FORTIFIKASI PROBIOTIK DALAM PAKAN TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP
BENIH LELE LOKAL (
Clarias batrachus
)
SKRIPSI
RIDHA SYAH PUTRA 07C10432093
PROGRAM STUDI PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
FORTIFIKASI PROBIOTIK DALAM PAKAN TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP
BENIH LELE LOKAL (
Clarias batrachus
)
SKRIPSI
RIDHA SYAH PUTRA 07C10432093
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar
PROGRAM STUDI PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan, dan sesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan “ (QS’ Al Insyirah : 5 dan 6)
Bukanlah aib jika kamu gagal dalam suatu usaha, yang merupakan aib adalah jika kamu tidak bangkit dari kegagalan itu (Ali Bin Abi Talib)
Persembahan
Dari semua tlah Kau tetapkan Hidupku dalam tangan-Mu
Dalam takdir-Mu
Rencana indah yang tlah Kau siapkan Bagi masa depanku yang penuh harapan Harapan kesuksesan terpangku di pundak
Sebagai janji kepada mereka… Ayah dan Bunda Kini ku persembahkan skripsi ini Sebagai ungkapan syukur dan terima kasihku
Untuk semua orang yang ku cintai Untuk Dosen yang tlah berjasa Untuk Ayah dan Bunda tercinta Untuk Kakak – Adik tersayang, dan
Untuk sahabat terindahku
Terima kasihku tiada terhingga untuk semua Kembali ke titik sebelumnya
Ku berpasrah diri dan bertawakal kepada-Nya Hanya kepada-Nya
Dengan niat yang lurus, iklhas dan berani bermimpi Dan rasa kasih sayang ini yang membuatku sangat bersemangat
Yang mengalahkan rasa takut dihatiku ini Akhir kata,
Diriku tiada apa-apa tanpa mereka Dan sujud syukurku padamu Ya Rabb
Alhamdullillahirabbil’alamiin…
Ridha Syah Putra, S.Pi
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan, dan sesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan “ (QS’ Al Insyirah : 5 dan 6)
Bukanlah aib jika kamu gagal dalam suatu usaha, yang merupakan aib adalah jika kamu tidak bangkit dari kegagalan itu (Ali Bin Abi Talib)
Persembahan
Dari semua tlah Kau tetapkan Hidupku dalam tangan-Mu
Dalam takdir-Mu
Rencana indah yang tlah Kau siapkan Bagi masa depanku yang penuh harapan Harapan kesuksesan terpangku di pundak
Sebagai janji kepada mereka… Ayah dan Bunda Kini ku persembahkan skripsi ini Sebagai ungkapan syukur dan terima kasihku
Untuk semua orang yang ku cintai Untuk Dosen yang tlah berjasa Untuk Ayah dan Bunda tercinta Untuk Kakak – Adik tersayang, dan
Untuk sahabat terindahku
Terima kasihku tiada terhingga untuk semua Kembali ke titik sebelumnya
Ku berpasrah diri dan bertawakal kepada-Nya Hanya kepada-Nya
Dengan niat yang lurus, iklhas dan berani bermimpi Dan rasa kasih sayang ini yang membuatku sangat bersemangat
Yang mengalahkan rasa takut dihatiku ini Akhir kata,
Diriku tiada apa-apa tanpa mereka Dan sujud syukurku padamu Ya Rabb
Alhamdullillahirabbil’alamiin…
Ridha Syah Putra, S.Pi
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan, dan sesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan “ (QS’ Al Insyirah : 5 dan 6)
Bukanlah aib jika kamu gagal dalam suatu usaha, yang merupakan aib adalah jika kamu tidak bangkit dari kegagalan itu (Ali Bin Abi Talib)
Persembahan
Dari semua tlah Kau tetapkan Hidupku dalam tangan-Mu
Dalam takdir-Mu
Rencana indah yang tlah Kau siapkan Bagi masa depanku yang penuh harapan Harapan kesuksesan terpangku di pundak
Sebagai janji kepada mereka… Ayah dan Bunda Kini ku persembahkan skripsi ini Sebagai ungkapan syukur dan terima kasihku
Untuk semua orang yang ku cintai Untuk Dosen yang tlah berjasa Untuk Ayah dan Bunda tercinta Untuk Kakak – Adik tersayang, dan
Untuk sahabat terindahku
Terima kasihku tiada terhingga untuk semua Kembali ke titik sebelumnya
Ku berpasrah diri dan bertawakal kepada-Nya Hanya kepada-Nya
Dengan niat yang lurus, iklhas dan berani bermimpi Dan rasa kasih sayang ini yang membuatku sangat bersemangat
Yang mengalahkan rasa takut dihatiku ini Akhir kata,
Diriku tiada apa-apa tanpa mereka Dan sujud syukurku padamu Ya Rabb
Alhamdullillahirabbil’alamiin…
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Fortifikasi Probiotik dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Lele Lokal (Clarias batrachus)
Nama : Ridha Syah Putra
NIM : 07C10432093
Program Studi : Perikanan
Menyetujui, Komisi Pembimbing
Ketua
Uswatun Hasanah, S.Si, M.Si NIDN : 0121057802
Anggota
Afrizal Hendri, S.Pi, M.Si
Mengetahui,
Tanggal Ujian Sarjana : 16 Maret 2013 Tanggal Lulus : Ketua Prodi Perikanan
Muhammad Rizal, S.Pi, M.Si NIDN : 0111018301
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Skripsi/tugas akhir dengan judul :
FORTIFIKASI PROBIOTIK DALAM PAKAN TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH LELE LOKAL (Clarias batrachus)
Yang disusun oleh :
Nama : Ridha Syah Putra
Nim : 07C10432093
Fakultas : Perikanan dan Ilmu Kelautan Program Studi : Perikanan
Telah dipertahankan didepan dewan penguji pada tanggal 16 Maret 2013 dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.
SUSUNAN DEWAN PENGUJI 1. Uswatun Hasanah, S.Si, M.Si
(Dosen Penguji I) ………
2. Afrizal Hendri, S.Pi, M.Si
(Dosen Penguji II) ………
3. Yuli Erina, S.Si, M.Si
(Dosen Penguji III) ………
4. Ahmad Astori, S.Pi
(Dosen Penguji IV) ………
Alue Penyareng, 16 Maret 2013 Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Pulo Teungoh pada tanggal 18
April 1985, penulis adalah anak ke dua dari empat
bersaudara dari pasangan Mahdi dan Zainab, A.Md. Pada
tahun 1997 penulis lulus dari sekolah MIN Drien Rampak
dan pada tahun 2000 penulis lulus dari sekolah MTsS
Nurul Falah dan pada tahun 2003 penulis lulus dari
sekolah MAN 1 Meulaboh dan terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Teuku
Umar pada tahun 2007 di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada Program
Studi Perikanan.
Selama menjadi mahasiswa penulis pernah melaksanakan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) di BBAP Ujong Batee Aceh Besar pada tahun 2011. Selain itu
penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Ikhtiologi tahun 2009, asisten dosen
lapang pada tahun 2010 dan asisten mata kuliah Reproduksi Ikan tahun 2012.
Diluar Fakultas, pada tahun 2011 penulis pernah menjadi ketua bidang pendidikan
dalam Organisasi Pemuda Peduli Daerah (OPPD).
Pada akhir tahun 2012 penulis melakukan penelitian dengan judul
“Fortifikasi Probiotik Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan dan
Kelangsungan Hidup Benih Lele Lokal (Clarias batrachus)”sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Fortifikasi Probiotik
Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Lele Lokal
(Clarias batrachus) adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di
bagian akhir skripsi.
Alue Penyareng, Maret 2013
1. Mahasiswa Prodi Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar 2. Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar
ABSTRAK
Fortifikasi Probiotik Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Lele Lokal (Clarias batrachus)
Oleh :
Ridha Syah Putra1, Uswatun Hasanah2, Afrizal Hendri2
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan probiotik dalam pakan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan lele lokal. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2012 di Laboratorium Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Teuku Umar. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Probiotik yang digunakan adalah merk dagang Raja Lele. Dosis probiotik yang digunakan adalah P1 (7 mL), P2 (9 mL), P3 (11 mL) dan P4 (13 mL) dalam 100 gr pakan. Benih yang digunakan mempunyai bobot individu 0,028 gr/ekor. Ikan dipelihara dalam aquarium dengan ukuran 60 x 40 x 35 selama 60 hari dengan frekuensi pemberian pakan 3 x sehari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan probiotik pada perlakuan P4 (13 mL/100 gr pakan) diperoleh pertumbuhan spesifik paling tinggi yaitu 4,75 %, laju pertumbuhan panjang mutlak paling tinggi 2,85 cm, rasio konversi pakan yang baik yaitu 2,51 dan tingkat kelangsungan hidup paling tinggi yaitu 80,55 %. Namun secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (Fhitung>Ftabel). Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan probiotik Raja Lele dengan dosis 13 mL dapat digunakan dalam pakan benih ikan lele lokal.
