• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PENDEKODE KUANTISASI VEKTOR SCALABLE PADA PERSONAL DIGITAL ASSISTANT UNTUK CITRA MEDIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI PENDEKODE KUANTISASI VEKTOR SCALABLE PADA PERSONAL DIGITAL ASSISTANT UNTUK CITRA MEDIK"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

IMPLEMENTASI PENDEKODE KUANTISASI VEKTOR SCALABLE PADA

PERSONAL DIGITAL ASSISTANT UNTUK CITRA MEDIK

Renita Fransisca Ompusunggu

Laboratorium Teknologi Radar dan Gelombang Mikro

Sekolah Teknik Elektro dan Informatika

Institut Teknologi Bandung

[email protected]

Abstraksi

Citra sinar-X merupakan salah satu data yang digunakan oleh dokter sebagai acuan untuk mendiagnosis. Namun citra sinar-X dalam bentuk dijital mempunyai ukuran file yang cukup besar, sehingga perlu dilakukan kompresi pada citra tersebut. Tugas Akhir ini merupakan pengembangan dari peneliian sebelumnya, mengenai pengembangan pengkodean kuantisasi vektor scalable citra radiologi sinar-X dengan menggunakan algoritma clustering Fuzzy C-Means[1]. Kuantisasi vektor memiliki sifat yang asimetrik, yaitu proses pengkodeannya lebih lama dibandingkan proses pendekodeannya. Dalam tugas akhir ini, dikembangkan implementasi pendekodeannya pada perangkat dengan komputansi terbatas itu, yaitu Personal Digital Assistant (PDA). Implementasi ini yaitu untuk mengakses citra radiologi sinar-X pada perangkat PDA yang mempunyai tingkat mobilitas lebih tinggi dibandingkan komputer, sehingga diharapkan seorang dokter mampu mengakses citra sinar-X tanpa terbatas ruang gerak.

Kata kunci- Kuantisasi vektor, Personal Digital Assistant (PDA), lossy-to-lossless, Region of Interest, scalable

1. Pendahuluan

Rekam medis adalah komponen utama di dalam pencatatan sejarah kesehatan seseorang. Rekam medis yang cukup baik dan akurat akan dapat membantu ahli medis untuk melakukan diagnosis penyakit dengan lebih baik. Dalam hal rekam medis elektronik seperti halnya citra sinar-x (X-ray), lembaga-lembaga kesehatan seperti rumah sakit hanya dapat menghasilkan rekam medis dalam bentuk informasi tekstual/ fisik, dan tidak disimpan sebagai arsip lembaga kesehatan tersebut. Dalam hal ini, pengembangan rekam medis elektronik sangat diperlukan untuk penyimpanan sebagai arsip. Sebelum disimpan dalam rekam medis, citra-citra medik ini harus diubah terlebih dahulu ke dalam format digital.

Solusi untuk menjawab permasalahan tersebut telah dikembangkan, yaitu kompresi citra scalable yang dikembangkan menggunakan kuantisasi vektor (KV). Terdapat dua jenis kompresi citra, yaitu kompresi lossless dan lossy. Kompresi lossless merepresentasikan citra digital original tanpa ada informasi yang hilang (loss) namun faktor kompresi yang dapat dicapai biasanya terbatas, sedangkan kompresi lossy terjadi kehilangan informasi namun faktor kompresi lebih tinggi daripada kompresi lossless. Dengan pengembangan kompresi ini, dapat memampatkan citra secara lossy dengan rasio

kompresi yang besar, sekitar 16 kali, namun dengan tidak menyalahi aspek legal. KV ini bersifat sederhana dan asimetrik, yang artinya proses decoding lebih ringan dibandingkan proses encoding. Hal ini sangat cocok diimplementasikan dalam perangkat-perangkat yang bersifat mobile seperti halnya PDA yang memiliki kapasitas memori yang terbatas. Oleh karena itu, tugas akhir ini adalah mengimplementasikan kompresi citra tersebut pada perangkat PDA. PDA dipilih dikarenakan lebar layar yang cukup besar dibanding handset (misalnya

handphone) lainnya dan memiliki resolusi yang cukup

bagus. Oleh karena itu tugas akhir ini diharapkan akan diimplementasikan dalam sistem informasi kedokteran, sehingga jika seorang dokter ingin melihat hasil foto sinar-x dari seorang pasien tanpa terbatas ruang gerak, maka ia dapat mengaksesnya melalui handset PDA. Hal ini akan berguna untuk membantu seorang dokter untuk menganalisis citra sinar-x dari pasiennya dengan mobilitas yang tinggi.

