• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI RENCANA. VISI Kota Yogyakarta sebagai Kota Sepeda. Pengertian Kota Sepeda: Gambar 6.1: Visi Pengembangan Kota Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VI RENCANA. VISI Kota Yogyakarta sebagai Kota Sepeda. Pengertian Kota Sepeda: Gambar 6.1: Visi Pengembangan Kota Yogyakarta"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

71

VISI

Kota Yogyakarta sebagai Kota Sepeda

Pengertian Kota Sepeda:

Kota yang dilengkapi jalur sepeda dan fasilitas pendukung lainnya untuk mengakomodasi kenyamanan dan keamanan pesepeda, sehingga sepeda menjadi alat transportasi

sehari-hari dan mendominasi pergerakan di dalam kota.

BAB VI

RENCANA

6.1 Visi dan Misi

Berdasarkan hasil amatan dan analisis terhadap fasilitas sepeda yang ada, terdapat beberapa permasalahan yang mengindikasikan bahwa fasilitas sepeda yang ada di Kota Yogyakarta belum cukup memberikan rasa aman dan nyaman bagi pesepeda. Maka dari itu, disusunlah rencana atau rekomendasi sebagai penyelesaian masalah yang ada (problem solving).

Gambar 6.1: Visi Pengembangan Kota Yogyakarta

Visi tersebut mengandung makna bahwa Kota Yogyakarta diharapkan dapat menjadi kota sepeda, yaitu kota yang dilengkapi dengan jalur sepeda dan fasilitas pendukung lainnya, sehingga sepeda menjadi alat transportasi utama di dalam kota. Dengan bersepeda, masyarakat telah menunjukkan sikap kepedulian terhadap lingkungan serta mendukung pengembangan kota yang berwawasan lingkungan. Hal tersebut mendukung visi Kota Yogyakarta tahun 2005-2025 yaitu “Kota Yogyakarta sebagai Kota Pendidikan Berkualitas, Pariwisata Berbasis Budaya dan Pusat Pelayanan Jasa, yang Berwawasan Lingkungan”.

(2)

72 1. Membangun jaringan jalur sepeda yang menghubungkan permukiman masyarakat dengan sarana-sarana umum seperti sarana pendidikan, perkantoran, perdagangan, olah raga, titik kumpul, dan tempat pergantian moda kendaraan, serta terkoneksi antar jenis jalur sepeda.

2. Memberikan fasilitas parkir sepeda pada tempat-tempat tertentu terutama tempat yang sering dikunjungi pesepeda serta titik-titik transit.

3. Menambah rambu-rambu khusus sepeda, dan rambu sebagai peringatan bagi pengguna jalan lainnya agar tidak mengabaikan keberadaan pesepeda, serta petunjuk atau informasi bagi pengguna sepeda.

4. Pengecatan ulang marka serta perbaikan permukaan jalan secara berkala 5. Penambahan jumlah pohon perindang dan vegetasi lainnya.

6. Sosialisasi aturan terkait sepeda, pengawasan, serta sanksi yang tegas bagi pelanggar.

7. Mengadakan program-program yang mendukung kegiatan bersepeda.

6.2 Konsep Perencanaan Fasilitas Sepeda

Dalam bersepeda, ada dua kata kunci yang sangat diharapkan oleh para pesepeda. Dua kata kunci tersebut adalah “Aman” dan “Nyaman”. Selama ini yang menjadi keluhan para pesepeda adalah jalur sepeda yang ada sering digunakan sebagai tempat parkir kendaraan bermotor, serta kurangnya etika berkendara oleh pengendara kendaraan bermotor. Hal tersebut mengakibatkan ketakutan tersendiri bagi pesepeda karena merasa tidak aman dan tidak nyaman saat bersepeda.

Aman dalam konteks ini berarti aman secara fisik baik pengendara maupun sepedanya. Rasa aman ini dapat dirasakan bila antara jalur sepeda dengan jalur kendaraan bermotor terpisah secara fisik, jalur sepeda yang mulus tidak banyak lubang, serta ketersediaan tempat parkir untuk mengunci sepeda.

Sementara rasa nyaman berarti nyaman dalam berkendara sehingga dapat menikmati perjalanan. Rasa nyaman dalam bersepeda dapat dirasakan jika fasilitas sepeda dapat dengan mudah diakses dari berbagai tempat, jalur sepeda

(3)

73 yang kontinyu, serta banyaknya vegetasi agar tidak terlalu panas dan juga lebih sejuk saat bersepeda.

Gambar 6.2: Konsep Perencanaan Fasilitas Sepeda Sumber: Penulis

6.3 Target Pengguna Sepeda

Dalam perencanaan ini, tujuan utamanya adalah meningkatkan jumlah pengguna sepeda sebagai alat transportasi sehari-hari. Berdasarkan proyeksi jumlah penduduk serta asumsi pertambahan jumlah penduduk temporer dan komuter, pada tahun 2030 terdapat total 598.768 jiwa.

