• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN USAHA KOPI TRADISIONAL ANTARA ETNIS TIONGHOA DAN ORANG MUSLIM DI SALATIGA DARI TAHUN 1976-1997

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERBANDINGAN USAHA KOPI TRADISIONAL ANTARA ETNIS TIONGHOA DAN ORANG MUSLIM DI SALATIGA DARI TAHUN 1976-1997"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERBANDINGAN USAHA KOPI TRADISIONAL

ANTARA ETNIS TIONGHOA DAN ORANG MUSLIM DI

SALATIGA DARI TAHUN 1976-1997

SKRIPSI

Diajukan Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Humaniora (S. Hum.)

Oleh:

FERA ASKHIYA NIM. 216 13 011

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDIN, ADAB, DAN HUMANIORA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)

iii

PERBANDINGAN USAHA KOPI TRADISIONAL

ANTARA ETNIS TIONGHOA DAN ORANG MUSLIM DI

SALATIGA DARI TAHUN 1976-1997

SKRIPSI

Diajukan Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Humaniora (S. Hum.)

Oleh:

FERA ASKHIYA NIM. 216 13 011

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDIN, ADAB, DAN HUMANIORA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

vii

MOTTO































Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan

Sesungguhnya yang demikian itu (Al-Baqarah: 45)

















(8)

viii

PERSEMBAHAN

Dengan tanpa mengurangi rasa syukur pada Allah

SWT, skripsi ini penulis persembahkan dengan penuh

rasa kasih, sayang dan ketulusan yang tiada akhir kepada:

Para Bapak/Ibu dosen, pembimbing, serta staff

dalam mempermudah administrasi di kampus,

Bapakku Jupri/Ibuku Ngatminah, kakakku

Anita, dan adikku Aditya yang selalu mendoakanku,

Kak Cinta, Unni, Teh Sofi dan mama, kak

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Dengan menyebut nama Allah Swt.yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang, segala puji dan syukur kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan

hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan lancar. Shalawat serta salam senantiasa tercurah terhadap Nabi

Muhammad Saw., yang telah membawa kita dari zaman jahiliyan hingga zaman

terang benderang. Skripsi ini disusun sebagai syarat mencapai Gelar Sarjana

Pendidikanpada Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Ushuludin, Adab, dan

HumanioraIAIN Salatiga.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yag telah

membantu dan memberikan dorogan baik moril maupun materil, sehingga skripsi

ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, melalui ruang penulis mengucapkan

penghargaan dan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga

2. BapakBenny Ridwan, M. Hum. selaku Dekan FakultasUshuludin, Adab, dan

Humaniora.

3. BapakHaryo Aji Nugroho, S. Sos., MAselaku Ketua Jurusan Sejarah

Peradaban Islam.

4. Bapak Dr. H. Mubasirun, M. Ag dan Bapak Adif selaku dosen pembimbing

(10)

x

5. Kepada seluruh dosen sejarah khususnya pada Jurusan Sejarah Paeradaban

Islam diFUADAHIAIN Salatiga.

6. Seluruh Narasumber yang bersedia memberikan informasi mengenai

perbandingan bisnis kopi.

7. Bapak, ibu, kakak dan adikku yang telah mencurahkan do‟a dan yang selalu

menyemangati saya.

8. Seluruh teman-teman yang selalu menyemangati saya.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

berperan dan membantu hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Akhirnya penulis berharap, semoga jasa dan bantuan yang telah diberikan

menjadi amal baik dan mendapat balasan dari Allah Swt. Dalam penyusunan

skripsi ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Hal ini

dikarenakan keterbatasan dari segala aspek yang dimiliki oleh penulis sendiri.

Untuk itu, kritik dan saran terbuka luas dan selalu penulis harapkan dari pembaca

yang budiman guna kesempurnaannya. Mudah-mudahan skripsi yang sederhana

ini mampu memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.

Wassalamu alaikum Wr. Wb.

Salatiga, 12 Agustus 2017

(11)

xi

ABSTRAK

Askhiya, Fera. 2017.Perbandingan Usaha Kopi Tradisional Antara Etnis

Tionghoa dan Orang Muslim di Salatiga Dari Tahun 1976-1997. Skripsi. Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Ushuludin, Adab, dan Humaniora. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. 2017. Pembimbing: Dr. H. Mubashirun, M. Ag.

Kata Kunci: Usaha, Muslim, Etnis dan Etos Kerja.

Penelitian ini merupakananalisis studi kasus pada perbandingan bisnis kopi bubuk tradisional karena kopi yang di produksi dengan cara digoreng secara manual. Adapun permasalahan yang ada yaitu (1) Bagaimana perkembangan usaha kopi oleh orang Muslim dan non Muslim di Kota Salatiga? (2) Bagaimana etosbisniskopioleh orang Muslim dan non Muslim di Kota Salatiga?

Penelitian ini adalah jenis penelitian sejarah yang menggunakan teknik

terjun langsung kelapangan (field research), karena sumber data diperoleh

langsung dari sumbernya. Skripsi ini menggunakan pendekatan sosial ekonomi guna menggumpulkan, sedangkan analisis data dari skripsi ini lebih mengarah pada sosial ekonomi masyarakat Salatiga tahun 1976-1997.

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN BERLOGO ...i

HALAMAN JUDUL ...ii

HALAMAN PERSETUJUAN ...iii

HALAMAN PENGESAHAN ...iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...v

HALAMAN MOTTO ...vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ...vii

KATA PENGANTAR ...viii

ABSTRAK ...x

DAFTAR ISI ...xi

DAFTAR TABEL ...xiv

DAFTAR NARASUMBER ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ...xvi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ...1

B.Rumusan Masalah ...8

C.Tujuan dan Ruang lingkup ...8

D.Kerangka Konseptual ...10

E. Tinjauan Pustaka ...19

F. Metode Penelitian ...22

(13)

xiii

BAB II KOTA SALATIGA, POPULASI ETNIS, KONDISI SOSIAL

EKONOMI DAN SALATIGA

A.Sejarah Kota Salatiga ...27

B.Populasi Etnis di Salatiga ...32

C.Kondisi Sosial Ekonomi di Salatiga ...38

BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI KOPI DI SALATIGA A.Perkembangan Industri Kopi Di Salatiga ...46

B.Dampak IndustriKopi Bagi Masyarakat Salatiga ...49

C.Krisis Moneter ...58

BAB IV PERBANDINGANINDUSTRI KOPI DI SALATIGA A.Sejarah Pabrik Kopi Milik Etnis Tionghoa (Babah Kacamata) ....63

B.Sejarah Pabrik Kopi Milik OrangMuslim ...66

1. Kopi Merek Kasmi ...68

2. Kopi Merek Arobi ...69

C.Etos kerja Pengusaha Pabrik Kopi di Salatiga ...71

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ...77

B.Saran ...78

DAFTAR PUSTAKA ... 79

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(14)

xiv

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA DAFTAR NARASUMBER

(15)

xv

DAFTAR TABEL DAN GRAFIK

Tabel 1.1 Tabel Pangsa Pasar (Market Share) Kopi Bubuk/Instan Tahun

2009-2011. 3.

Tabel 2.2 Perbandingan Angka Pencari Kerja dan Lowongan Pekerjaan Yang

Tersedia Kota Salatiga. 39.

Tabel 3.3 Tabel Perbandingan Pabrik-Pabrik Bisnis Kopi Di Salatiga. 46.

Tabel 3.4 Produk Domestik Regional Bruto (Pdrb) Kotamadya Salatiga

Menurut Lapangan Usaha, Atas Dasar Harga Konstan 1993 Tahun

1995-1997 (105.1). 48.

Tabel 3.5 Tabel Daftar Perkebunan-Perkebunan Yang Terdapat Di Sekitar

Salatiga Tahun 1924. 50.

Tabel 3.6 Tabel Daftar Pabrik-Pabrik Kopi Di Salatiga. 51.

Tabel 3.7 Tabel Jumlah Angkatan Kerja Diperinci Menurut Usia Di

Kotamadya Dati Ii Salatiga Tahun 1997. 54.

Tabel 3.8 Tabel Jumlah Lowongan Yang Sudah/Belum Dipenuhi Dan

Terdaftar Diperinci Menurut Golongan Industri Tahun 1980. 56.

Grafik 2.1 Perbandingan Agama dari Tahun 1980-1997. 34.

Grafik 2.2 Gambar Tratifikasi Masyarakat Salatiga Masa Kolonial. 36.

(16)

xvi

DAFTAR NARASUMBER

Nama Pemilik Pabrik Alamat

Joko Astono Babah kacamata Jl. Kaliyamat, Kalioso, No 16.

Kuntawinagun, Salatiga

Maryamah Kasmi Karang Padang Rt O2/Rw 03,

Kecandran, Salatiga

Sairoh Arobi Rt.01 Rw.3 Kecandran, Salatiga.

Mustikawati Adik dari Joko Astono Rt.03 Rw.9 Kemiri Barat No.

