• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari manusia pasti saling membutuhkan satu sama lainnya. Oleh sebab itu diwajibkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari manusia pasti saling membutuhkan satu sama lainnya. Oleh sebab itu diwajibkan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Manusia diciptakan tuhan sebagai makhluk sosial yang mana manusia tidak bisa memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa berinteraksi dengan manusia lain. Dalam kehidupan sehari-hari manusia pasti saling membutuhkan satu sama lainnya. Oleh sebab itu diwajibkan bagi mereka untuk saling tolong menolong antar sesama umat manusia, tidak jarang dalam memenuhi kebutuhan pribadi, seseorang adakalanya tidak mampu untuk memenuhinya sendiri, sehingga memerlukan orang lain. Seperti halnya dengan saling jamin-menjamin, tanggung-menanggung dan pinjaman dengan jaminan dalam kehidupan bermasyarakat.1

Sejak dulu setiap orang dalam kehidupannya selalu menghadapi berbagai masalah diantaranya adalah kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Masalah ekonomi adalah suatu masalah yang sangat penting dalam setiap kehidupan manusia, ditinjau berdasarkan taraf hidup dalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya maka dapat ditemui adanya dua sisi yang berbeda, di satu sisi ada orang atau sekumpulan orang atau badan hukum yang memiliki kelebihan dana dan di sisi lain begitu banyaknya masyarakat baik perorangan maupun lembaga atau badan usaha yang membutuhkan dana. Dengan adanya kelebihan dana, maka timbul suatu pemikiran untuk menginvestasikan dana tersebut pada suatu usaha yang menguntungkan secara ekonomis maupun sosial. Disinilah kemudian muncul lembaga-lembaga keuangan sebagai perantara yang menjembati antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana, sehingga dapat dikatakan bahwa lembaga keuangan merupakan perantara keuangan masyarakat. Kelemahan yang terdapat pada lembaga keuangan “bank” dalam menyalurkan kebutuhan dana, maka muncul lembaga keuangan bukan bank yang merupakan lembaga penyandang dana yang lebih fleksibel dan

(2)

moderat daripada bank yang dalam hal-hal tertentu tingkat risikonya bahkan lebih tinggi. Lembaga inilah yang kemudian dikenal sebagai “lembaga pembiayaan”, yang menawarkan model-model formulasi baru dalam hal penyaluran dana terhadap pihak- pihak yang membutuhkan.2 Pengertian lembaga keuangan bukan bank, dapat dilihat dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang perusahaan pembiayaan yang berbunyi :

“Perusahaan Pembiayaan adalah badan usaha di luar Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha Lembaga Pembiayaan.” 3

Menurut keputusan tersebut bidang usaha dari Perusahaan Pembiayaan itu meliputi ; 1.Sewa Guna Usaha ( Leasing)

2. Anjak Piutang ( Factoring) 3. Usaha Kartu Kredit (Credit Card)

4. Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance).

Dari berbagai bidang usaha Perusahaan pembiayaan tersebut di atas, yang sama pentingnya dengan bidang-bidang usaha dari Perusahaan pembiayaan lainnya adalah Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance) adalah kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran. Pembiayaan Konsumen berasal dari istilah Consumer Finance, sebagai salah satu model pembiayaan yang dilakukan oleh perusahaan financial. Pembiayaan Konsumen sebagai suatu kegiatan perjanjian yang dilakukan dalam bentuk penyediaan dana bagi konsumen untuk pembelian barang atau jasa yang akan langsung dikonsumsi atau digunakan oleh konsumen, serta pembayarannya dilakukan secara angsuran atau berkala oleh konsumen.4 Perusahaan

2Ibid

3Husni Syawali dan Neni Sri Imaniyati,2000, Hukum Perlindungan Konsumen. Penerbit Mandar Maju, Bandung.h.123.

(3)

pembiayaan akan melakukan perbuatan hukum yang termasuk dalam ruang lingkup hukum perdata.

Tindakan atau perbuatan perusahaan pembiayaan konsumen untuk menyerahkan dana pembiayaan yang diperlukan oleh konsumen, serta demikian pula tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh konsumen untuk melakukan pembayaran kembali hutang pembiayaan, tentunya hal itu merupakan suatu perbuatan yang akan membawa akibat hukum. Oleh karenanya, perbuatan tersebut perlu mendapatkan penanganan dari aspek hukum perdata.

