• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL POE ( Prediction Observation Explanation) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP CAHAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL POE ( Prediction Observation Explanation) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP CAHAYA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru 2

Penulis Penanggung Jawab 3

Penulis Penanggung Jawab

PENERAPAN MODEL POE (

Prediction Observation Explanation

)

UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP

CAHAYA

Rahma Dinanti

1)

, Novi Yanthi

2)

, Nenden Ineu H

3)

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

rahmadinanti16@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan di kelas V SDN Sukamantri dengan jumlah siswa 19 orang. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pemahaman konsep

siswa dalam pembelajaran IPA di SD yang disebabkan pembelajaran yang masih bersifat teacher

centered. Penelitian dilakukan dengan menggunakan model Elliot yang terdiri dari tiga siklus dengan setiap siklus terdiri dari tiga tindakan. Peneliti menggunakan lembar observasi, lembar wawancara, lembar catatan lapangan, lembar evaluasi, dan alat dokumentasi sebagai instrument penelitian. Sedangkan untuk menggumpulkan data-data penelitian peneliti menggunakan teknik observasi, wawancara, dokumentrasi, evaluasi akhir(tes). Peningkatan dapat dilihat pada setiap siklus terhadap aspek-aspek yang diukur. Pemahaman konsep siswa pada siklus I 47,66, siklus II 60,72 dan siklus III 74,06. Dengan demikian model POE dapat dijadikan sebagai salah satu solusi dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa pada pembelajaran IPA.

(2)

THE APPLICATION OF POE(Prediction Observation Explanation)

TO INCREASE THE STUDENTS` UNDERSTANDING OF THE

LIGHT CONCEPT

Rahma Dinanti

1)

, Novi Yanthi

2)

, Nenden Ineu H

3)

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

rahmadinanti16@gmail.com

ABSTRACT

This research studied about concept understanding. The method og the study was classroom action

research(CAR) involved 19 5th graders of SDN Sukamantri. Elliot’s type of CAR was deployed in

the study that comprised of three sequencing cycles, each consisted of three actions in science classroom learning abaout light concepts. Instruments used to collect data were observation from,interview pnotoads, evaluation sheets, and handycom. The data collected identified an increase of variable measured. as follows: (1) average of the students’ concept understanding in cycle I was 47.66; in the and cycle it was 60.72; and the latter was 74.06. The result indicated that POE model is promising alternative learning model to develop concept understanding.

(3)

1

Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru 2

Penulis Penanggung Jawab 3

Penulis Penanggung Jawab

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan bidang studi yang mengajarkan siswa agar mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan tentang konsep IPA yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. IPA adalah ilmu yang mempelajari interaksi manusia dengan lingkungan sekitarnya. Dalam pengajaran IPA guru harus dapat membawa siswa untuk menemukan pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Dalam upaya memperoleh pemahaman yang mendalam, siswa harus aktif dalam proses pembelajaran sehingga pengetahuan yang diperoleh akan bertahan lebih lama dan lebih bermakna karena ditemukan sendiri dan bukan hasil penjelasan dari guru.

Pengetahuan yang hanya diperoleh dari hasil mendengar dan menghafal saja tidak akan bertahan lama dan akan mengakibatkan hasil belajarpun kurang maksimal karena siswa akan cepat lupa terhadap pelajaran yang telah dipelajari. Namun pada kenyatannya berdasarkan temuan peneliti pada salah satu Sekolah Dasar di Kabupaten Bandung, pembelajaran IPA di SD masih kurang sejalan dengan tujuannya. Banyak faktor yang menjadi penyebab rendahnya pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran IPA di SD. Faktor pertama datang dari guru. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, guru masih menerapkan pembelajaran yang bersifat satu arah serta berpusat pada guru sementara siswa hanya menerima pengetahuan dari guru. Hal ini menyebabkan pemahaman siswa terhadap suatu pembelajaran menjadi kurang bermakna. Guru kurang variatif dalam menggunakan model pembelajaran yaitu pada saat memberikan materi hanya berupa ceramah tanpa ada keterlibatan siswa di dalamnya sebagai pelaku pembelajaran.

