• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PUPUK KOMPOS KULIT UDANG PADA PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L) Oleh : DODY DARMAWAN PRASETYA Nim.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PUPUK KOMPOS KULIT UDANG PADA PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L) Oleh : DODY DARMAWAN PRASETYA Nim."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh :

DODY DARMAWAN PRASETYA Nim. 130500 090

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA

(2)

Oleh :

DODY DARMAWAN PRASETYA Nim. 130500 090

Karya Ilmiah Sebagai Satu Syarat

Untuk Memperoleh Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA

(3)

Oleh :

DODY DARMAWAN PRASETYA Nim. 130500 090

Karya Ilmiah Sebagai Satu Syarat

Untuk Memperoleh Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA

(4)

Lulus ujian pada tanggal, 31 agustus 2016 Nama : Dody Darmawan Prasetya NIM : 130 500 090

Program Studi : Budidaya Tanaman Perkebunan Jurusan : Manajemen Pertanian

Menyetujui

Pembimbing, Penguji I Penguji II

Menyetujui, Mengesahkan,

Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Nur Hidayat, SP, M.Sc Ir. M. Masrudy, MP NIP. 197210252001121001 NIP. 196008051988031003 Roby, SP. MP NIP. 197305172005011009 Daryono SP, MP NIP. 19800202 2008121002 Dr. Fadli Mulyadi, SP. MP NIP. 197802212001121002

(5)

Pupuk Kompos Kulit Udang merupakan pupuk organik yang dapat memacu pertumbuhan akar, batang, daun, dan meningkatkan kesuburan tanah.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pupuk kompos dari kulit udang pada pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L).Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan terhitung pada tanggal 28 januari 2016 sampai dengan tanggal 28 maret 2016 yaitu meliputi persiapan, pelaksanaan dan pengambilan data. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kelekat.Penelitian ini menggunakan 3 perlakuan yaitu P0 (Tanpa Perlakuan/Kontrol), P1 (15 g pupuk kompos kulit udang), P2 (25 g pupuk kompos kulit udang), masing-masing perlakuan diulang sebanyak 10 kali ulangan sehingga jumlah tanaman adalah 30 bibit kakao.

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan P2 dengan dosis (25 g pupuk kompos dari kulit udang) menunjukan bahwa pada semua parameter tanaman baik tinggi, jumlah daun dan diameter batang yang paling cepat pertumbuhannya. Adapun pertumbuhan tinggi tanaman pada perlakuan P2 adalah 33,11 cm, 33,82 cm, 35 cm, 36,42 cm, 37,72 cm, 39,78 cm, pertumbuhan Jumlah Daun 4 helai, 5 helai, 6 helai, 7 helai, 8 helai, 10 helai, dan pertumbuhan Diameter Batang 4,68 mm, 5,78 mm, 6, 74 mm.

Kata Kunci : Pertumbuhan, Pupuk Kompos Kulit Udang, Bibit Kakao (Theobroma cacao L).

(6)

Kembang Janggut Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Yudin dan Ibu Satiem. Pada tahun 2001 memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 006 di Desa Kelekat Kecamatan Kembang Janggut dan lulus pada tahun 2007 di Sekolah Dasar Negeri 006 di Desa Kelekat Kecamatan Kembang Janggut. Kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Pertama di SMP NEGERI 1 Kembang Janggut Kabupaten Kutai Kartanegara dan lulus Pada tahun 2010. Melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri SMAN 1 Kembang Janggut Kabupaten Kutai Kartanegara dan lulus pada tahun 2013. Pendidikan tinggi dimulai pada tahun 2013 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jurusan Manajemen Pertanian Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan.

Pada tanggal 4 Maret 2016 sampai 28 April 2016 mengikuti Praktik Kerja Lapang (PKL) di PT. Citra Putra Kebun Asri Kecamatan Jorong Kalimantan Selatan. Sebagai syarat untuk memperoleh sebutan Ahli Madya Diploma III.

Penulis melakukan penelitian dengan Judul Pengaruh Pupuk Kompos Kulit Udang Pada Pertumbuhan Bibit Tanaman Kakao (Theobroma cacao L), yang dilaksanakan di Desa Kelekat.

(7)

Kampus Sei Keledang, 2016

menyelesaikan Kar ya Ilmiah dengan judul Pengaruh Pupuk Kompos Kulit Udang Pada Pertumbuhan Bibit Tanaman Kakao (Theobroma cacao L). Karya Ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian guna memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Dalam kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua yang telah memberikan motivasi dan dukungan baik secara moril maupun materil kepada penulis.

2. Bapak Daryono, SP. MP selaku dosen pembimbing.

3. Bapak Dr. Fadli Mulyadi, SP. MP dan Bapak Roby, SP. MP selaku dosen penguji I dan penguji II.

4. Bapak Nur Hidayat, SP, M.sc selaku Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan.

5. Bapak Ir. M. Masrudy, MP selaku Ketua Jurusan Mananjemen Pertanian 6. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri

Samarinda.

7. Rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu dalam penyusunan karya ilmiah ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan karya ilmiah ini masih terdapat kekurangan, namun penulis berharap semoga karya ilmiah ini tetap dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya.

(8)

KATA PENGANTAR... ... ii

DAFTAR ISI... ... iii

DAFTAR TABEL... ... iv

DAFTAR LAMPIRAN... ... v

I. PENDAHULUAN... ... 1

II. TINJAUAN PUSTAKA... ... 4

A. Tinjauan Umum Tanaman Kakao... ... 4

B. Tinjauan Umum Pupuk... ... 9

C. Tinjauan Umum Kulit Udang... ... 13

III. METODE PENELITIAN... ... 15

A. Tempat dan Waktu... ... 15

B. Alat dan Bahan... ... 15

C. Perlakuan Penelitian... ... 15

D. Prosedur Penelitian... ... 15

E. Pengamatan dan Pengambilan Data... 17

F. Pengolahan Data... ... 18

V. HASIL DAN PEMBAHASAN... ... 19

A. Hasil... ... 19

B. Pembahasan... ... 21

V. KESIMPULAN DAN SARAN... ... 25

A. Kesimpulan... ... 25

B. Saran... ... 25 DAFTAR PUSTAKA

(9)

2. Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman Kakao... ... 31

3. Hasil Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Kakao... ... 29

4. Hasil Pengamatan Diameter Batang Tanaman Kakao... ... 33

(10)

2. Rata-rata Pertumbuhan Tinggi Tanaman . ... 19 3. Rata-rata Pertumbuhan Jumlah Daun Tanaman ... 20 4. Rata-rata Pertambahan Diameter Batang Tanaman ... 20

(11)

I. PENDAHULUAN

Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditi yang penting untuk dikembangkan sebagai sumber pendapatan petani, pengusaha dan devisa negara. Salah satu usaha untuk mengembangkan budidaya kakao adalah penyediaan bibit baik. Tanaman yang baik yang berproduksi tinggi. Namun, syarat utama adalah bibit harus mendapatkan zat makanan yang cukup selama dalam pertumbuhan (Siregar , 2002).

