• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lampiran 1 Panduan Wawancara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Lampiran 1 Panduan Wawancara"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

89 Lampiran 1

Panduan Wawancara

1. Dapatkah Anda menceritakan pengalaman komunikasi Anda dengan pasien ketika melaksanakan praktek klinik?

2. Apakah yang Anda ketahui tentang komunikasi terapeutik? 3. Bahasa apa yang Anda gunakan saat berkomunikasi dengan

pasien?

4. Apakah Anda mengalami kendala dengan penggunaan bahasa secara verbal?

5. Bagaimana kecepatan bicara Anda saat berkomunikasi dengan pasien?

6. Bagaimana dengan bahasa non verbal yang Anda tunjukkan kepada pasien?

7. Media apa yang biasa Anda gunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada pasien?

8. Adakah gangguan yang Anda alami saat melakukan komunikasi dengan pasien?

9. Kapan biasanya Anda melakukan komunikasi dengan pasien? 10. Bagaimana persiapan Anda ketika akan melakukan komunikasi

terapeutik dengan pasien?

11. Bagaimana Anda membina hubungan saling percaya dengan pasien?

12. Pesan atau informasi apa yang biasanya Anda sampaikan kepada pasien?

13. Bagaimana respon pasien saat berkomunikasi dengan Anda? 14. Bagaimana respon Anda saat berkomunikasi dengan pasien? 15. Apakah Anda dapat menerima informasi yang disampaikan

oleh pasien?

16. Bagaimana Anda menciptakan suasana saat melakukan komunikasi dengan pasien?

17. Apa yang biasanya Anda lakukan diakhir pembicaraan dengan pasien?

18. Bagaimana dengan karakteristik pasien yang Anda temui? 19. Bagaimana Anda menghadapi perbedaan-perbedaan yang

Anda temui pada pasien?

20. Apakah ada perasaan cemas atau canggung saat menghadapi pasien dengan budaya yang berbeda?

21. Apakah sering terjadi kebingungan, kesulitan atau kesalahpahaman selama Anda berkomunikasi dengan pasien? 22. Bagaimana cara Anda menyampaikan pesan kepada pasien

sehingga pasien dapat memahami maksud yang akan Anda sampaikan?

23. Apakah Anda mampu untuk menyesuaikan diri dengan kebudayaan yang Anda hadapi saat melakukan interaksi?

(2)

90

24. Dari kebudayaan Anda sendiri, adakah hal-hal yang mempengaruhi Anda berkomunikasi?

25. Bagaimana Anda menyesuaikan pengaruh kebudayaan Anda disaat Anda berinteraksi dengan kebudayaan lain?

26. Menurut Anda, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses komunikasi Anda dengan pasien?

(3)

91 Lampiran 2

Catatan observasi dan transkrip wawancara Riset Partisipan 1 (RP1)

Catatan observasi:

Observasi dilakukan pada tanggal 7 Desember 2011 di Ruang Anggrek. RP1 menemui pasien saat akan mengajarkan pasien teknik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien. Sebelum melakukan tindakan, RP1 menjelaskan tujuan dari teknik relaksasi dan meminta persetujuan pasien. Saat RP1 mengajarkan langkah yang harus dilakukan, pasien mengeluh sakit pada bagian jahitan sehingga pengajarkan teknik relaksasi ditunda. Selanjutnya peneliti melakukan observasi saat RP1 melakukan tindakan pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan tekanan darah, mengukur suhu tubuh dan menghitung denyut nadi. Saat bertemu dengan pasien, RP1 terlebih dahulu mengucapkan salam, tersenyum dan menjelaskan tujuan tindakan yang dilakukan. Selama melakukan tindakan, RP1 mempertahankan kontak mata, berbicara pelan dengan pelapalan yang jelas dan setelah selesai melakukan tindakan, berpamitan dengan pasien. Setelah melakukan observasi, selanjutnya peneliti melakukan kontrak waktu dengan RP1 untuk melakukan wawancara dan wawancara dilaksanakan pada tanggal 26 Januari 2012 dan 8 Mei 2012. Keterangan:

S : Subjek P : Peneliti

RP1 : Riset Partisipan 1

S Isi Wawancara Kode

P Selamat siang... RP1 Selamat siang...

P Oya...sebelum saya mewawancarai. Ini ada lembar

penjelasan penelitian dan lembar persetujuan untuk menjadi riset partisipan (menunjukkan lembar penjelasan penelitian dan lembar persetujuan menjadi riset partisipan). Jadi pembicaraan kita direkam tapi nanti namanya tidak akan saya sebutkan kok.

5

RP1 Oh...Iya... 10

P Oke, kalau gitu kita langsung mulai saja ya wawancaranya?

RP1 Iya...

P Pertanyaan pertama, dapatkah Saudari menceritakan pengalaman komunikasi, terutama komunikasi terapeutik saat melaksanakan praktik klinik?

(4)

92 RP1 Iya...

P Bahasa yang Saudari gunakan saat berkomunikasi dengan pasien, menggunakan bahasa apa?

RP1 Bahasa Indonesia. 20

P Mengalami kendala tidak dengan penggunaan bahasa?

RP1 Penggunaan bahasa sich sebenarnya ga, pasien juga kan kebanyakan bisa bahasa Indonesia. Tapi kalau pasien yang sudah tua, kadang ga bisa bahasa Indonesia. Tapi ada keluarga yang bisa membantu, soalnya keluarganya tu ada yang sudah sekolah. Jadi biar ga susah, minta dibantuin. Ibunya minta apa atau perlu apa, nanti keluarga yang bisa bahasa Indonesia yang bantu jelasin ke kita.

25

30 P Ditransletkan gitu ya?

RP1 He’e...

P Kalau ditransletkan begitu, menurut Saudari efektif ga?

RP1 Kadang sich ga, soalnya waktu Ibunya ngomong ke anaknya gitu, nanti udah kayak ada pertentangan, “Udah Bu ga usah” tapi ga ngerti gitu kan. Jadi yang dijelasin mereka itu yang menurut mereka perlu dijelasin aja, nanti apa yang di keluhkan belum maksimal.

35

40 P Kecepatan bicara Saudari, menurut Saudari

gimana?

RP1 Kecepatan bicara bagaimana ne?

P Kecepatan bicara saat komunikasi dengan pasien? RP1 Oo…waktu lagi cerita gitu?

P Iya... 45

RP1 Kadang sich cepat, kadang juga ga. Soalnya, ngomongnya mesti pake bahasa Indonesia, logat Jawa gitu kan. Jadi kadang juga masih mikir, ini kalau logat Jawanya apa ya. Jadi kayak dibikin lama. Soalnya kalau dibikin terlalu cepat juga kadang balik ke logatnya kita, bahasanya kita gitu kan tapi kalau misalnya sama Ibu-ibu yang menurut mereka kita ngomong terlalu cepat, nanti mereka yang kasi tau “De, terlalu cepat ngomongnya. Ga ngerti.” “Oo…Iya Bu, maaf. Nanti kalau terlalu

cepat ngomongnya, bilang ya karna kita

ngomongnya memang cepat.”

50

55

P Itu kan untuk bahasa verbalnya. Kalau non verbalnya? Bahasa tubuh yang biasa Saudari

(5)

93

tunjukkan ke pasien itu seperti apa? 60 RP1 Biasanya tu kalau sama orang yang masih

sehat-sehat aja, kalau datang udah senyum-senyum gitu kan udah ngerti. Kalau di Citarum itu kan kebanyakan pasien yang baru selesai operasi seperti di Anggrek. Jadi datang di depan pintu mereka kan cuma liat kita, senyum aja. Nanti dekati pasien, pegang bahunya atau tangannya terus tanya “Bagaimana Bu perasaannya? Apa yang sakit?” Kayak gitu kan, cuma kayak gitu tapi awalnya harus senyum dulu.

65

68 69 70 P Pesan-pesan atau informasi apa yang biasanya

Saudari sampaikan kepada pasien?

RP1 Informasi yang diberikan sich kadang kita masuk ke pasien tu emang kayaknya jarang deh soalnya kan kita punya, kalau misalnya masuk Rumah Sakit ada sudah ditentukan “De, nanti kamu tolong ini tolong itu kan nanti.” Kebanyakan kita masuk ke pasien, kalau pas jaga malam. Kan selesai kasi obat gitu udah ga ngapa-ngapain, kalau misalnya jaga malam itu biasanya cuma satu orang, dua orang nah gitu kita masuk ke pasien. Masuk ke pasien itu cuma kayak ngobrol-ngobrol aja gitu kan, nanti pas ditengah-tengah itu tanya “Trus gimana Ibu, perasaannya sekarang? Apa udah baikan belum? Apa yang masih sakit?” Kalau misalnya udah, yasudah. Kalau misalnya masih sakit, ngeluh “Iya, aku disini tu udah lama. Udah sebulan, dua bulan gitu tapi kok sakitnya ga berkurang.” “Yasudah Ibu, ini aturan yang diberikan diikuti aja. Obatnya diminum teratur, terus istirahat, jangan lupa berdoa. “ Soalnya kita juga kan ga bisa bilang “Yasudah, minum obat aja pasti sembuh kok.” Kan ga kan.

75

80

83 85

90

P Selama berkomunikasi dengan pasien, ada ga media tambahan yang Saudari gunakan?

RP1 Media tambahan ga ada sich, langsung. 95 P Bagaimana dengan respon dari pasien selama

komunikasi?