Tabel 6.1Target Kenaikan Jumlah Pesepeda

Tahun Penduduk Permanen Penduduk Temporer Penduduk Komuter Jumlah Presentase pesepeda Jumlah Pesepeda 2005 453236 155000 50000 658236 4% 27.569 2010 388627 180000 55000 623627 6% 37.418 2015 353660 205000 60000 618660 8% 49.493 2020 312404 230000 65000 607404 18% 109.333 2025 275960 255000 70000 600960 28% 168.269 2030 243768 280000 75000 598768 38% 227.532 Sumber: Penulis Fasilitas Sepeda Aman Nyaman Kontinyu antar jaringan O-D Oriented Lajur sepeda Jalur KTB Jalur Alternatif Jalur Sepeda Jaringan Sepeda Parkir Sepeda Rambu Sepeda P. Loker P. Rak R. Peringatan R. Peraturan R. Petunjuk

(4)

74 Sedangkan target pengguna sepeda pada tahun 2030 adalah 38% dari total penduduk, maka target pesepeda adalah 227.532 jiwa. Jumlah tersebut ditargetkan pada mahasiswa dan pelajar sebesar 50%, pekerja atau pegawai sebesar 19%, komunitas sepeda sebesar 30%, dan lainnya sebesar 1%.

Tabel 6.2 Target Jumlah Pesepeda Tahun 2030 Pengguna Sepeda Target Jumlah Target Mahasiswa dan Pelajar 50% 113.766

Pekerja/Pegawai 19% 43.231

Komunitas Sepeda 30% 68.260

Lain-lain 1% 2.275

Total 100% 227.532

Sumber: Penulis

Gambar 6.3: Grafik Perbandingan Target Pengguna Kendaraan Tahun 2030 Sumber: Penulis

6.4 Rencana Jaringan Sepeda

Peta rencana sistem jaringan dapat dilihat di kertas A3 pada halaman selanjutnya.

2005 2010 2015 2020 2025 2030 Jumlah Pesepeda 26.329 37.418 49.493 109.333 168.269 227.532 Jumlah Motor 240075 273538 250000 200000 150000 100000 Jumlah Mobil 32332 35000 37000 26000 16000 6000 -50.000 100.000 150.000 200.000 250.000 300.000 A xi s Ti tle

(5)
(6)

76

6.5 Rencana dan Desain Jalur Sepeda

6.5.1 Jalur Khusus KTB

Rencana jalur khusus kendaraan tidak bermotor (KTB) merupakan elemen penting dalam perencanaan fasilitas sepeda agar terwujud jalur sepeda yang aman dan nyaman. Rencana jalur khusus KTB didesain dengan sedemikian rupa sehingga menarik minat masyarakat untuk bersepeda di Kota Yogyakarta.

Gambar 6.4: Penampang rencana jalur khusus KTB Sumber: Penulis

Rencana jalur khusus KTB dibangun di satu sisi jalan dengan ketinggian setara dengan trotoar. Hal ini dimaksudkan untuk membedakan ketinggian antara jalur kendaraan bermotor dengan kendaraan tidak bermotor dan pejalan kaki, sehingga pesepeda lebih aman dan nyaman. Lebar jalur 3 meter untuk dua jalur dengan marka pembatas putus-putus untuk mengakomodasi pesepeda dan pengendara kendaraan tidak bermotor lainnya seperti becak dan dokar. Pemberian tanda

(7)

77 berupa gambar sepeda dan pengecatan warna hijau di jalur khusus KTB dimaksudkan untuk mempertegas sekaligus menginformasikan kepada masyarakat umum. Selain itu, penanaman pohon di tepi jalur khusus KTB juga menjadi bagian penting agar pesepeda merasa teduh, sejuk, dan nyaman saat bersepeda. Total panjang rencana jalur khusus KTB ini adalah 19.318 meter, yang meliputi beberapa ruas jalan di Kota Yogyakarta diantaranya adalah:

1. Jl. Jendral Sudirman 11. Jl. Mentri Supeno 2. Jl. Diponegoro 12. Jl. Veteran

3. Jl. Kyai mojo 13. Jl. Kenari 4. Jl. Hos Cokroaminoto 14. Jl. Gondosuli

5. Jl. Kapten Tendean 15. Jl. Kompol Bambang Suprapto 6. Jl. Bugisan 16. Jl. Wahidin Sudirohusodo 7. Jl. Sugeng Jeroni 17. Jl. Mangkubumi

8. Jl. Letjend MT Haryono 18. Jl. Malioboro 9. Jl. Mayjend Sutoyo 19. Jl. Ahmad yani 10.Jl. Kolonel Sugiono 20. Jl. Trikora

Jalan yang dipilih merupakan jalan yang mempunyai lebar cukup dan kepadatan lalu lintas yang tidak terlalu padat. Jalur khusus KTB ini akan menjadi daya tarik bagi pesepeda khususnya yang selama ini takut bersepeda karena ancaman kecelakaan dengan kendaraan bermotor. Dengan jalur khusus KTB, anak-anak lebih aman saat bersepeda ke sekolah. Dengan suasana yang aman dan nyaman tersebut, pesepeda juga dapat lebih menikmati perjalanan. Jalur khusus KTB ini juga dapat dijadikan sebagai rute JLFR (Jogja Last Friday Night) agar mengurangi konflik ruang serta tidak menyebabkan kemacetan. Dengan demikian, citra buruk JLFR dari pandangan pengguna kendaraan bermotor dapat dihilangkan.

