• Tidak ada hasil yang ditemukan

POIN-POIN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT. AKR Corporindo, Tbk. (Mata Acara Kedua Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POIN-POIN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT. AKR Corporindo, Tbk. (Mata Acara Kedua Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa)"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

POIN-POIN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT. AKR Corporindo, Tbk.

(Mata Acara Kedua Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa)

Sebelum Sesudah

MAKSUD DAN TUJUAN SERTA KEGIATAN USAHA

PASAL 3

1. Maksud dan tujuan Perseroan ialah: Berusaha dalam bidang industri,

perdagangan, pengangkutan, perwakilan dan/atau peragenan, pemborong

(kontraktor) dan jasa.

2. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut di atas perseroan dapat melaksanakan kegiatan usaha sebagai berikut:

a. menjalankan usaha dalam bidang industri barang kimia;

b. menjalankan perdagangan umum terutama perdagangan bahan kimia, dan perdagangan bahan bakar minyak dan gas termasuk pula -perdagangan secara impor, ekspor, lokal serta antar pulau (interinsulair) baik untuk perhitungan sendiri maupun secara komisi atau atas perhitungan pihak lain, serta bertindak sebagai leveransir (supplier), grosir dan distributor;

c. menjalankan usaha dalam bidang pengangkutan (termasuk untuk

kepentingan sendiri dengan memiliki dan mengoperasikan transportasi baik darat maupun laut serta pengoperasian pipa penunjang angkutan laut), penyewaan -gudang dan tangki termasuk

perbengkelan, ekspedisi dan pengemasan;

d. menjalankan usaha dan bertindak sebagai perwakilan dan/atau peragenan dari perusahaan lain baik didalam maupun di luar negeri;

e. menjalankan perusahaan pemborong (kontraktor) bangunan yang antara lain meliputi bidang arsitektur, perencanaan, pengawasan, termasuk diantaranya tangki, gedung, jembatan, dermaga, jalan, dan pengairan serta pekerjaan sipil pada umumnya;

f. menjalankan usaha dalam bidang penyewaan dan jasa lain kecuali jasa dibidang hukum.

MAKSUD DAN TUJUAN SERTA KEGIATAN USAHA

Pasal 3

1. Maksud dan tujuan Perseroan ialah: Berusaha dalam bidang industri, perdagangan,

pengangkutan, perwakilan dan/atau peragenan, pemborong (kontraktor) dan jasa.

2. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut di atas perseroan dapat melaksanakan kegiatan usaha sebagai berikut:

Kegiatan usaha utama:

a. Menjalankan usaha dalam bidang industri barang kimia.

b. Menjalankan perdagangan umum terutama perdagangan bahan kimia, dan perdagangan bahan bakar minyak dan gas termasuk pula perdagangan secara impor, ekspor, lokal serta antar pulau (interinsulair) baik untuk

perhitungan sendiri maupun secara komisi atau atas perhitungan pihak lain, serta bertindak sebagai leveransir (supplier), grosir dan distributor.

c. Menjalankan usaha dalam bidang

pengangkutan (termasuk untuk kepentingan sendiri dengan mewakili dan mengoperasikan transportasi baik darat maupun laut serta pengoperasian pipa penunjang angkutan laut), penyewaan gedung dan tangki termasuk perbengkelan, ekspedisi dan pengemasan. d. Melakukan pengembangan usaha melalui

pengelolaan asset sendiri maupun pihak lain baik secara langsung maupun melalui penyertaan (investasi) atau pelepasan

(divestasi) modal Perseroan dalam perusahaan lain.

Kegiatan usaha penunjang:

a. Menjalankan usaha dan bertindak sebagai perwakilan dan/atau peragenan dari

perusahaan lain baik didalam maupun diluar negeri.

b. Menjalankan perusahaan pemborong

(kontraktor) bangunan yang antara lain meliputi bidang arsitektur, perencanaan, pengawasan, termasuk diantaranya tangki, gedung,

jembatan, dermaga, jalan, dan pengairan serta pekerjaan sipil pada umumnya.

(2)

dan jasa lain kecuali jasa dibidang hukum. M O D A L

PASAL 4

3. Saham yang belum di keluarkan akan di keluarkan oleh Direksi menurut keperluan modal perseroan dengan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (untuk selanjutnya disebut “RUPS”) pada waktu dan dengan cara dan harga serta persyaratan yang ditetapkan oleh Rapat Direksi dengan persetujuan Dewan Komisaris atau berdasarkan keputusan RUPS, dengan mengindahkan ketentuan yang termuat dalam Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang Pasar Modal, asal saja pengeluaran saham itu tidak dengan harga di bawah pari.

4. Jika saham yang masih dalam simpanan akan dikeluarkan dengan cara penawaran umum terbatas, maka seluruh pemegang saham yang namanya telah terdaftar dalam daftar pemegang saham pada tanggal yang ditetapkan oleh atau berdasarkan keputusan RUPS, akan memperoleh hak untuk membeli terlebih dahulu saham yang akan di keluarkan tersebut (hak tersebut disebut juga “Right”), masing-masing pemegang saham tersebut akan mendapatkan Right sesuai dengan perbandingan jumlah saham yang dimilikinya.

-Hak para pemegang saham untuk membeli terlebih dahulu saham yang akan di keluarkan atau Right tersebut dapat dijual dan dialihkan kepada pihak lain, dengan mengindahkan ketentuan yang termuat dalam anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang Pasar Modal. Direksi harus mengumumkan keputusan tentang pengeluaran saham dengan cara penawaran umum terbatas tersebut dalam 2 (dua) surat kabar harian berbahasa lndonesia, sesuai pertimbangan Direksi, 1 (satu) diantaranya yang berperedaran luas dalam wilayah Republik Indonesia dan 1(satu) lainnya yang terbit di tempat kedudukan

M O D A L PASAL 4

3. Saham-saham yang masih dalam simpanan akan dikeluarkan menurut keperluan modal Perseroan, pada waktu dan dengan cara, harga serta

persyaratan yang ditetapkan oleh Direksi berdasarkan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham, dengan cara penawaran umum terbatas, dengan memperhatikan peraturan yang termuat dalam Anggaran Dasar ini, Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas, peraturan dan perundang-undangan yang berlaku di bidang Pasar Modal, antara lain peraturan yang mengatur tentang penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu serta peraturan Bursa Efek di tempat di mana saham-saham Perseroan dicatatkan.

Kuorum dan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham untuk menyetujui pengeluaran saham dalam simpanan harus memenuhi persyaratan dalam Pasal 11 ayat 2 huruf a Anggaran Dasar ini.

4. Setiap saham dalam simpanan yang dikeluarkan lebih lanjut harus disetor penuh. Penyetoran atas saham dalam bentuk lain selain uang baik berupa benda berwujud maupun tidak berwujud wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. benda yang akan dijadikan setoran modal

dimaksud wajib diumumkan kepada publik pada saat pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham mengenai penyetoran tersebut;

b. benda yang dijadikan sebagai setoran modal wajib dinilai oleh Penilai yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (“OJK“) dan tidak dijaminkan dengan cara apapun juga; c. memperoleh persetujuan Rapat Umum

Pemegang Saham dengan kuorum

sebagaimana diatur dalam Pasal 11 ayat 2a Anggaran Dasar ini;

d. dalam hal benda yang dijadikan sebagai setoran modal dilakukan dalam bentuk saham Perseroan yang tercatat di Bursa Efek, maka harganya harus ditetapkan berdasarkan nilai pasar wajar; dan

e. dalam hal penyetoran tersebut berasal dari laba ditahan, agio saham, laba bersih Perseroan, dan/atau unsur modal sendiri, maka laba ditahan, agio saham, laba bersih Perseroan, dan/atau unsur modal sendiri lainnya tersebut sudah dimuat dalam Laporan Keuangan Tahunan terakhir yang telah diperiksa oleh Akuntan yang terdaftar di OJK

(3)

perseroan.

-Para pemegang saham atau pemegang Right tersebut berhak membeli saham yang akan dikeluarkan tersebut sesuai dengan jumlah Right yang dimilikinya pada waktu dan dengan persyaratan yang ditetapkan dalam, keputusan RUPS yang dimaksud dalam ayat 3 pasal 4 ini. -Apabila dalam waktu yang telah ditentukan dalam keputusan RUPS tersebut di atas, para pemegang saham atau para pemegang Right tidak melaksanakan hak atas pembelian saham yang ditawarkan kepada mereka sesuai dengan jumlah Right yang dimilikinya, dengan membayar lunas dengan uang tunai harga saham yang ditawarkan itu kepada perseroan, maka Direksi mempunyai kebebasan untuk mengeluarkan saham dimaksud diatas kepada para pemegang saham yang hendak membeli saham dalam jumlah yang lebih besar dari porsi Rightnya yang telah dilaksanakan, dengan mengindahkan ketentuan yang termuat dalam Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang Pasar Modal.

Apabila setelah alokasi tersebut masih terdapat sisa saham:

(i) jika penambahan modal perseroan dengan cara penawaran umum terbatas tersebut jumlah maksimumnya belum ditetapkan serta

dilakukan tanpa adanya jaminan dari Pembeli Siaga, maka sisa saham yang tidak diambil bagian tersebut tidak jadi dikeluarkan dan tetap dalam simpanan Perseroan; (ii) jika penambahan modal

perseroan dengan cara penawaran umum terbatas tersebut telah ditetapkan jumlahnya serta dilakukan dengan jaminan dari Pemberi Siaga, maka sisa saham tersebut wajib dialokasikan kepada pihak tertentu yang bertindak sebagai Pembeli Siaga dalam penawaran umum terbatas tersebut, yang telah menyatakan kesediaannya untuk membeli sisa saham tersebut, demikian dengan

dengan pendapat wajar tanpa pengecualian. 5. Dalam hal Rapat Umum Pemegang Saham yang

menyetujui pengeluaran saham dalam simpanan dengan cara penawaran umum terbatas maupun peningkatam modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu memutuskan jumlah maksimum saham dalam simpanan yang akan dikeluarkan, maka Rapat Umum Pemegang Saham tersebut harus melimpahkan kewenangan pemberian kuasa kepada Dewan Komisaris untuk

menyatakan jumlah saham yang sesungguhnya telah dikeluarkan dalam rangka penawaran umum terbatas atau peningkatan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu tersebut.