2. Citra Radiologi Sinar-X

Sebuah citra atau gambar merupakan representasi dua dimensi dari dunia visual. Citra dapat diartikan sebagai

(2)

suatu fungsi kontinu dari intensitas cahaya dalam bidang dua dimensi.

Citra digital merupakan fungsi diskrit dari dua dimensi

f(x,y), dimana x dan y adalah koordinat spasial, dan

amplitudo f sesuai dengan pasangan koordinat ( disebut sebagai intensitas atau derajat keabuan citra pada titik tersebut. Ketika x, y, dan nilai amplitudo dari memiliki nilai yang berhingga, kuantitas diskrit, citra tersebut dikatakan sebagai citra digital. Elemen te dari suatu citra digital disebut sebagai piksel.

Citra dua dimensi dapat dinyatakan dalam matriks dua dimensi dengan ukuran yang dapat dinyatakan sebagai berikut:

dengan,

M = Panjang citra dalam satuan pixel N = Lebar citra dalam satuan pixel f(x,y) merupakan nilai pixel dari suatu koordinat

pada matriks citra. Untuk citra dengan kedalaman warna 8-bit per piksel, maka rentang nilai warna citra adalah 2 = 256, dengan (dengan 0 merepre sentasikan warna hitam dan 255 merepresentasikan warna putih).

Citra radiologi sinar-x merupakan citra medik yang dihasilkan dengan menggunakan sinar

modalitasnya. Citra ini memiliki intensitas warna sebesar 8 bit dengan rentang [0,255]. Berikut ini adalah contoh contoh dari citra sinar-x.

Gambar 1. Contoh citra radiologi sinar tulang lutut, (c) femur, dan (d) telapak

3. Kompresi Citra

Kompresi merupakan suatu teknik pengkodean data (berupa citra) agar dapat dihasilkan data baru dengan

2

suatu fungsi kontinu dari intensitas cahaya dalam bidang

Citra digital merupakan fungsi diskrit dari dua dimensi adalah koordinat spasial, dan dengan pasangan koordinat (x, y) disebut sebagai intensitas atau derajat keabuan citra pada , dan nilai amplitudo dari f memiliki nilai yang berhingga, kuantitas diskrit, citra tersebut dikatakan sebagai citra digital. Elemen terkecil dari suatu citra digital disebut sebagai piksel.

Citra dua dimensi dapat dinyatakan dalam matriks dua yang dapat dinyatakan

(2.1) = Panjang citra dalam satuan pixel

= Lebar citra dalam satuan pixel

merupakan nilai pixel dari suatu koordinat x dan y pada matriks citra. Untuk citra dengan kedalaman warna it per piksel, maka rentang nilai warna citra adalah 28

(dengan 0 merepre-sentasikan warna hitam dan 255 merepremerepre-sentasikan warna

x merupakan citra medik yang dihasilkan dengan menggunakan sinar-x sebagai modalitasnya. Citra ini memiliki intensitas warna sebesar 8 bit dengan rentang [0,255]. Berikut ini adalah

contoh-Gambar 1. Contoh citra radiologi sinar-x: (a) thorax, (b) tulang lutut, (c) femur, dan (d) telapak tangan

Kompresi merupakan suatu teknik pengkodean data (berupa citra) agar dapat dihasilkan data baru dengan

ukuran yang lebih kecil dibandingkan ukuran citra asal. Kompresi dilakukan agar dapat mempermudah dalam penyimpanan dan pengiriman data karena ukurannya lebih ringkas.

