• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagaimana pun ia didefinisikan menampilkan sisi-sisi buruk yang menantikan suatu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagaimana pun ia didefinisikan menampilkan sisi-sisi buruk yang menantikan suatu"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemiskinan

2.1.1 Pengertian Kemiskinan

Kemiskinan adalah persoalan mendasar yang menyentuh secara langsung terhadap kelangsungan dan martabat suatu bangsa yang merdeka. Kemiskinan bagaimana pun ia didefinisikan menampilkan sisi-sisi buruk yang menantikan suatu pemecahan.Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan,antara lain: Tingkat Pendapatan, Kesehatan, Pendidikan, Akses terhadap barang dan jasa, Lokasi, Geografis, Gender, dan Kondisi Lingkungan (Rachmawaty,2011:1-2).

Data Badan Pusat Statistik (BPS) hingga september 2013, merilis data penduduk miskin mencapai 28,55 juta. Laporan BPS tanggal 2 Januari 2014 itu memperlihatkan ada penambahan 480.000 penduduk miskin dibandingkan dengan maret 2013. Berarti naik dari 11,37 menjadi 11,47 persen penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan dari total penduduk Indonesia.

Pendapat beberapa ahli yang mengemukakan defenisi mengenai kemiskinan yaitu sebagai berikut:

1. Mencher (dalam Siagian,2012:5) mengemukakan, kemiskinan adalah gejala penurunan kemampuan seseorang atau sekelompok orang atau wilayah sehingga mempengaruhi daya dukung hidup seseorang atau sekelompok orang tersebut, dimana pada suatu titik waktu secara nyata mereka tidak mampu mencapai kehidupan yang layak.

(2)

2. Pearce (dalam Siagian,2012:7) mengemukakan, kemiskinan merupakan produk dari interaksi teknologi, sumber daya alam dan modal, dengan sumber daya manusia dan kelembagaan.

3. Castells (dalam Siagian,2012:10) mengemukakan, kemiskinan adalah sutu tingkat kehidupan yang berada dibawah standard kebutuhan hidup minimum agar manusia dapat bertahan hidup.

2.1.2 Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan

Secara umum faktor-faktor penyebab kemiskinan secara kategoris dengan menitiberatkan kajian pada sumbernya terdiri dari dua bagian besar, yaitu:

1. Faktor Internal, yang berasal dari dalam diri individu yang mengalami kemiskinan itu yang secara substansial adalah dalam bentuk kekurang mampuan, yang meliputi: Fisik, Intelektual, Mental Emosional atau Temperamental, Spritual, Sosial psikologis, Keterampilan, dan Aset. 2. Faktor Eksternal, yang berasal dari luar diri individu atau keluarga yang

mengalami dan menghadapi kemiskinan itu, sehingga pada suatu titik waktu menjadikannya miskin, meliputi: Terbatasnya pelayanan sosial dasar, Tidak dilindunginya hak atas kepemilikan tanah, Terbatasnya lapangan pekerjaan formal, Budaya yang kurang mendukung kemajuan dan kesejahteraan, Kondisi geografis yang sulit,tandus,dan terpencil, serta kebijakan publik yang belum berpihak pada masyarakat miskin. (Siagian,2012: hal 114-116).

Jika dilihat dari pandangan ekonomi, kondisi miskin disebabkan 3 (tiga) hal, yakni:

(3)

1. Ketidaksamaan dan keterbatasan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang

2. Kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia dalam hal penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi

3. Kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal. (Parwadi,2012: hal 7).

2.1.3 Ciri-Ciri Kemiskinan

Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di tengah-tengah masyarakat, kemiskinan merupakan konsep dan fenomena yang berwayuh wajah, bermatra multidimensional, misalnya menunjukkan bahwa kemiskinan memiliki beberapa ciri yakni:

1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (Papan, Sandang, Pangan)

2. Ketiadaan akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya seperti: kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih, dan transportasi)

3. Ketiadaan jaminan masa depan (karena tiada investasi untuk pendidikan dan keluarga)

4. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massal 5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan keterbatasan suber daya

alam

6. Ketidak terlibatan dalam kegiatan sosial masyarakat

7. Ketiaadaan akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang berkesinambungan

(4)

9. Ketidakmampuan dan ketidak beruntungan sosial seperti: anak terlantar, wanita korban KDRT, janda miskin, kelompokmarjinal dan terpencil. (Edi suharto ,2005).