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

1. DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

2. FOTO-FOTO

3. PETA SALATIGA

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kopi menjadi salah satu komoditas unggulan dalam sektor

perekebunan Insonesia.1 Hasil perkebunan Industri di Indonesia sangat

beragam macamnya mulai dari teh, kopi, kakao, sawit hingga karet.

Hasil perkebunan tersebut nantinya akan diolah oleh perkebunan atau

dikirim ke industri kopi di Indonesia. Namun sebagian hasil

perkebunan akan di ekspor untuk memenuhi permintaan pasar luar

negeri. Kopi adalah salah satu hasil perkebunan yang mulai di minati

banyak konsumen, sehingga hasil panen setiap tahun selalu mengalami

peningkatan.2

Kopi merupakan salah satu komoditi ekspor potensial di pasar

dunia, termasuk di kawasan perdagangan bebas ASEAN-China.

Indonesia sebagai negara pengekspor besar kopi memandang

pemberlakuan kebijakan EHP sebagai peluang untuk dapat

meningkatkan penawaran ekspornya. Hal ini dipandang sekaligus

sebagai suatu tantangan untuk Indonesia dalam meningkatkan daya

1

Pratiwi,Retno Rahmawati. Skripsi. Hambatan dan Strategi Pengembangan

Usaha Kopi Dalam Upaya Peningkatan Produksi Di Kecamatan Candiroto Kabupatrn Temanggung. (Semarang: Universitas Negeri Semarang. 2016). hlm 1.

2

Paramita,Ika Oktavianti. Skripsi. Uji Komparaasi Antara Kopi ABC Susu

Dan Torabika Susu (Studi Kasus Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politk

(19)

2

saing komoditas kopi yang lebih kompetitif di pasar ASEAN dan

China, sehingga dapat lebih meningkatkan pendapatan negara.3

Untuk melihat perbedaan produktifitas serta pencapaian bisnis,

penulis memaparkan produk usaha dalam skala besar sebagai

pembanding antara perusahan dalam skala besar,menengah dan kecil

secara umum. Seperti PT Santosa Jaya Abadi sebagai usaha keluarga

pemilik merek kopi terbesar di Indonesia, akar perusahaan ini mulai

tumbuh dari sebuah industri rumah tangga sederhana di Surabaya,

dimana lebih dari 79 tahun silam pada tahun 1927, Sang Pelopor Go

Soe Loet memproduksi kopi terkenalnya.4 Pada tahun 1970,

perusahaan melakukan perkembangan sekaligus perubahan. Generasi

kedua mulai tampil untuk memastikan kelanjutan dan kesuksesan

usaha. Tahun 1980 PT Santosa membagun pabrik yang sekarang

berada di Sepenjang, Sidoarjo, Jawa Timur. Pada tahap ini, merek

Kapal Api telah menjadi penyangga utama perusahaan yang terbesar

rata di seluruh Indonesia sekaligus menjadi pemimpin besar dengan

rangkaian produk lengkapnya. PT Sentosa Jaya Abadi

memperkenalkan beberapa merek kopi lain yang juga berhasil meraih

sukse di pasaran, yaitu Excelso, ABC, Good Day, Ya, dan Kapten.

Hingga kini, PT Sentosa Jaya Abadi dengan rangkaian produknya telah

3

Nugroho,Arif Agus. Skripsi. Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi

Ekspor Kopi Indonesia Ke Wilayah ASEAN Dan China Dalam Skema Early Harvest Programme. (Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, 2013). hlm 5.

4Ibid.

(20)

3

menjadi bagian dari keseharian dan bahkan berlangsung dari generasi

ke generasi.5

Tabel 1.1 Pangsa Pasar (Market Share) Kopi Bubuk/Instan Tahun

2009-2011.6 Agustus2009, No.09/XXVI/29 April-11Mei 2010, No.15/XXVI/15-28 Juli 2010 dan No. 15/XXVII/18-27 Juli 2011

Torabika merupakan merek kopi instan dari PT. Mayora Indah

Tbk dan juga menjadi saingan dari PT. Santosa Jaya Abadi dan PT.

Gasandry. Dari tabel diatas dapat diketahui merk kopi yang paling

unggul adalah Kapal Api, disusul ABC, Nescafe, kemudian Torabika

dan kopi instan lain. kopi-kopi tersebut merupakan produsen kopi

yang banyak dipasaran dan telah tersebar di seluruh Salatiga. Pada

5Ibid.

hlm 24.

6

Yuyanti,Iis Wiwin. Skripsi. Pengaruh Line Extension terhadap Ekuitas

(21)

4

kopi Kapal Api selalu menjadi kopi paling unggul. Kemudian kopi

ABC diposisi kedua dan dari ketiga tahun diatas tidak ada penurunan.

Pada kopi Nescafe dari ketiga tahun diatas mengalami penurunan.

Pada kopi Torabika tahun 2010 mengalami penurunan, tetapi

melonjak lagi tahun 2011. Pada kopi Indocafe mengalami kenaikan,

tetapi tahun 2011 mengalami penurunan. Semua ini menjadikan para

produksi kopi lokal (kopi tradisional) di Salatiga untuk lebih

meningkatkan daya saing agar lebihmendapat tempat di tengah-tengah

masyarakat Salatiga khususnya.

Kopi mulai tersebar secara merata di Indonesia dan

dikembangkan, banyak perkebunan kopi yang tersebar di Indonesia.

Di daerah Jawa Tengah terdapat perkebunan kopi di Temanggung dan

Ungaran Kab. Semarang. Usaha petani kopi etnisJawa yang memiliki

filosofi Jawa dengan pola hidup gemi nastiti ngati ati yang artinya

hemat, cermat dan bersahaja/berhati-hati.7Prinsip itu telah melekat

pada orang Jawa terutama umat Muslim, sehingga sikap etnis Pribumi

Muslim lebih sederhana.

Kemudian pada abad ke-13 diperkenalkan oleh pedagang dari

Persia dan India. Kemudian pada abad ke-15 menyebar hingga

seluruh Indonesia, hingga sampai akhirnya Islam masul ke Jawa

khususnya Kota Salatiga.Pada tahun 1980 (BPS Kota Salatiga dalam

7

Rokhani, dkk. Jurnal Sosiologi Pedesaan. Dilema Kolektifvitas Petani

(22)

5

angka 1980) jumlah penduduk Pribumi Muslim mencapai 58.632

jiwa, sedangkan penduduk etnis Tionghoa mecapai 6.665 jiwa dari

jumlah penduduk mencapai 79.824 jiwa. Data tersebut menunjukkan

bahwa populasi etnis Tionghoa termasuk padat penduduk di Salatiga.

Pada tahun 1990 penduduk Muslim mencapai 112.819 jiwa,

sedangkan dari etnis Tionghoa 10.514 dari jumlah penduduk

mencapai 144.295. Terlihat peningkatan populasi dari etnis Tionghoa

dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.

Seiring dengan perekembangan zaman, perkembangan bisnis

di Indonesia juga telah mengalami kemajuan. Adanya budaya

konsumtif akibat dari perkembangan zaman tersebut semakin memacu

para pelaku bisnis untuk berusaha menyediakan kebutuhan dan

keinginan masyarakat. Setiap hari muncul pelaku bisnis yang

mengenal produknya dengan kreativitas dan inovasi baru. bahkan,

kegiatan bisnis sendiri sudah merambah di berbagai pihak masyarakat,

sehingga hal ini menyebabkan adanya persaingan yang semakin

kompetitif.8 Dalam penelitian ini membahas tentang persaingan kopi

bubuk tradisional dilingkup kota Salatiga yang dari tahun 1976 mulai

ada beberapa pabrik home industri beroperasi. Dalam hal berinovasi,

banyak diantara etnis Tionghoa dan orang Muslim tidak hanya kopi

yang di jual tetapi berbagai aneka biskuit. Mencoba dalam

8

Sulistiyani,Diah. Skripsi. Pengaruh Pengetahuan Etika Bisnis Islami dan

(23)

6

keberuntungan lainnya, dalam hali ini mereka memiliki daya saing

tinggi demi mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Para pedagang keturunan Tionghoa menilai lembaga, hukum

konstitensi dalam prinsip, serta kebiasaan dianggap cukup penting

dalam daganya terhadap masyarakat. Disimpulkan bahwa pedagang

Tionghoa cenderung bersifat kritis, artinya tindakan-tindakannya lebih

rasional dan atau lebih diperhitungkan untung rugi dalam menilai

suatu konsekuensi dari tindakannya tersebut. Budaya dagang orang

Tionghoa dan orang Jawa memiliki pandangan yang cenderung sama,

yaitu kedua-duanya adalah cara untuk berusaha menjaga hubungan

baik dengan para pelanggan, konsumen, pemasok, pimpinan dan

lingkungannya. Situasi pemasaran yang penuh resiko karena

persaingan dagang, yaitu masuknya pendatang baru, ancaman produk

pengganti, kekuatan tawar-menawar antarpembeli dan pemasok,

persaingan diantara pesaing yang sudah ada. Tetapi dalam keadaan

nyata pemasaran para pedagang pribumi Muslim cenderung bersikap

mengajak para pedatang baru untuk bekerja sama, sedangkan para

pedagang keturunan Tionghoa cenderung untuk melakukan

kemampuannya secara optimal tanpa melakukan kerjasama.9

Dari penelitian yang telah dilakukan pada setiap pabrik yang

telah dikunjungi, penulis mendapatkan informasi mengenai

pendapatan produktifitas dari setiap bulannya. Pada setiap pabrik kopi

9

Maharani,Dian Mega. Skripsi. Perilaku Kewirausahaan Pedagang Etnis

(24)

7

di kota Salatiga tenyata dari etnis Tionghoa lebih tinggi tingkat

produktifitas kopi per bulannya. Berdasarkan data-data yang telah

dapatkan oleh penulis, dapat diketahui bahwa kopi bubuk yaitu dari

produk kopi Babah Kacamata yang paling banyak produksinya tiap

bulannya yang menunjukkan kurang lebih 60 kg/bulan, yang mana

penjulannya di wilayah Salatiga dan sekitarnya.

