BAB II
DESKRIPSI PROYEK
II.1. Terminologi Judul
Judul dari proyek tugas ini adalah “Hotel Transit, Ikonik Kuala Namu”
Pengertian Hotel Transit merupakan hotel yang berlokasi dekat bandara,
pelabuhan, biasanya diperuntukkan bagi masyarakat yang bermaksud untuk tinggal
sementara (dalam jangka waktu pendek).1
Pengertian bangunan ikonik adalah bangunan yang dapat dijadikan penanda
tempat di linkungan sekitar ataupun karrya arsitektur yang menjadi tanda waktu/ era
tertentu.
Pengertian Kuala Namu adalah bandar udara internasional yang melayani kota
Medan dan sekitarnya.2
Pengertian Hotel Transit, Bangunan Ikonik Kuala Namu adalah hotel yang
berlokasi dekat dengan Bandara Kuala Namu yang dijadikan sebagai pendanda
tempat dilingkungan sekitarnya.
II.2. Lokasi
a. Kriteria Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi site didasarkan atas kriteria, sebagai berikut:
1. Berdasarkan kelayakan ekonomi yang dinilai secara ekonomis akan
memberikan keuntungan bagi pegembangan wilayah dan hote baik
secara langsung maupun tidak langsung.
2. Lingkungan site strategis, dekat dengan bandara udara
3. Lokasi site diperuntukan untuk kegiatan komersil
1
4. Berdasarkan kelayakan lingkungan yang dinilai dari besarnya dampak
yang akan ditimbulkan bagi masyarakat sekitar akibat pembangunan
hotel tersebut
Berikut tabel kriteria dalam pemilihan lokasi
No Kriteria Lokasi
1 Tinjauan terhadap struktur
kota
Berada di kawasan pengembangan
Kualanamu sebagai kota Aerotropolis
2 Pencapaian Dapat diakses dari Kota Medan menuju
Bandara Kuala Namu maupun dari Bandara
Kuala Namu menuju Kota Medan
3 Area Pelayanan Lingkungan sekitar merupakan fungsi-fungsi
yang dapat saling mendukung dengan
bangunan yang direncanakan.
4 Peraturan Tanah milik pribadi perorangan. Nilai lahan
cukup tinggi untuk daerah komersil. Untuk
pengembangan kawasan komersil,
perdagangan dan rekreasi.
KDB bangunan 60 %
Ketinggian Maksimal 48 m
Tabel 2.1
Gambar 2.1.
Pencapaian dari kota Medan
Sumber : Google Earth
Site 1 terletak dekat dengan pintu masuk Kuala Namu
Gambar 2.2.
Site 1 dengan Kuala Namu
Gambar 2.3.
Site 1
Sumber : Google Earth
Gambar 2.4.
Site 2
Gambar 2.5.
Site 2 dengan Bandara Kuala Namu
Sumber Google Earth
Tabel Penilaian Terphadap Kriteria Lokasi
NO Kriteria Site 1 Site 2
1 Tinjauan terhadap
struktur kota
-.Berada pada Ring 2
pada KKOP
-.Berada pada Ring 2
pada KKOP
2 Pencapaian ± 6 km dari pintu masuk
3 Area Pelayanan -. Dekat dengan fungsi
Industrial (MiaKargo)
-. Dekat dengan Bandara
-. Dekat dengan
perkebunan dan
perumahan penduduk
(4)
4 Status Kepemilikan Kepemilikan pribadi
(4)
6 Keistimewaan Site -. Dekat dengan
Pemukiman warga
-. Mempunyai jalan servis
(2)
-. Tanah 1m dibawah
jalan besar Kuala Namu
-. Mudah pencapaian dan
kepergian dari Site
-. Dekat dengan
keramaian (Hub Kuala
Namu)
(4)
7 Tingkat Kebisingan -.Kebisingan disebabkan
Jumlah nilai 19 27
Setelah melakukan analisa penilaian lokasi, maka site ke-2 yang dipilih.
Dikarenakan dekat dengan Bandara Kuala Namu,serta dilengkapi dengan banyak
tingkat keistimewaan.