Berdasarkan karakteristik pembelajaran IPA yang ideal, maka pembelajaran yang dijalani oleh siswa

hendaknya tidak diberikan dalam bentuk yang konvensional atau monoton, melainkan pembelajaran yang mampu membuat siswa aktif membangun pemahaman terhadap suatu pembelajaran. Siswa harus menjadi pusat dalam pembelajaran. Siswalah yang harus aktif dalam pembelajaran sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator. Hal ini bertujuan agar pembelajaran yang dilakukan oleh siswa menjadi bermakna bagi siswa.

Dalam mengatasi masalah dalam pembelajaran tersebut, guru harus variatif dalam menggunakan model pembelajaran, karena penggunaan model pembelajaran yang bervariasi dapat meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap pembelajaran yang sedang dijalani oleh siswa. Salah satu model yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan pemahaman konsep siswa adalah melalui model pembelajaran POE (prediction Observatio, Explanation). Model pembelajaran POE dikembangkan oleh White dan Gunstone pada tahun 1992 (dalam Warsono dan Hariyanto, 2012, hlm. 93). Model pembelajaran ini dilandasi oleh teori konstruktivisme yang beranggapan bahwa melalui kegiatan prediksi, observasi, dan menerangkan sesuatu hasil pengamatan, maka struktur kognitif siswa akan terbentuk dengan baik. Model POE ini menuntut guru menggali lebih dalam pemahaman siswa melalui tiga tahapan yaitu memprediksi (Prediction), mengobservasi (Observation), serta memberikan penjelasan (Explanation).

Melalui model pembelajaran POE ini diharapkan siswa mampu meningkatkan pemahamannya terhadap pembelajaran yang sedang dibelajarkan, karena model pembelajaran POE memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggali sendiri pengetahuannya, melalui pengamatan secara langsung terhadap

(4)

materi yang diberikan oleh guru dan mengkomunikasikannya dengan bahasa sendiri dalam bentuk diskusi kelas sehingga siswa akan lebih memahami dan menguasai materi yang sedang dipelajari.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diajukan adalah.

Bagaimana peningkatan pemahaman siswa pada pembelajaran konsep cahaya di kelas V SD menggunakan model POE(Prediction Observation Explanation)?

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa kelas V SD pada pembelajaran konsep cahaya melalui model POE(Prediction Observation Explanation).

Tinjauan pustaka yang dibahas dalam penelitian ini yaitu mengenai penerapan model POE yang terdiri dari pengertian Hakikat IPA, Pembelajaran IPA di SD yang sesuai dengan tahap perkembangan siswa, pengertian model POE, langkah pembelajaran POE, kelebihan, manfaat POE, pengertian pemahaman konsep, konsep cahaya di kelas V SD, serta beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan.

Menurut White dan Gunstone pada tahun 1992 (dalam Warsono dan Harinyanto, 2012, hlm. 93). Model POE merupakan model pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan prediksi terhadap pembelajaran yang sedang dipelajarinya.

Adapun tahapan-tahapan pada pembelajaran dengan model POE adalah sebagai berikut:

1) Melakukan Prediksi (predict) a) Pada tahap ini diawali dengan

pemberian wacana tentang apa yang akan dipelajari oleh siswa. b) Guru meminta siswa menuliskan

prediksi secara individu tentang fenomena atau peristiwa atau

fakta yang mungkin terjadi yang relevan dengan hal yang sedang dipelajari beserta alasan mengapa siswa menuliskan prediksi tersebut.