RP1 Respon dari pasien sich, responnya baik. Ga ada yang pernah ditolak cuma kadang, kita susah sama pasien yang ga bisa bahasa Indonesia. Kita mau masuk, mau ngobrol jugakan ini nyambung ga. Mau tanya juga kan, ngobrol jadi ga sama kayak yang mereka mau kan nanti malah bikin ada marah atau gimana gitu kan. Jadi lebih kayak jauh hubungannya, jadi palingan kalau cuma kasi obat,

100

(6)

94 suntik, gitu aja sich.

P Itu kalau untuk yang ga bisa bahasa Indonesia? RP1 Iya, untuk yang ga bisa.

P Tapi kalau untuk yang bisa bahasa Indonesia? RP1 Kalau yang bisa bahasa Indonesia, sering cerita

malah. Kan kalau sore-sore itu kan sering jalan-jalan, pasien yang bisa jalan. Nah…itu, pas ketemu kita di ruang perawat atau pas berdiri di ruang perawat gitu langsung mampir, cerita-cerita, ngomong-ngomong.

110

115 P Apa yang biasa diceritakan?

RP1 Yang biasa diceritakan, cuma nanya aja ke kita “Gimana De, jaga sendiri?” “Ga Bu, itu lagi disana. Kok Ibu sendiri?” “Iya sendiri, soalnya anak saya belum datang, sebentar lagi datang. Saya bosan di kamar, jadi jalan-jalan aja daripada di kamar tidur terus, belakang sakit.” kayak gitu.

120

P Kapan biasanya Saudari melakukan komunikasi dengan pasien?

RP1 Komunikasinya tu pas saat kayak lagi senggang. Di ruang perawat itu kan, kalau ga ada kerjaan, pekerjaan udah selesai semua dikerjakan sering gitu kalau udah sendiri-sendiri apalagi kalau jaganya cuma sendiri. Nah...perawatnya punya teman di dalam. Otomatiskan dia ngomong dengan temannya, ya kita juga diajak ngobrol tapi kadang ga nyambung juga gitu. Jadi sering main ke kamarnya pasien atau ke tempatnya pasien. Kayak udah ga tau mau ngapain lagi, jadi ke kamar pasien pura-pura tanya “Gimana Bu, infusnya habis ga?” padahal udah tahu kalau ini infus masih full. Cuma mau ajak ngobrol aja, nanya-nanya gitu. Sampe pernah ada pasien yang mau pulang, saking seringnya masuk ke kamarnya tu, ngajak ngobrol. Pokoknya ngobrol-ngobrol gitu. Mau pulang tunggu dulu, “Gimana De, besok jaga ga?”, “Jaga Bu, tapi aku jaganya malam”, “Oh iya”, ga tau Ibunya rencana pulangnya pagi eh pulangnya malam cuma mau pamitan doang. Jadi pasiennya nunggu.

125

130

135

140

P Sebelum bertemu dengan pasien, persiapan apa yang Saudari lakukan?

145 RP1 Sebelum bertemu dengan pasien, ga ada

persiapan khusus sich. Pas ketemu langsung masuk aja gitu, kalau dilihat pasiennya

(7)

95

aja masuk tanya “Bagaimana Bu? Apa kabar?” Kayak gitu kan, nanti mulai ada bahas pembicaraan dari situ.

151

P Respon dari Saudari sendiri, seperti apa saat pasien bercerita?

RP1 Cuma dengar aja, trus kalau ada misalnya yang menurut saya harus diberikan motivasi, nanti diberikan motivasi. Nanti kalau misalnya cuma untuk dengar, jadi pendengar, ya udah jadi pendengar yang baik. Ga nambah-nambah “Ga boleh Bu, Ibu tu mesti begini-begini-begini lho.” Kalau itu, ga sich.

155

160 P Lebih mendengarkan ya?

RP1 Iya...

P Terus kalau misalnya ada informasi dari pasien,

biasanya respon Saudari bagaimana?

RP1 Kalau ada yang ga ngerti gitu biasanya paling banyak yang ga bisa bahasa Indonesia. Kalau ga, bahasa Indonesia tapi penggal-penggalnya ga tau bahasa Indonesia gitu kan, ngomongnya nanti pake bahasa Jawa. Orang yang disamping, disamping tempat tidurnya, minta tolong “Bu, kalau ngerti tolong ditransletin. Aku ga ngerti Ibunya ngomong apa.” Kalau misalnya Ibunya sendiri di kamar kelas, ga ada yang jaga jadi balik ke ruang perawat, minta tolong “Bu, tolong. Ibunya ngomong pake bahasa Jawa, aku ga ngerti apa.” Dari pada salah nantinya kan.

165

170

175 P Ketika pasien bercerita, apakah Saudari selalu

bersedia untuk mendengarkan?

RP1 Kalau pas pasiennya cerita, pas dalam waktu luang gitu. Ga karna pergi masuk kamar karna mau bagi obat atau kasi suntikan, pasti bakal dengar tapi kalau datang untuk bagikan obat trus ada obat yang masih harus dibagikan atau masih ada suntikan yang mau disuntikan lagi, ngomong dulu sama Ibunya “Bu, maaf ya. Saya masih mau ke kamar sebelah kasi obat lagi, kita ngobrolnya nanti aja waktu lagi kosong.”

180

185 P Sebelum Saudari meninggalkan pasien dari

ruangan, biasanya apa yang dilakukan?

RP1 Bilang “Bu, maaf. Saya udah harus balik ke ruangan sekarang. Ibu yang semangat Bu, jangan lupa berdoa.” Sambil ngomong tu di kasi sentuhan terapeutik.

(8)

96

P Apakah dilakukan kesimpulan dari pembicaraan? RP1 Iya ada sich, kalau dari keluarga yang ga ada

masalah dalam keluarganya begitu biasanya dia ngomongnya ga ada beban gitu. Kayak lagi ngomong saya dikeluarga saya gini, anak saya segini. Tapi ada sama pasien yang kayak ada punya masalah keluarga, nanti tanya “De, Papa Mama kamu disini?” “Ga Pak.” Ngomong nanti cerita, “Anak saya juga jauh, kasian saya di sini sendirian.” Tapi pas ngomong kayak gitu, mimiknya udah berubah. Pernah ada satu Ibu, aku datang untuk kasi suntikan. Nah.. pas aku selesai kasi suntikan, aku tanya “Bu, sendiri aja? Ga ada yang temani Ibu?” Ibunya langsung nangis. “Lho…Bu, kenapa nangis?” Aku yang nanya, langsung aduh kayaknya udah salah ngomong. Jadi akhirnya ga bisa ke kamar sebelah dulu, jadi aku tetap sama Ibunya dulu. Aku tenangi “Ibu sendiri?” “Iya De, anak saya jauh-jauh semua. Kemarin ada yang jengukin aku tapi katanya mesti balik, ga bisa ditinggalin kerjaannya. Saya di rumah sakit sendirian, ga ada yang jagain.” Jadi aku cuma elus-elus aja bahunya sambil dibilangin “Udah Bu, ga apa-apa. Ibu di sini ga sendiri kok, ada kita kalau misalnya Ibu perlu bantuan atau mau ngapain, nanti tinggal pencet bel aja. Nanti kita datang, kalau bukan aku pasti ada teman-teman ku atau ada perawat ruangan yang bakal datang temani Ibu. Jadi ga usah khawatir.”

195 200 205 210 215 220 P Dari Saudari sendiri, bagaimana menciptakan

suasana selama komunikasi?

RP1 Itu senyambung-nyambungnya kita aja gitu. Jadi kalau misalnya Ibunya kita ajak ngomong pertama responnya udah enak, kita juga ngomongnya senyum-senyum nanggapinya. Tapi kalau Ibunya ngomong dengan serius atau kita nanya terus jawabnya seadanya aja jadi kita nyadar kalau Ibunya lagi ga mau di ganggu. Jadi dari bahasa Ibunya gitu, penyesuaianlah.

225

230 P Terjalin hubungan yang baik ya selama ini dengan

pasien? RP1 Iya...

P Bagaimana cara Saudari membina hubungan

saling percaya? Teknik-teknik yang digunakan? 235 RP1 Teknik-tekniknya itu ya kita sambil kasi tindakan itu

(9)

97

apa-apa kok.” Jadi sambil ngomong, kita kasi tindakan jadi Ibunya juga ga canggung. Itu juga

kan buat kita ga gugup gitu kan. 240 P Terus karakteristik pasien yang biasa Saudari

temui, seperti apa?

RP1 Banyak sich, ada orangnya yang ga sabaran. Ga sabaran tu kayak yang “Bu, aku suntik dulu ya.” “Iya De, dokternya datang kapan?” “Dokternya nanti siang datangnya.” “Oo...iya” Pas selesai suntik, kalau misalnya Ibunya keluar atau kita lewat ke pasien yang lain, nanti Ibunya bilang “De, kok dokternya belum datang juga.” “Iya Bu, nanti dokternya jam segini nanti baru datang.” “Dari tadi kan kamu ngomongnya nanti, kok ini nanti lagi?” “Iya Bu, dokter itu kan udah punya jadwal jadi mereka datangnya pas jadwal.” “Waduh… kita pasien kan nunggu lama banget, kok dokternya belum datang.” Ada yang kayak gitu, ada juga pasien yang sakit sedikit aja “Aduh…De, ini kok sakit banget?” Pernah ada mahasiswa mau disuntikin obat dari selang, kita belum sempat masukin obat, baru aja jarum dimasukin ke selang gitu, dia udah teriak-teriak “Aduh... Mba, sakit. Aduh… Mba, sakit.” Kita yang mau nyuntik sendiri udah bingung, obat aja belum sempat dimasukin tapi kok udah sakit duluan. Trus ada yang ramah banget, kalau misalnya ketok pintu gitu mau suntik atau apa gitu nanti penerimaannya “Oya De, silahkan masuk aja. Maaf ya, kamarnya lagi berantakan.” Terus ada juga yang selesai kita suntik, “De, udah ga usah pergi dulu. Sini makan.” Diajak makan, dikasi roti, buah. Pasiennya banyak, karateristiknya beda-beda.

