• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A Model Pembelajaran Outdoor Activity - NUNUNG ESTININGRUM BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A Model Pembelajaran Outdoor Activity - NUNUNG ESTININGRUM BAB II"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A Model Pembelajaran Outdoor Activity

1. Pengertian Outdoor Activity

Penggunaan setting alam terbuka sebagai sarana kelas memberikan dukungan terhadap proses pembelajaran secara menyeluruh dan sekaligus membebaskan para peserta didik dari himpitan suasana dan ritme rutinitas belajarar yang biasa mereka alami. Suasana yang segar dan asri, suasana kicauan burung, desir air, atau hembusan angin juga dapat mendorong intensitas keterlibatan peserta didik, baik secara fisik, mental, emosional, bahkan mungkin sampai tingkat spiritual. Riskomar (2004: 7) mengemukakan bahwa,

“Kelas alam terbuka merupakan tempat yang ideal, khususnya untuk melakukan proses pembelajaran berdasarkan pengalaman/ experential learning. Kombinasi aspek lingkungan alam terbuka dan berbagai permainan memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengubah berbagai pola tingkah laku dan kebiasaan aktivitas sehari-hari melalui proses yang menyenangkan dan penuh kegembiraan”.

Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan alam sekitarnya adalah gerakan pengajaran alam, perintis gerakan ini antara lain adalah Fr. Finger (1808-1888) di Jerman dengan ‘’heimatkunde” (pengajaran alam sekitar), dan J. Ligthart (1859-1916) di Belanda dengan “Het Volle Leven” (kehidupan senyatanya). Beberapa prinsip gerakan ‘’heimatkunde” adalah:(1) dengan pengajaran alam sekitar itu, guru dapat

(2)

pengajaran;(2) pengajaran alam sekitar memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya agar anak aktif atau giat tidak hanya duduk, dengar, dan cat saja; dan (3) pengajaran alam sekitar memungkinkan untuk memberikan pengajaran totalitas, yaitu suatu bentuk dengan ciri-ciri: (a) suatu pengajaran yang tidak mengenai pembagian mata pengajaran dalam daftar pengajaran, tetapi guru memahami tujuan pengajaran dan mengarahkan usahanya untuk mencapai tujuan, (b) suatu pengajaran yang menarik minat, karena segala sesuatu di pusatkan atas suatu bahan pengajaran yang menarik perhatian anak dan diambilkan dari alam sekitarnya, dan (c) suatu pengajaran yang memungkinkan segala bahan pengajaran itu berhubungan satu sama lain seerat-eratnya secara teratur; (4) pengajaran alam sekitar memberi kepada anak bahan apersepsi inteketual yang kukuh dan tidak verbalitas; dan (5) pengajar alam sekitar memberikan apersepsi emosional, karena alam sekitar mempunyai ikatan emosional dengan anak (Sagala, 2012: 180)

Pembelajaran alam sekitar dan pembelajaran alam terbuka merupakan istilah lain dari outdoor. Istilah outdoor activity dikenal juga dengan istilah outdoor learning, outdoor study. Istilah outdoor menurut John.M.Echol dalam kamus bahasa Inggris berarti di luar, sedangkan activity berarti kegiatan. Jadi outdoor activity dalam konteks ini adalah

(3)

(Dryden, Gordon & Jeannete, dalam Agus, 2011: 7) menekankan pentingnya mengubah citra sekolah tradisional dan ruang kelas tradisional. Hal ini didasari pada asumsi bahwa kegiatan di luar kelas dapat membantu tercapainya tujuan pembelajaran, sebab siswa merasa mendapat kegiatan yang menyenangkan. Konsep outdoor ini sejalan dengan pendapat John Eliot (Dryden, Gordon & Jeannete, dalam Agus, 2011: 7) yang menyarankan melibatkan orang tua , kakek/ nenek, dan masyarakat dalam proses belajar. Peran serta masyarakat dan orang-orang sekitar sekolah dalam proses pembelajaran di sekolah dapat mengatasi keterbatasan guru dalam memperoleh informasi terkini. Selain itu, dengan memanfaatkan sumber belajar di luar ruang kelas, siswa dapat memperoleh suasana baru yang dapat membuat mereka lebih fun, sehingga pembelajaran akan berlangsung dengan dinamis, dan efektif.

Dari deskripsi di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran outdoor activity adalah model yang digunkan oleh guru dalam kegaitan pembelajaran yang dilakukan di luar kelas.