Peta rencana dan desain rencana jalur khusus KTB dapat dilihat di kertas A3 pada halaman selanjutnya.

(8)
(9)
(10)

80 6.5.2 Lajur Sepeda

Rencana lajur sepeda tidak kalah penting untuk direncanakan karena lajur sepeda dimaksudkan untuk mengakomodasi pesepeda yang sudah berpengalaman dan lebih suka berada satu jalan dengan kendaraan bermotor. Lajur sepeda merupakan lajur di bagian tepi jalan yang difungsikan sebagai lajur sepeda.

Gambar 6.5: Penampang Rencana Lajur Sepeda Sumber: Penulis

Rencana lajur sepeda dengan lebar 1 meter hingga 1,5 meter untuk lajur satu arah di tiap tepi jalan. Lajur diberi warna hijau dan gambar sepeda sebagai ciri dari jalur sepeda. Pada bagian batas antara lajur sepeda dengan lajur kendaraan bermotor diberi batas berupa garis marka berwarna kuning putus-putus dengan permukaan yang tidak rata, atau sering disebut dengan marka gemuruh (rumble strips). Marka gemuruh dimaksudkan agar pengguna kendaraan bermotor

(11)

81 merasakan goncangan saat kendaraannya melampaui batas dan memasuki lajur sepeda.

Gambar 6.6: Marka gemuruh Sumber: (Bicycle Facility Design Guidelines)

Untuk menambah kenyamanan saat bersepeda, dipasang rambu larangan parkir di lajur sepeda, sehingga pesepeda tetap bersepeda di lajurnya tanpa harus masuk di lajur kendaraan bermotor karena menghindari kendaraan yang parkir di lajur sepeda. Selain itu, penanaman pohon di sepanjang lajur sepeda juga merupakan hal penting agar pesepeda merasa teduh, sejuk, dan nyaman saat bersepeda.

Rencana lajur sepeda dibangun pada jalan-jalan kolektor dengan lebar jalan 6 meter hingga 9 meter. Bagi pesepeda yang sudah mahir dan berpengalaman, bersepeda di jalan raya lebih menarik minat karena lebih cepat sampai tujuan. Pemberian marka putus-putus dimaksudkan agar dalam situasi mendesak, masih diperbolehkan melampaui lajur masing-masing. Lajur sepeda dengan marka gemuruh dapat memberikan efek goncangan jika pengguna kendaraan bermotor melampaui batas lajurnya. Dengan demikian, diharapkan pengguna kendaraan bermotor tidak seenaknya menyerobot lajur sepeda meskipun garis marka pembatas keduanya berupa garis putus-putus.

Peta rencana dan desain rencana lajur sepeda dapat dilihat di kertas A3 pada halaman selanjutnya.

(12)
(13)
(14)

84 6.5.3 Jalur Alternatif

Gambar 6.7: Penampang Rencana Jalur Alternatif Sumber: Penulis

Di Kota Yogyakarta sudah ada 140 jalur alternatif dengan total panjang jalan 206.745 meter. Jalur ini cukup nyaman dilalui karena tidak begitu padat oleh kendaraan bermotor dan kecepatan kendaraan yang melintas relatif lebih lambat. Rencana jalur alternatif dilengkapi dengan rambu-rambu penanda dan juga petunjuk arah ke tempat-tempat penting. Tidak ada pemisahan secara khusus antara sepeda dengan kendaraan bermotor. Rencana jalur ini diterapkan di jalan-jalan lokal dan perumahan yang jarang dilalui kendaraan bermotor. Adanya jalur alternatif ini dapat mempercepat waktu tempuh dan mempersingkat jarak perjalanan. Peta rencana dan desain rencana jalur alternatif sepeda dapat dilihat di kertas A3 pada halaman selanjutnya.

(15)
(16)
(17)

87 6.5.4 Jalur Sepeda pada Kawasan Perdagangan dan Jasa

Di beberapa ruas jalan yang didominasi oleh perdagangan dan jasa, seringkali ruang parkir yang disediakan tidak mampu menampung jumlah kendaraan pengunjung. Maka pengunjung kawasan perdagangan dan jasa pun memarkirkan kendaraannya di badan jalan, lebih tepatnya di lajur sepeda. Konflik ruang inilah yang menjadi masalah utama bagi pesepeda di Kota Yogyakarta.