245

250

255

260

265

P Persiapan Saudari sendiri atau cara menghadapi pasien-pasien yang berbeda itu, ada persiapan khusus ga?

270

RP1 Ga sich kalau persiapan khusus gitu. Pas datang aja, langsung menyesuaikan di saat itu juga jadi ga ada persiapan khusus nanti mesti gimana-gimana, ga.

275 P Apakah ada perasaan cemas atau canggung

sebelum menghadapi pasien?

RP1 Ga ada, kecuali kita masuk sama CI (Clinical Instruktur) karna pernah CI ajak masuk sama-sama ketemu pasien. Itu yang biasanya datang ke pasien ketawa ketiwi gitu, sama CI jadi mikir sebentar mau

(10)

98

ngomong apa ini. Untung pasiennya kayak tau kita mau diuji atau gimana, dia langsung “Hai Mba, apa kabar?” Jadi kita langsung yang “Oya Pak, oya Bu….” Ngalir aja gitu. Kalau sama CI awalnya memang gugup tapi pas sampai ke pasien, udah ga lagi.

285

P Termasuk sama pasien yang beda budaya, tidak ada rasa cemas?

RP1 Ga, ga ada. 290

P Apakah selama ini pernah terjadi kebingungan, kesulitan atau kesalah pahaman selama komunikasi dengan pasien?

RP1 Sama pasien ga pernah sich, soalnya kan kalau dapat pasien, kita udah ngomong dari awal “Bu, maaf. Saya tidak bisa ngomong bahasa Jawa.” Tapi kalau Ibunya juga ga bisa bahasa Indonesia, kita langsung permisi keluar panggil teman yang bisa temani kita. Jadi bikin serendah mungkin tingkat kesalahpahamannya.

295

300 P Terus dari Saudari sendiri, misalnya mau

menyampaikan pesan atau informasi ke pasien, biasanya seperti apa cara yang digunakan agar pasien paham dengan maksudnya yang ingin

disampaikan? 305

RP1 Biasaya tu pasien yang orang dewasa, kita ngomong sekali aja udah ngerti. Tapi dulu pernah di Dahlia, waktu praktek di sana ada Ibu yang ngeluh “De, ini tolong diminumin obat ya soalnya saya ga bisa. Saya kasi minum obat tapi terus dikeluarkan, nangis ga mau lagi.” Yasudah, aku ajarin. Soalya Ibunya salah, dia kasi dulu obatnya yang pahit baru air gulanya. Jadi otomatiskan adeknya udah ngerasa pahit duluan jadi dia ga mau terima. Pas aku minumin, aku kasi minum yang manis dulu baru yang pahitnya dari belakang, jadi “Oo.. gitu to De?” “Iya Bu, maksudnya kayak gini.” Jadi kalau misalnya Ibu ada yang ga ngerti sesuatu, kita kasi contoh langsung.

310

315

P Apakah Saudari mampu untuk menyesuaikan diri dengan kebudayaan lain yang dihadapi?

320 RP1 Iya sich, ga terlalu susah. Soalnya kita praktekkan

udah lama juga baru turun praktek. Sama teman-teman juga kan banyak yang Jawa jadi kita dulu yang dari sana ngomongnya ceplas-ceplos, belajar juga dari teman-teman jadi pas di rumah sakit, oya

(11)

99

ngomongnya mesti kayak gini apalagi kalau sama Mbah-mbah. Sudah belajar duluan.

P Terus dari kebudayaan Saudari sendiri, ada ga

yang mempengaruhi? 330

RP1 Ada sich, kalau kayak lagi capek terus ada bel bunyi. Pas sampai di sana, pasiennya ga tapi keluarganya yang “De, kita begini, begini, begini.” Ada tu yang tensi, kita tensi gitu tapi dia ga percaya “Lhoo…De, masa sampai setinggi ini?” Itu dalam hati agak ngeyel, memang udah segitu tapi harus sabar jadi “Iya Bu, ini hasilnya emang kayak gitu.” Pertama ngomongnya masih baik, kedua nadanya udah mulai tinggi sich tapi masih tetap dibikin normal, “Iya Bu, emang segitu.” Tapi gitunya udah beda dari tadi masuk.

335

340 P Itu kalau lagi capek ya?

RP1 Kalau lagi capek, baru itu tanyanya banyak banget kan. Apalagi kalau jaga malam, pagi-pagi tensi. Itu

tu benar-benar. 345

P Menurut Saudari dan sepengalaman Saudari, faktor-faktor yang mempengaruhi selama proses komunikasi, baik komunikasi menjadi lancar atau menjadi terhambat, dipengaruhi oleh apa?

RP1 Kalau mengalami kendala, paling besar itu bahasa. Kalau kendala yang lain sich, ga. Soalnya pas kita masuk mau ngajak ngobrol, liat suasana dulu. Kalau misalnya kayak tadi kan, waktu masuk di sapa baik-baik tapi Ibunya cuma lihat kita aja, “Bu, aku permisi suntik ya?” “Iya De.” Cuma gitu aja, kita ngomongnya “Iya Bu, istirahat yang baik. Terima kasih untuk kerja samanya.” Terus langsung keluar. Tapi kalau misalnya pas awalnya diajak ngobrol, Ibunya ngobrol dengan baik dan kasi tanggapan dengan kita, yasudah lanjut sampai selesai tindakan, aku keluar gitu.

350

355

360

P Oh...oke. Sepertinya sudah. Terimakasih ya...

(12)

100 Riset Partisipan 2 (RP2)

Catatan observasi:

Observasi pada RP 2 dilakukan tanggal 8 Desember 2011 di ruang Cempaka. Partisipan melakukan komunikasi pada saat melakukan tindakan, seperti pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) pada pasien rawat inap termasuk pada pasien yang baru masuk. Komunikasi juga dilakukan pada pasien yang meminta bantuan untuk mengganti posisi tidur. Saat melakukan komunikasi, RP2 terlebih dahulu meminta ijin melakukan tindakan dengan mengucapkan kata “permisi”, melakukan sentuhan, senyum, mempertahankan kontak mata, menanyakan keadaan pasien, mengklarifikasi informasi yang diberikan pasien dan keluarga saat informasi kurang jelas, melakukan komunikasi dengan keluarga pada pasien yang tidak bisa berkomunikasi karena penyakit yang dialami oleh pasien dan berpamitan saat akan meninggalkan pasien. Setelah dilakukan observasi, selanjutnya dilakukan wawancara pada partisipan dengan melakukan kontrak waktu terlebih dahulu. Wawancara dilaksanakan pada tanggal 26 Januari 2012 dan 8 Mei 2012.

Keterangan : S : Subjek P : Peneliti

RP2 : Riset Partisipan 2

S Isi Wawancara Kode

P Selamat Siang... RP2 Selamat Siang...

P Oya...ini ada lembar tentang penjelasan penelitian

dan persetujuan untuk menjadi riset partisipan (menunjukkan lembar penjelasan penelitian dan persetujuan menjadi riset partisipan).

5 RP2 Iya...

P Kita langsung aja ya wawancaranya? RP2 Iya...

P Dapatkah Saudari bisa menceritakan pengalaman selama praktek kemarin ketika bertemu dengan pasien. Melakukan komunikasi, terutamakan komunikasi terapeutik dengan latar belakang budaya yang berbeda. Menurut Saudari, apa itu komunikasi terapeutik?”

10

15 RP2 Komunikasi terapeutik itu, komunikasi yang terjalin

antar perawat dengan pasien secara professional, dimana pasien dengan perawat melakukan komunikasi bertujuan untuk mencari informasi terkait dengan kondisi pasien. Komunikasi itu juga berfungsi untuk menyembuhkan, dalam arti kita memberikan motivasi tertentu terhadap pasien.

(13)

101

P Oke. Kemudian, bahasa yang Saudari gunakan saat berkomunikasi dengan pasien, menggunakan

bahasa apa? 25

RP2 Bahasa Indonesia.

P Ada kendala tidak dengan penggunaan bahasa? RP2 Tidak, kalau dari saya sendiri. Tapi kalau dari

pasien, ada sich. Pasien ku pas di Citarum. Ngobrol sama pasien, tapi pasien jiwa juga jadi ga nyambung. Terus ada yang ga bisa bahasa Indonesia, itu juga agak susah. Tapi untungnya ada keluarganya yang bisa tapi pas sendiri. Kayak waktu itu, ada Mbahnya tinggal sendiri, keluarganya pergi semua. Nah... Mbahnya ga ngerti bahasa Indonesia. Kasian sich, akhirnya ya sudah, kita cuma gerakan tangan gini-gini.

30

35

P Kalau misalnya bahasa yang menjadi kendala, berarti mencari keluarga pasien. Jadi seperti ditransletkan gitu, menurut Saudari efektif tidak? 40 RP2 Sejauh ini lumayan. Itu kalau ada keluarga tapi

kalau tidak ada?

P Menurut Saudari, kecepatan bicara saat berkomunikasi dengan pasien bagaimana?

RP2 Sejak tinggal di Jawa kayaknya jadi lebih pelan. 45 P Untuk penggunaan bahasa tubuh, non verbal yang

biasa Saudari tunjukkan kepada pasien, seperti apa?