1. Student of Fishery Programe, Faculty of Fisheries and Marine Science, University of Teuku Umar
2. Lecturer Faculty of Fisheries and Marine Sciences University of Teuku Umar ABSTRACT
Fortification Probiotics in Feeds on the Growth and Survival Performance of Local Catfish Fingerlings (Clarias batrachus)
by:
Ridha Syah Putra1, Uswatun Hasanah2, Afrizal Hendri2
This research alms to know the effect of the addition of probiotics in feed on the growth and survival of fingerlings of local catfish. This research was conducted in October to December 2012 in Fisheries Laboratory, Faculty of Fisheries and Marine Science, University of Teuku Umar. The research method used was experimental methods. The design used was Completely Randomized Design (CRD). Probiotics are used are trademarks Raja Lele. Probiotic dose of used was P1 (7 mL), P2 (9 mL), P3 (11 mL) and P4 (13 mL) in 100 g on feed. The fingerlings are used have individual weight 0.028 gr / tail. The fish kept in aquariums with a size of 60 x 40 x 35 for 60 days by feeding frequency 3 times a day. The results showed that the addition of probiotics in the treatment P4 (13 mL/100 g feed) obtained the highest specific growth is 4.75 %, the growth rate of the highest absolute length 2,85 cm, good feed conversion ratio is 2,51 and the highest of survival is 80,55 %. But showed statistically did not significant difference (Fcount> Ftable). The results of this study concluded that the use of Raja
Lele probiotics with a dose of 13 mL can be used in feed of local catfish fingerlings.
RINGKASAN
Ridha Syah Putra, Fortifikasi Probiotik Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Lele Lokal (Clarias batrachus)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat-Nya penulis telah dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
Fortifikasi Probiotik Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Lele Lokal (Clarias batrachus). Selain itu, skripsi ini disusun berdasarkan keinginan penulis untuk mengetahui lebih lanjut tentang
pengaruh pemberian pakan yang dicampur probiotik terhadap pertumbuhan dan
kelangsungan hidup lele lokal.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan serta
bimbingan dan pengarahan, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih
sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Uswatun Hasanah, S.Si, M.Si selaku Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan juga sebagai pembimbing utama yang telah meluangkan waktunya
dalam memberi bimbingan, saran dan dampingan kepada penulis.
2. Bapak Afrizal Hendri, S.Pi, M.Si selaku pembimbing anggota yang telah
memberikan bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan
kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Muhammad Rizal, S.Pi, M.Si selaku ketua jurusan yang telah
meluangkan waktunya dalam memberi bimbingan dan segala bantuan yang
bersifat akademis dan administratif.
4. Seluruh Dosen dan staf Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan yang telah
membimbing dan memberikan pengetahuan kepada penulis selama penulis
menempuh pendidikan.
5. Ayahanda tercinta Mahdi dan Ibunda Zainab A.Md, serta segenap keluarga
besar yang telah tulus dan penuh kasih sayang telah memberikan doa,
perhatian, semangat dan bantuan moril maupun materil serta mencurahkan
perhatian lebih kepada penulis.
6. Teman penelitianku Safrida Yusni (Keep Spirit, OK !…), Safrizal ( Thank’s y
bet…) Saiful Irwan alias B’Main (Lanjutkan Mas Bro..!!) dan Darmiati (
Kejar trus Buk Dar..) Semuanya terima kasih y atas kerja samanya selama
ii
7. Teman angkatan 2007 (Radi, Dedi, Rajudin, Zulpita, Hardi, Daniel, Lisa, Lia,
Nasmiwati, Cut) dan seluruh angkatan 2007, Makasih y smuanya..
8. Teman angkatan 2006 n 2008 (B’jal, Gunawan, Safriman, I2ng, Saiful, Analis,
Heri, Eva, Ami ) dan semua teman-teman yang penulis tidak dapat sebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, Untuk itu melalui kesempatan ini penulis mengharapkan kritik dan
saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi
ini dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, Amien Ya
Rabbalalamin.
Alue Peunyareng, Maret 2013
iii 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Manfaat Penelitian ... 3
1.5 Hipotesis... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lele Lokal ... 4
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Lokal ... 4
2.1.2 Habitat dan Tingkah Laku ... 5
2.1.3 Pakan dan Kebiasaan Makan... 5
2.1.4 Siklus Hidup dan Perkembangbiakan ... 6
2.2 Kualitas Air ... 7
2.3 Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Ikan... 8
2.3.1 Tingkat Kelangsungan Hidup... 8
2.3.2 Pertumbuhan Ikan ... 9
2.4 Probiotik... 12
III. METODELOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat ... 14
iv
3.3 Metode Penelitian ... 14
3.4.1 Fortifikasi Probiotik Dalam Pakan ... 14
3.4.2 Pemeliharaan Benih Lele Lokal ... 15
3.4 Pengamatan ... 16
3.4.1 Pengukuran Kualitas Air ... 16
3.4.2 Pengukuran Berat Tubuh... 17
3.4.3 Pengukuran Panjang Total Tubuh ... 17
3.5 Rancangan Penelitian... 17
3.6 Parameter Uji ... 18
3.7 Metode Analisa Data... 21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Air ... 22
4.2 Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup... 23
4.2.1 Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR)... 23
4.2.2 Pertumbuhan Panjang Mutlak ... 25
4.2.3 Rasio Konversi Pakan (FCR) ... 27
4.2.4 Tingkat Kelangsungan Hidup (SR) ... 28
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 31
5.2 Saran ... 31
DAFTAR PUSTAKA
v
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Kandungan Nilai Nutrisi Dalam Pakan Buatan ... 16
2. Tabulasi Data Perlakuan dan Ulangan Rancangan Acak Lengkap ... 18
3. Nilai Parameter Kualitas Air Selama Penelitian ... 22
4. Data Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR), Pertumbuhan Panjang Mutlak, Rasio Konversi Pakan (FCR) dan Tingkat Kelangsungan Hidup (SR)
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Lele Lokal ... 4
2. Grafik Nilai Laju Pertumbuhan Spesifik... 24
3. Grafik Nilai Laju Pertumbuhan Panjang Mutlak ... 26
4. Grafik Nilai Rasio Konversi Pakan... 27
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Analisis Perhitungan Statistik Laju Pertumbuhan Spesifik ... 35
2. Analisis Perhitungan Statistik Laju Pertumbuhan Panjang Mutlak ... 37
3. Analisis Perhitungan Statistik Rasio Konversi Pakan... 39
4. Analisis Perhitungan Statistik Tingkat Kelangsungan Hidup ... 41
5. Hasil Analisis Uji Proksimat Pakan ... 43
6. Alat Dan Bahan ... 44
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usaha budidaya yang diperlukan dalam memenuhi tingginya tingkat
kebutuhan ikan lele ialah usaha budidaya yang dilakukan secara intensif. Usaha
seperti ini akan memaksimalkan kapasitas produksi yang tersedia dengan padat
pemeliharaan yang tinggi sehingga dapat meningkatkan tingkat produksi. Namun,
masalah yang sering muncul pada usaha budidaya secara intensif ikan lele ialah
tingginya tingkat mortalitas benih ikan lele akibat sifat kanibalisme dalam
kegiatan pembenihan (Mahyuddin, 2007).
Lele lokal merupakan salah satu komoditas perikanan dengan nilai ekonomis
tinggi. Namun belum banyak yang dibudidayakan secara benar sehingga banyak
sekali hal yang harus diteliti dalam kaitannya dengan teknik budidaya agar
kegiatan budidaya yang dilakukan dapat berhasil. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut diperlukan adanya penelitian untuk mengantisipasi faktor-faktor
kegagalan produksi terutama terhadap manajemen pakan dan penanggulangan
penyakit (Suyanto, 2007).
Salah satu tantangan pada budidaya lele adalah harga pakan yang terus
meningkat. Kenyataan dilapangan saat ini, pembudidaya lele memiliki
ketergantungan yang tinggi terhadap pakan pabrikan. Kondisi ini dipicu oleh tidak
adanya pakan alternatif yang dapat menggantikan pakan pabrikan. Ironsinya,
penggunaan pakan pabrikan yang harganya cukup tinggi seringkali tidak menjamin
keberhasilan budidaya. Misalnya, banyak lele yang sakit dan mengalami tingkat
2
yang dikeluarkan oleh pembudidaya (Gunawan dan Harianto, 2011).
