• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI DAN KELENTUKAN TOGOK DENGAN KEMAMPUAN HEADING PEMAIN SEPAKBOLA SSB AMPHIBI SUNGAI TARAB KAB. TANAH DATAR JURNAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI DAN KELENTUKAN TOGOK DENGAN KEMAMPUAN HEADING PEMAIN SEPAKBOLA SSB AMPHIBI SUNGAI TARAB KAB. TANAH DATAR JURNAL"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

0

HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI DAN KELENTUKAN TOGOK DENGAN KEMAMPUAN HEADING PEMAIN SEPAKBOLA

SSB AMPHIBI SUNGAI TARAB KAB. TANAH DATAR

JURNAL

Oleh:

FAJRI MUHAMMAD NPM: 1210013411267

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KONSENTRASI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BUNG HATTA Wisuda Periode Agustus 2017

(2)

i

Relationships Explosive Power and Elasticity With Heading Capabilities Amphibi Soccer School Players Sungai TarabTanah Datar District

Fajri Muhammad

Department of Primary School Teacher Education Bung Hatta University

Abstract

The problem in this research is the lack of heading ability of Amphibi Soccer School Players Sungai TarabTanah Datar District, caused by several factors of physical condition. This research is a type of correlational research that aims to find out the relationship of physical condition of explosive power (X1) and Elasticity (X2) with heading ability (Y) Amphibi Soccer School Players Sungai TarabTanah Datar District. The study population is all Players of Amphibi Soccer School Sungai TarabTanah Datar District who actively participated in the exercise amounted to 70 people. Sampling is done by purposive sampling that players Age 13-16 alone, amounting to 26 people. The data was collected by measuring the explosive power of leg muscles with the Vertical jump test instrument and the formation of togok with the kayang test instrument. Furthermore, heading capability using the modified heading test instrument. Data analysis technique using product moment correlation analysis (simple and double) with significant level α = 0,05.From the data analysis can be obtained results: (1). There is a significant correlation of explosive power (X1) with heading (Y) ability of Amphibi Soccer School Players Sungai TarabTanah Datar District is 16.24%. (2). There is a significant correlation of elasticity (X2) with heading (Y) capability of Amphibi Soccer School Players Sungai TarabTanah Datar District at 16.81%. (3). There is a significant correlation of explosive power (X1) and elasticity (X2) with joint heading (Y) Amphibi Amphibi Soccer School Players Sungai TarabTanah atar District of 15.44%.

Keywords: explosive power, Elasticity with heading ability.

(3)

1 A. PENDAHULUAN

Sepakbola merupakan olahraga yang digemari oleh setiap kalangan masyarakat. Sampai saat ini sepakbola masih dianggap sebagai olahraga yang terpopuler, ini terbukti dengan banyaknya kompetisi-kompetisi yang di gelar diberbagai daerah baik kejuaraan tingkat Daerah, Nasional, maupun Internasional. FIFA (2014:66), Untuk dapat bermain pemain diharapkan menguasai berbagai teknik dasar, teknik dasar dimaksud seperti: (1). Dribbling, (2). Passing, (3). Heading, (4). Shooting. Tanpa menguasai teknik dasar diatas, pemain tidak dapat bermain dengan baik.

Dalam menguasai kemampuan teknik dasar diatas maka juga dibutuhkan elemen kondisi fisik, elemen kondisi fisik yang dimaksud adalah: Hendri Irawadi (2014), (a). Kekuatan, (b). Kecepatan, (c). Kelentukan, (d). Daya tahan, (e). Daya ledak, (f). Koordinasi.

Menurut Hendri Irawadi (2014:167)” Daya ledak otot adalah kemampuan seseorang untuk menggerakkan tubuh atau bagian bagiannya secara kuat dan kecepatan tinggi”. Daya ledak otot tungkai digunakan untuk melakukan lompatan yang tinggi dan kuat bagi seorang pemain untuk melaksanakan heading bola sambil melompat, apabila seorang

pemain memiliki daya ledak otot tungkai yang baik maka kemungkinan besar pemain tersebut akan memenangkan duel dalam melukan heading bola. Jadi daya ledak otot tungkai sangat berpengaruh dalam pelaksanaan heading bagi seorang pemain.