2) Melakukan Observasi (observation) a) Guru melaksanakan sebuah demonstrasi atau siswa melakukan eksperimen untuk membuktikan prediksi yang telah dibuat yang berkaitan dengan materi yang sedang dibelajarkan. b) Siswa diminta untuk menuliskan

hasil dari pengamatannya. 3) Menjelaskan (explain)

a) Mintalah siswa untuk memperbaiki atau menambahkan penjelasan siswa berdasarkan hasil pengamatan (observasinya). b) Siswa diminta untuk melakukan

diskusi bersama kelompoknya dengan tujuan memberikan penjelasan antar teman.

Pada saat siswa memperoleh data dari hasil mengamati atau melakukan percobaan, jika prediksi yang dibuat sesuai, maka guru hanya perlu melakukan penguatan untuk menyakinkan siswa. Namun, jika prediksi yang dibuat siswa tidak sesuai, guru harus mengarahkan siswa untuk mencari penjelasan mengapa prediksi yang dilakukannya tidak benar atau tidak sesuai misalnya dengan demontrasi kembali oleh guru

METODE

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas V SDN Sukamanti, yang terletak di Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V sekolah dasar dengan jumlah 19 yang terdiri dari 11 siswa perempuan dan 8 siswa laki-laki.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan model Elliot. Penelitian ini akan dilaksanakan sebanyak 3 siklus, yang setiap 1 siklusnya terjadi dalam 3 tindakan.

(5)

1

Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru 2

Penulis Penanggung Jawab 3

Penulis Penanggung Jawab

Penelitian tindakan kelas memiliki kaitan yang sangat erat dengan persoalan dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dalam keseharianya. PTK dilaksanakan dengan tujuan untuk memperbaiki proses atau hasil dalam pembelajaran melalui teori-teori pembelajaran yang ada. Hal ini diperkuat oleh Hopkins(dalam Arifin, 2011, hlm. 96) yang menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru di ruang kelas. Dalam upaya perbaikan tersebut guru melakukan usaha-usaha untuk memahami masalah apa yang sebenarnya sedang terjadi di kelasnya dengan cara melibatkan diri kedalam proses perbaikan tersebut.

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar observasi, catatan lapangan, lembar evaluasi, dokumentasi, serta pedoman wawancara. Selain itu, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa teknik observasi, wawancara, evaluasi dan dokumentasi. Kemudian Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif dan teknik analisisis data kuantitatif. Data kualitatif terdiri atas hasil observasi, wawancara, catatan lapangan dan rekaman video. Data hasil analisis kualitatif bisa langsung ditafsirkan karena data yang diperoleh berupa data-data deskriptif yang diperoleh melalui observasi, wawancara, catatan lapangan dan rekaman video. Hasil penafsiran data tersebut kemudian dijadikan salah satu komponen penarikan kesimpulan. Sedangkan data kuantitatif terdiri atas data tentang hasil pemahaman konsep siswa dan penilaian keterampilan proses sains siswa. Pada keterampilan proses sains teknik analisis yang digunakan adalah menghitung skor dari daftar ceklis yang memiliki skor 1-3. Data yang telah diperoleh kemudian diolah dengan

mencari rata-rata (Mean). Rumus yang digunakan dalam mencari rata-rata menurut Sudjana (2014, hlm. 109) adalah:

̅ ∑

Keterangan :

̅ = Rata-rata ( mean )

∑ = Jumlah Seluruh Skor siswa N = Banyak siswa

Selain mengunakan rumus rata-rata, peneliti yang digunakan rumus untuk merubah skor mentah ke dalam nilai persentasi. Menurut Arikunto(dalam Anisah, n, 2013, hlm.42) rumus yang digunakan untuk merubah skor mentah.

NilaiPersentasi= ∑ Berdasarkan nilai persentasi, kemudian peneliti menentukan tingakat kemampuan siswa yang dilihat dari skala kategori kemampuan. Adapun skala kategori kemampuan menurut Arikunto (dalam Anisah, 2013, hlm.42).