6. Jika efek yang bersifat Ekuitas akan dikeluarkan oleh Perseroan, maka:

a. Setiap penambahan modal melalui pengeluaran Efek Bersifat Ekuitas yang dilakukan dengan pemesanan, maka hal tersebut wajib dilakukan dengan memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu

(“HMETD”) kepada pemegang saham yang namanya terdaftar dalam daftar pemegang saham Perseroan pada tanggal yang ditentukan Rapat Umum Pemegang Saham yang menyetujui pengeluaran Efek Bersifat Ekuitas dalam jumlah yang sebanding dengan jumlah saham yang telah terdaftar dalam daftar pemegang saham Perseroan atas nama pemegang saham masing-masing pada tanggal tersebut.

b. Pengeluaran Efek bersifat ekuitas tanpa memberikan HMETD kepada pemegang saham dapat dilakukan dalam hal pengeluaran saham:

1. Ditujukan kepada karyawan Perseroan; 2. Ditujukan kepada pemegang obligasi atau

Efek lain yang dapat dikonversi menjadi saham, yang telah dikeluarkan dengan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham;

3. Dilakukan dalam rangka reorganisasi dan/atau restrukturisasi yang telah disetujui oleh Rapat Umum Pemegang Saham; dan/atau

4. Dilakukan sesuai dengan peraturan di bidang Pasar Modal yang memperbolehkan penambahan modal tanpa HMETD.

c. HMETD wajib dapat dialihkan dan diperdagangkan, dengan mengindahkan ketentuan Anggaran Dasar ini dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang Pasar Modal;

(4)

harga dan syarat yang tidak lebih ringan dengan yang telah ditetapkan dalam keputusan RUPS tersebut;

-demikian dengan mengindahkan ketentuan anggaran dasar Perseroan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang Pasar Modal. 5. Ketentuan ayat 3 dan 4 di atas secara

mutatis-mutandis juga beraku di dalam hal Perseroan hendak

mengeluarkan Efek yang dapat ditukar dengan saham atau Efek yang

mengandung hak untuk memperoleh saham, antara lain Obligasi Konversi, Waran atau Efek konversi lainnya (untuk selanjutnya disebut “Efek Bersifat Ekuitas”) yang dapat

mempengaruhi komposisi kepemilikan saham dalam Perseroan, satu dan lain dengan mengindahkan peraturan yang berlaku mengenai pemodal asing di bidang Pasar Modal dan dengan tidak mengurangi izin pihak yang berwenang sejauh disyaratkan berdasarkan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.

6. RUPS dapat menyerahkan kewenangan untuk memberikan persetujuan penambahan modal saham Perseroan kepada Dewan Komisaris sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 7. Pengeluaran Efek Bersifat Ekuitas

tanpa memberikan Hak Memesan Efek Terdahulu (untuk selanjutnya disingkat “HMETD”) kepada pemegang saham dapat dilakukan dalam hal pengeluaran saham: ditujukan kepada karyawan Perseroan;

a. ditujukan kepada pemegang obligasi atau efek lain yang dapat dikonversi menjadi saham yang telah dikeluarkan dengan persetujuan RUPS; b. dilakukan dalam rangka

reorganisasi dan atau restrukturisasi yang telah disetujui oleh RUPS; dan/atau c. dilakukan sesuai dengan

peraturan di bidang pasar modal yang memperbolehkan

penambahan modal tanpa HMETD.

8. Penambahan modal dasar yang

oleh Perseroan dan tidak diambil oleh

pemegang HMETD harus dialokasikan kepada semua pemegang saham yang memesan tambahan Efek bersifat ekuitas, dengan ketentuan apabila jumlah Efek bersifat ekuitas yang dipesan melebihi jumlah Efek bersifat ekuitas yang akan dikeluarkan, Efek bersifat ekuitas yang tidak diambil tersebut wajib dialokasikan sebanding dengan jumlah HMETD yang dilaksanakan oleh masing-masing pemegang saham yang memesan tambahan Efek bersifat ekuitas;

e. Dalam hal masih terdapat sisa Efek bersifat ekuitas yang tidak diambil bagian oleh pemegang saham sebagaimana dimaksud pada huruf d di atas, maka dalam hal terdapat pembeli siaga, Efek bersifat ekuitas tersebut wajib dialokasikan kepada Pihak tertentu yang bertindak sebagai pembeli siaga dengan harga dan syarat-syarat yang sama. 7. Pelaksanaan pengeluaran saham dalam

portepel untuk pemegang Efek yang dapat ditukar dengan saham atau Efek yang mengandung hak untuk memperoleh saham, dapat dilakukan oleh Direksi berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan terdahulu yang telah menyetujui pengeluaran Efek tersebut.

8. Penambahan modal disetor menjadi efektif setelah terjadinya penyetoran, dan saham yang diterbitkan mempunyai hak-hak yang sama dengan saham yang mempunyai klasifikasi yang sama yang diterbitkan oleh Perseroan, dengan tidak mengurangi kewajiban Perseroan untuk mengurus pemberitahuan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. 9. Penambahan modal dasar Perseroan hanya

dapat dilakukan berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham. Perubahan anggaran dasar dalam rangka perubahan modal dasar harus disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

10. Penambahan modal dasar yang

mengakibatkan modal ditempatkan dan disetor menjadi kurang dari 25% (dua puluh lima persen) dari modal dasar, dapat dilakukan sepanjang:

a. telah memperoleh persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham untuk menambah modal dasar;

(5)

mengakibatkan modal ditempatkan dan disetor menjadi kurang dari 25% (duapuluh lima persen) dari modal dasar, dapat dilakukan sepanjang: Penambahan modal dasar tersebut telah memperoleh persetujuan RUPS; a. perubahan anggaran dasar

berkenaan dengan penambahan modal dasar telah memperoleh persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia;

b. penambahan modal ditempatkan dan disetor sehingga menjadi paling sedikit 25% (duapuluh lima persen) dari jumlah modal dasar wajib dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan setelah persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia sebagaimana dimaksud dalam huruf b ayat ini;

c. dalam hal penambahan modal disetor sebagaimana dimaksud huruf c ayat ini tidak terpenuhi sepenuhnya, maka dalam jangka waktu 2 (dua) bulan setelah jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam huruf c ayat ini untuk penyetoran tambahan modal ditempatkan dan disetor tidak terpenuhi, Perseroan wajib mengubah kembali anggaran dasarnya dengan menurunkan modal dasarnya sehingga modal ditempatkan dan disetor menjadi paling sedikit 25% (duapuluh lima persen) dari jumlah modal dasar, dan dengan kewajiban bagi Perseroan untuk mengurus persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia atas

penurunan modal dasar tersebut; d. persetujuan RUPS yang

menyetujui penambahan modal dasar sebagaimana dimaksud pada huruf a ayat ini, termasuk juga persetujuan untuk

mengubah kembali anggaran dasar sebagaimana dimaksud huruf d ayat ini.

9. Penambahan modal disetor menjadi efektif setelah terjadinya penyetoran, dan saham yang diterbitkan

mempunyai hak yang sama dengan

b. telah memperoleh persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia;

c. penambahan modal ditempatkan dan disetor sehingga menjadi paling sedikit 25% (dua puluh lima persen) dari modal dasar wajib dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan setelah persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat 10 huruf b Pasal ini;

d. dalam hal penambahan modal disetor sebagaimana dimaksud pada ayat 10 huruf c Pasal ini tidak terpenuhi sepenuhnya, maka Perseroan harus mengubah kembali anggaran dasarnya, sehingga modal disetor menjadi paling sedikit 25% (dua puluh lima persen) dari modal dasar, dalam jangka waktu 2 (dua) bulan setelah jangka waktu pada ayat 10 huruf c Pasal ini tidak terpenuhi; e. persetujuan Rapat Umum Pemegang

Saham sebagaimana dimaksud pada ayat 10 huruf a Pasal ini termasuk juga persetujuan untuk mengubah anggaran dasar sebagaimana dimaksud pada ayat 10 huruf d Pasal ini.

11. Perubahan anggaran dasar dalam rangka penambahan modal dasar menjadi efektif setelah terjadinya penyetoran modal yang mengakibatkan besarnya modal disetor menjadi paling sedikit 25% (dua puluh lima persen) dari modal dasar dan mempunyai hak-hak yang sama dengan saham lainnya yang diterbitkan oleh Perseroan, dengan tidak mengurangi kewajiban Perseroan untuk mengurus persetujuan perubahan anggaran dasar dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia atas

pelaksanaan penambahan modal disetor tersebut.

(6)

saham yang mempunyai klasifikasi yang sama yang telah diterbitkan sebelumnya oleh Perseroan, dengan tidak mengurangi kewajiban Perseroan untuk mengurus surat penerimaan pemberitahuan perubahan anggaran dasar dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.

10. Perubahan anggaran dasar dalam rangka penambahan modal dasar sebagaimana dimaksud pada ayat 8 Pasal ini menjadi efektif setelah terjadinya penyetoran modal yang mengakibatkan besarnya modal disetor menjadi paling kurang 25% (duapuluh lima perseratus) dari modal dasar.

RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM PASAL 10

1. Dalam anggaran dasar Perseroan ini RUPS berarti RUPS Tahunan dan RUPS Lainnya yang disebut juga RUPS Luar Biasa, kecuali dengan tegas ditentukan lain.

2. Mata acara RUPS dapat diusulkan oleh 1 (satu) orang atau lebih yang

bersama-sama mewakili 1/10 (satu per sepuluh) atau lebih dari jumlah seluruh saham dengan hak suara.

