BAB VI – ASPEK TEKNIS PER SEKTOR
VI.1. PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
VI.1.1. Pola Penyebaran Perumahan dan Permukiman
Pola persebaran perumahan dan kawasan permukiman di Kota Probolinggo cenderung mengikuti dua hal yaitu :
1. Mengikuti arah dan pola perkembangan atau kecenderungan perkembangan skala kota ;
2. Pola sekitar pusat kegiatan jasa atau sekitar pusat distribusi potensi sumber daya alam.
Perumahan dan kawasan permukiman merupakan kawasan yang paling dominan diantara kawasan yang terbangun, yaitu mencapai luas sekitar 36,88% dari luas lahan Kota Probolinggo (Data RTRW Kota Probolinggo, 2009-2028), sebagian besar dari daerah perumahan dan kawasan permukiman ini juga berlokasi di pusat kota.
Perkembangan yang terjadi saat ini kecenderungan arah perkembangan perumahan dan kawasan permukiman telah mengarah ke sisi Selatan dan Barat Kota Probolinggo. Hal ini ditandai dengan perkembangan perumahan/permukiman baru yang berkembang di tiga koridor utama akses jalan menuju kearah Selatan dan Barat Kota yaitu ;
1. Bagian Barat Kota, Koridor Jl. Kelud kearah selatan sampai Jl. Raya Bromo. 2. Bagian Tengah Kota, Koridor Jl. Cokroaminoto, Jl. Mastrip kearah Selatan. 3. Bagian Timur Kota, Koridor Jalan KH. Hasan Genggong kearah Selatan.
Adapun perkembangan perumahan dan kawasan permukiman dari ketiga koridor utama tersebut diatas memiliki kecenderungan perkembangan spatial yang yang relatif baik. Mengingat kawasan Kota Probolinggo di bagian Utara sudah relatif padat dengan lahan terbangun.
Gambar VI. 1 Peta Pola Persebaran Perumahan dan Kawasan Permukiman
Sesuai definisi yang terdapat dalam Undang-Undang Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman yaitu : a. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik
perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni ; b.Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan
lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
Gambaran Pola Pekembangan perumahan dan kawasan permukiman di Kota Probolinggo dibagi menjadi dua kawasan utama yaitu
1. Permukiman yang terdiri dari kampung
Wetan, dan Jrebeng Lor. Sementara untuk bagian Selatan Kota terkonsentrasi disekitar Kelurahan Pakis Taji, Wonoasih, kareng Lor dan Sumberasih Wetan. 2. Perumahan yang terdiri dari ;
- Real estate
Untuk perkembangan perumahan dalam bentuk real estate hingga tahun 2013 sudah banyak sekali yang bermunculan. Adapun kawasan real estate yang berkembang saat ini berada hampir menyebar di sekitar Kecamatan Kademangan, Wonoasih dan Kedopok;
- Non real estate
Pola hunian non real estate terkonsentrasi dibagian pusat kota dengan pola penyebaran di Kelurahan Pilang bagian Utara, Kelurahan Sukabumi, Kelurahan Mangunharjo, Kelurahan Tisnonegaran dan Kelurahan Jati. Sampai tahun 2013 telah terdapat beberapa pemohon yang membebaskan tanah untuk dikembangkan menjadi tanah Kapling Siap Bangun (KSB).
VI.1.2. Potensi Pengembangan Perumahan dan Permukiman
Sebagai sebuah kota yang terus berkembang, Kota Probolinggo memiliki potensi sebagai sentra atau simpul pertumbuhan yang dapat mempengaruhi wilayah sekitarnya. Salah satu elemen kota yang dapat dikembangkan untuk memperkuat Kota Probolinggo sebagai pusat adalah dengan mengembangkan kawasan perumahan dan kawasan permukiman sesuai dengan arahan dan kebijaksanaan yang ada. Berikut ini adalah beberapa potensi secara umum yang dapat dikembangkan ;
1. Kecamatan Mayangan
- Sebagai wilayah yang berbatasan dengan pantai terdapat potensi program
pengembangan Kampung Nelayan Berwawasan Lingkungan. Pengembangan pola perkampungan ini juga dalam upaya menata kawasan perkampungan nelayan tersebut.
- Program pengembangan Rumah Susun Sewa Sederhana, dalam upaya
menyediakan rumah yang sehat dan terjangkau serta efektif dalam mengatasi kerterbatasan pengembangan lahan permukiman.