Perkebunan kakao di Indonesia banyak diusahakan dengan produksi yang tinggi namun kendala utamannya mutu yang kurang baik terutama dari kakao rakyat. Hal ini terutama petani yang kurang memahami budidaya tanaman kakao sepenuhnya sehingga dampak negatif yang ditimbulkan seperti penurunan produktifitas produksi pada saat ini sudah dapat dirasakan ( Susanto, 1994).

Untuk budidaya, perbanyakan tanaman kakao secara generatif dengan menggunakan benih yang berasal dari sembarang biji tidak dibenarkan. Benih diambil dari tanaman kakao produksi, baik dari pertanaman kakao klon maupun pertanaman kakao hibrida. Jika biji ini ditanaman akan menghasilkan tanaman dengan tingkat segregasi (pemisah sifat) yang sangat beragam, sehingga produktivitas dan mutu hasilnya tidak menentu. Biji yang baik untuk benih adalah berukuran besar, bernas (tidak kosong), bebas dari hama dan penyakit, dan biji tidak kadaluawarsa (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2008).

Jenis kakao yang dapat dianjurkan untuk perbanyakan secara generatif adalah benih kakao hibrida yang tanaman hibridanya telah teruji mempunyai produktivitas tinggi dan tahan terhadap hama penyakit. Pada saat ini, tanaman

(12)

kakao yang diperbanyak dengan menggunakan bahan tanam benih kakao hibrida adalah jenis kakao lindak (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2008).

Kompos sampah membantu mengurangi terjadinnya pencemaran lingkungan, terutama sampah. Bagi tanah, kompos dapat memberi atau menambah unsur hara, dapat memperbaiki struktur dan tekstur tanah. Perbaikan kualitas tanah yang didukung dengan unsur hara yang mencukupi membuat tanaman yang tumbuh memberikan produksi yang optimal. Kompos sangat berperan dalam proses produksi tanaman. Kompos tidak hanya menambah unsur hara, tetapi juga menjaga fungsi tanah sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik (Yuwono, 2003). Limbah perikanan berpotensi sebagai sumber hara yaitu limbah udang yang merupakan limbah industri pengolahan udang beku. Limbah tepung udang yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari limbah rumah makan, limbah restoran, limbah sisa penjualan udang di pasar dan limbah rumah tangga. Limbah udang mengandung protien 41,9%, khitin 17,0%, dan lemak 4,5% bahan kering.

Untuk mengatasi hal tersebut perlu diperhatikan teknis budidaya terutama pemupukan, pemupukan merupakan cara yang dapat dilakukan untuk memahami ketersediaan unsur hara tanah yang dibutuhkan oleh tanaman. Dengan adanya pemupukan tanaman dapat tumbuh optimal dan berproduksi maksimal apabila memperhatikan jenis, dosis, aplikasi dan waktu pemupukan yang tepat.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk kompos kulit udang pada pertumbuhan bibit tanaman kakao (Theobroma cacao L).

(13)

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk berbagi informasi kepada masyarakat luas dan umumnya pada petani kakao khususnya, bahwa pemanfaatan pupuk kompos dari kulit udang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pertumbuhan bibit tanaman kakao (Theobroma cacao L).

(14)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan Umum Tanaman Kakao

Tanaman kakao termasuk marga Theobroma, suku dari Sterculiaceae yang banyak diusahakan oleh para pekebun, perkebunan swasta dan perkebunan negara. Menurut Susanto (1994), adapun sistematika klasifikasi botani tanaman kakao adalah sebagai berikut :

Divisi : Spermathophyta Sub divisio : Angiospermae Class : Dicotyledoneae Sub class : Dialypetalae Ordo : Malvales

Famili : Sterculiaceae Genus : Theobroma

Species : Theobroma cacao L. 1. Varietas Tanaman Kakao

Tanaman kakao secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga tipe besar yaitu:

a. Criollo

Criollo termasuk kakao yang bermutu tinggi atau kakao mulia. Criollo memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1) Pertumbuhan tanaman kurang kuat dan produksinya relatif rendah. 2) Masa berbuah lambat.

(15)

4) Kulit buah tipis dan mudah diiris, terdapat 10 alur yang letaknya berselang-seling.

5) Ujung buah umumnya berbentuk tumpul, sedikit bengkok dan endospermnya berwarna putih.

6) Tiap buah berisi 30-40 biji, yang bentuknya agak bulat sampai bulat.

7) Warna buah muda umumnya merah dan bila sudah masak menjadi orange.

b. Forastero

Forastero umumnya termasuk kakao bermutu rendah atau disebut kakao curah. Tipe Forastero memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Pertumbuhan tanaman kuat dan produksi lebih tinggi.

2) Masa berbuah lebih awal, umunya diperbanyak dengan semaian hibrida.

3) Relatif lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit.

4) Kulit buah agak keras tetapi permukaannya halus, alur-alur pada kulit buah agak dalam, proses permentasinya lama.

5) Endospermnya berwarna ungu tua dan berbentuk gepeng. 6) Rasa biji lebih pahit, dan kulit buah berwarna hijau dan merah. c. Trinitario

Trinitario merupakan hasil persilangan antara Criollo dan Forastero. Dari persilangan ini terdapat jenis-jenis baru yang mutunya

(16)

baik, buah dan bijinya besar. Walaupun ciri -cirinya seperti Criollo namun merupakan hasil persilangan.