3. Direksi menyelenggarakan RUPS setiap tahun sesuai ketentuan pasal 78 dan pasal 79 UUPT.

4. Dalam RUPS Tahunan:

a. Direksi menyampaikan laporan tahunan sesuai dengan ketentuan pasal 66, pasal 67 dan pasal 68 UUPT.

b. Ditetapkan penggunaan laba bersih, sesuai dengan ketentuan pasal 70 dan pasal 71 UUPT.

c. Pengangkatan Akuntan Publik yang terdaftar;

d. Bilamana perlu dilakukan

pengangkatan para anggota Direksi dan Dewan Komisaris; dan

RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM Pasal 9

1. Rapat Umum Pemegang Saham yang selanjutnya disebut “RUPS” adalah:

a. RUPS tahunan;

b. RUPS lainnya, yang dalam Anggaran Dasar disebut juga RUPS luar biasa. 2. Istilah RUPS dalam Anggaran Dasar ini berarti

keduanya, yaitu: RUPS tahunan dan RUPS luar biasa kecuali dengan tegas ditentukan lain.

3. RUPS tahunan wajib diadakan dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku berakhir.

4. Dalam RUPS tahunan: a. Direksi menyampaikan:

- laporan tahunan yang telah ditelaah oleh Dewan Komisaris untuk mendapat persetujuan RUPS;

- laporan keuangan untuk mendapat pengesahan rapat;

b. Disampaikan laporan tugas pengawasan Dewan Komisaris.

c. Ditetapkan penggunaan laba, jika Perseroan mempunyai saldo laba yang positif.

d. Dilakukan penunjukan akuntan publik yang terdaftar atau pemberian kuasa untuk melakukan penunjukan akuntan publik yang terdatar;

(7)

e. Diputuskan mata acara lainnya yang telah diajukan sebagaimana mestinya sesuai dengan ketentuan UUPT dan anggaran dasar

Perseroan.

5. Persetujuan laporan tahunan dan pengesahan laporan keuangan oleh RUPS Tahunan berarti memberikan pelunasan dan pembebasan tanggung jawab sepenuhnya kepada anggota Direksi atas pengurusan dan Dewan Komisaris atas pengawasan yang telah dijalankan selama tahun buku yang lalu, sejauh tindakan tersebut tercermin dalam -laporan tahunan dan laporan keuangan.

6. Dalam hal anggota Direksi atau Dewan Komisaris -tidak memanggil dan tidak menyelenggarakan RUPS

sebagaimana dimaksud dalam pasal 78 dan pasal 79 UUPT, pemegang saham berhak melakukan pemanggilan RUPS sesuai dengan pasal 80 UUPT. 7. RUPS Luar Biasa tidak berwenang

membicarakan dan memutuskan mata acara rapat yang dimaksud ayat 4 butir a dan b.

perubahan susunan anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris Perseroan; dan f. Diputuskan mata acara RUPS lainnya yang

telah diajukan sebagaimana mestinya dengan memperhatikan ketentuan anggaran dasar. 5. Persetujuan laporan tahunan dan pengesahan laporan keuangan oleh RUPS tahunan berarti memberikan pelunasan dan pembebasan tanggung jawab sepenuhnya kepada anggota Direksi dan Dewan Komisaris atas pengurusan dan pengawasan yang telah dijalankan selama tahun buku yang lalu, sejauh tindakan tersebut tercermin dalam Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan.

6. RUPS luar biasa dapat diselenggarakan sewaktu-waktu berdasarkan kebutuhan untuk

membicarakan dan memutuskan mata acara rapat kecuali mata acara rapat yang dimaksud pada ayat 4 huruf a dan huruf b, dengan

memperhatikan peraturan perundang-undangan serta Anggaran Dasar.

7. a. 1 (satu) orang atau lebih pemegang saham yang bersama-sama mewakili 1/10 (satu per sepuluh) atau lebih dari jumlah seluruh saham dengan hak suara, kecuali anggaran dasar Perseroan menentukan suatu jumlah yang lebih kecil, dapat meminta agar

diselenggarakan RUPS.

b. Permintaan penyelenggaraan RUPS diajukan kepada Direksi dengan surat tercatat disertai alasannya.

c. Permintaan penyelenggaraan RUPS harus: - dilakukan dengan itikad baik;

- mempertimbangkan kepentingan Perseroan; - merupakan permintaan yang membutuhkan

keputusan RUPS;

- disertai dengan alasan dan bahan terkait hal yang harus diputuskan dalam RUPS; dan - tidak bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan dan anggaran dasar Perseroan.

d. Direksi wajib melakukan pengumuman RUPS kepada pemegang saham dalam jangka waktu paling lambat 15 (lima belas) hari terhitung sejak tanggal permintaan penyelenggaraan RUPS diterima Direksi. Dalam hal Direksi tidak melakukan pengumuman RUPS kepada pemegang saham, maka Direksi wajib mengumumkan: - terdapat permintaan penyelenggaraan

RUPS dari pemegang saham

sebagaimana dimaksud dalam huruf a; dan

(8)

- alasan tidak diselenggarakannya RUPS. e. Dalam hal Direksi tidak melakukan

pengumuman RUPS, pemegang saham dapat mengajukan kembali permintaan

penyelenggaraan RUPS kepada Dewan Komisaris.

f. Dewan Komisaris wajib melakukan pengumuman RUPS kepada pemegang saham dalam jangka waktu paling lambat 15 (lima belas) hari terhitung sejak tanggal permintaan penyelenggaraan RUPS diterima Dewan Komisaris. Dalam hal Dewan

Komisaris tidak melakukan pengumuman RUPS kepada pemegang saham, maka Dewan Komisaris wajib mengumumkan: - terdapat permintaan penyelenggaraan

RUPS dari pemegang saham

sebagaimana dimaksud dalam huruf a; dan

- alasan tidak diselenggarakannya RUPS. g. Dalam hal Dewan Komisaris tidak melakukan

pengumuman RUPS kepada pemegang saham sebagaimana dimaksud dalam huruf f, pemegang saham sebagaimana dimaksud dalam huruf a dapat mengajukan permintaan diselenggarakannya RUPS kepada ketua Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Perseroan untuk menetapkan pemberian izin

diselenggarakannya RUPS.

TEMPAT, PEMANGGILAN DAN PIMPINAN RUPS

PASAL 11

1. RUPS diadakan ditempat kedudukan Perseroan atau ditempat Perseroan melakukan kegiatan usahanya atau ditempat kedudukan Bursa Efek di Indonesia di mana saham Perseroan dicatatkan dengan tidak mengurangi ketentuan yang berlaku dalam Anggaran Dasar.

2. a. Pengumuman RUPS dilakukan paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum pemanggilan, dengan tidak

memperhitungkan tanggal pengumuman dan tanggal pemanggilan.

b. Pemanggilan RUPS dilakukan paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum RUPS, dengan tidak memperhitungkan tanggal pemanggilan dan tanggal RUPS. c. Pemanggilan untuk RUPS kedua

TEMPAT, PENGUMUMAN, PEMANGGILAN DAN PIMPINAN RUPS

Pasal 10

1. Tanpa mengurangi ketentuan-ketentuan lain dalam Anggaran Dasar Perseroan, RUPS wajib dilakukan di wilayah Negara Republik Indonesia dan dapat dilakukan di :

a. tempat kedudukan Perseroan; atau

b. tempat Perseroan melakukan kegiatan usaha utamanya; atau

c. ibukota provinsi dimana tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha utama Perseroan; atau

d. provinsi tempat kedudukan Bursa Efek dimana saham Perseroan dicatatkan.

2. Perseroan wajib terlebih dahulu menyampaikan pemberitahuan mata acara RUPS secara dan rinci kepada OJK paling lambat 5 (lima) hari kerja sebelum pengumuman RUPS dengan tidak memperhitungkan tanggal pengumuman RUPS.

(9)

dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum RUPS kedua dilakukan dengan tidak memperhitungkan tanggal

pemanggilan dan tanggal RUPS dan disertai informasi bahwa RUPS pertama telah diselenggarakan tetapi tidak mencapai kuorum.

d. Dalam panggilan RUPS wajib dicantumkan tanggal, waktu, tempat, mata acara, dan pemberitahuan bahwa bahan yang akan dibicarakan dalam RUPS tersedia di kantor Perseroan sesuai dengan UUPT kecuali diatur lain dalam peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal.

e. RUPS kedua diselenggarakan paling cepat 10 (sepuluh) hari dan paling lambat 21 (dua puluh satu) hari dari RUPS pertama.

3. Pemberitahuan dan pemanggilan RUPS untuktransaksi yang mempunyai benturan kepentingan harus dikirimkan dengan surat pos tercatat atau faksimili ke alamat pemegang saham disamping pemberitahuan dan pemanggilan yang diterbitkan melalui surat kabar, dengan ketentuan bahwa pemberitahuan dan panggilan yang diterbitkan melalui surat kabar harus disertai informasi yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang Pasar Modal mengenai transaksi yang mempunyai benturan kepentingan tersebut.

4. Usul dari pemegang saham harus dimasukkan sebagai acara RUPS apabila:

a. usul yang bersangkutan telah diajukan secara tertulis kepada Direksi oleh satu atau lebih pemegang saham yang mewakili sedikitnya 10% (sepuluh persen) dari keseluruhan jumlah saham denggan hak suara yang sah; b. usul yang bersangkutan telah

diterima oleh Direksi sedikitnya 7 (tujuh) hari sebelum tanggal pemanggilan untuk rapat yang bersangkutan dikeluarkan; c. menurut pendapat Direksi, usul itu

dianggap berhubungan langsung dengan usaha Perseroan. 5. Apabila dalam Anggaran Dasar tidak

ditentukan lain, maka RUPS dipimpin oleh anggota Dewan Komisaris yang

3. Dalam hal terdapat perubahan mata acara Rapat, Perseroan wajib menyampaikan perubahan mata acara RUPS kepada OJK paling lambat saat pemanggilan RUPS.

