• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - BIBIT RUBIYANTO BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - BIBIT RUBIYANTO BAB I"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Indonesia sebagai negara yang terdiri dari belasan ribu pulau, beberapa suku bangsa, agama, budaya, adat istiadat telah melahirkan beberapa sistem hukum. Keanekaragaman penduduk merupakan kelebihan bangsa Indonesia. Keanekaragaman dan perbedaan ini jika dikelola dengan baik akan menjadi modal dalam rangka membangun bangsa ini menuju bangsa yang besar dan masyarakat sejahtera, tetapi apabila tidak dikelola dengan baik dapat berakibat timbulnya konflik. Oleh karena itu tenggang rasa dan harga menghargai merupakan kunci utama supaya penduduk yang beranekaragam dapat hidup berdampingan dengan damai. Keanekaragaman suku bangsa ini terjadi akibat dari politik hukum pemerintah Kolonial Belanda.

(2)

hukum Islam di tengah-tengah komunitas Islam terbesar di duniaitu (Abdoel Jamili, 1984: 18).

Diantara produk hukum yang positif di era reformasi sementara ini yang sangat jelas bermuatan hukum Islam (HukumPerdata Islam) ini antara lain: a. Undang-undang No. 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat.

b. Undang-undang No. 41 tahun 2004 tentang Wakaf.

c. undang No. 3 tahun 2006 tentang Perubahan terhadap Undang-undang No. 7 tahun 1999 tentang Peradilan Agama (Ekonomi Syari`ah) d. Undang-undang No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama Pasal 49 ayat

(1) yang menjelaskan bahwa Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara-perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang:

a) perkawinan;

b) kewarisan, wasiat, dan hibah, yang dilakukan berdasarkan hukum Islam;

c) wakaf dan shadaqah (Arriemarrioza, 2011)

(3)

Terdapat dua alasan yang mendasari dibentuknya undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf. Hal ini sebagaimana yang tertuang di dalam penjelasan undang-undang tersebut. Dua alasan yang dimaksud adalah:

1. Memajukan kesejahteraan umum untuk mencapai tujuan tersebut, potensi yang terdapat dalam pranata keagamaan yang memiliki manfaat ekonomis perlu digali dan dikembangkan. Dalam hal ini adalah wakaf, yang pada awalnya berfungsi sebagai sarana ibadah dan sosial, menjadi pranata yang memiliki kekuatan ekonomi yang diyakini dapat memajukan kesejahteraan umum.

2. Praktik yang sekarang ada pada masyarakat belum sepenuhnya berjalan tertib dan efisien. Salah satu buktinya adalah diantara harta benda wakaf tidak terpelihara dengan baik, terlantar, bahkan beralih ke tangan pihak ketiga dengan cara melawan hukum.

Said Agil Al-Munawwar (mantan Menteri Agama, wakil dari Pemerintah yang berkedudukan sebagai pengusul Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf), pernah menyatakan bahwa tujuan undang-undang wakaf adalah:

1. Menjamin kepastian hukum di bidang perwakafan. 2. Melindungi dan memberikan rasa aman.

3. Sebagai instrumen untuk mengembangkan rasa tanggungjawab bagi para pihak yang mendapatkan kepercayaan mengelola wakaf.

(4)
(5)

a. Uang b. Logam

c. Surat berharga d. Kendaraan

e. Hak Atas Kekayaan Intelektual f. Hak sewa

g. Benda bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2005).

Hak atas kekayaan intelektual dapat berupa karya-karya di bidang ilmu pengetahuan, seni, sastra, dan teknologi yang dilahirkan dengan pengorbanan menjadikan karya itu bernilai kekayaan intelektual yang dapat diwakafkan adalah hak cipta. Hak atas kekayaan intelektual biasanya bernilai materi dan mempunyai manfaat bagi orang lain apabila dipergunakan dengan sebaik- baiknya, misalnya hak cipta lagu, hak ini mempunyai nilai jual atau nilai materil. Nilai materil yang terkandung dalam hak cipta lagu yaitu untuk kemudian dirumuskan sebagai intelektualitas, sehingga dengan hal tersebut hak cipta lagu memiliki nilai materil yang dapat dimanfaatkan bagi orang lain (OK Saidin, 2004:9).