Menurut Siregar (2002) jenis Trinitario dapat dibedakan menjadi empat (4) golongan yaitu :

1) Angoleta, dengan ciri-ciri sebagai berikut :

a) Kulit luar sangat kasar, buah besar, beralur dalam.

b) Biji bulat, mutu superior, endospermnya berwarna unggu. 2) Cundeamor, dengan ciri-ciri sebagai berikut :

a) Bentuk buah seperti Angoleta, kulit buah kasar, dan alur tidak dalam.

b) Bijinya gepeng dan mutu superi or, endospermnya unggu gelap. 3) Amelonado, dengan ciri-cir sebagai berikut :

a) Bentuk buah bulat telur, kulit sedikit halus, dan alur-alurnya jelas. b) Bijinya gepeng, mutu ada yang sedang dan ada yang seperior. c) Endospermnya berwarna ungu.

4) Calaba cillo, dengan ciri-ciri sebagai berikut :

a) Buahnya pendek dan bulat, kulitnya sangat halus dean licin alur dangkal, bijinya gepeng dan rasanya pahit.

(17)

2. Morfologi Tanaman Kakao a. Biji dan Perkecambahan

Menurut Susanto (1994), Kakao termasuk tanaman kauliflori yang artinya bunga dan buah tumbuh pada batang dan cabang tanaman, biji dibungkus oleh daging buah yang berwarna putih dan rasanya manis. b. Batang dan Cabang

Kakao bersifat dimorfisme, artinya memiliki dua macam percabangan atau tunas vegetatif, yaitu tunas ortotrop yang tumbuh ke atas dan tunas plagiotrof yang tumbuh ke samping. Tanaman yang berasal dari biji setelah mencapai tinggi 0,9 1,5 m akan membentuk jorket sedangkan tanaman kakao yang diperbanyak secara vegetatif tidak membentuk jorket.

c. Daun

Daun kakao mempunyai dua persendian yang terletak pada pangkal dan ujung tangkai daun. Tangkai daun pada cabang ortotrop lebih panjang, sedangkan pada cabang plagiotriop tangkai daun lebih pendek. Tangkai daun dilindungi stipula yang segar gugur apabila daunnya tumbuh, warna daun kemerahan sammpai merah tergantung dari varietasnya, dan apabila telah dewasa menjadi hijau tua.

d. Akar

Perakaran kakao tumbuh cepat pada bibit dari biji yang baru berkecambah, dari panjang akar 1 cm pada umur 1 minggu tumbuh menjadi 16-18 cm pada umur 1 bulan dan 25 cm padaumur 3 bulan.

(18)

Pada tanah yang dalam dan drainasenya baik, perakaran kakao dewasa mencapai 1,0-1,5 m. Akar lateral seebagian besar sekitar 56 % tumbuh pada lapisan tanah atas.

e. Bunga

Tanaman kakao bersifat kauliflori, bunga berkembang dari ketiak daun dan dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang-cabang.Tempat tumbuh bunga tersebut lama-kelamaan menebal dan membesar disebut dengan bantalan bunga. Bunga kakao terdiri dari 5 kelopak, 5 mahkota,10 tangkai sari yang tersusun dalam 2 lingkaran terdiri dari 5 tangkai sari tetapi hanya 1 lingkaran yang fertil dan 5 daun buah yang bersatu.

f. Buah

Warna buah kakao beranekaragam, namun pada dasarnya hanya dua macam yaitu : buah muda berwarna hijau putih dan bila masak menjadi berwarna kuning, dan buah muda berwarna m erah setelah masak menjadi orange.

3. Syarat Tumbuh Tanaman Kakao

Daerah produsen kakao umumnya memiliki curah hujan berkisar antara 1250-3000 mm tiap tahun. Curah hujan yang kurang dari 1250 mm akan terjadi evapotranspirasi melebihi presipiutasi . Pada umumnya kakao diusahakan pada ketinggian kurang dari 300 m dari per mukaan laut. Suhu maksimal untuk kakao sekitar 300 - 320C, sedangkan suhu minimum sekitar 180 210C. Daerah penghasil kakao memilki kelembaban udara relatif

(19)

maksimum 100%, pada malam hari dan 70% - 80% pada siang hari. Tanaman muda yang baru ditanam memerlukan sinar matahari sekitar 25%-35% dari sinar matahari penuh. Sedangkan untuk tanaman dewasa atau yang sudar berproduksi kebutuhan sinar matahari makin besar yaitu 65% - 75% (Siregar, 2002).

B.Tinjauan Umum Pupuk

Menurut Lingga (2008), bukan hanya akar yang dapat mengabsorpsi unsur hara, tetapi bagian tanaman yang lainnya seperti batang dan daun dapat pula mengabsorpsi unsur hara yang diberikan. Beberapa unsur hara mikro dapat ditambahkan dalam formulasi pupuk organik cair tersebut yang diharapkan bersinergi dengan senyawa ekstrak limbah kepala udang, yang diharapkan dapat lebih berdaya guna dalam mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Unsur hara mikro sudah biasa ditambahkan melalui pupuk cair. Pemupukan melalui daun berjalan lebih cepat ka rena tanaman dapat langsung menyerap hara yang diberikan, sehingga hasilnya pun akan cepat terlihat. Selain 3 itu keuntungan pemupukan melalui daun adalah cairan pupuk yang jatuh ke media tidak hilang melainkan dapat diserap kembali oleh akar (Taisa, 2009).

Salah satu kandungan yang bermanfaat dalam limbah kepala udang adalah kitin dan kitosan (Rismana 2001, dan Winan, 2010). Kitosan merupakan bahan kimia multiguna berbentuk serat dan merupakan kopopolimer berbentuk lembaran 5 tipis, berwarna putih atau kuning, tidak

(20)

berbau. Kitosan merupakan produk diasetilasi kitin melalui proses kimia menggunakan enzim kitin diasetilase.

Menurut Setyamidjaja (1986), pupuk adalah semua bahan yang diberikan kepada tanah dengan maksud untuk memperbaiki sifat-sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pada prinsipnya pemupukan adalah penyeimbangan ketersediaan unsur -unsur hara di dalam tanah yang diperlukan oleh tanaman sehingga dapat tumbuh, berkembang dan berproduksi dengan baik. Pengertian menyeimbangkan dalam hal ini adalah menambahkan hara-hara ke dalam tanah atau mengembalikan hara-hara tanah yang hilang karena beberapa hal yaitu : Tanah yang mengalami pencucian akibat terbawa aliran permukaan, unsur hara ada yang menguap, saat panen banyak hara yang terangkut ke luar dari tanah. pupuk dapat di bedakan menjadi dua yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik.