RP2 Kebanyakan sich senyum, kalau ga ya cuma perhatikan begitu. Tapi paling banyak senyum tapi kalau saya sich yang paling saya lakukan, ga bagus sich kayaknya, saya ‘hmmm’ (sambil mempraktekkan mengangkat alis sebelah)

50

P Media yang gunakan saat berkomunikasi? RP2 Media tambahan sejauh ini sich ga ada.

P Bicara langsung? 55

RP2 He’e...

P Persiapan apa yang Saudari lakukan sebelum bertemu dengan pasien?

RP2 Palingan penenangan diri, hehehehehe….. Kalau dari rumah sakit kan alat-alat dan sebagainya to, untuk tindakan? Tapi kalau untuk langsung ke pasiennya, ya saya persiapkan diri. Kayak tenangkan diri, atau paling tidak siap apa sich yang mereka mau tanya.

60

P Ketika pertama kali bertemu dengan pasien, apa yang biasanya Saudari lakukan?

(14)

102

RP2 Kalau saya senyum, ucapkan salam. Itu selalu.

P Terus responnya pasien?

RP2 Ya senyum juga, pasti dibalas. Mereka jadi lebih enak gitu lho. Nah…kalau kita buru-buru, mereka malah jadi takut.

70 P Respon mereka kalau takut?

RP2 Mereka jadi kayak bingung gitu lho. Ini mau ngapain, terutama yang anak kecil to. Kalau anak kecil kan susah mau didekati, kadang juga pernah saya pengalaman di rumah sakit, pasien anak kecil sich. Kita tu ga ngapa-ngapain, malah saya belum pernah ketemu dia. Kita cuma lewat di koridornya, dia udah nangis minta ampun karna liat kita pake baju putih. Akhirnya kita mau ke sana ganti infusnya jadi susah, dari jauh aja dia udah nangis duluan.

75

80

P Jika seperti itu, pendekatannya?

RP2 Kan ga mungkin kita langsung datangin dia, karna dia kayak stress gitu lho. Kita balik lagi, kalau udah tenang muncul lagi. Nangis lagi, sama aja. Akhirnya kita kerja sama dengan Mamanya.

85 P Ketika pasien menceritakan pemasalahannya,

respon dari Saudari menanggapinya seperti apa? RP2 Kalau memang saya bisa kasi solusi, kasi solusi.

Tapi kalau tidak, saya cukup mendengarkan dan mungkin kasi beberapa tanggapan. Kalau saya juga mungkin mau, bukan maksudnya bukan mau mengerti sich tapi saya bisa mengerti apa yang pasien rasakan.

90

P Ketika ada informasi dari pasien yang tidak dimengerti, apa yang biasanya Saudari lakukan?

95 RP2 Untuk sejauh ini belum ada sich informasi yang

saya ga ngerti, kebanyakan sich kita nyambung makanya belum ada pengalaman seperti itu sejauh ini.

P Apakah semua pasien mau menceritakan permasalahannya atau ada pasien yang menolak untuk berkomunikasi?

100

RP2 Kalau di rumah sakit jiwa rata-rata semua mau sich. Kalau di rumah sakit Citarum, saya kemarin

kebanyakan dapatnya dibangsal, cerita semua. 105 P Apakah Saudari sering menanyakan keadaan

pasien?

RP2 Kalau pas datang itu langsung “Selamat pagi Pak, bagaimana keadaanya hari ini? Atau apa yang

(15)

103

dirasakan?” Tergantung sich, kita lihat pasiennya. Kalau anak muda, memang katanya harus formal tapi ga lucu kalau kita tanya “Gimana keadaannya hari ini?” Akhirnya ga dekat. Kita kalau diajarkan memang harus terapeutik, bahasanya formal tapi kan tidak sesuai dengan di lapangan. Kalau yang orang tua, saya biasa pake kayak gitu “Bagaimana keadaannya hari ini, Pak? Apa yang Bapak rasakan?” Tapi kalau sama anak muda, “Gimana Mas? Apa yang dirasain?” Langsung aja, kalau kita tanyain formal nanti malah ga dekat. Kalau formal, kita terkesan membatasi diri.

110

115

120 P Bagaimana respon Saudari ketika pasien

menceritakan permasalahannya?

RP2 Fokus untuk mendengarkan pasien, tetapi untuk pasien jiwa yang waham, saya kurang fokus karena bingung mau mendengarkannya yang mana. Hehehehe....

125

P Bagaimana Saudari menciptakan suasana selama dengan pasien?

RP2 Kalau saya, biasa saya ajak bercanda karena orang sakit itu perlu tertawa. Hehehehe… Tapi bukan berarti ga ada isinya gitu lho tapi ya sesekali kita bikin mereka ketawa supaya ya jangan semakin sakit lah.

130

P Diakhir pembicaraan bertemu dengan pasien, biasanya apa yang Saudari lakukan?

135 RP2 Biasanya kalau saya buat ini sich, kontrak waktu,

kapan lagi saya akan datang. Kalau ga, saya bilang kalau memang Bapak butuh sesuatu bisa panggil saya atau teman saya, kalau ada bel ya tinggal pencet bel.

140 P Lebih ke kontrak waktu ya?

RP2 He’e, sama terimakasih untuk waktunya. P Kesimpulan?

RP2 Kesimpulan kalau saya lakukan tindakan, saya langsung kasi tau. Jadi sebelum mau permisi, hasilnya sudah dikasi tau duluan. Jadi kayak tensi, selesai tensi nanti saya kasi tau “Pak, ini tensinya segini.” Kalau misalnya rendah, nanti tanya “Bapak, tidurnya semalam gimana?” Jadi pada saat melakukan tindakan dan sudah dapat hasil, saya langsung menjelaskan sich.

145

150

P Untuk karakteristik pasien, biasanya karakteristik pasien yang Saudari temui seperti apa?

(16)

104

RP2 Kalau pasien kebanyakan lebih terbuka sich, lebih suka curhat. Ada juga pasien yang tertutup, agak susah sich. Ada pasien yang maunya dirayu dulu, jadi kita rayu pake kue nagasari. Tapi bukan kita yang kasi, kita rayu dulu karna dia ga mau makan. Udah ga mau makan,ga mau ngomong lagi. Pas di rayu-rayu, tanya maunya apa ternyata maunya nagasari baru dia mau makan. Sebelum komunikasi, kita tanya dulu karna Bapaknya udah 2 hari itu ga mau makan, diajak komunikasi ga mau. Kita udah bilang “Pak, ngomong aja. Ga apa-apa” Intinya dirayu dikit dulu, baru mau terbuka. Tapi bukan merayu dalam tanda kutip (“) lho. Hehehehe... Bapaknya manja-manja kayak mana gitu lho, jadi maunya kayak dimanja gitu lho. Setelah kita rayu, bilang “Ga apa-apa Pak. Ini juga demi kebaikan Bapak juga. Gini-gini.” Kita kasi tau yang menunjukkan hal-hal positif dan hal-hal yang negatifnya. Jadi kalau macam, makan nanti begini-begini terus kalau ga makan, begini-begini-begini-begini. Nah..dari situ baru kita tau kalau pasiennya mau makan nagasari bukan makan nasi.

155

160

165

170

175 P Jadi sebelum makan, dikasi nagasari. Untuk

pertemuan selanjutnya gimana?

RP2 Untuk pertemuan selanjutnya. Hehehehe… Bapaknya ngomong, “Saya mau ngomong kalau ada nagasari.” Hehehehe… Kan ada keluarga, kita kasi tau “Pak, nagasari itu memang bagus tapi nasi juga perlu karna nasi sama lauknya itu sumber nutrisi tapi kalau nagasari itu cuma gini-gini.” Kita tampilkan lagi kejelekan sama keburukan makanan. Orangnya mau lebih detail supaya tahu mana yang baik, mana yang ga.

180

185

P Ada ga perasaan cemas atau canggung saat akan ketemu pasien?

RP2 Kalau agak canggung kalau kita tahu pasiennya itu dokter atau perawat. Soalnya CI (Clinical Instruktur) di OK (Operation Room), itu kan dirawat. Nah…dia yang jadi pasien ku. Itu yang buat agak canggung, soalnya kan ga lucu, pas kita mau tensi, Bapaknya perhatikan ini dah benar apa belum. Akhirnya kayak ujian, itu yang canggung.

190

195 P Perasaan cemas ada ga?

RP2 Kalau saya cemas untuk tindakannya sich ga ada. Saya cuma cemas takut mereka meninggal karna

(17)

105

P Berarti itu tergantung keadaan pasien ya. Sejauh ini pernah tidak terjadi kebingungan atau kesalahpahaman dalam komunikasi karna beda budaya?

RP2 Untuk salah paham kayaknya ga. 205

P Kebingungan? Kesulitan?

RP2 Kalau kebingungan, iya. Kalau macam kita tanyaan “Ibu umurnya berapa?” Nanti dijawab dengan bahasa Jawa. Ya saya mana tau, nanti akhirnya tulis dia ngomongnya itu, baru saya translet. Hehehehe… Ada pasien jiwa yang sama sekali ga pernah ngomong bahasa Indonesia, waduh itu dia juga kan halusinasi apa waham gitu. Dia menganggap dirinya dalang. Jadi ngomongnya ya kayak gitu semua, tau lah dalang ngomongnya kayak gimana. Saya tanyain, “Mas, umurnya berapa?” Itu susah, udah dia ngomongnya pake bahasa Jawa, ga jelas lagi. Tambah parah.

210

215

P Itu pasien jiwa ya?

RP2 Iya... 220

P Kalau untuk pasien yang lain?