4. a. Perseroan wajib melakukan pengumuman RUPS kepada pemegang saham paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum pemanggilan RUPS, dengan tidak

memperhitungkan tanggal pengumuman dan tanggal pemanggilan.

b. Pengumuman RUPS sebagaimana dimaksud pada huruf a paling kurang memuat:

- ketentuan pemegang saham yang berhak hadir dalam RUPS;

- ketentuan pemegang saham yang berhak mengusulkan mata acara rapat;

- tanggal penyelenggaraan RUPS; dan - tanggal pemanggilan RUPS.

c. Dalam hal RUPS diselenggarakan atas permintaan pemegang saham, selain memuat hal yang disebut pada huruf b, pengumuman RUPS wajib memuat informasi bahwa Perseroan menyelenggarakan RUPS karena adanya permintaan dari pemegang saham. d. Pengumuman RUPS kepada pemegang

saham paling kurang melalui:

- 1 (satu) surat kabar harian berbahasa Indonesia yang berperedaran nasional; - situs web Bursa Efek; dan

- situs web Perseroan, dalam Bahasa Indonesia dan bahasa asing, dengan ketentuan bahasa asing yang digunakan paling kurang bahasa Inggris.

e. Pengumuman RUPS yang menggunakan bahasa asing sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf d Pasal ini wajib memuat informasi yang sama dengan informasi dalam pengumuman RUPS yang menggunakan Bahasa Indonesia.

f. Dalam hal terdapat perbedaan penafsiran informasi yang diumumkan dalam bahasa asing dengan yang diumumkan dengan Bahasa Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf e Pasal ini, informasi yang digunakan sebagai acuan adalah informasi dalam Bahasa Indonesia.

g. Bukti pengumuman RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf d Pasal ini wajib disampaikan kepada Otoritas Jasa

Keuangan paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah pengumuman RUPS.

h. Dalam hal RUPS diselenggarakan atas permintaan pemegang saham,

penyampaian bukti pengumuman RUPS juga disertai dengan salinan surat

(10)

ditunjuk oleh rapat Dewan Komisaris atau dalam hal ia tidak hadir atau berhalangan karena sebab apapun hal mana tidak perlu dibuktikan kepada pihak ketiga rapat dipimpin oleh salah seorang anggota Direksi yang berhak mewakili Direksi sesuai dengan ketentuan Pasal 14 ayat 7 Anggaran Dasar dan jika tidak ada seorangpun anggota Direksi yang hadir maka Rapat diketuai oleh seorang yang dipilih oleh dan dari antara mereka yang hadir dalam rapat.

6. Mereka yang hadir dalam rapat harus membuktikan wewenangnya untuk hadir dalam Rapat, yaitu sesuai dengan persyaratan yang ditentukan oleh Direksi atau Dewan Komisaris pada waktu pemanggilan Rapat, yang demikian dengan ketentuan untuk saham yang tercatat di Bursa Efek dengan mengindahkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang Pasar Modal di Indonesia.

permintaan penyelenggaraan RUPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat 7 huruf b.

5. Pemegang saham dapat mengusulkan mata acara RUPS apabila:

(a) telah diajukan secara tertulis kepada Direksi oleh 1 (satu) pemegang saham atau lebih yang mewakili 1/20 (satu per dua puluh) atau lebih dari jumlah seluruh saham dengan hak suara;

(b) telah diterima sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari sebelum pemanggilan untuk RUPS yang bersangkutan dikeluarkan.

6. Usulan mata acara rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (5), harus diajukan dengan itikad baik, mempertimbangkan kepentingan Perseroan, menyertakan alasan dan bahan usulan mata acara rapat dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

7. a. Perseroan wajib melakukan pemanggilan kepada pemegang saham paling lambat 21 (dua puluh satu) hari sebelum RUPS, dengan tidak memperhitungkan tanggal pemanggilan dan tanggal RUPS.

b. Pemanggilan RUPS paling kurang memuat informasi:

- tanggal penyelenggaraan RUPS; - waktu penyelenggaraan RUPS; - tempat penyelenggaraan RUPS;

- ketentuan pemegang saham yang berhak hadir dalam RUPS;

- mata acara rapat termasuk penjelasan atas setiap mata acara tersebut; dan

- informasi yang menyatakan bahan terkait mata acara rapat tersedia bagi pemegang saham sejak tanggal dilakukannya

pemanggilan RUPS sampai dengan RUPS diselenggarakan.

c. Pemanggilan RUPS kepada pemegang saham paling kurang melalui:

- 1 (satu) surat kabar harian berbahasa Indonesia yang berperedaran nasional; - situs web Bursa Efek; dan

- situs web Perseroan, dalam Bahasa Indonesia dan bahasa asing, dengan ketentuan bahasa asing yang digunakan paling kurang bahasa Inggris.

d. Pemanggilan RUPS yang menggunakan bahasa asing sebagaimana dimaksud pada ayat 7 huruf c Pasal ini wajib memuat

informasi yang sama dengan informasi dalam pemanggilan RUPS yang menggunakan bahasa Indonesia. Dalam hal terdapat

(11)

perbedaan penafsiran informasi pada pemanggilan dalam bahasa asing dengan informasi pada pemanggilan dalam bahasa Indonesia, informasi yang digunakan sebagai acuan adalah informasi dalam bahasa Indonesia.

e. Bukti pemanggilan RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat 7 huruf c Pasal ini wajib disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah pemanggilan RUPS.

f. Ketentuan pmanggilan RUPS dalam ayat 5 ini mutatis mutandis berlaku untuk pemanggilan penyelenggaraan RUPS oleh pemegang saham yang telah memperoleh penetapan pengadilan untuk menyelenggarakan RUPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat 7 huruf g.

8. Selain penyelenggaraan RUPS sebagaimana dimaksud dalam ketentuan ayat 1 Pasal ini, RUPS dapat juga dilakukan melalui media telekonferensi, video konferensi atau melalui sarana media elektronik lainnya yang memungkinkan semua peserta RUPS saling melihat dan mendengar secara langsung serta berpartisipasi dalam RUPS, dengan tetap memperhatikan peraturan perundangan yang berlaku, khususnya di bidang Pasar Modal. 9. Perseroan wajib menyediakan bahan mata

acara rapat bagi pemegang saham sejak tanggal dilakukannya pemanggilan RUPS sampai dengan penyelenggaraan RUPS. Bahan mata acara rapat dapat berupa:

a. salinan dokumen fisik yang diberikan secara cuma-cuma di kantor Perseroan jika diminta secara tertulis oleh pemegang saham; atau b. salinan dokumen elektronik yang dapat

diakses atau diunduh melalui situs web Perseroan.

10. Dalam hal mata acara rapat mengenai pengangkatan anggota Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris, daftar riwayat hidup calon anggota Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris yang akan diangkat wajib tersedia:

a. di situs web Perseroan paling kurang sejak saat pemanggilan sampai dengan

penyelenggaraan RUPS; atau

b. pada waktu lain selain waktu sebagaimana dimaksud pada ayat 10 huruf a Pasal ini namun paling lambat pada saat

penyelenggaraan RUPS, sepanjang diatur dalam peraturan perundang-undangan. 11. RUPS dipimpin oleh anggota Dewan Komisaris

yang ditunjuk oleh Dewan Komisaris. Dalam hal semua anggota Dewan Komisaris tidak hadir

(12)

atau berhalangan hadir, maka RUPS dipimpin oleh salah seorang anggota Direksi yang ditunjuk oleh Direksi.

Dalam hal semua anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi tidak hadir atau berhalangan hadir, maka RUPS dipimpin oleh pemegang saham yang hadir dalam RUPS yang ditunjuk dari dan oleh peserta RUPS.

Dalam hal anggota Dewan Komisaris yang ditunjuk oleh Dewan Komisaris untuk memimpin RUPS mempunyai benturan kepentingan dengan mata acara yang akan diputuskan dalam RUPS, maka RUPS dipimpin oleh anggota Dewan komisaris lainnya yang tidak mempunyai

benturan kepentingan yang ditunjuk oleh Dewan Komisaris.

Dalam hal semua anggota Dewan Komisaris mempunyai benturan kepentingan, maka RUPS dipimpin oleh salah satu anggota Direksi yang ditunjuk oleh Direksi.

Dalam hal salah satu anggota Direksi yang ditunjuk oleh Direksi untuk memimpin RUPS mempunyai benturan kepentingan atas mata acara yang akan diputuskan dalam RUPS, maka RUPS dipimpin oleh anggota Direksi yang tidak mempunyai benturan kepentingan.

Dalam hal semua anggota Direksi mempunyai benturan kepentingan, maka RUPS dipimpin oleh salah seorang pemegang saham bukan

pengendali yang dipilih oleh mayoritas pemegang saham lainnya yang hadir dalam RUPS.

12. Pada saat pembukaan RUPS, pimpinan RUPS wajib memberikan penjelasan kepada pemegang saham paling kurang mengenai:

a. kondisi umum Perseroan secara singkat; b. mata acara rapat;

c. mekanisme pengambilan keputusan terkait mata acara rapat; dan

d. tata cara penggunaan hak pemegang saham untuk mengajukan pertanyaan dan/atau pendapat.

KUORUM, HAK SUARA, DAN KEPUTUSAN RUPS

PASAL 12

1. Apabila anggaran dasar ini tidak menentukan lain, RUPS dapat dilangsungkan apabila kuorum kehadiran sebagaimana disyaratkan dalam Pasal 86, Pasal 88 dan Pasal 89 UUPT dan atau perundang-undangan lain yang terkait telah dipenuhi.

2. Pemegang saham dapat diwakili oleh pemegang saham lain atau orang lain dengan surat kuasa.

TATA TERTIB, KUORUM, HAK SUARA, DAN KEPUTUSAN RUPS

Pasal 11

1. Pada saat pelaksanaan RUPS, tata tertib RUPS harus diberikan kepada pemegang saham yang hadir. Pokok-pokok tata tertib tersebut harus dibacakan sebelum RUPS dimulai.