Pupuk organik disebut pupuk alam karena seluruh atau sebagian besar pupuk ini berasal dari alam yang merupakan hasil fermentasi dari kotoran hewan, sisa tanaman, limbah rumah tangga, dan yang merupakan bahan dasar dari pupuk organik yang dapat terdekomposisi dalam tanah. Contohnya pupuk organik cair melalui proses teknologi modern sehingga muncul dalam bentuk, rupa dan warna yang jauh berbeda dengan bahan dasar (Marsono, 2000).

Pupuk juga dapat diartikan sebagai makanan tanaman yang mengandung hara mineral penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Penggunaan pupuk organik untuk tanaman tidak dapat diabaikan karena selain dapat menyumbangkan unsur hara (sumber zat makanan) yang

(21)

dibutuhkan oleh tanaman. Selain itu pupuk organik juga berfungsi untuk mempertahankan kelembaban sehingga dapat menciptakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan tanaman (Musnamar, 2006).

Pupuk adalah material yang ditambah pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dan menyediakan unsur hara yang kurang atau bahkan tidak tersedia ditanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman (Marsono, 2000).

Fungsi utama adalah menyediakan atau menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Unsur hara tersebut kadang-kadang tersedia dalam jumlah yang sedikit, bahkan tidak sama sekali dalam tanah. Keadaan ini mungkin disebabkan kondisi tanahnya memang tidak mengandung unsur hara, pemakaian tanah yan g terus menerus tanpa adanya perawatan, dan pengolahan tanah yang salah.pupuk adalah semua bahan yang di berikan kepada tanah dengan maksud untuk memperbaiki sifat-sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Bahan yang di berikan ini dapat bermacam-macam misalnya berupa pupuk kandang, pupuk hijau, pupuk buatan pabrik dan sebagainya (Pranata, 2004).

Pemupukan bertujuan untuk memelihara dan memperbaiki kesuburan tanah dengan memberikan unsur atau zat hara ke dalam tanah yang langsung atau tidak langsung dapa menyumbangkan bahan makanan pada tanaman. Pemupukan juga bertujuan akan memperbaiki pH tanah dan memperbaiki lingkungan tanah sebagai tempat tumbuh tanaman (Suriatna, 1991).

Menurut Pranata (2004), bahwa Penggolongan pupuk bisa didasar pada sumber bahan yang digunakan adalah :

(22)

1. Pupuk organik

Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari makhluk hidup yang telah mati. Pupuk ini berasal dari bagian daerah, tulang, bulu, sisa tumbuhan, kotoran hewan, daun yang berjatuhan, pohon atau tanaman yang tumbang, dan limbah rumah tangga. Bahan organik ini akan mengalami pembusukan atau mikroorganisme sehingga sifat fisiknya akan berbeda dari semula contohnya pupuk kandang, pupuk kompos dan pupuk hijau.

2. Pupuk anorganik

Pupuk anorganik adalah pupuk yang berasal dari bahan mineral dan yang telah diubah melalui proses produksi sehingga menjadi senyawa kimia yang mudah diserap tanaman. Dialam, pupuk anorganik ini bisa diambil dari KCL atau Fosfat. Dengan pengolahan dipabrik, pupuk anorganik juga bisa diproduksi contohnya pupuk urea, NPK, dan TSP. (Sutedjo, 2008).

C.Tinjauan Umum Pupuk Kompos Kulit Udang

Pupuk Kompos kulit udang yang terdiri dari kepala dan kulit masih mempunyai kandungan nutrisi yang cukup tinggi, adalah 25-40% protein, 45-50% kalsium karbonat, 15-20% kitin. (Sudibya, 1998),

Tabel 1. Komposisi unsur hara pupuk kompos kulit udang

No. Unsur Hara Kandungan

1. Ph 6,25

2. C Organik (%) 6,76

3. N total (%) 1,93

4. P total ( mg/100 gr P2O5) 1,079 5. K total (mg/100 gr P2O5) 0,52

Sumber : UPT. Pusat Studi Reboisasi Hutan Tropis Hutan lembab (PUSREHUT) LAB ILMU TANAH. (2015)

(23)

Proses ekstraksi sangat tergantung dari jenis zat pengekstrak, antara lain air, asam asetat, dan asam sitrat. Pengaruh aplikasi ekstrak kompos kepala udang terhadap pertumbuhan tanaman ditentukan oleh konsentrasi ekstrak yang diaplikasikan. Hasil penelitian Fajrin menyimpulkan bahwa konsentrasi aplikasi ekstrak 75% merupakan konsentrasi terbaik ekstrak kompos kulit udang yang diaplikasikan pada tanaman. Unsur mikro diperlukan dalam jumlah sedikit tetapi pengaruhnya sangat signifikan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Penambahan unsur mikro ke dalam ekstrak kompos kepala udang diharapkan dapat meningkatkan manfaat dari ekstrak kompos kulit udang tersebut. Unsur mikro sudah biasa diformulasikan dalam bentuk pupuk cair, yang diaplikasikan melalui daun. Unsur hara mikro tersebut adalah besi (Fe), Mangan (Mn), tembaga (Cu), Boron (B) dan seng (Zn). Untuk mengetahui pengaruh jenis ekstrak kepala udang hasil ekstraksi dengan berbagai jenis pengekstrak yang dikombinasikan dengan pemberian unsur mikro terhadap tanaman, maka campuran ekstrak tersebut perlu diaplikasikan pada tanaman (Fajrin, 2011).

(24)

tiga bulan terhitung sejak 28 Januari 28 Maret, meliputi persiapan, penanaman bibit, pengambilan data, pengolahan data, dan penyusunan laporan.

B.Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : Cangkul, Parang, Polybag, Mikrokalifer, Penggaris, dan Alat tulis.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : Bibit kakao jenis Criollo berumur 2 bulan, pupuk kompos dari kulit udang , tanah lapisan atas (topsoil) dan polybag berukuran 30 x 20 cm.