Upaya pencegahan penyakit dan usaha untuk meningkatkan kapasitas
produksi budidaya tersebut, saat ini mulai digunakan probiotik dalam usaha
pembenihan ikan. Probiotik itu sendiri adalah makanan tambahan (suplemen)
berupa sel-sel mikroorganisme hidup yang memiliki pengaruh menguntungkan
bagi hewan inang yang mengkonsumsinya melalui penyeimbangan flora
mikroorganisme dalam saluran pencernaan (Irianto, 2007).
Sampai saat ini, lele lokal masih sangat diminati oleh masyarakat
terutama di Kabupaten Aceh Barat. Permintaan akan lele segar baik untuk
konsumsi ataupun untuk benih terus meningkat. Hal itu dikarenakan rasa
dagingnya yang enak dan gurih dibandingkan dengan lele dumbo. Bahkan
hingga saat ini kebutuhan pasar untuk pasar lokal saja belum terpenuhi. Selain
itu, menjamurnya usaha warung lele serta minat masyarakat terhadap hasil
olahan ikan lele juga menyebabkan terjadinya peningkatan permintaan pasar.
Sementara itu, untuk memenuhi permintaan pasar, lele lokal kebanyakan
didapatkan dari hasil tangkapan sehingga kebutuhan akan lele lokal cenderung
tidak terpenuhi. Dengan demikian, prospek usaha atau bisnis lele ke depan
masih cukup menjanjikan yang ditunjukkan dengan permintaan dan harga lele
yang setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan.
Berbagai kondisi tersebut melatar belakangi penulis untuk melakukan
penelitian tentang perlunya pemberian probiotik dalam pakan terhadap
pertumbuhan dan kelansungan hidup ikan lele lokal sehingga dapat
meningkatkan kapasitas produksi dalam hal budidaya lele yang berkelanjutan
3
1.2 Perumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang yang dikemukakan, masalah yang dapat
dirumuskan adalah sebagai berikut :
1. Apakah pemberian pakan buatan yang mengandung probiotik berpengaruh
terhadap pertumbuhan benih lele lokal
2. Berapa dosis probiotik yang ideal untuk mempercepat pertumbuhan dan
kelansungan hidup benih lele lokal
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pemberian probiotik
dalam pakan terhadap peningkatan pertumbuhan dan kelansungan hidup benih
lele lokal.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi ilmiah mengenai
pengaruh pemberian probiotik dalam pakan buatan terhadap peningkatan
pertumbuhan dan kelansungan hidup benih lele lokal sehingga dapat bermanfaat
bagi semua pihak khususnya bagi penulis sendiri.
1.5 Hipotesis
Pemberian probiotik dalam pakan buatan dapat meningkatkan
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lele Lokal
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Lokal
Menurut Muharnanto dalam Basahudin (2009), lele lokal dapat
diklarifikasikan sebagai berikut :
Menurut Santoso (1995), secara umum morfologi ikan lele lokal tidak
memiliki banyak perbedaan dengan lele dumbo yang selama ini banyak
dibudidayakan. Tubuh ikan lele lokal mempunyai bentuk tubuh memanjang,
berkulit licin, berlendir, dan tidak bersisik. Bentuk kepala menggepeng
(depress), dengan mulut yang relatif lebar, mempunyai empat pasang sungut.
Lele lokal memiliki tiga sirip tunggal, yakni sirip punggung, sirip ekor, dan sirip
dubur. Bentuk tubuh lele lokal dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini :
Gambar 1. Lele Lokal (Clarias batrachus)
Sementara itu, sirip yang berpasangan ada dua yakni sirip dada dan sirip
perut. Pada sirip dada (pina thoracalis) dijumpai sepasang patil atau duri keras
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lele Lokal
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Lokal
Menurut Muharnanto dalam Basahudin (2009), lele lokal dapat
diklarifikasikan sebagai berikut :
Menurut Santoso (1995), secara umum morfologi ikan lele lokal tidak
memiliki banyak perbedaan dengan lele dumbo yang selama ini banyak
dibudidayakan. Tubuh ikan lele lokal mempunyai bentuk tubuh memanjang,
berkulit licin, berlendir, dan tidak bersisik. Bentuk kepala menggepeng
(depress), dengan mulut yang relatif lebar, mempunyai empat pasang sungut.
Lele lokal memiliki tiga sirip tunggal, yakni sirip punggung, sirip ekor, dan sirip
dubur. Bentuk tubuh lele lokal dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini :
Gambar 1. Lele Lokal (Clarias batrachus)
Sementara itu, sirip yang berpasangan ada dua yakni sirip dada dan sirip
perut. Pada sirip dada (pina thoracalis) dijumpai sepasang patil atau duri keras
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lele Lokal
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Lokal
Menurut Muharnanto dalam Basahudin (2009), lele lokal dapat
diklarifikasikan sebagai berikut :
Menurut Santoso (1995), secara umum morfologi ikan lele lokal tidak
memiliki banyak perbedaan dengan lele dumbo yang selama ini banyak
dibudidayakan. Tubuh ikan lele lokal mempunyai bentuk tubuh memanjang,
berkulit licin, berlendir, dan tidak bersisik. Bentuk kepala menggepeng
(depress), dengan mulut yang relatif lebar, mempunyai empat pasang sungut.
Lele lokal memiliki tiga sirip tunggal, yakni sirip punggung, sirip ekor, dan sirip
dubur. Bentuk tubuh lele lokal dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini :
Gambar 1. Lele Lokal (Clarias batrachus)
Sementara itu, sirip yang berpasangan ada dua yakni sirip dada dan sirip
5
yang dapat digunakan untuk mempertahankan diri dan kadang-kadang dapat
dipakai untuk berjalan dipermukaan tanah atau pematang. Pada bagian atas
ruangan rongga insang terdapat alat pernapasan tambahan (arborescent),
bentuknya seperti batang pohon yang penuh dengan kapiler-kapiler darah
(Suyanto, 2007).
2.1.2 Habitat dan Tingkah Laku
Habitat ikan lele di alam adalah di perairan tergenang yang relatif dangkal,
ada pelindung atau tempat yang agak gelap dan lebih menyukai substrat
berlumpur. Ikan lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin. Ikan lele
hidup di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang
tergenang air. Ikan lele banyak ditemukan di benua Afrika dan Asia serta banyak
dibudidayakan di Thailand, India, Philipina dan Indonesia (Simanjutak, 1996 ).
Ikan lele dikenal aktif pada malam hari (nokturnal). Pada siang hari, ikan
lele lebih suka berdiam didalam lubang atau tempat yang tenang dan aliran air
tidak terlalu deras. Ikan lele mempunyai kebiasaan mengaduk-aduk lumpur dasar
untuk mencari binatang-binatang kecil (bentos) yang terletak di dasar perairan
(Simanjutak, 1996 ).
2.1.3 Pakan dan Kebiasaan Makan
Lele mempunyai kebiasaan makan di dasar perairan. Berdasarkan jenis
pakannya, lele digolongkan sebagai ikan yang bersifat karnivora (pemakan
daging). Di habitat aslinya, lele makan cacing, siput air, belatung, laron,
jentik-jentik serangga, kutu air, dan larva serangga air. Karena bersifat karnivora, pakan
6
Jika pakan yang diberikan banyak mengandung protein nabati, pertumbuhannya
lambat (Mahyudin, 2007).
Lele bersifat kanibalisme, yaitu sifat suka memangsa jenisnya sendiri. Jika
kekurangan pakan, iakn ini biasanya memangsa sesama jenisnya sendiri yang
berukuran lebih kecil. Sifat kanibalisme juga ditimbulkan oleh adanya perbedaan
ukuran. Lele yang berukuran besar akan memangsa ikan lele yang berukuran lebih
kecil (Mahyudin, 2007).
2.1.4 Siklus Hidup dan Perkembangbiakan
Menurut Basahudin (2009), dari kecil hingga dewasa, lele lokal
mengalami lima fase kehidupan, yaitu telur larva, post larva, benih, dewasa dan
induk. Masa setiap fase kehidupan dilalui berbeda-beda, tergantung dari kondisi
lingkungan. Selama itu akan terjadi perubahan bentuk, pembentukan organ tubuh,
penyempurnaan fungsi organ tubuh dan juga perkembangan. Perkembangan ini
akan merubah ukuran tubuh hingga semakin panjang dan merubah bobot tubuh
hingga semakin berat.