Sementara itu menurut Siagian, Kemiskinan memiliki 5 (lima) ciri-ciri yakni:

1. Mereka yang hidup dibawah kemiskinan pada umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri, seperti tanah yang cukup luas, modal yang memadai, ataupun keterampilan yang memadai

2. Mereka pada umumnya tidak mempunyai kemungkinan atau peluang untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri

3. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah

4. Pada umumnya mereka masuk ke dalam kelompok penduduk dengan kategori setengah menganggur

5. Banyak diantara mereka yang hidup di kota masih berusia muda, tetapi tidak memiliki keterampilan dan pendidikan yang memadai. (Siagian,2012:20-23).

2.2 Kesejahteraan Sosial 2.2.1 Pengertian Kesejahteraan

Kesejahteraan berasal dari kata “Sejahtera”. Sejahtera ini mengandung pengertian dari bahasa sanskerta “Catera” yang berarti payung. Dalam konteks ini, kesejahteraan yang terkandung dalam “cater” (payung) adalah orang yamg sejahtera yaitu orang yang dalam hidupnya bebas dari kemiskinan, kebodohan, ketakutan, atau kekwatiran sehingga hidupnya aman tenteram, baik lahir maupun batin. Sedangkan

(5)

sosial berasal dari kata “socius” yang berarti kawan, teman, dan kerja sama. (fahrudin, 2012:8)

Sejahtera adalah merupakan suatu kondisi yang diharapkan oleh setiap orang, keluarga, maupun masyarakat. Kesejahteraan sosial yang dicanangkan oleh PBB pada tahun 1950 adalah merupakan kondisi ataupun keadaan sejahtera, baik fisik, psikis maupun sosial dan tidak hanya perbaikan-perbaikan penyakit-penyakit sosial tertentu saja (Suharto dalam Supriadi:361). Sedangkan menurut UU No.11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, yang dimaksud kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spritual, dan sosial warga negaraagar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Indikator kesejahteraan sosial dapat diukur dengan tercukupinya:

1. Kebutuhan Jasmaniah, yaitu terpenuhinya kebutuhan pangan, papan, sandang, dan kesehatan

2. Kebutuhan Psikis, yaitu kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pendidikan, keagamaan, rekreasi, rasa keadilan, keindahan dan lain-lain

3. Kebutuhan sosial yaitu kemampuan keluarga untuk dapat berkomunikasi dan bersosialisasi dengan masyarakat setempat sesuai dengan aturan adat – istiadat maupun norma-norma kemasyarakatan (Supriadi , 2012).

2.2.2 Tujuan dan Fungsi Kesejahteraan Sosial Kesejahteraan Sosial mempunyai tujuan yaitu:

1. Untuk mencapai kehidupan yang sejahtera dalam arti tercapainya standard kehidupan pokok seperti sandang, perumahan, pangan, kesehatan, dan relasi-relasi sosial yang harmonis dengan lingkungannya.

(6)

2. Untuk mencapai penyesuaian diri yang baik khususnya dengan masyarakat di lingkungannya, misalnya dengan menggali sumber-sumber, meningkatkan dan mengembangkan taraf hidup yang memuaskan.

Fungsi –fungsi kesejahteraan sosial bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi tekanan-tekanan yang diakibatkan terjadinya perubahan-perubahan sosio-ekonomi, menghindarkan terjadinya konsekuensi-konsekuensi sosial yang negatif akibat pembangunan serta menciptakan kondisi-kondisi yang mampu mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat. Adapun fungsi –fungsi tersebut yakni:

1. Fungsi Pencegahan (Preventive)

Kesejahteraan sosial ditujukan untuk memperkuat individu, keluarga, dan masyarakat supay terhindar dari masalah-masalah sosial baru.

2. Fungsi Penyembuhan (Curative)

Kesejahteraan sosial ditujukan untuk menghilangkan kondisi-kondisi ketidak mampuan fisik, emosional, dan sosial agar orang yang mengalami masalah tersebut dapat berfungsi kembali secara wajar dalam masyarakat. 3. Fungsi Pengembangan (Development)

Kesejahteraan sosial berfungsi untuk memberikan sumbangan langsung ataupun tidak langsung dalam proses pembangunan atau pengembangan tatanan dan sumber-sumber daya sosial dalam masyarakat.