2. Kecamatan Kademangan
- Ketersediaan lahan pengembangan perumahan dan permukiman yang
masih relatif luas, sehingga akan memudahkan dalam pengembangan penataan kawasan perumahan/permukiman.
- Telah terdapatnya beberapa pengembangan yang telah merealiasikan
pembangunan unit rumah khususnya pada sisi selatan dan barat. Dengan adanya pengembangan oleh developer ini akan menimbulkan multiplier effect dimana berikutnya akan muncul kawasan-kawasan pengembangan baru ataupun penyedian kapling siap bangun.
- Jika dikaitkan dengan adanya kawasan industri maka pengembangan
penyediaan perumahan bagi karyawan dapat menjadi fokus pengembangan disamping untuk masyarakat umum ;
- Program pengembangan Rumah Susun Sewa Sederhana, dalam upaya
3. Kecamatan Wonoasih
- Ketersediaan lahan pengembangan perumahan dan permukiman yang
masih relatif luas, sehingga akan memudahkan dalam pengembangan penataan kawasan perumahan/permukiman.
- Telah terdapatnya beberapa pengembangan yang telah merealiasikan
pembangunan unit rumah, dengan adanya pengembangan oleh developer ini biasanya akan memunculkan kawasan pengembangan baru ataupun penyedian kapling siap bangun.
- Sebagai sebuah Kecamatan yang berada di bagian Selatan dan sisi Timur
kota dan dilintasi oleh ruas jalan menuju ke Kabupaten Lumajang dan Jember, serta dilalui oleh kendaraan umum dengan rute ke dua kabupaten tersebut, memiliki letak yang strategis. Potensi pengembangan perumahan dan permukiman dapat memanfaatkan letak yang strategis. 4. Kecamatan Kanigaran
- Telah terdapatnya beberapa pengembangan yang telah merealiasikan
pembangunan unit rumah, dengan adanya pengembangan oleh developer ini biasanya akan memunculkan kawasan pengembangan baru ataupun penyedian kapling siap bangun.
- Kecamatan Kanigaran letaknya relatif ditengah dari Kota Probolinggo,
sehingga relatif berdekatan dengan fasilitas – fasilitas pelayanan skala kota dan sentra – sentra perkekonomian. Kondisi ini juga membawa dampak positif bagi strategisnya lahan-lahan yang ada di kecamatan ini. 5. Kecamatan Kedopok
- Ketersediaan lahan pengembangan perumahan dan permukiman yang
masih relatif luas, sehingga akan memudahkan dalam pengembangan penataan kawasan perumahan/permukiman.
- Telah terdapatnya beberapa pengembangan yang telah merealiasikan
pembangunan unit rumah, dengan adanya pengembangan oleh developer ini biasanya akan memunculkan kawasan pengembangan baru ataupun penyedian kapling siap bangun.
- Kecamatan Kedopok merupakan kecamatan baru yang sedang terus
semakin berkembangnya kapling siap bangun yang disediakan terlebih saat ini sedang telah terbangun GOR Kedopok di Jalan Mastrip, dan rencana relokasi RSUD di wilayah selatan, serta rencana pengembangan perkantoran baru, kondisi ini biasanya akan memicu semakin berkembangnya kawasan disekitar obyek tersebut. Diharapkan hal ini dapat dijadikan sebagai salah satu potensi dalam mengembangkan perumahan dan kawasan permukiman di sekitar Kecamatan Kedopok.
VI.1.3. Permasalahan Pengembangan Perumahan dan Permukiman
Disamping potensi yang ada di tiap kecamatan juga terdapat beberapa permasalahan terkait perkembangan perumahan dan permukiman.