(4)

a. Siswa dapat melihat langsung suatu objek yang dikunjunginya, sehingga mereka dapat mencatat apa yang dilihatnya yang nantinya dapat dideskripsikan dalam bentuk karangan.

b. Siswa dapat bertanya jawab langsung kepada nara sumber, sehingga mereka memperoleh berbagai pengetahuan dan pengalaman yang terintegrasi

c. Siswa dapat mencookkan teori yang diperoleh selama pembelajaran ke dalam objek.

2. Peningkatan Ketrampilan Menulis Melalui Model Pembelajaran

Autdoor Activity

Para siswa SD pada umumnya masih mengalami kesulitan dalam meingkatkan ketrampilan menulis. Oleh karena itu, agar kesulitan ini dapat diatasi sangat perlu disajikan suatu teknik atau model pembelajaran yang mampu menuntun dan mengarahkan siswa. Salah satu model yang dapat dipergunakan adalah model pembelajaran outdoor activity

(5)

3. Proses Penggunaan Model Pembelajaran Outdoor Activity

Dalam pelaksanannya, teknik pembelajaran outdoor activity ini, menggunakan prosedur sebagai berikut :

a. Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan empat orang;

b. Peserta didik bersama kelompoknya diberi tugas mencari objek atau pemandangan alam yang lokasinya berada di lingkungan sekolah; c. Guru memberikan penjelasan model pelaksanaan kegiatan outdoor

activity;

d. Peserta didik melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang ada;

e. Peserta didik mendata kata – kata yang berkaitan dengan objek yang diamati;

f. Peserta didik secara berkelompok mendiskusikan hasil pengamatannya untuk dijadikan bahan menulis puisi;

g. Peserta didik secara berkelompok merangkai kata – kata untuk dijadikan puisi;

h. Peserta didik bergiliran, setiap kelompok menampilkan / merepresentasikan puisi yang telah dibuat;

(6)

j. Setelah presentasi selesai, masing-masing siswa diberi kesempatan untuk memberikan kritik dan saran berkaitan dengan puisi yang dibuat;

k. Kelompok penyaji menanggapi saran dan kritik yang telah disampaikan kelompok lain;

l. Masing – masing kelompok memberikan kesimpulan secara umum. Dari hasil presentasi yang dilakukan tiap – tiap kelompok, dapat diketahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kemampuan berekspresi, berimajinasi, dan menuangkan ide atau gagasan sesuai dengan pengamatan yang dilakukan di lingkungan peserta didik. Sehingga sejauh mana penguasaan peserta didik terhadap keterampilan menulis khususnya puisi dapat diketahui.

Menurut Oemar Hamalik dalam (Mawantusih, 2015) prosedur yang digunakan dalam mengimplementasikan model pembelajaran outdoor activity adalah sebagai berikut:

a. Guru merumuskan dengan teliti pengalaman belajar untuk memperoleh hasil yang potensial atau memiliki alternatif;

b. Menentukan bentuk kegiatan yang akan dipakai, kegiatan outdoor activity ini dapat divariasi sendiri oleh guru. Misalnya: dalam materi

dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, seperti dalam tema yang lain seperti lingkungan;

(7)

d. Menentukan waktu pelaksanaan kegiatan. Kegiatan outdoor activity ini dapat dilaksanakan dalam pembelajaran atau dapat juga dilaksanakan di luar jam pelajaran;

e. Menentukan rute perjalanan outdoor activity, dapat dilakukan satu kelas bersama-sama. Outdoor activity ini dapat menggunakan rute sekitar sekolah atau di lingkungan warga sekitar;

f. Peserta didik dapat bekerja secara individu dan dapat bekerja dalam kelompok-kelompok kecil;

g. Para peserta didik secara aktif berperan serta dalam pembentukan pengalaman;

h. Setelah semua persiapan selesai maka tahap selanjutnya pelaksanaan kegiatan outdoor activity yaitu guru menjelaskan tentang aturan dalam pembelajaran dengan outdoor activity.

4. Manfaat Model Pembelajaran Outdoor Activity

Model pembelajaran outdoor activity dapat diterapkan pada anak-anak usia sekolah dan orang dewasa sekaligus. Berikut manfaat model pembelajaran outdoor activity sebagai berikut:

a. Menurut Suyadi dalam Mawantusih (2015) manfaat outdoor activity antara lain, 1) pikiran lebih; 2) pembelajaran akan terasa

(8)

nyata dan luas; 7) tertanam image bahwa dunia sebagai kelas; 8) wahana belajar akan lebih luas; 9) kerja otak lebih rileks.

b. Menurut Sujana dan Rivai (dalam Mawantusih, 2015) menjelaskan keuntungkan yang diperoleh dari kegiatan mempelajari lingkungan dalam proses belajar antara lain:

1) Kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan peserta didik, dan motivasi peserta didik akan lebih tinggi.