Secara garis besar, tinjauan utama proyek Hotel Transit, Ikonik Kuala Namu
dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Judul Proyek : Hotel Transit, Ikonik Kuala Namu
2. Status Proyek : Fiktif
3. Lokasi Tapak : Jalan Bandara Kuala Namu, Kecamatan Batang Kuis,
11.Curah hujan : 1.832 mm/tahun3
12.Kec.Angin : 1,33 mm/dt4
II.3. Tinjauan Fungsi
II.3.1. Deskripsi penggunaan dan kegiatan
Pengguna/pelaku kegiatan pada kasus Hotel Transit ini dapat dikelompokkan
antara lain :
1. Tamu Hotel
Tamu menikmati fasilitas akomodasi,fasilitas olahraga, fasilitas hiburan
dan sebagainnya.
2. Pengunjung Hotel
Pengunjung menikmati fasilitas olahraga dan fasilitas hiburan tanpa
melakukan aktifitas menginap.
3. Pengelola
Pihak yang mengawasi, mengelola, dan memberikan pelayanan fasilitas
yang dibutuhkan penyelenggara
4. Pegawai
Pihak penyelenggara operasional hotel
II.3.2. Deskripsi Perilaku
Berdasarkan sifat aktiftas yang dilakukan, perilaku pengguna dari Hotel
Transit dijelaskan melalui tabel keterkaitan berikut
Ruang Pengguna Sifat Kegiatan
guest room Tamu Private
3 BatangKuis dalam angka 2015 4
main lobby Tamu,Pegawai Public front offices Tamu,Pegawai Semi Public function room Tamu,Pegawai Private food and beverage Tamu,Pegawai Public retail/ rented space Tamu,Pegawai Public sport facilities Tamu Public receiving and storage Pegawai Semi Public
Tabel 2.3.Tabel deskripsi perilaku
Berikut merupakan skema perilaku penumpang saat melakukan transit di
Bandara Kuala Namu
II.3.3. Deskripsi kebutuhan ruang dan besaran ruang
Deskripsi kebutuhan ruang dan besaran ruang adalah gambaran tentang
persyratan yang akan mempengeruhi desain dan ruang Hotel Transit dan Sarana
Hiburan Transit Kuala Namu .
Dalam mendesain Hotel Transit Kualanamu, syarat minimun kebutuhan yang
harus dicapai, sebagai berikut :
A. Bedroom
• Mempunyai minimum 50 kamar standar dengan luasan 24 m2/ kamar • Mempunyai minimum 2 kamar suite dengan luasan 48 m2/ kamar • Tinggi minimum 2.6 m tiap lantai
B. Dining room Mempunyai minimum 2 buah dinning room, salah satunya
dengan spesialisasi masakan (Japanese/ Chinese/ European food).
C. Bar
• Ruang tertutup atau pun terbuka
• Lebar ruang kerja bartender minimal 1m
D. Ruang fungsional
• Minimum terdapat minimal 1 pintu masuk terpisah dair lobby dengan
kapasitas minimum 2,5 kali jumlah kamar
• Deilengkapi dengan toilet apabila tidak satu lantai dengan lobby • Dilengkapi prefunction room
E. Lobby
• Luasan minimal 100m2 • Terdapat toilet umum
F. Public service
• Terdapat Drugstore, Bank, MoneyChanger, Biro perjalanan, Air Line
Agent, Souvenir Shop, perkantoran, butik, salon, poliklinik, dan
paramedis.
• Minimun 1 buah dengan pilihan : Tennis, Bowling, Golf, Fitness,
Sauna, Billiard, Jogging.
• Diskotik/ NightClub kedap suara
• Area bermain anak (Children Playground)
H. Utilitas penunjang
• Transportasi Vertikal (Lift)
• Ketersidiaan air bersih minimum 700 liter/orang/ hari • Dilengkapi dengan instalasi air panas/dingin.
• Dilengkapi telepon lokal dan interlokal, PABX.
• Dilengkapi dengan sentral video, music, teleks, radio, carcall. I. Restoran
• Main Dinning Room menyediakan makanan internasional.
• Coffee Shop menyediakan dan menyajikan makan pagi dengan menu
dan jenis pelayanan yang lebih sederhada/ Ready on Plate.
• Restoran yang spesifik seperti Grill-room, Pizzarea, Japanese, Oriental. • Room Service : restoran yang melayani dan menyediakan hidangan
makanan dan minuman kepada tamu hotel di kamar.