(6)

sebuah upaya penalaran terkait kelayakan memasuki wilayah cakupan definisi harta benda wakaf yang telah diterapkan oleh Ulama Fikih.

Sebagian besar masyarakat Indonesia masih menganggap bahwa harta benda wakaf hanya dikenal berupa tanah wakaf yang biasanya digunakan untuk hal-hal yang bersifat keagamaan, misalnya untuk pembangunan masjid atau pondok pesantren. Padahal Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf dalam Pasal 16 menyatakan bahwa harta benda wakaf tidak hanya berupa benda tidak bergerak namun juga berupa benda bergerak. Salah satu benda bergerak yang dapat dijadikan harta benda wakaf yaitu hak atas kekayaan intelektual sesuai dengan yang tercantum dalam Pasal 16 ayat (3) huruf e Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf. Dalam Pasal 16 ayat (3) huruf e Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf menyebutkan bahwa salah satu harta benda yang dapat diwakafkan adalah hak atas kekayaanin telektual. Adapun yang dimaksud dengan hak atas kekayaan intelektual adalah hak atas kekayaan yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia (Bambang Kesowo, 1994:4).

Wakaf hak cipta sesungguhnya sudah pernah dilakukan, setidaknya peneliti menemukan pertama, Hanafi (alm.) salah seorang dosen Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Gunung Djati telah mewakafkan salah satu bukunya

(7)

telah diakui secara filosofis karena telah mendapat dukungan oleh para ulama. Bukti diakui secara filosofis adalah dengan adanya kitab-kitab yang menjelaskan waka secara jelas dan terperinci. Baik kitab tersebut bernuansa klasik maupun pembahasan tersebut secara kontemporer (Miftahul Muslih, 2013: 15).

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik mengkaji lebih dalam mengenai “Perspektif Hukum Islam Terhadap Wakaf Royalti Hak Cipta (Buku) Berdasarkan Pasal 16 Undang-undang Nomor 41 Tahun

2004 Tentang Wakaf.”

B.Perumusan Masalah

1. Bagaimana keabsahan wakaf royalti hak cipta (buku)?

2. Bagaimana wakaf royalti hak cipta (buku) dalam persektif hukum islam?

C.Tujuan Penelitian

1. Mengetahui dan menganalisiskeabsahan wakaf royalti hak cipta (buku). 2. Mengetahui dan menganalisis wakaf royalti hak cipta (buku) dalam

perspektif hukum islam.

D.Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis.

(8)

b. Dapat dijadikan sebagai pedoman dalam penelitian yang lain yang sesuai dengan bidang penelitian yang penulis teliti.

2. Manfaat Praktis.

a. Diharapkan dapat digunakan sebagai informasi bagi masyarakat atau praktisi hukum dan instansi terkait kedudukan, prosedur dan akibat hukum dari wakaf hak cipta serta perspektif hukum Islam dan perundang-undangan terhadap wakaf hak cipta.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini telah dilakukan untuk mengetahui efektivitas infusa dan ekstrak metanol biji mahoni (Swietenia macrophylla King) terhadap sitotoksisitas larva

Berdasarkan pengamatan kemampuan berbahasa siswa pada siklus 1 telah mengalami peningkatan dari pratindakan walaupun belum mencapai persentase KKM yang telah ditentukan.

dapat dimodelkan dengan input lokasi beban relatif terhadap panjang frame (relative distance from end-I) atau lokasi beban berjarak sejauh tertentu dari titik

Alhamdulillah, puji syukur hanya pada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta nikmat-Nya, serta memberikan kemudahan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi sehingga

rambat gelombang ultrasonik dan pertambahan atenuasi yang mengikuti pertambahan lamanya waktu pengujian creep dapat dijelaskan sebagai berikut: kerusakan akibat creep secara umum

Dokumen merupakan data yang diuji dalam sistem ini adalah berupa dokumen teks dengan membandingkan hasil kesamaan. Dengan adanya aplikasi ini pengguna tidak

Profesi Pengembang Teknologi Pembelajaran (PTP) telah dihadapkan pada tantangan berat untuk ikut andil dalam mengatasi berbagai permasalah pembelajaran yang kian kompleks, meskipun

Terbitnya Smart With English yang disusun oleh Tim MGMP Bahasa Inggris JSIT Jateng ini dapat dijadikan salah satu alternatif bahan ajar untuk sekolah-sekolah Islam