• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB2 PROFIL KABUPATEN TEMANGGUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB2 PROFIL KABUPATEN TEMANGGUNG"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

II-1

RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

BAB

2

PROFIL KABUPATEN TEMANGGUNG

2.1. WILAYAH ADMINISTRASI

Kabupaten Temanggung merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Tengah yang terletak antara 110023’ – 110046’30” Bujur Timur dan 7014’ – 7032’35” Lintang

Selatan dengan jarak terjauh dari barat ke timur adalah 43,437 km dan jarak yang terjauh dari utara ke selatan adalah 34,375 km dengan luas wilayah sekitar 87.065 hektar. Batas-batas wilayah administrasi Kabupaten Temanggung adalah sebagai berikut:

Utara : Kabupaten Kendal dan Kabupaten Semarang Selatan : Kabupaten Magelang

Barat : Kabupaten Wonosobo

Timur : Kabupaten Semarang dan Kabupaten Magelang

Kabupaten Temanggung terbagi kedalam 20 kecamatan, 266 desa dan 23 kelurahan serta 1.518 Rukun Warga (RW), 5,792 Rukun Tetangga (RT), 1.425 Dusun dan 139 Lingkungan. Kecamatan Temanggung merupakan Kecamatan dengan jumlah desa/kelurahan terbanyak yaitu 6 desa dan 19 kelurahan sedangkan Kecamatan Gemawang adalah kecamatan dengan jumlah desa/kelurahan terkecil yaitu 10 desa.

Tabel II. 1

Daftar Kecamatan di Kabupaten Temanggung

(2)

II-2

RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

No. Nama Kecamatan Luas Kecamatan (Km2)

Sumber: Temanggung Dalam Angka, 2015

2.2. POTENSI WILAYAH KABUPATEN TEMANGGUNG

Potensi-potensi Kabupaten Temanggung yang dapat menjadi sebuah investasi daerah yang sangat baik adalah pertanian, dan wisata yang didukung oleh objek wisata alam dan budaya.

2.2.1 Potensi Pertanian

Kabupaten Temanggung merupakan kabupaten yang berada persis diantara Gunung Sumbing dan Sindoro. Sehingga memberikan keuntungan bagi Kabupaten Temanggung untuk mengembangkan sektor pertanian karena memiliki cuaca yang mendukung. Curah hujan yang terjadi juga cukup baik untuk pertanian dengan intensitas sedang saat musim penghujan. Dengan topografi Kabupaten Temanggung yang terdiri atas dataran rendah hingga dataran tinggi, maka banyak jenis tanaman yang dapat dikembangkan seperti tanaman kopi, padi dan tembakau.

Kopi

Tanaman kopi merupakan tanaman yang hanya dapat tumbuh di dataran tinggi dengan harga yang relatif tinggi maka tanaman ini sangat disukai oleh masyarakat. Sentra kopi di Kabupaten Temanggung adalah perkebunan kopi di Desa Gesing yang berjarak kurang lebih 12 km dari Kota Temanggung, perkebunan Bojongrejo di Kecamatan Bejen, dan perkebunan Rowoseneng di Kecamatan Kandangan. Kegiatan sentra kopi tersebut sekaligus dapat menjadi potensi pengembangan pariwisata yaitu agrowisata atau wisata pertanian dan peternakan. Dari ketiga sentra tersebut, perkebunan Rowoseneng yang merupakan bagian dari peternakan sapi perah paling diminati oleh pengunjung karena pengunjung tidak hanya bisa melihat dan memanen kopi tapi juga bisa ikut beternak sapi perah.

Tembakau

(3)

II-3

RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

dengan produksi 6.922,93 ton. Tanaman tembakau tersebar hampir di sebagian besar kecamatan di Kabupaten Temanggung kecuali Kecamatan Bejen dan Pringsurat.

Padi

Padi merupakan komoditas pertanian yang banyak ditanam di Kabupaten Temanggung. Pada tahun 2014 produksi padi sebanyak 162.121,32 ton, mengalami kenaikan sebesar 7,21%. Panen terluas untuk padi adalah di Kecamatan Kedu yaitu 2.938 Ha, merupakan kecamatan penyandang panen padi dengan produksi sebesar 17.504,04 ton atau 10,80% dari total produksi padi di Kabupaten Temanggung.

Palawija

(4)

II-4

(5)

II-5

RPIJM Kabupaten Temanggung | 03 2.3.1 Potensi Wisata Alam

Kabupaten Temanggung selain memilki produk pertanian sebagai sektor utama, juga memiliki potensi wisata alam, wisata buatan dan wisata budaya yang dapat menarik minat pengunjung sehingga menjadi potensi pendapatan daerah. Dalam mengembangkan potensi yang ada juga membutuhkan pengembangan sarana dan prasarana pendukungnya seperti akses jalan. Berikut ini merupakan potensi wisata yang berada di Kabupaten Temanggung diantaranya lain:

Objek Wisata Alam

1. Air Terjun Trocoh (Surodipo) di Kecamatan Wonoboyo. Air terjun ini berada di Desa Tawangsari yang berjarak 7 km dari Kecamatan Wonoboyo atau 36 km dari Kota Temanggung. Kawasan ini memiliki lima terjunan air dengan suasana yang berbeda. Sekitarnya bernuansa pegunungan yang segar, sejuk dan nyaman. Namun untuk mencapai lokasi harus melewati perbukitan di ladang penduduk dan membutuhkan tenaga ekstra. 2. Air Terjun Lawe di Kecamatan Gemawang. Lokasi air terjun berjarak 26 km dari Kota

Temanggung dan terletak di Desa Muncar Kecamatan Gemawang.Air Terjun Lawe mwnyuguhkan panorama yang cukup memikat.Pengunjung dapat menyantap buah-buahan yang terdapat di kawasan tersebut jika datang tepat pada musimnya. Berjarak 26 kilo arah utara Kota Temanggung atau 1 jam perjalanan lewat jalur Parakan-Ngadirejo. Kondisi jalan menuju kesana sudah beraspal hingga desa.