Untuk mengakomodasi parkir kendaraan bermotor pada kawasan perdagangan dan jasa khususnya, maka parkir diletakkan di samping lajur sepeda. Lajur sepeda dibuat dua arah dengan lebar dua meter. Antara lajur sepeda dengan ruang parkir on-street diberi pembatas dan pohon. Dengan adanya ruang parkir, kendaraan yang parkir juga dapat berfungsi sebagai pemisah fisik dengan lajur kendaraan bermotor.

Gambar 6.8:Penampang Rencana Lajur sepeda dengan parkir on-street Sumber: Penulis

(18)

88 Lajur sepeda dengan parkir on-street direncanakan di ruas jalan yang didominasi oleh aktivitas perdagangan dan jasa, diantaranya Jalan AM. Sangaji, Jalan C. Simanjuntak, Jalan Prof. Yohanes, Jalan Laksda Adisucipto, Jalan Gejayan, Jalan Gadjahmada, dan Jalan Hayam Wuruk, dan sebagian Jalan Kusumanegara.

Peta rencana dan desain rencana jalur alternatif sepeda dapat dilihat di kertas A3 pada halaman selanjutnya.

(19)
(20)

90

6.6 Rencana Parkir Sepeda

Ketersediaan tempat parkir sangat penting dan turut berperan dalam meningkatkan minat bersepeda. Pesepeda akan merasa lebih tenang jika meninggalkan sepeda nya di parkir khusus sepeda dalam kondisi terkunci.

Rencana parkir untuk Kota Yogyakarta akan disediakan di titik-titik transit, pusat-pusat perdagangan, sekolahan, bangunan publik, ruang terbuka publik, serta tempat-tempat lainnya yang potensial dikunjungi oleh pesepeda. Parkir sepeda dibagi menjadi dua jenis, yaitu rak dan loker. Rak digunakan untuk parkir sepeda jangka pendek, sedangkan loker digunakan untuk parkir sepeda jangka panjang. Rak ditempatkan di berbagai tempat, sedangkan loker diletakkan di titik transit yang memungkinkan pesepeda untuk meninggalkan sepedanya dalam jangka panjang, seperti stasiun dan terminal.

6.6.1 Loker Sepeda

Loker sepeda digunakan sebagai tempat penyimpanan sepeda dalam jangka panjang (lebih dari satu hari). Dengan menggunakan loker, sepeda terlindungi dari pengaruh buruk cuaca, dan juga sangat aman dari tindak pencurian karena dilengkapi dengan kunci loker. Rencana loker diletakkan di titik-titik transit untuk mengakomodasi komuter yang bekerja di Kota Yogyakarta. Titik-titik transit tersebut diantaranya adalah Stasiun Lempuyangan, Stasiun Tugu, dan Terminal Giwangan. Pada tiap titik transit disediakan loker sepeda dengan kapasitas 100 sepeda.

(21)

91 Gambar 6.9: Contoh loker sepeda

Sumber: City of Chula Vista Bikeway Master Plan 6.6.2 Rak Sepeda

Gambar 6.10: Contoh rak sepeda

(22)

92 Rak sepeda merupakan tempat parkir sepeda jangka pendek (kurang dari satu hari), yang digunakan sebagai tempat untuk mengunci sepeda saat diparkir. Rencana rak sepeda diletakkan di sepuluh tempat di Kota Yogyakarta yaitu Tugu (Jl. Mangkubumi), malioboro, titik nol kilometer (Benteng Vredeburg), alun-alun utara, alun-alun selatan, Kebun Binatang Gembiraloka, dan XT Square, GOR Kridosono, GOR Mandala Krida, GOR Among Rogo. Masing-masing tempat tersebut disediakan rak sepeda dengan kapasitas 100 sepeda. Tempat-tempat tersebut merupakan tempat yang sering dijadikan titik kumpul para komunitas sepeda, tempat yang sering dikunjungi wisatawan, dan juga sarana olah raga, sehingga sangat dibutuhkan parkir sepeda yang layak dan mampu menampung jumlah sepeda yang banyak. Selain tempat-tempat yang direncanakan, kawasan perdagangan, jasa, perkantoran, dan sekolah juga diharuskan menyediakan parkir sepeda. Rak sepeda yang direkomendasikan berbentuk “inverted U” atau “U terbalik” sehingga mampu menopang kerangka sepeda, bukan hanya ban sepeda saja. Rak sepeda direkomendasikan dengan atap agar sepeda terlindung dari pengaruh buruk cuaca.

Peta rencana sebaran parkir sepeda dapat dilihat di kertas A3 pada halaman selanjutnya.

