mengasumsikan bahwa varian residual pada data time series mengandung heteroskedastisitas atau varian residual dari data yang tidak konstan setiap periode waktu. sehingga menunjukkan unsur volatilitas. Model Generalized Autoregressive Conditional Heteroskedasticity (GARCH) merupakan penyempurnaan dari model ARCH. Model GARCH sama dengan model ARCH dalam hal tidak dapat diestimasi dengan metode Ordinary Least Square (OLS), tetapi menggunakan metode Maximum Likelihood (ML). Terdapat lima tahapan prosedur pengukuran volatilitas dengan metode ARCH/GARCH, Yaitu:

(19)

1. Persiapan data yang mencakup kelengkapan data dan rafinasi perilaku stokastik dengan mengeliminasi factor deterministik, seperti kecenderungan (trend), musiman (seasonality), dan siklus (cyclus).

2. Uji akar unit (unit root test) dengan metode Augmented Dickey- Fuller (ADF) dan Philips-Peron.

3. Pendugaan model Autoregressive Moving Average (ARMA) setelah data stasioner.

4. Uji keberadaan ARCH setelah menemukan bentuk ARMA terbaik dengan mengidentifikasi keberadaan ARCH pada residual ARMA dengan menggunakan uji Langrange multiplier (ARCH-LM)

5. Dugaan ARCH/GARCH dengan pengujian bentuk ARCH/GARCH yang beramsusikan sebaran yang berbeda sehingga diperoleh bentuk ARCH/GARCH terbaik, kemudian dilakukan uji residual untuk memastikan bentuk ARCH/GARCH telah sesuai.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Sumaryono (2009) mengenai analisis volatilitas harga eceran beberapa komoditas pangan utama dengan model ARCH/GARCH dilakukan dengan menganalisis dan membandingkan volatilitas harga komoditas beras, gula pasir, terigu, telur, minyak goreng, cabai merah, dan bawang merah selama 25 tahun, yaitu mulai dari tahun 1984 hingga tahun 2009.

Data yang digunakan adalah data harga dan Indeks Harga Konsumen (IHK).

Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis adalah model Autoregressive Conditional Heteroscedastic (ARCH) dengan asumsi bahwa distribusi errors atau varian residual dalam data time series tidak konstan atau mengandung heteroskedastisitas, dan model Generalized Autoregressive Conditional Heteroskedasticity (GARCH) dengan asumsi bahwa varian variabel gangguan juga dipengaruhi oleh variabel gangguan pada periode sebelumnya. Metode penduga untuk model ARCH/GARCH adalah Maximum Likelihood. Hasil penelitian menunjukkan perilaku volatilitas harga eceran beberapa komoditas pangan bahwa untuk komoditas beras, tepung terigu, gula pasir, cabai merah, dan bawang merah lebih volatil daripada komoditas minyak goreng dan telur.

Penelitian mengenai analisis volatilitas harga sayuran di jawa timur oleh Laila et al., (2017) dilakukan dengan 3 jenis sayuran yang dianalisis, yaitu: tomat, cabai,

(20)

8

dan bawang merah. Penelitian ini dilakukan karena permintaan sayuran di Jawa Timur yang cenderung meningkat namun tidak diiringi dengan peningkatan hasil produksi sayuran. Hal ini menyebabkan terjadinya impor sayuran yang menyebabkan timbulnya ketidakstabilan harga serta fluktuasi harga sayuran yang tidak dapat diprediksi. Tujuan dari penelitian yaitu untuk mengetahui besar nilai volatilitas tiap sayuran yang diamati dan pengaruh nilai volatilitas terhadap sayuran di Jawa Timur. Data yang digunakan adalah data produksi sayuran (Kg) dan data harga sayuran bulanan (Rp) selama 15 tahun dari tahun 1997 hingga tahun 2011.

Data dianalisis dengan menggunakan uji standar deviasi, uji analisis kointegrasi, dan uji ECM. Hasil dari penelitian yaitu:

1. Rata-rata nilai volatilitas tertinggi yaitu pada komoditas cabai sebesar 0.00031%, rata-rata nilai volatilitas terendah yaitu pada komoditas tomat sebesar 0.00010%, sedangkan komoditas bawang merah hanya memiliki rata- rata nilai volatilitas sebesar 0.00016%.

2. Volatilitas harga sayuran berpengaruh negatif terhadap produksi sayuran. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji regresi yang menghasilkan nilai koefisien tiap sayuran negatif menunjukkan bahwa volatilitas sayuran dengan produksi sayuran memiliki hubungan yang berbanding terbalik dengan artian bahwa jika produksi sayuran naik maka nilai volatilitas sayuran akan turun dan begitu pula sebaliknya. Hasil uji regresi pada tomat, cabai, dan bawang merah secara berurutan adalah sebesar -0.17, -3.44, dan -6.89. Uji kointegrasi digunakan untuk melihat hubungan jangka panjang antara nilai volatilitas dengan jumlah produksi sayuran, didapatkan hasil bahwa nilai t-statistic lebih kecil daripada nilai t-tabel (-1.65) dan nilai probabilitas signifikan pada taraf nyata 0,05 dengan hasil uji t-statistic tomat, cabai, dan bawang merah secara berurutan adalah sebesar -2.97, -3.04, dan -2.86. Hal ini menunjukkan bahwa nilai volatilitas sayuran mempengaruhi jumlah produksi sayuran dan terjadi kointegrasi dalam jangka panjang, yang artinya jika jumlah produksi cabai naik sebesar 1% maka akan menurunkan nilai volatilitas sebesar 3.04 dan sebaliknya, begitu juga dengan sayuran yang lain. Kemudian uji Error Correction Model (ECM) digunakan untuk melihat perilaku jangka pendek dari persamaan regresi dengan mengestimasi nilai Error Correction Term (ECT),

(21)

hasil ECT menunjukkan nilai negatif dengan hasil uji tomat, cabai, dan bawang merah secara berurutan adalah sebesar -0.60, -0.87, dan -2.84 menunjukkan seberapa cepat ekuilibrium tercapai kembali ke dalam keseimbangan jangka panjang. Hasil uji analisis regresi, analisis kointegrasi, dan analisis ECM menunjukkan bahwa nilai volatilitas harga sayuran berpengaruh terhadap produksi sayuran.

Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah penelitian terdahulu mengenai analisis volatilitas harga yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti (Bakari et al., 2013; Laila et al., 2017; Utari & Azijah, 2019) yaitu pada komoditas tomat, cabai, dan bawang merah dengan menggunakan model ARCH/GARCH. Penelitian ini menggunakan komoditas jagung pakan dengan analisis data menggunakan historical volatility. Selain itu, metode analisis volatilitas harga yang digunakan untuk mengetahui pengaruh antar variabel dalam jangka panjang dan pendek adalah Uji Kointegrasi dan Uji Error Correction Model (ECM). Konsep ECM digunakan untuk menganalisis transmisi harga asimitris dengan melihat signifikansi penyimpangan (error). Konsep kointegrasi apabila terdapat pergerakan harga yang menyimpang, maka akan digolongkan sebagai bentuk error correction term (ECT). Keunggulan dari penggunaan model historical volatility adalah cara perhitungannya lebih sederhana yaitu dengan melihat hasil uji standar deviasi, sedangkan uji stasioner, uji kointegrasi, dan uji ECM menggunakan aplikasi STATA.

2.2 Tinjauan Teoritis 2.2.1 Perilaku Harga

Harga umumnya ditentukan dengan adanya hubungan antar permintaan dan penawaran. Harga selalu berfluktuasi dikarenakan oleh tiga hal, yaitu terjadinya naik dan turunnya permintaan (fluctuation in demand), naik turunnya penawaran (fluctuation in supply), dan eksperimentasi dalam proses penentuan harga. Produk pertanian yang bersifat musiman akan menunjukkan fluktuasi harga (Kustiari, 2017). Terdapat lima jenis fluktuasi harga, yaitu:

a. Variasi harga musiman

Jenis fluktuasi harga ini cenderung mengikuti pola yang sama sepanjang tahun. Fluktuasi musiman ini dapat dilihat dari pola penawaran dan permintaan

(22)

10

yang relatif teratur. Produksi dengan tipe harga yang berfluktuatif musiman sangat bergantung dengan faktor iklim dan permintaan musiman. Variasi harga musiman cenderung disebabkan pada saat hari raya yang mempengaruhi permintaan untuk komoditas tersebut. Variasi harga ini juga dipengaruhi oleh keadaan hasil pertanian yang mudah rusak. Teknik analisis variasi harga musiman dilakukan secara deskriptif dengan bantuan grafik perkembangan harga bulanan.

b. Variasi harga tahunan

Penawaran pada komoditas dengan variasi harga tahunan tersedia tiap tahunnya berdasarkan produksi yang terjadi, impor, serta persediaan yang ada.

Fluktuasi dapat dirubah dengan perubahan permintaan melalui ekspor barang, variasi harga pada barang substitusi, ataupun dari kenaikan populasi dan pendapatan. Ciri dari komoditas pertanian yang memiliki variasi harga tahunan yang besar yaitu: hasil panen mudah terpengaruh oleh kondisi cuaca dan hama penyakit, luas lahan pertanian dan luas panen berubah setiap tahunnya, elastisitas harga dari permintaan untuk beberapa komoditas sangat tidak elastis sehingga apabila terjadi sedikit perubahan penawaran akan mengakibatkan fluktuasi harga yang besar.

c. Trend (kecenderungan)

Pergerakan harga komoditas dengan pola trend memiliki kecenderungan pada waktu tertentu, kecenderungan ini dapat berupa perubahan selera, pilihan, ataupun perubahan teknologi yang digunakan dalam proses produksi. Salah satu faktor yang menyebabkan perubahan jangka panjang pada variabel ekonomi adalah penyebaran respon keterlambatan (distributed lag respon), sehingga bila diamati kenaikan harga pada periode pertama akan mengakibatkan kenaikan jumlah yang ditawarkan pada periode kedua atau periode ketiga.

d. Pergerakan harga sesuai siklus

Pola pergerakan harga sesuai siklus adalah ketika proses produksi bertambah maka harga akan turun dan sebaliknya apabila produksi menurun maka harga akan naik. Siklus ini terdapat pada model Cobweb (sarang laba-laba), yaitu teori yang menunjukkan komponen siklus dari pasangan jumlah harga tertentu melalui jalur waktu (time path). Harga dan jumlah yang ditawarkan pada model ini digambarkan saling berulang-ulang dengan hubungan kausalitas.

(23)

e. Pergerakan harga random atau tidak teratur

Variasi harga dengan pergerakan harga random tidak memiliki pola secara pasti, pergerakan harga terjadi begitu saja sehingga pergerakan harga tidak dapat diperkirakan. Pergerakan ini mengacu pada pergeseran harga yang tidak diharapkan dikarenakan faktor dari luar yang tiba-tiba terjadi dan mempengaruhi pergerakan harga, seperti adanya gagal panen akibat serangan hama ataupun bencana alam.

Perubahan lain yang terjadi akibat adanya perubahan relative besar disebut sebagai perubahan struktural, seperti adanya krisis ekonomi.

2.2.2 Volatilitas Harga

Volatilitas berasal dari kata volatile yang mengacu pada kondisi yang tidak stabil (unstabile), cenderung bervariasi (variability), dan sulit untuk diperkirakan (uncertainty). Volatilitas merupakan pengukuran statistik untuk mengetahui fluktuasi harga akan suatu komoditas pada periode waktu tertentu, dimana data yang digunakan merupakan data deret waktu (time series). Volatilitas harga diukur sebagai simpangan baku (standart deviation) yang ditunjukkan dengan adanya variasi atau ragam ukuran harga pada komoditas tersebut. Volatilitas harga terjadi pada saat terjadi perubahan harga atau variasi harga yang menimbulkan terjadinya ketiakpastian dan risiko. Terjadinya variasi harga ini akan menimbulkan kerugian apabila variasi harga tersebut besar dan tidak dapat diantisipasi, sehingga menimbulkan ketidakpastian dan risiko yang dapat berdampak pada penetapan penentuan keputusan ataupun kebijakan yang salah. Menurut Anindita et al (2017), secara teknis volatilitas merupakan ukuran kuantitas yang menunjukkan perubahan penurunan dan peningkatan harga yang tidak berarah karena penawaran turun dan permintaan akan komoditas naik, sedangkan secara umum volatilitas menunjukkan jumlah dan kecepatan suatu nilai berubah sepanjang waktu.