4. Fungsi Penunjang (Supportive)

Fungsi ini mencakup kegiatan-kegiatan untuk membantu mencapai tujuan sektor atau bidang pelayanan kesejahteraan sosial yang lain. (Fahrudin, 2012:10-13).

(7)

2.3 Strategi

Secara harfiah dalam kamus lengkap indonesia, strategi diartikan sebagai cara siasat perang.

2.3.1 Strategi Bertahan Hidup

Strategi bertahan hidup petani adalah segala tindakan atau usaha/taktik petani dengan segala kemampuannya untuk mempertahankan hidupnya. Strategi bertahan hidup terbagi atas 3 yaitu: Strategi Aktif, Strategi pasif, dan Strategi Jaringan.

Snel dan Staring dalam Resmi Setia (2005:6) mengemukakan bahwa strategi bertahan hidup adalah sebagai rangkaian tindakan yang dipilih secara standar oleh individu dan rumah tangga yang miskin secara sosial ekonomi. Melalui strategi ini seseorang bisa berusaha untuk menambah penghasilan lewat pemanfaatan sumber-sumber lain ataupun mengurangi pengeluaran lewat pengurangan kuantitas dan kualitas barang atau jasa. Cara-cara individu menyusun strategi dipengaruhi oleh posisi individu atau kelompok dalam struktur masyarakat, sistem kepercayaan dan jaringan sosial yang dipilih, termasuk keahlian dalam mobilitas sumber daya yang ada, tingkat keterampilan, kepemilikan asset, jenis pekerjaan, status gender, dan motovasi pribadi. Nampak bahwa jaringan sosial dan kemampuan mobilitas sumber daya yang ada termasuk didalamnya mendapatkan kepercayaan dari orang lain membantu individu dalam menyusun strategi bertahan hidup.

Edi Suharto seorang pengamat masalah kemiskinan (Suharto,2003:1), menyatakan bahwa defenisi dari strategi bertahan hidup adalah kemampuan seseorang dalam menerapkan seperangkat cara untuk mengatasi berbagai permasalahan yang melengkapi kehidupannya. Beliau juga mengatakan strategi

(8)

bertahan hidup dalam mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara-cara tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu:

1. Strategi aktif, yaitu strategi yang mengoptimalkan segala potensi keluarga

2. Strategi pasif, yaitu dengan mengurangi pengeluaran keluarga 3. Strategi jaringan, misalnya menjalin relasi baik formal maupun

informal dan lingkungan kelembagaan (Pertiwi,2012:5-6).

2.3.2 Strategi Aktif

Strategi aktif merupakan strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan cara memenfaatkan segala potensi yang dimiliki. Menurut Suharto (dalam Abidin,2014:16) strategi aktif merupakan strategi yang dilakukan keluarga miskin dengan cara mengoptimalkan segala potensi keluarga (misalnya melakukan aktivitasnya sendiri, memperpanjang jam kerja dan melakukan apa pun demi menambah penghasilannya).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud strategi aktif adalah strategi bertahan hidup yang dilakukan seseorang atau keluarga dengan cara memaksimalkan segalasumber daya dan potensi yang dimiliki keluarga mereka.

2.3.3 Strategi Pasif

Strategi pasif merupakan strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan cara meminimalisir pengeluaran keluarga sebagaimana pendapat Suharto (2009:31) yang menyatakan strategi pasif adalah strategi bertahan hidup dengan cara mengurangi pengeluaran keluarga (misalnya biaya untuk sandang, pangan, pendidikan, dan

(9)

sebagainya). Strategi pasif yang biasa dilakukan oleh petani adalah dengan membiasakan hidup hemat. Sikap hemat merupakan budaya yang telah dilakukan oleh masyarakat desa terutama masyarakat desa yang tergolong dalam petani kecil.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud strategi pasif adalah strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan cara selektif, tidak boros, dalam mengatur pengeluaran keluarga.