1. Kecamatan Mayangan
- Tipikal dari permukiman nelayan adalah relatif rendahnya kualitas hunian
dan lingkungan disekitarnya. Demikian pula di Kecamatan Mayangan terdapat beberapa kantong permukiman nelayan yang dapat dikatakan kumuh. Definisi dari permukiman kumuh menurut Pedoman Umum Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Kumuh 2002, Direktorat
Jendral Perumahan dan Permukimanyaitu ; Permukiman yang kualitas lingkungannya sangat tidak layak. Ketidaklayakan ini antara lain karena berada pada lahan yang tidak sesuai dengan peruntukan tata ruang, kepadatan bangunan yang sangat tinggi dalam luasan yang sangat terbatas, rawan penyakit sosial dan penyakit lingkungan, kualitas umum bangunan sangat rendah, tidak terlayani prasrana lingkungan yang memadai (tidak memenuhi syarat minimum), membahayakan keberlangsungan kehidupan dan penghidupan penghuninya. Dari definisi ini dijabarkan dalam tujuh tipologi yaitu ;
1. Tipologi permukiman kumuh nelayan
2. Tipologi permukiman kumuh dekat pusat kegiatan sosial ekonomi 3. Tipologi permukiman kumuh di pusat kota
4. Tipologi permukiman kumuh di pinggir kota
5. Tipologi permukiman kumuh di daerah pasang surut 6. Tipologi permukiman kumuh di daerah rawan bencana 7. Tipologi permukiman kumuh di tepi sungai
a. Sekitar ruas Jalan Ikan Tongkol sisi Barat (dibelakang Pabrik) b. Sekitar ruas Jalan Ikan Tongkol sisi Utara.
c. Sekitar ruas Jalan Ikan Cumi-Cumi yang bertasan dengan pantai.
d. Sekitar ruas Jalan Anggrek berdekatan dengan TPA Kota Probolinggi disisi Timur.
e. Sekitar ruas Jalan Ikan Paus, Tenggiri dan Hiu.
- Melihat sifat dari kegiatan penghuni permukiman sebagian besar adalah
nelayan terutama di Kelurahan Mayangan, maka interaksi antara hunian dan lokasi kerja menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini membawa dampak negatif antara lain berupa bau yang tidak sedap, terutama yang dihasilkan dari proses pengolahan ikan. Disamping itu kesadaran akan pembuangan sampah yang masih rendah, sehingga kesan kumuh dan penurunan lingkungan disekitar permukiman semakin terasa. Belum lagi tingkat kepadatan yang relatif tinggi dari bangunan yang ada juga memperkuat kesan kumuh tersebut.
- Keterbatasan lahan layak yang dapat dikembangkan untuk perumahan
dan permukiman, terutama jika dikaitkan dengan kedekatan antaran lahan permukiman dengan perairan laut sebagai lokasi kerja utama.
- Sistem drainase sering mengalami ketidaklancaran akibat dari sampah
dan sedimentasi ;
- Perkembangan perumahan dan permukiman di beberapa lokasi yang
secara pasti merubah areal lahan pertanian produktif menjadi lahan untuk perumahan dan permukiman ;
2. Kecamatan Kademangan
- Kecamatan Kademangan memiliki permasalah yang menojol antara lain;
terdapatnya kantong permukiman nelayan yang memiliki kesan kumuh terletak di sekitar Kelurahan Ketapang pertigaan Jalan Kelud – Jalan Sukorano Hatta di sisi Utara rel kereta api.
- Permasalahan berikutnya adalah ada beberapa lokasi permukiman yang
huniannya memiliki kemenyatuan antara hunian ternak dan manusia. Kondisi ini dijumpai di Kelurahan Pohsangit Wetan, Kademangan, dan Triwung Kidul. Alasan utama menyatunya hunian ternak dan manusia ini karena alasan keamanan, sebab ternak masih merupakan salah satu harta yang berharga.
- Perkembangan kawasan perumahan dan pemukiman yang dirasakan
Jalan Brantas dengan permukiman yang tumbuh disekitarnya. Kondisi ini ditambah lagi dengan dibukanya kaplingan baru siap bangun dan pembangunan unit-unit baru. Permasalahan yang terjadi jika tidak diatasi semenjak dini adalah adanya benturan dua kawasan industri dan permukiman yang pada hakekatnya memiliki karakteristik yang berbeda. Kawasan industri merupakan kawasan yang rawan menghasilkan pencemaran baik udara, air dan suara. Termasuk juga kegiatan penujang kawasan tersebut misalnya transportasi kendaraan berat dan sebagainya. Sedangkan kawasan perumahan/permukiman merupakan kawasan yang idealnya merupakan kawasan tenang, jauh dari pencemaran, dan sistem lalu lintas transportasi yang aman dari kendaraan berat. Untuk itu permasalahan perkembangan kedua kawasan ini disekitar Jalan Brantas ini perlu segera diuupayakan solusinya ;
- Pengembangan perumahan oleh developer yang sering kali tidak
memenuhi ketentuan penyediaan sarana, prasarana dan utilitas umum perumahan ;
3. Kecamatan Wonoasih
- Kecamatan Wonoasih juga memiliki pemasalahan berkaitan dengan
adanya lokasi permukiman yang menyatu antara rumah dan hunian ternak. Hal ini terjadi di Keluarahan Pakistaji dan Kedungaleng.