Tabel 1

Skala Kategori Kemampuan

Nilai (%) Keterangan 81 – 100 Sangat Baik 61 – 80 Baik 41 – 60 Cukup 21 – 40 Kurang 0 – 20 Sangat Kurang

Dalam penelitian ini peneliti kemudian menggunakan teknik triangulasi. Tekinik triangulasi merupakan teknik analisis menggabungkan teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif. Artinya peneliti menggabungkan teknik analisis terhadap data wawancara, obeservasi, catatan lapangan dan juga data pemahaman siswa yang diperoleh dari evaluasi yang telah dilakukan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Perencanaan Penelitian

(6)

Dalam rangka melaksanakan penelitian ini terlebih dahulu peneliti merancang sebuah model pembelajaran yang menggunakan model POE(Prediction Observation Explanation) di dalam RPP. Materi pembelajaran pada siklus I adalah Pengertian cahaya, cahaya merambat lurus dan cahaya dapat menembus benda bening. Pada siklus II materi yang diajarkan adalah sifat bayangan pada cermin datar, cermin lengkung dan cahaya dapat dibiaskan. Selanjutnya siklus III dengan materi ajar cahaya dapat diuraikan, pembuatan cakram warna dan pembuatan lup.

Temuan Tiap Tindakan Siklus I

Pembelajaran siklus I tindakan I dilaksanakan pada tanggal 5 mei 2015, hari Rabu pada pukul 07.30 sampai dengan pukul 09.10 WIB. Kegiatan pembelajaran ini dilaksanakan di ruang kelas V SD Negeri Sukamantri.

Pada tindakan I terdapat beberapa temuan yaitu: siswa kesulitan memahami perkataan guru jika menggunakan bahasa Indonesia, siswa belum paham dengan maksud predisi, siswa belum memahami fungsi LKS dan siswa belum mampu menyampaikan hasil percobaan mereka dalam bentuk tabel secara lisan dan saat menyelesaikan soal evaluasi siswa tampak kebingungan mengerjakan soal evaluasi berupa soal pemahaman.

Tindakan 2 dilaksanakan pada tanggal 7 Mei 2015, hari Kamis pada pukul. Dengan jumlah siswa kelas V yang hadir yaitu 17 siswa yang artinya 2 orang siswa tidak hadir, karena 2 orang siswa sakit. Pada tindakan 2 ini merupakan langkah-langkah pembelajaran yaitu dengan meminta siswa memprediksi diawli kemudian dilanjutkan dengan melakukan observasi, presentasi dan yang terakhir melakukan perbandingan antara hasil observsasi dengan prediksi awal.

Temuan pada tindakan II adalah siswa masih terkesan kurang paham maksud perkataan guru jika menggunakan bahasa indonesia, beberapa orang siswa

mulai mampu menuliskan prediksi dengan benar, siswa antusias dalam melakukan percoban namun interaksi dalam kelompok masih belum baik, siswa mulai memperhatian petunjuk LKS. selanjutnya dalam mengkomunikasikan hasil percobaan siswa masih ragu-ragu dan keliru.

Pelaksanakan pembelajaran siklus I tindakan III dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 9 Mei 2015 dari pukul, jumlah siswa yang hadir yaitu 19. Tindakan 3 ini ada beberapa temuan yang berkaitan dengan model POE yaitu: beberapa orang siswa telah mampu menuliskan prediksi dengan memberikan alasan yang sesuai dengan fenomena yang ditunjukkan oleh guru, tiga dari lima kelompok mulai mampu melakukan observasi dengan baik. siswa mengalami kesulitan dalam membedakan antara benda yang mampu ditembus cahaya secara keseluruhan dengan benda yang hanya mampu ditembus oleh cahaya secara sebagaian. Refleksi Siklus I

Berdasarkan hasil analisis siklus I, maka perlu diadakan perbaikan sebagai berikut. 1. Peneliti harus lebih mampu mengelola

waktu pembelajaran yang lebih baik. 2. Memberikan motivasi agar siswa

semangat mengikuti pembelajaran baik. Pada tahap pengkondisian guru harus melakukan berbagai variasi kegiatan pengemangat untuk siswa. 3. Peneliti harus mendorong siswa untuk

menemukan pola yang benar dalam membuat prediksi terutama saat siswa memberikan alasan untuk prediksi yang dituliskan.