2. a. RUPS, termasuk pengambilan keputusan mengenai pengeluaran Efek Bersifat Ekuitas, dapat dilangsungkan apabila dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili lebih dari 1/2 (satu per dua) bagian dari jumlah seluruh

(13)

-Surat kuasa harus dibuat dan ditandatangani dalam bentuk sebagaimana ditentukan oleh Direksi Perseroan, dengan tidak mengurangi ketentuan Undang-undang dan peraturan perundangan yang berlaku tentang bukti perdata dan harus diajukan kepada Direksi sekurangnya 3 (tiga) hari kerja sebelum tanggal RUPS yang bersangkutan.

3. Ketua rapat berhak meminta agar surat kuasa untuk mewakili pemegang saham diperlihatkan kepadanya -pada waktu rapat diadakan.

4. Surat kuasa harus dibuat dan ditandatangani dalam bentuk sebagaimana ditentukan oleh Direksi dengan tidak mengurangi ketentuan undang-undang yang -berlaku tentang bukti perdata dan harus diajukan kepada Direksi paling sedikit 3 (tiga) hari kerja sebelum RUPS yang bersangkutan.

5. Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan surat tertutup yang tidak ditandatangani dan mengenai hal lain secara lisan, kecuali apabila ketua rapat menentukan lain tanpa ada keberatan dari 1 (satu) atau lebih pemegang saham yang hadir dalam RUPS yang bersama-sama mewakili sedikitnya 10% (sepuluh persen) dari jumlah seluruh saham yang

dikeluarkan dalam rapat.

6. Suara blanko atau suara yang tidak sah dianggap tidak ada dan tidak dihitung dalam menentukan jumlah suara yang dikeluarkan dalam RUPS. 7. RUPS dapat mengambil keputusan

sesuai dengan Pasal 87, Pasal 88 dan Pasal 89 UUPT dan peraturan perundang-undangan yang terkait.

8. RUPS untuk menyetujui transaksi yang mempunyai benturan kepentingan, dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. pemegang saham yang mempunyai benturan kepentingan dianggap telah

saham dengan hak suara hadir atau diwakili, kecuali Undang-undang dan/atau Anggaran Dasar ini menentukan kuorum yang lebih besar. b. Dalam hal kuorum sebagaimana dimaksud

dalam ayat 2 huruf a tidak tercapai, diadakan pemanggilan rapat kedua dengan ketentuan sebagai berikut:

- dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum RUPS dilangsungkan. - dengan menyebutkan RUPS pertama telah

dilangsungkan dan tidak mencapai kuorum kehadiran.

- RUPS kedua dilangsungkan dalam jangka waktu paling cepat 10 (sepuluh) hari dan paling lambat 21 (dua puluh satu) hari setelah RUPS pertama dilangsungkan.

c. RUPS kedua adalah sah dan berhak

mengambil keputusan jika dalam RUPS paling sedikit 1/3 (satu per tiga) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili, kecuali Anggaran Dasar ini

menentukan kuorum yang lebih besar. d. Dalam hal kuorum kehadiran pada RUPS

kedua tidak tercapai, RUPS ketiga dapat diadakan dengan ketentuan RUPS ketiga sah dan berhak mengambil keputusan jika dihadiri oleh pemegang saham dari saham dengan hak suara yang sah dalam kuorum kehadiran dan kuorum keputusan yang ditetapkan oleh OJK atas permohonan Perseroan.

3. Pemegang saham dapat diwakili oleh

pemegang saham lain atau orang lain dengan surat kuasa. Namun pemegang saham tidak berhak memberikan kuasa kepada lebih dari seorang kuasa untuk sebagian dari jumlah saham yang dimilikinya dengan suara yang berbeda, kecuali bagi:

a. Bank Kustodian atau Perusahaan Efek sebagai Kustodian yang mewakili nasabah-nasabahnya pemilik saham Perusahaan Terbuka.

b. Manajer Investasi yang mewakili kepentingan Reksa Dana yang dikelolanya.

4. Ketua rapat berhak meminta agar surat kuasa untuk mewakili pemegang saham diperlihatkan kepadanya pada waktu rapat diadakan. 5. Dalam rapat, setiap saham memberikan hak

kepada pemiliknya untuk mengeluarkan 1 (satu) suara.

6. Ketua Rapat berhak meminta agar surat kuasa untuk mewakili pemegang saham diperlihatkan

(14)

memberikan keputusan yang sama dengan keputusan yang disetujui oleh pemegang saham independen yang tidak mempunyai benturan

kepentingan;

b. RUPS dihadiri oleh pemegang saham independen yang mewakili lebih dari 1/2 (satu perdua) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah yang dimiliki oleh pemegang saham independen dan keputusan adalah sah jika disetujui oleh pemegang saham independen yang mewakili lebih dari 1/2 (satu perdua)bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah yang dimiliki oleh pemegang saham independen;

c. dalam hal kuorum

sebagaimana dimaksud dalam huruf b ayat ini tidak tercapai, maka dalam RUPS kedua dapat diselenggarakan jika dihadiri oleh Pemegang saham independen yang memiliki, keputusan sah apabila dihadiri oleh pemegang saham independen yang mewakili lebih dari 1/2 (satu perdua) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah yang dimiliki oleh

pemegang saham

independen, dan keputusan dan disetujui oleh pemegang saham independen yang memiliki lebih dari 1/2 (satu perdua) bagian dari jumlah seluruh saham yang dimiliki oleh pemegang saham independen yang hadir dalam RUPS;

d. dan dalam hal kuorum kehadiran sebagaimana dimaksud dalam huruf c ayat ini tidak tercapai, maka atas permohonan Perseroan, kuorum kehadiran, jumlah suara untuk mengambil keputusan pemanggilan, dan waktu penyelenggaraan RUPS ketiga ditetapkan oleh Ketua

kepadanya pada waktu rapat diadakan. 7. Dalam rapat, setiap saham memberikan hak

kepada pemiliknya untuk mengeluarkan 1 (satu) suara.

8. Anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris dan karyawan Perseroan boleh bertindak selaku kuasa dalam rapat, tetapi suara yang mereka keluarkan selaku kuasa dalam rapat tidak dihitung dalam pemungutan suara.

9. Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan surat tertutup yang tidak ditandatangani dan mengenai hal lain dilakukan pemungutan dengan lisan, kecuali jika ketua rapat menentukan lain tanpa ada keberatan dari pemegang saham yang hadir dalam RUPS tersebut.

10. Semua keputusan RUPS diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat. Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, keputusan diambil melalui pemungutan suara. Keputusan adalah sah jika disetujui oleh lebih dari 1/2 (satu perdua) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang hadir dalam RUPS, kecuali Undang-undang dan/atau Anggaran Dasar ini menentukan bahwa keputusan adalah sah jika disetujui oleh jumlah suara setuju yang lebih besar.

11. Kuorum kehadiran dan kuorum keputusan RUPS untuk mata acara transaksi yang mempunyai benturan kepentingan, dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. RUPS dapat dilangsungkan jika RUPS dihadiri oleh Pemegang Saham Independen yang mewakili lebih dari 1/2 (satu per dua) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah yang dimiliki oleh Pemegang Saham Independen.

b. Keputusan RUPS sebagaimana dimaksud pada huruf a adalah sah jika disetujui oleh Pemegang Saham Independen yang mewakili lebih dari 1/2 (satu per dua) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah yang dimiliki oleh Pemegang Saham Independen.

c. Dalam hal kuorum sebagaimana dimaksud pada huruf a tidak tercapai, RUPS kedua dapat diadakan dengan ketentuan RUPS kedua sah dan berhak

(15)

Badan Pengawas dan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (untuk selanjutnya cukup disebut “Bapepam dan LK”). 9. Setiap hal yang diajukan oleh para

pemegang saham selama pembicaraan atau pemungutan suara dalam RUPS harus memenuhi semua syarat sebagai berikut:

a. m enurut pendapat ketua rapat hal tersebut berhubungan langsung dengan salah satu acara rapat yang bersangkutan. b. hal-hal tersebut diajukan

oleh para pem egang saham yang m ewakili sedikitnya 10% (sepuluh persen) dari jum lah

seluruh saham dengan hak suara yang sah yang telah dikeluarkan oleh

Perseroan.

c. Menurut pendapat Direksi usul itu dianggap berhubungan langsung dengan usaha Perseroan.

10. Dari segala sesuatu yang dibicarakan dan diputuskan dalam RUPS dibuat berita acara rapat oleh Notaris. -Berita acara rapat tersebut menjadi bukti yang sah terhadap semua pemegang saham dan pihak ketiga tentang keputusan dan segala sesuatu yang terjadi dalam rapat.

mengambil keputusan jika dalam RUPS dihadiri oleh Pemegang Saham

Independen yang mewakili lebih dari 1/2 (satu per dua) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah yang dimiliki oleh Pemegang Saham

Independen.

d. Keputusan RUPS kedua adalah sah jika disetujui oleh lebih dari 1/2 (satu per dua) bagian dari jumlah saham yang dimiliki oleh Pemegang Saham Independen yang hadir dalam RUPS.

e. Dalam hal kuorum kehadiran pada RUPS kedua sebagaimana dimaksud pada huruf c tidak tercapai, RUPS ketiga dapat diadakan dengan ketentuan RUPS ketiga sah dan berhak mengambil keputusan jika dihadiri oleh Pemegang Saham Independen dari saham dengan hak suara yang sah, dalam kuorum kehadiran yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan atas permohonan Perseroan. f. Keputusan RUPS ketiga adalah sah jika

disetujui oleh Pemegang Saham

Independen yang mewakili lebih dari 50% (lima puluh persen) saham yang dimiliki oleh Pemegang Saham Independen yang hadir.

g. Pemegang saham yang mempunyai benturan kepentingan dianggap telah memberikan keputusan yang sama dengan keputusan yang disetujui oleh Pemegang Saham Independen yang tidak mempunyai benturan kepentingan. 12. Pemegang saham dari saham dengan hak suara

yang sah yang hadir dalam RUPS namun abstain (tidak memberikan suara) dianggap

mengeluarkan suara yang sama dengan suara mayoritas pemegang saham yang mengeluarkan suara.