2) Hakikat belajar akan lebih bermakna sebab peserta didik dihadapkan dengan situasi dan keadaan yang sebenarnya atau bersifat alami.

3) Bahan-bahan yang dapat dipelajari lebih faktual sehingga kebenarannya akurat.

4) Kegiatan belajar peserta didik lebih komprehensif dan lebih aktif sebab dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti mengamati, bertanya atau wawancara, membuktikan atau mendemontrasikan, menguji fakta, dan lain-lain.

5) Sumber belajar lebih kaya sebab lingkungan yang dapat dipelajari bisa beraneka ragam seperti lingkungan sosial, lingkungan alam, lingkungan buatan, dan lain-lain.

(9)

B Motivasi Belajar Siswa

1. Pengertian Motivasi Belajar

Sudah menjadi hal yang umum, orang menyebut dengan motif untuk menunjuk mengapa seseorang itu berbuat sesuatu, Apa motifnya si Andi melakukan kekerasan, apa motifnya si Olan membuat kekacauan, apa motifnya si Bagas itu rajin membaca, apa motifnya pak Zamzami memberikan insentif kepada para pegawainga, dan begitu seterusnya kalau demikian, apa yang dimaksud dengan motif?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1990: 593), motif artinya sebab-sebab yang menjadi dorongan tindakan seseorang atau dasar pikiran/pendapat satu yang menjadi pokok (dalam cerita, gambaran, dsb.). Sardiman (2007: 20) mengungkapkan bahwa,

“Kata „motif‟ , diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dilakukan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai sesuatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/ mendesak” .

(10)

a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem “neurophysiological” yang ada pada organisme manusia. Karena

menyangkut perubahan enenrgi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.

b. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa, ”feeling”, afeksi seseorang. Dalam hal ini, motivasi relefan dengan personalan-personalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang/ terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.

(11)

Dalam kegiatan belajar mengajar, apabila ada seseorang siswa, misalnya tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan, maka perlu diselidiki sebab-sebabnya. Sebab-sebab itu biasanya bermacam-macam, mungkin ia tidak senang, mugkin sakit, lapar, ada problem pribadi dan lain-lain. Hal ini berarti pada diri anak tidak terjadi perubahan energi, tidak terangsang afeksinya utuk melakukan sesuatu, karena tidak memiliki tujuan atau kebutuhan belajar. Keadaan semacam ini perlu dilakukan daya upaya yang dapat menemukan sebab musababnya kemudian seorang siswa itu mau melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan, yakni belajar. Dengan kata lain, siswa perlu diberikan rangsangan agar tumbuh motivasi pada dirinya. Atau singkatnya perlu diberikan motivasi. Selanjutnya Sardiman (2007: 23) mengungkapkan bahwa,

“Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu.”

Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh dalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dihendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai. Dikatakan „keseluruhan‟, karena pada umumnya ada

(12)

Persoalan motivasi ini, dapat juga dikaitkan dengan persoalan minat. Minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu, apa yang dilihat seseorang sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri. Hal ini menunjukan bahwa minat merupakan kecenderungan jiwa seseorang kepada seseorang (biasanya disertai dengan perasaan senang), karena itu merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu.

Menurut Bernard dalam Sardiman (2007: 24) minat timbul tidak secara tiba-tiba/spontan, melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan, pada waktu belajar atau bekerja. Jadi jelas bahwa soal minat akan selalu berkait dengan soal kebutuhan atau keinginan. Oleh karena itu yang penting bagaimana menciptakan kondisi tertentu agar siswa itu selalu butuh dan ingin terus belajar.

Dari berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa: a. Motif artinya sebab-sebab yang menjadi dorongan tindakan seseorang

atau dasar pikiran/pendapat satu yang menjadi pokok (dalam cerita, gambaran, dsb)

(13)

c. Motivasi ialah suatu daya yang terdapat pada diri manusia yang menimbulkan, mengarahkan, mendorong dan mengorganisasikan tidakan tingkah lakunya dalam mencapai tujuan.

d. Motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh dalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dihendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai.

e. Peserta didik yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai energi untuk melakukan kegiatan belajar

f. Motivasi dibedakan menjadi dua yaitu motivasi intristik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intristik artinya sebagai motivasi yang bersumber dari dalam diri sendiri sedangkan motivasi ekstrinsik diartikan sebagai motivasi yang muncul atau datang dari luar diri seseorang.