(23)
(24)

94

6.7 Rencana Rambu Sepeda

Keberadaan rambu di Kota Yogyakarta masih sangat kurang. Rambu yang ada hanya sebatas petunjuk arah di tiap pangkal ruas jalur alternatif yang mengarahkan pesepeda ke jalan lainnya. Di beberapa persimpangan besar terdapat ruang tunggu sepeda berwarna hijau dan bergambar sepeda yang dimaksudkan untuk memberikan prioritas bagi pesepeda saat di persimpangan. Akan tetapi keberadaan ruang tunggu tersebut tidak disertai dengan rambu khusus sepeda, sehingga pesepeda justru tidak aman ketika berada di depan kendaraan bermotor. Rambu-rambu bertujuan untuk memberikan tingkat kewaspadaan yang tinggi kepada pengguna kendaraan bermotor terhadap keberadaan pengguna sepeda di jalan. Selain itu rambu juga bertujuan untuk mengatur, serta petunjuk bagi pengguna sepeda.

Rencana rambu sepeda di Kota Yogyakarta secara umum dibedakan menjadi tiga, yaitu rambu pengatur, rambu peringatan, dan rambu petunjuk.

6.7.1 Rambu Pengatur

Rambu pengatur merupakan rambu yang mengatur pesepeda dalam berkendara. Salah satunya adalah rambu khusus sepeda.

Gambar 6.11: Rambu sepeda di persimpangan Sumber:

(25)

95 Rambu ini sangat penting untuk menciptakan keamanan bersepeda terutama di persimpangan. Dengan rambu ini, maka pesepeda bisa mendapat prioritas untuk berjalan terlebih dahulu dibandingkan pengguna kendaraan bermotor. Rambu ini juga dapat mengoptimalkan keberadaan ruang tunggu sepeda di garis depan persimpangan.

6.7.2 Rambu Peringatan

Rambu peringatan, sebagai peringatan bagi pesepeda ataupun pengguna kendaraan bermotor untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kendaraan lain serta berhati-hati dalam berkendara.

Gambar 6.12: Rambu Peringatan Sumber: Penulis

Rambu ini dipasang di jalur alternatif dan lajur sepeda agar pengendara kendaraan bermotor lebih menghormati pesepeda.

6.7.3 Rambu Petunjuk

Rambu petunjuk, berfungsi untuk memberi arahan bagi pesepeda menuju suatu tempat ataupun titik parkir. Rambu ini memudahkan pesepeda menemukan tempat tujuannya.

(26)

96 Gambar 6.13: Rambu petunjuk

Sumber: Penulis

6.8 Program Pendukung

Untuk mewujudkan terciptanya Kota Yogyakarta sebagai kota sepeda, dibutuhkan beberapa program pendukung, diantaranya adalah:

1. Sego Segawe

Spirit Sego Segawe harus dijadikan program wajib di Kota Yogyakarta dengan kondisi tertentu, misalnya jarak antara rumah dengan sekolah/kampus/kantor berjarak kurang atau sama dengan tiga kilometer (3 Km). Langkah awal yang harus ditempuh yaitu penyebaran kuesioner bagi para pelajar, mahasiswa, dan pegawai/karyawan guna mengetahui jarak antara rumah dengan sekolah/kampus/kantor, sehingga didapatkan data siapa saja yang wajib menggunakan sepeda.

2. Perkreditan Sepeda

Program ini berfungsi untuk menunjang program Sego Segawe, sehingga tidak ada alasan tidak mempunyai sepeda. Perkreditan sepeda ditempatkan

(27)

97 di sekolah-sekolah, kampus, dan juga perkantoran. Bagi siswa/ mahasiswa/ pegawai yang wajib menggunakan sepeda tetapi tidak mempunyai sepeda, bisa kredit sepeda dengan menggunakan jaminan dan cicilan yang ringan tanpa bunga. Sebelum sepeda lunas, pengguna sepeda harus melaporkan sepedanya setiap hari. Jika sudah lunas, sepeda menjadi hak milik pengguna sepeda dan tidak ada wajib lapor.

3. Sepeda Gembira

Perlu adanya program bersepeda bersama secara rutin baik bulanan ataupun mingguan, untuk memberikan motivasi dan semangat bagi para pesepeda agar lebih giat bersepeda dan mengajak orang sekitarnya yang belum bersepeda.

4. Edukasi Dini Bersepeda

Edukasi bersepeda harus dilakukan sejak dini, yaitu di sekolah dasar. Edukasi bersepeda mencakup cara bersepeda yang benar dan aman, serta penjelasan keuntungan bersepeda bagi manusia dan lingkungan.