Alasan penulis ingin meneliti tentang ini karena ingin

membandingkan beberapa pabrik kopi yang berada di Salatiga.

Kemudian kedua untuk melihat jaringan kerjasamanya karena

memperlihatkanperbandinganbisnis pabrik kopi yang berbeda-beda.

Kemudian usaha mereka merupakan usaha warisan dari orang tua

mereka, seperti kopi Arobi dan Kasmi pula. Kemudian etos kerja dari

etnis Tionghoa dan orangMuslim dalam berdagang, dari etika

berdagang yang mana orangMuslim dianggap malas dalam

berdagang.Bagaimana produktifitas dari etnis Tionghoa dan Muslim

yang berbeda, kesan pada etnis Tionghoa ialah terlihat dinamis dan

pada Pribumi Muslim terlihat aksetis. Berdasarkan uraian diatas, maka

penulis melakukan penelitian dengan judul : PERBANDINGAN

USAHA KOPI TRADISIONAL ANTARA ETNIS TIONGHOA

DAN ORANG MUSLIM DISALATIGA DARI TAHUN

(25)

8

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan usaha kopi oleh orang Muslim dan non

Muslim di Kota Salatiga?

2. Bagaimana etosbisniskopioleh orang Muslim dan non Muslim di

Kota Salatiga?

C. Tujuan dan Ruang Lingkup

Dalam penelitian ini peneliti tujuan secara umum adalah untuk

mengetahui sejarah geografi, sosial dan ekonomi Salatiga. Dalam

tujuan peneliti yang diharapkan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Tujuan Teoritis

Untuk mengetahui gambaran umum seperti populasi etnis Kota

Salatiga, untuk memahami latar belakang sejarah Kota Salatiga

dalam perubahan sosial ekonomi. Untuk mengetahui

perkembangan ekonomi di Salatiga khususnya dari usaha kopi.

Untuk mengetahui perbandingan dan etos bisnis pada pabrik kopi

tradisional yang ada di Salatiga.

2. Tujuan Praktis

Diharapkan dapat untuk menambah sumbangsi keilmuan bagi

pembaca. Untuk menjadi rujukan dalam penulisan di perpustakaan,

bagi siapa yang membacanya. Bisa menjadi bahan dasar penelitian

selanjutnya yang memiliki kesamaan tema. Dapat menjadi

(26)

9

syarat dalam mendapatkan gelar sarjana. Dalam kajian ruang

lingkupnya dalam penelitian adapun kajian di dalamnya antara

lain:

a. Kajian Spasial

Penelitian ini secara ruang lingkup spasial oleh Kota Salatiga

sebagai tempat yang diteliti dan dipilih oleh peneliti.Salatiga

merupakan kota madya yangmana masih ikut dalam Kabupaten

Semarang. Salatiga memiliki banyak beragam sektor ekonomi

dalam pendapatan daerah khususnya dalam sumber daya alam

dan sumber daya manusia, meskipun masih dalam lingkup

daerah. Tercatat dalam Dinas Perindustrian dan Perdagangan

ada beberapa didirikannya pabrik pembuatan kopi secara

tradisional yang menjadi objek dalam peneitian

penulis.(http://www//Disperindag Kota Salatiga)

Adapun nama dan alamat pabriknya seperti berikut:

1) Pabrik pembuatan kopi “BABAH KACAMATA” berada di

desa Jl. Kalinyamat No.16, Kutowinangun Kidul, Tingkir,

Kota Salatiga, Jawa Tengah 50742.

2) Kopi bubuk “KASMI” perintis generasi ke-3 Maryamah,

RT.2 RW.3, Kecandran, Salatiga.

3) Kopi bubuk “AROBI” perintis Arobi, RT.01 RW.3

(27)

10

b. Kajian Temporal

Penelitian ini secara ruang lingkup temporal mulai dari tahun

1976 karena tahun itu sebagai tahun dimana sudah

berkembangnya kopi tradisional berkembang di Salatiga. Pada

tahun 1976 juga ditandai dengan meluasnya perdagangan

Tionghoa secara merataterutama di daerah Salatiga. Dan

berakhir pada tahun 1997 karena banyak pabrik-pabrik

kopiditutup tersebut namun sementara karena krisis moneter,

naiknya nominal dollar terhadap rupiah menjadikan tingginya

harga kopi pada saat itu. Sehingga terpaksa ditutup, sementara

ditutup dari pihak pabrik terpaksa menjaul kopi yang masih

utuh (mentah) sisa dari yang telah dibeli sebelumnya, agar

keuangan stabil dan tidak rugi. (Wawancara dengan Bu Wati

selaku adik dari Bapak Joko Astono). Antara tahun 1976

sampai tahun 1997 menjadi jarak waktu dalam pasang surut

kondisi sosial ekonomi Kota Salatiga yang menjadi kajian

penulis.

D. Kerangka Konseptual

Pada kerangka konseptual ini peneliti menggunakan

pendekatan sosial ekonomi pada kasus perbandingan bisnis

(28)

11

penelitian kualitatif untuk lebih mengetahui kualitas dari data

informasi obyektif deskriptifanalitik dari narasumber. Sebelum itu

telah dilakukan proses pencarian dan pemilihan sumber untuk

menggolongkan mana sumber primer dan mana sumber sekunder yang

telah didapat, agar lebih memudahkan dalam penulisan penelitian

selanjutnya.Penekanan pada pedagang yangmana dari etnis Tionghoa

dan orang Muslim, yang terlihat ternyata pada peningkatan peminat

kopi (Wawancara dengan narasumber Joko Astono selaku pemimpin).

Dalam penulisan ini juga memperlihatkan bagaimana kondisi tahun

1997 yang mana naiknya harga kopi, sehingga dampak yang dirasakan

masyarakat yang memproduksi kopi menjadi tidak kondusif.

Akibatnya banyaknya produksi kopi yang mengalami kesusahan

seperti bangkrutnya usaha pabrik kopinya. Kemudian dari pada itu

melihat aktualisasi pemerintah dalam penanganan kondisi sosial

ekonomi yang menimpa masyarakat Salatiga dan sekitarnya.Dalam

pola dasar konsep penelitian ini penulis membahas tentang:

1. Komposisi Etnis

Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945, tetapi perjuangan

dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia jauh sebelum itu.

Dalam penyebaran komposisi lapisan masyarakat telah diduduki

oleh etnis Tionghoa, Eropa, Arab, India dan pribumi Jawa. Dari

sekian luas geografis Indonesia dari Sabang sampai Merauke

(29)

12

suku, ras, dan agama yangmana menjadi satu kesatuan dibawah

naungan semboyan Bhineka Tunggal Ika.

Di pulau Jawa, penyebaran dari berbagai etnis telah merata ke

seluruh pulau Jawa sendiri. Dalam pembagian wilayah pada etnis

Tionghoa terkenal dengan kampung Pecinan dan diikuti dengan

pemukiman lainnya dari etnis Arab dan India. Di kota Salatiga

penyebaran etnis mulai semakin meningkat terlihat dalam

perekonomian di pasar tentunya. Meskipun di dominasi oleh etnis

Jawa khususnya Muslim, pada etns lainnya sangat menonjol akan

kehadirannya terutama etnis Tionghoa. Ruang bergerak dalam hal

kemasyakatan pun terlihat, apabila mengunjungi Pasar Raya

Salatiga banyak sekali ditemukan pedagang dari etnis Tionghoa.

Dari Pribumi Muslimlebih dominan berjualan seperti peralatan

sholat, busana muslim dan lainnya yang berkenaan untuk beribadah

umat muslim. Pada etnis Tionghoa mereka justru membuka

peluang akan semua yang telah dicobamulai dari peralatan rumah,

peralatan pribadi, dari yang mentah sampai barang matang ada.