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR Pasal 12

1. Perubahan Anggaran Dasar ditetapkan oleh RUPS, yang dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili paling sedikit 2/3 (dua per tiga) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah. Keputusan RUPS adalah sah jika disetujui oleh lebih dari 2/3 (dua per tiga) bagian dari seluruh saham dengan hak suara yang hadir dalam RUPS. Dalam hal Perubahan Anggaran Dasar tersebut harus dibuat dengan akta notaris dan dalam bahasa Indonesia.

(16)

2. Perubahan ketentuan Anggaran Dasar yang menyangkut perubahan nama dan/atau tempat kedudukan Perseroan, maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan, jangka waktu berdirinya Perseroan, besarnya modal dasar, pengurangan modal yang ditempatkan dan disetor, dan perubahan status Perseroan tertutup menjadi Perseroan terbuka atau sebaliknya, wajib mendapat persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

3. Perubahan Anggaran Dasar selain yang menyangkut hal yang tersebut dalam ayat 2 Pasal ini cukup diberitahukan kepada Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak keputusan RUPS tentang perubahan tersebut.

4. Dalam hal kuorum sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 tidak tercapai, RUPS kedua dapat diadakan dengan ketentuan RUPS kedua sah dan berhak mengambil keputusan jika dalam RUPS dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili paling sedikit 3/5 (tiga per lima) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah. Keputusan RUPS kedua adalah sah jika disetujui oleh lebih dari 1/2 (satu per dua) bagian dari seluruh saham dengan hak suara yang hadir dalam RUPS. 5. Dalam hal kuorum kehadiran pada RUPS

kedua sebagaimana dimaksud dalam ayat 4 Pasal ini tidak tercapai, RUPS ketiga dapat diadakan dengan ketentuan RUPS ketiga sah dan berhak mengambil keputusan jika dihadiri oleh pemegang saham dari saham dengan hak suara yang sah dalam kuorum kehadiran dan kuorum keputusan yang ditetapkan oleh OJK atas permohonan Perseroan.

6. Keputusan mengenai pengurangan modal harus diberitahukan secara tertulis kepada semua kreditur Perseroan dan diumumkan oleh Direksi dalam 1 (satu) atau lebih surat kabar harian yang beredar secara nasional dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari sejak tanggal keputusan tentang pengurangan modal tersebut.

(17)

PENGGABUNGAN, PELEBURAN, PENGAMBILALIHAN,

DAN PEMISAHAN Pasal 13

1. Kuorum kehadiran dan kuorum keputusan RUPS untuk mata acara penggabungan, peleburan, pengambilalihan, pemisahan, pengajuan permohonan agar Perseroan dinyatakan pailit, perpanjangan jangka waktu berdirinya Perseroan, dan pembubaran Perseroan, dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. RUPS dapat dilangsungkan jika RUPS dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili paling sedikit 3/4 (tiga per empat) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah.

b. Keputusan RUPS sebagaimana dimaksud pada huruf a adalah sah jika disetujui oleh lebih dari 3/4 (tiga per empat) bagian dari seluruh saham dengan hak suara yang hadir dalam RUPS.

c. Dalam hal kuorum sebagaimana dimaksud pada huruf a tidak tercapai, RUPS kedua dapat diadakan dengan ketentuan RUPS kedua sah dan berhak mengambil keputusan jika RUPS dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili paling sedikit 2/3 (dua per tiga) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah.

d. Keputusan RUPS kedua adalah sah jika disetujui oleh lebih dari 3/4 (tiga per empat) bagian dari seluruh saham dengan hak suara yang hadir dalam RUPS.

e. Dalam hal kuorum kehadiran pada RUPS kedua sebagaimana dimaksud huruf c tidak tercapai, RUPS ketiga dapat diadakan dengan ketentuan RUPS ketiga sah dan berhak mengambil keputusan jika dihadiri oleh pemegang saham dari saham dengan hak suara yang sah dalam kuorum kehadiran dan kuorum keputusan yang ditetapkan oleh OJK atas permohonan Perseroan.

2. Direksi wajib mengumumkan dalam 2 (dua) surat kabar harian yang terbit atau beredar di tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha Perseroan mengenai rancangan penggabungan, peleburan, pengambilalihan atau pemisahan Perseroan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sebelum pemanggilan RUPS.

(18)

D I R E K S I Pasal 13

1. Perseroan diurus dan dipimpin oleh suatu Direksi yang terdiri dari

sedikitnya 3 (tiga) orang Direksi seorang diantaranya diangkat sebagai Presiden Direktur.

2. Anggota Direksi diangkat dari warga negara Indonesia dan atau warga negara asing yang memenuhi persyaratan sesuai peraturan

perundangan-undangan yang berlaku. 3. Para anggota Direksi diangkat oleh

RUPS, masing- masing untuk jangka waktu sampai dengan ditutupnya RUPS Tahunan yang ketiga sejak pengangkatan anggota Direksi yang dimaksud, dengan tidak mengurangi hak RUPS untuk memberhentikan anggota Direksi tersebut sewaktu-waktu sesuai ketentuan Pasal 105 UUPT.

-Anggota Direksi yang masa jabatannya telah berakhir dapat diangkat kembali.

4. Anggota Direksi dapat diberhentikan untuk sementara oleh Dewan Komisaris sesuai dengan ketentuan Pasal 106 UUPT.

5. Para anggota Direksi dapat diberi gaji tiap-tiap bulan dan tunjangan lainnya sesuai dengan ketentuan Pasal 96 UUPT.

6. -Apabila oleh suatu sebab jabatan anggota Direksi lowong, maka dalam jangka waktu 30 (tigapuluh) hari sejak terjadi lowongan, harus diumumkan pemberitahuan tentang akan diselenggarakannya RUPS untuk mengisi lowongan itu.

-Masa jabatan seorang yang diangkat untuk mengisi lowongan tersebut adalah sisa masa jabatan dari anggota Direksi yang jabatannya telah menjadi lowong tersebut.

7. Apabila oleh suatu apapun semua jabatan anggota Direksi lowong maka dalam jangka waktu 30 (tigapuluh) hari sejak terjadinya lowongan tersebut

D I R E K S I Pasal 14

1. Direksi Perseroan paling kurang terdiri dari 3 (tiga) orang anggota Direksi. 1 (satu) di antara anggota Direksi diangkat menjadi Presiden Direktur. 2. Anggota Direksi diangkat oleh RUPS,

masing-masing untuk masa jabatan 5 (lima) tahun atau jangka waktu terhitung sejak pengangkatannya sampai penutupan RUPS Tahunan pada akhir 1 (satu) periode masa jabatannya, dengan tidak mengurangi hak RUPS untuk

memberhentikannya sewaktu-waktu.

3. Usulan pengangkatan, pemberhentian dan/atau penggantian anggota Direksi kepada RUPS harus memperhatikan rekomendasi dari Dewan

Komisaris atau komite yang menjalankan fungsi nominasi.

4. Yang dapat diangkat sebagai anggota Direksi adalah Warga Negara Indonesia dan/atau Warga Negara Asing yang telah memenuhi syarat untuk diangkat sebagai Direksi Perseroan berdasarkan ketentuan Peraturan OJK dan peraturan

perundang-undangan lainnya.

5. Anggota Direksi yang masa jabatannya telah berakhir dapat diangkat kembali.

6. Seseorang yang diangkat untuk menggantikan anggota Direksi yang berhenti atau dihentikan dari jabatannya atau untuk mengisi lowongan harus diangkat untuk jangka waktu yang

merupakan sisa jabatan anggota Direksi lain yang menjabat.

7. Jika oleh suatu sebab apapun jabatan seorang atau lebih atau semua anggota Direksi lowong, maka dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari sejak terjadi lowongan harus diselenggarakan RUPS untuk mengisi lowongan itu dengan memperhatikan ketentuan perundang-undangan dan Anggaran Dasar.

8. Jika oleh sebab apapun semua jabatan anggota Direksi lowong, untuk sementara Perseroan diurus oleh anggota Dewan Komisaris yang ditunjuk oleh rapat Dewan Komisaris.

9. Anggota direksi berhak mengundurkan diri dari jabatannya dan wajib secara tertulis

menyampaikan permohonan pengunduran diri kepada Perseroan paling kurang 90 (sembilan puluh) hari sebelum tanggal pengunduran dirinya.

(19)

harus diumumkan pemberitahuan tentang akan diadakannya RUPS untuk mengangkat Direksi baru, dan untuk sementara Perseroan diurus oleh Dewan Komisaris.

8. Seorang anggota Direksi dapat mengundurkan diri dari jabatannya dengan menyampaikan

pemberitahuan secara tertulis

mengenai maksudnya tersebut kepada Perseroan dengan memperhatikan ketentuan dalam ayat ini serta peraturan perundang-undangan. -Perseroan wajib menyelenggarakan RUPS untuk memutuskan permohonan pengunduran diri anggota Direksi dalam jangka waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari setelah diterimanya surat pengunduran diri anggota Direksi yang bersangkutan.

-Dalam hal Perseroan tidak menyelenggarakan RUPS dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud di atas, maka dengan lampaunya kurun waktu tersebut pengunduran diri anggota Direksi menjadi sah tanpa memerlukan persetujuan RUPS. -Kepada anggota Direksi yang mengundurkan diri sebagaimana tersebut di atas, tetap dapat dimintakan pertanggung jawaban sebagai anggota Direksi hingga saat pengunduran dirinya dalam RUPS berikutnya. 9. Dalam hal terdapat anggota Direksi

yang diberhentikan sementara oleh Dewan Komisaris, maka perseroan wajib menyelenggarakan RUPS dalam jangka waktu paling lambat 45 (empat puluh lima) hari setelah tanggal pemberhentian sementara. Dalam hal RUPS sebagaimana dimaksud tidak dapat mengambil keputusan atau setelah lewatnya jangka waktu dimaksud RUPS tidak

diselenggarakan, maka pemberhentian sementara anggota Direksi menjadi batal.