Telur lele lokal yang normal berbentuk bulat, berdiameter 1,1-1,4 mm dan
berwarna kuning tua atau agak kecoklatan. Pada suhu 23-24 oC, fase telur dilalui
selama 30-36 jam dan menetas menjadi larva atau ikan yang anggota tubuhnya
baru terbentuk. Fase larva hingga post larva dilalui selama 48-72 jam atau kurang
lebih selama lima hari. Fase larva merupakan fase kritis karena organ tubuhnya
baru terbentuk, tetapi belum sempurna termasuk fungsinya. Pada fase ini, larva
membawa kantung telur sebagai cadangan makanan (yolk egg). Memasuki fase
7
dengan sempurna, organ tubuhnya juga sudah dapat berfungsi dengan sempurna,
terutama kebiasaan makannya (Basahudin, 2009).
Fase post larva hingga benih atau ikan berukuran 10-12 cm dapat
berlangsung selama 8-10 minggu. Perkembangan pada fase ini sangat bergantung
pada lingkungan terutama kualitas air dan ketersediaan pakan. Pada kualitas air
yang baik dan pakan yang cukup, kehidupan burayak akan normal dan dapat
tumbuh dengan cepat sehingga dapat mencapai benih pada waktunya. Sebaliknya,
pada kualitas air yang buruk dan pakan kurang, kehidupan burayak tidak normal
dan tidak mencapai benih pada waktunya, Oleh karena itu, kualitas air dan
ketersediaan pakan menjadi sangat penting (Basahudin, 2009).
2.2 Kualitas Air
Sumber air yang baik dalam pembenihan ikan harus memenuhi kriteria
kualitas air. Hal tersebut meliputi sifat-sifat kimia dan fisika air seperti suspensi
bahan padat, suhu, gas terlarut, pH, kadar mineral, dan bahan beracun. Untuk
kegiatan pembenihan ikan lele, air yang digunakan sebaiknya berasal dari sumur
walaupun dalam pemeliharaan di kolam, ikan lele lokal tidak memerlukan air
yang jernih seperti ikan-ikan lainnya (Darseno, 2010).
Ikan lele dapat hidup di lingkungan yang kualitas airnya kurang baik.
Kualitas air yang baik untuk pertumbuhan lele yaitu kandungan oksigen terlarut
(DO) >3 ppm, CO2kurang dari 15 ppm, suhu 25-30oC, pH (6-7) dan kecerahan
8
2.3 Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Ikan
2.3.1 Tingkat Kelangsungan Hidup
Persyaratan untuk hidup ikan mesti terpenuhi, diantaranya adalah
lingkungan media yang cocok bagi spesies ikan tersebut. Masing-masing spesies
ikan menghendaki lingkungan media yang berbeda. Tetapi jika pemeliharaan ikan
dalam jumlah yang besar kemungkinan ikan mati pasti ada. Kematian ikan
tersebut biasanya diakibatkan oleh persaingan antar ikan itu sendiri, karena
lingkungan media tidak cocok atau bahkan serangan hama penyakit. Kematian
ikan akibat persaingan antar ikan itu sendiri terjadi apabila jumlah pakan yang
diberikan kurang. Demikian terjadi terus menerus, hingga ikan yang kecil tersebut
mati. Kejadian lain apabila kondisi ikan lapar maka kecenderungan ikan akan
saling menyerang, hal ini juga berakibat menambah potensi menaikkan angka
kematian (Gufran dan Kordi, 2010).
Ikan hidup membutuhkan kondisi kualitas air tertentu sehingga apabila
salah satu dari parameter kualitas air tersebut tidak sesuai hingga diluar batas
toleransinya maka ikan tersebut akan mati. Ikan mampu merespon perubahan suhu
tidak lebih dari 5oC, hal ini juga dilakukan bertahap dan tidak bisa drastis. pH 11
dan 4 juga merupakan titik kematian ikan. Begitu juga serangan hama penyakit
adalah permasalahan yang perlu diperhatikan. Dari hari ke hari kematian ini
semakin banyak, hingga populasi ikan akan habis apabila tanpa perlakuan yang
baik. Selain itu, mengetahui angka kematian ikan merupakan awal untuk
9
2.3.2 Pertumbuhan Ikan
Menurut Effendie (2002), pertumbuhan adalah pertambahan ukuran
panjang atau berat dalam suatu waktu. Selain itu juga bisa didefinisikan sebagai
perubahan ukuran atau jumlah material tubuh baik perubahan positif maupun
negatif, temporal maupun dalam jangka waktu yang lama. Pertumbuhan ikan
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam
umumnya adalah faktor yang sulit dikontrol seperti keturunan, sex, umur, parasit
dan penyakit. Faktor luar yang utama mempengaruhi petumbuhan ikan yaitu suhu
dan makanan (Effendie, 2002).
Kecepatan pertumbuhan ikan juga ditentukan oleh gen. Gen tersebut
merupakan sifat warisan dari induknya yang dibawa melalui telur. Gen merupakan
bagian kecil dari kromosom merupakan penyimpan sifat-sifat individu tersebut.
Jika ikan memiliki sifat tahan terhadap serangan hama penyakit (sehat),
pertumbuhannya cepat, maka induknya pun dan bahkan kelak keturunannya pun
akan memiliki sifat yang demikian. Sehingga untuk mendapatkan ikan dengan
pertumbuhan cepat maka perlu ditelusuri sifat induknya (Gufran dan Kordi,
2010).
a. Kesehatan Benih Ikan
Kesehatan benih ikan besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan. Karena
jika ikan sakit maka tahap pertama energi yang dipengaruhi oleh ikan tersebut
akan digunakan sebagai penganti sel-sel yang rusak, serta anti toksin atau
kekebalan tubuhnya akan melawan penyakit yang ada. Dari persoalan ini jelas
bahwa yang seharusnya energi dipergunakan sebagai pertumbuhan akan tetapi
10
pertumbuhannya terganggu. Jika penyakit tersebut ternyata kondisinya lebih kuat
maka ikan tersebut tidak sembuh hingga mati (Gufran dan Kordi, 2010).
b. Keseragaman Ukuran Benih Ikan
Keseragaman ukuran benih ikan secara keseluruhan akan mempengaruhi
produksi total. Jika benih satu sama lain tidak sama ukurannya, maka benih yang
kecil pertumbuhannya akan lebih lambat untuk periode tertentu atau tidak
meningkat pertumbuhannya hingga panen. Banyak terjadi benih yang ukurannya
lebih kecil pada periode starter tetap lebih kecil ukurannya tetapi setelah melewati
periode grower pertumbuhannya menjadi seimbang. Hal ini disebabkan bahwa
laju pertumbuhan ikan dari waktu ke waktu atau periode ke periode berbeda
(Basahudin, 2009).
c. Faktor Air
Kualitas air mempunyai 3 faktor yaitu faktor fisika, kimia dan biologi.
Yang termasuk faktor fisika adalah suhu, kecerahan dan kekeruhan. Faktor kimia
meliputi kelarutan oksigen, CO2, NH3 – N dan pH. Sedangkan faktor biologi
adalah kandungan plankton dan lain-lain. Apabila suhu berubah maka faktor
kimia air akan berubah dan apabila suhu naik maka segala proses dipercepat
termasuk metabolisme tubuh hingga pada batas tertentu. Sudah menjadi gejala
alam apabila kondisi cuaca cerah, intensitas cahaya matahari tinggi, suhu air
meningkat (nafsu makan meningkat) sehingga pertumbuhan ikan pun menjadi
cepat. Hal itu terjadi kebalikan apabila kondisi cuaca mendung, suhu air menurun
akibatnya nafsu makan ikan menurun atau kondisi air kekurangan oksigen
11
Kondisi kualitas air akan selalu direspon oleh ikan. Apabila kondisi
kualitas airnya optimal untuk kehidupan ikan tersebut maka sudah barang tentu
pertumbuhannya juga optimal. Apabila air tingkat kekeruhannya tinggi maka
supsensi tersebut akan menempel pada lamela insang sehingga akan mengganggu
pernafasan. Apabila pH air rendah maka lendir ikan akan menggumpal. Kondisi
kualitas air akan langsung mempengaruhi pertumbuhan (Afrianto dan Liviawaty,
1992).
d. Serangan Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit akan muncul jika lingkungan media hidup ikan kurang
baik. Akibat dari kondisi lingkungan media yang tidak sesuai maka lama
kelamaan stamina ikan akan menurun sehingga rentan dan mudah terserang
penyakit. Sebagai akibat pertama adalah nafsu makan ikan menurun. Dibutuhkan
energi untuk menaikkan stamina bahkan penyembuhan penyakit tersebut. Dengan
demikian sudah jelas energi tidak digunakan untuk pertumbuhan. Jika serangan
hama dan penyakit lebih kuat dari stamina ikan, maka ikan akan mati. Untuk
menghindari kematian ikan perlu diusahakan kualitas air tetap baik (Afrianto dan
Liviawaty, 1992).
e . Kondisi Pakan Ikan
Pada perairan umum secara liar atau dipelihara secara tradisional tidak
begitu masalah pemberian pakannya. Tetapi pada pemeliharaan sistem instensif
pemberian pakan mesti instensif yaitu jumlah dan pemberian pakannya harus
teratur. Apabila jumlah pakan yang diberikan kurang maka energi yang
dibutuhkan tidak terpenuhi sehingga perutumbuhannya terhambat. Begitu juga
12
terhambat. Kondisi protein ini bisa diakibatkan karena rusak oleh jamur sehingga
kandungan protein menurun (Afrianto dan Liviawaty, 2005).