2. Etos kerjaetnis Tionghoa

Objektivikasi (konkretisasainya), telah dijelaskan di muka, dengan

kedalaman proses gerak dialektika fenomena kesadaran moralnya

yang bersumber pada kesadaran diri atau refleksi diri dengan

metode reflektif kritis. Prosesnya itu mengiplikasikan kualitas

(30)

13

maksud etos pemikirannya juga struktur pemikiran manajemen

selaras dengan efisiensi tujuan etos dagang pada masanya (bidang

perdagangan) baik bagi eksistensi manusiawikerakyatan dalam

ekonomi kerakyatan maupun bagidunia kehidupan atau realitas

sosial Jawa yang dalam kondisi pascakolonial (dalam masyarakat

pluralisme pascatradisional).10

“Perbandingan pemahaman etos dagang Jawa dengan budaya dagang keturunan Tionghoa. Menurut sistem nilai moral Tionghoa, seorang karyawan diharap sebagai pengikut, penurut, dan acapkali sebagai seorang yang tidak perlu melakukan banyak pertanyaan. Seorang pemimpin

dianggap segalanya, paling pandai dari suatu kelompok.11

Pertanyaan dan pendapat berbeda dianggap sebagai sikap mengganggu harga diri pemimpinnya. Perilaku yang otoriter diharapkan datang dari superior sedangkan

bawahan hanya bersifat pasif saja.12 Chan dan Moore

menjelaskan, sikap masyarakat Tionghoa terhadap

lingkungan cenderung menerima daripada berusaha

mengubahnya. Mereka mencari kecocokan dirinya

kesamaan bagi suatu tindakan yang bisa membuat

keharmonisan lingkungan.”13

“Menurut Hana dalam budaya Tionghoa dikenal dengan utang budi merupakan suatu bentuk kerjasama dalam jangka panjang. Hubungan kerja sama selalu didasarkan pada kekeluargaan, perdagangan yang dibangun oleh keluarga-keluarga Tionghoa berdasar kepercayaan pribadi

atau guanxie yang berarti ikatan manusia bersifat pribadi,

khas, dan non-ideologis, tetapi berdasar pada kesamaan identitas. Kesamaan tersebut akan lebih diprioritaskan di lingkungan keluarga, marga, dan atau keturunan dalam

10

Daryono. Etos Dagang Orang Jawa Pengalaman Raja Mangkunegara

IV.(Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2007). hlm 268.

11

Stepen Martin, Industri Economic, Economic Analysis and Public Policy,

(New York: MacMillan Publ. Company, 1989), hlm xxi.

12Ibid.,

hlm 75.

13

Nikhilesh Dholakia (ed.), Marketing as If Cultur Mattered, (University

(31)

14

Tionghoanya baru kemudian kearah kesamaan yang lain

misalnya agama atau daerah.”14

Masyarakat etnis Tionghoa harus menjadi pribadi penurut,

maksudnya dalam bekerja harus loyal akan tanggung jawabnya

terhadap atasan mereka. Keluarga etnis Tionghoa lebih dominan

bekerja sama pada dasar persamaan identitas sehingga mampu

memaksimalkan usaha mereka dalam keseharian. Bukan karena

agama atau daerah dalam mempengaruhi konsep usaha.

Masalah terpenting pada kecenderungan etos dagangnya etnis

Tionghoa itu kaitannya pada kondisi perekonomian sekarang, yaitu

dalam etika pasar bebas dan perekonomian global,

berkecenderungan ke dalam dua hal yang kurang. Pertama, kurang

realistis dan rasional, dan kedua, kurang sesuai dengan identitas

budaya dan pengalaman keagamaan (Islam) Jawa yang dalam

masyarakat pasca-tradisional. Kemungkinan lain masalah pada etos

dagang Jawa dalam pemikiran Sri Mangkunegara IV sebagaimana

dikaji di sini, kiranya pantas menawarkan diri sebagai bagian

alternatif pemecahannya. Misalnya, pertama-tama, dua pihak itu

(etnis Tionghoa dan Jawa) sebaiknya selalu melakukan proses

pemberdayaan dialogis partisipasif transendental dalam dunia

kehidupan atau realitas sosial sesuai pada masanya tersebut. Kedua,

proses itu terkait erat antara pendidikan dan pengalaman

14

(32)

15

keagamaan (Islam) Jawa sesuai pada masanya.15 Kemudian adanya

sifat pragmatis saat etnis Tionghoa selalu berfikir untuk membuka

berbagai peluang dalam meraup keuntungan serta dinamis dalam

berwirausaha. Selalu menerapkan etos kerja mereka pada setiap

bisnis yang didirikannya.

3. Etos kerja orang Muslim

“Seperti yang dikatakan Budi Paramita, sikap yang dikembangkan orang Jawa adalah sikap realistis, yaitu rasional, dengan mempehitungkan untung rugi, konsisten dalam prinsip serta berfikir logis dalam meninjau masa lampau maupun masa depan, memiliki keinginan dan keberhasilan, kepahlawanan, keyakinan dan konsekuen atas keuntungan materi. Berlawanan dengan sikap itu adalah

sikap yang lebih feminin dalam dagang, yaitu aktifitasnya

lebih mempertimbangkan maksud yang dinginkan tanpa

pertimbangan materi atas suatu tindakan, lebih

mementingkan hubungan teman, menekankan masa lampaunya dari pada masa depan, berperilaku sederhana, mempertimbangkan yang lemah dan mementingkan mutu

kehidupan lebih langgeng lebih sama rata.”16

Dalam berdagang setiap orang akan mementingkan

bagaimana kinerja bisnisnya berjalan lancar. Pemahaman akan etos

dagang pasti akan mencapai cita idealnya bagi para pedagang.

Diharapkan etos kerja yang telah berjalan dari etnis Tionghoa

maupun orang Muslim akan cenderung meningkat terutama dalam

aspek penjualan, keuntungan serta pelanggannnya. Kiranya cukup

baik menjadi acuan tantangan pemikiran etos kerja dan menjadi

15

Daryono. op. cit., hlm 308.

16

Budi Paramita, Struktur Organisasi di Indonesia, (Jakarta: Lembaga

(33)

16

sumbangsi pemikiran dalam perekonomian Jawa tentunya.17 Jika

dilihat dari aktualisasi etos kerja orang Muslim terlihat bersifat

aksetis dalam artian mereka ingin mempertahankan prinsip mereka

yaitu menjaga amanah yang ada dan menjalankan usaha apa yang

telah di beri oleh Tuhan. Selalu sederhana dalam artian usaha yang

dilakukan hanya untuk mencukupi apa yang kurang dalam

keseharian dan tidak berorientasi pada keuntungan yang lebih

besar.

4. Kompetisi

“Pengertian usaha (bisnis) adalah itilah yang sering muncul

dalam brbagai literatur yang menuliskan perihal aspek hukum persaingan bisnis. Persaingan berasal dari bahasa

Inggris yaitu competition yang artinya persaingan itu

sendiri atau kegiatan bersaing, pertandingan, dan kompetisi. Persaingan itu adalah ketika organisasi atau perorangan berlomba untuk mencapai tujuan yang diinginkan seperti konsumen, pangsa pasar, peringkat survei, atau sumber

daya yang di butuhkan.”18

Secara umum, persaingan bisnis adalah usaha atau kegiatan dimana

kelompok atau sesorang berlomba dalam menawarkan produk yang

dimiliki kepada orang lain (konsumen).

5. Pengertian etos

Kata etnis berasal dari kata ethos yang dalam bahasa Yunani

berarti ”masyarakat” (Abdullah, 2005: 193). Etnis adalah golongan

masyarakat yang didefinisikan secara sosial berdasarkan berbagai

17Ibid.

hlm 310.

18

Mudrajad Kuncoro, Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetiti,

(34)

17

macam karakteristik kulturnya. Etnisitas atau kesukubangsaan

(Tumanggor, 1020: 110) selalu muncul dalam konteks interaksi

sosial pada masyarakat majemuk.19Banyak ahli telah memberikan

pengertian tentang etos kerja ini sebagai suatu sikap mendasar dan

ide pokok yang senantiasa berpengaruh besar terhadap kerja. Etos,

menurut Geertz adalah : “the underlying attitude toward themselves

and their world that life reflects”. Etos adalah sikap mendasar

terhadap diri dan dunia yang dipancarkan hidup. (Taufiq Abdullah,

1987, hal 3).20

“Bisnis adalah kegiatan ekonomi yang berarti usaha. Bagian dari kegiatan ekonomi, bisnis merupakan aspek penting dalam kehidupan yang pasti semua orang mengenalnya, karena itu ada sebuah adigium, bisnis adalah bisnis. Jadi, bisnis merupakan segala bentuk kegiatan yang dilakukan dalam produksi, menyalurkan, memasarkan barang dan jasa yang diperlukan oleh manusia, baik dengan cara berdagang maupun bentuk lain dan tidak hanya

mengejar laba.”21

Berbisnis merupakan salah satu ajaran Islam. Berbisnis yang

digolongkan dalam perintah bekerja atau bermuamalah. Dalam

Islam, perintah bekerja atau berbuat untuk memperoleh dan

menghasilkan manfaat atau nilai tambah (rezeki).22Sehingga dapat

19

Arisetya,Dian. Skripsi. Persepsi etnis tionghoa sebagai kelompok Minoritas terhadap etnis non-tionghoa dalam Politik multikulturalisme (studi di kelurahan metro). (Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Lampung: Bandarlampung, 2015). hlm. 13.