Melihat pada pengertian di atas, maka suatu Perjanjian pembiayaan konsumen harus memenuhi persyaratan perjanjian dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) , yaitu:

a. Sepakat dari mereka yang mengikatkan dirinya b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan c. Suatu hal tertentu

d. Suatu sebab yang halal.

Jadi, selama perjanjian pembiayaan konsumen tersebut memenuhi 4 (empat) syarat di atas, maka walaupun tidak dalam bentuk tertulis, perjanjian Pembiayaan Konsumen tersebut sah mengikat kedua pihak. Berdasarkan Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) berbunyi :

“semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Perjanjian tersebut tidak dapat ditarik kembali kecuali ada kesepakatan dari kedua belah pihak dan para pihak harus melaksanakan perjanjian tersebut dengan iktikad baik.”

Dalam Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) yang berbunyi sebagai berikut:

(4)

“Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah 1. Bagaimanakah penyelesaian sengketa dalam perjanjian pembiayaan konsumen di PT.

BII Finance Center Denpasar dalam hal konsumen wanprestasi?

2. Apakah Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dilibatkan dalam hal penyelesaian sengketa dalam perjanjian pembiayaan konsumen di PT.BII Finance Center Denpasar ?

1.3. Ruang Lingkup Masalah

Ruang lingkup masalah ini yaitu bertujuan untuk membatasi pembahasan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Adapun ruang lingkup masalah dari penelitian ini adalah mengenai Bagaimanakah penyelesaian sengketa dalam perjanjian pembiayaan konsumen di PT.BII Finance Center Denpasar dalam hal konsumen wanprestasi dan Apakah Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dilibatkan dalam hal penyelesaian sengketa dalam perjanjian pembiayaan konsumen di PT. BII Finance Center Denpasar.

1.4. Orisinalitas Penelitian

Penulisan penelitian yang berjudul “Penyelesaian Sengketa dalam perjanjian

Pembiayaan Konsumen di PT. BII Finance Center Denpasar” ini adalah hasil

karya penulis sendiri dan tidak menjiplak hasil karya orang lain serta seluruh sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah penulis nyatakan dengan benar. Berdasarkan

(5)

penelusuran judul penelitian, penulis akan menampilkan penelitian terdahulu yang sejenis namun memiliki suatu perbedaan yaitu :

No Jenis

Karya tulis Judul Penulis Rumusan masalah

1. Skripsi TinjauanYuridis tentang utang – piutang benda bergerak pada perjanjian pembiayaan konsumen dengan jaminan fidusia di Multifinance sinar Mas cabang Ciparay Kabupaten Bandung berdasarkan Undang Undang Nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia.

Agneus Sylviati Cahayamurni, Mahasiswi Fakultas Hukum Unila,tahun 2011. 1. Bagaimana akibat hukum bagi debitur yang menjaminkan benda bergerak dengan jaminan fidusia pada Multifinance Sinar Mas berdasarkan dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia? 2. Bagaimana hambatan debitur tidak melaksanakan kewajibannya sesuai dengan perjanjian yang di sepakati berdasarkan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang

(6)

Jaminan Fidusia? 2. Tesis 1. Pelaksanaan perjanjian

utang piutang dengan jaminan fidusia dalam

pratek di Perum

Pegadaian Branta

Kabupaten Pamekasan.

2. Kajian penyelesaian perkara utang piutang putusan pengadilan niaga dalam hubungannya dengan pengertian sumir Abdul Rahman, Program pasca sarjana megister kenotariatan Universitas Diponegoro Semarang, tahun 2007. Nenny Yulianny ,SH 1. Bagaimana praktek utang piutang yang di jamin dengan jaminan fidusia di Perum Pegadaian Branta Kabupaten Pamekasan Provinsi Jawa Timur. 2. Bagaimana pelaksanaan eksekusi terhadap objek jaminan fidusia yang pembebanannya tidak didaftarkan di Kantor Pendaftaran Fidusia setelah berlakunya UUF?

1. Kriteria dan ukuran yang bagaimanakah suatu perkara utang

piutang dapat

dikatakan sumir

(7)

berdasarkan Undang-Undang nomor 4 tahun 1998 tentang kepailitan diajukan sebagai perkara kepailitan? 2. Bagaimanakah akibat hukumnya apabila kriteria atau ukuran sumir tersebut tidak terpenuhi?

1.5 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dirumuskan diatas, maka dapat disampaikan tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.5.1 Tujuan Umum

1. Untuk melatih menyatakan pemikiran secara tertulis dan Untuk memberikan pemikiran atau solusi terkait permasalahan hukum yang terjadi.