C.Perlakuan Penelitian

Penelitian ini menggunakan 3 perlakuan dan 10 kali ulangan yaitu : P0= Kontrol (Tanpa perlakuan)

P1= Pupuk Kompos Kulit Udang 15 g/bibit P2= Pupuk Kompos Kulit Udang 25 g/bibit D.Prosedur penelitian

1. Penyiapan areal

Areal tempat penyusunan polybag disesuaikan pada tempat yang datar agar mempermudah dalam penyusunan polybag.

(25)

2. Persiapan Alat dan Bahan

a. Pemberian Pupuk Kompos Kulit Udang

Pemberian pupuk kulit udang dilakukan 2 minggu setelah tanam, karena proses penguraian pupuk memerlukan waktu lama, kemudian pupuk dicampur bersamaan dengan tanah. Adapun perlakuan pemberian pupuk kulit udang dilakukan dalam 3 (tiga) tahapan yaitu : P0 tanpa perlakuan atau tanpa pemberian pupuk, kemudian konsentrasi P1 mengunakan pupuk kompos kulit udang 15g/polybag dan P2 menggunakan pupuk kompos kulit udang 25g/polybag.

b. Persiapan Media Tanam

Tanah yang digunakan adalah tanah topsoil yang diambil dari sekitar areal penelitian. Tanah dibersihkan dari akar -akar pohon, daun dan batuan, lalu digemburkan dan di masukan ke dalam polybag. Ukuran polybag 30 x 20 cm.

c. Persiapan Bahan Tanam

Bibit yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit yang diambil dari pembibitan kakao di Desa Kelekat persemaian pak Darsono jenis bibit Criollo.

d. Penanaman Bibit Kakao

Bibit kakao ditanam di polybag dengan dengan pertumbuhan seragam, untuk terjadinya bias perlakuan, maka dilakukan pengambilan data pengukuran untuk mengetahui data awal tanaman sebelum

(26)

dilakukan pengamatan selanjutnya, yang meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang.

e. Penempatan polybag di bedengan

Polybag yang sudah ditanami bibit kakao, kemudian diberi label sesuai perlakuan. Setelah itu polybag disusun di lokasi pembibitan dengan penyinaran matahari secara menyeluruh pada setiap polybag. E.Pengamatan dan Pengambilan data

Perlakuan dari penelitian ini terdiri dari 3 perlakuan dan 10 kali ulangan, kemudian dari data hasil penelitian diolah dengan menggunakan rumus rataan hitung sederhana.

Adapun parameter yang diamati dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Tinggi Tanaman (cm)

Pengambilan data tinggi tanaman diukur 1 cm dari permukaan tanah, pengambilan data tinggi tanaman menggunakan penggaris kemudian diberi tanda, perhitungan dilakukan 2 minggu sekali pengukuran.

2. Jumlah Daun (helai)

Yang diamati adalah daun yang telah membuka sempurna, penghitungan juml ah daun dilakukan setiap 2 minggu sekali.

3. Diameter Batang (mm)

Perhitungan pengambilan data diameter batang dilakukan setiap 1 bulan sekali.

(27)

F.Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitin ini menggunakan rataan hitung sederhana, (Nugroho dan Harahap, 1985) yaitu :

= n

x

= rata-rata hitung n = banyaknya data x= jumlah variasi yang diteliti

(28)

Berdasarkan hasil pengamatan pemberian pupuk kompos kulit udang pada pertumbuhan tanaman kakao dapat dilihat pada tabel Berikut ini : Tabel 2. Rata-rata Pertumbuhan Tinggi Tanaman (cm) bibit kakao

Perlakuan Rata-rata Minggu ke-2 Minggu ke-4 Minggu ke-6 Minggu ke-8 Minggu ke-10 Minggu ke-12 P0 29,62 30,95 32,5 34,85 36,25 37,95 P1 28,51 32,98 34,06 35,83 37,09 38,14 P2 33,11 33,82 35 36,42 37,72 39,78

Dari tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa pada perlakuan P2 (pupuk kompos kulit udang 25 g/polybag ) menghasilkan rata-rata pada pertumbuhan tinggi tanaman yaitu 33,11 cm, 33,82 cm, 35 cm, 36,42 cm, 37,72 cm, dan 39,78 cm, sedangkan rata-rata terendah ditunjukan pada perlakuan P0 (tanpa perlakuan/ kontrol) yaitu 29,62 cm, 30,95 cm, 32,5cm, 34,85 cm, 36,25 cm, dan 37,95 cm.

2. Jumlah daun (helai)

Berdasarkan hasil dari pengamatan pemberian pupuk kompos kulit udang terhadap pertumbuhan bibit tanaman kakao dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

(29)

Tabel 3. Rata-rata pertambahan jumlah daun (helai) bibit kakao Perlakuan Rata-rata Minggu ke-2 Minggu ke-4 Minggu ke-6 Minggu ke-8 Minggu ke-10 Minggu ke-12 P0 3 helai 4 helai 5 helai 6 helai 7 helai 8 helai P1 3 helai 4 helai 5 helai 6 helai 7 helai 8 helai P2 4 helai 5 helai 6 helai 7 helai 8 helai 10 helai

Dari data tabel di atas dapat dilihat bahwa perlakuan P2 (pupuk kompos kulit udang 25 g/polybag) menghasilkan rata-rata pertambahan jumlah daun yaitu 4 helai, 5 helai, 6 helai, 7 helai, 8 helai, dan 10 helai, sedangkan rata-rata terendah ditunjukan pada perlakuan P0 (tanpa perlakuan/ kontrol) yaitu 3 helai, 4 helai, 5 helai, 6 helai, 7 helai, 8 helai. Semakin banyak perlakuan atau pemberian pupuk pada bibit kakao maka semakin baik hasilnya.

3. Diameter Batang (mm)

Berdasarkan hasil pengamatan pemberian pupuk kompos kulit udang berpengaruh terhadap pertumbuhan diameter batang bibit kakao dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4. Rata-rata pertambahan diameter batang (mm) tanaman kakao Perlakuan

Rata-rata

Minggu ke-4 Minggu ke-8 Minggu ke-12

P0 2.88 mm 3.70 mm 4.70 mm

P1 3.79 mm 4.93 mm 5.88 mm

P2 4.68 mm 5.78 mm 6.74 mm

Dari data tabel di atas ditunjukan bahwa hasil perlakuan P2 (pupuk kompos kulit udang 25 g/polybag) menghasilkan rata-rata diameter batang tertinggi yaitu 4.68 mm, 5,78 mm, 6,74 mm, sedangkan rata-rata terendah

(30)

ditunjukan pada perlakuan P0 (tanpa perlakuan/ kontrol) yaitu 2,88 mm, 3,70 mm, 4,70 mm.

