• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS. menentukan keberhasilan sebagai bentuk dari pencapaian tujuan bersama yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIS. menentukan keberhasilan sebagai bentuk dari pencapaian tujuan bersama yang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Pengelolaan Soft Skills Siswa

Pengelolaan adalah proses penataan kegiatan yang akan dilaksanakan melalui fungsi-fungsi manajemen tentu gunanya sebagai tolak ukur untuk menentukan keberhasilan sebagai bentuk dari pencapaian tujuan bersama yang telah disepakati. Hal ini didukung oleh pendapat Alam (2007:127), yang

mengemukakan bahwa “pengelolaan adalah proses perencanaan,

pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian kegiatan anggota organisasi dan proses penggunaan sumber daya organisasi lainnya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan”. Kemudian Suprianto dan Muhsin (2008:142), mengatakan bahwa “pengelolaan adalah keterampilan untuk meramu komponen dan unsur-unsur yang terlibat dalam suatu sistem untuk mencapai hasil/tujuan yang direncanakan”. Sedangkan menurut Kiyosaki dan Lechter (2005:104), bahwa “pengelolaan adalah sebuah kata yang besar sekali yang mencakup pengelolaan uang, waktu, orang, sumber daya, dan terutama pengelolaan informasi”.

Sedangkan menurut Hamidi dan Lutfi (2010:153), “Pengelolaan didefinisikan sebagai bekerja dengan orang-orang secara pribadi dan kelompok untuk mencapai tujuan organisasional atau lembaga”. Lebih lanjut Hasibuan (2006:2), “pengelolaan adalah Ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu”. Sudirman (2009:25), memandang bahwa

(2)

“manajemen sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota”. Dalam dunia pendidikan khususnya sekolah pengelolaan Soft Skills siswa merupakan sesuatu yang harus diperhatikan dan dikelola secara lansung oleh pihak pemerintah, kepala sekolah, guru, orang tua siswa dan siswa. Pengelolaan Soft Skills siswa harus diperhadapkan dengan proses perumusan program yang disesuaikan dengan visi-misi sekolah sebagai dasar acuan untuk dapat melahirkan program-program yang mendukung tercapainya tujuan sekolah dengan adanya ketersediaan sarana dan prasarana penunjang mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta keberlanjutan. Soft Skills merupakan hal yang urgen untuk setiap manusia yang lahir dengan berbagai profesi. Soft Skills sengaja dilahirkan yakni untuk bisa mengembangkan diri lebih baik dengan cara menerapkan manajemen diri untuk bisa terampil dalam mengatasi problematika kehidupan yang semakin hari semakin maju. Dengan adanya Soft Skills didiri manusia maka ada kecenderungan untuk manusia bisa berkembang didalam dirinya secara efektif maupun yang akan dilakukan untuk bisa berinteraksi satu sama lain. Hal tersebut di dukung oleh pendapat Elfindri dkk (2010:67), yang mengemukakan bahwa “Soft Skills merupakan keterampilan dan kecakapan hidup, baik itu sendiri, berkelompok, atau bermasyarakat, serta dengan sang pencipta”. Lebih lanjut Muqowim (2012:6), yang memaparkan bahwa “Soft Skills merupakan keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (Interpersonal Skills) dan keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri (Intrapersonal Skills) yang mampu mengembangkan unjuk kerja secara maksimal. Soft Skills dalam setiap profesi diartikan sama

(3)

seperti kejujuran, komitmen, tanggung jawab, semangat, kepercayaan, kesederhanaan, kerjasama, menghargai orang lain, dan Integritas.” Sedangkan “Soft Skills merupakan keterampilan hidup untuk menjadi pribadi yang hangat dan lembut.” (Klaus, 2007:2). Kemudian Mudlofir (2012:200), mengemukakan bahwa “Soft Skills adalah kemampuan mengelola diri secara tepat dan kemampuan membangun relasi dengan orang lain secara efektif kemampuan mengelola diri disebut dengan Intrapersonal Skills, sedangkan kemampuan membangun relasi dengan orang lain disebut dengan Interperonal Skills. Kemudian Elfindri dkk (2009:49), mengemukakan bahwa “Soft Skills merupakan keterampilan dan kecakapan hidup, baik untuk sendiri, berkelompok, atau bermasyarakat. dengan mempunyai Soft Skills membuat keberadaan seseorang akan semakin terasa di tengah masyarakat. Keterampilan akan berkomunikasi, keterampilan emosional, keterampilan, berbahasa, keterampilan berkelompok, memiliki etika dan moral, santun, dan keterampilan spiritual.”