4. Dalam percobaan siswa harus membuat siswa mampu melakukan pengamatan secara jeli.

5. Pada tahap perbandingan antara prediksi awal dengan hasil pengamatan. Peneliti harus benar-benar meminta siswa membandingkan hasil prediksi dengan hasil pengamatan secara teliti dan menanyakan kepada

(7)

1

Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru 2

Penulis Penanggung Jawab 3

Penulis Penanggung Jawab

siswa kira-kira apa yang membuat prediksi awal yang dituliskan salah. 6. Pada kegiatan mengkomunikasikan

hasil percobaan, guru harus memberikan waktu yang lebih lama untuk siswa mendiskusikan bersama kelompoknya bagaimana cara menyajikan hasil pengamatan siswa didepan kelas.

Temuan Tiap Tindakan Siklus II

Pada siklus II ini peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan hasil refleksi siklus I. Kegiatan pembelajaran tindakan I dilaksanakan pada hari Senin tanggal 11 Mei 2015. Jumlah siswa yang hadir yaitu 17 siswa. Siswa yang tidak hadir karena sakit. Pada kegiatan pembelajaran materi yang diajarkan adalah sifat cermin datar. kegiatan inti dimulai dengan siswa menuliskan prediksi terhadap fenomena yang ditunjukkan oleh guru, melakukan pembuktian dengan observasi, kemudian presentasi, membandingkan hasil observasi dengan prediksi awal dan mengerjakan evaluasi. Pada tindakan I penelitian menemukan beberapa hal dalam pembelajaran POE. siswa mulai percaya diiri dalam menjawab pertanyaan guru, sebagaian besar siswa mulai paham dengan cara menuliskan pediksi, terdapat satu orang siswa yang hanya melakukan percobaan jika diminta oleh guru dan untuk hasil hanya menyalin milik temannya.Dalam melakukan percobaan siswa mengalami kesulitan dalam mengamati posisi benda asli dengan benda dicermin. Dalam mengerjakan soal evaluasi beberapa orang siswa masih bertanya cara menjawab pertanyaan.

.

Tindakan 2 dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 15 Mei 2015 pukul 07.30 WIB – 9.10 WIB. Jumlah siswa yang hadir yaitu 17 siswa. Pada tindakan 2 ini siswa mempelajari sifat bayangan pada cermin

lengkung. terdapat beberapa temuan pada tindakan ini yaitu : pada saat apersepsi siswa mengalami kesulitan membedakan antara cermin cembung dan cermin cekung,beberapa orang siswa telah mampu melakukan prediksi dengan benar namun masih keliru dalam memberikan alasan, siswa terlihat antusias dalam melakukan percobaan, dalam melakukan percobaan siswa mengalami kesulitan dalam mengamati sifat bayangan yang terbentuk pada cermin cekung dalam posisi jauh. Hal ini terjadi karena siswa sulit mengatur posisi cermin untuk menangkap bayangan benda pada cermin selain itu terdapat satu kelompok yang tidak mampu membedakan antara ceriman cembung dan cermin cekung.

Pada tahap komunikasi siswa masih harus dibimbing oleh guru dalam menyampaikan hasil percobaan, namun dalam menuliskan kesimpulan beberapa orang siswa sudah mampu menuliskan dengan baik.

pada tahap akhir dalam mengerjakan soal evaluasi beberapa orang siswa masih bertanya cara menjawab pertanyaan.