- Aktifitas MCK warga yang huniannya berdekatan dengan saluran air
sepanjang Jalan Prof Hamka. 4. Kecamatan Kanigaran
- Kecamatan Kanigaran memiliki permasalahan perumahan dan
permukiman berupa disparitas / kesenjangan kepadatan hunian dengan luas wilayahnya. Kesenjangan ini jika dibiarkan maka dapat berdampak pada rawan akan menurunya kondisi lingkungan dikelurahan yang memiliki kepadatan hunian tinggi.
- Perkembangan perumahan dan permukiman di beberapa lokasi yang
secara pasti merubah areal lahan pertanian produktif menjadi lahan untuk perumahan dan permukiman ;
- Pengembangan perumahan oleh developer yang sering kali tidak
5. Kecamatan Kedopok
- Kecamatan Kedopok masih memiliki kepadatan yang relatif rendah.
Kelurahan yang berada di kecamatan ini ada yang masih memiliki tipikal hunian perdesaan misalnya di Kelurahan Kareng Lor dan Sumber Wetan. Dengan tipikal hunian yang masih bercirikan perdesaan ini ada beberapa unit rumah yang masih menyatukan antara hunian ternak dan hunian manusia. Sama seperti di kecamatan lainnya faktor keamanan menjadi alasan utama dari munculnya kondisi ini ;
- Pengembangan perumahan oleh developer yang sering kali tidak
memenuhi ketentuan penyediaan sarana, prasarana dan utilitas umum perumahan ;
- Sama seperti kondisi di Kecamatan Wonoasih, wilayah Kecamatan
Kedopok juga dilalui oleh saluran irigasi primer yang berada di sisi Jalan Prof Hamka. Disisi saluran ini seharusnya merupakan daerah yang bebas bangunan, berdasarkan hasil survey dijumpai beberapa hunian non permanen yang memanfaatkan sempadan saluran. Untuk itu perlu dilakukan penertiban sedini mungkin agar jangan sampai proses ini menjadi semakin komplek.
VI.1.4. Permukiman Kumuh
Berdasarkan Keputusan Walikota Probolinggo Nomor 188.45 /109/ KEP/425.012/2011 tentang Penetapan Lokasi Kawasan Permukiman Kumuh Kota Probolinggo, telah ditetapkan Kawasan Permukiman Kumuh Prioritas I dan Kawasan Permukiman Kumuh Prioritas II di Kota Probolinggo yang tersebar di 59 (lima puluh sembilan) RW dan 29 (dua puluh sembilan) Kelurahan.
Kawasan Permukiman Kumuh Prioritas I, terdiri dari :
a. RW 01, RW 03, RW 04, RW 05 dan RW 06 di Kelurahan Mayangan, Kecamatan Mayangan ;
b. RW 06, RW 08, RW 14 dan RW 15 di Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Mayangan ;
c. RW 01, RW 02 dan RW 04 di Kelurahan Wiroborang, Kecamatan Mayangan ; d. RW 01, RW 04 dan RW08 di Kelurahan Jati, Kecamatan Mayangan ;
e. RW 07 di Kelurahan Sukabumi, Kecamatan Mayangan ; f. RW 02 di Kelurahan Sukoharjo, Kecamatan Kanigaran ;
Sedangkan Kawasan Permukiman Kumuh Prioritas II, terdiri dari :
a. RW 01, RW 02, RW 03 dan RW 04 di Kelurahan Jrebeng Kidul, Kecamatan Wonoasih ;
b. RW 02 di Kelurahan Pakistaji, Kecamatan Wonoasih ;
c. RW 03 dan RW 04 di Kelurahan Kedunggaleng, Kecamatan Wonoasih ;
d. RW 01, RW 02, RW 03, RW 04, RW 05 dan RW 06 di Kelurahan Sumber Taman, Kecamatan Wonoasih ;
e. RW 02 dan RW 04 di Kelurahan Wonoasih, Kecamatan Wonoasih ; f. RW 05 di Kelurahan Pohsangit Kidul, Kecamatan Kademangan ;
g. RW 01, RW 02, RW 03, RW 04, RW 05 dan RW 06 di Kelurahan Triwung Kidul, Kecamatan Kademangan ;
h. RW 06 di Kelurahan Kademangan, Kecamatan Kademangan ;