Dengan memperhatikan Kriteria diatas, maka berikut tabel program ruang
kebutuhan Hotel Transit, Ikonik Kuala Namu
Ruang Standar Sumber
Bed Room
Standard room 24 m² NAD
Suite room 48 m² NAD
Main Lobby
lobby/hall 0.6m²/orang NAD
lounge/ seating area 1.6 m²/orang HMC
bellman station 0.6 m²/orang HMC
concierge 1m²/orang asumsi
car call 1m²/orang asumsi
toilet 1.02 m²/orang NAD
public elevator 0.36m²/orang SBT
public escalator 14.4m²/unit SBT
public stairs 24 m²/unit asumsi
emergency stairs 24 m²/unit asumsi
Front Office
luggage room 0.03m²/kamar HPD
safe deposite boxes 0.1m²/kamar asumsi telephone operator 0.14 m²/kamar TSS fire control, TV, video, radio operator 0.14 m²/kamar TSS front office manager (ruang penerima) 7.5m²/orang HPD
front office staff 7.5m²/orang HPD
general manager 7.5m²/orang HPD
accounting office 7.5m²/orang HPD
food and beverage manager 7.5m²/orang HPD
sales and marketing 7.5m²/orang HPD
personal office 7.5m²/orang HPD
Function Room
lobby 0.65m²/orang asumsi
function room auditorium 0.9m²/orang NAD
foyer 0.65m²/orang asumsi
storage 60m² asumsi
pantry 25m²/unit NAD
function room office 7.5m²/orang HPD control room, AV, sound system 2.8 m²/unit SBT
toilet 1.02m²/orang NAD
Food and Beverage
main restaurant seat area 1.5m²/orang NAD main restaurant kitchen
main cooking area 1m²/kamar HPD ruang saji auditorium 0.054m²/kamar HPD ruang saji coffee shop 0.054m²/kamar HPD diswahing area 0.2m²/kamar HPD
restoran khusus 1.5m²/orang NAD
coffee shop
drug store 0.19m²/orang TSS
travel agent 0.19m²/orang TSS
book store 2m²/orang SBT
souvenir shop 0.19m²/orang TSS
boutique 7m²/unit asumsi
hair and beauty salon 20m²/unit asumsi
klinik 0.02m²/orang HPD
ATM 0.6m²/unit asumsi
Money changer 0.19m²/orang TSS
Sport Facilities and Entertainment
swimming pool 15x20 m² NAD
fitness and aerobic, sauna, body massage
gymnasium 1.75m²/orang NAD
Arcade Game (Children PlayGround) 100 m² NAD Tabel 2.4. Standar kebutuhan Ruang Hotel Transit
Keterangan: NAD = Neufert Architect Data; SBT = Sistem Bangunan Tinggi; HPD
Skema 2.2. Hubungan antar ruang
II.3.4. Studi banding arsitektur yang mempunyai fungsi sejenis
1. Hotel Hanada Excel Tokyu
Gambar 2.6.
Haneda excel Hotel Tokyu
Sumber : http://cdn.netmobius.com/images-hnd/excel7.jpg
Haneda excel Hotel Tokyu terhubung lansung dengan Tokyo Handeda
Airport Jepang dari Terminal 2 yang didalamnya terdapat pusat berbelanjan
dan kuliner. Cukup 5 menit dari Terminal 1 mengunakan Shuttle.
Tamu diberikan kenyamanan chek-in melalui lobby yang difasilitasi
Gambar 2.7.
Fasilitas Restoran Haneda excel Hotel Tokyu
Sumber : http://cdn.netmobius.com/images-hnd/excel5.jpg
Aktifitas pada Hotel
Aktifitas yang ada pada Hotel Haneda yang merupakan airport Hotel
yang lansung terhubung dengan terminal 2 adalah,
Aktifitas makan dan minum, terletak pada fasilitas restoran dengan
daya tampung 200 orang.
Aktifitas bisnis, bagi pengusaha yang melakukan transit disediakan
2. Ibis Schipol Amsterdam Hotel
Gambar 2.8.