Faktor kondisi fisik yang lebih berpengaruh terhadap kemampuan heading yaitu kelentukan. Menurut Hendri Irawadi (2014:121) “Kelentukan merupakan kemampuan pergelangan atau persendian untuk dapat melakukan gerakan kesemua arah dengan amplitude gerakan”. Kegunaan kelentukan togok akan membuat sundulan ( heading ) menjadi lebih kuat dan keras. Dilihat dari kutipan diatas apabila seorang pemain mempunyai kelentukan togok yang elastis atau lentur, maka akan menghasilkan kemampuan heading yang bagus. Jadi kelentukan sangat berpengaruh bagi seorang pemain untuk melakukan heading bola

Dari sekian banyak teknik dalam permainan sepakbola, Heading merupakan salah satu teknik dasar yang harus dimiliki oleh seorang pemain sepakbola yang berguna menghalau bola dalam bertahan dalam pertandingan. Teknik tersebut dapat terlaksana jika pemain memiliki kondisi fisik yang baik, sehingga pemain dapat mengeluarkan kemampuan terbaik dan bermain

(4)

2 konsisten selama pertandingan. Seharusnya dalam bermain sepakbola pemain harus memiliki aspek kondisi fisik yang baik secara keseluruhan, agar pemain lebih mudah dalam melakukan seluruh gerakan dalam bermain sepakbola, tetapi dalam teknik dasar heading, kondisi fisik yang dominan adalah daya ledak dan kelentukan. Karena daya ledak yang baik akan membuat pemain melompat lebih tinggi dan membuat peluang memenagkan duel udara lebih besar dalam pertandingan. (Sucipto dkk. 2000: 32),” Daerah perkenaan bola dan kepala pada saat akan melakukan sebuah sundulan adalah kening, karena kening merupakan bagian terkuat”. Heading merupakan salah satu teknik dasar yang harus dimiliki seorang pemain yang berguna dalam bertahan dan menciptakan peluang terciptanya gol dalam suatu pertandingan. Bila kemampuan heading yang bagus dalam bertahan sudah dimiliki, maka akan lebih besar kesempatan untuk memenangkan pertandingan.

Sesuai landasan diatas jelas bahwa kedua elemen kondisi memiliki peran penting dalam pelaksanaan heading, rendahnya kemampuan heading pemain SSB amphibi Sungai Tarab salah satunya disebabkan oleh kondisi fisik yang tidak mendukung, artinya tanpa adanya kemampuan kondisi fisik secara

spesifik seperti daya ledak otot tungkai dan kelentukan togok dengan kemampuan heading pemain tidak dapat direalisasikan dengan sempurna.

Namun hingga saat ini peneliti belum menemukan literatur yang baku, Apakah kedua elemen kondisi diatas memiliki hubungan yang signifikan dengan kemampuan heading. Untuk memperoleh jawaban atau kebenaran tentang keterkaitan kedua elemen kondisi tersebut dengan kemampuan heading maka akan dilakukan penelitian.

Berdasarkan observasi dan wawancara penulis dengan pelatih dilapangan, kemampuan heading SSB amphibi Sungai Tarab masih kurang baik, Terlihat dilapangan saat pemain melakukan sundulan (heading) perkenaan bola tidak tepat. Masih dalam pengamatan peneliti, terlihat dalam latihan dan pertandingan pemain SSB Amphibi masih belum maksimal dalam melakukan heading. Semua itu terlihat pada saat para pemain SSB Amphibi melakukan latihan dalam bentuk permainan dan pada saat uji coba, disana terlihat kemampuan heading pemain untuk bertahan menghalau bola sangat rendah, hal tersebut dibuktikan dengan mudahnya lawan menerima umpan bola lambung dan lansung menyerang kearah gawang. Rata-rata dari setiap permainan ada kebobolan akibat dari rendahnya

(5)