3. Goa Lawa di Kecamatan Bejen. Goa Lawa terletak di Desa Ngalian Kecamatan Bejen yang berada di perbatasan Temanggung dengan Kendal. Di kawasan ini terdapat tradisi pendukung yakni upacara “Lampet Dawuhan” yaitu serangkaian upacara adat sedekah kali dengan ungkapan doa agar air mengairi sawah penduduk. Pengembangan kawasan wisata ini pernah dirintis oleh Mahasiswa AKPARI Semarang.

4. Mata Air Jumprit. Lokasi mata air Jumprit berada di Dusun Jumprit Desa Tegalrejo Kecamatan Ngadirejo yang berjarak 26 km dari Kota Temanggung. Wisata ini merupakan objek wisata yang dikelola oleh Perhutani.Ada tradisi Kungkum di pusat mata air dan kemudian berdzikir di Makam Ki Nujum Majapahit. Pengambilan air di Sendang Jumprit biasanya dilakukan diawal sebelum perayaan Tri Suci Waisak. Air yang diambil oleh para Biksu tersebut akan disemayamkan di Candi Mendut

(6)

II-6

RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

tanaman tembakau.Di sekitar kawasan terdapat kebun Strawberry dan pusat pembibitan tanaman kentang unggul sehingga menjadikan area Kledung Pass menjadi agrowisata. 6. Pendakian Gunung Sumbing. Pendakian Gunung Sumbing merupakan tradisi yang

dilakukan para pecinta alam dan petualang wisata pada “malam Selikuran”. Pendakian dilakukan lewat Dusun Kacepit, Desa Pagergunung Kecamatan Bulu.

7. Pendakian Gunung Sindoro. Pendakian dilakukan setiap “malam 1 sura’” lewat Desa Katekan Kecamatan Ngadirejo dan lewat Desa Kledung Kecamatan Kledung.

8. Posong. Merupakan wisata alam yang menyuguhkan tempat mencari sunrise dan sunset

terbaik di Kabupaten Temanggung.Lokasinya yang berada di Lereng Gunung Sindoro dan berada di Desa Tlahab Kecamatan Keldung.Namun akses dalam menuju lokasi merupakan jalur yang terjal, berkontur, masih berupa jalan batu dan sempit sehingga membutuhkan sikap hati-hati.

9. Hutan Walitis. Merupakan objek wisata pohon besar yang memiliki diameter 7,5 m dengan tinggi sekitar 30 m yang berada di Desa Jetis Kecamatan Selopampang. Kawasan Walitis memiliki pemandangan alam yang indah dan udara pegunungan segar alami.

Objek Wisata Buatan

1. Pikatan Water Park. Merupakan bagian dari kawasan olah raga dan rekreasi serta situs Kerajaan Mataram Hindu. Wisata permainan air yang berada di Pikatan Temanggung dengan menawarkan Kolam renang standar nasional, kolam anak-anak, hall tempat bermain dan juga terdapat situs Rakai Pikatan dari Kerajaan Mataram.

2. Taman Rekreasi Kartini. Merupakan pusat hiburan masyarakat yang berlokasi di Jalan Suwandi Suwardi, Kowangan. Taman rekreasi kartini merupakan salah satu ikon pariwisata dari Kabupaten Temanggung. Lokasinya pun mudah di jangkau karena berada di pintu masuk kabupaten temanggung sebelah timur. Fasilitas yang tersedia pun cukup banyak, seperti rumah makan pujasera, kolam renang tirto asri, arena bola basket, lapangan tennis, lapangan voli, hingga lapangan sepak bola.

(7)

II-7

RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

4. Monumen Bambang Sugeng. Monumen ini berada di Kranggan sebelah jembatan Sungai Progo dan berjarak 3 km dari Museum ke arah timur.Merupakan saksi bisu dari perjuangan Mayjend Bambang Sugeng pada waktu perang kemerdekaan memimpin pasukan TNI di daerah Temanggung.

Potensi Wisata Budaya

1. Candi Pringapus. Merupakan peninggalan Hindu-Budha yang bisa dijadikan objek penelitian kebudayaan masa lampau. Candi Pringapus dengan arca-arca berartistik Hindu Sekte Shiwaisti dibangun pada tahun 850 masehi. Candi ini terletak di Desa Pringapus Kecamatan Ngadirejo yang berjarak 22 km dari Kota Temanggung. Juga Candi Perot dan Petirtaan di dekatnya

2. Situs Liyangan. Situs Liyangan adalah situs purbakala berupa candi dan kawasan permukiman di lereng timur Gunung Sindoro, tepatnya di permukiman warga Dusun Liyangan, Desa Purbasari, Kecamatan Ngadirejo, berjarak sekitar 20 kilometer arah barat laut dari kota Temanggung, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Situs ini baru ditemukan pada tahun 2008. Penemuan pertama berupa talud, yoni, arca, dan batu-batu candi. Penemuan selanjutnya sebuah bangunan candi yang tinggal bagian kaki dan di atasnya terdapat sebuah yoni yang unik, tidak seperti umumnya, karena yoni ini memiliki tiga lubang. Penelitian dan penggalian lebih lanjut dilakukan Balai Arkeologi Yogyakarta pada 2010 dan 2011 menyimpulkan bahwa situs tersebut bukan merupakan candi besar tetapi sebuah perdusunan Mataram Kuno.

3. Prasasti Gondosuli. Merupakan reruntuhan candi yang dibangun pada zaman Kerajaan Sriwijaya dan menjadi saksi bisu kebudayaan masa lampau yang dilindungi sebagai cagar budaya. Lokasi nya berada di Desa Gondosuli Kecamatan Bulu dengan jarak 7 km dari Kota Temanggung.