Ibis Schipol Amsterdam Hotel
Sumber :
http://4.bp.blogspot.com/-hfMzGX8E-jk/VLFYbWryAdI/AAAAAAAADNE/G9tXCfzbRWs/s1600/hotelibis.jpg
Berdasarkan Lokasi, Hotel ini dekat dengan angkutan umum, seperti
kereta api dan bandara. Mudah diakses menggunakan mobil. Lokasi hotel juga
Aktivitas pada Hotel
Aktifitas pada hotel yaitu
1. Antar jemput penumpang transit yang telah membuat reservasi
pada hotel.
2. Aktifitas berbelanja karena dekat dengan shopping mall
3. Aktifitas makan dan minum, bagi tamu yang ingin bersantai di
caffee hotel
Tersedia Airport Shuttle yang menjemput tamu dari platform A9 di
II.4. Elaborasi Tema
II.4.1. Pengertian
Arsitektur Ikonik
Arsitektur Ikonik’ terdapat dua kata kunci utama, yaitu : (a) Icon dan
Iconic dan (b) Arsitektur atau bangunan.
Pembahasan lebih dalam tentang pengertian arsitektur ikonik, ada
baiknya kita melihat kata-kata kunci yang terkait dida-lamnya, yaitu: Icon,
Iconic dan Arsitektur / Bangunan. Icon dalam kamus bahasa
Inggris-Indonesia(Hambali Sadely –1986) dapat berarti: tanda atau penanda, ada juga
yang berarti: gambar orang su-ci.’Iconic’dapat berarti: yang mempunyai
tanda, atau objek yang menjadi penanda (baik tempat maupunwaktu).
Sedangkan dalam kamus Oxford –United Kingdom (1981), ‘Icon’diartikan
sebagai ‘penandatempat’/‘penanda zaman’.
Dengan demikian pengertian dari ’Arsitektur Iconik’ adalah karya
arsitektur atau bangunan yang dapat penanda tempat di lingkungan sekitar
atau-pun karya arsitektur yang menjadi tanda waktu atau era tertentu.
Folding
Folding Architecture adalah penerjemahan atau makna dari Folding
Architecture itu sendiri
Folding Architecture berasal dari kata “Folding” dan ”Architecture”
yang pengertiannya adalah sebagai berikut:
Folding
Dalam esai Greg Lynn berjudul Architecture Curvilinearity – The
Folded, The Pliant and the Suppie mengungkapkan pendapatnya. Folding
perpecahan, perbedaan, serta keragaman antara konteks formal dengan
cultural. (Greg Lynn, Architecture Curvilinearity)
Selain itu, Peter Eisenman pin mengungkapkan pedapatnya mengenai
folding. Menurutnya, the fold bukan hanya sebuah penggerak formal, tetepai
juga cara untuk unfolding lingkungan social baru dari yang telah ada
sebelumnya. The fold berfungsi sebagai pembatas bagi gerakan social,
cultural, ekonomi dan fisik untuk menghasilkan interaksi antara sturkutr yang
meliputinya terhadap lingkungannya.
Jeffrey Kipnis dalam esainya yang berjudul Toward a New
Architecture menjelaskan folding dengan istilah ‘DeFormation’.”
‘DeFormation’ can be defined as tha which highlights new aesthetic forms
like folding, smoothing and their role in the engenderment to new spatial
typologies’”
Dalam kata lain, terminology tersebut dapat dihubungkan dengan
proyek-proyek yang mana merefleksikan pergantian dari semiotic menuju
kepada geometri,tipologi, maupun event.
TEMA : Ikonik dengan pendekatan Folding Architecture
Arsitektur ikonik atau bangunan ikonik, melihat pengertiannya adalah
arsitektur atau bangunanyang ditujukan sebagai penanda (=icon) dari sesuatu
yang akan diangkat. Arsitektur ikonik juga pada dasarnya berkedudukan atau
berposisi sebagai ‘penanda tempat’ atau place icon’ dari lingkungan di
seki-tarnya.
Setidaknya terdapat tiga ciri utama dari ‘arsitektur ikonik’, yaitu: (a)
pada umumnya memiliki ska-laatau besaran yang ‘megah’ (sangat besar), (b)
sebagian besar memilik bentuk bangunan yang ‘atraktif’ atau ‘menarik’ atau
bentuk yang ‘tidak biasa’ atau ‘lain dari yang lain’ secara visual, dan (c)
berkaitan dengan setting tempat, bangunan-bangunan tersebut diatas biasaya
menempati lokasi (site) yang strategis sehingga mudah dikenali (atau dapat
mudah dilihat secara visual) olehdan dari lingkungan sekitarnya
Folding architecture merupakan pencarian bentuk yang mengusung
bentuk-bentuk baru yang intuitif, sehingga mampu menghasilkan ruang-ruang
spontan dan tidak diduga sebelumnya.