Volatilitas harga mengacu pada variasi harga suatu komoditas pada periode tertentu. Volatilitas terbagi menjadi dua komponen, yaitu volatilitas dengan perilaku yang dapat diduga (predictable) dan volatilitas yang tidak dapat diduga (unpredictable). Volatilitas yang dapat diduga (predictable) tidak menjadi masalah karena perkembangan harga mengikuti tren atau menunjukkan pola sehingga petani dapat memprediksi harga pada musim tanam berikutnya. Sedangkan volatilitas yang tidak dapat diduga (unpredictable) menjadi masalah karena terdapat

(24)

12

ketidakpastian yang dapat meningkatkan risiko bagi petani sehingga keputusan yang telah ditetapkan kurang optimal dan petani tidak dapat mengantisipasi risiko tersebut.

Berdasarkan pendapat Schwer & Smith (1992) jenis volatilitas yang termasuk kedalam pasar komoditas pertanian, yaitu:

a. Future Volatility

Future volatility merupakan hal yang hendak diketahui oleh para pemain dalam pasar komoditas pertanian. Volatilitas yang baik adalah yang mampu menggambarkan penyebaran harga di masa yang akan datang. Jenis volatilitas ini jarang dibicarakan karena masa depan merupakan hal yang tidak dapat diketahui secara pasti (tidak mungkin untuk diketahui).

b. Historical Volatility

Mengukur kecenderungan perubahan harga komoditas pertanian berdasarkan perubahan harga di masa lalu selama periode waktu tertentu. Perhitungan historical volatility bergantung pada periode historis (12 bulan, 15 tahun, atau lainnya) pada saat volatilitas yang akan dihitung dan interval waktu (berupa harian, mingguan, bulanan, atau lainnya) antara perubahan harga.

Sebagian besar komoditas pertanian dicirikan dengan tingkat volatilitas yang tinggi. Menurut Ismail et al., (2017), volatilitas harga komoditas pertanian pada negara berkembang dapat disebabkan oleh harga minyak dunia, kondisi iklim dan cuaca, serta faktor lainnya seperti harga pupuk, dan lainnya yang menyebabkan fluktuasi pada harga pada komoditas tersebut. Terdapat beberapa alasan tingkat volatilitas suatu komoditas tinggi berdasarkan FAO, IFAD, IMF, OECD, UNCTAD, WFP, the World Bank, the WTO (2011), yaitu:

1. Hasil pertanian memiliki variasi harga yang beragam dari periode ke periode karena adanya perubahan cuaca maupun serangan hama dan penyakit.

2. Elastisitas permintaan (demand) relatif kecil sehubungan dengan harga dan elastisitas penawaran (supply) juga cenderung rendah pada jangka pendek.

Harga harus agak bervariasi terutama pada saat pasokan rendah untuk membuat pasokan dan permintaan kembali ke keseimbangan setelah terjadi guncangan (shock).

(25)

3. Produksi komoditas pertanian memerlukan waktu yang lama sehingga respon penawaran tidak dapat memenuhi permintaan. Apabila tingkat produksi tidak sejalan dengan permintaan akan terjadi tekanan harga yang menyebabkan peningkatan volatilitas pada komoditas tersebut.

2.2.3 Pengaruh Volatilitas Harga dan Produksi

Ketidakpastian harga merupakan salah satu masalah yang sering dihadapi oleh petani. Harga komoditas pertanian memiliki kecenderungan sangat berfluktuatif dan tidak mengikuti tren tertentu. Petani membuat keputusan produksi dan pemasaran berdasarkan oleh harga yang diharapkan oleh petani pada komoditas tersebut. Ketidakpastian harga akan semakin tidak pasti ketika terjadi volatilitas.

Ketika volatilitas harga terjadi petani akan sulit untuk melakukan prediksi harga pada periode kedepan. Oleh sebab itu, volatilitas harga menyebabkan fluktuasi pendapatan dan mempengaruhi kesejahteraan petani. Umumnya volatilitas harga dianggap sebagai sumber risiko yang dapat mengurangi produksi. Namun apabila volatilitas harga tersebut dapat diprediksi, fluktuasi harga tidak dianggap sebagai risiko. Dengan kata lain, situasi ekonomi yang dapat diprediksi akan mengurangi efek negatif dari risiko pada produksi sehingga akan mengurangi keengganan petani untuk memproduksi komoditas tersebut. Volatilitas memiliki peran penting dalam menentukan produksi di sektor pertanian. Salah satu respon petani yang sering dilakukan dalam menangani ketidakpastian atau volatilitas harga adalah alokasi lahan tanam untuk mengurangi risiko kerugian (Nurhayanti & Soetjipto, 2017).

Menurut Sedghy et al (2016) bahwa volatilitas harga memiliki hubungan negatif terhadap produksi komoditas pertanian dalam jangka pendek. Apabila tingkat volatilitas harga menurun akan menyebabkan produksi komoditas naik, sehingga penurunan tingkat volatilitas harga akan berpengaruh terhadap pendapatan dan kesejahteraan petani. Volatilitas harga yang tidak dapat diprediksi dan tinggi akan menimbulkan risiko yang berdampak merugikan pada petani sehingga akan menurunkan keinginan petani untuk melakukan penanaman komoditas tersebut. Selain itu berdasarkan penelitian Laila et al (2017) mengenai analisis volatilitas harga sayuran di Jawa Timur, permintaan komoditas yang cenderung meningkat namun tidak didukung dengan peningkatan hasil produksi ataupun sebaliknya dimana pergerakan harga komoditas tersebut cenderung tidak

(26)

14

stabil dan tidak dapat diprediksi akan mengakibatkan ketidakstabilan harga serta fluktuasi harga. Fluktuasi harga yang tidak dapat diprediksi menyebabkan risiko yang dihadapi oleh petani semakin tinggi. Secara umum volatilitas harga pada komoditas sayuran memiliki hubungan negatif dalam jangka pendek dan dalam jangka panjang memiliki hubungan positif.