Kompresi dapat memiliki dua sifat, yaitu:

Lossy, yaitu kompresi dengan citra hasil decoding

tidak identik pixel per pixel dengan citra asal. Kompresi ini melakukan proses pengkodean, dan ketika didekodekan, hasil p

memiliki nilai yang tidak identik dengan citra asli. Hal ini dilakukan dengan mengurangi irrelevansi (data-data yang tidak signifikan

Lossless, yaitu kompresi dengan citra hasil

decoding identik pixel per pixel dengan citra asal. Kompresi ini melakukan pengkodean yang ketika didekodekan kembali, dapat dihasilkan citra yang identik dengan citra aslinya.

Gambar 2. Perbedaan citra hasil pendekodean pada kompresi lossy

Gambar diatas menampilkan perbedaan citra hasil rekonstruksi pada kompresi bersifat

setelah melalui proses peengkodean dan pendekodean yang dijalankan pada coder.

Gambar 3. Proses pengkodean dan pendekodean

4. Kuantisasi Vektor

Kuantisasi Vektor adalah suatu teknik kuantisasi yang banyak digunakan untuk kompresi data berupa citra ukuran yang lebih kecil dibandingkan ukuran citra asal. Kompresi dilakukan agar dapat mempermudah dalam iman data karena ukurannya Kompresi dapat memiliki dua sifat, yaitu:

, yaitu kompresi dengan citra hasil decoding tidak identik pixel per pixel dengan citra asal. Kompresi ini melakukan proses pengkodean, dan ketika didekodekan, hasil pendekodean tersebut memiliki nilai yang tidak identik dengan citra asli. Hal ini dilakukan dengan mengurangi irrelevansi

data yang tidak signifikan)..

yaitu kompresi dengan citra hasil decoding identik pixel per pixel dengan citra asal. presi ini melakukan pengkodean yang ketika didekodekan kembali, dapat dihasilkan citra yang identik dengan citra aslinya.

Perbedaan citra hasil pendekodean pada

lossy dan lossless

menampilkan perbedaan citra hasil rekonstruksi pada kompresi bersifat lossy dan lossless setelah melalui proses peengkodean dan pendekodean

Proses pengkodean dan pendekodean

Kuantisasi Vektor adalah suatu teknik kuantisasi yang banyak digunakan untuk kompresi data berupa citra

(3)

3

digital dan sinyal suara, bekerja dengan membagi suatu kumpulan vektor yang besar kedalam kelompok-kelompok yang mempunyai nilai vektor terdekat yang sama pada kelompok tersebut. Setiap grup (cluster) direpresentasikan dengan titik centroid, seperti pada

k-means dan beberapa algoritma clustering lainnya.

Gambar 4. Diagram kuantisasi vektor sebagai komposisi dari encoder dan decoder

Gambar 4 menunjukkan diagram kuantisasi vektor yang terdiri dai pengkodean dan pendekodean. Citra asli x diproses melalui encoder dengan berdasarkan buku kode, dihasilkan data J yang berisi indeks buku kode dari setiap blok kuantisasi 4x4. Dan untuk mendapatkan citra hasil rekonstruksi, maka J diproses melalui decoder dan didapat citra .

5. Region of Interest scalable

Region of Interest (RoI) merupakan suatu bagian

terpilih dari sekelompok sampel-sampel dengan suatu himpunan data yang teridentifikasi untuk suatu tujuan tertentu. Pada citra (himpunan data dua dimensi), RoI merupakan batas-batas dari suatu objek. Pada citra medis, RoI merupakan suatu bagian dari citra yang akan diamati dengen tujuan medis tertentu. Jika suatu dokter ingin menganalisis suatu citra radiologi sinar-x seperti pada gambar di bawah ini, maka dokter akan lebih memperhatikan dan menganalisis daerah fraktur saja, ini adalah RoI menurut pengamatan dokter.