Folding pun menjadi salah satu alternatif yang mampu memberikan
bentuk-bentuk baru dalam bidang arsitektur. Bentuk ini digunakan menjadi
salah satu media berekspresi dan berkomunikasi sebagai perwujudan ide secara
tiga dimensional. Folding Architecture berpeluang besar menjadi tren baru,
dan memperkenalkan cara mendesain yang menyenangkan.
Ikonik dengan pendekatan Folding Architecture, saling berkaitan
mengingat bentuk bangunan haruslah atraktif ataupun tidak biasa secara visual
dengan catatan bangunan haruslah megah dan ditempatkan di site yang
strategis.
II.4.2. Interpretasi tema
Iconic Architecture and Capitalist Globalization,Leslie Skalair,pakar
ekonomi dunia mengungkapkan bahwa keberadaan bangunan-bangunan ikonik
atau arsitektur-arsitektur ikonik yang ada di dunia sekarang ini tidak lain adalah
tampilan dari pusat-pusat kekuatan kapitalis dunia. Keberadaan para kapitalis
dunia ini mengumpulkan modal dan dananya untuk diinvestasikan pada
‘bangunan ikonik’ yang menjadikan tanda sebagai ‘iklan’ atau ‘icon’ dari
negara tertentu.
Bangunan ikonik ini pada dasarnya merupakan bentuk ekspresi dari
cenderung trendi, ingin dikenal dan cenderung konsumtif. Bahkan bangunan
ikonik atau arsitektur ikonikpada saat sekarang dijadikan alat atau sarana untuk
mengiklankan Negara tentang kemajuan zaman maupun kemajuan kehidupan /
peradaban manusia di era pasca modern
Fold yaitu: bend (something flexible and relatively flat) over on itself
so that one part of it covers another, cover or wrap something in` (Oxford
Dictionaries). Yang artinya melipat, membengkokan, menekuk satu bagian
sehingga menutupi bagian yang lain atau membungkusnya. Adapun beberapa
teoris mengungkapkan pendapat mereka mengenai Folding, yaitu:
• Gillez Deleuze dalam bukunya yang berjudul The Fold – Leibniz and the Baroque memberikan beberapa penjelasan mengenai Folding. “A
fold always folded within the fold”.4 Setiap lipatan yang terbentuk
akan selalu berada diantara lipatan lainnya sehingga lipatanlipatan
tersebut dapat menjadi sebuah proses yang panjang dan tak terbatas.
Dari studi Leibniz tentang Fold dapat disimpulkan bahwa setiap dua
bagian dari sesuatu yang berbeda tidak dapat dipisahkan berdasarkan
kekuatannya atau ketidakterpisahan dari bagian tersebut. Dalam
studinya pun dijelaskan bahwa setiap bagian elatisitas yang terbentuk
dari sebuah lipatan tidak terpisah menjadi bagian-bagian tapi lebih
cenderung terbagi dalam lipatan-lipatan kecil yang tidak terhingga,
dan setiap lipatan tersebut dipengaruhi oleh konsistentsi sekitarnya.
(Gillez Deleuze – The Fold – Leibniz and the Baroque)
• Peter Eisenman pun mengungkapkan pendapatnya mengenai Folding. Menurutnya, “Foldings` potential in creating space can be used as a
generative strategy for catering to the new trends of corporate
Folding dalam lingkungan sosial dimana Folding merupakan cara
dalam pengembangan suatu lingkungan yang menjadi penghubung
antara sosial, budaya, ekonomi dengan lingkungan sekitarnya.