Jumlah pakan yang dimakan ikan pun kadang-kadang kurang akibat cara
pemberian pakan kurang baik. Hal tersebut bisa terjadi karena frekuensi
pemberian pakannya berkurang atau pembagian pakan per frekuensinya tidak
imbang.
2.4 Probiotik
Probiotik merupakan suplemen tambahan berupa mikroba hidup
menguntungkan yang diberikan kepada makhluk hidup, dengan tujuan untuk
memperbaiki keseimbangan mikroba didalam pencernaan induk inangnya. Produk
probiotik umumnya merupakan kompleks mikroba yang akan menghasilkan enzim
tertentu yang akan menghasilkan karbohidrat, protein dan lemak (Afrianto dan
Liviawati, 2005).
Menurut Irianto (2007), pemberian organisme probiotik dalam akuakultur
dapat diberikan melalui pakan, air maupun melalui perantaraan pakan hidup seperti
rotifera atau artemia. Pemberian probiotik dalam pakan, berpengaruh terhadap
kecepatan fermentasi pakan dalam saluran pencernaan, sehingga akan sangat
membantu proses penyerapan makanan dalam pencernaan ikan. Fermentasi pakan
mampu mengurai senyawa kompleks menjadi sederhana sehingga siap digunakan
ikan, dan sejumlah mikroorganisme mampu mensintesa vitamin dan asam-asam
amino yang dibutuhkan oleh larva hewan akuatik.
Lactobacillus merupakan salah satu jenis Bakteri Asam Laktat (BAL)
homofermentatif dengan temperatur optimal lebih rendah dari 37 oC (Frazier dan
13
mengubah karbohidrat (glukosa) menjadi asam laktat. Lactobacillus berbentuk
batang dan tidak bergerak (non motil). Bakteri ini memiliki sifat katalase negatif,
aerob atau fakultatif anaerob, mampu mencairkan gelatin, cepat mencerna protein,
tidak mereduksi nitrat, toleran terhadap asam, dan mampu memproduksi asam
laktat (Kuswanto dan Sudarmadji, 1988).
Lactobacillus mampu merombak senyawa kompleks menjadi senyawa
yang lebih sederhana dengan hasil akhirnya yaitu asam laktat. Menurut Buckle et
al(1978), asam laktat dapat menghasilkan pH yang rendah pada substrat sehingga
menimbulkan suasana asam.Lactobacillusdapat meningkatkan keasaman sebesar
1,5 sampai 2,0 % pada substrat. Dalam keadaan asam,Lactobacillus memiliki
kemampuan untuk menghambat bakteri pathogen dan bakteri pembusuk.
Menurut Soeharsono dalam Gunawan dan Harianto (2011), Lactobacillus
sama seperti yang terdapat dalam salah satu produk minuman kesehatan, yang
sangat berguna untuk membantu pencernaan, dalam tumbuhan pun ini sangat
berguna membantu memperlancar serapan nutrisi yang dibutuhkan oleh
tumbuhan. Manfaat dari probiotik ini adalah :
Meningkatkan nafsu makan ikan
Memacu pertumbuhan ikan secara maksimal
Menambah bobot ikan dan mempercepat masa panen
Mencegah terjadinya macet tumbuh (ikan kerdil)
Menurunkan tingkat kematian (mortalitas)
Menghemat biaya pakan secara total
Menghilangkan bau busuk (amis) kolam akibat amoniak
Meningkatkan penerapan protein pakan agar menjadi daging secara
14
III. METODELOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15 Oktober sampai dengan 15
Desember 2012 yang bertempat di Laboratorium Perikanan Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar. Analisis proksimat dilakukan di
Laboratorium Makanan Ternak Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas
Syiah Kuala.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi aquarium,
peralatan aerasi, timbangan digital , sprayer, penggaris, baskom, seser, gayung,
wadah plastik, sendok, Thermometer, pH Meter, DO Meter dan kamera digital.
Sedangkan bahan yang diperlukan dalam penelitian ini benih lele lokal
yang dipijahkan sendiri, pakan buatan (CP-9001), probiotik komersil (Raja Lele)
dan air tawar (lampiran 6).
3.3 Metode Penelitian
3.3.1 Fortifikasi Probiotik Dalam Pakan
Pakan yang digunakan adalah pakan komersil yang didapatkan dari
toko-toko perikanan daerah setempat. Probiotik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah jenis probiotik isolat yang mengandung bakteri Lactobacillus, Acetobacter
dan Yeast dengan merk dagang Raja Lele (ijin perdagangan :
1954/10-25/TDUP/XII/1999). Pakan difortifikasi dengan cara mencampurkan probiotik ke
dalam pakan. Sebelum pakan diberikan pada benih ikan, terlebih dahulu pakan
masing-15
masing perlakuan (lampiran 7). Penentuan dosis berdasarkan penelitian Ariefet al
(2008), yang menjelaskan bahwa penambahan probiotik dengan dosis 0 ml, 2 ml,
4 ml dan 6 ml dalam setiap 100 gr pellet tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap laju pertumbuhan dan rasio konversi pakan ikan nila gift. Sementara
Ekawati (2003), menjelaskan bahwa penambahan probiotik Biocin dalam pakan
dengan dosis 4 ml, 8 ml dan 12 ml dalam setiap 100 gr pelet memberikan
pengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan ikan patin dengan laju pertumbuhan
terbaik didapatkan pada dosis 4 ml/100 gr pakan.
Adapun dosis perlakuan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
K = Kontrol (Tanpa Perlakuan)
P1 = Dosis 7 ml/100 gr
P2 = Dosis 9 ml/100 gr
P3 = Dosis 11 ml/100 gr
P4 = Dosis 13 ml/100 gr
Pakan yang sudah disemprotkan probiotik, dikering anginkan selama
15-20 menit agar tidak lengket.
3.3.2 Pemeliharaan Benih Lele Lokal
a. Persiapan Wadah
Wadah pemeliharaan yang digunakan adalah aquarium yang berukuran 60
x 30 x 35 cm sebanyak 20 buah. Sebelum digunakan, aquarium dicuci bersih
dengan menggunakan sabun dan dibilas hingga bersih. Setelah bersih, aquarium
16
b. Persiapan Ikan Uji
Ikan uji yang digunakan adalah benih lele lokal sebanyak 540 ekor dengan
ukuran benih 1,60 cm. Ikan-ikan tersebut didapatkan melalui hasil pemijahan
sendiri. Ikan dipelihara pada tiap aquarium yang berukuran 60 x 35 x 30 cm
dengan kepadatan 27 ekor/aquarium dalam ruangan tertutup selama 60 hari.
c. Pemberian Pakan
Pada pemeliharan larva benih lele lokal, pakan yang diberikan berupa
pakan buatan yang telah dicampur probiotik. Pada tiap aquarium ditebarkan pakan
yang sudah difortifikasi sesuai dengan dosis dari setiap perlakuan. Frekuensi
pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari yaitu pada pukul 08.00, 12.00 dan 17.00
WIB secara adlibitum (Mahyuddin, 2007). Pemberian pakan dilakukan dengan
cara menebarkan lansung ke dalam aquarium pemeliharaan sebagaimana yang
terlihat pada lampiran 7.
Pakan yang diberikan adalah pakan komersil dengan nilai komposisi yang
tercantum pada Tabel dibawah ini :
Tabel 2. Kandungan Nilai Nutrisi Dalam Pakan Buatan Merk CP-9001
Kandungan Nilai
Protein Kasar 40 %
Lemak 6 %
Serat 3 %
Kadar Air 12 %
Sumber : PT. Central Proteinaprima
3.4 Pengamatan
3.4.1 Pengukuran Kualitas Air
Pengukuran kualitas air dilakukan selama 7 hari sekali pada waktu pagi
17
lampiran 7. Parameter yang diukur meliputi suhu, pH dan oksigen terlarut (DO).
Selain itu, juga dilakukan penyiponan setiap 2 hari sekali pada waktu pagi hari.