20

Jurnal Penelitian Agama, Media Penelitian dan Pengembangan Ilmu-ilmu

Agama. Nomor 3, Januari-April 1993, (Yogyakarta: Balai Penelitian P3M IAIN Sunan Kalijaga.1993), hlm. 38.

21

Abdul Aziz, Etika Bisnis Prespektif Islam, (Bandung: Alfabeta, 2013),

hlm 31.

22

Zahroh, Fathimatuz dan Muhammad Nafik H.R. Jurnal JESTT Vol. 2 No.

(35)

18

disimpulkan, secara garis besar persaingan bisnis adalah kegiatan

dalam berlomba untuk menawarkan barang atau jasa dengan cara

berdagang yang dilakukan oleh manusia dalam memenuhi

kebutuhan diri. Kelompok atau perorangan dalam berbisnis selalu

tidak lepas akan adanya produk dan pasar. Produk secara umum

adalah barang atau benda yang ditawarkan kepada seseroang,

yangmana biasanya orang-orang menawarkankanya di pasar.

6. Pengertian Muslim

“Muslim secara etimologi merupakan bentuk fa’il (subyek/pelaku) dari kata kerja asmala-yuslimu-Iislaman. Karena hanya sebagai subyek dari perbuatan isslam, maka pengertiannya tergantung pada pengertian Islam itu sendiri.”23

Pada dasarnya ajaran Islam berorientasi pada terciptanya karakter

manusia yang memiliki sikap perilaku yang sombong dan adil

dalam konteks hubungan antara manusia dengan diri sendiri,

manusia dengan orang lain (masyarakat), bahkan manusia dengan

Tuhan.24 Rasulullah SAW sendiri adalah seorang pedagang yang

bereputasi internasional dan mendasarkan bangunan bisnisnya

kepada nilai-nilai ilahi (transenden). Perilaku Rasulullah yang

jujur, tranparan dan pemurah merupakan kunci keberhasilannya

Mandiri Sidoarjo, (Surabaya: Fakultas Ekonomi dan Bisnis-Universitas Airlangga, 2015) hlm. 745.

23

IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta:

Djambani,1992), hlm. 701. 24

(36)

19

mengelola bisnis Khadijah ra. Dengan dasar itu, beliau membengun

sistem ekonomi ilam yang tercerahkan.25

E. Tinjauan Pustaka

Dalam tinjauan pustaka peneliti menemukan kasus-kasus yang

sama satu tema tetapi berbeda dalam sudut pandang, seperti berikut:

Skripsi karya Surya Purnama (Universitas Negeri Semarang,

2009) berjudul Interaksi Sosial Antara Etnis Cina Dan Etnis Jawa Di

Kudus Pada Masa Demokrasi Terpimpin (1950-1965) yang berisikan

tentang penyebaran etnis Tionghoa di Kudus. Skripsi ini memberikan

informasi tentang perilaku ekonomi etnis Tionghoa pada masa

Demokrasi Terpimpin lebih banyak di bidang agraria, etnis Tionghoa

masih dibatasi kepemilikannya. Akibat kondisi jamas Malaise, ada

pergeseran peran ekonomi tertentu terutama dari kuli perkebunan

menjadi tengkulak, pedagang ikan, atau pemilik penggilingan beras.

Juga munculnya dominasi dalam perdagangan eceran oleh etnis

Tionghoa. Dalam interaksi antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di

Kudus mulai dari adanya keikutsertaan etnis Tionghoa dalam

organisasisosial kemasyarakatan dan didominasi oleh penduduk

pibumi (etnis Jawa). Persamaan pada penelitian penulis pada pelaku

yaitu etnis Tionghoa, dan perbedaan pada pelaku kedua dan spacial

25Ibid.

(37)

20

penelitian. Pada karya Surya Purnama pelaku kedua adalah masyarakat

di Kudus, jika penelitian penulis yaitu masyarakat di Salatiga.

Tesis karya Muh. Syafiul Hafidh (Universitas Islam Negeri

Sunan Kaliyaga, Yogyakarta, 2015) berjudul Relasi Bisnis Komunitas

Muslim Jawa Dengan Komunitas Tionghoa Di Pekalongan yang

berisikan tentang perbedaan penerapan sistem perilaku bisnis antara

komunitas Tionghoa dan Muslim Jawa di Pekalongan serta relasi

keduanya. Tesis ini membeikan ulasan mengenai strategi bisnis dalam

etnis Tionghoa, terlebih untuk bertahan hidup.Dalam perkembangan

ekonomi perdagangan di Pekalongan etnis Tionghoa membuat kerja

sama dengan Pribumi setempat, terkait masuknya pendatang baru,

ancaman produk pengganti, kekuatan tamawar menawar. Sehingga

kerja sama terjalin dan dijadika bagian dari usaha menjaga hubungan

baik diantara keduannya. Pada tesis ini memiliki persamaan pada

pelaku yaitu komunitas Tionghoa dan Muslim, perbedaanya pada

variabel relasi dalam bisnis. Jika pada penelitian penulis lebih

mengarah pada persaingan bisnis (pola bisnis) diantara kedua pelaku,

spacial dalam tesis ini di pekalongan, jika penulis di Salatiga.

Skripsi karya Ferdi Zulmi Pratama (Universitas Andalas

Padang, 2011) berjudul Analisis Migrasi Desa Kota Dan

Perkembangan Sektor Informal Di Kota Padang. Skripsi ini berisikan

tentang migrasi desa kota diukur dengan minat dan tidak minatnya

(38)

21

anatara daerah pedesaan dengan daerah perkotaan telah mendorong

sebagian besar penduduk bermigrasi, serta dirasakan kurangnya

sumber penghidupan yang layak. Skripsi ini lebih mengarah pada

analisis karakteristik demografi dan sosial ekonomi pedagang di

Padang. Terlebih analisis pada pengaruh faktor umur, pendidikan, dan

status perkamwinan. Berbeda dengan penelitian penulis lebih pada

pola pikir perekonomian dalam berdagang. Kesamaan dalam skripsi

karya Ferdi ialah sama-sama mengenai faktor berdagangyang

dilakukan oleh masyarakat.

Skripsi karya Ika Oktavianti Paramita (Universitas Veteran

Jawa Timur, 2014) yang berjudul Uji Komparasi Konsumen Pembeli

Kopi ABC dan Torabika Susu di Jawa Timur. Skripsi ini menjabarkan

mengenai tingkat peminat terhadap kedua kopi tersebut kemudian

dilakukan analisis. Kemudian memperlihatkan analisis tingkat

peminat di warung kopi dengan berusaha membuat konsep kedai kopi.

Kemudian memperlihatkan perbandingan anatara kedua kopi dari

tingkat peminat hingga peringkat perkembangan kedua kopi, dan itu

menjadi persamaan terhadap penelitian penulis. Keunggulan

dibanding karya ini, penulis mencoba membandingkan tingkat skala,

kwalitas serta etos dalam berdagang dari dua etnis yaitu Tionghoa

(39)

22

F. Metode Penelitian

Langkah awal yang dilakukan penulis ialah pemilihan topik

atau tema, seperti yang disampaikan oleh Kuntowijoyo (1992:92)

berdasarkan kedekatan emosional dan kedekatan inetelektual.

Pemilihan topik harus memuat unsur Sejarah dan Islam. Penelitian

memuat kesejarahan Kota Salatiga dan keberadaan umat muslim di

Salatiga. Pemilihan topik ini lebih pada kedekatan emosional penulis

terhadap Kota Salatiga dan sekitarnya. Dalam penelitian ini

menggunakan metodologi sejarah yang digunakan oleh para

Sejarawan. Diantaranya metode heuristik, verifikasi, interprestasi dan

historiografi, yangmana sebagai berikut:26

1. Metode pencarian sumber (Heuristik)

Metode heuristik merupakan langkah untuk mengumpulkan

sumber-sumber (sources) atau bukti-bukti (evidences) sejarah,

dalam memasuki lapangan (medan) penelitian. Di lapangan ini

kemampan teoritik yang bersifat deduktif-spekulatif sebagai

tertuang dalam proposal atau rancangan penelitian akan diuji.27

Dalam metode ini, penulis melakukan pencarian sumber literatur

yang memiliki kesamaan tema dengan penilitian penulis. Dalam

pencarian sumber tersebut seringkali peneliti terhambat akan

kandungan dari literaturyang ada dan keberadaan dari sumber

tersebut. Peneliti mencari sumber ke Perpustakaan Jurusan Sejarah

26

Daliman. 2012. Metode Penelitian Sejarah. (Yogjakarta: Ombak).

hlm. 51.

27Ibid.

(40)

23

dan Peradaban Islam IAIN Salatiga memperoleh buku tentang

metodologi sejarah. Kemudian Arsip dan Perpustakaan Daerah

Salatiga mendapat foto dan buku-buku yang mendukung tema

penulis. Penulis juga ke Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Salatiga

yangmana memperoleh data-data tentang geografis, populasi etnis

dan data tentang ketenagakerjaan Kota Salatiga. Kemudian penulis

juga melakukan wawancara ke beberapa narasumber pemilik

pabrik pembuatan kopi tradisional untuk mendapatkan deskripsi

kesejarahan dari obyek yang dijadikan penelitian oleh penulis.