3 kemampuan heading saat bertahan. Selain hal tersebut penulis juga melihat daya ledak otot tungkai pemain SSB Amphibi terlihat lemah karena saat pelaksanaan heading selalu kalah duel dari pemain lawan, daya ledak tersebut terlihat kurang pada saat melakukan awalan melompat untuk menyundul bola, sehingga selalu didahului pemain lawan. Selain itu penulis juga melihat kurangnya kelentukan pemain SSB Amphibi yang mempengaruhi kemampuan heading, dimana jangkauan atau jauh halauan bola sangat lah kurang. Kelentukan togok tersebut kurang pada saat melayang di udara, sehingga bola masih bisa di kuasai atau direbut lawan.

Berdasarkan pengamatan dilapangan, kurang baiknya kemampuan heading pemain diduga disebabkan oleh faktor internal yaitu kondisi fisik. Faktor kondisi fisik tersebut diantaranya adalah: kelentukan, keseimbangan, kekuatan otot tungkai, daya ledak otot tungkai, dan koordinasi. Menyadari sangat pentingnya kemampuan heading bagi setiap pemain SSB Amphibi Sungai Tarab, maka perlu diadakan penelitian terhadap pemain tentang kemampuan heading pemain.

Peneliti menduga faktor kondisi fisik yang dianggap paling dominan memiliki hubungan serta mempengaruhi variable kemampuan heading adalah Daya Ledak Otot Tungkai serta

Kelentuka Togok yang dimilki pemain. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan daya ledak otot tungkai dan kelentukan togok pemain terhadap kemampuan heading, agar terungkap penyebab permasalahan yang berujung terjadinya kemerosotan prestasi pada pemain SSB Amphibi Sungai Tarab Kabupaten Tanah datar.

B. METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional yang ingin melihat kontribusi antara variabel bebas dengan variabel terikat, adapun variabel bebasnya adalah Daya ledak otot tungkai dan kelentukan togok sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan Heading. Penelitian ini dilaksanakan di lapangan sepakbola SSB Amphibi Sungai Tarab Kabupaten Tanah Datar. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Mei. Populasi penelitian adalah pemain sepakbola putra SSB Amphibi Sungai Tarab Kabupaten Tanah Datar umur 13 - 16 Tahun yang berjumlah 26 orang. Pengambilan sampel ditetapkan pemain SSB sebanyak 26 orang umur 13– 16 dengan teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling,

Instrumen tes dalam penelitian ini adalah: 1) “Vertical jump tes” untuk tes daya ledak otot tungkai, instrument tes, 2) “flexsiometer” untuk tes kelentukan togok, dan 3) instrument tes “heading

(6)

4 untuk tes kemampuan heading (menyundul).

Data diolah dengan menggunakan rumusan product moment dari pearson yang dikemukakan oleh Sugiyono (2009:183) sebagai berikut :

)

)

(

)(

)

(

(

)

)(

(

)

(

2 2 2 2

Y

Y

n

X

X

n

Y

X

XY

N

rxy

Untuk mencari sumbangan unsur Daya Ledak Otot Tungkai dan Kelentukan togok terhadap Kemampuan Heading, dapat digunakan rumusan korelasi ganda r dari Sugiyono ( 2009:191 ) 2 1 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1

1

2

x

x

r

x

rx

ryx

ryx

yx

r

yx

r

x

Ryx

Keterangan :

Pengujian lanjutan yaitu uji signifikansi yang berfungsi apabila peneliti ingin mencari makna hubungan variabel X terhadap Y, maka hasil korelasi Pearson Product Moment (PPM) tersebut diuji dengan uji signifikansi, taraf signifikan uji liliefours korelasi L tabel, a = 0,05 untuk masing- masing variabel, maka diperlukan langkah mencari uji signifikan korelasi dengan rumus :

Untuk mengetahui seberapa besar hubungan daya ledak otot tungkai dan kelentukan togok dengan kemampuan heading digunakan rumus determinan yaitu : Kp = r2x 100%

(Sudjana, 2002:379)

C. HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

a. Daya ledak otot tungkai

Deskripsi data daya ledak otot tungkai dari 26 responden, diperoleh rerata hitung = 66.46, standar deviasi = 7.00, Varians = 49.02, nilai maksimum = 83.24 dan minimum = 53.41. Secara distribusi frekuensi dapat disajikan sebagai berikut :

Tabel. 1. Distribusi Frekuensi Data Dayaledak Otot Tungkai Kelas Interval Frekuensi absolut Frekuensi (%) 77.27 > 2 7.69 71.31 - 77.26 2 7.69 65.34 - 71.30 10 38.46 59.37 - 65.33 9 34.62 < 59.36 3 11.54 ∑ 26 100

Dari 26 orang sampel, 2 orang (7.69%) memiliki kelas interval besar dari 77.27, 2 orang (7.69%) memiliki kelas interval 71.3 – 77.26, dan 10 orang (38.46%) memliki kelas interval 65.33 – 71.30, dan 9 orang (34.62%) memiliki kelas interval 59.37 – 65.33, serta 3 orang (11.54%) memiliki kelas interval kecil dari 59.36.

2 1

1

2

r

n

r

t

h y

(7)

5 b. Kelentukan

Deskripsi data kelentukan dari 26 responden, diperoleh rerata hitung = 27.12, standar deviasi = 6.40, Varians = 40.91, nilai maksimum = 37.00 dan minimum = 15.00. Secara distribusi frekuensi dapat disajikan sebagai berikut :

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Data Kelentukan

Kelas Interval Frekuensi

absolut Frekuensi (%) 32.60 > 7 26.92 28.60 - 32.59 4 15.38 23.20 - 28.19 5 19.23 19.40 - 23.79 7 26.92 < 19.39 3 11.54 ∑ 26 100

Dari 26 orang sampel, 7 orang (26.92%) memiliki kelas interval besar dari 32.60, 4 orang (15.38%) memiliki kelas interval 28.60 – 32.59, dan 5 orang (19.23%) memliki kelas interval 23.20 – 28.19, dan 7 orang (26.92%) memiliki kelas interval 19.40 – 23.79, serta 3 orang (11.54%) memiliki kelas interval kecil dari 19.39.

c. Kemampuan Heading

Deskripsi data kemampuan heading dari 26 responden, diperoleh rerata hitung = 5.08, standar deviasi = 0.74, Varians = 0.55, nilai maksimum = 6.20 dan minimum = 3.90. Secara distribusi frekuensi dapat disajikan sebagai berikut :

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Heading

Kelas Interval Frekuensi absolut Frekuensi (%) 5.74 > 5 19.23 5.28 - 5.73 8 30.77 4.82 - 5.27 3 11.54 4.36 - 4.81 4 15.38 < 4.35 6 23.08 ∑ 26 100

Dari 26 orang sampel, 5 orang (19.23%) memiliki kelas interval besar dari 5.74, 8 orang (30.77%) memiliki kelas interval 5.28 – 5.73, dan 3 orang (11.54%) memliki kelas interval 4.82 – 5.27, dan 4 orang (15.38%) memiliki kelas interval 4.36 – 4.81, serta 6 orang (23.08%) memiliki kelas interval kecil dari 4.35.

2. Pembahasan

Daya ledak otot tungkai merupakan unsure gerak yang harus dimiliki seorang pemain sepakbola sebab dengan daya ledak otot tungkai pemain dapat menghasilkan suatu lompatan yang kuat dalam melakukan heading. Daya ledak otot tungkai juga diperlukan dalam melakukan heading,yaitu untuk memenangkan duel udara saat melakukan heading. Sedangkan kelentukan merupakan salah satu kondisi fisik yang sangat penting unuk dipertimbangkan dalam suatu penampilan gerak, terutama sekali yang menyangkut kapasitas fungsional suatu persendian dan keluwesan gerak seperti dalam sepakbola. Kelentukan juga diperlukan dalam

(8)

6 melakukan heading bola.berdasarkan kesimpulan bahwa, apabila nilai daya ledak otot tungkai dan kelentukan tergolong baik, maka akan diikuti dengan kemampuan heading bola pada permainan sepakbola yang baik pula.