i. RW 01 dan RW 03 di Kelurahan Triwung Lor, Kecamatan Kademangan ; j. RW 01 dan RW 02 di Kelurahan Curahgrinting, Kecamatan Kanigaran; k. RW 01 dan RW 04 di Kelurahan Kanigaran, Kecamatan Kanigaran ;
l. RW 05, RW 14 dan RW 16 di Kelurahan Kebonsari Kulon, Kecamatan Kanigaran ;
m.RW 03 di Kelurahan Kedopok, Kecamatan Kademangan ;
n. RW 02 dan RW 06 di Kelurahan Sumber Wetan, Kecamatan Kedopok; o. RW 05 di Kelurahan Jrebeng Kulon, Kecamatan Kedopok ;
Tabel VI. 1 Lokasi Kawasan Permukiman Kumuh Prioritas I
Tabel VI. 2 Lokasi Kawasan Permukiman Kumuh Prioritas II
Gambar VI. 3 Peta Kawasan Permukiman Kumuh Kota Probolinggo
VI.2. SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
VI.2.1. Sistem Perpipaan PDAM
Dalam Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Probolinggo, PDAM Kota Probolinggo memanfaatkan air baku dari Mata Air Ronggojalu, melayani hampir seluruh kelurahan dalam kecamatan. Ada 5 (lima) kelurahan yang belum terlayani berada di 3 (tiga) kecamatan di wilayah selatan. Jumlah produksi sebesar 345 L/det dengan jumlah pelanggan 15.847 sambungan pada tahun 2010. Pengolahan air sederhana hanya dengan chlorinasi, karena kualitas air baku sudah baik. Dengan menggunakan pompa di M.A Ronggojalu, air dibawa dengan pipa transmisi menuju 3 (tiga) ground reservoir di Mayangan, Kanigaran dan Wonoasih. Disamping itu air juga didistribusikan langsung menuju pelanggan.
Kabupaten Probolinggo memanfaatkan Mata Air Ronggojalu untuk keperluan air minum. PDAM Kota Probolinggo memiliki kapasitas terpasang sebesar 425 L/det dan kapasitas produksi sebesar 345 L/det, sedangkan untuk pelayanan Kabupaten Probolinggo sebesar ±35 L/det untuk pelayanan Kecamatan Dringu dan Pulau Giliketapang. Sisa debit masih cukup besar untuk pengembangan pelayanan air minum, walaupun juga digunakan untuk irigasi dan industri Pabrik Kertas Leces. Dari M.A Ronggojalu air dipompa menuju Kota Probolinggo hanya dengan pembubuhan chlor, karena kualitas air memenuhi standart air minum. Area pelayanan mencakup 5 kecamatan yang ada di Kota Probolinggo walaupun belum merata pelayanannya.
VI.2.1.1. Unit Produksi
Unit produksi terdiri dari intake dan rumah pompa yang dilengkapi dengan 5 buah pompa. Pengolahan air dilakukan dengan cara sederhana yaitu dengan pembubuhan chlor saja. Hal ini dikarenakan kualitas air dari M.A Ronggojalu telah memenuhi standart kualitas air minum. Pembubuhan chlor merupakan proses desinfeksi untuk membunuh bakteri yang tidak diinginkan sehingga aman sampai di konsumen.
Pompa yang ada di rumah pompa terdiri dari 3 buah dengan kapasitas relatif besar dan 2 buah pompa dengan kapasitas relatif kecil. Dua buah pompa kecil tersebut dioperasikan secara paralel sebagai cadangan untuk menggantikan 1 buah pompa besar bila dimatikan. Pemompaan menggunakan power dari PLN yang terdiri dari 2 (dua) catu daya, apabila satu catu daya padam yang lain diharapkan masih dapat dimanfaatkan. Catu daya pertama (yang lama) kapasitas 197 KVA dan catu daya kedua (baru) kapasitas 131 KVA. Namun demikian juga disediakan genset sebanyak 2 buah dengan kapasitas 450 KVA dan 132 KVA. Dengan demikian sangat aman produksi yang dibawa ke Kota Probolinggo.