Peneliti juga menggunakan Metode Sejarah Lisan dengan

melakukan wawancara, yang dilakukan dengan para

narasumber/informan terkait judul. Wawancara merupakan usaha

mengumpulkan keterangan dan informasi tentang kehidupan

manusia dalam suatu masyarakat. Adapun pelaksanaan dari

wawancara ini menggunakan teknik wawancara bebas terpimpin

yang dimaksud disini adalah bentuk pertanyaan yang diajukan

kepada informan bersifat terbuka dan terarah. 28

2. Metode kritiksumber (Verifikasi)

Metode verifikasi merupakan langkah mengadakan kritik terhadap

sumber yang didapat setelah pemgumpulan sumber. Bersamaan

dietemukannya sumber-sumber sejarah sekaligus dilakukan uji

validasi sumber. Uji validasi sumber-sumber sejarah inilah yang

28

Nurcahyo,Daud Ade. Skripsi. Kebijakan Orde Baru Terhadap Etnis

(41)

24

dalam penelitian sejarahlebih dikenal sebagai kritik sumber

sejarah.29

Metode ini peneliti mengelompokkan sumber-sumber yang telah

didapatkan. Ada dua klasifikasi sumber yaituyang pertama kritik

internal tentang kredibilitas isi dari sumber-sumber referensi,

sehingga peneliti labih fokus agar berkwalitas. Kedua kritik

eksternal mengkaji tentang outensitas sumber mengenai kertas,

tinta, bentuk tulisan, tinta, dan sebagainya.

3. Metode analisis dan sintesis (Interprestasi)

Interprestasi berasrti menafsirkan atau memberi makna kepada

fakta-fakta (facts) atau bukti sejarah. Fakta-fakta atau

bukti-bukti sejarah dijadikan sebagai skasi (witness) realitas dimasa

lampau, untuk mengungkap makna dan signifikansi diri dan

memperkuat informasi.30

Dilihat dari sudut pandang yang pertama dengan sudut pandang

dari sisi yang lain atau sisi-sisi yang berbeda. Sesorang harus

menyimpulkan data dan melakukan pemaknaan terhadap data yang

telah ditemukan. Seseorang memberikan pemaknaan dan uraian

yang benar sesuai sumber dan fakta yang ada. Peneliti harus

berimajinasi yang apa yang akan terjadi setelah dikumpulkannya

sumber-sumber yang didapat agar menjadi satu kesatuan utuh

untuk ditulis dalam tahap berikutnya.

29Ibid. hlm. 64. 30Ibid.

(42)

25

4. Metode penulisan sejarah (Historiografi)

Setelah melakukan interpretasi pada sumber-sumber yang ada,

tahap penelitian sejarah selanjutnya ialah penulisan sejarah.

Penulisan sejarah atau hitoriografi merupakan langkah akhir

seorang sejarawan dalam melakukan penelitiannya dengan

membangun karya tulis. Dalam penulisan sejarah ini aspek

kronologi sangatlah penting. Tulisan sejarah ini berdasarkan

rentetan waktu peristiwa yang terjadi. Penyajian hasil penelitian

dalam bentuk tulisan ini mempunyai tiga bagian utama, yaitu

pengantar, hasil penelitian, dan simpulan.31

G. Sitematika Penelitian

Pada sitematika penulisan ini berisikan mengenai uraian

tentang gambaran umum tema yang ditulis oleh penulis antara lain:

Bab I PENDAHULUAN adapun latar belakang, berisikan

mengenai gambaran dan sinopsis sebuah kopi pada umumnya. Memuat

sebab-sebab yang jelas, adanya berita mengenai kopi Babah Kacamata

tercantum didalamnya. Pada rumusan masalah, berisikan tentang

persoalan yang muncul dari latar belakang. Pada tujuan dan ruang

lingkup menjawab dari permasalah yang ada sebelumnya, kemudian

menjawab maksud dan keinginan yang ingin dicapai dalam penulisan.

Ruang lingkup berisi tentang spasial yang menceritakan letak dan

31

Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah. (Yogyakarta: Benteng, 2005).

(43)

26

alamat, dimana dilakukan penelitian dan alasan mengambil tema

tersebut. Kemudian ada temporal menceritakan kesenjangan waktu dan

kepan penelitian itu mulai dan berkembang di masyarakat. Pada

tinjauan pustaka menceritakan mengenai buku, tesis atau skripsi yang

memiliki tema sama dan mencantumkan kedalamnya meliputi,

pengarangnya, tahunnya, karyanya dan isinya. Pada metode penelitian

tentang cara bagaimana mendapatkan informasi mengenai tema

tersebut dan terakhir adalah sistematika penulisan.

Bab II KOTA SALATIGA, POPULASI ETNIS DAN

KEADAAN SOSIAL EKONOMI DI SALATIGAberisikan tentang

sejarah dan populasi etnis (orang Muslim, etnis Tionghoa, kondisi

sosial, ekonomi dan budaya Kota Salatiga mengenai keadaan

masyarakatnya.

Bab III PERKEMBANGAN INDUSTRI KOPI DI

SALATIGAmemperlihatkan perkembangan terhadap industri kopi

tradisional disekitar Salatiga, kemudian dampak industrikopi bagi

masyarakat Salatiga, dan krisis moneter di Salatiga.

Bab IV PERBANDINGAN BISNIS KOPI DI SALATIGA

mengenai sejarah pabrik-pabrik kopi, etos bisnis pabrik kopi dari etnis

Tionghoa dan etnis Pribumi Muslim, dan analisis penelitian.

Bab V KESIMPULAN DAN SARAN berisikan kesimpulan

merupakan jawaban dari permasalahan yang ada, dan memberikan

(44)

27

BAB II

Gambaran Umum Kota Salatiga

A. Sejarah Kota Salatiga

Berdasarkan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II

Salatiga Nomor 15 Tahun 1995 Tentang Penetapan Hari Jadi Kota

Salatiga di Bab II tentang Hari Jadi Kota Salatiga pasal 2:

1. Hari jadi kota salatiga berdasarkan Prasasti hamparan Plumpungan

dengan Sakakalatita 672/4/31/ Sukrawara;

2. Berdasarkan perhitungan surya sengkala sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) pasal ini yang bertepatan Hari Jum‟at Tanggal 24

Juli 750 M ditetapkan sebagai Hari Jadi Kota Salataiga.32

Proses pertumbuhan bisa diawali dengan “babad alas” yang

dilakukan sesorang tetapi dapat pula dilakukan secara berkelompok

yang kemudian membentuk suatu perkampungan, desa, kota,

(misalnya: pasukan Wijaya yang membuka hutan Tarik, yang pada

akhirnya berubah menjadi ibukota Kerajaan Majapahit). Lama

kelamaan desa itu berkembang menjadi kota, yang mempunyai status

administrasi secara tegas. Demikianlah halnya dengan pertumbuhan

Kotamadya Salatiga. Memahami pemunculan yang secara evolusi itu,

yang mengkisahkan tentang proses awal pemunculannya.33

32

Pemerintah Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga. Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga. hal. xviii.

33Ibid

(45)

28

Dasar penetapan hari jadi Kota Salatiga didasarkan pada suatu

kesamaan persepsi Penetapan Hari Jadi Kota Salatiga ini bukan

pekerjaan yang mudah. Lebih-lebih perhatian terhadap hari jadi

sendiri terhitung lambat, bila dibandingkan daerah lain, di Jawa

Tengah. Pada kenyataanya, keberadaan Salatiga merupakan kesatuan

wilayah administrasi warisan dari sejarah pada masa Pemerintahan

Hindia Belanda. Bagi Salatiga menjadi wilayah administratif

berdasarkan surat keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda

tanggal 25 Juni 1917 didirikan Staads Gemeente Solotigo.34

Nama Salatiga, berbicara tentang asal-usul nama Salatiga,

secara historis (epigrafis) dapat diketahui dari batu Prasasti

Plumpungan (Hampra) juga menyebutkan seorang tokoh putri

bernama sang Siddhadewi, yaitu seorang putri yang memilki

kemampuan supranatural. Dalam agama Jaina dikenal Dewi Trisala

yang melahirkan pendiri agama Jaina bernama Mahawira. Meskipun

agama Jaina tidak berkembang pesat di Indonesia tetapi tokoh dewi

yang sangat mulai itu di kenal di Indonesia, terutama di Salatiga, hal

ini terbukti dalam Prasasti Plumpungan yang menyebutkan nama

Siddhadewi. Nama Siddhadewi yang dimaksud adalah Dewi Trisala.35

Dalam buku Edy Supangkat berjudul Skets Kota Lama dalam

legenda kota Salatiga yang dikenal dalam kisah Babad Demak. Babad

34

Ibid. hal. 4.