(14)

karena perasaan atau sekadar seremonial. Seorang siswa yang memiliki intelegensia cukup tinggi, mentak (boleh jadi) gagal karena kekurangan motivasi. Hasil belajar akan optimal kalau ada motivasi yang tepat. Bergayut dengan ini maka kegagalan belajar siswa jangan begitu saja mempersalahkan pihak siswa, sebab mungkin saja guru tidak berhasil dalam memeberi motivasi yang mampu membangkitkan semangat dan kegiatan siswa untuk berbuat/belajar. Jadi tugas guru bagaimana mendorong para siswa agar pada dirinya tumbuh motivasi.

Belajar menurut R. Gagne dalam Susanto (2013: 1) belajar dapat didefisinikan sebagai suau proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Belajar dapat dimaknai sebagai suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan , keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku.

Sedangkan menurut E.R.Hilgard dalam Susanto (2013: 3) belajar adalah suatu perubahan kegiatan reaksi terhadap lingkungan. Perubahan kegiatan yang dimaksud mencakup pengetahuan, kecakapan, tingkah laku, dan diperoleh melalui latihan. Kingsley dalam Susanto (2013: 3) membagi hasil belajar dalam tiga macam, yaitu: (1) keterampilan dan kebiasaan; (2) pengetahuan dan pengertia; dan (3) sikap dan cita-cita.

(15)

Disebut pembelajar efektif jika siswa menjadi senang, mudah memahami, dan berhasil dengan apa yang dipelajarinya.

Pengertian motivasi belajar berdasarkan deskripsi di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Motivasi belajar adalah suatu proses yang didorong oleh faktor internal dan eksternal untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil dari proses belajar;

b. Motivasi belajar dapat ditingkatkan dengan memberikan stimulus kepada siswa agar tertarik dalam mengikuti pembelajaran;

c. Motivasi belajar memiliki peranan yang penting terhadap proses pembelajaran. Semakin tinggi peserta didik mempunyai motivasi belajar, maka semakin tinggi pula peserta didik berkesempatan untuk berhasil dalam belajar;

Salah satu fungsi pendidik adalah memberikan motivasi belajar kepada anak didik agar proses dan hasil kegiatan belajar mengajarnya efektif serta produktif. Berdasarkan hal tersebut maka guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip motivasi sebagaimana dijelaskan oleh Sukartini et al dalam Dasiman (2015), sebagai berikut:

(16)

b. Prinsip pemacu, dorongan untuk melakukan berbagai tindakan akan terjadi apabila ada pemacu tertentu. Pemacu ini dapat berupa informasi, nasihat, amanat, peringatan atau percobaan.

c. Prinsip ganjaran dan hukuman ( reward and punishment), ganjaran dapat meningkatkan motivasi untuk melakukan tindakan yang menimbulkan ganjaran itu. Sebaiknya hukuman dapat memberikan efek untuk tidak lagi melakukan tindakan yang menyebabkan hukuman itu.

d. Prinsip kejelasan dan kedekatan tujuan, makin jelas dan makin dekat suatu tujuan maka akan medorong seseorang untuk melakukan tindakan.

e. Prinsip pemahaman hasil, hasil yang dicapai akan memberikan balikan dari upaya yang dilakukan dan memberikan motivasi untuk melakukan tindakan berikutnya.

f. Prinsip pengembangan minat, motivasi seseorang akan meningkat apabila yang bersangkutan memiliki minat yang besar dalam melakukan tindakannya.

g. Prinsip lingkungan yang kondusif, lingkungan belajar yang kondusif baik fisik, sosial, maupun psikologis dapat menumbuhkan motivasi untuk bekerja lebih baik dan produktif.

(17)

Keberhasilan peserta didik dalam belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satu faktor yang sangat penting adalah motivasi belajar. Motivasi belajar berfungsi menggerakkan faktor-faktor yang lain, sehingga motivasi belajar dianggap sebagai mesin untuk menggerakkan komponen yang lain. Dalam proses penelitian ini, untuk mengetahui ada tidaknya motivasi belajar pada peserta didik perlu diketahui indikator-indikator adanya motivasi siswa dalam proses pembelajaran. Menurut Asrori dalam Dasiman (2015), terdapat sejumlah indikator untuk mengetahui adanya motivasi siswa dalam proses pembelajaran diantaranya: memiliki gairah yang tinggi, penuh semngat, memiliki rasa penasaran atau rasa ingin tahu yang tinggi, memiliki rasa percaya diri, memiliki daya konsentrasi yang tinggi, kesulitan dianggap sebagai tantangan yang harus di atasi, dan memiliki kesabaran dan daya juang yang tinggi.

Untuk menumbuhkan motivasi peserta didik agar mampu mencapai tujuan perlu diupayakan secara kongkret dari seorang guru. Upaya itu diantaranya, memperbaiki metode dan teknik pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materinya, ataupun dengan kegiatan ekstrakurikuler, ataupun kegiatan yang lainnya.