2. Untuk memahami dan menganalisis mengenai Bagaimanakah penyelesaian sengketa dalam perjanjian pembiayaan konsumen di PT.BII Finance Center Denpasar dalam hal konsumen wanprestasi dan Apakah Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dilibatkan dalam hal penyelesaian sengketa dalam perjanjian pembiayaan konsumen di PT.BII Finance Center Denpasar.

3. Untuk mengamalkan ajaran Tri Dharma Perguruan Tinggi terutama dalam bidang penelitian dan pengembangan serta sebagai prasyarat untuk meraih gelar sarjana hukum di Universitas Udayana.

(8)

1.5.2 Tujuan Khusus

Sementara itu, sesuai dengan permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini, adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah penyelesaian sengketa dalam perjanjian pembiayaan konsumen di PT.BII Finance Center Denpasar dalam hal konsumen wanprestasi.

2. Apakah Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dilibatkan dalam hal penyelesaian sengketa dalam perjanjian pembiayaan konsumen di PT.BII Finance Center Denpasar.

1.6 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan manfaat praktis sebagai berikut :

1.6.1 Manfaat Teoritis

Untuk dijadikan referensi tambahan untuk pengembangan ilmu hukum, khususnya di bidang hukum pembiayaan konsumen.

(9)

1.6.2 Manfaat Praktis

- Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan agar penulis mengetahui Bagaimanakah penyelesaian sengketa dalam perjanjian pembiayaan konsumen di PT.BII Finance Center Denpasar dalam hal konsumen wanprestasi dan Apakah Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dilibatkan dalam hal penyelesaian sengketa dalam perjanjian pembiayaan konsumen di PT.BII Finance Center Denpasar.

- Bagi almamater, penulisan ini dapat menambah referensi yang ada yang dapat di gunakan oleh semua pihak yang memerlukan dan membutuhkan.

- Bagi pembaca, penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang Bagaimanakah penyelesaian sengketa dalam perjanjian pembiayaan konsumen di PT.BII Finance Center Denpasar dalam hal konsumen wanprestasi dan Apakah Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dilibatkan dalam hal penyelesaian sengketa dalam perjanjian pembiayaan konsumen di PT.BII Finance Denpasar.

1.7 Landasan Teoritis

a. Pengertian Pembiayaan Konsumen

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang perusahaan pembiayaan yang berbunyi :

“Perusahaan Pembiayaan adalah badan usaha di luar Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha Lembaga Pembiayaan“.5

Pada pasal 1 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 tahun 2009 tentang lembaga Pembiayaan berbunyi :

5Ibid.

(10)

“Lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal.”

Pasal 2 berbunyi :

“ Perusahaan Pembiayaan adalah badan usaha yang khusus didirikan untuk melakukan sewa guna usaha, anjak piutang, pembiayaan konsumen dan atau usaha kartu kredit”.

Menurut keputusan tersebut bidang usaha dari Perusahaan Pembiayaan meliputi : 1.Sewa Guna Usaha ( Leasing)

2. Anjak Piutang ( Factoring) 3. Usaha Kartu Kredit (Credit Card)

4. Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance).

Dari berbagai bidang usaha Perusahaan pembiayaan tersebut di atas, yang sama pentingnya dengan bidang-bidang usaha dari Perusahaan pembiayaan lainnya adalah Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance) adalah kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran. Pembiayaan Konsumen berasal dari istilah Consumer Finance,

sebagai salah satu model pembiayaan yang dilakukan oleh perusahaan financial. Pembiayaan Konsumen sebagai suatu kegiatan perjanjian yang dilakukan dalam bentuk penyediaan dana bagi konsumen untuk Pembelian barang atau jasa yang akan langsung dikonsumsi oleh konsumen, serta pembayarannya dilakukan secara angsuran atau berkala oleh konsumen.

b. Para pihak yang terlibat dalam perjanjian pembiayaan Konsumen adalah:

- Perusahaan pembiayaan konsumen adalah badan usaha di luar Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha Lembaga Pembiayaan.