2.3.4 Strategi Jaringan

Strategi jaringan adalah strategi yang dilakukan dengan cara memanfaatkan jaringan sosial. Menurut Suharto (2009:31) strategi jaringan merupakan strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan cara menjalin relasi, baik formal maupun dengan lingkungan sosialnya dan lingkungan kelembagaan (misalnya meminjam uang kepada tetangga, mengutang diwarung atau toko, memanfaatkan program kemiskinan, meminjam uang ke Bank dan sebagainya).

Strategi jaringan yang biasanya dilakukan petani adalah memanfaatkan jaringan sosial yang dimiliki dengan cara meminjam uang kepada kerabat, bank, dan memanfaatkan bantuan sosial lainnya. Bantuan sosial yang diterima petani merupakan modal sosial yang sangat berperan sebagai penyelamat ketika keluarga petani yang tergolong miskin membutuhkan bantuan .

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud strategi jaringan adalah strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan cara meminta bantuan kepada kerabat, tetangga dan relasi lainnya baik secara formal maupun informal ketika dalam kesulitan, seperti meminjam uanag ketika memerlukan uang secara mendadak.

(10)

2.4 Konsep Masyarakat Petani

Desa dan Petani merupakan dua kata yang tak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Desa adalah tempat dimana petani menjalani kehidupannya. Banyak ilmuwan telah meneliti tentang apa itu desa dengan karakter sosialnya. Berbagai pandangan muncul sebagai bentuk penjelasan tentang desa dan masyarakat petani.

1. Wolf dalam (Husainassadi,2008), mengemukakan masyarakat petani merupakan fase setelah masyarakat primitif dan masyarakat modern. 2. Boeke dalam (Husainassadi,2008), mengemukakan masyarakat petani

mempunyai karakteristi yang berbeda dengan masyarakat modern.

Secara umum, petani didefinisikan sebagai orang yang bekerja di sektor pertanian dan sebagian besar penghasilannya berasal dari sektor pertanian. Dalam batasan statistik orang yang bekerja disektor pertanian minimal satu jam seminggu, dapat disebut sebagai petani. Selain itu orang yang tinggal di pedesaan dan secara psikologis menjadi petani, sering pula disebut sebagai petani (Husainassadi,2008).

2.5 Konsep Keluarga

Keluarga adalah sekelompok orang yang diikat oleh perkawinan atau darah, biasanya meliputi ayah, ibu, dan anak atau anak-anak. Keluarga adalah ikatan yang sedikit banyak berlangsung lama antara suami dan istri, dengan atau tanpa anak. Melalui keluarga, individu-individu dapat tumbuh dan berkembang, serta dapat memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya baik jasmani, rohani maupun sosialnya. Tidak seorangpun individu yang tidak terkait dengan keluarganya. (Nimkoff, dalam Sulistyo, 2012:327).

Keluarga terbentuk melalui perkawinan yang sah antara dua orang lain jenis, dan di dalamnya terdapat anak dari hasil perkawinan atau adopsi. Setiap keluarga

(11)

memiliki sejumlah peran: ayah sebagai suami dari istri dan sebagai ayah dari anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman. Ayah berepran sebagai kepal keluarga juga sebagai anggota dari kelompok sosial serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. Ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. Disamping itu, ibu juga dapat berperan pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. Sedangkan anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial maupun spritual.

Selain memiliki peranan, setiap keluarga juga memili sejumlah fungsi, menurut Zastrow (1999), beberapa fungsi keluarga, yaitu:

1. Replacement of the population, artinya keluarga memiliki fungsi

regenerasi.

2. Care of the young, artinya keluarga memiliki fungsi pengasuhan dan

perawatan. Keluarga merupakan meta institusi di dalam kehidupan anak.

3. Sosialization of new members, artinya keluarga memiliki fungsi untuk mensosialisasikan nilai-nilai budaya, norma, bahasa, dan lain-lain kepada anggota keluarga.

4. Regulation of sosial behavior, artinya keluarga memiliki fungsi

pengaturan perilaku seksual.