(18)

belajar; f) selalu berusaha mencoba, dan g) aktif mengatasi tantangan dalam pembelajaran.

2. Fungsi Motivasi

Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing pihak selalu dilatarbelakangi oleh motiivasi. Motivasi inilah yang mendorong mereka untuk melakukan sesuatu kegiatan/pekerjaan.

Begitu juga dalam belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Sardiman (2007: 84) mengatakan bahwa, “Motivation is on essential

condition of leraning”. Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada

motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa.

Perlu ditegaskan, bahwa motivasi bertalian dengan sesuatu tujuan, dan dengan demikian motivasi mempengaruhi adanya kegiatan.

Sehubungan dengan hal tersebut, Sardiman (2007: 85) mengungkapkan bahwa ada tiga fungsi motivasi.

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor pengerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

(19)

c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seseorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.

C Kemampuan Menulis Puisi

1. Pengertian Menulis

Menulis adalah kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis pada pihak lain. Aktivitas menulis melibatkan unsur penulis sebagai penyampai pesan, isi pesan, media tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan.

(20)

untuk dokumentasi, laporan, pengungkapan tokoh dan penokohan, pengungkapan keruntutan berpikir, penceritaan latar, penyaluran hobi dan masih banyak lainnya ( Sukirno, 2010: 6)

Menurut Tarigan (1982: 21) menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafiks yang melambangkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang , sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambar grafik tersebut. Pengertian tersebut memberikan pemahaman bahwa kegiatan menulis adalah kegiatan menuangkan lambang-lambang grafik dan menyusunnya sebagai kesatuan bahasa Indonesia. Wardoyo (2013: 9) juga mendefisinikan menulis bahwa,

“menulis merupakan aktivitas produktif yang membutuhkan prasyarat -prasyarat tertentu yang harus dimiliki seseorang yang menjadi penulis. Prasyarat tersebut akan mempengaruhi sesorang dalam berkarya (membuat tulisan-tulisan yang akan dihasilkannya). Prasyarat tersebut meliputi: (1) motivasi diri untuk menjadi penulis, (2) menumbuhkan kebiasaan membaca, (3) menumbuhkan rasa cinta pada menulis, dan (4) berlatih ,menulis dengan melakukan tahapan-tahapan menulis secara konsisten”.

(21)

2. Fungsi Menulis

Ada beberapa manfaat menulis bagi peserta didik menurut Tarigan (1982: 22) adalah sebagai berikut: satu menulis memudahkan pelajar untuk berpikir kreatif, dua menulis memudahkan untuk merasakan dan menikmati hubungan kemanusiaan, yaitu sistem tempat penulis dan pembaca bersatu berbagai pengetahuan, nilai-nilai perspektif dalam suatu masyarakat, tiga menulis memperdalam daya tangkap, empat menulis memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, dan lima menyusun berbagai pengalaman.

Wardoyo (2013: 5) menyampaikan bahwa manfaat menulis ada enam hal, (1) Sebagai sarana pengungkapan diri, pengungkapan diri dalam menulis adalah kegiatan menuangkan gagasan ke dalam bentuk tulisan. (2) Sarana memahami sesuatu. Kegiatan menulis adalah proses kegiatan berpikir, mencoba memahami setiap plihan kata yang disusun dan menyesuaikan ide atau gagasan tulisan sehingga proses tersebut merupakan proses pemahaman terhadap sesuatu, (3) mengembangkan kepuasan pribadi, kepercayaan diri, dan sebuah kebanggaan. Kegiatan menulis adalah upaya untuk menghasilkan karya tulis, setiap proses dalam menulis adalah upaya dan kerja keras yang dilakukan penulis. Hasil menulis itu akan membuat kepuasan diri, bangga dan tumbuh rasa puas. (4) Kegiatan menulis merupakan sarana melibatkan diri dalam lingkungan. (5) Mengembangkan pemahaman dan kemampuan berbahasa.

(22)

logis dan kreatif, (b) mengembangkan kemampuan berbahasa seseorang, dan (c) meningkatkan kepercayaan diri seseorang.

3. Menulis Puisi

a. Pengertian Puisi

Sejak zaman dahulu puisi sudah tumbuh di tengah-tengah masyarakat, bahkan menjadi bagian kehidupan yang tak bisa dipisahkan. Pada zaman tradisonal puisi telah berkembang berupa puisi lisan, seperti mantra dan pantun. Pada zaman sekarang puisi berkembang begitu pesatnya, kita bisa memperolehnya di surat kabar, majalah, radio, televisi atau media yang lain dengan berbagai bentuk dan ragamnya. Puisi begitu banyak ragamnya sehingga banyak yang memberikan defisi puisi bermacam-macam.