VI.2.1.2. Jalur Transmisi
Kanigaran (Tengah) kapasitas 300 m3, dan Wonoasih (Selatan) kapasitas 500 m3. Dengan adanya pembangunan ground reservoir tersebut maka pipa transmisi utama disadap menuju ground reservoir tersebut dengan menggunakan diameter dan jenis pipa :
 Pipa utama ke Ground Reservoir Mayangan Pipa PVC ∅ 6 inch panjang ± 4000 m
 Pipa utama ke Ground Reservoir Kanigaran Pipa GI ∅ 18 inch panjang tidak lebih 10 m
 Pipa utama ke Ground Reservoir Wonoasih Pipa PVC ∅ 10 inch panjang ±
1500 m dan Pipa PVC ∅6 inch panjang ± 500 m
Ketinggian M.A Ronggojalu ± 45 m dpl (diatas permukaan laut), sedang ground reservoir Mayangan terletak di ketinggian ± 10 m dpl. Pipa transmisi sepanjang ± 12 Km.
Sistem transmisi eksisting menggunakan sistem pemompaan. Pompa eksisting yang digunakan ada 3 (tiga) buah, masing-masing mempunyai kapasitas Q = 110 L/det Head 50 m, Q = 110 L/det Head 50 m, dan Q = 100 L/det Head 50 m. Ketiga buah pompa tersebut dipasang secara paralel dan dioperasionalkan bersama-sama. Di dalam rumah pompa terdapat 2 buah pompa lagi sebagai cadangan yang masing-masing memiliki kapasitas yang sama yaitu 60 L/det.
VI.2.1.3. Jalur Distribusi
Saat ini jaringan pipa distribusi air minum di Kota Probolinggo tidak kurang dari 185 km mulai diameter 1 inch sampai 14 inch. Pipa yang digunakan terdiri dari pipa GI, DCI, ACP dan PVC. Pipa GI, DCI, dan ACP dipasang sebelum tahun 1987, sedang tahun 1987 sampai sekarang menggunakan pipa PVC. Pipa PVC merupakan pipa terpasang yang dominan digunakan karena pipa ini lebih ringan, elastis, awet dan tidak berkarat sehingga kualitas air minum yang didistribusikan terjaga kualitasnya.
melayani Kecamatan Kanigaran dan Kecamatan Mayangan serta sebagia Kecamatan Kademangan dilengkapi 1 (satu) buah pompa dengan karakteristik Q = 30 L/det Head 45 m, sedang Ground Reservoir Wonoasih yang terletak di Desa Wonoasih dilengkapi 2 (dua) buah pompa dengan karakteristik Q = 25 L/det Head 45 m dan Q = 50 L/det Head 45 m, untuk melayani wilayah Kecamatan Kademangan, Wonoasih dan Kedopok.
Jaringan pipa distribusi di Kecamatan Mayangan dan Kecamatan Kanigaran sudah cukup luas sehingga prosentase pelayanan pada masyarakat cukup tinggi. Sedang untuk di tiga Kecamatan sisanya prosentase pelayanan masih kecil. Di Kecamatan Kademangan sudah terpasang pipa distribusi utama namun masih minim jaringan distribusi sekunder untuk pelayanan. Pada Kecamatan Kedopok dan Kecamatan Wonoasih masih perlu dikembangkan, hal ini sangat penting karena pada wilayah tersebut terdapat banyak aktivitas pengembangan pemukiman.
VI.2.1.4. Area Pelayanan PDAM
Pelayanan air minum Kota Probolinggo telah mencapai hampir seluruh wilayah kota namun jumlah dan ketersediaan jaringan yang ada tidak merata pada 5 kecamatan. Kebutuhan air minum Kota Probolinggo meningkat setiap tahunnya dengan pertambahan pelanggan rata-rata 4,75% tiap tahunnya. Seiring dengan bertambahnya jumlah pelanggan juga harus diimbangi dengan peningkatan produksi air minum.