10. Jabatan anggota Direksi berakhir apabila: a. dinyatakan pailit atau ditaruh di bawah pengampuan berdasarkan suatu

keputusan pengadilan, atau b. mengundurkan diri sesuai dengan

ketentuan ayat 8;

10. Perseroan wajib menyelenggarakan RUPS untuk memutuskan permohonan pengunduran diri anggota Direksi dalam jangka waktu paling lambat 90 (sembilan puluh) hari setelah

diterimanya surat permohonan pengunduran diri. 11. Dalam hal anggota Direksi mengundurkan diri

sehingga mengakibatkan jumlah anggota Direksi menjadi kurang dari 2 (dua) orang, maka

pengunduran diri tersebut sah apabila telah ditetapkan oleh RUPS dan telah diangkat anggota Direksi yang baru sehingga memenuhi persyaratan minimal jumlah anggota Direksi. 12. Perseroan wajib melakukan keterbukaan

informasi kepada masyarakat dan menyampaikan kepada OJK paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya permohonan pengunduran diri Direksi dan hasil penyelenggaraan RUPS terkait dengan pengunduran diri Direksi. 13. Dalam hal terdapat anggota Direksi yang

diberhentikan sementara oleh Dewan Komisaris, maka Perseroan wajib menyelenggarakan RUPS dalam jangka waktu paling lambat 90 (sembilan puluh) hari setelah tanggal pemberhentian sementara.

14. Perseroan wajib melakukan keterbukaan informasi kepada masyarakat paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah terjadinya peristiwa tersebut dan menyampaikan kepada OJK mengenai keputusan pemberhentian sementara dan hasil penyelenggaraan RUPS atau informasi mengenai batalnya pemberhentian sementara oleh Dewan Komsiaris karena tidak

terselenggaranya RUPS sampai dengan lampaunya jangka waktu.

15. Dalam hal RUPS sebagaimana dimaksud dalam ayat 13 Pasal ini tidak dapat mengambil

keputusan atau setelah lewatnya jangka waktu dimaksud RUPS tidak diselenggarakan, maka pemberhentian sementara anggota Direksi menjadi batal.

16. Gaji, uang jasa dan tunjangan lainnya (jika ada) dari para anggota Direksi dari waktu ke waktu harus ditentukan oleh RUPS dan wewenang tersebut oleh RUPS dapat dilimpahkan kepada Dewan Komisaris.

17. Jabatan anggota Direksi berakhir, jika: a. Mengundurkan diri sesuai ketentuan ayat 9

dan 10 Pasal ini;

b. Tidak lagi memenuhi persyaratan Peraturan OJK dan peraturan perundang-undangan lainnya;

(20)

c. tidak lagi memenuhi persyaratan perundang- undangan yang berlaku; d. meninggal dunia;

e. diberhentikan berdasarkan keputusan RUPS.

d. Diberhentikan berdasarkan keputusan RUPS.

TUGAS DAN WEWENANG DIREKSI Pasal 14

1. Direksi bertanggung jawab penuh dalam melaksana-kan tugasnya sesuai ketentuan Pasal 92 UUPT.

2. Didalam menjalankan pengurusan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 Direksi wajib melaksanakan tugasnya dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab sesuai ketentuan Pasal 97 UUPT dan dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan lainnya.

3. Direksi berhak mewakili Perseroan didalam diluar Pengadilan tentang segala hal dan dalam segala kejadian, mengikat Perseroan dengan pihak lain dan pihak lain dengan Perseroan, serta menjalankan segala tindakan, baik yang mengenai

kepengurusan maupun kepemilikan, akan tetapi dengan pembatasan bahwa untuk: a. mendapatkan barang-barang tidak

bergerak dengan harga pasar diatas Rp.20.000.000.000,- (dua puluh milyar Rupiah) atau yang setara dengan itu dalam mata uang lainnya;

b. melepaskan barang-barang tidak bergerak yang dimiliki oleh Perseroan yang jumlahnya di atas

Rp.10.000.000.000,- (sepuluh milyar Rupiah) baik nilai pasar maupun nilai buku atau yang setara dengan itu dalam mata uang lainnya;

c. meminjam uang atas nama Perseroan; d. menggadaikan atau

mempertanggungkan harta Perseroan dengan memperhatikan ketentuan ayat 4 Pasal ini;

e. mengikat Perseroan sebagai penjamin(borg/ avalist);

f. mendirikan anak-anak perusahaan; g. mengambil bahagian atau ikut serta

dalam Perseroan atau badan hukum lain ataumenyelenggarakan

perusahaan baru;

h. membuat perjanjian atas nama

TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG DIREKSI

Pasal 15

1. Direksi bertugas menjalankan dan bertanggung jawab atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar.

Dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab atas pengurusan, Direksi wajib

menyelenggarakan RUPS tahunan dan RUPS lainnya sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan dan Anggaran Dasar. Setiap anggota Direksi wajib melaksanakan tugas

dan tanggung jawab dengan itikad baik, penuh tanggung jawab, dan kehati-hatian.

2. Direksi berhak mewakili Perseroan didalam diluar Pengadilan tentang segala hal dan dalam segala kejadian, mengikat Perseroan dengan pihak lain dan pihak lain dengan Perseroan, serta

menjalankan segala tindakan, baik yang mengenai kepengurusan maupun kepemilikan, akan tetapi dengan pembatasan bahwa untuk: a. mendapatkan barang-barang tidak bergerak

dengan harga pasar diatas

Rp.20.000.000.000,- (dua puluh milyar Rupiah) atau yang setara dengan itu dalam mata uang lainnya;

b. melepaskan barang-barang tidak bergerak yang dimiliki oleh Perseroan yang jumlahnya di atas Rp.10.000.000.000,- (sepuluh milyar Rupiah) baik nilai pasar maupun nilai buku atau yang setara dengan itu dalam mata uang lainnya;

c. meminjam uang atas nama Perseroan; d. menggadaikan atau mempertanggungkan

harta Perseroan dengan memperhatikan ketentuan ayat 4 Pasal ini;

e. mengikat Perseroan sebagai penjamin(borg/ avalist);

f. mendirikan anak-anak perusahaan; g. mengambil bahagian atau ikut serta dalam

Perseroan atau badan hukum lain

ataumenyelenggarakan perusahaan baru; h. membuat perjanjian atas nama Perseroan

yang berjangka waktu lebih dari 1(satu) tahun serta bernilai melebihi 5% (lima persen) dari

(21)

Perseroan yang berjangka waktu lebih dari 1(satu) tahun serta bernilai melebihi 5% (lima persen) dari total nilai Pendapatan Perseroan. -Direksi harus mendapat persetujuan dari Dewan Komisaris.

4. Direksi wajib meminta persetujuan RUPS untuk mengalihkan kekayaan Perseroan atau menjadikan jaminan utang kekayaan Perseroan yang merupakan lebih dari 50% (limapuluh persen) jumlah kekayaan bersih

Perseroan dalam 1 (satu) transaksi atau lebih, baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak, sesuai dengan ketentuan pasal 102 UUPT.

5. Untuk menjalankan perbuatan hukum berupa transaksi yang memuat benturan kepentingan antara

kepentingan ekonomis pribadi anggota Direksi, Dewan Komisaris atau

pemegang saham utama dengan kepentingan ekonomis Perseroan, Direksi memerlukan persetujuan RUPS berdasarkan suara setuju terbanyak dari pemegang saham yang tidak mempunyai benturan kepentingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat 8.

6. Dalam hal Perseroan mempunyai kepentingan yang bertentangan dengan kepentingan seorang anggota Direksi, maka Perseroan akan diwakili oleh anggota Direksi lainnya dan dalam hal Perseroan mempunyai kepentingan yang bertentangan dengan

kepentingan seluruh anggota Direksi, maka dalam -hal ini Perseroan diwakili oleh Dewan Komisaris, satu dan lain dengan tidak mengurangi ketentuan dalam ayat 5 Pasal ini.

7. a. Presiden Direktur berhak dan

berwenang bertindak untuk dan

atas nama Direksi serta mewakili

Perseroan.

b. Dalam hal Presiden Direktur tidak

hadir atau berhalangan karena

sebab apapun juga, hal mana tidak

perlu dibuktikan kepada pihak

ketiga, maka Direksi akan diwakili

oleh salah seorang Direktur yang

total nilai Pendapatan Perseroan.

-Direksi harus mendapat persetujuan dari Dewan Komisaris.

3. Perbuatan hukum untuk mengalihkan kekayaan Perseroan yang merupakan lebih dari 50% (lima puluh persen) jumlah kekayaan bersih Perseroan dalam satu transaksi atau lebih, baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak,

menjadikan jaminan utang kekayaan Perseroan yang merupakan lebih dari 50% (lima puluh persen) jumlah kekayaan bersih Perseroan dalam 1 (satu) trasaksi atau lebih, baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak, dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. RUPS dapat dilangsungkan jika RUPS dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili paling sedikit 3/4 (tiga per empat) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah. b. Keputusan RUPS sebagaimana dimaksud

pada ayat 3 huruf a Pasal ini adalah sah jika disetujui oleh lebih dari 3/4 (tiga per empat) bagian dari seluruh saham dengan hak suara yang hadir dalam RUPS.

c. Dalam hal kuorum sebagaimana dimaksud pada ayat 3 huruf a Pasal ini tidak tercapai, RUPS kedua dapat diadakan dengan ketentuan RUPS kedua sah dan berhak mengambil keputusan jika RUPS dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili paling sedikit 2/3 (dua per tiga) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah. d. Keputusan RUPS kedua adalah sah jika

disetujui oleh lebih dari 3/4 (tiga per empat) bagian dari seluruh saham dengan hak suara yang hadir dalam RUPS.

e. Dalam hal kuorum kehadiran pada RUPS kedua sebagaimana dimaksud ayat 3 huruf c Pasal ini tidak tercapai, RUPS ketiga dapat diadakan dengan ketentuan RUPS ketiga sah dan berhak mengambil keputusan jika dihadiri oleh pemegang saham dari saham dengan hak suara yang sah dalam kuorum kehadiran dan kuorum keputusan yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan atas permohonan Perseroan.