Seperti yang terlihat pada gambar 4, bahwa merupakan citra rekonstruksi yang bersifat lossy. Residu citra didapatkan dengan rumus sebagai berikut.

(2.2) Dengan R merupakan residu citra dan X merupakan citra asli. Maka, untuk mendapatkan daerah RoI yang bersifat

lossless, daerah RoI tersebut harus ditambahkan dengan

residu sesuai dengan lokasi RoI tersebut.

(2.3)

Skalabilitas merupakan suatu properti yang diinginkan dari suatu sistem, suatu jaringan, atau suatu proses, yang mengindikasikan kemampuan untuk baik menghadapi pembesaran volume proses pada suatu perilaku tertentu.

Pada kompresi citra lossy to lossless, skalabilitas dapat diartikan sebagai cara untuk menaikkan skala kualitas dari citra. Pada tugas akhir ini, skalabilitas diimplementasikan pada daerah RoI agar pada citra rekonstruksi yang bersifat

lossy, didapat daerah RoI dengan perbaikan kualitas

sehingga bersifat lossless. Gambar 5 menunjukkan pengaksesan citra yang memeiliki sifat scalable.

Gambar 5. Skema RoI scalable

6. Hasil Eksperimen

Setelah desain diimplementasikan, didapat beberapa parameter. Parameter berikut merupakan parameter hasil pengkodean dan pendekodean yang dijalankan pada perangkat personal computer (PC) dengan s[esifikasi berokut

Tabel 1. Spesifikasi PC untuk proses pengkodean

Spesifikasi Keterangan

Jenis Acer

RAM 1.49 GB

Operating System Microsoft Windows XP Professional Version 2002

Processor T2080 @1.73 GHz

Tabel 2. Data hasil pengkodean dan pendekodean pada PC

Nama Citra Rasio Kompresi Volume Citra Hasil Enkode (Bytes) PSNR [Db] Waktu Encoding (Detik) Waktu Decoding (Detik) xRayA 15.99 239.990 33,18 779 1,98 xRayD 15.98 214.369 35,06 635 1,56 xrayF1 15.99 211.296 39,26 713 1,72 xrayF2 15.98 204.256 39,83 622 1,99 xrayH1 15.98 216.841 39,83 763 1,75 xrayH2 16.00 221.146 39,50 754 1,86

(4)

xrayFE1 16.00 120.421 35,18

xrayFE2 16.00 124.616 38,56

xrayFE3 15.98 106.588 43,82

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa rasio kompresi yang didapat rata-rata berkisar 16 atau dengan kata lain memiliki ukuran volume citra hasil encoding 1/16 kali citra sebenarnya. Hal ini dikarenakan untuk grayscale dengan ukuran 8-bit per pixel atau 1 byte per pixel, maka volume citra akan menjadi.

Kemudian sistem diimplementasikan kedalam perangkat PDA, yaitu pendekodean dan pengimple mentasian skema scalable, yaitu pembuatan RoI yang

scalable. Terdapat 2 perangkat PDA yang akan diuji

dengan sesifikasi berikut.

Tabel 3. Spesifikasi PDA untuk proses pendekodean dan pembuatan RoI scalable

Keterangan Dopod 838 Pro

CPU Samsung® 2442A

Speed 400 MHz RAM Size 64 MB Flash Size 128 MB Storage Size 56.22 MB Operating System Windows mobile 5.0 professional SDK Screen resolution 240x320 color 65536

Tabel 4. Data proses pendekodean dan pengambilan residu untuk RoI yang scalable

Dari data tabel 2 dan tabel 4, terlihat bahwa proses pengenkodean memiliki delay yang jauh lebih besar daripada proses pendekodeannya. Pada tabel

pendekodean yang diimplemetasikan pada perangkat PDA memiliki delay decoding antara 4

Nama file Ukuran (piksel)