Kecamatan Mayangan dan Kecamatan Kanigaran merupakan daerah yang paling banyak terlayani sistem air minum dari PDAM karena merupakan daerah yang memiliki penduduk paling padat dan sebagai pusat kegiatan, sebanyak 88% air yang berasal dari PDAM Kota Probolinggo masuk ke dalam 2 wilayah kecamatan ini. Pada Kecamatan Kademangan, Kecamatan Kedopok dan
Gambar VI. 4 Peta Jaringan Pipa Distribusi PDAM Kota Probolinggo
VI.2.2. Sistem Non Perpipaan
secara gravitasi. Pompa yang digunakan adalah pompa jenis centrifugal. Pengelolaan dari operasional pompa, perawatan pompa dan tandon hingga pembayaran listrik dan retribusi air dilakukan oleh masyarakat sendiri.
Gambar VI. 5 Peta Pelayanan Air Minum Non Perpipaan
Tabel VI. 3 Data Akses Sarana Air Bersih Kota Probolinggo Tahun 2013
VI.3. PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN
VI.3.1. Persampahan
VI.3.1.1. Pola Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah di Kota Probolinggo bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Sampah yang dikelola di Kota Probolinggo terdiri atas : a. Sampah Rumah Tangga
b. Sampah sejenis rumah tangga : berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan fasilitas lainnya
c. Sampah spesifik : sampah yang mengandung bahan / limbah berbahaya dan beracun, sampah yang timbul akibat bencana, puing bongkaran bangunan, sampah yang secara teknologi belum dapat diolah, sampah yang timbul secara tidak periodik.
Pola operasional pengelolaan persampahan di Kota Probolinggo terdiri dari :
a. Penyapuan poros jalan :
Pelayanan penyapuan atau pembersihan dilakukan oleh 120 petugas penyapu dengan target 38 ruas/lokasi penyapuan yang meliputi : 32 Ruas Jalan dan trotoar serta 8 Fasilitas Umum (Alun-alun, Terminal, Pasar, Stasiun, Graha Bina Harja dan Kantor Pemerintah). Pelayanan penyapuan jalan dilakukan setiap hari, sedangkan pada ruas jalan dan lokasi yang ramai dilalui/dikunjungi orang dan berpotensi menghasilkan volume timbulan sampah yang tinggi dilakukan kegiatan penyapuan sebanyak tiga kali sehari. b. Pemilahan :
Dengan adanya Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 5 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah dan Peraturan Walikota Nomor 3 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Sampah, Sampah Rumah Tangga dan Sampah sejenis Rumah Tangga wajib dipilah sesuai jenis sampah, setiap rumah tangga dapat menyediakan komposter aerob untuk mengolah sampah organik untuk dijadikan kompos dan dapat juga mendaur ulang sampah anorganik yang berguna sebagai kerajinan.
fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya. Adapun jenis fasilitas tempat sampahnya yaitu : kontainer, gerobak sampah, bak sampah gantung, dan bak sampah karet.
c. Pengumpulan Sampah :
Pengumpulan sampah dilakukan sejak pemindahan sampah dari tempat sampah rumah tangga ke TPS/TPST sampai ke TPA dengan tetap menjamin terpisahnya sampah sesuai dengan jenis sampah. Adapun sarana untuk pengumpulan dan pemindahan sampah antara lain :
 Kontainer : merupakan sarana pengumpulan sementara yang ditempatkan pada tempat dimana tingkat produksi sampahnya tergolong tinggi seperti pasar dan pemukiman padat penduduk, dan tempat dimana terdapat kegiatan masal (pasar malam, panggung hiburan, dll). Proses pemindahan dan pengosongan sarana berkapasitas 6-10 m3 ini menggunakan truck amroll ;
 Gerobak sampah : sarana untuk mengumpulkan sampah dari bak-bak sampah di kawasan permukiman ke TPS terdekat dan untuk mengumpulkan sampah hasil dari penyapuan poros jalan ;
 Bak sampah karet : untuk mengumpulkan sampah kapasitas kecil yang terdapat dirumah-rumah penduduk dan sepanjang jalan ;
 Bak Sampah Gantung : terdiri dari 3 (tiga) pemilahan (bak sampah warna orange : sampah basah, warna merah muda : sampah kering dan warna biru : sampah B3). Digunakan untuk mengumpulkan sampah dari pejalan kaki , pengguna jalan dan bukan untuk sampah rumah tangga.