4. Suran Traji. Merupakan ritual setempat yang dilakukan pada setiap malam 1 Sura. Kepala Desa yang berbusana seperti pengantin Jawa dikirabkan menuju Sendang Sidhukun di Desa Traji, Kecamatan Parakan tempat diselenggarakan sesaji serta pentas wayang kulit.Sunan Traji.

(8)

II-8

RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

Banyak peziarah yang datang dari luar daerah terutama di malam Jumat Kliwon dan malam Selasa Kliwon.

6. Tradisi Jumat Pahingan. Tradisi ini terletak di masjid Desa Menggoro Kecamatan Tembarak dan berjarak 7 km dari Kota Temanggung.Banyak pengunjung yang melakukan kegiatan membaca Al-Quran, dzikir, membaca doa-doa, ataupun mengadu nasib dengan memeluk salah satu tiang masjid yang dikenal dengan soko guru karena konon bisa mengetahui rejekinya jauh atau dekat.

7. Kota Tua Parakan. Parakan pada zaman dahulu merupakan ibukota Menoreh pada masa pemerintahan Amangkurat II (Raja Kasunanan Kartasura) hingga akhir masa perang Diponegoro kemudian karena satu dan lain hal kemudian ibukota Menoreh dipindah dari Parakan ke Temanggung dan nama kabupaten berubah menjadi Kabupaten Temanggung pada tahun 1834. Berikut ini beberapa situs bersejarah di Kecamatan Parakan:

a. Pasar Entho

Pasar entho merupakan destinasi wisata kuliner sejak abad ke-18 yang berada di Parakan Wetan, tepat di pinggir jalan yang menghubungkan Parakan-Kledung-Wonosobo. Pasar ini tepat berada di belakang pecinan Parakan. Di pasar ini dijual berbagai macam jajan pasar dan makanan ringan serta sayur mayur yang langsung dipasok dari berbagai desa di lereng gunung Sindoro dan Sumbing.

b. Kelenteng Hok Tek Hong

Kelenteng Hok Teng Hong merupakan kelenteng tertua di Parakan. Kelenteng ini berada di Kawasan Pecinan Parakan tepatnya di sebelah timur pasar entho dan dibangun pada abad ke-18.

c. Stasiun Parakan

Stasiun parakan yang dibangun tahun 1907 oleh Netherlandsche Indische Spoorweg

Maastcappij (NIS) dan hingga akhirnya di era tahun 1970-an jalur

Secang-Temanggung-Parakan resmi ditutup karena biaya operasional dan perawatan dengan pemasukan yang tidak seimbang.

d. Masjid Al barokah dan Kyai Bambu Runcing

(9)

II-9

RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

Jepang dan Belanda. Sampai sekarang masjid ini masih ada bahkan tempat penyepuhan bambu runcing pun masih ada.

Adanya wisata budaya, apabila dilakukan kajian secara strategis mengenai pengembangan wisata budaya lokal maka dapat digunakan unutk mendukung ekonomi kreatif masyarakat.Hal ini juga bermanfaat sebagai upaya melestarikan berbagai budaya yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

2.3. DEMOGRAFI DAN URBANISASI

Kondisi kependudukan pada suatu wilayah perlu dibahas dalam kegiatan pengkajian suatu wilayah. Substansi kependudukan yang perlu diperhatikan dalam penyusunan perencanaan meliputi jumlah penduduk dan kepala keluarga (KK), jumlah penduduk miskin dan persebarannya, proyeksi pertumbuhan penduduk, serta jumlah penduduk perkotaan dan proyeksi urbanisasi.

Jumlah penduduk Kabupaten Temanggung pada tahun 2014 adalah sebesar 738.915 jiwa yang terdiri dari laki-laki 370.398 jiwa (50,13%) dan perempuan 368.517 jiwa (49,87%). Jika dilihat dari penyebarannya maka kecamatan yang memiliki presentase jumlah penduduk tertinggi adalah Kecamatan Temanggung sebesar 10,79% dari jumlah penduduk total Kabupaten Temanggung, dan yang paling terkecil adalah Kecamatan Selopampang sebesar 2,48 %. Kepadatan penduduk dalam kurun waktu lima tahun (2010-2014) cenderung mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan jumlah penduduk. Pada tahun 2014 tercatat sebesar 849 jiwa setiap 1 km2, namun persebaran penduduknya tidak merata. Kecamatan Temanggung

merupakan kecamatan terpadat yaitu 2.389 jiwa per km2 dan kecamatan Bejen merupakan

kecamatan dengan kepadatan terendah yaitu 284 jiwa per km2. Tabel II. 2

Jumlah Penduduk per Kecamatan di Kabupaten Temanggung Tahun 2014

(10)

II-10

RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

No

Sumber: Temanggung Dalam Angka, 2015

Selain dilihat dari persebaran penduduk, perlu diketahui pula jumlah penduduk hingga tahun 2023. Dari data jumlah penduduk 10 tahun sebelumnya (2004-2014), diproyeksikan jumlah penduduk Kabupaten Temanggung hingga tahun 2023 dengan menggunakan model trendline

polynomial dengan R2= 0,82. Secara garis besar dapat dilihat bahwa jumlah penduduk

meningkat setiap tahun. Untuk jumlah penduduk hasil proyeksi, lebih jelasnya dapat dilihat pada

Error! Reference source not found..

Sumber: Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015 (olah data)

Gambar 2. 1

Proyeksi Penduduk Kabupaten Temanggung Tahun 2015-2021

760,939

2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023

(11)

II-11

RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

Berkaitan dengan kependudukan, kondisi kesejahteraan masyarakat juga perlu diperhatikan dalam kehidupan sosial masyarakat. Tingkat kesejahteraan masyarakat Kabupaten Temanggung dilihat dari data jumlah kepala keluarga pra sejahtera dapat dilihat pada Error! Reference source not found..