Setiap orang mempunyai Soft Skills yang sama namun yang membedakan satu dengan yang lainnya adalah kemampuan Hard Skills yang dimilikinya. Soft Skills dalam dunia pendidikan khususnya sekolah dikelola lansung oleh pihak kepala sekolah dan guru serta siswa. Pengelolaannya dilaksanakan melalui tatanan ilmu manajemen yang substansinya yakni membahas tentang perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.

Pengelolaan Soft Skills siswa dalam suatu sekolah sepenuhnya dibawah naungan lansung dari pihak kepala sekolah, guru, dan siswa. Soft Skills Siswa yang diterapkan oleh guru tersebut meliputi moral knowing, moral feeling, moral

(4)

action. Hal tersebut didukung oleh pendapat Muqowim (2012:11), bahwa “cara mengembangkan Soft Skills siswa yakni melalui moral knowing, moral feeling, dan moral action”. Profesi guru yang tentunya memberikan pemahaman ilmu-ilmu secara lansung kepada siswa khususnya yang berkaitan dengan Soft Skills masuk pada ranah kompetensi guru dilihat dari kompetensi kepribadian dan sosial sedangkan tugas guru yang mencerminkan kemampuan secara teknik yang dituangkan dalam pengajaran masuk pada ranah kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional. Hal ini di dukung oleh pendapat Lickona (dalam TIM Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007:244), menekankan pentingnya pentingnya 3 komponen karakter yang baik (components of good character) yaitu moral knowing atau pengetahuan tentang moral, moral feeling atau perasaan tentang moral dan moral action atau perbuatan tentang moral. Hal ini diperlukan agar siswa didik mampu memahami, merasakan dan mengerjakan sekaligus nilai-nilai kebajikan.

Pengelolaan Soft Skills siswa dalam suatu sekolah dikelola melalui kegiatan pembelajaran akademik dan kegiatan ekstrakurikuler non akademik. Soft Skills siswa yang biasa dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran selalu dinilai kurang efektif dalam mengembangkan kemampuan Soft Skills siswa karena siswa terlihat jenuh dan bosan dalam setiap menerima pelajaran yang diberikan oleh guru sebab pendidikan yang diterima oleh siswa kebanyakan adalah pendidikan berbasis kelas walaupun berbagai strategi digunakan namun, kenyataan yang didapati pada pendidikan dalam suatu sekolah bahwa siswa lebih

(5)

cenderung suka menikmati pelajaran diluar kelas berbasis kegiatan ekstrakurikuler.

Pengelolaan Soft Skills siswa dalam suatu sekolah menuntut siswa untuk lebih aktif mengembangkan potensi yang dimiliki antara satu potensi dengan potensi lain agar proses pencapaian tujuan yang diinginkan oleh siswa dapat terwujud melalui pola pikir yang dimiliki dan direalisasikan pada kegiatan-kegiatan pembelajaran ataupun kegiatan-kegiatan-kegiatan-kegiatan diluar jam pelajaran yang berhubungan dengan organisasi kesiswaaan. Olehnya disamping siswa bergelut dalam dunia organisasi maka diperlukan motivasi secara lansung dari pihak sekolah karena memberikan motivasi secara implisit akan membuat siswa lebih percaya diri untuk bisa berbaur satu dengan yang lain melalui kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah atau Organisasi kesiswaan. Melalui wadah tersebut siswa akan mendapatkan suatu pengalaman terhadap proses interaksi dengan publik secara lansung. Siswa dalam kesehariannya nanti untuk mencapai kesuksesan dipandang perlu menetapkan tujuan yang sesuai dengan keinginannya serta didukung secara lansung oleh pembinaan-pembinaan moral baik itu dilingkungan orang tua maupun sekolah dan masyarakat. Siswa akan aktif bila tujuan yang diinginkannya sejalan dengan keyakinannya sebagai peserta didik. Peran aktif siswa mengenai kegiatan akademik dan non akademik perlu menerapkan prinsip keyakinan pada siswa. Hal tersebut harus dilakukan agar siswa punya kemauan dan optimis dalam setiap mengembangkan minat dan bakatnya baik dari segi pembelajaran akademik maupun non akademik. Prinsip dimiliki siswa dalam suatu sekolah harus diarahkan selalu oleh guru melalui