• Jeffrey Kipnis menjelaskan mengenai keterkaitan antara Folding dan
Deformasi dalam pandangan arsitektural. Deformasi dapat
didefinisikan sebagai bentuk-bentuk estetika seperti halnya Folding,
dimana keduanya berperan dalam melahirkan suatu tipologi ruang
yang baru. Konsep Fold dalam deformasi telah dijelaskan juga oleh
Leibnisz dan Deleuze namun hanya sebatas membandingkan aspek
filosofi, seni, dll dan tidak menjelaskan bagaimana hubungannya
dalam arsitektur serta pengimplikasiannya. Hubungan antara bentuk
yang dibangun dan kondisi site dengan pengaruh kontekstual Fold bisa
dipahami dengan teknik arsitektur baik melalui maket model dan
pemodelan lewat komputerisasi. Deformasi mengacu pada link formal
sebagai afiliasi dimana afiliasi tersebut merupakan mekanisme utama
dari deformasi yang dimaksud.
• Menurut Lynn “if there is a single effect produced in Architecture by
Folding it will be the ability to integrate unrelated elements within a
single mixture.” Lynn menggunakan teori kuliner dalam
pendangannya terhadap Folding dengan menggunakan istilah-istilah
seperti memukul, menyatukan, memotong, merobek-robek,
pencampuran dll. Ia mengatakan bahwa campuran harus merupakan
elemen yang menjaga keutuhan dalam penyatuan elemen Fold lainnya
yang terus menerus. Lynn menggunakan istilah ‘campuran’ (blending)
dalam keterkaitannya dengan teori kuliner dimana jika beberapa bahan
dicampur, bahan-bahan tersebut dapat mempertahankan
karakteristiknya. Dalam buku Folding City - Unfolded Toy (Miguel
property of Folding paper”. Folding memiliki kemampuan untuk
menghubungkan semua bagian dengan sendirinya. Semua bagian
terhubung seperti sebuah ikatan yang kuat. Kertas memiliki arti dalam
pengembangan kontinuitas karena kertas bisa menjadi sebuah alat
desain apabila kita terampil dalam memainkannya. Deleuze
menyampaikan beberapa karakteristik Folding dalam bukunya “The
Fold, Leibniz and The Baroque”, yaitu :
1. the fold: the infinite work in process, not how to conclude but
how to continue, to bring infinity
2. the inside and outside: the infinite fold separates or moves
between matter and soul, the facade and the closed room, the
inside and the outside
3. the high and low: being divided into fold, the fold greatly
expands on both sides thus connecting the high and the low
4. the unfold: not as a contrary to the fold but as the continuation
of this act
5. textures: as resistance of the material, the way a material is
folded constitutes its texture
6. the paradigm: the fold of the fabric must not conceal its formal
expression
Dari karakteristik di atas dapat di jelaskan bahwa Folding dapat
merupakan suatu proses tanpa batas namun saling berhubungan antara
Gambar 2.9.
Dua Proses Sama Menghasilkan Desain berbeda
Sumber: Vyzoviti (2004)
UnFolding bukan merupakan lawan kata dari Folding. Kedua
kata tersebut tidak berlawanan melainkan memiliki hubungan. Dimana
UnFolding merupakan proses kelanjutan dari Folding. Proses lipatan
itu dilanjutkan terus menerus di antara setiap lipatan dan ruang baik di
dalam maupun di luar dan setiap lipatan-lipatan yang dibuat akan
membentuk tekstur dari material tersebut. Dengan menggunakan
teknik Folding kita dapat membuat selembar kertas menjadi benda
yang belum ada sebelumnya. Folding menerangkan proses melipat
dengan menyebutkan urutan perlakuan yang dikenakan pada si kertas.
Misalnya fold – crease – fold – pleat, score – crease – fold –
compress, dan sebagainya. Dua buah proses Folding bisa saja
memiliki tahap yang sama, tetapi menghasilkan bentuk yang berbeda
(Gambar 2.9). Hal ini terjadi karena sebuah nama proses dalam
Folding tidak memiliki aturan tertentu dalam mengerjakannya. Proses
yang dijalankan dalam Folding adalah proses yang mengalir, tidak
II.4.3. Keterkaitan tema dengan judul
Hotel Transit, Ikonik Kuala Namu ini merupakan hotel yang berlokasi
dekat dengan Bandara Kuala Namu yang dijadikan sebagai simbol pada
daerah Kuala Namu dengan memperhatikan kualitas pelayanan tamu pada saat
tamu melakukan Transit, ataupun tamu yang tidak melakukan transit.