35Ibid

(46)

29

Demak menceritakan tentang perjalanan Ki Ageng Pandanaran (1575)

dengan istrinya, sebagaimana yang telah dipaparkan bahwa Nyi

Ageng Pandanaran dirampok perhiasannya. Nyi Ageng Pandanaran

dibegal oleh perampok di suatu daerah yang disebut Kesongo telah

terjadi peristiwa perampokan, peristiwa tersebut dinamai Salah Tigo

kemudian berkembang menjadi Salatiga. Dalam buku Edy Supangkat

juga menambahkan tentang asal kata Solotigo atau Salatiga itu muncul

beragai banyak versi yang mengatakan bahwa kata itu berasal dari

kata selo: batu dan tigo: batu berubah menjadi Solotigo. Ada juga

yang mengatakan diambil dari ucapan sudah salah masih tega, yang

menjadi salahtega dan menjadi Salatiga. ada juga yang mengatakan

dari salah(nya) tiga orang menjadi Salatiga. Meskipun asal arti dari

kata Salatiga berbagai versi yang pasti dapat kita ambil kesipulan

bahwa Salatiga dapat dilihat dari berbagai cara, mulai dari data

administrasi negara tentang Kota Salatiga, dari buku-buku yang

memang ke-validan diakui.

Salatiga secara astronomis memiliki luas wilayah hampir

17,283 Km2 (Salatiga Dalam Angka tahun 1980) dan wilayah

Kotamadya Salatiga terbentang pada posisi antara 110.2.28‟,37.79”

-11.32.39.79” BT antara 7.17”4”-7.23”48”LS, yang diperhitungkan

dari Meridian O Greenwich dan Equator.posisi semacam ini dan

ditunjang oleh morfologi yang berupa pegunungan, menyebabkan

(47)

30

24 derajat celcius. Secara geomorfologis terletak di daerah pedalaman

Jawa Tengah, berada di kaki Gunung Merbabu dan gunung-gunung

kecil lainnya. Di sebelah Selatan terdapat gunung yang kakinya

langsung berpadu dengan pegunungan Telomoyo dan pegunungan

Gajah Mungkur. Perpaduan kaki kedua gunung itu membentuk batas

Barat Daya Salatiga. Di sebelah utara terdapat pegunungan Payung

dan Rong. Sedangkan di sebelah Barat Laut berbatasan dengan Rawa

Pening. Adanya kombinasi lereng dan kaki gunung itu menyebabkan

Salatiga terletak pada dataran yang nampaknya miring ke arah Barat.

Tingkat kemiringanya berkisar 5-10 derajat, sehingga dapat dikatakan

Salatiga merupakan dataran dan sekaligus lereng dari gunung dan

pegunungan yang mengelilinginya. Salatiga terletak pada ketinggian

antara 525-675 meter di atas permukaan air laut.

Secara administrasi Kotamadya Salatiga berada di Provinsi

Jawa Tengah, di tengah-tengah wilayah Kabupaten Semarang.

Salatiga mengalami beberapa perubahan luas wilayah. Perubahan

wilayah yang berakhir terjadi pada tahun 1992 dan telah diresmikan

pada tahun 1993. Pemekaran wilayah tersebut adlaah dari 9 kelurahan,

1 kecamatan menjadi 9 kelurahan, 13 desadan, 4 kecamatan. Batas

wilayah dibatasi desa-desa dan kecamatan sebagai berikut:

1. Sebelah Utara: berbatasan dengan wilayah Kecamatan Pabelan dan

(48)

31

2. Sebelah Selatan: berbatasan dengan wilayah Kecamatan Getasan

dan Kecamatan Tengaran, Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang.

3. Sebelah Utara: berbatasan dengan wilayah Kecamatan Pabelan dan

Kecamatan Tengaran, Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang.

4. Sebelah Selatan: berbatasan dengan wilayah Kecamatan Getasan

dan Kecamatan Tuntang, Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang.

Berdasarkan telaah klasifikasi iklim daerah Salatiga yaitu

beriklim tropis dengan disertai kemarau yang kering. Suhu rata-rata

tahunan adalah 26,25 derajat celcius. Suhu terendah adalah 23,89

derajat celcius pada bulan Juli, sedangkan suhu tertinggi adalah 31.8

derajat celcius pada bulan Oktober. Curah hujan rata-rata bulanan

tercatat 117,93 mm. Salatiga juga berada pada daerah pengaruh

vulkanisme Merapi Merbabu. Kegiatan Vulkan Gunung Merbabu

bersifat periodik yang berpengaruh terhadap daerah sekitarnya baik

bersifat negatif atau posiitif. Tebaran dari abu-abu vulkanik dapat

menyuburkan tanah subur karena telah berbaur dengan curah hujan

yang cukup.

B. Populasi Etnis di Salatiga

Salatiga merupakan kotamadya yang indah, Salatiga menjadi

kota cantik di tengah-tengah Kabupaten. Kota kecil ini berusia tahun

telah banyak mengalami perkembangan, meliputi infrastruktur kota,

budaya, etnis dan prasarana. Berbicara mengenai etnis, etnis Jawa

(49)

32

umum banyak mendiami Pulau Jawa. Hal ini lambat laun

memunculkan masalah-masalah kependudukan di pulau tersebut

ditambah lagi dengan kedatangan etnis lainnya yang tentunya dapat

menambah maslah kependudukan di pulau tersebut yakni masalah

kepadatan penduduk.36 Perpadatan penduduk tersebut menjadikan

banyak pola kehidupan terjadi terutama dalam populasi antaretnik.

Salatiga memiliki banyak macam etnis seperti umat Muslim, etnis

Tionghoa, Etnis India dan Etnis Arab. Padahal menurut angka

sementara sensus penduduk 1971, jumlah penduduk Indonesia

sebanyak 119.232.449 jiwa. Diantaranya 19.178.253 jiwa berumur

antara 15-24 tahun.37 Artinya pada tahun 1971 dari total jumlah

penduduk Indonesia telah bercampur dengan berbagai etnik.

Etnik Tionghoa merupakan minoritas di tengah kemajemukan

etnik Indonesia. Pada tahun 1961, diperkirakan ada sekitar 2,45 juta

Etnik Tionghoa atau sekitar 2,5 persen dari total penduduk Indonesia

(Coppel, 1983:1). Sementara itu, Wibowo (2000: XV), menaksirkan

kalau jumlah Etnik Tionghoa sekitar 3 persen. Lebih tinggi dari kedua

taksiran tersebut, Taher (1997:205), menyebut angka 4-5 persen. Dari

segi tempat tinggal mereka, ada perbedaan pola sebaran antar berbagai

pulau di Indonesia. Khusus untuk Jawa dan Madura, presentase

terbesar (78,4%) bertempat tinggal di wilayah perkotaan, sedangkan

36

Erawati. Skripsi. Kehidupan Sosial, Ekonomi, dan Budaya Etnis Jawa di

Berastagi (1968-1986) hal 16.

37Bunga Rampai Soempah Pemoeda (1928-1978)

(50)

33

sisanya (21,6%) bertempat tinggal di pedesaan (Coppel, 1983:7). Ini

menunjukkan bahwa sebagian besar Etnik Tionghoa di Jawa dan

Madura berkegiatan ekonomi pada sektor perdagangan dan industri

perkotaan.38

Dari uraian diatas dapat kita lihat perkembangan etnik Cina

tidak hanya di perkotaan saja tetapi di pedesaan pun tersebar luas dan

tidak terbilang sedikit. Dari tahun 1997 meningkat pada tahun 2000

sekitar 3 persen. Etnik Cina lebih menekankan pada sektor ekonomi

seperti perdagangan dan industri lainnya.

Grafik 2.1 Perbandingan Agama dari Tahun 1980-1997

38Op

(51)

34

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk

pribumi Muslim sangat dominan terhitung dari tahun 1980. Pada kurun

waktu 5 tahun dari tahun 1980-1985 jumlah orang Muslim selalu

meningkat. Begitu pula dari jumlah non-Muslim yang diantaranya

terdapat etnis Tionghoa. Dari Kristen sendiri mengalami pasang surut

peningkatan kepercayaan, diikuti dengan Katolik, Budha, dan hindu.

Dari sekian tahun dalam pasang surut peningkatan kepercayaan orang

Muslim sangat terlihat. Kemudian pada jumlah penduduk Budha dari

tahun 1985-1990 mengalami penurunan. Akan tetapi, pada survei

tahun 1997 dari setiap agama mengalami peningkatan.

Kemudian, mengapa penulis tidak mendata jumlah pemeluk

agama pada tahun sebelum 1980 karena dari Badan Pusat Satatistik

/5Tahun Islam Kristen Katolik Budha Hindu

(52)

35

(BPS) Kota Salatiga belum mampu menjangkau khasanah arsip secara

utuh. Begitu pula pada etnis-etnis lainnya, sehingga ada kutipan

yangmana.Apabila ditinjau dari struktur rasial, maka penduduk

Salatiga terdiri dari 1306 orang Eropa, 1451 orang Cina (etnis

Tionghoa), 19 orang Arab, 52 orang Timur asing lain dan 126.010

Pribumi. Kepadatan penduduk mencapai 390 orang per Km kubik dari

jumlah wilayah 330 km/kubik (Oostthoek’s Geillustreerde

Encyclopedie, 1932:109-110).39

Dari data diatas dapat diketahui bahwa yang dilakukan tahun

1915, masyarakat di Salatiga berbagai macam kalangan, beditu pula

ras. Salatiga dalam diagram segitiga mengenai stratifikasi

memperlihatkan bahwa orang-orang Eropa yang paling unggul,

kemudian disusul golongan Tionghoa dan Timur Asing lain, dan

terakhit golongan Pribumi/Inlanders. Golongan Muslim hanya menjadi

penduduk kelas 3 dari orang-orang Eropa dan Tionghoa.