(27)

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran

Kebutuhan jagung pakan meningkat setiap tahunnya seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan peningkatan jumlah industri peternakan.

Produksi jagung pakan untuk pemenuhan kebutuhan pakan ternak tidak terlepas dengan adanya risiko dan ketidakpastian dalam usahatani. Salah satu risiko dalam berusahatani tersebut adalah risiko harga. Fluktuasi harga jagung lebih sering terjadi pada saat musim panen raya, yaitu pada saat jumlah persediaan jagung pakan lebih banyak dari permintaan sehingga harga menjadi turun atau sebaliknya (Jam et al, 2019). Menurut Whittaker (2014) Perubahan harga jagung pakan juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu dari sisi penawaran dan permintaan. Faktor yang mempengaruhi perubahan harga dari sisi penawaran yaitu lahan pertanian, serangan hama dan penyakit, cuaca dan iklim yang tidak pasti, serta hasil produksi jagung. Faktor yang mempengaruhi harga dari sisi permintaan meliputi jumlah konsumsi jagung, nilai tukar rupiah dan lain sebagainya.

Naik turunnya harga atau yang sering disebut dengan fluktuasi harga menyebabkan ketidakpastian harga yang diterima oleh petani. Fluktuasi harga yang terjadi secara terus menerus akan menyebabkan harga menjadi volatil. Volatilitas harga ditunjukkan dengan adanya variasi harga atau keragaman harga pada periode tertentu. Apabila volatilitas harga tinggi, maka harga pada komoditas tersebut memiliki keragaman harga yang tinggi. Begitu pula sebaliknya apabila volatilitas harga rendah, maka keragaman harga pada komoditas tersebut pada periode tertentu rendah dan lebih stabil. Volatilitas menunjukkan ketidakpastian harga pada komoditas tersebut, sehingga petani akan enggan untuk melakukan penanaman komoditas tersebut apabila memiliki harga dengan volatilitas tinggi. Petani cenderung menginginkan untuk melakukan penanaman pada komoditas dengan tingkat volatilitas harga yang rendah. Volatilitas harga tersebut perlu diketahui karena tingkat nilai volatilitas memengaruhi pengambilan keputusan petani untuk menanam Jagung. Pengukuran volatilitas harga digunakan untuk mengetahui ketidakpastian pergerakan harga jagung pakan selama periode tertentu dalam jangka panjang maupun dalam jangka pendek (Pertiwi et al, 2017).

(28)

16

Penelitian ini memiliki dua tujuan utama, yaitu menganalisis volatilitas harga jagung pakan di Provinsi Jawa Timur dan menganalisis pengaruh nilai volatilitas harga jagung pakan terhadap tingkat produksinya dalam jangka panjang dan jangka pendek. Penelitian mengenai analisis volatilitas harga jagung di wilayah Jawa Timur yang dilakukan oleh Pertiwi et al (2016), menyatakan bahwa volatilitas mejadi salah satu indikator yang digunakan untuk menunjukkan derajat variasi naik turunnya harga jagung di Jawa Timur. Volatilitas harga jagung di tingkat produsen Jawa Timur rendah karena harga yang diterima petani (produsen) tidak berfluktuasi secara signifikan. Rendahnya fluktuasi harga jagung pakan di tingkat produsen disebabkan oleh biaya produksi yang tinggi, kualitas jagung yang yang belum maksimal dalam memproduksi jagung, selain itu karena petani hanya sebagai price taker sehingga harga yang diberikan cenderung lebih rendah. Volatilitas harga yang terlalu tinggi akan mempengaruhi kestabilan produksi dan konsumsi sehingga akan membuat harga semakin tidak stabil dan unpredictable. Selain itu menurut Lubis &

Panjaitan (2012), volatilitas harga komoditas jagung cenderung lebih stabil.

Penelitian menurut Minot (2014) menyatakan bahwa untuk komoditas jagung, volatilitas harga pada interval dua hingga empat bulan tidak menunjukkan perubahan yang signifikan secara statistik selama dua periode, namun pada interval enam bulan hingga satu tahun akan menunjukkan volatilitas harga jagung meningkat secara signifikan selama dua periode tersebut. Penelitian ini menginterpretasi volatilitas harga jagung dengan membandingkan nilai volatilitas harga pada tiap tahunnya pada periode tertentu.

Berdasarkan permasalahan pada fluktuasi harga pada periode tertentu, maka dibutuhkan informasi mengenai pergerakan harga jagung pakan terutama pada daerah sentra produksi jagung pakan. Informasi tersebut dapat digunakan oleh produsen jagung pakan terutama petani sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan penanaman jagung pakan atau perencanaan produksi jagung pakan dan dapat digunakan oleh pemerintah sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk menetapkan keputusan kebijakan produksi jagung pakan.

Penelitian oleh Haile et al (2015), menyatakan bahwa secara umum volatilitas harga pada komoditas jagung tergolong sedikit atau rendah, tidak berdampak pada luas panen, namun berdampak negatif pada hasil produksi. Peningkatan volatilitas

(29)

harga akan mendorong produsen untuk mengurangi luas tanam pada komoditas tersebut dan mengurangi investasi yang meningkatkan hasil produksi. Petani akan lebih cenderung merubah keputusan untuk menanam komoditas yang memiliki volatilitas rendah atau mengurangi luas tanam dan produksi pada komoditas tersebut.

Laila et al. (2017) menyatakan pada penelitiannya bahwa nilai volatilitas berpengaruh signifikan terhadap perubahan jumlah produksi sayuran di Jawa Timur. Terdapat hubungan jangka panjang dan pendek antara volatilitas harga terhadap produksi sayuran berdasarkan hasil uji analisis kointegrasi dan ECM.