(11)

- Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.6

- Supplier (penjual) adalah penjual, yaitu perusahaan atau pihak-pihak yang menjual atau menyediakan barang-barang yang dibutuhkan konsumen dalam rangka pembiayaan konsumen. Barang-barang yang dijual atau disediakan oleh supplier (pemasok) merupakan barang-barang konsumsi, seperti kendaraan bermotor, barang-barang elektronik, komputer, Kebutuhan rumah tangga. Pembayaran atas harga barang-barang yang dibutuhkan konsumen tersebut dilakukan oleh perusahaan pembiayaan konsumen kepada pemasok (supplier).7 c. Hubungan antara para pihak :

1. Hubungan antara perusahaan pembiayaan dengan konsumen :

Terjadinya hubungan antara perusahaan pembiayaan konsumen dan konsumen karena sebelumnya telah terlebih dahulu dilakukan kontrak, yaitu kontrak pembiayaan konsumen. Atas dasar kontrak yang sudah mereka tanda tangani, secara yuridis para pihak terikat akan hak dan kewajiban masing-masing. Konsekuensi yuridis selanjutnya adalah kontrak tersebut harus dilaksanakan dengan itikad baik dan tidak dapat dibatalkan secara sepihak. Kewajiban perusahaan pembiayaan konsumen adalah menyediakan dana kepada konsumen sejumlah uang yang dibayarakan secara tunai kepada pemasok atas pembelian barang yang dibutuhkan konsumen. Adapun kewajiban konsumen adalah membayar kembali dana secara berkala sampai lunas pada perusahaan pembiayaan konsumen. Apabila dana sudah dicairkan dan barang sudah

6Celina Tri Siwi Kristiyanti, 2011, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, h.22.

(12)

diserahkan oleh pemasok kepada konsumen, maka barang tersebut langsung menjadi milik konsumen.

Akan tetapi, jika sampai angsuran terakhir belum dibayar lunas, maka barang tersebut menjadi jaminan hutang secara fidusia. Jadi, hubungan kontraktual antara perusahaan pembiayaan konsumen dengan konsumen sejenis dengan perjanjian kredit pada umumnya. Dengan demikian ketentuan-ketentuan tentang perjanjian kredit dalam KUHPerdata berlaku sepanjang tidak ditentukan lain. Hak perusahaan pembiayaan konsumen adalah menerima pembayaran kembali dana secara berkala sampai lunas dari konsumen. Hak konsumen adalah menerima pembiayaan dalam bentuk dana sejumlah uang yang dibayarkan secara tunai kepada pemasok untuk pembelian barang yang dibutuhkan konsumen.8

2. Hubungan antara perusahaan pembiayaan dengan supplier :

Dalam hubungan antara perusahaan pembiayaan konsumen dan pemasok tidak ada hubungan kontraktual, antara perusahaan pembiayaan konsumen dengan pemasok tidak ada hubungan hukum yang khusus, kecuali hanya perusahaan pembiayaan konsumen sebagai pihak ketiga yang disyaratkan. Maksud persyaratkan tersebut adalah pembayaran atas barang-barang yang dibeli konsumen dari pemasok akan dilakukan oleh pihak ketiga yaitu perusahaan pembiayaan konsumen.

Berkaitan dengan persyaratan tersebut, apabila perusahaan pembiayaan konsumen melakukan wanprestasi, sementara kontrak jual beli dan kontrak pembiayaan konsumen telah selesai dilakukan, maka jual beli bersyarat yang terjadi antara pemasok dan konsumen tersebut dapat dibatalkan oleh pemasok.

8Ibid.

(13)

Selanjutnya, konsumen dapat menggugat perusahaan pembiayaan konsumen karena telah melakukan wanprestasi.9

3. Hubungan antara konsumen dengan supplier :

Konsumen untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan akan menghubungi perusahaan pembiayaan konsumen guna memperoleh pembiayaan berupa dana dan menghubungi pemasok (supplier) sebagai penjual atau penyedia barang. Adapun hubungan antara konsumen dengan pemasok atau supplier sebagai penjual menetapkan syarat bahwa pembayaran atas harga barang akan dilakukan oleh pihak ketiga, yaitu perusahaan pembiayaan konsumen. Dengan demikian, apabila karena alasan apapun pihak ketiga, dalam hal ini perusahaan pembiayaan konsumen melakukan wanprestasi, yaitu tidak melakukan pembayaran secara tunai kepada pemasok (supplier), maka jual beli antara pemasok (supplier) dan konsumen akan dibatalkan.

Karena hubungan antara pemasok (supplier) dan konsumen terjadi atas dasar perbuatan jual beli, maka semua ketentuan tentang jual beli berlaku dalam pembiayaan konsumen sepanjang relevan dan atau tidak ditentukan lain. Ketentuan-ketentuan yang dimaksud misalnya tentang ketentuan kewajiban menanggung dari pihak pemasok (supplier) bahwa barang tidak ada cacat tersembunyi.10

9Ibid. h 107.