6.9 Analisis Perhitungan Biaya dan Manfaat

Analisis biaya dan manfaat merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui bersaran keuntungan atau kerugian serta kelayakan suatu proyek. Penerapan analisis ini harus mempertimbangkan beberapa aspek terkait social benefit dan lingkungan. Aspek tersebut juga mempertimbangkan dampak penerapan proyek dalam masyarakat baik secara langsung (direct impact) maupun tidak langsung (indirect impact). (Hafidh, 2010)

1. Manfaat (Benefit)

Manfaat dari proyek rencana fasilitas sepeda ini antara lain adalah: a. Menghemat konsumsi bahan bakar

Jumlah pelajar dan mahasiswa di Kota Yogyakarta rata-rata sekitar 160.000 orang. Jika 50% dari pelajar dan mahasiswa tersebut bertempat tinggal dalam radius 3 km dari sekolah dan kampus, maka sebanyak

(28)

98 80.000 orang wajib menggunakan sepeda. Misalkan rata-rata jarak tempat tinggal mereka ke sekolah atau kampus adalah 2 km, maka total panjang perjalanan mereka adalah 320.000 km dalam perjalanan pulang pergi tiap harinya. Dalam satu tahun diasumsikan ada 280 hari produktif, sehingga total perjalanan dalam satu tahun adalah 89.600.000 km. Jika diasumsikan penggunaan bahan bakar tiap 60 km adalah 2 liter, dengan harga Rp 15.000,- , maka pengeluaran untuk keperluan bahan bakar yang dapat dihemat oleh pelajar dan mahasiswa dalam satu tahun adalah Rp 22.400.000.000,-

Jumlah pegawai negeri ataupun swasta di Kota Yogyakarta berjumlah 40.000 orang. Jika 50% dari mereka bertempat tinggal kurang dari 3 km dari tempat kerjanya, maka sebanyak 20.000 pegawai tersebut wajib menggunakan sepeda. Dengan asumsi yang sama dengan pelajar dan mahasiswa, maka total perjalanan mereka adalah 80.000 km dalam sehari perjalanan pulang pergi ke tempat bekerja. Dalam satu tahun diasumsikan ada 280 hari produktif, sehingga total perjalanan dalam satu tahun adalah 22.400.000 km. Jika diasumsikan penggunaan bahan bakar tiap 60 km adalah 2 liter, dengan harga Rp 15.000,- , maka pengeluaran untuk keperluan bahan bakar yang dapat dihemat oleh pegawai dalam 1 tahun adalah Rp 5.600.000.000,-.

Dengan demikian, total pengeluaran untuk konsumsi bahan bakar yang dapat dihemat selama 1 tahun oleh pelajar/mahasiswa dan pegawai adalah

Rp 28.000.000.000,-.

b. Mengurangi risiko kecelakaan

Pada tahun 2013, jumlah kecelakaan sepeda di Kota Yogyakarta ada 35 kasus dengan korban 4 orang meninggal, 1 luka berat, dan 29 luka ringan (sumber: www.harianjogja.com)

(29)

99 Dengan adanya fasilitas sepeda, estimasi pengurangan korban meninggal sebanyak 4 orang, luka berat sebanyak 1 orang, dan luka ringan sebanyak 20 orang. Dengan asumsi biaya ganti rugi meninggal Rp 100.000.000,- ; luka berat Rp 10.000.000,- ; dan luka ringan Rp 2.000.000,- maka biaya ganti rugi yang dapat dihemat dari korban meninggal sebesar Rp 400.000.000,- ; dari korban luka berat Rp 10.000.000,- ; dan dari korban luka ringan sebesar Rp 40.000.000,-. Dengan demikian, total biaya ganti rugi yang dapat dihemat akibat kecelakaan sepeda adalah Rp 450.000.000,-.

c. Mengurangi polusi udara

Jika diasumsikan sebanyak 100.000 orang menderita ISPA yang disebabkan oleh polusi udara tiap tahunnya, dengan rata-rata biaya pengobatan Rp 25.000,- maka total penghematan biaya pengobatan yang disebabkan oleh polusi udara tiap tahunnya adalah Rp 2.500.000.000,-. d. Menciptakan lapangan pekerjaan baru

Banyaknya pengguna sepeda tentu akan meningkatkan permintaan terhadap sepeda, aksesoris sepeda, dan juga bengkel sepeda. Jika diasumsikan ada 20 toko sepeda dan aksesoris baru dengan total pekerja 60 orang, serta 50 bengkel/reparasi sepeda dengan total pekerja 100 orang, maka keberadaan fasilitas sepeda membuka peluang pekerjaan bagi 160 orang. Jika pemasukan yang didapatkan oleh pekerja tersebut sebesar Rp 1.000.000,- tiap bulan, maka tiap tahunnya pemasukan yang dihasilkan oleh pekerja di bengkel dan toko sepeda adalah Rp 1.920.000.000,-

2. Biaya (Cost)

Biaya yang harus dikeluaran untuk proyek fasilitas sepeda ini meliputi biaya persiapan, pelaksanaan, dan juga perawatan. Total biaya yang dikeluarkan dirinci pada tabel rencana anggaran biaya proyek di bawah ini.