Golongan Eropa

Golongan Cina dan Timur Asing lain

Golongan Pribumi/Inlanders

39

Maharani,Lutvia. Skripsi. Pengambilalihan Kota Salatiga dari Kekuasaan

(53)

36

Grafik 2.2 tratifikasi masyarakat Salatiga masa Kolonial.40

Ada banyak sebutan yang diberikan terhadap etnik keturunan

Tionghoa. Dede Oetomo (1991:53), misalnya, mengidentifikasi

istilah peranakan, babah dan tionghoa, yang digunakan untuk

menunjuk keturunan perpaduan antara laki-laki etnis Tionghoa

imigran yang datang ke Indonesia (d.h. Hindia Belanda) sebelum akhr

abad ke-19 dan perempuan lokal atau perempuan yang terlahir dari

hubungan demikian. Secara kultural, peranakan atau babah telah

mengadopsi sejumlah unsur lokal. Sedangkan kategori lain dari etnis

Tionghoa Indonesia adalah totok, yakni imigran yang datang setelah

pergantian abad. Budaya totokmenunjukkan agar kecinaan mereka

secara lebih nyata.41

Etnis Tionghoa di Jawa yang jumlahnya 10 persen dari

penduduk Indonesia, menguasai sekitar 90 persen usaha nasional.

Pentingnya pendidikan dari prinsip etnis Tionghoa dalam wirausaha di

turunkan dari generasi ke generasi. Dominasi ekonomi ini

menyebabkan adanya pembatasan dan tekanan etnik kepada orang

Tionghoa oleh orang Jawa yang umumnya toleran. Para pemimpin

Indonesia berlaku mementingkan politik sehingga mereka melupakan

hampir semua perkembangan ekonomi negara. Akibatnya orang-orang

tidak lagi tertarik untuk membeli baju baru di orang Tionghoa, mereka

membelanjakan gajinya hanya untuk memperoleh makanan.

40Ibid

. hlm. 47.

41Op cit

(54)

37

Pengusaha Tionghoa berprinsip dengan nilai-nilai keluarganya

yang kuat dan komitmen untuk mempertahankan bahasa dan kultur

Tionghoa. Mereka menjadi kelompok etnis yang bertahan secara

mengagumkan. Etnis Tionghoa dibawa oleh Belanda pertama kali

sebagai buruh dan kemudian sebagai administrator tingkat bawah di

perusahaan Hindia Timur Belanda. Penekanan mereka pada sosialisasi

anak-anaknya untuk mengumpulkan uang. Mencari kesempatan untuk

kepentingannya sendiri di dalam sebuah bangsa yang baru. pernyataan

yang umum di Indonesia adalah bahwa orang-orang Jawa menghargai

tanah, gaya hidup mewah, dan status sosial; sementara orang

Tionghoa menghargai uang, mengejar karier dan pendidikan.42

Masyarakat etnis lain lebih condong pada perilaku orang Jawa

yang cenderung persepsi negatif, lebih dipandang tidak suka terus

terang, berbeda antara ucapan dan tindakan, penuh basa-basi.

Sedangkan etnis Pribumi Muslim lebih memandang orang yang

ramah, hangat, toleran, dansabar. Penelitian dari Supratik (2005: 62)

bahwa nilai-nilai tradisional Jawa sejalan dengan ciri-ciri utama

kolektivisme, yaitu (1) menekankan sifat rendah hati, patuh

pengendalian diri, tidak suka menonjolkan diri, serta mengutamakan

pandangan, kebutuhan dan tujuan kelompok, (2) menekankan status

peran, dan hubungan baik, mengutamakan sikap mendahulukan

42

Williams, Walter L. Mozaik Kehidupan Orang Jawa: Pria dan Wanita

(55)

38

kepentingan orang lain serta kemampuan menyesuaikan diri dan

menjaga harmoni dengan lingkungan sosial.

C. Kondisi Sosial-Ekonomi di Salatiga

Dimulai ketika awal tahun 1959 kebijakan-kebijakan anti

Tionghoa selama masa pemerintahan Belanda. Saat adanya peraturan

anti Tionghoa pada masa pemerintahan Presiden Soekarno lewat PP

no. 10/1959.43Muncul kebijakan-kebijakan untuk mengeluarkan

orang-orang Tionghoa di sektor politik dan militer. Orang-orang-orang Tionghoa

didorong untuk membatasi kegiatan mereka di bidang ekonomi. 44

Orang Muslim memanfaatkan keadaan dalam hal perekonomian

dengan membuka usaha dari adopsi yang didapat dari etnis Tionghoa.

Dalam hal sosial-ekonomi yang berkembang di Salatiga banyak sekali

usaha yang telah datang dan berkembang. Dari jumlah pencari kerja

dapat dilihat pada tabel perbandingan angka lowongan pekerjaan

sebagai berikut:

Tabel 2.2 Perbandingan Angka Pencari Kerja Dan Lowongan

Pekerjaan Yang Tersedia Kota Salatiga.

/5Tahun Angka pencari

kerja

Wibowo, I. Harga yang Harus Dibayar: Sketsa Pergulatan etnis Cina di

Indonesia. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001). hlm. 4.

44Ibid

(56)

39

1996 2120-1157 286-1190

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa perbandingan angka

pencari kerja dan lowongan sangat berbanding jauh dari hasil yang

didapat. Pada 5 tahun terakhir tahun 1980-1985 angka pencari kerja

sanga tinggi sekitar 3889-4560, tetapi tidak sebanding dengan angka

penerimaan lowongan pekerjaan hanya sekitar 299-690. Tetapi itu

lebih baik dari pada 5 tahun terakhir pada tahun 1990 yaitu pada

penerimaan lowongan pekerjaan hanya sekitar 600-106 saja, dapat

dibilang bahwa hanya 100 tenaga kerja yang terserap dalam dunia

pekerjaan. Kemudian 6 tahun terakhir dari tahun 1991-1996 sangat

berbeda. Hampir sebanding pada angka pencari kerja dan penerimaan

lowongan pekerjaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam kurun

waktu 6 tahun teakhir dalam penelitian angka perbandingan pencari

kerja dan lowongan pekerjaan yang terpenuhi terbilang tinggi.

Kemudian sebelum tahun 1980, tidak ada keterangan mengenai data

yang terkait, sehingga penulis menggunakan sumber lain. Karena dari

BPS Kota Salatiga belum mampu memberikan sumber lama.

Sehingga penulis mencoba memaparkan jenis pekerjaan/usaha

penduduk Kota Salatiga sebagai wawasan dari penyerapan tenaga kerja

selain industri. Karena penyerapan tenaga kerja di atas diantaranya

yaitu dari industri makanan/minuman, teknik sipil, teknik listrik,

teknik mesin, ahli hukum, ahli ekonomi, ahli agama, guru, tata usaha

Gambar

Tabel 1.1 Pangsa Pasar (Market Share) Kopi Bubuk/Instan Tahun
Tabel 2.2 Perbandingan Angka Pencari Kerja Dan Lowongan
Tabel 3.3Perbandingan Pabrik-pabrik Bisnis Kopi di Salatiga.
Tabel 3.4Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kotamadya
+7

Referensi

Dokumen terkait

The researcher concludes that in personification style and Alliteration style, the creators of the advertisement mostly used simple and interesting style to create

Selanjutnya kegiatan eksperimen dilakukan sebagai berikut: (a) melaksanakan pretes untuk mengetahui kemampuan awal pemahaman dan penalaran matematis sebelum diberikan

Hal ini disebabkan kurang tersedianya sumber-sumber kekuatan eksternal seperti dukungan yang diberikan oleh orang yang berada di dalam rumah ataupun di luar rumah

Terdapat perbedaan bermakna terhadap perubahan nilai masa protrombin antara hari pertama dengan ketiga baik pada bayi aterm maupun bayi prematur setelah diberikan vitamin K.

Setelah itu dilakukan kompresi dengan penambahan jam kerja (lembur). Kompresi dimulai dari cost slope yang terendah yang berada dalam lintasan kritis. Cara ini

Pada tugas akhir ini telah dibangun suatu robot planar direct drive dua derajat kebebasan dengan semaksimal mungkin mendekati model ideal dari suatu robot eksperimen. Robot

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah peneliti lakukan, maka disimpulkan sebagai berikut: (1) Terdapat tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai gambaran deskriptif kemampuan siswa dalam menggunakan modus representasi (baik tunggal maupun