RP2 Biasaya Mbah-mbah. Tanya umur atau gimana rasanya, Mbahnya udah curhat panjang lebar, saya cuma liat dia sentuh-sentuh badannya gini-gini. Saya pikir apa ini yang sakit (mempraktekkan memegang beberapa anggota tubuh). Saya tanya, “Sakit Mbah?” Nanti kalau ga dia pegang lagi. Saya pikir ini maksudnya apa, saya ga ngerti.

225

P Bagaimana Saudari menyampaikan informasi kepada pasien agar pasien paham dengan pesan atau informasi yang Saudari maksud?

230 RP2 Kalau kayak minum obat, biasanya saya pake

warna. Kalau ga ngerti bahasa Indonesia kan, saya bilang “Mbah, yang orange ini malam ya? Malam.” Pokoknya saya kasi tau berulang-ulang sama pake gerakan tangan supaya mengerti. Kan ada yang ga ngerti bahasa Indonesia juga. Pake non verbal juga.

235

P Apakah sejauh ini terjalin hubungan yang baik? RP2 Sejauh ini, iya...

P Bagaimana Saudari membina hubungan saling percaya dengan pasien?

240 RP2 Kalau saya sich biasanya kalau saya ga ada

kerjaan, lagi ga ada ngapa-ngapain, saya kunjungi pasien. Yang penting kita lihatlah apa yang mereka

(18)

106

butuhkan. Setidaknya mereka merasa diperhatiin. 245 P Terkait kebudayaan, apakah Saudari mampu

menyesuaikan diri dengan kebudayaan lain yang dihadapi?

RP2 Kalau saya sudah terbiasa besar sama orang Jawa. Aku besar di Biara, susternya orang Jawa. Jadi kalau untuk komunikasinya sendiri, ga kecuali sama Mbah-mbah. Kalau untuk bahasa yang formal untuk orang tua itu memang susah. Tapi kalau untuk bahasa anak muda yang biasa-biasa, saya mengerti. Kalau Jawa kasar, saya mengerti. Kalau bahasa kraton, ga ngerti.

250

255 P Bagaimana sikap Saudari terhadap perbedaan

kebudayaan dengan pasien?

RP2 Saya coba hargai aja sich. Kan ada pasien yang budaya kuat, macam pasien yang laki-laki kan kita ga boleh bantu-bantu kayak gitu. Kalau saya sich, selama mereka butuh bantuan ya saya bantu tapi kalau mereka menganggapnya itu ga boleh, karna kebiasaannya gini-gini, ya udah. Selama masih masuk akal, seperti ganti baju ya ga masalah . Kecuali ada hal-hal lain yang mempengaruhi kesehatan mereka, apapun harus diperhatikan.

260

265

P Dari kebudayaan Saudari sendiri, ada tidak hal-hal yang mempengaruhi selama komunikasi?

RP2 Hmmm... Ada. 270

P Seperti apa?

RP2 Cara ngomongnya kita kan beda. Beda dengan kayak orang Jawa, jadi kalau menurut kami ya kami mau bilang “Kalian lagi gini, gini, gini kan?” atau “Gimana bu? Udah baikan?” Itukan maksudnya untuk kami ya biasa aja, tapi kalau untuk orang Jawa kan agak kasar to? Akhirnya jadi salah persepsi. Mereka pikirnya bahwa ada beberapa teman yang dipikir cara ngomongnya tu kasar.

275

P Itu dengan pasien ya? 280

RP2 Iya...itu dengan pasiennya.

P Jadi pasiennya merasa ngomong kasar?

RP2 Iya, kasar. Padahal kan ga. Tapi sejauh ini untuk yang pas praktek kemarin kita kalah. Kita sudah coba semua, ngomongnya sehalus mungkin sampai-sampai waktu pas di ruangan, perawatnya nanya “Kalian ini orang apa sich?”, “Ha? Orang Ambon Bu”, “Kok ngomongnya lebih halus kalian dibandingkan kami?” Hehehehe… saking mencoba

(19)

107

untuk menjadi lebih halus, akhirnya kayak “Ya bu” (mempraktekan berbicara halus).

290 P Kemudian yang terakhir, menurut Saudari, hal-hal

yang mempengaruhi selama komunikasi, baik itu menjadikan komunikasi jadi lancar atau terhambat

dengan pasien, apa aja? 295

RP2 Selain bahasa itu ada usia sama pendidikan. Ada yang sudah tua tapi kita menjelaskannya kayak anak kecil. Itu juga cukup mempengaruhi karena mereka tidak mengerti-mengerti jadi kita harus ulang lagi, ulang lagi. Malah ada yang bandel, maksudnya udah dibilang kalau ke belakang infusnya dikunci supaya darahnya tidak naik. Satu hari bisa 7 kali, padahal kita udah jelasin baik-baik. Ga tau karna kita ini mahasiswa atau karna kita baru kan, jadi kita mesti sabar. Pernah ada perawat yang ngomong gini, “Itu tangannya di spalak aja.” Padahal itu Bapak-bapak sudah tua. Gitu kan kasian

300

305

P Oh....Oke. Sepertinya sudah selesai. Terimakasih

ya...

RP2 Iya... 310

Riset Partisipan 3 (RP3) Catatan observasi:

Observasi pada RP3 dilakukan tanggal 6 Desember 2011 di ruang Cempaka. RP3 melakukan komunikasi saat melakukan tindakan pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV). Saat itu, peneliti ikut bersama RP3 dan memperhatikan proses komunikasi yang terjadi antara partisipan dan pasien. Sebelum melakukan tindakan, RP3 terlebih dahulu meminta ijin kepada pasien dengan mengucapkan kata “permisi”, tersenyum, menanyakan keadaan pasien, mempertahankan kontak mata, bertanya kembali informsi yang kurang jelas dari pasien dan berpamitan saat akan meninggalkan pasien. Setelah melakukan observasi, peneliti melanjutkan penelitian dengan melakukan wawancara pada tanggal 26 Januari 2012 dan 9 April 2012.

Keterangan : S : Subjek P : Peneliti

RP3 : Riset Partisipan 3

S Isi Wawancara Kode

P Selamat siang... RP3 Selamat siang...

(20)

108

P Sebelum saya mewawancarai, ini ada lembar penjelasan penelitian dan lembar persetujuan untuk menjadi riset partisipan (menunjukkan lembar penjelasan penelitian dan persetujuan untuk menjadi riset partisipan). Mungkin bisa di baca dan di tanda tangani?

5

RP3 Iya... (membaca dan menandatangani)

P Bisa kita mulai wawancaranya? 10

RP3 Iya...

P Pertanyaan pertama, dapatkah Saudari menceritakan pengalaman komunikasi, terutama komunikasi terapeutik saat melaksanakan praktik

klinik? 15

RP3 Iya...

P Apa yang Saudari ketahui tentang komunikasi terapeutik?

RP3 Komunikasi yang kita lakukan, misalnya antara saya dengan Tanti, terus disitu komunikasinya secara terarah dengan ada sesuatu yang ingin dicapai.

20

P Bahasa apa yang Saudari gunakan saat berkomunikasi dengan pasien?

RP3 Pake bahasa Indonesia.

P Selama berkomunikasi, apakah Saudari mengalami kendala atau masalah dengan bahasa verbal?

25 RP3 Yaa, masalah sich ada. Kalau disinikan rata-rata

orang Jawa jadi kalau misalnya saya berbicara apalagi kepada orang tua itu pasti mereka tahunya saya praktek di sana jadi yang mereka tahu perawat yang datang jadi mereka berbicara pake bahasa Jawa. Nanti baru saya bilang “Bu, maaf. Bisa bahasa Indonesia ga soalnya saya orang Ambon praktek di sini.” Nah...disitu nanti mereka baru berbicara pake bahasa Indonesia. Tapi kalau misalnya, ada orang yang udah tua sekali kayak Mbah-mbah pasti ga tau jadi keluarganya yang berbicara.

30

35

P Kemudian, media apakah yang biasa digunaan untuk menyampaikan informasi atau pesan kepada pasien?

40 RP3 Kalau media, kayaknya tidak memerlukan bantuan

media yang lain. Langsung saja.

P Respon pasien saat berkomunikasi dengan

Saudari, biasanya seperti apa? 45

(21)

109

menanggapinya dengan baik. Senyum. Apalagi kalau kita perhatikan, sering datang. Kalau mereka perlu bantuan, kita datang. Pasti disapa dengan

baik. 50

P Mengalami gangguan ga selama komunikasi? RP3 Kalau gangguan, cuma dari bahasanya mungkin

ya. Tapi kalau dari yang lain-lain, tidak ada.

P Bagaimana persiapan Saudari ketika akan melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien? 55 RP3 Kalau dari rumah itu kan sudah baca-baca dulu,

mungkin kalau sampai disana mereka bertanyakan bisa. Pokoknya berusaha untuk menjawab pertanyaan dari mereka. Tapi kalau misalnya saya tidak bisa menjawabnya, nanti saya akan bilang kalau nanti saya akan menjelaskannya kepada perawat jadi perawat yang akan menjelaskannya karna saya kurang memahami.

60

P Apa yang anda lakukan ketika bertemu dengan

pasien? 65

RP3 Kalau yang pertama pasti saya datang, memperkenalkan diri, senyum trus salam dulu “Selamat pagi Ibu. Bagaimana kabarnya? Tadi malam tidurnya gimana?” Seperti itu. Terus saya lakukan tindakan. Biasanya kita ke pasien itu untuk melakukan TTV. Jadi sambil melakukan TTV, ngobrol-ngobrol dengan Ibunya.

68 69 70

P Bagaimana cara Saudari membina hubungan saling percaya?