B.Pembahasan

Dari hasil pengamatan pengaruh pupuk kompos kulit udang terhadap pertumbuhan bibit kakao mencakup tinggi tanaman jumlah daun, diameter batang menunjukan perlakuan pada P2 terlihat pertumbuhan yang cepat dan baik dari perlakuan P1 dan perlakuan P0.

1. Tinggi Tanaman

Berdasarkan hasil pengamatan rata-rata tinggi bibit tanaman kakao pada tabel 2 menunjukan bahwa Perlakuan P2 dengan pemberian pupuk kompos kulit udang dengan dosis 25 g/polybag menghasilkan tinggi tanaman yang lebih tinggi dari perlakuan P1 dan P0. Pada perlakuan P1 lebih rendah dari perlakuan P2 hal ini diduga disebabkan karena pemberian dosis pada perlakuan P1 lebih sedikit pada pemberian perlakuan P2 sehingga respon pertumbuhan pada tanaman akan berpengaruh juga, hal ini dikaitkan dengan pemberian perlakuan pada tanaman tersebut.

Sedangkan pada perlakuan P0 (tanpa perlakuan/kontrol) menunjukan tinggi tanaman terendah hal ini disebabkan karena pada perlakuan hanya menyerap unsur hara dari dalam tanah yang jumlahnya cukup terbatas tanpa adanya tambahan unsur hara sehingga proses pertumbuhan pada tanaman tidak maksimal, Sutedjo (2008).

(31)

2. Jumlah Daun (helai)

Berdasarkan hasil pengamatan rata-rata jumlah daun tanaman kakao pada lampiran 2 menunjukan pada perlakuan P2 dengan dosis (25 g pupuk kompos kulit udang) memiliki jumlah daun lebih banyak dari perlakuan P1 dengan dosis pemberian 15 g pupuk kompos kulit udang dan P0 (tanpa perlakuan/kontrol). Hal ini beralasan karena unsur hara yang diberikan oleh pupuk kompos kulit udang dengan dosis 25 g mampu memenuhi kebutuhan tanaman untuk penambahan jumlah daun.

Menurut Marsono, (2000) tanaman memerlukan Nitrogen (N) untuk masa pertumbuhannya, terutama pada fase vegetatif yaitu pertumbuhan tunas, cabang, daun dan batang tanaman. Nitrogen (N) juga bermanfaat sebagai zat hijau pembentuk bagi daun. Klorofil yang terdapat pada daun sangat membantu dalam proses fotosintesis tumbuhan. Kebutuhan unsur N yang dibutuhkan oleh tanaman kakao terdapat pada pupuk kompos kulit udang basah memiliki kandungan unsur hara N (20%).

Pada perlakuan P1 jumlah daun lebih sedikit hal ini diduga karena adanya pemberian pupuk kompos kulit udang dengan dosis yang rendah akan berpengaruh pada pertumbuhan jumlah daun tanaman kakao.

Pada perlakuan P0 (tanpa perlakuan/kontrol) menunjukan rata-rata jumlah daun paling sedikit dikarenakan tumbuhan hanya menyerap unsur hara dari tanah.

Menurut Pranata, (2004) menjelaskan bahwa tidak lengkap unsur hara makro dan mikro dapat mempengaruhi pertumbuhan dan

(32)

perkembangan jumlah daun serta berpengaruh terhadap produkrivitas tanam an. Ketidaklengkapan salah satu unsur hara atau dari beberapa unsur hara makro dan mikro dapat diatas atau dimaksimalkan dengan adanya pemupukan yang berimbang.

3. Diameter Batang (mm)

Berdasarkan hasil dari pengamatan rata-rata diameter batang tanaman kakao pada perlakuan lampiran 3 menunjukan hasil pada perlakuan P2 dengan dosis 25 g pupuk kompos kulit udang menunjukan rata-rata tertinggi untuk pertambahan diameter batang tanaman kakao dari pada perlakuan P1 dengan dosis 15 g pupuk kompos kulit udang dan perlakuan P0 (tanpa perlakuan/kontrol). Hal ini dikarenakan pemberian pupuk kompos kulit udang mampu menambah unsur hara ke dalam tanah sehingga dapat diserap oleh tanaman untuk pertumbuhan terutama dalam pertambahan diameter batang, sesuai dengan pendapat Suriatna, (1991) menyebutkan bahwa dengan pemberian pupuk kompos dari kulit udang basah dapat menambah unsur hara makro dan mikro yang ada di dalam tanah. Unsur hara makro yang terdapat pada pupuk kompos dari kulit udang basah Nitrogen (20%), Phospat (20%), Kalium (10%) Magnesium (lengkap). Pada perlakuan P1 lebih rendah dari P2 hal ini disebabkan pemberian perlakuan lebih sedikit dibandingkan perlakuan pada P2 sehingga proses pertumbuhan diameter batang terjadi penurunan rata-rata.

Menurut pendapat Pranata, (2004) bahwa dengan pemberian pupuk kompos dari kulit udang basah yang lebih sedikit akan berpengaruh

(33)

terhadap pertumbuhan dan perkembangan diameter batang dan memacu pertumbuhan vegetatif pada bagian tumbuhan lainnya sehingga proses fotosintesis menjadi tidak optimal yang berupa karbohidrat yang penting bagi tumbuhan dan akan menyebabkan terhambat pertumbuhan diameter batang tanaman kakao

Sedangkan pada perlakuan pada P0 (tanpa perlakuan/kontrol) menunjukan rata-rata paling sedikit karena penyerapan unsur hara hanya berasal dari tanah saja

Sesuai dengan pendapat Novizan (2004), bahwa unsur hara sangat diperlukan tanaman dan fungsinya tidak dapat digantikan oleh unsur hara lainnya jika jumlah tidak mencukupi, terlalu lambat tersedia atau tidak diimbangi unsur-unsur lain akan menyebabkan pertumbuhan diameter batang tanaman terganggu.