Karakter Folding architecture mendukung tema dari ikonik. Karena
karakteristik dari Folding arhcitecture.dapat membuat bangunan atraktif dan
tidak biasa secara visual memberikan kesan megah dan berada di site yang
tepat.
II.4.4 Studi Banding Tema
1. Yokohama International Port Terminal
Gambar 2.10.
Yakohama International Port Terminal
Yakohama dulu merupakan kota nelayang yang berkembang
menjadi kota terbesar kedua di Jepang, menyaingiTokyo sebagai kota
pelabuha. Selain itu, melihat perkembangan Jepang sebagai negara maju
yang menimbulkan industrialisasi di berbagai bidang membuatnya
semakin membutuhkan akses menuju dunia luar
“ Our proposal for the project start by declaring the site as an
open public space and proposes to have the roof of the building as an
open plaza, continuous with the surface of Yamashita Park as well as
Akaranega Park. The project is then generated from a circulation
diagram that aspires to eliminate the linear structure characteristic of
piers, and the directionality of the circulation” FOA5
FOA atau Foreingn Office Architects mencoba menghasilkan
bentuk baru dalam dunia arsitektur. Arsitektur yang bergelobang dari
permukaan tanah dan berubah dengan membengkokannya dengan
puntiran-puntiran halus. Pada bangunan ini kota Yokohama seakan ditarik
ke laut. Dengan mengadakan jalan setapak dipinggiran pantai.
Bangunan ini menutupi dermaga secara keseluruhan, dengan
potongan lempengan baja tahan api yang prefabrikasi, yang mana
memiliki lipatan seperti origami.
http://www.arcspace.com/features/foreign-office-architects/yokohama-international-port-Gambar 2.11.
Promendade Yakohama Terminal
Sumber : http://www.arcspace.com/CropUp/-/media/30613/Photo-8.jpg
Folding Architecture pada bangunan terminal ini menciptakan
ruang intuitif. Ruang terjalain dengan baik di tiap permukana
bangunannya. Berdasarkan pengalaman dan proses pendesainnya, terdapat
ruang-ruang yang muncul dan memiliki kualitas yang tidak biasa.
Perpaduan antara permukaan dan bagaimana permukaan itu sendiri
membentuk ruang, baik dengan tekukan-tekukan halus yang dibentuk oleh
permukaannya membetuk irama dan menimbulkan sense of place yang
Gambar 2.12.
Yakohama Terminal
Sumber : http://www.arcspace.com/CropUp/-/media/30603/Photo-7.jpg
2. Agora Theatre
Gambar 2.13.
Agora Theatre
Desain Teater ini mengeksplorasi bentuk-bentuk sculpture.
Kulit dari bangunannya sendiri terdiri atas ptoongan bidang permukaan
yang tersusun secara overlap, dengan ada lubang-lubang, memperlihatkan
seperti efek kaleidoskop. Pada teater ini darama dan penampilan tidak
harus dilakukan diatas panggung ataupun pada sore hari, tetapi dibebaskan
pada urban experience dan siang hari juga.
Arsitek utama dari bangunan ini adalah Ben Van Berkel dan
Gerard Loozekoot menintegrasikan konsep teater sebagai tempat untuk
pegerakan, bermain, beratraksi tergadap stuktrur bangunan tersebut.
Merepresentasikan selimut luat yang unik, garis-garis tegas dan kaku,
pencahayaan yang inovatif, dan penggunaan warna yang menarik
perhatian.
Susunan kulit luar dari bangunan ini juga terangkai oleh
beberapa potongan bagian. Potongan bagian tersebut disambungkan satu
sama lain sehingga menghasilkan permainan bentuk. Sambungannya
memberikan efek penegasan pada fasade bangunan.
Gambar 2.14.
Fasade bangunan
Pada eksterior bangunan terbentukruang-ruang unik diatara
tonjolan-tonjolan yang terbentuk. Area Enterance sengaja diletakkan pada
area kolong bangunan sehingga bangunan tersebut seolah-olah merangkul
pengunjung yang datang. Pada agora theater ini juga menghasilkan
bidang-bidang miring akibat bentuknya. Beberapa bagian bangunan
tersebut diespresikan secara transparan sehingga memperlihatkan kondisi
di dalam bangunan. Ruang yang tercipta semakin unik. Mengingat bagian