Dopod 838 pro Waktu decoding (detik) Ambil residu (detik) xRay A 3833830 9.55 24.619 xRay D 3418545 8.903 21.28 xRay F1 3375218 8.442 22.683 xRay F2 3256773 8.509 21.403 xRay H1 3465000 8.625 22.717 xRay H2 3538080 8.825 22.799 xRay FE1 1923720 4.953 12.094 xRay FE2 1990752 5.111 12.58 xRay FE3 1061871 4.417 10.835

4

35,18 393 1,25 38,56 446 1,17 43,82 350 1,39 Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa rasio kompresi

rata berkisar 16 atau dengan kata lain memiliki ukuran volume citra hasil encoding 1/16 kali citra sebenarnya. Hal ini dikarenakan untuk citra bit per pixel atau 1 byte per pixel, maka volume citra akan menjadi.

Kemudian sistem diimplementasikan kedalam , yaitu pendekodean dan

pengimple-, yaitu pembuatan RoI yang apat 2 perangkat PDA yang akan diuji,

Tabel 3. Spesifikasi PDA untuk proses pendekodean dan pembuatan RoI scalable

O2 Xda Zinc PXA270 520 MHz 64 MB 128 MB 51.11 MB Windows mobile 5.0 Windows mobile

6.0 professional 240x320 65536 . Data proses pendekodean dan pengambilan residu

scalable

, terlihat bahwa proses pengenkodean memiliki delay yang jauh lebih besar daripada proses pendekodeannya. Pada tabel 2, proses pendekodean yang diimplemetasikan pada perangkat PDA memiliki delay decoding antara 4 – 10 detik,

sedangkan proses pengenkodean yang dilakukan pada PC memakan waktu 400 –

penggunaan PDA O2 Xda Zinc, pada tabel pada proses pendekodeannya memiliki

kecil, yaitu antara 3 – 7 detik. Hal ini dikarenakan PDA O2 Xda Zinc memiliki prosesor yang lebih cepat dari PDA Dopod 838 Pro.

Pada tabel 4, dapat terlihat juga, ketika pengambilan

Region of Interest yang bersifat

residu citra memakan waktu yang lama, yaitu antara 10 25 detik. Dan pada PDA O2 Xda Zinc, terlihat pada tabel 4, pembacaan residu memiliki

Hal ini dikarenakan ukuran residu yang sama dengan ukuran citra asli, sehingga dalam proses pembacaan dan pembuatan array residu pun memakan waktu yang tidak singkat, karena membutuhkan alokasi memori yang besar, yaitu lebih dari 1MB.

Gambar 6. Gambar kurva luas citra terhadap waktu pendekodean

Gambar 7. Gambar kurva luas citra RoI terhadap waktu pemrosesan untuk mendapat daerah RoI

0 5 10 15 0 2000000 W a k tu p e n d e k o d e a n (d e ti k )

Ukuran citra (piksel)

O2 Xda Zinc Waktu decoding (detik) Ambil residu (detik) 6.858 13.137 6.27 12.262 6.123 12.158 5.898 11.261 6.196 12.137 6.43 12.373 3.626 6.807 3.838 6.872 3.314 5.894

sedangkan proses pengenkodean yang dilakukan pada PC 800 detik. Namun pada penggunaan PDA O2 Xda Zinc, pada tabel 4, ternyata a proses pendekodeannya memiliki delay yang lebih 7 detik. Hal ini dikarenakan PDA O2 Xda Zinc memiliki prosesor yang lebih cepat dari

, dapat terlihat juga, ketika pengambilan yang bersifat scalable, pembacaan residu citra memakan waktu yang lama, yaitu antara 10 – 25 detik. Dan pada PDA O2 Xda Zinc, terlihat pada tabel , pembacaan residu memiliki delay antara 5 – 13 detik. Hal ini dikarenakan ukuran residu yang sama dengan uran citra asli, sehingga dalam proses pembacaan dan residu pun memakan waktu yang tidak singkat, karena membutuhkan alokasi memori yang besar,

Gambar kurva luas citra terhadap waktu pendekodean

a luas citra RoI terhadap waktu pemrosesan untuk mendapat daerah RoI

2000000 4000000 6000000

(5)