Salah satu penyair bernama Waluyo dalam Wardoyo, (2013: 16) berpendapat bahwa, “Pusisi adalah bentuk karya sastra yang

mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan mengonsentrasikan struktur fisik dan struktur batinnya”.Selanjutnya

Luxemberg dalam Wardoyo (2013: 19) mengungkapkan bahwa puisi adalah ciptaan kreatif sebuah karya seni.

(23)

sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara unsur yang satu dengan unsur yang lain erat sekali hubungannya. Carlyle berkata, puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal. Wordsworth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah perasaan pernyataan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan.

Dari pengertian puisi yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa puisi adalah pengalaman, imajinasi, dan sesuatu yang berkesan yang ditulis sebagai ekspresi seorang dengan menggunakan bahasa.

b. Unsur-unsur Pembentuk Puisi

Wardoyo (2013: 23) menyampaikan bahwa unsur pembentuk puisi terdiri dari dua macam, yaitu unsur fisik dan unsur batin.

Unsur fisik pembangun puisi meliputi: diksi, bahasa figuratif (bahasa kiasan), kata kongkret, citraan (pengimajian), versifikasi, dan wujud visual puisi (tata wajah puisi). Sedangkan unsur batin puisi terdiri dari: tema, nada, suasana, dan amanat ( Wardoyo, 2013: 23)

1) Unsur Fisik Puisi

Wardoyo (2013: 23-32) menjelaskan unsur unsur fisik puisi a) Diksi

(24)

anatara unsur-unsurnya. Unsur-unsur pembangun puisi tidak bisa dipisahkan karena antara unsur yang satu dengan lainnya memiliki keterkaitan. Puisi tidak semata-mata diatur oleh unsur bunyi, suku kata, dan baris, namun juga diatur oleh aturan makna tersendiri. Pradopo (1999: 7) menyampaikan penulisan puisi. Diksi dapat dijadikan tolok ukur apakah seorang penulis puisi mempunyai daya cipta yang asli. Untuk itu, seorang penyair harus hati-hati dalam memilih kata-kata agar makna komposisi bunyi dalam rima irama dapat terbangun dengan baik.

Diksi bisa berfungsi sebagai, (1) estetika, berfungsi memberikan nilai keindahan dalam puisi, dan sebagai sarana untuk memperoleh efek puitis, (2) kekuatan ekspresi, puisi adalah ekspresi seorang penyair. Untuk itu, puisi harus mempunyai kekuatan ekspresi agar apa yang hendak diekspresikan mampu dirasakan dan menciptakan suasana bagi pembaca.

b) Bahasa Figuratif (bahasa kiasan)

Bahasa figuratif adalah bahasa yang dapat menimbulkan kepuitisan. Dengan bahasa kiasan puisi menjadi menarik perhatian, menimbulkan kesegaran, terutama menimbulkan kejelasan gambaran angan. Bahasa kiasan yang digunakan oleh penyair untuk menyatakan sesuatu yang lain, agar lebih estetis dan tersamar atau tidak langsung.

(25)

Personikasi adalah bahasa kiasan yang menganggap benda mati memiliki sifat-sifat seperti manusia. Dengan kata lain personifikasi menyebut benda seolah-olah bisa berbuat, berpikir dan melakukan tindakan seperti pada umumnya manusia.

Contoh : kabut yang mengepungmu telah runtuh menjadi kata-kata

(2) Metafora

Metafora adalah kiasan langsung, artinya benda yang dikiaskan tersebut tidak disebutkan. Metafora merupakan bahasa kiasan yang digunakan dengan cara melihat sesuatu dengan perantaraan benda yang lain. Perbandingan yang dimunculkan dalam majas metafora bersifat implisit. Dengan kata lain, kata-kata untuk mengungkapkan pengandaian dihilangkan, tetapi tidak mengurangi kadar keindahan dari ungkapan tersebut. Contoh : Matamu yang Oase.

(3) Simile

Simile merupakan bahasa kiasan yang juga berusaha membandingkan antara dua hal yang sebetulnya berlainan. Dalam simile bentuk perbandingan lebih bersifat eksplisit. Hal ini dapat ditandai dengan unsur konstruksional semacam kata seperti, serupa, bagai, laksana, bak, dan ibarat.

(26)

(4) Hiperbola

Hiperbola adalah bahasa kiasan yang berlebih-lebihan yang digunakan untuk mengungkapkan sesuatu. Biasanya bahasa kiasan digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan sesuatu kejadian yang berlebih-lebihan.