3.4.2 Pengukuran Berat Tubuh
Berat tubuh benih lele lokal diukur setiap 15 hari sekali dari awal
penelitian hingga akhir penelitian. Pengukuran berat tubuh dilakukan dengan cara
mengambil 40 % dari total padat penebaran atau 10 ekor sampel ikan pada setiap
perlakuan, kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan digital dan
dihitung rata-rata berat tubuh per individu. Sebelum dilakukan penimbangan ikan,
terlebih dahulu wadah yang akan digunakan ditimbang. Kemudian berat wadah
dinetralkan. Setelah itu baru dimasukkan ikan sample kedalam wadah tersebut
sebagaimana yang terlihat pada lampiran 6. Hasil pengukuran dicatat dan
dikalkulasikan dalam tabel.
3.4.3 Pengukuran Panjang Total Tubuh
Pengukuran panjang total dilakukan 15 hari sekali dari awal sampai akhir
penelitian. Cara pengukuran panjang total tubuh dilakukan dengan cara sampling.
Benih lele lokal diambil sebanyak 40 % dari total padat penebaran atau 10 ekor
dari setiap aquarium. Panjang total tubuh diukur mulai dari ujung mulut sampai
ujung ekor dengan menggunakan penggaris (lampiran 7).
3.5 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL). Rancangan acak lengkap yang akan digunakan terdiri atas 4 taraf
perlakuan dengan masing-masing 4 kali ulangan, sehingga jumlah satuan
18
Rumus Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang digunakan adalah sebagai
berikut :
Yij = µ + Pi + ∑ij
Dimana :
Yij : Pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
µ : Rataan Umum
Pi : Pengaruh perlakukan ke-i
∑ij : Galat perlakuan ke-I dan ulangan ke-j
Dari hasil percobaan yang dilakukan dengan 4 taraf perlakuan dengan
masing-masing 4 kali ulangan, maka dapat ditabulasikan data sebagai berikut :
Tabel 1. Tabulasi Data Perlakuan dan Ulangan Rancangan Acak Lengkap
Ulangan (i) Perlakuan (j) Total
P1 P2 P3 P4
Parameter uji utama dalam penelitian ini adalah pertumbuhan, rasio
konversi pakan (FCR) dan kelulushidupan (SR) benih lele lokal. Pertumbuhan
yang diukur meliputi pertumbuhan berat tubuh dan pertumbuhan panjang tubuh.
Perhitungan pertumbuhan diukur dengan menggunakan rumus sebagaimana yang
19
Laju Pertumbuhan Harian :
Laju pertumbuhan harian adalah besarnya presentase pertumbuhan ikan
perhari. Laju pertumbuhan harian ikan dapat dihitung dengan menggunakan
rumus :
SGR = (Ln Wt – Ln Wo ) x 100 % t
Dimana :
SGR = Presentase laju pertumbuhan harian (% BT/hari)
Ln Wt = Berat rata-rata pada waktu akhir (gram)
Ln Wo = Berat rata-rata pada waktu (to) awal (gram)
t = Waktu (hari)
Sumber : Hariati (1989)
Pertumbuhan Panjang Mutlak
Pertumbuhan Panjang mutlak adalah selisih pertumbuhan panjang dua
waktu tertentu yaitu panjang pada awal pemeliharaan dan panjang pada akhir
pemeliharaan. Pertumbuhan panjang mutlak dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
Lm = T L1– T L0
Dimana :
Lm = Pertumbuhan panjang mutlak (cm)
T L1 = Panjang total pada akhir pemeliharaan (cm)
T Lo = Panjang total pada awal pemeliharaan (cm)
Sumber : Hariati (1989)
Kelulushidupan
Kelulushidupan merupakan tingkat kelangsungan hidup ikan (Survival
20
persentase jumlah ikan yang hidup di akhir masa pemeliharaan dibanding
dengan jumlah ikan pada saat tebar awal. Tingkat kelangsungan hidup ikan
dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
SR = Jumlah ikan yang hidup pada akhir x 100%
Jumlah ikan yang hidup pada awal
Sumber : Hariati (1989)
Rasio Konversi Pakan (FCR)
Rasio konversi pakan (FCR) merupakan jumlah (berat) pakan yang dapat
membentuk suatu unit berat ikan, artinya seberapa banyak ikan mampu
merubah pakan menjadi daging ikan (dalam 1 kg daging). Adapun rumus untuk
menghitung FCR adalah :
FCR = F
(Wt + d) – Wo
Dimana :
F = Jumlah pakan yang diberikan selama pemeliharaan (gram)
Wt = Berat ikan pada saat akhir penelitian (gram)
d = Berat ikan yang mati (gram)
Wo = Berat ikan pada saat awal penelitian (gram)
Sumber : Hariati (1989)
Nilai FCR dikatakan baik jika sesuai dengan FCR standar atau FCR yang
ditargetkan, artinya semakin rendah nilai FCR dengan bobot badan yang tinggi
maka FCR akan semakin baik karena lebih efisien (dengan pakan sedikit
menghasilkan bobot badan yang tinggi). Juga sebaliknya, apabila nilai FCR tinggi
21
3.7 Metode Analisa Data
Data yang diperoleh adalah data laju pertumbuhan ikan, rasio konversi
pakan, tingkat kelangsungan hidup ikan dan data pengukuran kualitas air. Data
yang diperoleh selanjutnya dianalisis ragam dengan menggunakan Analysis Of
Varience (ANOVA) untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang diberikan
terhadap pertumbuhan, rasio konversi pakan dan kelangsungan hidup ikan.
Data-data tersebut disajikan dalam bentuk grafik dan tabel. Jika dari analisis ragam
diketahui bahwa perlakuan menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata atau
berbeda sangat nyata maka untuk menentukan perbedaan antar perlakuan
dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) (Rochiman, 1989). Adapun
rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
BNT5%=t(0,05.dbG)
Ulangan Galat KT
2
BNT1%=t(0,01.dbG)
Ulangan Galat KT
2
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kualitas Air
Parameter kualitas air yang diukur selama penelitian meliputi suhu, pH,
dan oksigen terlarut (DO). Hasil pengukuran kualitas air selama penelitian dapat
dilihat pada Tabel 4 dibawah ini :
Tabel 4. Nilai Parameter Kualitas Air Selama Penelitian
Perlakuan Kisaran Parameter
Dari Tabel 4 diatas dapat diketahui bahwa suhu air pada semua perlakuan
selama penelitian berkisar antara 26-28 ºC, pH air berkisar antara 6-7 dan
konsentrasi oksigen terlarut (DO) berkisar antara 4,5-5,0 mg/L.
Air sebagai media hidup organisme perairan merupakan faktor yang
sangat penting diperhatikan dalam usaha budidaya termasuk dalam wadah
terkontrol. Hal ini bertujuan untuk memberikan daya dukung pada organisme
dalam melakukan segala aktifitas hidupnya. Dari Tabel 4 diketahui bahwa kondisi
kualitas air pada saat pemeliharaan benih lele lokal adalah suhu 26-28oC, pH 6-7
dan oksigen terlarut (DO) 4,5-5 mg/L. Berdasarkan hasil nilai parameter kualitas
air tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas air selama penelitian dapat
mendukung pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih lele lokal. Hal ini
didukung oleh pernyataan Lovell (1979), menyatakan bahwa kualitas air yang
23
oksigen terlarut (DO) > 3 mg/L. Kondisi suhu pada penelitian tidak mengalami
perubahan yang drastis, hal ini diduga karena kondisi tempat pemeliharaan
pemeliharaan dilakukan diruangan yang tertutup.
4.2 Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh data laju
pertumbuhan harian (SGR), pertumbuhan panjang mutlak (Lm), rasio konversi
pakan (FCR) dan tingkat kelangsungan hidup (SR) sebagaimana yang terlihat
pada Tabel 3 dibawah ini :
Tabel 3. Data Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR), Pertumbuhan Panjang Mutlak (Lm), Rasio Konversi Pakan (FCR) dan Tingkat Kelangsungan Hidup (SR) Selama Penelitian
Parameter Uji Kontrol P1 P2 P3 P4
SGR (%) 4,53ns 4,30ns 4,64ns 4,69ns 4,75ns Lm (cm) 1,94ns 2,20ns 2,22ns 2,32ns 2,85ns FCR 3,75ns 3,69ns 3,11ns 2,62ns 2,51ns SR (%) 76,85ns 75ns 71,30ns 74,07ns 80,55ns Ket : ns = tidak berbeda nyata (non signifant)
4.2.1 Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR)
Dari Tabel 3 terlihat bahwa pertumbuhan spesifik benih ikan lele lokal
yang tertinggi diperoleh pada perlakuan P4 (4,75 %) dan yang terendah diperoleh
pada perlakuan P1 (4,30 %). Namun jika dibandingkan dengan kontrol juga tidak
jauh berbeda (4,53 %).