Tabel II. 3

Jumlah KK Miskin di Kabupaten Temanggung tahun 2014

Kecamatan KK Miskin

Sumber: Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015

(12)

II-12

RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

2.4. ISU STRATEGIS SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN BERDASARKAN RPJMD DAN RTRW KABUPATEN TEMANGGUNG

2.3.2 Isu Strategis Sosial Ekonomi

Perkembangan indikator ekonomi makro di Kabupaten Temanggung tidak terlepas dari kondisi pertumbuhan ekonomi nasional. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah perbandingan pencapaian kinerja perekonomian suatu daerah pada periode waktu tertentu terhadap periode waktu sebelumnya. Perubahan kondisi yang terjadi dalam skala nasional sangat berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi di daerah. Salah satu indikator ekonomi makro adalah PDRB. Perkembangan PDRB selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada Error! Reference source not found..

Tabel II. 4

Perkembangan PDRB Kabupaten Temanggung Tahun 2010-2014

Tahun

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku PDRB Atas Dasar Harga Konstan

Jutaan Rupiah Pertumbuhan (%) Jutaan Rupiah Pertumbuhan (%)

2010 Sumber: PDRB Kabupaten Temanggung Tahun, 2014

Pada tahun 2014 besaran PDRB menurut harga berlaku di Kabupaten temanggung secara agregat sebesar 7.679.241,74 juta rupiah. Angka ini menunjukkan adanya peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2013 yang sebesar 6.915.876,33 juta rupiah sehingga terjadi pertumbuhan sebesar 11,04 %. Pertumbuhan PDRB ADHB sebesar 11,04% tersebut sebenarnya belum dapat mencerminkan pertumbuhan ekonomi yang sebenarnya karena masih terpengaruh adanya kenaikan harga (inflasi). Pertumbuhan ekonomi yang lebih mendekati keadaan riil atau telah menghilangkan faktor inflasi diperoleh dari pertumbuhan PDRB ADHK. Berdasarkan PDRB ADHK 2000, pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Temanggung untuk tahun 2014 sebesar 4,91%, lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2013 yang tumbuh sebesar 5,02%.

(13)

II-13

RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

ini dapat dilihat pada presentase distribusi PDRB menurut sektor baik menurut harga berlaku maupun harga konstan, dimana sektor pertanian menyumbang diatas 30% dari nilai total PDRB dan sektor industri pengolahan memberikan kontribusi lebih dari 18%.

Pada tahun 2014 sumbangan terbesar untuk PDRB atas dasar harga berlaku adalah dari sektor pertanian 30,69%. Sehingga jika produksi pertanian mengalami kenaikan secara signifikan maka dimungkinkan besaran PDRB juga akan mengalami kenaikan, demikian juga apabila sektor pertanian mengalami penurunan maka besaran PDRB mempunyai kecenderungan untuk turun. Di tahun 2014, perana sektor pertanian yang sebesar 30,69% mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang memiliki kontribusi sebesar 32,03%. Berikut ini tabel struktur ekonomi Kabupaten Temanggung ADHB tahun 2010-2014 dalam persen.

Tabel II. 5

Struktur Ekonomi Kabupaten Temanggung ADHB tahun 2010-2014

Sektor

Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

1. Pertanian

2. Pertambangan dan penggalian 3. Industri pengolahan

4. Listrik dan air bersih 5. Bangunan

6. Perdagangan, hotel dan rumah makan 7. Pengangkutan dan komunikasi

8. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 9. Jasa-jasa

(14)

II-14

RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

Sumber: PDRB Kabupaten Temanggung 2014

Gambar 2. 2

PDRB Kabupaten Temanggung 2014

Sumber: PDRB Kabupaten Temanggung 2014

Gambar 2. 3

Inflasi PDRB Kabupaten Temanggung 2014

Dari hasil pengolahan indeks implisit PDRB, selama kurun waktu lima tahun terakhir perekonomian Kabupaten Temanggung terus mengalami inflasi dengan pergerakan yang cukup fluktuaso pada kisaran 5,30 persen sampai 7,93 persen. Seperti terlihat pada grafik diatas, pada tahun 2010 inflasi tahunan tercatat sebesar 7,93 persen, kemudian turun menjadi 5,64 persen pada tahun 2011 kemudian turun lagi menjadi 5,30 persen pada tahun 2012. Namun pada tahun

7.93

5.64

5.3

6.25

5.84

2.0 4.0 6.0 8.0 10.0

2010 2011 2012 2013 2014

(15)

II-15

RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

2013 inflasi kembali naik menjadi 6,25 persen lebih tinggi dibanding tahun 2014 yang sebesar 5,84 persen. Adanya inflasi yang besarannya masih satu digit selama kurun waktu tersebut menandakan perekonomian Kabupaten Temanggug bergerak secara dinamis dan memberikan ekspektasi yang menggembirakan bagi para pelaku ekonomi, dan juga tidak memberatkan konsumen.

PDRB per kapita dapat dijadikan sebagai tolok ukur guna melihat keberhasilan pembangunan perekonomian khususnya tingkat kemakmuran penduduk pada suatu wilayah khususnya tingkat kemakmuran penduduk pada suatu wilayah yang dilihat secara makro. PDRB per kapita menggambarkan rata-rata besarnya output barang dan jasa yang dihasilkan oleh setiap penduduk pada suatu daerah selama satu tahun. Perkembangan PDRB per kapita Kabupaten Temanggung tahun 2010-2014 dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel II. 6

PDRB per Kapita Kabupaten Temanggung Tahun 2010-2014

Tahun

Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan

Rupiah Pertumbuhan (%) Rupiah Pertumbuhan

(%)

Sumber: PDRB Kabupaten Temanggung Tahun 2014

(16)

II-16

RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

Kenaikan PDRB per Kapita selama lima tahun ini menunjukkan bahwa kemakmuran penduduk Kabupaten Temanggung semakin meningkat. Namun demikian data tersebut belum dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya karena produk barang dan jasa yang dihasilkan di Kabupaten Temanggung tidak hanya berasal dari masyarakat Temanggung saja tapi juga berasal dari luar Temanggung yang melakukan investasi di Kabupaten Temanggung.