Hubungan volatilitas harga terhadap produksi dalam jangka panjang bersifat negative atau berbanding terbalik, sehingga apabila jumlah produksi cabai naik sebesar 1% maka akan menurunkan nilai volatilitas sebesar n dan sebaliknya.

Tingkat volatilitas harga jagung pakan dapat dianalisis dengan menggunakan metode analisis historical volatility. Sedangkan untuk menganalisis pengaruh atau hubungan nilai volatilitas harga jagung pakan terhadap produksi jagung pakan pada hubungan jangka panjang menggunakan Uji Kointegrasi dan pada jangka pendek Uji ECM (Aprilia et al, 2014). Data yang telah diuji akan menghasilkan informasi mengenai pergerakan volatilitas harga jagung pakan dan pengaruh atau hubungan volatilitas harga jagung pakan terhadap produksi jagung pakan di Provinsi Jawa Timur dalam jangka panjang dan pendek. Secara skematis, berikut gambaran dari kerangka pemikiran untuk menjawab permasalahan penelitian:

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Sumber : Data diolah (2021)

Risiko usahatani Fluktuasi harga jagung pakan

Volatilitas harga

Jangka panjang

produksi jagung pakan Usahatani jagung pakan

Jangka pendek

(30)

18

3.2 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian.

Berdasarkan permasalahan pada kerangka pemikiran diatas, maka dalam penelitian ini disusun hipotesis sebagai berikut:

1. Diduga volatilitas harga pada komoditas jagung pakan tinggi pada periode tertentu.

2. Diduga terdapat hubungan dalam jangka panjang dan dalam jangka pendek antara volatilitas harga dengan produksi jagung pakan di Jawa Timur pada periode 2009 hingga 2018.

3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Berikut adalah definisi operasional dan pengukuran variabel sebagai informasi mengenai variabel yang akan diteliti sehingga tidak terjadi penyimpangan informasi mengenai variabel yang terdapat pada penelitian ini, yaitu:

Tabel 2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel Definisi Operasional Satuan variabel Harga

produsen

Harga yang diterima oleh petani atau produsen dari

pedagang atau tengkulak pada periode 2009-2018 Rp/Ton Volatilitas

harga

Persentase variasi harga jagung pakan tahunan yang didapatkan dari hasil perhitungan historical volatility pada periode 2009-2018

Persen (%)

Produksi jagung pakan

Total hasil panen jagung pakan di Jawa Timur pada

periode 2009-2018 Ton/Ha

(31)

IV. METODE PENELITIAN 4.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengumpulkan, menganalisis, menafsirkan, dan menulis hasil penelitian. Selain itu, penelitian kuantitatif digunakan untuk membuktikan, mengkonfirmasi atau memvalidasi suatu teori yang digunakan untuk menganalisis data tersebut (Creswell, 2015). Pada penelitian ini menggunakan data sekunder, data yang digunakan merupakan harga produsen jagung pakan bulanan serta data produksi jagung pakan selama sepuluh tahun. Penelitian ini membahas mengenai analisis volatilitas harga jagung pakan ditingkat produsen di Jawa Timur serta pengaruhnya terhadap produksi jagung pakan di Jawa Timur dalam jangka panjang dan jangka pendek selama periode 2009 hingga 2018.

4.2 Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, menurut David dan Djamaris (2018) menyatakan bahwa data sekunder merupakan informasi atau data yang diperoleh dari sumber lain, dalam artian informasi atau data yang didapatkan secara tidak langsung. Informasi dan data yang didapat pada penelitian ini adalah dalam bentuk data deret waktu (time series). Berikut merupakan daftar tabel jenis data dan sumber data yang digunakan:

Tabel 3. Jenis Data dan Sumber Data

No Variabel Periode Sumber data

1 Harga jagung pakan tingkat produsen Jawa

Timur (bulanan) 2009-2018 Kementan

2 Produksi jagung pakan Jawa Timur (tahunan) 2009-2018 BPS Sumber: Data diolah (2021)

4.3 Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan pada tujuan pertama penelitian ini adalah analisis volatilitas menggunakan historical volatility yang bertujuan untuk mengetahui ukuran fluktuasi harga dari waktu ke waktu menggunakan data historis.

Analisis dilakukan dengan uji standar deviasi menggunakan alat uji Microsoft excel.

Metode analisis yang digunakan pada tujuan kedua adalah uji stasioneritas data, uji

(32)

20

kointegrasi, dan uji Error Correction Model (ECM) dengan menggunakan alat uji STATA untuk mengetahui pengaruh volatilitas harga terhadap produksi jagung pakan di Jawa Timur.

4.3.1 Perhitungan Volatilitas Harga Jagung Pakan

Nilai volatilitas dapat diukur dengan menggunakan simpangan baku (standar deviasi). Metode pengukuran nilai volatilitas menggunakan simpangan baku ini mengukur simpangan dari sebuah sebaran. Semakin tinggi nilai standar deviasi, maka akan semakin tinggi nilai volatilitas harga. Menurut Anindita et al (2017) tahap perhitungan nilai volatilitas harga jagung pakan di Provinsi Jawa Timur dapat dilakukan dengan urutan sebagai berikut:

a. Menghitung perubahan logaritma harga produsen jagung pakan bulanan, yaitu dari bulan Januari hingga Desember pada tahun yang akan diteliti (2009-2018).

Secara umum, rumus perubahan logaritma harga produsen adalah sebagai berikut:

𝑝ℎ𝑖 = ln(𝑝2 𝑝1) Keterangan:

𝑝ℎ𝑖 = Perubahan logaritma ln = Log natural

p2 = Harga jagung pakan pada bulan ini

p1 = Harga jagung pakan pada bulan sebelumnya

b. Menghitung simpangan baku (standart deviation) dengan rumus sebagai berikut:

𝑚 = (1

𝑛) ∑𝑛𝑖=1𝑋𝑖 (1)

𝜎 = √ 1

𝑛−1𝑛𝑖=0(𝑚 − 𝑋𝑖)2 (2) Keterangan:

σ = Standar deviasi atau historical volatility n = Periode

m = mean (rata-rata) Xi = Variabel harga

(33)

c. Menghitung volatilitas harga jagung pakan tahunan dengan rumus untuk mencari standar deviasi tahunan.