Berdasarkan hasil analisis pengujian hipotesis, ternyata hipotesis kerja yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima.

a. Hubungan daya ledak otot tungkai (X1) dengan kemampuan heading(Y)

Hasil analisis menunjukkan bahwa daya ledak otot tungkai (X1) memiliki hubungan signifikan dengan kemampuan heading. Diperoleh koefisien korelasi ( rx1y ) = 0.403 >r -tab 0.388, thit = 1.868 > ttab 1.706,

dengan nilai Determinasi = 16.24%. Artinya bahwa komponen daya ledak otot tungkai sebagai independent variabel memiliki hubungan yang kuat dan searah terhadap dependent variabel yaitu kemampuan heading. Dengan demikian hipotesis kerja (Ha) yang diajukan dapat dibuktikan. Hasil analisis dapat dilihat pada lampiran, dengan demikian terdapat hubungan yang signifikan daya ledak otot tungkai (X1) terhadap kemampuan heading (Y) pemain SSB Amphibi Sungai Tarab Kabupaten Tanah Datar sesuai dengan hipotesis yang diajukan

b. Hubungan kelentukan togok (X2) dengan kemampuan heading (Y).

Hasil analisis menunjukkan bahwa kelentukan (X2) memiliki hubungan signifikan dengan kemampuan heading. Diperoleh koefisien korelasi ( rx1y ) = 0.410 >r-tab

0.388, thit = 2.202 > ttab 1.706, dengan

nilai Determinasi = 16.81%. Artinya bahwa komponen kelentukan sebagai independent variabel memiliki hubungan yang kuat dan searah terhadap dependent variabel yaitu kemampuan heading. Dengan demikian hipotesis kerja (Ha) yang diajukan dapat dibuktikan. Hasil analisis dapat dilihat pada lampiran halaman …… dengan demikian terdapat hubungan yang signifikan Kelentukan Togok (X2) terhadap kemampuan heading (Y) pemain SSB Amphibi Sungai Tarab Kabupaten Tanah Datar sesuai dengan hipotesis yang diajukan

c. Hubungan daya ledak otot tungkai (X1) dan kelentukan togok (X2) dengan kemampuan heading (Y).

Hasil analisis menunjukkan bahwa daya ledak otot tungkai dan kelentukan (X1,2Y) memiliki hubungan signifikan dengan kemampuan heading. Diperoleh koefisien korelasi ( rx1,2y ) = 0.393 >r-tab 0.388, thit =

2.094 > ttab 1.706, dengan nilai

(9)

7 komponen daya ledak otot tungkai dan kelentukan sebagai independent variabel memiliki hubungan yang kuat dan searah terhadap dependent variabel yaitu kemampuan heading. Dengan demikian hipotesis kerja (Ha) yang diajukan dapat dibuktikan. Hasil analisis dapat dilihat pada lampiran halaman, dengan demikian terdapat hubungan yang signifikan daya ledak otot tungkai (X1) dan kelentukan togok (X2) terhadap kemampuan heading (Y) pemain SSB Amphibi Sungai Tarab Kabupaten Tanah Datar sesuai dengan hipotesis yang diajukan.

D. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan

a. Terdapat hubungan daya ledak otot tungkai yang signifikan terhadap kemampuan heading pemain SSB Amphibi Sungai Tarab Kabupaten Tanah Datar sebesar 16.24%.

b. Terdapat hubungan kelentukan togok yang signifikan terhadap kemampuan heading pemain SSB Amphibi Sungai Tarab Kabupaten Tanah Datarsebesar 16.81%.

c. Terdapat hubungan daya ledak otot tungkai dan kelentukan togok yang signifikan secara bersama-sama terhadap kemapuan heading pemain SSB Amphibi Sungai Tarab

Kabupten Tanah Datar sebesar 15.44%.