(34)

pemberian pupuk kompos dari kulit udang dengan dosis 25 g memberikan hasil yang baik pada pertumbuhan tanaman kakao dan pertambahan pada tinggi tanaman pada umur 12 minggu setelah tanam 39,78 cm, jumlah daun 10 helai, dan diameter batang 6,74, dibandingkan pada perlakuan P1 dan P0.

B.Saran

1. Perlakuan dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mengunakan dosis yang lebih tinggi dan waktu penelitian yang lama.

(35)

Marsono, 2000. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.

Musnamar, EI. 2006. Pupuk Organik Padat Pembuatan dan Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Novizan, 2004. Petunjuk Pemupukan. PT. agromedia pustaka. Jakarta .

Pranata, S. A. 2004. Pupuk Organik Cair Aplikasi dan Manfaat. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2008. Panduan lengkap Budidaya Kakao. Agromedia Pustaka. Jember.

Setyamidjaja, 1986. Pupuk dan Pemupukan. Agromedia Pustaka. Jakarta. Siregar dan kawan - kawan, 2002. Budidaya Pengolahan dan Pemasaran Kakao

dan Tuntunan Praktikum. Rineka Cipta. Jakarta.

Sudibya, 1998. Manipulasi Kadar Kolesterol dan Asam Lemak Omega-3 Telur Ayam Melalui Penggunaan Limbah Kepala Kulit Udang dan Minyak Ikan Lamuru. Program Pascasarjana, IPB. Bandung.

Suriatna, S. 1991. Pupuk dan Pemupukan. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta. Susanto, 1994. Komoditi Kakao. Kanisius. Yogyakarta.

Sutedjo M. M, 2008. Pupuk dan Pemupukan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Taisa, R. 2009. Pengaruh Aplikasi Ekstrak Air Kompos Sampah Kota Melalui Daun Terhadap Pertumbuhan Tanaman. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

(36)

Lampiran 1. Denah Lokasi Penelitian

Katerangan :

P0 = Tanpa perlakuan/kontrol

P1 = Pupuk Kompos Kulit Udang Basah 15 gram P2 = Pupuk Kompos Kulit Udang Basah 25 gram

P1.1 P2.1 P0.1 P0.2 P1.2 P2.2 P2.3 P1.3 P0.3 P0.4 P1.4 P2.4 P0.5 P1.5 P2.5 P0.6 P2.6 P1.7 P0.8 P2.8 P1.9 P0.10 P1.10 P2.10 P2.9 P0.9 P1.8 P2.7 P0.7 P1.6

(37)

Lampiran 2. Hasil pengamatan tinggi tanaman kakao pada minggu 2, 4, 6, 8, 10, 1

Tabel 5. Data awal pertumbuhan tinggi tanaman kakao Perlakuan Ulangan Total Rata -rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10, P0 28,3 28,2 28,5 28,3 28,6 28,5 29,6 28,3 28,7 29,1 286,1 28,61 P1 29,1 29,4 30,1 30,6 30,4 29,3 29,3 29,6 30,4 30,4 298,6 29,86 P2 29,8 29,7 30,7 31,2 31,1 31,1 31,4 30,2 32,9 32,2 310,3 31,03 Tabel 6. Tinggi tanaman kakao minggu ke-2

Perlakuan Ulangan Total Rata -rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P0 31,3 30,1 29,2 29,5 29,5 29,5 30,1 29,7 29,4 30,4 296,2 29,62 P1 31,7 32,2 32,5 32,5 32,5 31,3 31,1 30,5 32,1 31,2 317,6 31,76 P2 32,1 33,1 33,4 33,5 34.0 32,7 32,1 31,6 34,1 34,5 331,1 33,11 Tabel 7. Tinggi tanaman kakao minggu ke-4

Perlakuan Ulangan Total Rata -rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P0 31,5 31,3 30,2 30,6 30,5 30,4 31,6 31,1 31,2 31,1 309,5 30,95 P1 32,0 33,4 33,1 33,7 33,3 32,2 32,1 32,8 33,5 33,7 329,8 32,98 P2 33,2 33,5 33,7 32,4 34,3 33,5 33,4 33,2 35,6 35,4 338,2 33,82 Tabel 8. Tinggi tanaman kakao minggu ke-6

Perlakuan Ulangan Total Rata -rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P0 32,2 32,1 31,5 32,1 32,1 32,2 32,7 33,6 33,3 33,2 325 32,5 P1 34,2 34,7 34,6 34,4 34,3 33,6 33,4 33,4 34,6 33,4 340,6 34,06 P2 35,3 36,8 34,3 33,2 35,5 35,4 35,5 35,1 34,8 34,1 350 35 Tabel 9. Tinggi tanaman kakao minggu ke-8

Perlakuan Ulangan Total Rata -rata 1 4 5 6 7 8 9 10 P0 34,4 33,4 34,4 35,6 35,3 34,2 34,2 35,5 35,3 36,2 348,5 34,85 P1 36,3 36,2 36,4 35,5 35,4 35,4 34,2 36,6 35,6 36,7 358,3 35,83 P2 37,1 37,2 36,5 34,7 36,8 36,5 36,1 36,8 35,8 36,7 364,2 36,42

(38)

Tabel 10. Tinggi tanaman kakao minggu ke-10 Perlakuan Ulangan Total Rata -rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P0 35,3 35,6 36,6 36,4 36,7 36,5 35,1 36,4 36,4 37,5 362,5 36,25 P1 37,2 37,5 37,2 36,7 37,0 37,2 36,3 37,6 36,7 37,5 370,9 37,09 P2 37,8 38,3 38,3 36,2 37,9 38,4 37,1 37,6 36,9 38,7 377,2 37,72 Tabel 11. Tinggi tanaman kakao minggu ke-12

Perlakuan Ulangan Total Rata -rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P0 36,4 37,6 38,2 37,6 37,3 39,4 38,3 38,2 38,3 38,2 379,5 37,95 P1 38,2 38,4 39,5 37,7 38,3 38,4 37,1 38,1 37,5 38,2 381,4 38,14 P2 39,4 40,5 40,1 38,7 39,8 40,1 39,6 39,6 39,7 40,3 397,8 39,78