𝑉𝑜𝑙𝑎𝑡𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛𝑎𝑛 = 𝑆𝐷 × √12 Keterangan:

SD = Standar deviasi

4.3.2 Pengaruh Volatilitas Harga terhadap Produksi Jagung Pakan di Jawa Timur Data yang digunakan untuk menganalisis pengaruh volatilitas harga produksi jagung pakan di Jawa Timur adalah data time series volatilitas harga jagung pakan dan produksi jagung pakan di Jawa Timur dari tahun 2009 hingga tahun 2018.

Analisis data pada penelitian ini terdiri dari beberapa uji yang dilakukan pada data yang digunakan, yaitu: uji stasioneritas, uji kointegrasi, dan uji ECM (Error Correction Models).

a. Stasioneritas Data

Uji stasioneritas data digunakan untuk melihat kestasioneran pada data volatilitas harga jagung pakan dan pada data produksi jagung pakan dengan menggunakan uji akar unit (unit root test). Prinsip dari uji ini dimaksudkan untuk menguji koefisien tertentu dalam model autoregresif yang ditaksir memiliki nilai satu atau nol (Rusdi, 2011). Uji akar unit yang digunakan pada penelitian ini adalah Uji Augmented Dickey-Fuller (ADF) dengan persamaan yang digunakan untuk menguji stasioneritas data sebagai berikut:

Qt = b0 + b1 Pv + Ut

Keterangan:

Qt = Variabel produksi jagung pakan pada periode t (ton/tahun) b0 = Konstanta

b1 = Koefisien regresi

Pv = Variabel volatilitas harga pada periode t (%) Ut = error term

Hipotesis:

a) Jika H0 : βi = 0, time series adalah unit root yang bersifat tidak stasioner.

b) Jika H1 : βi < 0, time series adalah unit root yang bersifat stasioner.

Kriteria pengujian pada uji stasioneritas data adalah apabila nilai t-statistik lebih besar dari t-tabel atau nilai probabilitas lebih kecil dari taraf signifikan maka data

(34)

22

deret waktu stasioner. Data deret waktu dinyatakan tidak stasioner apabila nilai t- statistik lebih kecil dari t-tabel atau nilai probabilitas lebih besar dari taraf signifikan. Data deret waktu yang telah stasioner dapat dilakukan uji selanjutnya yaitu uji kointegrasi. Apabila data yang didapat setelah diuji belum stasioner, maka dilakukan uji stasioner data dalam bentuk diferensiasi pertama atau differensiasi kedua hingga diperoleh data stasioner (difference non stasionery process).

Uji derajat integrasi dilakukan apabila pada uji stasioneritas data tidak stasioner.

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat derajat (difference order) data yang diamati hingga data tersebut stasioner. Uji derajat integrasi ini merupakan perluasan dari uji akar-akar unit (unit root test), sehingga langkah yang dilakukan tidak jauh berbeda dengan uji akar-akar unit, perbedaannya hanya ada pada pembedanya (differencing) saja.

b. Uji Kointegrasi

Uji kointegrasi merupakan kelanjutan dari uji stasioneritas yang dimaksudkan untuk menguji apakah residual regresi yang dihasilkan stasioner atau tidak. Uji kointegrasi dilakukan untuk mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh atau hubungan jangka panjang antara volatilitas harga jagung pakan terhadap produksi jagung pakan pada daerah yang diuji (Utari & Azijah, 2019). Pengujian kointegrasi antara nilai volatilitas harga jagung pakan terhadap produksi jagung pakan dilakukan dengan menggunakan pendekatan Engle-Granger (EG). Pengujian stasioneritas pada residual model persamaan jangka panjang dilakukan melalui metode Augmented Dickey-Fuller Test (tes ADF). Tahap awal yang dilakukan adalah menghitung nilai residual persamaan regresi awal dengan persamaan:

𝑆𝑡 = 𝛼 + 𝛼𝑖𝑃𝑡 + 𝑒𝑡 Keterangan:

St = Variabel dependen (produksi) pada waktu ke-t (ton/tahun) α = Konstanta

αi = Koefisien regresi

Pt = Variabel independen (volatilitas harga) pada waktu ke-t (%) et = error term

(35)

Hipotesis:

a) Jika H0 : αi = 0 maka terima H0, volatilitas harga jagung pakan tidak miliki hubungan jangka panjang terhadap produksi jagung pakan.

b) Jika H1 : αi < 0 maka tolak H0, volatilitas harga jagung pakan memilki pengaruh hubungan jangka panjang terhadap produksi jagung pakan.

Kriteria pengujian pada uji kointegrasi data adalah apabila nilai t-statistik lebih besar dari t-tabel atau nilai probabilitas lebih kecil dari taraf signifikan maka data deret waktu terkointegrasi atau memiliki hubungan antar variabel dalam jangka panjang. Data deret waktu dinyatakan tidak terkointegrasi atau tidak memiliki hubungan dalam jangka panjang antar variabel apabila nilai t-statistik lebih kecil dari t-tabel atau nilai probabilitas lebih besar dari taraf signifikan. Tahap kedua dari uji kointegrasi yaitu dengan melakukan analisis menggunakan residual hasil pada Eangle-Granger (EG). Apabila hasil pengujian menghasilkan nilai probabilitas residual kurang dari taraf signifikan maka model yang digunakan sudah valid, dalam artian bahwa terjadi kointegrasi antara volatilitas harga jagung pakan dengan produksi jagung pakan.

c. Uji Error Correction Model (ECM)

Penelitian ini menggunakan pengujian Error Correction Model yang bertujuan untuk mengoreksi ketidakseimbangan jangka pendek menuju keseimbangan jangka panjang dengan melakukan koreksi kesalahan sehingga pada periode berikutnya dalam rentang waktu tertentu kembali pada posisi keseimbangan dari yang semula terjadi ketidakseimbangan, karena dalam jangka pendek terdapat kemungkinan terjadi ketidakseimbangan (disequilibrium). ECM adalah model alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah nonstasioner dari data time series. Model ECM digunakan apabila salah satu variabelnya tidak stasioner, jika semua variabelnya stasioner maka cukup menggunakan model regresi biasa. Oleh sebab itu, sebelum memutuskan untuk menggunakan ECM, semua variabel yang akan diuji dengan ECM harus diuji dengan uji stasioner terlebih dahulu.