Kemudian tindakan 3 dilaksanakan pada hari senin tanggal 25 Mei 2015. Pada pembelajaran ini peneliti menemukan beberapa hal yaitu: dalam melakukan prediksi siswa terlihat bingung kembali, siswa mengalami kesulitan dalam melakukan percobaan, dalam mengerjakan soal evaluasi siswa tidak terlalu banyak bertanya lagi. Dalam mengerjakan soal evaluasi beberapa siswa sudah mampu memberikan penjelasan dan memberikan contoh yang tepat.

Refleksi Siklus II

Berdasarkan hasil analisis siklus II, maka perlu diadakan perbakan sebagai berikut. 1. Pada tahap pengkondisian peneliti

harus mampu menumbuhkan motivasi siswa untuk mau mengikuti pembelajaran yang telah dirancang

(8)

oleh guru. Pada tahap pengkondisian guru sebaiknya memberikan kegiatan pengkondisian berupa permainan dan tarian karena siswa terlihat lebih bersemangat jika diberikan permainan. 2. peneliti harus mendorong siswa untuk menemukan pola yang benar dalam membuat prediksi terutama saat siswa memberikan alasan untuk prediksi yang dituliskan. Dalam membantu siswa menemukan pola yang benar dapat dilakukan dengan cara memberikan gambaran demontrasi yang lebih jelas dan menuntun siswa menemukan pola yang benar melalui kegiatan tanya jawab agar siswa mampu memberikan alasan terhadap prediksi yang diberikan

3. pada saat siswa melakukan percobaan guru harus lebih tegas lagi meminta siswa membaca terlebih dahulu petunjuk percobaan barulah mereka dapat mengajukan pertanyaan terhadap hal-hal yang tidak dipahami.

4. Dalam membantu mengurangi ketergantungan siswa terhadap guru, guru harus mengurangi pertanyaan, hanya saat siswa dirasa kurang melakukan observasi dengan benar, baru siswa diberikan pertanyaan arahan 5. Dalam upaya memperbaiki

kemampuan komunikasi siswa guru dapat membantu siswa melalui pertanyaan lebih detail terhadap hasil percobaannya.

Temuan Tiap Tindakan Siklus III

Pembelajaran siklus III tindakan I dilaksanakan pada hari selasa tanggal 26 Mei 2015, pembelajaran siklus III tindakan 1 dilaksanakan dari pukul 7.30 sampai dengan pukul 9.10 WIB. Pada tindakan I siswa terlihat sudah bisa menuliskan prediksi dengan benar, hanya beberepa orang ssaja yang salah, dalam melakukan percobaan siswa telah membaca petunjuk LKS terlebih dahulu, tetapi siswa kesulitan mengamati penguraian cahaya matahari karena semprotan yang

digunakan mengeluarkan butiran-butiran air yang terlalu kecil. Dalam memgerjakan soal evaluasi hanya beberepa orang yang keliru menjawab pertanyaan karena kekurang telitian dalam membaca soal.

Pembelajaran siklus III tindakan II dilaksanakan pada hari Kamis 28 Mei 2015 dengan 18 orang siswa sebagai subjek penelitian. pada tindakan II siswa terlihat lebih bersemangat memulai pembelajaran jika di awal pembelajaran guru melakukan permainan bersama siswa. Dalam menuliskan prediksi siswa hanya mengalami kekeliruan dalam memprediksi warna yang terbentuk jika cakram diputar pelan. Selama percobaan dan pengamatan siswa terlihat antusias dalam membuat cakram warna. namun karena kesalah teknik beberapa kelompok kesulitan mengamati terbentuk warna putih pada cakaran warna. siswa telah mampu mempresentasikan hasil percobaannya dengan benar. Dalam mengerjakan soal evaluasi secara keseluruh siswa telah menjawab dengan benar, hanya beberapa orang yang menjawab secara tidak lengkap.