Isu strategis sosial ekonomi dilihat pula dari proporsi penduduk miskin yang ada di kabupaten Temanggung. Dapat dilihat pada gambar berikut, jumlah keluarga miskin yang paling banyak terdapat di Kecamatan Kandangan sebanyak 6.200 KK dari 15.867 KK. Secara keseluruhan, jumlah KK miskin di Kabupaten Temanggung masih terhitung tinggi yaitu 53.866 KK dari total 224.509 KK (24%).

Sumber: Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015 (olah data)

Gambar 2. 4

Proporsi KK Miskin Kabupaten Temanggung Tahun 2014

2.3.3 Isu Strategis Lingkungan

Kondisi lingkungan Kabupaten Temanggung berisi data-data mengenai kondisi lingkungan strategis seperti topografi, geologi dan klimatologi serta risiko bencana alam.

0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000

Jumlah KK

(17)

II-17

RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

a. Topografi

Kabupaten Temanggung memiliki relief yang bervariasi antara datar, hampir datar, landai, agak terjal, hampir terjal, dan sangat terjal. Berdasarkan letak kemiringannya, wilayah Kabupaten Temanggung dapat dikelompokkan menjadi empat kelas sebagai berikut:

1) Kelas lereng I (kemiringan 0 – 2 %) seluas 50,90 Ha atau 0,1 % dengan penyebarannya di sebagian Kecamatan Candiroto dan Kecamatan Bejen.

2) Kelas lereng II (kemiringan 2 – 15%) seluas 34.699 Ha atau 40 %, dengan penyebarannya meliputi Kecamatan Bulu, Kecamatan Parakan, Kecamatan Tembarak, Kecamatan Kranggan, Kecamatan Pringsurat, Kecamatan Kaloran, KecamatanKandangan, Kecamatan Temanggung, Kecamatan Candiroto, Kecamatan Jumo, Kecamatan Wonoboyo, Kecamatan Kledung, Kecamatan Bansari, Kecamatan Tlogomulyo, Kecamatan Kedu, dan Kecamatan Bejen.

3) Kelas lereng III (kemiringan 15 – 40%) seluas 33.216 Ha atau 38% dengan penyebarannya meliputi sebagian wilayah Kecamatan Tretep, Kecamatan Wonoboyo, Kecamatan Ngadirejo, Kecamatan Tlogomulyo, Kecamatan Selopampang, Kecamatan Tembarak, Kecamatan Bulu, Kecamatan Kedu, Kecamatan Kandangan, Kecamatan Gemawang, Kecamatan Bejen, Kecamatan Parakan, Kecamatan Temanggung, Kecamatan Candiroto, Kecamatan Jumo, dan Kecamatan Kledung.

(18)

II-18

(19)

II-19

RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

b. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di Kabupaten Temanggung didominasi oleh tegalan yang membentang dari sisi utara sampai sisi timur. Penggunaan lahan terbanyak kedua adalah sawah irigasi. Permukiman menyebar di seluruh wilayah Kabupaten Temanggung. Dominasi penggunaan lahan untuk pertanian ini menunjukkan bahwa sektor utama pendapatan Kabupaten Temanggung adalah dari sektor pertanian dan mayoritas warganya bekerja sebagai petani. Berikut ini adalah persentase penggunaan lahan di Kabupaten Temanggung tahun 2014:

Sumber: Kabupaten Temanggung Dalam Angka,2015

Gambar 2. 5

Prosentase Penggunaan Lahan Kabupaten Temanggung tahun 2014

24%

55% 21%

(20)

II-20

(21)

II-21

RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

c. Hidrogeologi

Kondisi Hidrogeologi yang terdapat di Kabupaten Temanggung sebagian besar memiliki karakteristik akuifer produktif dengan penyebaran luas. Akuifer jenis ini sangat memudahkan kegiatan fungsi guna lahan budidaya. Kegiatan fungsi tersebut antara lain adalah pertanian, baik pertanian padi maupun tembakau sebgai komoditi utama Kabupaten Temanggung. Hal tersebut bisa terjadi karena adanya akuifer tipe ini dapat membantu menyalurkan irigasi sawah dan lahan perkebunan dengan baik dan lancar. Apabila disentuh oleh fungsi guna lahan permukiman juga sangat baik. Kondisi air tanah yang berkualitas akan menjadi daya tarik sendiri dalam pemenuhan air bersih bagi kawasan permukiman. Akuifer jenis ini tersebar di daerah Kecamatan Bejen, Candiroto, Parakan, Kedu, Bulu, Temanggung, Tembarak, Kranggan, dan Pringsurat. Sedangkan kecamatan Tretep, Wonoboyo, Ngadirejo Gemawang, Kandangan, Kaloran, Tlogomulyo, Selopampang, dan Kledung termasuk ke dalam jenis akuifer kecil setempat.

d. Jenis Tanah

(22)

II-22

(23)

II-23

RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

e. Curah Hujan

Curah hujan di berbagai wilayah Kabupaten Temanggung berbeda-beda. Curah hujan dari paling rendah ke yang paling tinggi terhitung dari 1.500 mm/tahun hingga 4.000 mm/tahun. Keadaan ini sangat mempengaruhi kegiatan masyarakat terutama kegiatan pertanian, yang merupakan aktivitas dominan penduduk setempat.