(39)

Lampiran 3. Hasil pengamatan jumlah daun tanaman kakao pada minggu 2, 4, 6, 8, 10, 12

Tabel 12. Tabel data awal pertumbuhan jumlah daun tanaman kakao

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P0 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 23 2.3 P1 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 26 2.7 P2 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 36 3,6 Tabel 13. Jumlah daun tanaman kakao minggu ke-2

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P0 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 33 3,3 P1 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 36 3,7 P2 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 46 4,6

Tabel 14. Jumlah daun tanaman kakao minggu ke-4

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P0 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5 43 4,3 P1 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 46 4,7 P2 5 6 6 5 6 6 5 5 6 6 56 5,6 Tabel 15. Jumlah daun tanaman kakao minggu ke-6

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P0 5 5 5 5 5 6 5 5 6 6 53 5,3 P1 5 6 6 5 6 6 5 5 6 6 56 5,7 P2 6 7 7 6 7 7 6 6 7 7 66 6,6

Tabel 16. Jumlah daun tanaman kakao minggu ke-8

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P0 6 6 6 6 6 7 6 6 7 7 63 6,3 P1 6 7 7 6 6 7 6 6 7 7 65 6,5 P2 7 8 8 7 7 8 7 7 8 8 75 7,5

(40)

Tabel 17. Jumlah daun tanaman kakao minggu ke-10 Perlakuan Ulangan Total Rata-rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P0 7 7 7 7 7 8 7 7 8 8 72 7,2 P1 7 8 8 7 7 8 7 7 8 8 75 7,5 P2 8 9 9 8 8 9 8 8 9 9 85 8,5

Tabel 18. Jumlah daun tanaman kakao minggu ke-12

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P0 8 8 8 8 8 9 8 8 9 9 83 8,3 P1 8 9 9 8 8 9 8 8 9 9 85 8,5 P2 10 11 11 10 10 11 10 10 11 11 105 10,5

(41)

Lampiran 4. Hasil pengamatan diameter batang tanaman kakao pada minggu 4, 8, 12

Tabel 19. Data awal diameter batang tanaman kakao

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P0 1,76 1,64 2,11 2,23 1,14 1,54 1,32 2,18 2,26 2,22 18,4 1,84 P1 2,64 2,31 3,38 3,39 3,18 2,14 3,23 2,27 3,21 3,34 29,09 2,91 P2 3,76 3,24 4,42 4,36 3,27 3,17 3,11 4,43 4,11 3,31 37,18 3,71 Tabel 20. Diameter batang tanaman kakao minggu-4

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P0 2,12 2,48 3,43 3,35 2,50 2,50 2,24 3,45 3,34 3,34 28.75 2.88 P1 3,21 3,12 3,11 4,12 4,63 3,41 4,16 3,41 4,42 4,22 37.81 3.79 P2 4,34 4,22 5,35 5,15 4,23 4,61 4,19 5,26 5,21 4,21 46.77 4.68 Tabel 21. Diameter batang tanaman kakao minggu-8

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P0 3,42 3,20 4,21 4,25 3,11 3,12 3,13 4,25 4,11 4,21 37.01 3.70 P1 4,44 5,19 5,24 4,22 5,19 5,20 5,16 4,24 5,14 5,32 49.34 4.93 P2 5,43 5,21 6,20 6,21 5,20 5,34 5,21 6,32 6,23 6,43 57.78 5.78 Tabel 22. Diameter batang tanaman kakao minggu-12

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P0 4,43 4,12 5,20 5,19 4,17 4,15 4,20 5,18 5,14 5,12 46.9 4.70 P1 5,15 6,13 6,20 5,18 6,14 6,21 6,21 5,19 6,15 6,14 58.7 5.88 P2 6,31 6,14 7,21 7,14 6,31 6,39 6,43 7,15 7,16 7,15 67.39 6.74

(42)

Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Pupuk kulit udang basah

(43)

Gambar 3. Pengisian Polybag

(44)

Gambar 5. Susunan polybag

(45)

Gambar 7. Mikrokalifer

(46)

Gambar 9. Timbangan

(47)

Gambar 11. Pengaplikasian Pupuk kompos pada tanaman

(48)

Gambar 13. Pengukuran tinggi tanaman kakao

Gambar

Tabel 1. Komposisi unsur hara pupuk kompos kulit udang
Tabel 4. Rata-rata pertambahan diameter batang (mm) tanaman kakao  Perlakuan
Tabel 10. Tinggi tanaman kakao minggu ke-10  Perlakuan  Ulangan  Total  Rata  -rata  1 2 3 4 5 6 7 8 9 10  P0  35,3  35,6  36,6  36,4  36,7  36,5  35,1  36,4  36,4  37,5  362,5  36,25  P1  37,2  37,5  37,2  36,7  37,0  37,2  36,3  37,6  36,7  37,5  370,9
Tabel 12. Tabel data awal pertumbuhan jumlah daun tanaman kakao
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Tengah dan Dinas Perhubungan Kabupaten Jepara merupakan institusi pemerintah dan bukan badan hukum Indonesia

Pada saat ini perkembangan teknologi di bidang manufaktur sangat la cepat, dengan demikian permintaan pasar pun semangkin beragam akan kebutuhan produk-produk dan

Apabila para pihak telah memilih upaya penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan, gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya

Di dalam masalah Perselisihan Hubungan Industrial setiap masyarakat ingin yang terbaik dalam menuntut hak masing-masing. Sehingga apabila mekanisme penyelesaiannya berjalan

Model yang monumental karena bersifat hipogramatik dalam puisi “(Sajak-sajak yang dimulai dengan bait Al-Barzanji)” ini adalah pada keseluruhan bait pertama dari ketujuh

Pandangan Kuntowijoyo di atas, selaras dengan yang disampaikan Syahrin Harahap bahwa salah satu ciri dari masyarakat industrial adalah terciptanya budaya dunia yang

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis eksplanatori, yaitu penelusuran sebab-akibat dari suatu proses dan hubungan-hubungan yang ada pada

“berbagai kendala yang kita hadapi dalam menjalankan fungsi pengawasan selain dari faktor internal juga berasal dari faktor eksternal yaitu latar belakang keilmuan tiap