(6)

kegiatan-kegiatan yang bersifat positif agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang akan merugikan siswa itu sendiri dengan jalan mengembangkan tujuan dan keyakinannya secara efektif. Siswa dalam menerima pelajaran maupun dalam berorganisasi dibutuhkan sebuah skills yang dapat menunjang keberhasilannya dalam menjalani setiap kegiatan sehari-hari yang berhubungan dengan rutinitasnya. Konsentrasi yang dimiliki siswa sangatlah penting untuk mengembangkan Soft Skills siswa agar dikemudian hari jika siswa tersebut terjun dilingkungan masyarakat dan dunia kerja maka kepekaan terhadap masalah-masalah yang ditemui dapat diselesaikan dengan baik.

B. Penjabaran Fungsi-fungsi Manajemen dalam Pengelolaan Soft Skills Siswa.

1. Perencanaan Program Soft Skills

Perencanaan merupakan hal utama yang harus dilakukan dalam tahap menuju pelaksanaan suatu kegiatan. proses perencanaan haruslah dinilai matang untuk menunjang keberhasilan sebuah program. Perencanaan kegiatan akan tercapai melalui kesepakatan-kesepakatan yang di bahas dalam persiapan penjalanan program. Tujuan bersama dapat dicapai dengan efektif dengan melihat berbagai keadaan terutama sarana dan prasarana yang menunjang. Hal ini didukung oleh Gea dan Wulandri, (2005:263) yang mengemukakan bahwa “perencanaan merupakan kumpulan dari pengambilan keputusan tentang situasi”. Maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan adalah proses inovasi dan penetapan

(7)

secara tepat mengenai ragam hal yang akan dilaksanakan dimasa mendatang yang erat kaitannya dengan pencapaian tujuan yang telah dirapatkan dan ditetapkan”.

Perencanaan program Soft Skills dalam suatu sekolah dibentuk melalui rapat-rapat dewan guru dan rapat-rapat organisasi kesiswaan. Rapat dewan guru mengenai program pengembangan Soft Skills terlahir dari penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menentukan berbagai macam strategi agar siswa terlihat tidak jenuh dan bosan dalam menerima pembelajaran. Sedangkan program Soft Skills yang dibentuk melalui rapat organisasi kesiswaan lebih membahas mengenai penyusunan kegiatan ekstrakurikuler yang tujuannya mengembangkan minat bakat siswa agar lebih teraktualisasi. Kontribusi Soft Skills dalam kegiatan akademik disuatu sekolah belum maksimal sepenuhnya dicermati oleh peserta didik sedangkan kontribusi Soft Skills siswa dalam kegiatan non akademik ekstrakurikuler lebih maksimal hal ini dipengaruhi karena pola pikir siswa selalu diperhadapkan dengan teori sedangkan praktek yang menjadi bidang keahlian sedikit diaktualisasikan dan dikembangkan oleh guru. Perencanaan program Soft Skills dinilai akan efektif dengan menerapkan komponen-komponen perencanaan melalui 5 W + 1 H guna menunjang keberhasilan program secara keseluruhan. Hal ini didukung oleh G.R Terry ada suatu target yang akan dicapai yaitu program. Didalam suatu perencanaan ada 5 W dan 1 H yaitu what, where, who, when, why dan How.