RP3 Kayak tadi, saya datang memperkenalkan diri, senyum trus salam. Kalau misalnya saya mau ambil data untuk buat askep (asuhan keperawatan). Saya pasti datang trus bilang “Ibu, saya boleh permisi ga minta waktunya sebentar? Saya akan mewawancarai Ibu, tapi Ibu bersedia atau tidak?” terus dari situ, kalau Ibunya sudah bersedia baru saya wawancara sama Ibu

75

80

P Pesan atau informasi apa yang biasa Saudari sampaikan kepada pasien?

RP3 Kadang tentang penkes (pendidikan kesehatan), menjaga kesehatan sesuai dengan penyakitnya to.

85 P Bagaimana respon Saudari saat berkomunikasi

dengan pasien?

RP3 Kalau saya, biasanya bertanya trus Ibunya ngomong pake bahasa Jawa. Saya dalam hati bertanya ini apa artinya jadi saya mengerutkan

(22)

110

dahi. Nah...kalau saya sudah mengerutkan dahi nanti saya langsung bilang “Bu, maaf. Bisa pake bahasa Indonesia ga? Soalnya saya praktek di sini,

saya bukan orang Jawa tapi orang luar Jawa.” 95

P Bentuk pertanyaan yang biasa diajukan ke pasien, seperti apa?

RP3 Saya bertanya, kayak “Bu, bagaimana kondisinya? Bagaimana tidurnya tadi malam?” Jadi Ibunya menjawab “Baik, begini…. Tapi tadi malam kayak ga bisa tidur.” Nanti saya mengulangi lagi apa yang dikatakan oleh pasien tersebut. Jadi kayak, “Oh...jadi tadi malam Ibu kayak gini ya? Lain kali tidurnya dijaga ya Bu.” Atau kayak misalnya makan, orang yang sakit maag itu biasanya kan ga suka makan, jadi nanti kita kasi tau walaupun Ibunya ga mau makan, tapi makan aja sedikit-sedikit tapi sering. Jadi apa yang dibilang pasien, nanti saya mengulanginya.

100

105

P Apa yang biasa pasien ceritakan kepada Saudari? 110 RP3 Kalau pasien, biasa menceritakan tentang

keluarganya. Riwayat penyakit juga diceritakan, tentang penyakit yang sekarang dia cerita.

P Bagaimana respon Saudari tentang permasalahan

yang pasien ceritakan? 115

RP3 Kita mendengarkan. Tapi saya pernah, waktu saya tensi kan pake stetoskop jadi ga dengar. Pas sementara Ibunya berbicara, saya bilang “Ibu, sebentar ya Bu.” Nanti kalau udah selesai tensi, baru lanjut berbicara lagi. Tapi saya pernah bilang kok “Sebentar ya Ibu”. Setelah itu baru fokus mendengarkan pasien. Pernah juga waktu di BPS, pasien yang impartu kala 1, itu kan sakit mereka jadi kita kasi relaksasi dengan sambil cerita-cerita.

120 122

P Bagaimana Saudari menciptakan suasana saat melakukan komunikasi dengan pasien?

125 RP3 Pokoknya ketika saya datang, yang pertama salam.

Kalau salam kan mereka pasti senyum. Setelah itu saya kan fokus dengan apa yang mereka bicarakan, terus berikan tindakan juga sambil berbicara.

130 P Apa yang biasanya Saudari lakukan diakhir

pembicaraan dengan pasien?

RP3 Habis ambil data, nanti ucapkan terimakasih atas kerjasamanya. Terus bilang kalau butuh bantuan

(23)

111

P Apakah Saudari menyimpulkan pembicaraan dengan pasien?

RP3 Kalau saya kan mau buat askep (asuhan keperawatan) jadi kayak saya mau memberikan diagnosa kepada pasien, saya cuma mahasiswa praktek jadi hanya menjalankan yang seharusnya saya lakukan saja, memberikan bantuan kepada pasien seperti TTV. Nanti kalau mereka bertanya, baru saya jawab. Tapi kalau saya mau menyimpulkan, kayak misalnya mereka tanya sakit apa, saya ga berani karena itu bukan hak saya. Jadi dokter yang menjelaskan.

140

145

P Bagaimana dengan karakteristik-karakteristik pasien yang biasa Saudari temui?

RP3 Pasien ada yang kritis. Kalau yang pendidikannya tinggi itu pasti banyak tanya terus banyak protes. Kalau misalnya orang-orang tua yang dari desa, mereka baik, mereka menerima.

150

P Dengan karakteristik pasien yang berbeda, adakah

persiapan khusus yang Saudari lakukan? 155 RP3 Kayak yang tadi itu aja, di rumah baca-baca dulu

jadi kalau ada yang tanya bisa jawab

P Ketemu dengan pasien, terutama dengan pasien yang latar belakang budayanya berbeda dengan Saudari. Ada ga perasaan cemas atau canggung sebelum bertemu dengan pasien?

160 RP3 Kalau cemas, paling sedikit ya mungkin. Mungkin

kayak saya sudah berbicara trus mereka berbicara, saya jadi mikir aduh ini mau jawab apa karna ga ngerti. Tapi saya tidak takut kok untuk bilang bisa menggunakan bahasa Indonesia tidak karena saya ini orang luar Jawa. Hehehehe...

165

P Ada perasaan nervous ya? RP3 Iya, sedikit.

P Kemudian selama ini sering ga terjadi kebingungan atau kesalahpahaman selama komunikasi dengan pasien yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda?

170

RP3 Kalau bingung ketika saya sendiri, mereka pake bahasa Jawa jadi saya tidak mengerti. Tapi kalau misalnya kayak di Kudus itu, saya panggil teman saya yang berasal dari Jawa atau asisten-asisten bidan. Baru disitu saya tanya, makanya komunikasinya jadi lancar.

175

(24)

112 RP3 Iya...

P Kalau ditransletkan seperti itu, menurut Saudari efektif tidak?

RP3 Kalau ditranslet, ga ya. Kalau saya bertanya sendiri itu kan lebih baik. Misalnya kalau mereka ga ada trus saya ditempatkan di tempat terpencil itu kan bagaimana. Hehehehe...

185

P Bagaimana cara anda menyampaikan pesan kepada pasien agar pasien mengerti maksud yang

akan anda sampaikan? 190

RP3 Pake bahasa tubuh juga. Kayak misalnya, bertanya “Bu, udah makan belum?” Biasanya saya pake gerakan pas menanyakan “Bu, udah makan belum?” (sambil mempraktekkan, mengarahkan tangan ke mulut). Terus waktu saya dapat pasien yang ada di RSUD Salatiga itu kan perutnya sakit. Ibunya juga kayak ga ngerti bahasa Indonesia jadi saya bertanya “Bu, perutnya sakit?” Jadi saya menunjukkan bagian yang sakit (sambil mempraktekkan, memegang perut). Jadi untuk mempermudah, dengan gerakanlah.

195

200 P Apakah saudari mampu menyesuaikan diri dengan

kebudayaan lain yang Saudarai hadapi?

RP3 Kalau dilihatkan orang Ambon keras, ngomongnya besar tapi waktu saya turun praktek, mungkin karna saya sudah lama tinggal di Salatiga dan lingkungan kost saya semua orang Jawa jadi saya bisa berbicara dengan mereka dengan suara yang tenang, lembut. Jadi mereka pikirnya, memang tahu lihat dari tampangnya. Di ruang OK (Operation Room) ada Ibu yang bilang “Lho.De, kamu orang Ambon tapi ngomongnya lebih kecil daripada kami.” Hehehehehe... Lebih halus.

205

210

P Sedangkan dari kebudayaan Saudari sendiri, ada ga hal-hal yang mempengaruhi selama komunikasi?

215 RP3 Kalau itu, ga ya. Kita kebudayaannya kan kayak

kalau saya bandingkan dengan Ambon, pelayanannya berbeda. Mereka bicaranya kayak tidak melayani pasien dengan baik. Tapi kalau disini, kalau saya sendiri pribadi kalau mau melayani pasien ga kayak gitu. Maksudnya saya tahu profesi saya sebagai mahasiswa, saya tahu apa yang harus kita lakukan. Saya sudah memberikan yang terbaik pada pasien.

(25)

113

P Hal-hal yang Saudari dapatkan untuk mampu menyesuaikan, Saudari dapat dimana sehingga mampu untuk menyesuaikan?

225

RP3 Oh…kalau itu, saya lebih berteman dengan teman yang dari Jawa, terus saya sering tanya-tanya ini artinya apa. Kalau mereka ngomong juga saya sering tanya kepada teman-teman ini artinya apa. Jadi saat pasien ngomong, saya memang tidak mengerti semuanya tapi mengerti sedikit-sedikit.

230

P Oke, yang terakhir. Menurut Saudari, faktor- faktor yang mempengaruhi komunikasi Saudari dengan pasien?

235 RP3 Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi?

P Iya, yang mempengaruhi komunikasi tetap efektif ataupun terhambat?

RP3 Kalau menurut saya, mungkin penerimaan dari pasien itu sendiri. Mereka mau menerima kita ga. Kemudian yang kedua itu bahasa, itu yang paling menonjol karna saya dengan latar belakang budaya yang berbeda dengan orang Jawa itu pasti sangat sulit. Terus yang ketiga, cara kita berkomunikasi. Sikap kita, ketika kita bisa mengambil hati dari pasien itu, pasti mereka mau menerima kita dan menjawab setiap pertanyaan kita dengan baik.

240

245

P Mengambil hati yang Saudari maksud, seperti apa? RP3 Kayak yang pertama tadi, salam berikan senyum.

Kemudian menanyakan nama.