Contoh :

Kelaparan adalah burung gagak, yang licik dan hitam, jutaan burung-burung gagak, bagai awan yang hitam

c) Kata kongkret

Kata kongkret adalah kata-kata yang digunakan oleh penyair untuk merujuk kepada arti yang menyeluruh . dengan kata lain, kata kongkret adalah kata-kata yang mampu memberikan pengimajian kepada pembaca. Kata kongkrit dapat dilakukan oleh penyair dengan berusaha memberikan efek imaji (penggambaran) baik secara penglihatan, pendengaran, perasaan, dan lain sebagainya kepada pembaca dengan tujuan agar pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan oleh penyair.

d) Citraan (pengimajian)

(27)

gambaran-gambaran angan yang dituangkan ke dalam sajak. Dengan demikian citraan dapat diartikan gambaran angan yang terbentuk dan diekspresikan melalui medium bahasa, yang merupakan hasil dari pengalaman indera manusia. Oleh karena itu, citraan yang terbangun dalam puisi biasanya meliputi citraan dari hasil penglihatan, pendengaran, perabaan, perasaan, dan penciuman. e) Versifikasi (Rima dan Irama)

Versifikasi berkaitan dengan bunyi-bunyi yang diciptakan dari dalam puisi. Bunyi dalam puisi menghasilkan rima (persajakan) dan rima. Bunyi-buni itulah yang disebut versifikasi. Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membangun musikalitas atau orkestrasi. Ritma merupakan merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi.

f) Wujud Visual Puisi (Tata Wajah)

(28)

ukiran bentuk.(4) enjabemen, adalah peloncatan satuan sintaksis yang terdapat pada baris tertentu ke dalam baris berikutnya, baik dalam bait yang sama maupun dalam bait berikutnya.

2) Unsur Batin Puisi

Unsur batin puisi terdiri dari, (1) tema, merupakan gagasan pokok yang dikemukakan penyair, (2) nada, merupakan bunyi yang memiliki gerakan teratur tiap diksi, (3) suasana, adalah kondisi psikologi yang dirasakan oleh pembaca yang tercipta akibat adanya interaksi antara pembaca dengan puisi yang dibacanya, (4) amanat, adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur pembentuk puisi terdiri dari unsur fisik puisi dan unsur batin puisi. Unsur fisik pembangun puisi meliputi: diksi, bahasa figuratif (bahasa kiasan), kata kongkret, citraan (pengimajian), versifikasi, dan wujud visual puisi (tata wajah puisi). Sedangkan unsur batin puisi terdiri dari: tema, nada, suasana, dan amanat.

D Penelitian yang Relevan

(29)

1. Mawantusih (2015) Peningkatan Mutu Bahasa Indonesia Melalui Metode Outdoor Learning dalam Pengajaran Menulis Puisi kelas 8A, penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Sokaraja ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran bahasa Indonesia. Penerapan metode Outdoor Learning dalam pembelajaran menulis puisi diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus minat belajar bahasa Indonesia.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan kelas, dengan subjek penelitian siswa kelas 8A di SMP Negeri 1 Sokaraja. Penelitian ini difokuskan dengan penerapan metode Outdoor Learning dalam pengajaran menulis puisi. Prosedur penelitian tindakan kelas ini melalui: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi, 4) refleksi dalam setiap siklus. Data yang diperoleh melalui observasi (pengamatan), angket, wawancara, dokumen serta tes.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan belajar yang ditunjukkan dengan keaktifan siswa, dan juga ditunjukkan dengan ketuntasan belajar siswa secara klasikal. Dari 60,3% menjadi 70,6%. Pada siklus kedua menunjukkan rata-rata meningkat menjadi 76% .

(30)

2011/2012, bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar matematika melalui model Outdoor Mathematics.

Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus dengan teknik kolaboratif. Setiap siklus melalui empat tahap yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, (4) refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pada aspek kognitif yaitu dari nilai rata- rata kelas pada pratindakan 62,19 dengan ketuntasan klasikal 31,25% (5 siswa). Pada siklus I nilai rata-rata kelas menjadi 69,09 dengan ketuntasan klasikal 56,25% (9 siswa) dan pada siklus II mencapai 85,31 dengan ketuntasan klasikal 87,50%(14 siswa); Peningkatan persentase aspek afektif sebesar 14,69% dari siklus I ke siklus II (71,40% meningkat menjadi 86,09%) dan; Peningkatan persentase aspek psikomotor sebesar 13,6 % dari siklus I ke siklus II (72,96% meningkat menjadi 86,56 %).

3. Hamda Wara (2015) Penerapan Metode Pembelajaran Outdoor Study Terhadap Hasil Belajar Geografi. Penelitian yang dilaksanakan di SMA Al-Kautsar Bandar Lampung siswa kelas XI XI IPS Tahun Pelajaran 2014/ 2015 ini, bertujuan untuk mengetahui perbedaaan penggunaan metode pembelajaran outdoor Study terhadap hasil belajar siswa.