Dilihat dari curah hujan per tahun Kabupaten Temanggung terbagi dalam 5 (lima) zona, yaitu:

1) Curah hujan antara 3.500-4000 mm/tahun, meliputi sebagian: Kecamatan Tembarak, Kecamatan Tlogomulyo, Kecamatan Bulu, Kecamatan Kledung, Kecamatan Selopampang, Kecamatan Bejen, Kecamatan Tretep dan Kecamatan Wonoboyo. 2) Curah hujan antara 3.000-3.500 mm/tahun, meliputi sebagian : Kecamatan Bejen,

Kecamatan Kandangan, Kecamatan Tretep, Kecamatan Gemawang, Kecamatan Candiroto, dan Kecamatan Wonoboyo.

3) Curah hujan antara 2.500-3.000 mm/tahun, meliputi sebagian : Kecamatan Kaloran, Kecamatan Kandangan, Kecamatan Tretep, Kecamatan Gemawang, Kecamatan Candiroto, Kecamatan Wonoboyo, Kecamatan Jumo, Kecamatan Tembarak, Kecamatan Tlogomulyo, Kecamatan Bansari, Kecamatan Parakan, Kecamatan Bulu, Kecamatan Ngadirejo, Kecamatan Candiroto, Kecamatan Kledung, Kecamatan Selopampang, dan Kecamatan Bejen.

4) Curah hujan 2.000-2.500 mm/tahun, meliputi sebagian: Kecamatan Kaloran, Kecamatan Kranggan, Kecamatan Tembarak, Kecamatan Tlogomulyo, Kecamatan Kedu, Kecamatan Pringsurat, Kecamatan Parakan, Kecamatan Kandangan, Kecamatan Bulu, Kecamatan Ngadirejo, Kecamatan Tretep, Kecamatan Temanggung, Kecamatan Gemawang, Kecamatan Candiroto, Kecamatan Wonoboyo, Kecamatan Jumo, dan Kecamatan Selopampang.

(24)

II-24

(25)

II-25

RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

f. Geologi

Kabupaten Temanggung yang terletak di daerah gunung yaitu Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing memiliki formasi jenis batuan gunung api dari keduanya. Berdasarkan struktur geologi, wilayah Kabupaten Temanggung dapat dikelompokkan menjadi 11 zona sebagai berikut: 1) Batuan Gunung Api Sindoro dengan luas 18.369 Ha (21,2%) terdapat di sebagian wilayah Kecamatan Bansari, Kecamatan Ngadirejo, sebagian Kecamatan Parakan, sebagian Kecamatan Kledung, sebagian Kecamatan Candiroto, sebagian Kecamatan Jumo, Kecamatan Kedu dan Kecamatan Temanggung.

2) Jenis batuan Gunung Api Sumbing dengan luas 16.365 Ha (18,9%) berada di sebagian wilayah Kecamatan Selopampang, Kecamatan Tlogomulyo, Kecamatan Bulu, Kecamatan Tembarak, sebagian Kecamatan Kledung, sebagian Kecamatan Parakan, sebagian Kecamatan Kedu dan sebagian Kecamatan Temanggung.

3) Batuan Gunung Api Sindoro Lama dengan luas 1.360 Ha (1,6%) berada di sebagian wilayah Kecamatan Kedu, Kecamatan Jumo, Kecamatan Kandangan, Kecamatan Temanggung, Kecamatan Parakan, Kecamatan Gemawang,

4) Batuan Gunung Api Gilipetung dengan luas 4.77 Ha (0,6%) berada di sebagian wilayah Kecamatan Pringsurat.

5) Batuan Gunung Api Jembangan dengan luas 4.368 Ha (5%) berada di sebagian wilayah Kecamatan Tretep, Kecamatan Candiroto dan Kecamatan Wonoboyo. 6) Batuan Gunung Api Merbabu dengan luas 272 Ha (0,3%) di sebagian wilayah

Kecamatan Pringsurat.

7) Endapan Kerucut Gunung Berapi dengan luas 1.318 (1,5%) berada di sebagian wilayah Kecamatan Kranggan dan Kecamatan Pringsurat.

8) Formasi Kali Getas dengan luas 17.957 Ha (20,7%) di sebagian wilayah Kecamatan Bejen, Kecamatan Tretep, Kecamatan Candiroto, Kecamatan Kaloran, Kecamatan Kranggan, Kecamtan Tembarak, Kecamatan Pringsuurat, Kecamtan Temanggung dan Kecamatan Selopampang.

(26)

II-26

RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

10) Formasi Pernyataan dengan luas 21.919 Ha (25,3%) berlokasi di sebagian Kecamatan Bejen, Kecamatan Kaloran, Kecamatan Kranggan, Kecamatan Kandangan, Kecamatan Temanggung, Kecamatan Gemawang, Kecamatan Candiroto, Kecamatan Jumo dan Kecamatan Bejen.

11) Lava Gunung Sumbing dengan luas 33,12 Ha berlokasi di sebagian wilayah Kecamatan Tlogomulyo dan Kecamatan Selopampang.

g. Potensi Bencana

(27)

II-27

(28)

II-28

(29)

II-29

RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

2.3.4 Isu Strategis Pembangunan Infrastruktur a. Isu Strategis Permukiman

1. Isu Backlog (kekurangan rumah)

Perhitungan kekurangan jumlah rumah (backlog) dilakukan dengan cara menghitung selisih antara jumlah rumah tangga (KK) dengan jumlah rumah eksisting pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Temanggung. Backlog di Kabupaten Temanggung menunjukan kekurangan rumah sebesar 12.931 unit, terdiri dari rumah di kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Berdasarkan data tersebut menunjukan bahwa diperlukan adanya pembangunan unit perumahan baru dalam rangka untuk mencukupi kebutuhan rumah.

Berdasarkan data statistik, jumlah kekurangan rumah (backlog) terbanyak terdapat di Kecamatan Temanggung sebanyak 3.088 unit rumah. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah kekurangan rumah di Kabupaten Temanggung dapat dilihat pada keterangan tabel dibawah ini.