(30)

100 Tabel: 6.3: Rencana Anggaran Biaya Proyek

No Jenis

pekerjaan

Jumlah Satuan Harga pekerjaan per satuan (IDR)

Biaya total (IDR) 1 Persiapan pekerjaan 50.000.000 50.000.000 2 Pelapisan aspal jalan rusak 3000 m2 15.000 45.000.000 3 Pengecatan marka jalan 226.680 m2 220.000 49.869.600.000 4 Pembatas fisik jalur KTB 15.112 M 200.000 3.022.400.000 5 Penyediaan rambu penanda 100 Buah 520.000 52.000.000 6 Penyediaan lampu lalu lintas khusus sepeda 20 Unit 50.000.000 1.000.000.000 7 Penyediaan loker sepeda kapasitas 100 sepeda 3 Unit 50.000.000 150.000.000 8 Penyediaan rak sepeda kapasitas 100 sepeda 10 Unit 30.000.000 300.000.000 9 Penyediaan rak sepeda kapasitas 10 sepeda 50 Unit 3.000.000 150.000.000 10 Penanaman pohon dan vegetasi 5.000 Unit 1.000.000 5.000.000.000

Biaya Total Pembangunan 59.489.150.000

(31)

101 Metode BCR (Benefit Cost Ratio) ini pada prinsipnya membandingkan semua pemasukan yang diterima (dihitung pada kondisi saat ini) dengan semua pengeluaran yang telah dilakukan (dihitung pada kondisi saat ini). Apabila indeks BCR lebih besar dari 1 (BCR<1) maka proyek dikatakan layak untuk dikerjakan.

Tabel 6.4: Perbandingan Biaya dan Manfaat

Tahun No Komponen Cost Benefit

2016 1 Persiapan pekerjaan Rp50.000.000 2 Pelapisan aspal jalan rusak Rp45.000.000 3 Pengecatan marka jalan Rp49.869.600.000

Total Rp49.964.600.000 Rp0

2017 1

Pembangunan pembatas fisik jalur

KTB Rp3.022.400.000

2 Penyediaan rambu penanda Rp52.000.000

3

Penyediaan lampu lalu lintas

khusus sepeda Rp1.000.000.000

4

Penyediaan loker sepeda kapasitas

100 sepeda Rp150.000.000

5

Penyediaan rak sepeda kapasitas

100 sepeda Rp300.000.000

6

Penyediaan rak sepeda kapasitas

10 sepeda Rp150.000.000

7 Penanaman pohon dan vegetasi Rp5.000.000.000

Total Rp9.674.400.000 Rp0

2018 1 Perawatan pohon dan vegetasi Rp4.000.000

2 Perilaku pengendara bermotor Rp30.950.000.000 3 Lapangan pekerjaan baru Rp1.920.000.000

Total Rp4.000.000 Rp32.870.000.000

2019 1 perawatan pohon dan vegetasi Rp4.000.000

2 Perilaku pengendara bermotor Rp30.950.000.000 3 Lapangan pekerjaan baru Rp1.920.000.000

Total Rp4.000.000 Rp32.870.000.000

2020 1 perawatan pohon dan vegetasi Rp4.000.000 2 perawatan jalur sepeda Rp20.000.000 3 perawatan rambu Rp5.000.000 4 perawatan parkir sepeda Rp10.000.000

5 Perilaku pengendara bermotor Rp30.950.000.000 3 Lapangan pekerjaan baru Rp1.920.000.000

Total Rp39.000.000 Rp32.870.000.000

(32)

102 2 Perilaku pengendara bermotor Rp30.950.000.000 3 Lapangan pekerjaan baru Rp1.920.000.000

Total Rp4.000.000 Rp32.870.000.000

2022 1 perawatan pohon dan vegetasi Rp4.000.000

2 Perilaku pengendara bermotor Rp30.950.000.000 3 Lapangan pekerjaan baru Rp1.920.000.000

Total Rp4.000.000 Rp32.870.000.000

2023 1 perawatan pohon dan vegetasi Rp4.000.000

2 Perilaku pengendara bermotor Rp30.950.000.000 3 Lapangan pekerjaan baru Rp1.920.000.000

Total Rp4.000.000 Rp32.870.000.000

2024 1 perawatan pohon dan vegetasi Rp4.000.000 2 perawatan jalur sepeda Rp20.000.000 3 perawatan rambu Rp5.000.000 4 perawatan parkir sepeda Rp10.000.000

5 Perilaku pengendara bermotor Rp30.950.000.000 3 Lapangan pekerjaan baru Rp1.920.000.000

Total Rp39.000.000 Rp32.870.000.000

2025 1 perawatan pohon dan vegetasi Rp4.000.000

2 Perilaku pengendara bermotor Rp30.950.000.000 3 Lapangan pekerjaan baru Rp1.920.000.000

Total Rp4.000.000 Rp32.870.000.000

2026 1 perawatan pohon dan vegetasi Rp4.000.000

2 Perilaku pengendara bermotor Rp30.950.000.000 3 Lapangan pekerjaan baru Rp1.920.000.000

Total Rp4.000.000 Rp32.870.000.000

2027 1 perawatan pohon dan vegetasi Rp4.000.000 2 perawatan jalur sepeda Rp20.000.000 3 perawatan rambu Rp5.000.000 4 perawatan parkir sepeda Rp10.000.000