5. Source of affection, artinya keluarga memiliki fungsi memberikan

(12)

Keluarga juga bertanggung jawab mengembangkan pola-pola hubungan antara anggota keluarga dengan hak dan kewajiban, atau kedudukan dan peranan yang jelas, sehingga masing-masing anggota keluarga dapat mengembangkan sikap dan pola tingkah laku dalam berhubungan dengan sesama anggota keluarga secara tertib. Bilamana hal ini mengalami kegagalan, maka keluarga akan menjadi kurang harmonis.

Direktorat Pemberdayaan Keluarga (2005) mendefinisikan kesejahteraan keluarga sebagai kemampuan keluarga dalam melaksanakan peranan dan fungsi sosialnya melalui pemenuhan kebutuhan dasar, penjangkauan sistem sumber, penyadaran pemecahan masalah, partisipasi sosial dalam komunitas, pengembangan investasi dan asset, serta keikutsertaan dalam pengambilan keputusan dalam kelompok. Dimensi dalam definisi keluarga sejahtera tersebut akan sangat ditentukan oleh pelaksanaan fungsi dan peranan keluarga, baik di dalam keluarga sendiri (internal) maupun dalam hubungan dengan lingkungan sosial yang lebih luas (eksternal) (Sulistyo,2012:327).

2.6 Sosial Ekonomi

Kata sosial menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat. Kegiatan sosial tidak terlepas dari tindakan-tindakan sosial dan interaksi sosial. Tindakan sosial adalah hal-hal yang dilakukan individu atau kelompok. Dalam interaksi sosial adalah proses dimana individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok yang satu dengan yang lain.

Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur sosial

(13)

masyarakat. Pemberian posisi ini disertai dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh si pembawa status.

Melly G.Tan dalam Gunawan, Muktar mengatakan untuk melihat kedudukna sosial ekonomi adalah dengan melihat pekerjaan, penghasilan, dan pendidikan seseorang. Berdasarkan ini masyarakat dapat digolongkan ke dalam kedudukan sosial ekonomi rendah, sedang, dan tinggi yaitu dengan:

1. Golongan masyarakat berpenghasilan rendah, yaitu masyarakat yang menerima pendapatan lebih rendah dari keperluan untuk memenuhi tingkat hidup minimal mereka perlu mendapatkan pinjaman dari orang lain

2. Golongan masyarakat berpenghasilan sedang, pendapaatn hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok dan tidak dapat menabung

3. Golongan masyarakat yang berpenghasilan tinggi, yaitu selain dapat memenuhi kebutuhan pokok juga dari pendapatan itu dapat ditabungkan untuk kebutuhan lain (repository.usu.ac.id)

Kebanyakan negara sedang berkembang mengabaikan sektor pertanian untuk mendapat sumber daya dalam upaya meningkatkan usaha industrialisasi dan urbanisasi. Kebijakan ini sangat mengutamakan urban bias (kecenderungan mengutamakan kota) yang sudah mendarah daging dalam kehidupan ekonomi di kebanyakan negara sedang berkembang. Kebijakan yang berdasarkan urban bias ini akan memperlebar jurang pendapatan antara kota dan desa. Banyak ahli di negara sedang berkembang dan di negara maju sekarang beranggapan bahwa syarat penting lainnya yang belum terpenuhi adalah suatu daerah pedesaan yang lebih produktif.

(14)

Prinsip-prinsip Strategi Pembangunan Masyarakat Desa yang mendasar meskipun penekanan aspek-aspek tertentu mungkin berbeda dan masih disusunya berbagai perincian yang lebih mendetail, sudah dicapai kesepakatan dalam banyak hal pada tahun-tahun terakhir ini mengenai prinsip-prinsip umum suatu strategi pembangunan masyarakat desa. Pertumbuhan yang disertai dengan pemerataan merupakan tujuan umum, peningkatan pendatan kaum miskin di desa sama pentingnya dengan pertumbuhan ekonomi secara umum.

Sektor pertanian harus mendapat prioritas paling tinggi. Sumber-sumber daya dan tenaga kerja terampil harus disalurkan ke dalam suatu usaha yang terus menerus untuk meningkatkan produksi pangan. Para petani kecil dapat menjadi kunci keberhasilan produksi pertanian jika mereka dapat memperoleh dengan biaya murah.