(31)

kelas XI IPS 2. Analisis data menggunakan uji statistik parametrik dimana uji hipotesis menggunakan uji-t pada program SPSS seri 20 for windows.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) tidak ada perbedaan signifikan antara nilai rata- rata pretest siswa menggunakan metode outdoor study dengan konvensional, (2) ada perbedaan signifikan antara nilai rata-rata posttest siswa menggunakan metode outdoor study dengan konvensional dimana nilai rerata outdoor study lebih besar dari rata-rata konvensional (3) ada perbedaan n-Gain hasil belajar siswa yang diajarkan dengan metode outdoor study dengan konvensional, dimana n-Gain outdoor study lebih besar dan termasuk dalam kriteria sedang.

4. Susanto (2016) Implementasi Model Pembelajaran Ourdoor Activity untuk Meningkatkan Motivasi dan Kemampuan Menulis Pantun Kelas XI Semester 1. Penelitian yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Bumiayu Tahun Pembelajaran 2015/ 2016 ini, bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan keterampilan menulis pantun kelas XI 1 SMA Negeri 1 Bumiayu Tahun Pembelajaran 2015/ 2016.

(32)

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Autdoor Activity dapat meningkatkan motivasi belajar dan

keterampilan menulis pantun. Motivasi pada tahap pratindakan 74,68 (cukup), siklus I motivasi siswa meningkat menjadi 81,69 (baik), dan siklus II menjadi 90 (amat baik). Sedangkan keterampilan menulis pantun pada tahap pratindakan rata-rata nilainya 67,68 (cukup), pada siklus I menjadi 89 (baik), dan pada siklus II menjadi 93 (sangat baik).

Keempat penelitian di atas, menunjukkan bahwa implementasi metode Outdoor Learning/ Outdoor Activity dapat meningkatkan motivasi belajar dan meningkatkan prestasi peserta didik. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelum-sebelumnya. Perbedaannya terletak pada objek dan variabelnya. Objek pada penelitian ini adalah peserta didik kelas V SD Negeri 3 Karangklesem, sedangkan variabelnya adalah model pembelajaran Outdoor Activity, motivasi belajar peserta didik, kemampuan menulis puisi.

E Asumsi-asumsi Dasar

Berdasarkan kajian teoretis dapat dirumuskan anggapan-anggapan dasar sebagai berikut:

(33)

2. Kemampuan menulis puisi adalah kemampuan mengemukakan pikiran yang diwujudkan dalam puisi yang memenuhi beberapa kriteria, pencarian ide (ilham); pemilihan tema; penentuan jenis puisi; pemilihan diksi (kata yang padat dan khas); pemilihan permainan bunyi; pembuatan larik yang menarik (tipografi); pemilihan pengucapan; pemanfaatan gaya bahasa; pemilihan judul yang menarik

3. Agar siswa dapat meningkatkan motivasi belajar dan kemampuan menulis puisi yang baik, guru harus mengajarkannya dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat dan efektif.

4. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam meningkatkan motivasi belajar dan kemampuan menulis puisi adalah model pembelajaran Outdoor Activity.

F Hipotesis

Berdasarkan anggapan dasar yang telah dirumuskan dapat peneliti rumuskan hipotesis sebagaii berikut:

1. Implementasi model pembelajaran Outdoor Activity dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik kelas V SD Negeri 3 Karangklesem

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penerapan media poster untuk meningkatkan partisipasi belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Hasil pengujian adaptifitas yang dilakukan pada game dengan genre Turn-Based Role Playing Game berdasarkan tiga parameter pengujian yakni efektifitas, efisiensi,

Berdasar pada Berita Acara Pembuktian kualifikasi Nomor : 125/ULP-Pokja-II- JK/APBD/2015 tanggal 11 Mei 2015 Pekerjaan Ded Dataran Irigasi Ataran Sungai Nibung

Layanan Dial-Up merupakan jasa akses internet yang memanfaatkan jaringan telepon biasa dan modem dial up, pelanggan diharuskan berlangganan ke Internet Service Provider

matba való belépést kívánja tőlünk. Bármely művet csakis más alkotásokhoz képest  lehet  olvasni. Továbbá  „egy  adott  irodalmi  mű  minősége 

dan M otivasi Belajar Siswa SM K Pada Topik Limbah Di Lingkungan Kerja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.

Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan penelitian yang dalam pengumpulan data penelitian hingga penafsirannya banyak menggunakan angka, Pengumpulan data dalam