Menurut Laila et al (2017) model ECM digunakan untuk melihat pengaruh jangka pendek dari variabel volatilitas harga jagung dan variabel produksi jagung di Jawa Timur. Persamaan jangka pendek digunakan untuk melihat pengaruh dari volatilitas jagung pakan yang diperoleh terhadap perubahan jumlah produksi jagung

(36)

24

pakan di Provinsi Jawa Timur. ECM mengasumsikan terdapat keseimbangan dalam jangka pendek antara variabel-variabel. Persamaan uji ECM adalah sebagai berikut:

∆𝑄𝑡 = 𝑏0 + 𝑏1∆𝑃𝑉𝑡 + 𝑏2𝐸𝐶𝑇 − 1 Keterangan:

ΔQt =Qt - Qt(-1)

ΔPvt =Pv – Pv(-1)

ECt-1 =ErrorCorrection Term

ΔQt =Perubahan produksi jagung pakan

ΔPvt =Perubahan volatilitas harga jagung pakan 𝑏0 = Konstanta

b1, b2 = Koefisien

Nilai ECT digunakan untuk mengetahui kecepatan keseimbangan jangka pendek menuju jangka panjang akan tercapai. ECT secara statistik dinyatakan signifikan dengan nilai probabilitasnya apabila kurang dari taraf signifikannya, maka spesifikasi model yang digunakan adalah valid digunakan.

(37)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum

Kebutuhan jagung dalam negeri sebesar 55% digunakan sebagai konsumsi ternak, sedangkan untuk konsumsi pangan sekitar 30%, dan selebihnya digunakan untuk kebutuhan industri lainnya dan benih. Perkembangan industri peternakan yang semakin cepat mendorong peningkatan akan kebutuhan jagung pakan.

Produksi Jagung di sentra produksi jagung pakan Indonesia memberikan total kontribusi sebesar 85% terhadap total produksi Indonesia. Lokasi sentra produksi jagung di Indonesia adalah di Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Gorontalo, Nusa Tenggara Timur, dan Sumatera Barat. Tiga sentra penghasil jagung terbesar adalah Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Lampung. Produksi jagung di Jawa Timur sekitar 60% ditanam di lahan kering, 20% ditanam di lahan sawah tadah hujan, dan 20% ditanam di lahan irigasi pada saat musim kemarau. Sebagian besar jagung ditanam di lahan kering pada musim hujan dan di lahan tadah hujan pada musim kemarau (Amzeri, 2018).

5.1.1 Perkembangan Luas Panen Jagung Pakan di Jawa Timur

Luas panen adalah luas tanaman yang dapat dipanen setelah tanaman cukup umur. Luas lahan yang digunakan untuk kegiatan pertanian tidak seluruhnya dapat menjadi luas lahan yang siap panen. Menurut Nasution (2017), luas lahan tidak sepenuhnya dapat menjadi luas panen dikarenakan adanya berbagai faktor pembatas seperti bencana alam, iklim yang tidak menentu, hama dan penyakit, serta adanya hal lain yang menyebabkan gagal panen dalam pertanian. Oleh sebab itu, luas panen suatu komoditas perlu untuk diperhatikan dalam menghasilkan produksi suatu komoditas daripada luas lahan tersedia dan luas tanam komoditas tersebut.

Berdasarkan data di Badan Pusat Statistik (2018) luas panen jagung secara keseluruhan di Indonesia dari 34 provinsi adalah seluas 5.734.326 Ha. Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi dengan luas panen jagung terbesar dari 33 provinsi produksi jagung pakan lainnya, yaitu seluas 1.276.792 Ha. Berikut merupakan grafik perkembangan luas panen jagung pakan di Jawa Timur tahun 2009-2018:

(38)

26

Gambar 3. Grafik Luas Panen Jagung Pakan di Jawa Timur 2009-2018 Sumber: Badan Pusat Statistika (Data Diolah)

Grafik luas panen jagung pakan di Jawa Timur diatas menunjukkan bahwa luas panen mengalami perubahan atau fluktuasi setiap tahunnya. Rata-rata luas panen jagung pakan selama sepuluh tahun adalah seluas 1.237.739 Ha dengan luas tertinggi pada tahun 2009 seluas 1.295.070 ha dan dengan luas terendah pada tahun 2013 seluas 1.199.544 ha. Terjadi penurunan luas panen jagung pakan mulai tahun 2009-2011, kemudian terjadi peningkatan luas panen secara bertahap mulai tahun 2013-2018.

Perkembangan luas panen jagung pakan di Jawa pada tahun 2009-2014 lebih berfluktuasi dibandingkan dengan pola perkembangan produksi jagung di luar Jawa yang cenderung meningkat secara perlahan. Peningkatan produksi jagung diakibatkan adanya peningkatan produktivitas pada daerah tersebut (Ariani, 2019).

Fluktuasi pada luas panen jagung pakan salahsatunya disebabkan adanya persaingan penggunaan lahan di Jawa khususnya antara padi dan palawija.