(8)

2. Pelaksanaan program Soft Skills Siswa

Pelaksanaan program Soft Skills siswa dilaksanakan secara sadar dari sekelompok pihak sekolah dengan menggunakan kemampuan, teknik serta keterampilan yang matang guna menunjang efektifitas dan efisiensi untuk tercapainya tujuan organisasi sesuai seperti yang diharapkan dalam arti lain bahwa Pelaksanaan terjadi karena adanya tujuan dari sekelompok orang yang mempunyai kreatifitas dan tujuan yang sama. Hal ini didukung oleh Lyer dkk (dalam Efendi dan Makhfudli, 2009:157) yang mengemukakan bahwa “pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik”. (dalam Sagala 2007:60) mengemukakan bahwa “pelaksanaan berarti meransang anggota-anggota kelompok melaksanakan tugas-tugas dengan antusias dan kemauan yang baik.”

Pelaksanaan program Soft Skills siswa dilaksanakan secara langsung oleh para guru dan siswa tentu berdasarkan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya yang dibahas melalui wadah organisasi sekolah. Pelaksanaan program Soft Skills siswa harus merujuk pada tujuan organisasi yang ditetapkan bahwa Soft Skills siswa dikembangkan harus sesuai dengan minat bakat dan kemampuan individu masing-masing agar hasilnya akan terlihat baik. Kemampuan para siswa dalam menjalankan program Soft Skills siswa merupakan suatu bentuk pengembangan kemandirian siswa dalam berorganisasi hingga siswa tahu akan gunanya saling kerja sama dan mencapai tujuan bersama olehnya peran serta dukungan pihak dari

(9)

luar sekolah dibutuhkan berupa dukungan orang tua siswa dan dukungan pemerintah serta dukungan sarana prasarana penunjang seluruh kegiatan pengembangan Soft Skills Siswa.

3. Monitoring dan evaluasi program Soft Skills siswa

Monitoring dan Evaluasi adalah bagian dari sebuah sistem pengelolaan yang tujuannya menilai atau melihat tolak ukur dari pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan baik dilingkungan sekolah, pemerintah maupun swasta. Monitoring adalah segala aktivitas kegiatan yang gunanya untuk memantau proses pelaksanaan dari sebuah kegiatan yang dilaksanakan. Monitoring atau Pengawasan perlu dilaksanakan yang gunanya tentu untuk melihat sejauh mana tingkat keberhasilan dari sebuah kegiatan. kegiatan dapat efektif dan efisien bila pengawasan yang dilakukan berjalan dengan baik sebaliknya kegiatan akan terlihat buruk bila pengawasan yang dilakukan tidak dilakukan secara baik yakni melalui tahapan-tahapan dan prosedur yang benar. Hal ini didukung oleh Susanta dan Deni (dalam Barnawi dan Arifin, 2012:30), fungsi pengawasan disekolah dapat dibedakan menjadi 3 yakni: (1) mengusahakan suatu struktur yang terorganisasi dengan baik dan sederhana untuk menghilangkan salah pengertian diantara personel sekolah. (2) mengusahakan supervise yang kuat untuk menghilangkan “gap” yang terjadi dalam keseluruhan program sekolah. (3) mengusahakan informasi yang akurat dalam pembuatan keputusan dan penilaian terhadap pelaksanaan pendidikan”.

Proses monitoring program Soft Skills siswa mengacu pada hasil pelaksanaan yang telah dijalankan dengan prosedur yang telah disepakati pada

(10)

perencanaan awal program. Monitoring perlu dilakukan untuk melihat sejauh mana perkembangan kegiatan selama pelaksanaan kegiatan mulai dari pembukaan kegiatan sampai dengan selesai kegiatan. Monitoring biasa dilakukan oleh pihak-pihak yang memang telah ditunjuk sesuai dengan kapasitasnya didalam organisasi. Sedangkan evaluasi penting dilakukan yang tujuannya mengetahui kekurangan-kekurangan yang terjadi selama kegiatan berlansung dan selesai dilaksanakan gunanya adalah sebagai masukkan agar nantinya kegiatan yang dilaksanakan dimasa mendatang jika terjadi kekurangan-kekurangan yang serupa dapat ditanggulangi secara baik.