4. a. Presiden Direktur berhak dan berwenang

bertindak untuk dan atas nama Direksi

serta mewakili Perseroan.

b. Dalam hal Presiden Direktur tidak hadir

atau berhalangan karena sebab apapun

(22)

ditunjuk secara tertulis oleh

Presiden Direktur dan di dalam hal

Presiden Direktur tidak melakukan

penunjukan tersebut, maka Direksi

akan diwakili oleh 2 (dua) orang

Direktur, yang berwenang bertindak

untuk dan atas nama Direksi serta

mewakili Perseroan.

8. Tanpa mengurangi tanggung jawabnya Direksi untuk perbuatan tertentu berhak pula mengangkat seorang atau lebih sebagai wakil atau kuasanya dengan syarat yang ditentukan oleh Direksi dalam suatu surat kuasa khusus, wewenang yang demikian harus dilaksanakan sesuai dengan Anggaran Dasar.

9. Segala tindakan dari para anggota Direksi yang bertentangan dengan Anggaran Dasar adalah tidak sah. 10. Pembagian tugas dan wewenang setiap

anggota -Direksi ditetapkan oleh RUPS, dalam hal RUPS tidak menetapkan, maka ditetapkan berdasarkan keputusan Direksi, sesuai ketentuan Pasal 92 ayat (6) UUPT.

juga, hal mana tidak perlu dibuktikan

kepada pihak ketiga, maka Direksi akan

diwakili oleh salah seorang Direktur yang

ditunjuk secara tertulis oleh Presiden

Direktur dan di dalam hal Presiden

Direktur tidak melakukan penunjukan

tersebut, maka Direksi akan diwakili oleh

2 (dua) orang Direktur, yang berwenang

bertindak untuk dan atas nama Direksi

serta mewakili Perseroan.

5. Pembagian tugas dan wewenang setiap anggota Direksi ditetapkan oleh RUPS. Dalam hal RUPS tidak menetapkan, pembagian tugas dan wewenang anggota Direksi ditetapkan berdasarkan keputusan Direksi.

6. Tanpa mengurangi tanggung jawab Direksi, Direksi dapat memberi kuasa tertulis kepada seorang atau lebih kuasa untuk dan atas nama Perseroan melakukan perbuatan hukum tertentu sebagaimana yang diuraikan dalam surat kuasa.

7. Dalam hal anggota Direksi mempunyai benturan kepentingan dengan Perseroan, maka yang berhak mewakili Perseroan adalah: a. Anggota Direksi lainnya yang tidak

mempunyai benturan kepentingan dengan Perseroan;

b. Dewan Komisaris, dalam hal seluruh anggota Direksi mempunyai benturan kepentingan dengan Perseroan; atau c. Pihak lain yang ditunjuk oleh RUPS,

dalam hal seluruh anggota Direksi atau Dewan Komisaris mempunyai benturan kepentingan dengan Perseroan. RAPAT DIREKSI

Pasal 15

1. Rapat Direksi dapat diadakan setiap waktu bilamana dipandang perlu atas permintaan Presiden Direktur atau oleh seorang atau lebih anggota Direksi lainnya atau permintaan dari Rapat Dewan Komisaris atau atas permintaan tertulis 1 (satu) pemegang saham atau lebih yang memiliki sedikitnya 1/10 (satu per sepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah.

2. Panggilan Rapat Direksi dilakukan oleh anggota Direksi yang berhak mewakili Direksi menurut ketentuan Pasal 14

RAPAT DIREKSI Pasal 16

1. Penyelenggaraan Rapat Direksi wajib diadakan dalam paling kurang 1 (satu) kali dalam setiap bulan.

2. Direksi wajib mengadakan Rapat Direksi bersama Dewan Komisaris secara berkala paling kurang 1 (satu) kali dalam 4 (empat) bulan.

3. Direksi harus menjadwalkan rapat,

sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 Pasal ini, untuk tahun berikutnya sebelum berakhirnya tahun buku dan menyampaikan bahan rapat kepada peserta paling lambat 5 (lima) hari sebelum rapat diselenggarakan. Dalam hal terdapat rapat yang

(23)

ayat 7 Anggaran Dasar.

3. -Pemanggilan tertulis Rapat Direksi harus disampaikan langsung kepada setiap anggota Direksi dengan mendapat tanda terima atau dengan telex atau facsimile sekurangnya 7 (tujuh) hari -sebelum rapat di adakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal pemanggilan dan tanggal rapat. -Apabila hal-hal yang hendak

dibicarakan perlu segera diselesaikan jangka waktu pemanggilan itu dapat dipersingkat menjadi tidak kurang dari 3 (tiga) hari dengan tidak

memperhitungkan tanggal pemanggilan dan tanggal rapat.

4. Pemanggilan rapat itu harus

mencantumkan acara, tanggal, waktu, dan tempat rapat.

5. Rapat Direksi diadakan di tempat kedudukan Perseroan atau tempat kegiatan usaha utama Perseroan didalam wilayah Republik Indonesia pada waktu dan tempat yang diten-tukan oleh anggota Direksi yang memanggil Rapat.

-Apabila semua anggota Direksi hadir atau diwakili, pemanggilan terlebih dahulu tersebut tidak disyaratkan dan Rapat Direksi dapat diadakan dimana saja asalkan di wilayah Republik Indonesia dan rapat tersebut berhak mengambil keputusan yang sah dan mengikat.

6. Rapat Direksi dipimpin oleh Presiden Direktur, dalam hal Presiden Direktur berhalangan atau tidak hadir karena alasan apapun hal mana tidak perlu dibuktikan kepada pihak ketiga, maka Rapat Direksi akan dipimpin oleh salah seorang anggota Direksi lainnya yang ditunjuk oleh Rapat Direksi.

7. Seorang anggota Direksi dapat diwakili dalam Rapat Direksi hanya oleh anggota Direksi lainnya berdasarkan surat kuasa.

8. Rapat Direksi adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang sah dan mengikat apabila lebih dari 50% (limapuluh persen) dari jumlah anggota Direksi hadir atau diwakili secara sah dalam rapat.

diselenggarakan di luar jadwal yang telah disusun, bahan rapat disampaikan kepada peserta rapat paling lambat sebelum rapat diselenggarakan.

4. Panggilan Rapat Direksi dilakukan oleh anggota Direksi yang berhak bertindak untuk dan atas nama Direksi menurut ketentuan Pasal 15 Anggaran Dasar ini.

5. Panggilan Rapat Direksi dan/atau rapat yang diadakan bersama Dewan Komisaris

disampaikan dengan surat tercatat atau dengan surat yang disampaikan langsung kepada setiap anggota Direksi dan/atau Dewan Komisaris dengan mendapat tanda terima paling lambat 5 (lima) hari sebelum rapat diadakan, dengan tidak

memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat.

6. Panggilan rapat itu harus mencantumkan acara, tanggal, waktu dan tempat rapat. 7. Rapat Direksi diadakan di tempat kedudukan

Perseroan atau tempat kegiatan usaha perseroan. Apabila semua anggota Direksi hadir atau diwakili, panggilan terlebih dahulu tersebut tidak disyaratkan dan Rapat Direksi dapat diadakan di manapun juga dan berhak mengambil keputusan yang sah dan

mengikat.

8. Rapat Direksi dipimpin oleh Direktur Utama, dalam hal Direktur Utama tidak dapat hadir atau berhalangan yang tidak perlu dibuktikan kepada pihak ketiga, Rapat Direksi dipimpin oleh seorang anggota Direksi yang dipilih oleh dan dari antara anggota Direksi yang hadir.

9. Seorang anggota Direksi dapat diwakili dalam Rapat Direksi hanya oleh anggota Direksi lainnya berdasarkan surat kuasa. 10. Rapat Direksi adalah sah dan berhak

mengambil keputusan yang mengikat apabila lebih dari 1/2 (satu per dua) dari seluruh jumlah anggota Direksi hadir atau diwakili dalam rapat.

11. Keputusan Rapat Direksi harus diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat. Apabila tidak tercapai maka keputusan diambil dengan pemungutan suara

berdasarkan suara setuju lebih dari 1/2 (satu per dua) dari anggota Direksi yang hadir. 12. Apabila suara yang setuju dan yang tidak

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini juga akan membahas inti dari kekuatan normatif seperti yang disampaikan Ian Manners, yakni bahwa ketiga poin dasar diatas harus mampu membawa ketertarikan

Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan, semua variabel dalam penelitian ini information sharing , long term relationship , cooperation , dan process

Tiga C ini merupakan sebuah siklus yang selalu bergulir, saling menguatkan dan saling melengkapi, membentuk sebuah putaran energi yang menjadi kekuatan organisasi dalam menghadapi

suitability) atau kelas kesesuaian lahan dalam keadaan alami, belum mempertimbangkan usaha perbaikan dan tingkat pengelolaan yang dapat.. dilakukan untuk

Dapatkah Sistem Agroforestri Mempertahankan Diversitas Cacing Tanah Setelah Alih Guna Lahan Hutan Menjadi Pertanian?.. Dominguez J, Edwards CA,

Salah satu inovasi (ada metode bela,ar )aitu model (engembangan organisasi. Model ini merupakan model yang lebih berorientasi pada organisasi dari pada organisasi pada sistem

Seorang karyawan memiliki tanggung jawab pribadi untuk mengurangi tingkat stres. Strategi individual yang telah terbukti efektif meliputi penerapan, teknik manajemen

homogenitas data dari hasil belajar siswa berupa hasil postest dengan hasil kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan kedua populasi yaitu