Peningkatan luas panen jagung pada tahun 2012 diduga dikarenakan oleh naiknya harga minyak dunia akibat krisis energi dunia, sehingga jagung digunakan sebagai bahan biofuel untuk sumber bahan bakar alternatif sebagai pengganti minyak bumi (Sholihah & Kusnadi, 2019). Hal ini menyebabkan peningkatan permintaan jagung sehingga petani yang menanam jagung meningkat. Penurunan luas panen pada tahun 2013 seluas 30.223 ha terjadi akibat peningkatan luas

1.295.070

1.257.721

1.204.063

1.232.523

1.199.544 1.202.300

1.213.654 1.238.615

1.257.111 1.276.792

1.180.000 1.200.000 1.220.000 1.240.000 1.260.000 1.280.000 1.300.000

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Luas Panen Jagung Pakan di Jawa Timur 2009-2018

Luas Panen (Ha)

(39)

serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) jagung pada musim penghujan maupun musim kemarau. Selain itu juga terjadi peningkatan jumlah curah hujan bulanan 80,68% dan durasi hujan meningkat 28,57% yang menyebabkan curah hujan rata-rata 200 mm pada musim tanam jagung, sedangkan curah hujan ideal untuk tanaman jagung adalah 100 mm-125 mm (Kominfo Jatim, 2014). Luas panen pada tahun 2014 sedikit meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini diduga karena meskipun terdapat beberapa kabupaten yang mengalami penurunan luas panen akibat perpindahan pola tanam dari jagung ke tanaman padi, kedelai dan tebu seperti Kabupaten Ponorogo dan Kabupaten Malang namun sebagian besar kabupaten lainnya juga mengalami peningkatan luas panen dengan penggunaan benih jagung unggul yang cocok pada daerah tersebut, sehingga luas panen jagung pakan pada tahun 2014 hampir tidak berbeda dari tahun 2013.

Pemerintah menargetkan ekspor jagung dari sentra-sentra jagung nasional.

Provinsi Jawa Timur memiliki kontribusi terbesar luas panen jagung nasional yaitu sebesar 30,73%. Pada tahun 2013 menuju ke 2018 luas panen jagung pakan cenderung naik dikarenakan oleh peningkatan kebutuhan jagung untuk bahan baku pakan ternak yang meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk yang mengkonsumsi binatang ternak, sehingga petani berusaha untuk memperluas lahan penanaman jagung pakan untuk mendapatkan produksi yang lebih banyak dari tahun sebelumnya. Selain itu, penanaman jagung pakan di lahan irigasi pada musim kemarau semakin meningkat menyebabkan luas panen jagung pakan di Jawa Timur meningkat setiap tahunnya (Kementrian Perdagangan, 2016).

5.1.2 Perkembangan Produksi Jagung Pakan di Jawa Timur

Jagung pakan di Jawa Timur memiliki produksi tertinggi dibandingkan dengan sentra produksi jagung pakan lainnya. Panen dan produksi jagung pakan berlangsung sepanjang tahun. Puncak panen utama terjadi pada bulan Februari- April, puncak panen ke dua pada Juli-Agustus, dan puncak panen ke tiga pada Oktober-Desember awal (Akhir, 2018). Berikut merupakan grafik produksi jagung pakan di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2009 hingga tahun 2018:

(40)

28

Gambar 4. Grafik Produksi Jagung Pakan di Jawa Timur 2009-2018 Sumber: Badan Pusat Statistika

Berdasarkan data grafik produksi jagung pakan di Jawa Timur, dapat diketahui perkembangan produksi jagung pakan di Provinsi Jawa Timur mengalami perubahan atau fluktuasi setiap tahun. Produksi jagung pakan di Jawa Timur tahun 2009-2018 meskipun berfluktuatif setiap tahunnya namun memiliki kecenderungan meningkat. Rata-rata produksi di Jawa Timur selama 10 tahun pada tahun 2009- 2018 sebesar 5.968.962,7 Ha. Produksi jagung pakan terendah di Jawa Timur terjadi pada tahun 2009 dengan total produksi sebesar 5.266.720 ton/ha, sedangkan total produksi tertinggi dari tahun 2009-2018 adalah pada tahun 2018 sebesar 6.753.563 ton/ha.

Rendahnya produksi jagung di Jawa Timur pada tahun 2009 dibandingkan dengan tahun lainnya karena terdapat ledakan penyakit bulai pada tanaman jagung di Kediri dan Blitar (Surtikanti, 2013). Penyakit bulai pada tanaman jagung ini disebabkan oleh terjadinya infeksi cendawan. Produksi jagung pakan pada tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar 320.598 ton/ha meskipun luas panen berkurang sebesar 37.349 ha dikarenakan sekitar 50% petani menggunakan benih jagung hibrida atau benih unggul, sehingga keberhasilan produksi jagung pakan meningkat dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2011 terjadi sedikit penurunan produksi sebesar 43.613 ton/ha dikarenakan adanya penurunan luas panen jagung pakan akibat persaingan area lahan untuk penanaman padi dan palawija serta adanya musim

5.266.720 5.587.318

5.543.705 6.295.301

5.760.959 5.737.382 6.131.163

6.278.264

6.335.252 6.753.563

5.200.000 5.400.000 5.600.000 5.800.000 6.000.000 6.200.000 6.400.000 6.600.000 6.800.000

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Produksi Jagung Pakan di Jawa Timur 2009-2018

Produksi (Ton/Ha)

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini kelompok yang men- dapatkan NAC platinum-based lebih dari 3 siklus mempunyai respon positif pada kelenjar limfe leher dan tumor primer nasofaring yang

Bagian tubuh lain yang mengalami infeksi atau pembengkakan dapat dikompres dengan Biosyafa Natura atau Tiara Spray, atau dapat juga diganti dengan diolesi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak protein Kepah (Atactodea striata) dengan tingkat kejenuhan ammonium sulfat 50%

MBS dapat diartikan sebagai model pengelolaan yang memberikan otonomi (kewenangan dan tanggungjawab) lebih besar terhadap sekolah, memberikan

Pada dasarmya kegitan pelatihan dan peningkatan kompetensi pembelajaran IPA yang berbasis komputer (ICT) bagi guru IPA SMP dapat terlaksana dengan baik.Pelaksanaan

Yun naman ang isang tema ng kwento, dahil naman sa mga salitang ginamit at paglalarawan sa dalawang pangunahing tauhan na sila Doray at Intoy.. Nag-iiwan din naman ang kwento

NO NO.PESERTA NAMA INSTANSI/TEMPAT BERTUGAS

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menyatakan bahwa dari enam elemen dari analisis risiko pemakaian alat pelindung diri masker dan sumbat telinga pada pekerja tekstil di