2. Saran

a. Disarankan pada pelatih agar dapat memberikan program latihan sesuai dengan intensitas, volume dan tujuan latihan yang mampu meningkatkan kondisi fisik pemain,

b. Khususnya daya ledak otot tungkai dan kelentukan togok karena merupakan kemampuan yang menunjang saat melakukan saat heading.

c. Kepada atlet agar lebih giat lagi dalam latihan demi meningkatkan prestasi dalam cabang olahraga sepakbola.

d. Untuk mendapatkan kemampuan heading yang maksimal, maka harus diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi, khususnya dalam penelitian ini maka daya ledak otot tungkai dan kelentukan togok secara bersama-sama dapat mempengaruhi kemampuan heading.

DAFTAR PUSTAKA

A. Sarumpaet,dkk. (1991). Permainan Besar. Jakarta : Dirjen Dikti Proyek Pembinaan .

Agus, Apri. 2012. Olahraga Kebugaran Jasmani. Padang: SUKABINA PRESS.

(10)

8 Batty, Eric.C. 2007. Latihan Sepakbola

Metode Baru (Serangan). Bandung: Plonir Jaya.

FIFA, 2014. FilosofiGrassrootsFootball. Haddade. I, Tola, I. 1992. Penuntun Mengajar dan Melatih Sepakbola. Makasar: iiFIK UNM PRESS.

Irawadi, Hendri. 2013. Kondidi Fisik dan Pengukurannya, UNP Press.

Komarudin. 2011. Dasar Gerak Sepakbola. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Laws of The Game (Peraturan Permainan). 2009.

Luxbacher, Joseph. (2001). Sepakbola: Langkah-Langkah Menuju Sukses.

iiiiiiiiiiiJakarta: PT Raja Grapindo Persada.

Lutan, Rusli dkk. 2005. Manusia dan Olahraga. Bandung: Pt Citra Aji Prama.

M.E. Winarno.2011. Metodologi Peneltian Dalam Pendidikan Jasmani. UniversitasMalang.

Nurhasan. 2001. Tes dan Pengukuran Dalam Pendidikan Jasmani. Jakarta: Direktorat Jendral Olahraga.

Roji. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Erlangga : Jakarta.

Sneyers, Jef. 1988. Sepak Bola Latihan Dan Strategi Bermain. Jakarta: Gramedia. Sucipto, 2000. Sepak bola. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Dikdasmen bagian proyek penataran guru SLTP setara D III. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian

Pedidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: ALFABETA.

Syafruddin. 2011. Ilmu Pelatiahan Olahraga. UNP.

Widiastuti. 2011. Tes dan pengukuran olahraga. Jakarta: PT. BUMI TIMUR JAYA.

http://gurupenjaskesku.blogspot.co.id/2016/0 1/sepakbola. Muhajir, 2007.( 10 Januari 2017).

Gambar

Tabel  2.  Distribusi  Frekuensi  Data  Kelentukan

Referensi

Dokumen terkait

Dari tabel 5 dapat dibuat hubungan antara rasio asam sulfat dengan gula jagung terhadap persen kristal asam oksalat yang dihasilkan, dapat dilihat bahwa hubungan

(Kemudian cek dengan kartu tugas 3. Lakukan prosedur fast feedback model voting.) Jika dalam perhitungan sudah mencapai 70% siswa yang menjawab benar maka dapat dilanjutkan

A- 81.01-85 Merupakan perolehan mahasiswa yang mengikuti perkuliahan dengan sangat baik, memahami materi dengan sangat baik, memiliki tingkat proaktif dan kreatifitas tinggi

Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa.. Metodologi

Sifat dari beberapa larutan anastesi lokal yang sering digunakan dalam bidang kedokteran gigi masa kini adalah sebagai berikut: agen dengan ikatan amida

[r]

Selanjutnya sistem penyimpanan arsip dikatakan baik apabila untuk menemukan kembali yang telah disimpan tidak memakan waktu yang lama, sehingga diperlukan penataan

1. Kegiatan pendampingan dilakukan secara berkelompok yang terdiri dari ketua dan anggota. Sebelum perencanaan dilakukan, tim terlebih dahulu mengidentifikasi kondisi dan