(14)

d. Sebab- sebab wanprestasi :

Dalam hal Konsumen tidak memenuhi kewajibannya atau tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana mestinya dan tidak dipenuhinya kewajiban itu karena ada unsur salah padanya, maka seperti telah dikatakan didepan ada akibat-akibat hukum yang atas tuntutan dari perusahaan pembiayaan konsumen bisa menimpa dirinya. Pertama- tama, sebagai yang disebutkan dalam pasal 1236 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) berbunyi :

“ si berhutang adalah berwajib memberikan ganti biaya, rugi dan bunga kepada si berpiutang, apabila ia telah membawa dirinya dalam keadaan tak mampu untuk menyerahkan kebendaannya, atau telah tidak merawatnya sepatutnya guna menyelamatkannya.”11

Pada pasal 1243 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) berbunyi : “ penggantian biaya, rugi dan bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan, barulah mulai diwajibkan, apabila si berhutang, setelah dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, tetap melalaikannya, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang telah dilampaukan.”

Kedua pasal ini mengenai konsumen yang lalai untuk memenuhi kewajiban perikatannya, Perusahaan Pembiayaan konsumen berhak untuk menuntut penggantian kerugian yang berupa ongkos-ongkos, kerugian dan bunga. Akibat hukum seperti ini menimpa konsumen baik dalam perikatan untuk memberikan sesuatu ataupun tidak melakukan sesuatu.

Kedua dalam pasal 1237 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) berbunyi :

(15)

“ Dalam hal adanya perikatan untuk memberikan suatu kebendaan tertentu, kebendaan itu semenjak perikatan dilahirkan, adalah atas tanggungan si berhutang. Jika si berutang lalai akan menyerahkannya, maka semenjak saat kelalaian, kebendaan adalah atas tanggungannya.”

Ketiga dalam pasal 1266 KUHPerdata berbunyi :

“ Syarat batal dianggap selalu dicantumkan dalam persetujuan yang timbal balik manakala salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya. Dalam hal yang demikian persetujuan tidak batal demi hukum, tetapi pembatalan harus dimintakan kepada hakim. Permintaan ini juga harus dilakukan, meskipun syarat batal mengenai tidak dipenuhinya kewajiban dinyatakan didalam persetujuan. Jika syarat batal tidak dinyatakan dalam persetujuan, hakim adalah leluasa untuk, menurut keadaan, atas permintaan si tergugat, memberikan suatu jangka waktu untuk masih juga memenuhi kewajibannya, jangka waktu mana namun itu tidak boleh lebih dari satu bulan. Jadi pada pasal ini apabila merupakan perjanjian timbal balik, maka perusahaan pembiayaan konsumen berhak untuk menuntut pembatalan perjanjian, dengan atau tanpa disertai dengan tuntutan ganti rugi, tetapi kesemuanya itu tidak mengurangi hak dari Perusahaan pembiayaan untuk tetap menuntut pemenuhan.”12

e. Dalam pasal 1 butir 11 UUPK menyatakan bahwa Badan penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) adalah badan yang bertugas menangani dan menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan konsumen, BPSK sebenarnya dibentuk untuk menyelesaikan kasus-kasus sengketa konsumen yang berskala kecil dan bersifat sederhana..13

12Ibid.h.144.

13Susanti Adi Nugroho, 2011, Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen ditinjau dari Hukum acara serta

(16)

f. Tugas BPSK yaitu :

1. Melaksanakan Penanganan atau penyelesaian sengketa konsumen, dengan cara melalui mediasi, arbitrase, dan konsiliasi.

2. Memberikan konsultasi perlindungan konsumen

3. Melaporkan kepada penyidik umum apabila terjadi pelanggaran ketentuan dalam undang-undang.

4. Menerima pengaduan baik tertulis maupun tidak tertulis dari konsumen tentang terjadinya pelanggaran terhadap perlindungan konsumen.

5. Melakukan penelitian dan pemerikasaan sengketa perlindungan konsumen.

6. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap perlindungan konsumen

7. Memanggil dan menghadiri saksi, saksi ahli atau setiap orang yang dianggap mengetahui pelanggaran terhadap undang-undang.

8. Mendapatkan, meneliti dan menilai surat, dokumen, atau alat bukti lain guna penyelidikan atau pemeriksaan.

9. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak konsumen. 10. Memberikan putusan kepada pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap

perlindungan konsumen.

11. Menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan undang-undang.14

(17)

1.8. Metode Penelitian 1.8.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah menggunakan metode penelitian hukum empiris, yaitu suatu penelitian hukum positif mengenai prilaku anggota masyarakat dalam hubungan hidup bermasyarakat.

1.8.2 Jenis Pendekatan

Penelitian ini meupakan penelitian yang bersifat hukum empiris dengan menggunakan pendekatan :

- Pendekatan Fakta, dengan melihat fakta-fakta yang ada di lapangan berdasarkan atas permasalahan yang akan di kaji yang selanjutnya dikaitkan dengan penerapan hukum yang berlaku.

- Pendekatan Peraturan perundang-undangan yaitu pendekatan yang berdasarkan pada peraturan peraturan atau norma-norma hukum yang berlaku, dan pendapat pakar hukum, karya tulis hukum yang termuat dalam media massa dan buku-buku hukum sesuai dengan fakta-fakta yang diperoleh dilapangan.

1.8.3 Sifat Penelitian

Penelitian dalam penulisan skripsi ini bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu, keadaan, gejala atau menentukan ada tidaknya hubungan antara satu gejala dalam masyarakat.15

1.8.4 Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder, data primer adalah data yang didapat langsung dari masyarakat sebagai sumber pertama melalui penelitian langsung

(18)

dengan melakukan wawancara atau interview. Sedangkan yang dimaksud dengan data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan.

1.8.5 Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

- Studi Dokumen, untuk mengumpulkan data sekunder yang terkait dengan permasalahan penelitian yaitu dengan cara mempelajari buku-buku, hasil penelitian serta dokumen perundang-undangan yang berkaitan dengan lembaga pembiayaan konsumen.

- Teknik wawancara, dilakukan dengan pedoman wawancara yang terstruktur kepada informan, yaitu kepada direktur atau kepada staf karyawan dalam lembaga pembiayaan (Finance) di PT.BII Finance Center Denpasar.

1.8.6 Teknik Penentuan sampel penelitian

Dalam penelitian ini, teknik penarikan sampel yang dipergunakan oleh penulis adalah dilakukan berdasarkan tujuan tertentu, yaitu sampel dipilih atau ditentukan sendiri oleh peneliti, yang mana penunjukan dan pemilihan sampel didasarkan pertimbangan bahwa sampel telah memenuhi kriteria dan sifat-sifat atau karakteristik tertentu yang merupakan ciri utama dari populasinya.

1.8.7 Teknik Analisis data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik analisis kualitatif, sehingga hasil analisis ini ditentukan berdasarkan uraian fakta yang terdapat dilapangan.16

16Amiruddin dan H. Zainal Asikin, 2004,Pengantar metode penelitian hukum, PT.Rajagrafindo Persada, h. 28.

Referensi

Dokumen terkait

Terus gunakan kaedah lama yang sangat-sangat menyusahkan dan melambatkan proses urusan jual beli sekaligus melambatkan masa untuk close order. Anda masih ingin kekalkan

Judul dari penelitian tersebut adalah “Penerapan Ketentuan Persamaan Pada Pokoknya Dengan Merek Pihak Lain Yang Sudah Terdaftar Dalam Pendaftaran Merek” yang

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, diharapkan dapat dijadikan masukan dan dapat memberikan sumbangan pemikiran guna perbaikan terhadap kinerja manajemen

Kandungan aflatoksin pada telur asal lapang sebesar ini kemungkinan akan berpengaruh terhadap daya tetas dan perkembangan embrio ayam maupun itik bila dibandingkan dengan

Bidang garap BPRS PNM Binama adalah pengembangan usaha kecil dengan mengacu pada proses pembangunan ekonomi kerakyatan. Bidang usaha yang diberikan pembiayaan dan

Dari permasalahan yang telah disebutkan diatas, maka diperlukan suatu aplikasi yang dapat melakukan proses pengelolaan data customer meliputi proses pengecekan data customer,

Oleh karena keberadaan penelitian mengenai suporter sepakbola yang masih terhitung minim, juga karena ketertarikan saya mengenai dunia suporter sepakbola dan keinginan

Kandungan Senyawa Fenolik dan Beta-Karoten Serta Aktivitas Enzim Kasar Carotenoid Cleavage Dioxygenases dari Pomace dan Jus Jeruk Siam (Citrus Nobilis Lour