Pertumbuhan berat tubuh pada semua perlakuan meningkat jika
dibandingkan dengan berat awal (0,028 gr/ekor). Tingginya laju pertumbuhan
spesifik pada perlakuan P4 (4,75 %) dibandingkan dengan P1,P2 dan P3 diduga
24
(13 mL/200 gr pakan) dan jika dibandingkan dengan kontrol juga menunjukkan
nilai yang lebih baik. Namun dari hasil uji analisis variansi (ANAVA),
menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan (Fhitung<Ftabel)
(lampiran 1).
Nilai laju pertumbuhan spesifik dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah ini :
Gambar 2. Grafik Nilai Laju Pertumbuhan Spesifik
Pemberian probiotik dalam pakan ternyata berpengaruh terhadap
fermentasi pakan yang menyebabkan pertumbuhan semakin meningkat
dikarenakan nutrisi yang terkandung dalam pakan dimanfaatkan sangat baik oleh
ikan. sesuai dengan pernyataan Irianto (2007), menyatakan bahwa pemberian
probiotik dalam pakan berpengaruh terhadap kecepatan fermentasi pakan dalam
saluran pencernaan, sehingga akan sangat membantu proses penyerapan makanan
dalam pencernaan ikan. Fermentasi pakan mampu mengurai senyawa kompleks
menjadi sederhana sehingga siap digunakan ikan, dan sejumlah mikroorganisme
mampu mensistesa vitamin dan asam-asam amino yang dibutuhkan oleh larva
hewan akuatik.
Dosis Probiotik Raja Lele (mL)
0 7 9 11 13
24
(13 mL/200 gr pakan) dan jika dibandingkan dengan kontrol juga menunjukkan
nilai yang lebih baik. Namun dari hasil uji analisis variansi (ANAVA),
menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan (Fhitung<Ftabel)
(lampiran 1).
Nilai laju pertumbuhan spesifik dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah ini :
Gambar 2. Grafik Nilai Laju Pertumbuhan Spesifik
Pemberian probiotik dalam pakan ternyata berpengaruh terhadap
fermentasi pakan yang menyebabkan pertumbuhan semakin meningkat
dikarenakan nutrisi yang terkandung dalam pakan dimanfaatkan sangat baik oleh
ikan. sesuai dengan pernyataan Irianto (2007), menyatakan bahwa pemberian
probiotik dalam pakan berpengaruh terhadap kecepatan fermentasi pakan dalam
saluran pencernaan, sehingga akan sangat membantu proses penyerapan makanan
dalam pencernaan ikan. Fermentasi pakan mampu mengurai senyawa kompleks
menjadi sederhana sehingga siap digunakan ikan, dan sejumlah mikroorganisme
mampu mensistesa vitamin dan asam-asam amino yang dibutuhkan oleh larva
hewan akuatik.
Dosis Probiotik Raja Lele (mL)
0 7 9 11 13
24
(13 mL/200 gr pakan) dan jika dibandingkan dengan kontrol juga menunjukkan
nilai yang lebih baik. Namun dari hasil uji analisis variansi (ANAVA),
menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan (Fhitung<Ftabel)
(lampiran 1).
Nilai laju pertumbuhan spesifik dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah ini :
Gambar 2. Grafik Nilai Laju Pertumbuhan Spesifik
Pemberian probiotik dalam pakan ternyata berpengaruh terhadap
fermentasi pakan yang menyebabkan pertumbuhan semakin meningkat
dikarenakan nutrisi yang terkandung dalam pakan dimanfaatkan sangat baik oleh
ikan. sesuai dengan pernyataan Irianto (2007), menyatakan bahwa pemberian
probiotik dalam pakan berpengaruh terhadap kecepatan fermentasi pakan dalam
saluran pencernaan, sehingga akan sangat membantu proses penyerapan makanan
dalam pencernaan ikan. Fermentasi pakan mampu mengurai senyawa kompleks
menjadi sederhana sehingga siap digunakan ikan, dan sejumlah mikroorganisme
mampu mensistesa vitamin dan asam-asam amino yang dibutuhkan oleh larva
hewan akuatik.
Dosis Probiotik Raja Lele (mL)
25
Kebutuhan protein pakan untuk beberapa jenis catfish telah ditentukan
pada stadia yang berbeda dari pertumbuhan dan pada kondisi yang beragam. Ikan
lele lokal (Clarias batrachus) memerlukan kadar protein dalam pakan sebesar 30
% (Chuapoehuk, 1987). Berdasarkan hasil penelitian Suphada dan Anut (2011),
yang menyatakan bahwa pemberian kadar protein sebesar 32 % pada ikan lele
lindi (Clarias nieuhofii) menghasilkan pertumbuhan spesifik sebesar 0,73 %.
Hasil analisis proksimat pakan pada perlakuan (P4) dapat dilihat pada lampiran 5.
4.2.2 Laju Pertumbuhan Panjang Mutlak (Lm)
Berdasarkan Tabel 3 diatas terlihat bahwa pertumbuhan panjang mutlak
benih ikan lele lokal yang tertinggi diperoleh pada perlakuan P4 sebesar (2,85 cm)
dan yang terendah diperoleh pada perlakuan P1 (2,20 cm). Namun jika
dibandingkan dengan kontrol juga tidak jauh berbeda (1,94 cm).
Hasil yang diperoleh selama penelitian (Tabel 3) dapat dilihat bahwa
pertumbuhan panjang mutlak tertinggi diperoleh pada perlakuan P4. Tingginya
laju pertumbuhan panjang mutlak pada perlakuan P4 (4,75 %) dibandingkan
dengan P1, P2 dan P3 diduga karena pengaruh pemberian Raja Lele (probiotik)
dengan dosis yang cukup tinggi (13 mL/200 gr pakan) dan jika dibandingkan
dengan kontrol juga menunjukkan nilai yang tidak jauh berbeda (1,94 cm).
Namun dari hasil uji analisis variansi (ANAVA), menunjukkan tidak adanya
perbedaan yang nyata antar perlakuan (Fhitung<Ftabel) (lampiran 2). Nilai laju
26
Gambar 3. Grafik Nilai Laju Pertumbuhan Panjang Mutlak
Hasil penelitian Agokeiet al(2011), yang membuktikan bahwa pemberian
pakan dengan protein yang berbeda berpengaruh nyata terhadap panjang mutlak
benih lele dumbo dimana dengan kadar protein sebesar 45 % dan lemak 9,5 %
menghasilkan panjang mutlak sebesar 1,24 cm. Berdasarkan hal tersebut,
pertumbuhan panjang terbaik diperoleh pada perlakuan P4 (probiotik 13 mL/200
gr pakan) dengan kadar protein sebesar 28,79 % dan lemak sebesar 8 % cukup
berpengaruh terhadap pertumbuhan panjang mutlak benih ikan lele lokal.
Rendahnya tingkat pertumbuhan panjang tubuh pada perlakuan P1
dibandingkan dengan perlakuan lainnya diduga karena bakteri yang terdapat
dalam probiotik mati sebelum mencapai saluran pencernaan yaitu terlepas ke air
pada saat pemberian pakan. Haryanto (2004), menjelaskan bakteri probiotik harus
resisten terhadap seleksi sistem saluran pencernaan seperti asam lambung, cairan
empedu dan getah pankreas sehingga tetap hidup di saluran pencernaan inang.
Irianto (2007), menyatakan bahwa bakteri probiotik yang tidak mampu mencapai
saluran pencernaan inang tidak akan berpengaruh pada inang.
P
Dosis Probiotik Raja Lele (mL) 0
Gambar 3. Grafik Nilai Laju Pertumbuhan Panjang Mutlak
Hasil penelitian Agokeiet al(2011), yang membuktikan bahwa pemberian
pakan dengan protein yang berbeda berpengaruh nyata terhadap panjang mutlak
benih lele dumbo dimana dengan kadar protein sebesar 45 % dan lemak 9,5 %
menghasilkan panjang mutlak sebesar 1,24 cm. Berdasarkan hal tersebut,
pertumbuhan panjang terbaik diperoleh pada perlakuan P4 (probiotik 13 mL/200
gr pakan) dengan kadar protein sebesar 28,79 % dan lemak sebesar 8 % cukup
berpengaruh terhadap pertumbuhan panjang mutlak benih ikan lele lokal.
Rendahnya tingkat pertumbuhan panjang tubuh pada perlakuan P1
dibandingkan dengan perlakuan lainnya diduga karena bakteri yang terdapat
dalam probiotik mati sebelum mencapai saluran pencernaan yaitu terlepas ke air
pada saat pemberian pakan. Haryanto (2004), menjelaskan bakteri probiotik harus
resisten terhadap seleksi sistem saluran pencernaan seperti asam lambung, cairan
empedu dan getah pankreas sehingga tetap hidup di saluran pencernaan inang.