250 P Kemudian faktor-faktor, masih ada lagi?

RP3 Pendidikan. Berbeda ya ketika kita berbicara dengan orang yang pendidikannya rendah dengan orang yang pendidikannya tinggi. Kalau orang pendidikan rendahkan pasti mereka cuma bertanya terus responnya “Ooo..” begitu saja. Tapi kalau orang yang berpendidikan tinggi, mereka bertanya terus kita jawab dan mereka terus bertanya-bertanya dan bertanya-bertanya. Kayak kemarin waktu saya praktek di Panti Wilasa, ada 1 dia lulusan dari UKSW juga jadi anaknya nangis trus dia bertanya. Orangnya kritis sekali. Disitu kita bisa lihat kalau orang pendidikannya cuma dibawah, ya mereka ikut-ikut aja tapi kalau orang yang pendidikannya atas memang suka kritis. Kemudian, pekerjaan mungkin. Saya rasa hanya itu.

255

260

265

P Oke...kalau begitu terimakasih untuk kerjasamanya. RP3 Iya.. sama-sama Tanti.

(26)

114 Riset Partisipan 4 (RP4)

Catatan observasi:

Observasi pada RP 4 dilakukan tanggal 6 Desember 2011 di ruang Cempaka. Saat bertemu dengan pasien, RP4 menyapa, menanyakan keadaan dan keluhan pasien. Melakukan kontak mata dengan pasien, memberikan sentuhan, mengklarifikasi informasi yang kurang jelas dan ketika pasien berbicara menggunakan bahasa Jawa, partisipan mengatakan “Saya tidak mengerti bahasa Jawa”, terlihat bingung dan mengerutkan kening. Pada pasien yang tidak bisa melakukan komunikasi, partisipan melakukan komunikasi dengan keluarga. Setelah melakukan observasi, peneliti melakukan wawancara pada tanggal 26 Januari 2012 dan 9 Mei 2012.

Keterangan : S : Subjek P : Peneliti

RP4 : Riset Partisipan 4

S Isi Wawancara Kode

P Selamat siang Saudara P... RP4 Siang juga Tanti...

P Ini ada lembar penjelasan penelitian dan lembar persetujuan untuk menjadi riset partisipan (menunjukkan lembar penjelasan penelitian dan persetujuan menjadi riset partisipan). Mungkin bisa dibaca dan ditandatangani dulu?

5

RP4 (membaca dan menandatangani lembar penjelasan penelitian dan lembar persetujuan menjadi riset

partisipan). 10

P Oke, kita mulai saja ya wawancaranya. Pertama, dapatkah Saudara menceritakan pengalaman komunikasi dengan pasien ketika melaksanakan praktek klinik?

RP4 Iya bisa... 15

P Menurut Saudara, apa itu komunikasi terapeutik? RP4 Menurut saya komunikasi terapeutik itu komunikasi

yang dilakukan untuk memahami keadaan pasien dan pasien juga bisa menerima dan memahami maksud apa yang kita berikan kepada pasien dan pasien pun tidak merasa seperti kebingungan gitu, untuk saya. Kan selama ini saya komunikasi itu, saya rasa itu mereka masih bingung karna saya punya logat ini, saya rasa masih kendala di situ. Tapi menurut saya itu untuk bisa memahami lebih dalam keadaan pasien.

20

25 P Bahasa apa yang Saudara gunakan saat

(27)

115 berkomunikasi dengan pasien?

RP4 Weh…campur, kadang keceplosan bahasa Kupang. Pernah waktu itu, ceplos dengan Mbah-mbah bilang bobo dan Mbah tidak mengerti. Itu pernah di rumah sakit umum, itu Mbah tidak mengerti. Jadi bilang bobo, Mbah duduk saja jadi makan habis, Mbah duduk saja.

30

P Tapi lebih sering menggunakan bahasa apa? 35 RP4 Bahasa Indonesia.

P Mengalami kendali tidak dengan penggunaan bahasa?

RP4 Kendalanya itu, mungkin karna sering bergaul di Fakultas dengan orang-orang Kupang, logatnya itu sulit. Jadi sulitnya itu, mereka sering menangkap kita punya bahasa karna logatnya itu. Sebenarnya tidak ada kendala sich, hanya logatnya itu tidak berubah jadi mereka sulit untuk menangkap tapi kita pake bahasa Indonesia.

40

45

P Pake bahasa Indonesia tapi logatnya?

RP4 Logatnya itu yang bikin sedikit bingung begitu. P Kalau misalnya pasien bingung, apa yang Saudara

lakukan agar pasien bisa mengerti?

RP4 Bicara ulang tapi diusahakan dia punya kalimat itu agak lebih diperjelas begitu.

50 P Bagaimana dengan respon pasien saat anda

berkomunikasi dengan pasien?

RP4 Ha...itu, dia punya kendala tu di logat jadi bicara ulang-ulang. Pernah waktu itu kita kasi penkes (pendidikan kesehatan), kita kasi penkes tentang diare. Anak usia balita, pas kita kasi penkes, bahasa kita, logat kita. Jadi dia, raut wajahnya itu agak lain. Tapi entah dia tidak mengerti atau karna masalah makanya raut wajahnya lain. Saya juga bingung tapi saya tidak sempat tanya. Dia nyambung saja kasi pertanyaan begitu. Selama komunikasi, saya rasa cuma itu saja yang menjadi kendala.

55

60

P Apakah Saudara mengerti setiap informasi yang

disampaikan oleh pasien? 65

RP4 Mengerti.

P Apakah anda mengulang kembali informasi dari pasien?

RP4 Mereka biasa ini kasi pertanyaan jadi saya ulang kembali dia punya kata-kata sambil kasi dia punya jawaban.

(28)

116

P Ooo…begitu. Selain bahasa, kendala apa yang

Saudara hadapi?

RP4 Nah…itu, pokoknya bahasa-bahasa. Maksudnya dari saya sendiri, mungkin karna saya jarang juga bergaul dengan orang Jawa jadi bahasa Indonesia itu kurang saya terapkan begitu. Jadi kadang ada bahasa-bahasa seperti bahasa gaul yang masuk ke dalam seperti bobo, terus mo makan? Mo tu pasti ada, mo makan begitu? Harusnya mau makan begitu? Jadi kan biasa mereka bilang, pas waktu itu saya mau TTV mereka bilang lagi makan tapi pake bahasa Jawa, saya bilang mo makan ya Bu? Mereka juga mungkin agak sedikit bingung jadi mereka tidak sambung, “Oya, ini kita lagi makan.” Tidak, mereka kayak diam saja karna mungkin itu bahasa mereka tidak mengerti.

75

80

85

P Kemudian, apakah ada media tambahan yang digunakan untuk berkomunikasi dengan pasien?

RP4 Tidak ada, langsung saja. 90

P Sebelum bertemu dengan pasien, persiapan apa yang biasanya dilakukan?

RP4 Jadi biasanya sebelum ketemu, saya persiapan pada saya punya pasien pada saat saya pengkajian. Nah… itu, persiapan itu jadi saya bertanya-tanya dia punya penyakit, hari ini rasa apa, udah berapa lama dia pusing. Saya pelajari memang apa yang penyakitnya dan akibat-akibat dari yang dia rasakan jadi kebanyakan saya tanya begitu, nanti mereka tanya kalau pusing durasinya begini nanti akibatnya seperti apa. Jadi tu saya sudah lumayan membaca tapi waktu itu memang sedikit kendalanya, mereka juga pikirnya kita orang-orang dari timur kan sudah kuliahnya cukup lama jadi mengerti bahasa Jawa jadi mereka tanya juga campur-campur bahasa Jawa begitu.

95

100

105 P Jadi mempersiapkan, kira-kira apa yang akan

ditanyakan?

RP4 Iya, mempersiapkan.

P Kemudian, saat pertama kali bertemu dengan pasien. Apa yang biasa dilakukan?

110 RP4 Yang saya lakukan yaitu sapa, terus menanyakan

keadaan terus apa yang dirasakan. Jadi itu yang saya lakukan, mengerti keadaan pasien kan? Terapeutik kan, mengerti keadaan pasien. Menanyakan keadaannya seperti apa. Begitu saja.

(29)

117

P Permasalahan apa yang biasanya pasien ceritakan kepada Saudara?

RP4 Kebanyakan sich yang saya dapatkan di rumah sakit umum, curhat itu kebanyakan Mbah. Jadi ada anaknya yang tidak jenguk dia. Anaknya tidak pernah jenguk, kalau untuk kasi tau mereka pusing, mereka punya keluhan apa itu mereka kasi tau saat kita TTV saja tapi kalau sampai yang detail itu mereka curhat saja karna waktu itu kebetulan saya punya pasien yang mau saya kaji begitu. Jadi curhat, anaknya itu tidak pernah datang jenguk dia, dia sakitnya, lukanya itu sampai ke dalam tulang, apa namanya saya lupa. Luka sampai di dalam tulang tapi itu saya pengkajian dia, baru pengkajian dia sudah pulang besoknya. Jadi sudah di operasi, tidak jadi pengkajian, dia cuma curhat saja. Jadi selama dia sakit itu, dia hanya pasrah saja karna dia rasa dia tidak berarti lagi bagi dia punya anak-anak. Sampai dia menangis, kita ga enak sama dia jadi dia curhat kalau biaya yang dia dapat itu dari dia punya kakak yang tanggung. Dia punya anak-anak, anaknya sudah kerja di PNS yang satu kerja wiraswasta, bengkel begitu. Tapi dia punya anak-anak tidak pusing dengan dia. Kalau di Semarang, apa ya…. 120 125 130 135 140 P Hal yang lebih sering pasien ceritakan?