4. Keberlanjutan program Soft Skills siswa

Keberlanjutan program soft skills siswa dalam suatu sekolah haruslah dikembangkan dan diteruskan oleh generasi berikutnya agar peningkatan mutu sekolah sesuai dengan peningkatan mutu lulusan secara umum. Keberlanjutan program soft skills siswa harus didukung oleh semua pihak mulai dari pemerintah dinas pendidikan sampai pihak sekolah yang menyentuh secara langsung akan keberlanjutan program. Dukungan sarana prasarana juga harus menunjang secara keseluruhan agar penerapan program pengelolaan Soft Skills nanti akan berjalan lancar.

C. Soft Skills akademik dan non akademik

Soft Skills akademik selalu erat kaitannya dengan kegiatan pembelajaran secara khusus yang diterima peserta didik atau siswa yang dituangkan melalui media dan perangkat pembelajaran seperti rencana pelaksanaan pembelajaran dan paling banyak Soft Skills akademik adalah penanaman teori-teori yang

(11)

disampaikan oleh guru. Siswa dalam konteks pengembangan Soft Skills pembelajaran dituntut untuk bisa mengembangkan teori yang disampaikan guru melalui pemahaman konsep secara keseluruhan setelah itu dituangkan melalui kegiatan praktek jika berhubungan dengan mata pelajaran yang berisi praktek. Sedangkan Soft Skills ekstrakurikuler adalah proses pengembangan aktualisasi siswa yang dilakukan melalui kegiatan-kegiatan diluar dari kegiatan akademik atau dalam artian bersifat non akademik berupa kegiatan Meeting Class yang isinya adalah kegiatan Olimpiade seperti debat bahasa inggris, latihan dasar kepemimpinan, Rohis dan kegiatan meeting class berupa olahraga karate, basket, sepak bola dan kesenian berupa vokalia dan paduan suara. Melalui Soft Skills ekstrakurikuler pengembangan minat bakat siswa lebih tereksplor dengan baik karena siswa akan lebih bebas dan rileks dalam berekspresi akan kemampuan personalnya. Soft Skills ekstrakurikuler dalam suatu sekolah selalu dikembangkan dan diprogramkan melalui wadah organisasi kesiswaan dengan dukungan dari kepala sekolah dan guru. sebagai tujuan untuk mengembangkan kemampuan berorganisasi para siswa juga disesuaikan dengan visi misi sekolah yang menjadi acuan para siswa untuk mencapai tujuan sekolah. Kontribusi kegiatan ekstrakurikuler sangat besar dalam menunjang keberhasilan prestasi siswa yang juga akan secara lansung berimbas pada kegiatan pembelajaran disaat siswa menerima pelajaran didalam kelas. Siswa yang berkembang dengan cepat pada kegiatan ekstrakurikuler adalah siswa yang mampu menerima minat dan bakatnya melalui unjuk kerja dengan maksimal untuk dapat dikembangkan secara baik.

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Ridho dan hidayah-Nya yang luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan

Menghitung panjang string hasil uncompress dari string yang telah terkompressi. mysql> SELECT UNCOMPRESSED_LENGTH(COMPRESS(REPEAT('a',30)));

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989: 747) pengembangan diartikan sebagai suatu proses, cara perbuatan mengembangkan modul, seperti telah dibahas diawal diartikan

Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati

Kegunaan teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai layanan bimbingan klasikal yang dilakukan oleh guru BK dalam menumbuhkan sikap

Electree (ELimination dan Choice Expressing Reality) merupakan salah satu metode dalam Multi Criteria Decision Making (MCDM) yang diperkenalkan oleh Bernard Roy pada tahun

Strategi yang dapat dilakukan untuk peningkatan daya saing hortikultura Indonesia adalah: (1) meningkatkan kesadaran para pelaku usaha agar mematuhi regulasi-regulasi

Misal untuk mengetahui beban maksimum, tidak perlu sistem diuji dengan beberapa input yang diberikan menaik sampai kinerja tidak berubah, namun dengan metoda