Tabel II. 7

5 Temanggung 17.914 21.002 3.088

6 Tlogomulyo 7.569 5.098 (2.471)

7 Tembarak 6.380 7.079 699

8 Selopampang 4.083 4.645 562

9 Kranggan 10.502 11.610 1.108

10 Pringsurat 10.810 12.466 1.656

11 Kaloran 10.504 11.612 1.108

12 Kandangan 10.624 12.360 1.736

13 Kedu 12.981 13.460 479

14 Ngadirejo 12.376 13.920 1.544

(30)

II-30

RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

No. Kecamatan Jumlah

Jumlah 177.182 190.113 12.931

Sumber: RP4D Kabupaten Temanggung, 2011

2. Isu Kawasan Kumuh (squatters)

Kondisi ini terlihat dari lingkungan permukiman yang liar dengan menempati lahan ilegal, serta kondisi fisik lingkungan dan bangunan buruk, tanpa dilayani sarana dan prasarana, khususnya yang mendukung kebersihan lingkungan seperti sanitasi, persampahan dan drainase. Selain itu, sebab lain dari munculnya kawasan kumuh adalah rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan rumah yang sehat.

Sebaran permukiman kumuh di Kabupaten Temanggung, berdasarkan data hasil studi RP4D Kabupaten Temanggung Tahun 2011 dapat dibedakan menjadi : 1. Permukiman Kumuh Perkotaan

Kelompok permukiman kumuh perkotaan berkembang disekitar kawasan bantaran rel kereta api yang sudah tidak digunakan lagi yaitu di kelurahan

Parakan Wetan, Temanggung I dan Banyuurip. Selain itu lokasi permukiman disepanjang sungai yaitu di Kelurahan Parakan Wetan, Wanutengah, Temanggung I, Temanggung II, Gilingsari, Banyuurip, Butuh, Kertosari dan Gendengan. Permukiman kumuh tersebut merupakan permukiman padat dengan kondisi yang dibawah standar. Kondisi rumah yang ada saling berhimpitan dengan tinggi bangunan yang hanya memenuhi skala manusia, dindingnya rata-rata berdinding kayu dan bambu dengan lantai tanah. Rumah-rumah tersebut hanya berjarak kurang dari 20 meter dari bibir sungai.

2. Permukiman Kumuh Perdesaan

(31)

II-31

RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

atau permukiman yang masih menyatu dengan kandang ternak. Menyatunya kandang ternak dekat dengan tempat hunian dikarenakan terbatasnya lahan perkarangan yang ada, selain itu juga dikarenakan agar memudahkan dalam pengawasan sehingga aman dari pencurian ternak. Masalah tersebut terjadi juga dikarenakan masih rendahnya pengetahuan masyarakat akan kesehatan dan kebersihan (SDM masyarakat masih rendah) terutama bagi masyarakat pedesaan. Kebanyakan masyarakat memiliki usaha sampingan yaitu beternak kerbau, kambing, sapi, selain itu juga ayam, itik dan sejenis hewan unggas lainnya. Mereka masih seringkali menempatkan kandang ternak tersebut berdampingan langsung dengan tempat tinggal mereka. Permasalahan rumah tidak sehat banyak ditemui dilingkungan permukiman pedesaan di wilayah perencanaan. Masalah permukiman kumuh yang ada di Perdesaan disebabkan juga karena masih banyaknya rumah yang tidak layak huni.

3. Isu Daerah Rawan Bencana

Beberapa permukiman di wilayah Kabupaten Temanggung yang menempati daerah rawan bencana tersebar di berbagai wilayah Kabupaten Temanggung. Beberapa daerah rawan bencana alam di wilayah Kabupaten Temanggung diantaranya adalah daerah rawan bencana tanah longsor, angin topan, kekeringan dan banjir.

Berdasarkan peraturan daerah RTRW Kabupaten Temanggung tahun 2008, disebutkan bahwa lokasi kawasan rawan bencana alam tersebar dibeberapa daerah, untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. kawasan rawan bencana angin topan meliputi kecamatan Selopampang, Tembarak, Tlogomulyo, Bulu, Temanggung, Kledung, Pringsurat, Kaloran, Jumo, Gemawang dan Wonoboyo;

b. kawasan rawan bencana tanah longsor meliputi kecamatan Tretep, Wonoboyo, Bejen, Candiroto, Gemawang, Kandangan, Kaloran, Pringsurat, dan Selopampang;

c. kawasan rawan bencana kekeringan meliputi kecamatan Pringsurat, Kranggan, Kaloran, Kandangan, Candiroto, Bejen dan Jumo;

(32)

II-32

RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

e. kawasan rawan bencana gempa bumi dapat terjadi di seluruh kawasan.

b. Isu Strategis Penataan Bangunan dan Lingkungan

1. Isu Pemenuhan Kebutuhan Ruang Terbuka Publik dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Perkotaan

Ruang terbuka hijau sangatlah penting bagi masyarakat, baik itu di kawasan perkotaan maupun pedesaan. Ruang terbuka hijau dapat berupa taman aktif yang dapat digunakan sebagai tempat bermain. Ada pula berupa taman pasif yang hanya berfungsi sebagai paru-paru kota. Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu RTH di kawasan perkotaan semakin berkurang. Hal ini terjadi karena jumlah penduduk yang semakin meningkat sehingga mengakhibatkan bertambahnya kepadatan penduduk dan lahan terbangun di perkotaan. Maka dari itu, perlu adanya pengendalian pembangunan khususnya di kawasan perkotaan untuk mempertahankan kebutuhan RTH sesuai dengan standar dan peraturan yang berlaku. Menurut P2KH Kabupaten Temanggung RTH Publik hanya sebesar 0,712% di kawasan strategis perkotaan dan 1,49% RTH Publik yang berada di ibu kota kabupaten.