RP4 Tentang keluarga, sama kebiasaan dia saat melahirkan. Ada pasien, dia suka minum kopi, dia cerita. Pas dia kan kehamilan ektopik terganggu jadi diluar kandungan, dia pendarahan jadi kita sempat kaji dia terus tanya-tanya, dia bilang, dia cerita kalau dia tu baru melahirkan anak baru satu. Yang kedua ini, yang kedua ini dia kehamilan ektopik. Jadi dia curhat, dia masih bisa dapat anak kah tidak. Jadi kita jelaskan dengan dia, dia juga ceritakan kalau hamil itu jarang minum susu.

145

150

P Dari permasalahan yang pasien ceritakan. Bagaimana respon Saudara menanggapinya? RP4 Kalau curhat yang tentang keluarga itu, responnya

yang rasanya itu seperti bagaimana ya. Kasian begitu. Kalau yang sakit kehamilan ektopik itu, respon saya seperti bagaimana ya? Kalau seandainya saat itu dia mengeluh dan saya ada di situ, saya juga merasa kebingungan karna saya juga masih baru to, belum pengalaman apa yang harus saya lakukan. Jadi saat dia cerita saya juga

155

(30)

118

istilahnya rasa kasian dan rasa kebingungan untuk menjelaskan bagaimana. Saya juga belum menguasai materi kehamilan ektopik, jadi waktu itu seperti itu. Akhirnya saya cerita-cerita, pas pengkajian berikut baru saya menjelaskan.

165

P Tetapi tetap merespon cerita pasien ya?

RP4 Iya. Saya memang mendengarkan, menyimak tapi kebingungannya itu luar biasa, pertama kali pengkajian, mereka tanya. Baru pengkajian berikutnya saya jelaskan begini-begini. Tapi waktu itu saya menyimak karna bagaimana ya, itu merupakan saya punya pasien untuk saya kaji jadi apa yang dia kasi tau, saya perlu untuk merespon balik dengan menyimak, data yang saya dapat tidak akan sepenuhnya kalau saya tidak menyimak jadi kebanyakan saya komunikasi sama pasien yang saya kaji. Selain itu tidak pernah, ya begitu. Komunikasi itu kebanyakan pasien yang saya kaji saja.

170

175

180 P Bagaimana Saudara menciptakan suasana selama

komunikasi dengan pasien?

RP4 Kalau saya ini menciptakan suasana, kayak humor itu jarang paling kayak ekspresi wajah saja yang saya ciptakan. Mungkin kalau cerita sedih, buat muka sedih. Kalau mereka senang, buat muka senang. Selama cerita-cerita dengan pasien itu kurang, suasana hanya dengan saya punya ekspresi wajah saja jadi kalau mereka cerita sedih, sedih. Cerita senang, ikut senang.

Hehehehe…Soalnya begini, kalau kita mau

bercanda dengan mereka, seperti humor, repotnya itu nyambung tidak, karna kita punya logat ini agak beda terus bagaimana ya baru pertama kali praktek to. Setidaknya ada sedikit gugup lah, kalau macam humor-humor gitu, saya rasa cukuplah kalau cuma kasi perhatian. Saya dengar saja, saya rasa sudah cukup.

185

190

200

P Kalau mau meninggalkan pasien, apa yang lakukan?

RP4 Kalau meninggalkan pasien sich, ya saya cuma bilang istirahat yang banyak. Cuma itu saja, tidak ada yang lain. Tapi kalau seandainya ada botol infus yang mau habis, ya saya bilang, nanti kalau infusnya sudah habis, pencet tombolnya. Itu saja, tidak ada yang lain karna waktu itu saya juga tidak terlalu berkomunikasi yang banyak juga dengan

205

(31)

119

pasien jadi saat meninggalkan pasien, tidak ada. P Apakah memberikan kesimpulan terhadap

pembicaraan yang dilakukan?

RP4 Kalau saya sich biasanya pertemuan kedua baru memberikan kesimpulan. Jadi kalau ini menurut saya begini, begini, begini jadi kesimpulannya itu pertemuan pengkajian kedua. Kalau pertemuan pertama itu jarang saya langsung “Ooo…terimakasih atas informasinya.” Begitu, langsung pulang. Biasanya pengkajian kedua atau pengkajian terakhir di orang yang dikaji begitu. Dipertemuan selanjutnya, jadi sudah akhir. Data yang saya data sudah cukup untuk saya kaji, itu baru saya kasi kesimpulan.

215

220

P Bagaimana dengan karakteristik pasien yang Saudara temui?

225 RP4 Wuih…yang saya dapatkan itu kebanyakan

humoris. Jadi mereka yang buat lucu kembali, bukan saya yang buat lucu.

P Apakah pasien terbuka untuk bercerita dengan Saudara?

230 RP4 Kalau saya, pasien cerita semua sampai curhat.

Yang saya dapat, di rumah sakit umum, rumah sakit Parakan, rumah sakit Citarum, rumah sakit jiwa, mereka cerita semua. Walaupun di rumah sakit jiwa tu mereka curhat tapi itu luar biasa. Jadi ada yang mereka cerita sampai anggota dewan. Jadi yang saya dapat itu, mereka terbuka. Sampai ada yang saya kaji, anaknya yang di Dahlia, saya kaji dia. Anaknya yang sedikit tertutup tapi Ibunya yang banyak cerita, jadi saya pengkajian dua tiga kali sudah dapat lengkap data. Jadi sudah tiga kali, sudah dapat habis data. Jadi seperti ini Ibu, Ibu jangan begini. Jadi kesimpulan yang saya kasi itu pas pertemuan ketiga.

235

240

245 P Sebelum bertemu dengan pasien, adakah

perasaan cemas atau canggung karna bertemu dengan kebudayaan yang berbeda?

RP4 Cemas. Itu hampir semua cemas, karna saya baru pertama kali praktek to. Jadi cemas. Cemasnya bukan karna budaya sich, komunikasi saya yang masih kacau. Komunikasi saya itu masih kacau, bahasa. Mereka tangkap, saya masih harus ulang-ulang kalimat. Oya, budaya ya. Budaya itu salah satu. Kemudian penguasaan materi, saya juga

250

(32)

120

harus persiapkan sebelum ketemu. Saya harus persiapkan apa yang akan ditanya, biasanya persiapan itu yang buat saya gugup. Ini saya mau masuk, apakah ini sudah cukup oke. Kalau mereka bertanya apakah saya akan jawab dan cukup oke. Nah…itu, sebelum masuk semua harus oke dulu. Tapi biasa kalau saya masuk, penguasaan materi yang saya harus banyak.

260

P Adakah persiapan khusus untuk menghadapi orang

yang berbeda budaya 265

RP4 Tidak ada.

P Apakah sering terjadi kebingungan, kesalahpahaman selama berkomunikasi dengan pasien?

RP4 Kalau kesalahpahaman sama pasien tidak ada. Kalau kebingungan itu ada. Ada yang tidak tahu bahasa Indonesia, saya langsung bingung. Jadi pernah, untung saja disebelah ada mahasiswa praktek dari Bethesda pas di Citarum. Mereka tahu bahasa Jawa, jadi mereka Jawab saja. Kalau ada yang tanya pake bahasa Jawa, mereka saja yang jawab. Nah…pas di ruang Cempaka waktu itu, kan ada pasien yang tidak tahu bahasa Indonesia jadi itu saya bingung. Jadi biasa kalau TTV dua-dua orang. Jadi ikutlah tiga orang, jadi saya TTV kalau ada yang tanya pake bahasa Jawa, ya sudah kasi mereka tanggapi, saya bingung.

270

275

280 P Bagaiaman cara Saudara menyampaikan pesan

atau informasi kepada pasien supaya pasien mengerti maksud Saudara?

RP4 Cara verbal dan non verbal gitu to. Apa yang saya lakukan itu, rata-rata pasien sudah mengerti. Jadi kalau pasien sudah tua yang pake bahasa Jawa, itu saya pake perut sakit, kepala pusing (mempraktekkan dengan menunjuk bagian tubuh). Rata-rata sich yang saya dapat itu, pasien kebanyakan kalau seandainya orangtua tidak mengerti, anaknya pasti mengerti jadi nanti dijelaskan. Jadi nanti saya jelaskan ke anaknya, nanti anaknya yang jelaskan ke pasien.

285

290

P Ditransletkan begitu?. 295

RP4 Nah…ditransletkan.

P Menurut Saudara, apakah itu efektif?

RP4 Tidak efektif, dijelaskan ke dia punya anak terus jelaskan pake bahasa Jawa, tidak tahu dia punya

Referensi

Dokumen terkait

2. Konflik ini berkenaan dengan kelompok atau organisasi, yaitu konflik yang terjadi sebagai akibat adanya perselisihan atau pertentangan yang berkaitan

Hal ini disebabkan oleh berbagai pertimbangan yaitu perilaku para narapidana sebagai akibat Ketidaktaatan pada peraturan atau tata tertib yang ada Lembaga

Saat ini kerap terjadi pelanggaran privasi di media sosial berbasis ojek online, timbulnya pelanggaran privasi pada ojek online ini karena aplikasi

Berhubung hasil simulasi perancangan antena Yagi-Uda Cohen- Minkowski belum memenuhi parameter yang diinginkan, maka tahap selanjutnya yang akan dilakukan adalah

Secara singkat, faktor yang dapat menjadi daya tarik pusat kota bagi masyarakat untuk memilih tinggal di pusat kota tersebut yang dapat menyebabkan permukiman tumbuh

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan anemia gizi, body image dan perilaku kontrol berat badan dengan kejadian kurang gizi pada remaja putri di

The writer wishes to express the highest gratitude to Allah SWT for the blessing with health and great power, so the writer can finish this final project entitled