Prasarana pedesaan khususnya jalan raya, gudang penyimpanan bahan pangan, harus dibangun agar petani dapat dengan mudah menjual hasil-hasil mereka, sehingga dapat didistribusikan dengan kerugian yang minimum. Menghubungkan para petani dengan pasar adalah sangat penting, lembaga-lembaga pemasaran, koperasi, dan keuangan yang melayani para petani harus didirikan pada lokasi yang tepat di pasar desa dan di kota-kota kecil. Sekolah menengah dan sekolah teknik juga harus dibangun di sana.

Industri kecil padat karya harus dikembangkan pada pusat ini untuk meningkatkan kesempatan kerja disamping menghasilkan barang-barang dan fasilitas pelayanan yang bermanfaat bagi petani. Dibutuhkan lebih banyak penelitian dan pengembangan mengenai teknologi yang menggunakan lebih banyak tenaga kerja secara efisien dan lebih sedikit modal di pertanian

(15)

maupun industri kecil. Partisispasi dalam proses pembuatan keputusan harus terbuka bagi rakyat dari semua lapisan dalam bidang-bidang yang secara langsung mempengaruhi kehidupan mereka, baik pada tingkat nasional maupun tingkat lokal.

Dalam pemberdayaan sosial ekonomi para petani, diharapkan partisipasi semua pihak baik pemerintah dan petani itu sendiri. Untuk menjalankan kegiatan program kerja yang ditentukan pemerintah disalurkan kepada para petani melalui intervensi penyuluh pertanian, kemudian melalui kelompok tani inilah yang diberi wewenang untuk menyampaikan program kerja kepada para petani di desa-desa yang telah ditentukan, (Irmayanti,2013:28-31).

Keluarga atau kelompok masyarakat dapat digolongkan memiliki sosial ekonomi rendah, sedang dan tinggi. Berasaskan hal tersebut, kita dapat mengklarifikasikan keadaan sosial ekonominya yang dapat dijabarkan sesuai dengan indikator sebagai berikut:

1. Pendapatan

Pendapatan dapat di defenisikan sebagai gaji, upah, atau keuntungan. Pendapatan akan mempengaruhi status sosial seseorang terutama akan ditemui dalam masyarakat yang materialis dan tradisional yang menghargai status sosial ekonomi yang tinggi terhadap kekayaan.

2. Perumahan

Perumahan adalah kelompok rumah yang berungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau hunian yang dilengkapi dengan prasarana lingkungan yaitu kelengkapan dasar fisik lingkungan,

(16)

misalnya penyediaan air minum, pembuangan sampah, tersedianya listrik, telepon, jalan yang memungkinkan pemukiman sebagaimana mestinya.

3. Pendidikan

Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. 4. Kesehatan

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

5. Sandang Pangan

Pakaian yang diperlukan oleh manusia sebagai makhluk berbudaya. Pada awalnya manusia memanfaatkan pakaian dari kulit kayu dan hewan yang tersedia di alam. Kemudian manusia mengembangkan teknologi pemintal kapas menjadi benang untuk ditenun menjadi bahan pakaian

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumen manusia, termasuk bahan tambahan pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapannya, pengolahan dan pembuatan makanan atau minuman. 6. Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang menyangkut hubungan antar individu, individu (seseorang) dengan

(17)

kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Tanpa adanya interaksi sosial maka tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Proses sosial adalah suatu interaksi atau hubungan timbal balik atau saling mempengaruhi antar manusia yang berlangsung sepanjang hidupnya di dalam masyarakat (Siahaan,2017:26-30).

2.7 Kerangka Pemikiran

Kemiskinan adalah gejala penurunan kemampuan seseorang atau sekelompok orang sehingga mempengaruhi daya dukung hidup seseorang atau sekelompok orang tersebut, dimana pada suatu titik waktu secara nyata mereka tidak mampu mencapai kehidupan yang layak. Kemiskinan adalah suatu tingkat kehidupan yang berada dibawah standard kebutuhan hidup minimum agar manusia dapat bertahan hidup.