2. Isu Tertib Pembangunan dan Keandalan Bangunan Gedung

(33)

II-33

RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

c. Isu Strategis Sistem Penyediaan Air Minum

1. Lingkungan semakin terbebani dengan pertumbuhan penduduk Kabupaten Temanggung

Setiap tahunnya penduduk Kabupaten Temanggung mengalami peningkatan terus menerus dari tiap tahun ke tahunnya. Terutama untuk penduduk perkotaan seperti Kecamatan Temanggung dan Parakan, dengan meningkatnya jumlah penduduk maka dibutuhkan akses air minum yang lebih untuk masyarakat. Sedangkan kapasitas produksi air minum yang ada di kawasan perkotaan semakin terbatas karena sudah tergunakan semua. Sehingga membutuhkan pengadaan unit produksi kembali

Tabel II. 8

Kapasitas Produksi Tiap Daerah Pelayanan Kabupaten Temanggung

No Daerah Pelayanan (Lt/Dt)

1 Kota Temanggung 126

2 Parakan 60,50

3 Ngadirejo 19.6

4 Jumo 11

5 Kedu 44

6 Kaloran 6

7 Pringsurat 40

8 Tembarak 12

9 Kranggan 37

Jumlah 356,1

Sumber: RISPAM Kabupaten Temanggung, 2015

(34)

II-34

RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

2. Keterbatasan Pembiayaan yang mengakibatkan rendahnya investasi dalam penyediaan air minum

Investasi dalam bidang air minum sangat bergantung sekali dari pinjaman, baik dari luar negeri maupun dalam negeri. Akan tetapi, pada era sekarang investasi semakin sulit masuk karena pinjaman juga semakin terbatas dan juga akan semakin terhambat apabila hutang yang dilakukan oleh pihak PDAM sendiri yang kurang bisa diselesaikan denga baik. sumber pembiayaan pada saat ini masih terbatas kepada pinjaman dan hibah, untuk itu perlu adanya pembiayaan alternatif lainnya agar PDAM sebagai penyedia layanan air minum bisa berkembang.

3. Pemahaman masyarakat mengenai air minum masih kurang

Sebagian masyarakat di Indonesia maupun Kabupaten Temanggung dalam hal penyediaan air minum masih dirasa sangat kurang pengetahuannya.Masyarakat kurang memperhatikan pengambilan air tanah secara terus menerus dan juga masih kurang pengetahuan tentang pentingnya menggunakan air secara bijak. Hal tersebut dibuktikan dengan cakupan pelayanan yang dibuat oleh PDAM untuk setiap Kecamatannya. Persentase pengguna air bersih yang berasal dari PDAM hanya baru tercakup 15.28% pada tahun 2013. Sedangkan dalam 5 tahun kedepan hanya mencakup sebesar 23%/ Sumber air baku seperti sungai masih digunakan sebagai tempat pembuangan limbah rumah tangga, isu seperti ini yang masih berkembang dimasyarakat.

4. Sumbedaya Manusia yang kurang terlatih dan sesuai bidangnya

(35)

II-35

RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

Tabel II. 9

Pendidikan Formal Terakhir Pegawai PDAM Kabupaten Temanggung

Status Pegawai Jumlah %

SD 18 18%

SLTP 8 8%

SLTA 52 54%

Sarjana dan Diploma 20 20%

Sumber: RISPAM Kabupaten Temanggung, 2015

d. Isu Strategis Penyehatan Lingkungan Permukiman

1. Isu tidak optimalnya pengelolaan air limbah

Pengelolaan air limbah tidak optimal disebabkan karena fasilitas pengelolaan air limbah setempat belum memenuhi standar teknis yan telah ditetapkan. Rendahnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan air limbah dimana 9% masyarakat masih BAB di sungai. Kapasitas sumber daya manusi masih rendah dan kurangnya koordinasi antarinstansi dalam penetapan kebijakan air limbah. 2. Isu tidak optimalnya pengelolaan sampah

Pengelolaan sampah kurang optimal dilihat dari meningkatnya jumlah timbulan sampah di TPA Sranggahan. Dana untuk pengelolaan persampahan rendah/ kurang sehingga pengelolaan sampah kurang maksimal. Selain itu, kewajiban dan sanksi bagi pemerintah dalam pengelolaan sampah belum efektif sehingga semakin menghambat penyediaan sarana untuk optimalisasi pengelolaan sampah.

3. Isu pengadaan dan pemeliharaan drainase

Gambar

Tabel II. 1
Gambar 2. 1
Tabel II. 3
Tabel II. 4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Secara komposisi batuan, daerah penelitian tersusun atas beberapa satuan litologi, yaitu Breksi Formasi Kumbang, Batulempung Formasi Tapak, Endapan Volkanik Gunung

Rencana Kerja Dinas Kominfo Kabupaten Temanggung Tahun 2021 adalah dokumen perencanaan daerah Kabupaten Temanggung untuk periode Tahun 2021 yang memuat

bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 24 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 10 Tahun 2016

Secara komposisi batuan, daerah penelitian tersusun atas beberapa satuan litologi, yaitu Breksi Formasi Kumbang, Batulempung Formasi Tapak, Endapan Volkanik Gunung

Menurut peneliti sebelumnya (misal: Rahardjo, dkk., 1977) menyebutkan bahwa Formasi Andesit Tua disusun oleh berbagai jenis batuan gunung api (Tabel 1), sedangkan

6. Sekretariat Daerah adalah Sekretariat Daerah Kabupaten Temanggung. Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disingkat Sekretariat DPRD adalah

Sumber batuan, terutama pada urat kuarsa dalam Formasi Cikotok yang terletak di sebelah utara daerah penelitian; dimana daerah mineralisasi batuan berupa urat kuarsa, bijih

xiv ABSTRAK DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH PAD KABUPATEN TEMANGGUNG PROVINSI JAWA TENGAH Studi Kasus Di Kabupaten Temanggung Magdalena Noni Wardhani NIM