Gambar 8. Implementasi aplikasi dengan pilihan ‘zoom’

Gambar 9. Implementasi aplikasi dengan pilihan RoI yang scalable

7. Kesimpulan dan Saran

Pada pelaksanaan tugas akhir ini, penulis telah berhasil dalam menjalankan pengaksesan citra radiologi sinar-x dengan menggunakan PDA. Pada pelaksanaan tugas akhir ini, penulis dapat menyimpulkan bahwa:

• Dalam mengakses data citra hasil pengkodean, memakan waktu pemrosesan sebanyak 5

untuk perangkat PDA jenis dopod 838 pro dan 3 detik untuk perangkat PDA jenis O2

• Dalam mengakses data residu dalam hal memperbaiki kualitas citra pada daerah Region of Interest

waktu pemrosesan 15 – 24 detik untuk Dopod 838 pro dan 5 – 13 detik untuk O2 Zinc

• Dalam proses memperbaiki kualitas citra pada daerah RoI, dibutuhkan waktu yang singkat, dengan rata sebesar 0,127 detik.

Pada data citra hasil pengkodean, didapat rata PSNR sebesar 38,24 dB dengan PSNR terkecil sebesar 35,060 dB dan PSNR terbesar sebesar 43,822

5

. Implementasi aplikasi dengan pilihan ‘zoom’

. Implementasi aplikasi dengan pilihan RoI yang

n tugas akhir ini, penulis telah berhasil dalam menjalankan pengaksesan citra radiologi x dengan menggunakan PDA. Pada pelaksanaan tugas akhir ini, penulis dapat menyimpulkan bahwa:

Dalam mengakses data citra hasil pengkodean, pemrosesan sebanyak 5 – 10 detik untuk perangkat PDA jenis dopod 838 pro dan 3 – 6

2 Xda Zinc.

Dalam mengakses data residu dalam hal memperbaiki

Region of Interest, didapat

24 detik untuk Dopod 838 pro Dalam proses memperbaiki kualitas citra pada daerah RoI, dibutuhkan waktu yang singkat, dengan rata-rata Pada data citra hasil pengkodean, didapat rata-rata 4 dB dengan PSNR terkecil sebesar 35,060 dB dan PSNR terbesar sebesar 43,822 dB.

Pelaksanaan tugas akhir ini dapat dikembangkan dengan menggunakan sistem

menggunakan web service. Data hasil pengkodean, data buku kode, dan data residu

pengaksesan dilakukan melalu web service. Pembukaan dan pembacaan residu yang memakan waktu lama jika langsung diakses oleh perangkat PDA, dapat dibuka pada server ketika pengguna mengakses suatu citra radiologi sinar-x dan array dibuat pada server. Karena

berupa komputer memiliki daya komputansi yang lebih tinggi daripada PDA, maka waktu pembukaan dan pembuatan array residu yang lama dapat diatasi.

8. Referensi

[1] Setiawan, Antonius Darma.Tesis ”

Pengkodean Kuantisasi Vektor Scalable Citra Radiologi Sinar-X Menggunakan Fuzzy C

Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, ITB, 2007. [2] Arya, Vinay et al.2005.

for Teleconferencing and Medical Image Sequence

Department of Electronic IIT Roorke, Uttaranchal, India. [3] Haber Jorg and Hans Peter.2000.

LBG Algorithm to Reduce the Codebook Error in Vector Quantization. Computer Graphics Group.

Max-Planck-Institut fur Informatik, Germany. [4] Hsieh, Chaur-Heh and Jyi

Compression of VQ Index with Search

IEEE Transaction on Image Processing. [5] Yoseph Linde, Andres Buzo

An Algorithm for Vector Quantizer Design

Transactions On Comunications [6] Nicolaos B. Karayiannis, 1995.

Ouantization Algorithms and Their Application in Image Compression. IEEE Transaction on Image

Processing

[7] Nicolaos B. Karayiannis, Pin

Quantization Algorithms.