Desa Hutatinggi merupakan sebuah desa yang berada di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir, luas wilayah sekitar 7.5 km2 atau 750 Ha dimana 60% berupa daratan yang bertopografi berbukut-bukit, dan 40 % daratan dimanfaatkan sebagai lahan pertanian yang dimanfaatkan untuk persawahan irigasi , persawahan tadah hujan dan areal perkebunan rakyat. Dengan luas lahan yang dimiliki, desa ini memiliki potensi yang sangat besar dikembangkan menjadi areal pertanian. Namun yang menjadi permasalahannya adalah petani di Desa Hutatinggi ini tidak dapat mengolah/memanfaatkan semua lahan pertaniannya karena masyarakat di desa ini masih menggunakan cara-cara pertanian yang masih tradisional sehingga sulit bagi mereka untuk mengalami kemajuan. Selain itu petani di desa ini juga sangat terganggu pengolahan pertaniannya ketika musim kemarau, dengan tanah yang kurang subur membuat mereka tidak dapat melanjutkan kegiatan pertanian saat musim kemarau.

(18)

Musim kemarau mengakibatkan lahan pertanian di Desa Hutatinggi ini tidak dapat dikelola terutama lahan persawahan karena lahan sawah mereka adalah sawah tadah hujan, sehingga para petani harus berhenti bertani dalam kurun waktu yang tidak dapat dipastikan sampai kapan mereka berhenti bertani.

Ditengah kemiskinan, ketidakberdayaan dan skill yang sangat terbatas yang dimiliki oleh masyarakat petani di desa ini yang menggantungkan hidup mereka pada sektor pertanian, Mereka hanya mampu mengoptimalkan sumber daya yang ada, hidup lebih hemat dibandingkan saat mereka mendapatkan hasil, mencari pekerjaan sampingan seperti bekerja di ladang orang serta pemanfaatan jaringan sosial mereka dalam strategi mempertahankan kehidupan mereka di tengah hasil pertanian yang tidak ada akibat musim kemarau. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dibuat dalam skema yang menggambarkan kerangka pemikiran yaitu sebagai berikut:

2.1Bagan Alur Berpikir

Kemiskinan

Masyarakat Petani

Strategi Bertahan Hidup:

1. Strategi Aktif

2. Strategi Pasif

3. Strategi Jaringan

Musim Kemarau

(19)

2.8 Defenisi Konsep

Untuk lebih memahami pengertian konsep-konsep yang akan digunakan, Maka penulis membatasi konsep-konsep sebagai berikut:

1. Strategi bertahan hidup petani adalah segala tindakan atau usaha/taktik petani dengan segala kemampuannya untuk mempertahankan hidupnya. 2. Masyarakat Petani adalah sekelompok orang yang bekerja di sektor pertanian

dan sebagian besar penghasilannya berasal dari sektor pertanian.

3. Keadaan Sosial Ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan sesorang dalam posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat.

4. kemiskinan adalah gejala penurunan kemampuan seseorang atau sekelompok orang atau wilayah sehingga mempengaruhi daya dukung hidup seseorang atau sekelompok orang tersebut, dimana pada suatu titik waktu secara nyata mereka tidak mampu mencapai kehidupan yang layak.

5. Keadaan Sosial Ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan sesorang dalam posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode true experimental research dengan pokok kajian terletak pada: yang pertama adalah rancang bangun alat pengering, dan

Wilayah Turen memiliki sejarah panjang, tentu merupakan kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Turen. Ini berarti ada semacam tanggung jawab sosial dan kultural dari

Berdasarkan hasil penelitian di atas, bahwa dengan penerapan pembelajaran kontekstual melalui cooking class dapat meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak

Tab mailing merupakan fasilitas yang terdapat pada Microsoft word 2007, yang berfungsi untuk membuat sesuatu dokumen yang akan dicetak dalam jumlah banyak atau

Jasa penyedia berupa kegiatan penghasil sumber pakan bagi organisme di dalam ekosistem ataupun bagi masyarakat sekitar, jasa regulasi berupa pelindung tambak dari erosi pantai,

Dari table 2 menunjukkan bahwa hasil validasi ahli materi terhadap pengembangan media pembelajaran buku cerita bergambar untuk meningkatkan minat membaca siswa kelas 2

PERBANDINGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI TUMBUHAN BIJI MELALUI PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN FENETIK DAN PRAKTIKUM BERBASIS VERIFIKASI.. Universitas Pendidikan Indonesia

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA INFOGRAPHIC BERBASIS ANIMASI 2D TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL.. Universitas Pendidikan Indonesia |