Pembelajaran tindakan III dilaksanakan pada hari Sabtu 30 Mei 2015 dengan jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran 19 orang. Pada tindakan III siswa telah mampu menuliskan prediksi dengan alasan yang tepat, dalam percobaanpun siswa tidak mengalami kesultian yang berarti, dalam memyampaikan kesimpulan siswa sendiri yang mengajukan diri untuk menyimpulkan pembelajaran tanpa diminta terlebih dahulu oleh guru. Saat mengerjakan soal evaluasi hanya sebagian kecil siswa yang keliru memberikan alasana terhadap jawaban yang mereka tuliskan. Hal ini membuat nilai pemahamana siswa naik dengan cukup baik karena siswa telah mampu menjelaskan dan memberi contoh terhadap pembelajaran yang merekan lakukan. Refleksi Siklus III

(9)

1

Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru 2

Penulis Penanggung Jawab 3

Penulis Penanggung Jawab

Berdasarkan data yang telah diperoleh dan telah dianalisis maka pemahaman siswa kelas V SDN sukamantri dengan menggunakan model POE dapat mengalami peningkatan. Hal ini ditandai dengan sikap siswa yang terlihat dari siklus I sampai siklus III. Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru untuk membuat peningkatan pemahaman siswa lebih meningkat lagi dengan model ini.

1. Untuk melatih siswa dalam melakukan prediksi, guru sebelumya melakukan demonstrasi disertai mengarahkan siswa menemukan pola antara fenomena yang ditunjukkan oleh guru dengan hal yang akan diprediksi oleh siswa dengan cara mengaitkannya dengan pembelajaran yang akan diajarkan.

2. Ketika siswa melakukan percobaan sebaiknya guru lebih banyak meminta siswa mengamati lebih dalam hal-hal atau objek-objek dan mengajak siswa mendiskusikan hasil percobaannya.

3. Dalam melakukan pembelajaran guru harus memperhatikan penggunaan alat dan bahan secara detail sehingga tidak terjadi kesalahan-kesalahan teknis yang dapat menganggu pembelajaran.

Pembahasan

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk melihat peningkatan pemahaman siswa terhadap konsep cahaya menggunakan model POE yang dilihat dari sikusi I sampai siklus III. Dari pembelajaran yang telah dilaksanakan dapat diketahui perolehan nilai rata-rata pemahaman siswa dari siklus I sampai III mengalami peningkatan, seperti yang dimuat pada diagram berikut ini

Diagram 1

Nilai rata-rata pemahaman siswa tiap siklus

Dari diagram tersebut, dapat diketahui perolehan rata-rata nilai pemahaman siswa dengan mengunakan model POE pada setiap siklusnya mengalami peningkatan yang cukup baik. Seperti nilai rata-rata pada siklus I yaitu berjumlah 47,66 yang kemudian meningkat jumlahnya pada siklus II yaitu menjadi 60,72 dan mengalami peningkatan lagi pada siklus III yaitu menjadi 74,66. peningkatan yang terjadi karena siswa mulai terlatih menyelesaikan soal evaluasi dalam bentuk soal pemahaman dengan baik. Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sagala (2003, hlm. 217) yang menyatakan bahwa latihan mampu menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Latihan dapat digunakan untuk membiasakan diri siswa mengerjakan soal pemahaman. Karena semakin sering siswa dilatih dengan menggunakan soal jenis tersebut, maka siswa akan mampu menemukan pola yang sama pada setiap soalnya

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan pada materi konsep cahaya dengan menggunakan model POE (Prediction Observation Explanation), peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut;

10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

siklus I siklus II siklus III 47,66

60,72

(10)

Pemahaman konsep siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model POE(Prediction Observation Explanation) semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan hasil kenaikan rata-rata pemahaman siswa pada setiap siklusnya. Mulia dari rata-rata 47,66 pada siklus I meningkat menjadi 60,72 pada siklus II dan 74,66 pada siklus III yang menunjukkan bahwa siswa yang awalnnya belum terlatih menyelesaikan soal pemaham mulai terlatih menyelesaikan soal pemahaman dan berakibat pada semakin berkembangnya pemahaman siswa terhadap pembelajaran dan naiknya pemerolehan rata-rata pemahaman siswa.