Engineering, University of Houston. [8] Chaur-Heh Hsieh,

Jyi-Compression of VQ Index with Search

IEEE Transaction on Image Processing [9] Abdel-Ouahab Boudraa

Beghdadi and Anissa

Quantization for Image Compression

Pelaksanaan tugas akhir ini dapat dikembangkan dengan menggunakan sistem client-server dengan . Data hasil pengkodean, data buku kode, dan data residu diletakkan pada server dan pengaksesan dilakukan melalu web service. Pembukaan dan pembacaan residu yang memakan waktu lama jika langsung diakses oleh perangkat PDA, dapat dibuka pada server ketika pengguna mengakses suatu citra radiologi dibuat pada server. Karena server yang berupa komputer memiliki daya komputansi yang lebih tinggi daripada PDA, maka waktu pembukaan dan

residu yang lama dapat diatasi.

Setiawan, Antonius Darma.Tesis ”Pengembangan

Kuantisasi Vektor Scalable Citra X Menggunakan Fuzzy C-Means”.

Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, ITB, 2007. Arya, Vinay et al.2005. An Efficient Coding Method

for Teleconferencing and Medical Image Sequence.

Department of Electronic and Computer Engineering, IIT Roorke, Uttaranchal, India.

Haber Jorg and Hans Peter.2000. Using an Enhanced

LBG Algorithm to Reduce the Codebook Error in

. Computer Graphics Group. Institut fur Informatik, Germany.

Heh and Jyi-Chang Tsai.1996. Lossless

Compression of VQ Index with Search-Order Coding.

IEEE Transaction on Image Processing.

ndres Buzo, Robert M. Gray, 1980

An Algorithm for Vector Quantizer Design. IEEE

ransactions On Comunications

Karayiannis, 1995. Fuzzv Vector

Ouantization Algorithms and Their Application in

IEEE Transaction on Image

Karayiannis, Pin-I Pai, Fuzzy Vector

Quantization Algorithms. Department of Electrical

ing, University of Houston.

-Chang Tsai, 1996. Lossless

Compression of VQ Index with Search-Order Coding.

IEEE Transaction on Image Processing

Boudraa, Qosai Kanafani, Azeddine and Anissa Zaergainoh. 1999. Vector

(6)

6

Clustering. L2T1, Institut GalilCe, UniversitC Paris

Gambar

Gambar  diatas  menampilkan  perbedaan  citra  hasil  rekonstruksi  pada  kompresi  bersifat
Gambar  4  menunjukkan  diagram  kuantisasi  vektor  yang terdiri dai pengkodean dan pendekodean
Gambar kurva luas citra terhadap waktu  pendekodean
Gambar 8. Implementasi aplikasi dengan pilihan ‘zoom’

Referensi

Dokumen terkait

algoritma Run Length Encoding untuk kompresi citra digital pada

Sebuah data yang telah mengalami proses kompresi/pemampatan tentunya harus dapat dikembalikan lagi kebentuk aslinya, walaupun tidak semua citra hasil kompresi yang

Penambahan proses filtering menggunakan metode arithmetic mean filter dapat membantu metode run length encoding untuk melakukan kompresi pada citra sehingga citra dapat

Sebuah data yang telah mengalami proses kompresi/pemampatan tentunya harus dapat dikembalikan lagi kebentuk aslinya, walaupun tidak semua citra hasil kompresi yang

Setelah melakukan proses kompresi sebanyak 4 file images dengan citra digital berformat .TIFF pada aplikasi kompresi dengan metode LZW yang telah dibuat ini didapat semua file yang

kanan menunjukan kernel hasil yang mewakili citra setelah mengalami proses filter. Dari kernel awal dilakukan proses Midpoint filter yaitu dengan

Setelah citra hasil kompresi tersimpan, maka untuk menampilkan perbandingan ukuran citra yang terlah terkompresi maka dapat dilakukan dengan cara mengklik kotak

Mean filter merupakan salah satu filtering linear yang berfungsi untuk memperhalus dan menghilangkan noise pada suatu citra yang bekerja dengan menggantikan intensitas nilai pixel