5 Perilaku pengendara bermotor Rp30.950.000.000 3 Lapangan pekerjaan baru Rp1.920.000.000

Total Rp39.000.000 Rp32.870.000.000

2028 1 perawatan pohon dan vegetasi Rp4.000.000

2 Perilaku pengendara bermotor Rp30.950.000.000 3 Lapangan pekerjaan baru Rp1.920.000.000

Total Rp4.000.000 Rp32.870.000.000

2029 1 perawatan pohon dan vegetasi Rp4.000.000

2 Perilaku pengendara bermotor Rp30.950.000.000 3 Lapangan pekerjaan baru Rp1.920.000.000

(33)

103 2030 1 perawatan pohon dan vegetasi Rp4.000.000

2 perawatan jalur sepeda Rp20.000.000 3 perawatan rambu Rp5.000.000 4 perawatan parkir sepeda Rp10.000.000

5 Perilaku pengendara bermotor Rp30.950.000.000 3 Lapangan pekerjaan baru Rp1.920.000.000

Total Rp39.000.000 Rp32.870.000.000 TOTAL NPV COST Rp 59.831.000.000 TOTAL NPV BENEFIT Rp 427.310.000.000 BCR 7,141949825 Kesimpulan Layak Sumber: Penulis

Berdasarkan hasil perbandingan manfaat dan biaya dari proyek rencana fasilitas sepeda tersebut, diperoleh hasil BCR<1 yaitu 7,142 sehingga proyek ini dinyatakan layak untuk dilaksanakan.

6.10 Kesimpulan

Dari hasil studi dan amatan dalam perencanaan ini, terdapat beberapa pembelajaran dan kesimpulan yang dapat ditarik, diantaranya adalah:

1. Fasilitas sepeda mempunyai peran yang sangat vital terhadap keinginan bersepeda, sehingga untuk meningkatkan jumlah pengguna sepeda sebagai alat transportasi sehari-hari, perlu dibangun fasilitas sepeda yang menjamin keamanan /keselamatan dan kenyamanan pesepeda.

2. Fasilitas sepeda berupa jaringan jalur sepeda dan fasilitas pendukungnya seperti parkir sepeda dan rambu sepeda. Jalur sepeda secara umum dibagi menjadi tiga yaitu bike path, bike lane, dan bike route.

3. Jalur sepeda harus mampu mengakomodasi seluruh kalangan usia dengan kemampuan bersepeda yang berbeda, sehingga harus tersedia jalur sepeda yang aman serta mampu meminimalkan terjadinya konflik ruang. Salah satu caranya dengan memberi pembatas antara jalur sepeda dengan jalur kendaraan bermotor, serta jaringan yang kontinyu.Fasilitas sepeda yang aman dan nyaman harus didukung dengan adanya pengawasan serta sanksi

(34)

104 yang tegas bagi pelanggar. Selain itu, juga perlu adanya sosialisasi/ kampanye bersepeda guna meningkatkan kesadaran pentingnya bersepeda dan juga meningkatkan etika berkendara baik bagi pesepeda maupun pengguna kendaraan bermotor.

Gambar

Gambar 6.1: Visi Pengembangan Kota Yogyakarta
Gambar 6.2: Konsep Perencanaan Fasilitas Sepeda  Sumber: Penulis
Gambar 6.3: Grafik Perbandingan Target Pengguna Kendaraan Tahun 2030  Sumber: Penulis
Gambar 6.4: Penampang rencana jalur khusus KTB  Sumber: Penulis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Namun, penelitian yang telah dilakukan oleh Rio Wisnu Hartanto pada tahun 2012 di Institut Teknologi Bandung dengan judul Kajian Pengaruh Latar Belakang Pekerja

Hasil evaluasi terhadap kinerja produksi sapi perah impor di Jawa Timur menunjukkan bahwa produksi susu sapi perah impor masih berada di bawah kemampuan tingkat produksi

Bank Tabungan Negara (BTN). Karena pihak bank sendiri tidak mau rugi atas wanprestasi debitur maka dilakukan lelang terhadap rumah yang sebelumnya milik debitur yang sudah

Pelatihan karyawan tersebut hanya dapat dilakukan oleh bantuan dukungan dari pemerintah untuk melakukan penyuluhan kepada setiap pengusaha IKM sosis bandeng untuk dapat

Masalah yang sering muncul kepermukaan antara lain : meningkatnya lahan kritis akibat Penambangan Tanpa Izin, penyusutan/penurunan Sumber Daya Alam, pencemaran

Dengan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hubungan diantara data variabel bebas (stress kerja) dengan data variabel terikat (kinerja karyawan) adalah berhubungan

Selanjutnya dilakukan perawatan menekan laju keracunan Al bagi tanaman setiap dua hari sekali diberi perlakuan dengan ditentukan oleh jumlah gugus hidroksil dan