Irianto (2007), menyatakan bahwa bakteri probiotik yang tidak mampu mencapai
saluran pencernaan inang tidak akan berpengaruh pada inang.
P
Dosis Probiotik Raja Lele (mL) 0 ml 7 ml 9 ml 11 ml 13 ml
0 7 9 11 13
26
Gambar 3. Grafik Nilai Laju Pertumbuhan Panjang Mutlak
Hasil penelitian Agokeiet al(2011), yang membuktikan bahwa pemberian
pakan dengan protein yang berbeda berpengaruh nyata terhadap panjang mutlak
benih lele dumbo dimana dengan kadar protein sebesar 45 % dan lemak 9,5 %
menghasilkan panjang mutlak sebesar 1,24 cm. Berdasarkan hal tersebut,
pertumbuhan panjang terbaik diperoleh pada perlakuan P4 (probiotik 13 mL/200
gr pakan) dengan kadar protein sebesar 28,79 % dan lemak sebesar 8 % cukup
berpengaruh terhadap pertumbuhan panjang mutlak benih ikan lele lokal.
Rendahnya tingkat pertumbuhan panjang tubuh pada perlakuan P1
dibandingkan dengan perlakuan lainnya diduga karena bakteri yang terdapat
dalam probiotik mati sebelum mencapai saluran pencernaan yaitu terlepas ke air
pada saat pemberian pakan. Haryanto (2004), menjelaskan bakteri probiotik harus
resisten terhadap seleksi sistem saluran pencernaan seperti asam lambung, cairan
empedu dan getah pankreas sehingga tetap hidup di saluran pencernaan inang.
Irianto (2007), menyatakan bahwa bakteri probiotik yang tidak mampu mencapai
saluran pencernaan inang tidak akan berpengaruh pada inang.
P
Dosis Probiotik Raja Lele (mL)
27
4.2.3 Rasio Konversi Pakan (FCR)
Hasil yang diperoleh selama penelitian (Tabel 3) menunjukkan bahwa
rasio konversi pakan yang terbaik diperoleh pada perlakuan P4 sebesar (2,51) dan
yang kurang baik diperoleh pada perlakuan P1 (3,69). Namun jika dibandingkan
dengan kontrol juga diperoleh nilai yang tidak jauh berbeda (3,75).
Dari Tabel 3 dapat dilihat perbedaan nilai konversi pakan benih ikan lele
lokal dimana pada perlakuan P4 (2,51) diperoleh nilai terbaik dibandingkan
dengan perlakuan P1, P2 dan P3. Hal tersebut diduga karena pengaruh pemberian
Raja Lele (probiotik) dengan dosis yang cukup tinggi (13 mL/200 gr pakan)
sehingga pemanfaatan pakan pada perlakuan P4 masih efisien yang berarti bahwa
pemberian pakan sebanyak 2,51 gr menghasilkan bobot daging sebesar 1 gr. Hal
ini bisa dilihat dari hasil penelitian Ajani et al (2011), yang membuktikan bahwa
pemberian pakan dengan kadar protein 50 % dan lemak 9,08 % menghasilkan
rasio konversi pakan terbaik sebesar 2,50. Dalam penelitian ini, nilai rasio
konversi pakan dapat dilihat pada Gambar 4 dibawah ini :
Gambar 4. Grafik Nilai Rasio Konversi Pakan
Sementara itu, jika dibandingkan dengan kontrol juga menunjukkan nilai
yang tidak jauh berbeda. Namun dari hasil uji analisis variansi (ANAVA),
Dosis Probiotik Raja Lele (mL) 0
4.2.3 Rasio Konversi Pakan (FCR)
Hasil yang diperoleh selama penelitian (Tabel 3) menunjukkan bahwa
rasio konversi pakan yang terbaik diperoleh pada perlakuan P4 sebesar (2,51) dan
yang kurang baik diperoleh pada perlakuan P1 (3,69). Namun jika dibandingkan
dengan kontrol juga diperoleh nilai yang tidak jauh berbeda (3,75).
Dari Tabel 3 dapat dilihat perbedaan nilai konversi pakan benih ikan lele
lokal dimana pada perlakuan P4 (2,51) diperoleh nilai terbaik dibandingkan
dengan perlakuan P1, P2 dan P3. Hal tersebut diduga karena pengaruh pemberian
Raja Lele (probiotik) dengan dosis yang cukup tinggi (13 mL/200 gr pakan)
sehingga pemanfaatan pakan pada perlakuan P4 masih efisien yang berarti bahwa
pemberian pakan sebanyak 2,51 gr menghasilkan bobot daging sebesar 1 gr. Hal
ini bisa dilihat dari hasil penelitian Ajani et al(2011), yang membuktikan bahwa
pemberian pakan dengan kadar protein 50 % dan lemak 9,08 % menghasilkan
rasio konversi pakan terbaik sebesar 2,50. Dalam penelitian ini, nilai rasio
konversi pakan dapat dilihat pada Gambar 4 dibawah ini :
Gambar 4. Grafik Nilai Rasio Konversi Pakan
Sementara itu, jika dibandingkan dengan kontrol juga menunjukkan nilai
yang tidak jauh berbeda. Namun dari hasil uji analisis variansi (ANAVA),
Dosis Probiotik Raja Lele (mL) 0 ml0 7 ml7 9 ml9 11 ml11 13 ml13
27
4.2.3 Rasio Konversi Pakan (FCR)
Hasil yang diperoleh selama penelitian (Tabel 3) menunjukkan bahwa
rasio konversi pakan yang terbaik diperoleh pada perlakuan P4 sebesar (2,51) dan
yang kurang baik diperoleh pada perlakuan P1 (3,69). Namun jika dibandingkan
dengan kontrol juga diperoleh nilai yang tidak jauh berbeda (3,75).
Dari Tabel 3 dapat dilihat perbedaan nilai konversi pakan benih ikan lele
lokal dimana pada perlakuan P4 (2,51) diperoleh nilai terbaik dibandingkan
dengan perlakuan P1, P2 dan P3. Hal tersebut diduga karena pengaruh pemberian
Raja Lele (probiotik) dengan dosis yang cukup tinggi (13 mL/200 gr pakan)
sehingga pemanfaatan pakan pada perlakuan P4 masih efisien yang berarti bahwa
pemberian pakan sebanyak 2,51 gr menghasilkan bobot daging sebesar 1 gr. Hal
ini bisa dilihat dari hasil penelitian Ajani et al(2011), yang membuktikan bahwa
pemberian pakan dengan kadar protein 50 % dan lemak 9,08 % menghasilkan
rasio konversi pakan terbaik sebesar 2,50. Dalam penelitian ini, nilai rasio
konversi pakan dapat dilihat pada Gambar 4 dibawah ini :
Gambar 4. Grafik Nilai Rasio Konversi Pakan
Sementara itu, jika dibandingkan dengan kontrol juga menunjukkan nilai
yang tidak jauh berbeda. Namun dari hasil uji analisis variansi (ANAVA),
Dosis Probiotik Raja Lele (mL)
28
menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan (Fhitung<Ftabel)
(lampiran 3). Adanya perbedaan rasio konversi pakan pada setiap perlakuan
disebabkan oleh perbedaan banyaknya jumlah pakan yang dikonsumsi dengan
kemampuan ikan dalam memanfaatkan pakan tersebut menjadi daging.
Pertumbuhan ikan dengan bobot daging yang tinggi terjadi karena
kemampuan ikan memanfaatkan nutrien pakan menjadi nutrien tubuh dan
mengkonversi nutrien menjadi energi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Junianto
(2003), bahwa kandungan keseimbangan nutrisi (protein, lemak, dan serat) pada
pakan ikan akan memacu pertumbuhan ikan yang cepat tumbuh besar serta
memiliki bobot tubuh yang tinggi. Hasil analisis proksimat pakan dapat dilihat
pada lampiran 5.
Semakin tinggi nilai konversi pakan akan semakin tidak baik. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Barrows dan Hardy (2001), yang menjelaskan bahwa
nilai rasio konversi pakan dipengaruhi oleh jumlah pakan yang diberikan, semakin
dari sedikit pakan yang diberikan pemberian pakan semakin efisien karena
jumlah pakan yang dihabiskan untuk menghasilkan berat tertentu adalah sedikit.
Nilai konversi pakan juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor terutama
kualitas (protein pakan) dan kuantitas pakan, spesies ikan, ukuran ikan dan
kualitas perairan.
4.2.4 Tingkat Kelangsungan Hidup (SR)
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa persentase tingkat kelangsungan
hidup benih ikan lele lokal selama penelitian yang tertinggi diperoleh pada