Setelah dilaksanakannya penerapan model POE dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa pada konsep cahaya, maka penelitian ini berdampak terhadap pemahaman siswa. Maka dari itu model POE merupakan salah model yang efektif untuk

meningkatkan pemahaman siswa pada pembelajaran IPA.

Dari implikasi yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti memberikan reko-mendasi bagi :

1. Bagi guru sekolah dasar yang hendak melaksanakan pembelajaran dengan model POE(Prediction Observation

Explanation), sebaiknya

memperhatikan materi dan bahan yang digunakan untuk pembelajaran. Guru sebaiknya memperhatikan tahap perkembangan siswa sekolah dasar yang masih berada pada tahap operasional konkret sehingga materi diajarkan dimulai dari hal-hal yang terdekat dengan dan bahan pembelajaran bersifat nyata.

2. Bagi sekolah, dalam upaya meningkatkan mutu belajar siswa. Sebaiknya memberikan kesempatan kepada para guru untuk

mengembangkan kualitas

pembelajarannya, antara lain dengan memberikan keleluasaan memilih model maupun metode pembelajaran serta memanfaatkan media belajar yang ada. Salah satunya dengan menerapkan model POE(Prediction Observation Explanation) serta memfasilitasi media yang dibutuhkan dalam pembelajaran.

3. Bagi peneliti yang akan melanjutkan penelitian terhadap pembelajaran dengan model POE(Prediction Observation Explanation), direkomendasikan untuk merancang model ini dengan lebih baik lagi dan dapat mencoba penelitian terhadap model POE(Prediction Observation Explanation) dengan keterampilan IPA lainnya yang sesuai dengan karakteristik model POE(Prediction Observation Explanation). Keterampilan tersebut misalnya keterampilan menginferensi atau keterampilan lainnya .

DAFTAR PUSTAKA

Anisah, N. (2013). Profil Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Pelajaran Pembuatan Sistem Koloid Menggunakan Metode Discovery-Inquiry. Tidak diterbitkan.

Sagala, S. (2009). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfbeta Sudjana, N (2014). Penilaian Hasil Proses

Belajat Mengajar. Bandung: ROSDA

Warsono dan Hariyanto. (2012). Pembelajaran Aktif Teori Dan Asesmen. Surabaya : ROSDA.

Referensi

Dokumen terkait

menganggap bahwa prisma tegak segitiga termasuk apa yang diketahui. Delection Menghapus representasi informasi yang sempat terpikirkan Subjek S5 tidak melakukan inhibisi

oleh karena itu, perubahan paradigma pembangunan mengharuskan program pendidikan berinovasi untuk membentuk warga negara sesuai dengan kebutuhan negara dalam program

Sehingga berarti tidak ada hubungan antara kebiasaan mencuci bahan makanan mentah yang akan dikonsumsi langsung dengan kejadian demam tifoid di wilayah kerja Puskesmas

Jadi dari telaah di atas dapat dilihat persamaannya dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu peran keluarga dalam membentuk karakter anak, memberikan

Kemudian penulis merancang cell animation untuk karakter Jaka Tarub saat sedang menyerang dengan menggunakan keris yang dapat dilihat pada gambar 4.9 di bawah... Gambar 4.9

Usulan Teknis dinyatakan memenuhi syarat (lulus) apabila mendapat nilai minimal 70 (tujuh puluh), peserta yang dinyatakan lulus akan dilanjutkan pada proses penilaian penawaran

Cetakan SS304 memiliki konduktifitas termal yang lebih tinggi, oleh karena itu cetakan SS304 memiliki kemampuan yang lebih baik untuk menyebarkan panas sehingga panas dari

Untuk meningkatkan penjualan produknya, biasanya suatu perusahaan akan menggunakan banyak cara untuk mempromosikan produknya. Demikian juga dengan PT. Sumber Baru Trada Motor, mereka