d. Pengangkutan :
Terdapat pembagian tanggung jawab untuk pengangkutan sampah :
 Lembaga pengelola sampah untuk sampah rumah tangga yang diangkut menuju ke TPS/TPST ;
 BLH untuk sampah rumah tangga yang diangkut dari TPS/TPST ke TPA serta sampah dari fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya yang diangkut dari sumber sampah dan/atau dari TPS/TPST sampai ke TPA ;
 Pengelola kawasan terhadap sampah kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industry, dan kawasan khusus, yang diangkut dari sumber sampah sampai ke TPS/TPST dan TPA ;
(mengangkut sampah dari depo dan 13 TPS Permanen), armroll Truck (mengangkut 29 unit container dengan ritasi bervariasi antara 1 hingga 3 rit per hari),colt pick-up, kendaraan roda tiga, becak sampah.
e. Pengolahan :
Di lakukan dengan mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah yang dilaksanakan di TPS/TPST dan di TPA, dengan memanfaatkan kemajuan eknologi yang ramah lingkungan.
Gambar VI. 6 SOP Pengelolaan Sampah di TPA Bestari
f. Pemrosesan Akhir :
VI.3.1.2. Sarana Prasarana Pengelolaan Sampah
Tabel VI. 4 Jenis Sarana Prasarana Persampahan Kota Probolinggo
No Jenis Alat Angkut Jumlah Kapasitas
1 Dump Truck 5 8 m³
7 Sepeda Motor Gerobak 3 1,5 m³
8 Becak Sampah 16 2 m³
9 Gerobak Sampah 58 2 m³
10 Bak Sampah Karet 215 0.5 m³
11 Bak Sampah Gantung 300 1 m³
Sumber : Profil Persampahan Kota Probolinggo Tahun 2014
Tabel VI. 5 1 Jenis dan Lokasi TPS Kota Probolinggo
No. Jenis TPS Jumlah Lokasi
1 TPS Mini 64 29 Kelurahan
2 TPS
Permanen
18 Kelurahan Pilang, Ketapang, Curahgrinting, Kanigaran, Sumber Taman, Jati, Kedung asem, Kedopok, Kademangan, Sumber Wetan, Kanigaran 3 Transfer
Depo
4 Kelurahan Jati, Mangunharjo, Wiroborang, Kanigaran Sumber : Profil Persampahan Kota Probolinggo Tahun 2014
VI.3.1.3. TPA Bestari
Tabel VI. 6 Data Teknis TPA Bestari Kota Probolinggo
Luas 4 Ha
Metode Operasional Sanitary Landfill Mulai diterapkan tahun 2008 Volume Sampah Masuk 38,76 ton
Tahun mulai operasi 1994
Status Lahan Lahan Aset Pemerintah Kota Probolinggo
Jumlah Petugas 49 orang
Jumlah armada 13 unit
Alat Berat 3 unit Bulldozer, Wheel Loader,
Ekskavator
Fasilitas Penunjang Pintu gerbang, Pos jaga, Jalan utama, Jalan kerja, Kantor TPA
Rest Area, Jembatan timbang, Ruang operator, Gudang
Berdasarkan data dokumen Masterplan Persampahan dan Masterplan Pengembangan Masterplan Pengembangan TPA Sampah Kota Probolinggo pada Tahun 2012, sampah yang masuk TPA dengan kondisi bercampur dan komposisi sampahnya Tahun 2013 adalah sebagai berikut :
Gambar VI. 7 Komposisi Sampah Masuk TPA Tahun 2013
Sampah tersebut berasal dari sumber yaitu: perumahan/pemukiman, perdagangan, fasilitas kesehatan, pasar, industri. Sedangkan jumlah sampah yang masuk ke TPA Tahun 2013 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel VI. 7 Volume Sampah Masuk TPA Kota Probolinggo Tahun 2013
Mayangan, Kademangan, Kanigaran, Kedopok, dan Wonoasih. Dalam pelaksanaannya hanya 80 % dari total luas Kota Probolinggo yang terlayani oleh fasilitas persampahan. Dari 20 % sisanya yang tidak terlayani sebagian besar adalah wilayah selatan kota yaitu Kecamatan Wonoasih.
Guna memenuhi amanat Undang – Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dimana terdapat ketentuan penutupan TPA open dumping menjadi sanitary landfill dalam waktu 5 (lima) tahun, maka TPA Bestari Kota Probolinggo sejak Tahun 2008 telah mengoperasionalkan sistem
Sanitary Landfill untuk pemrosesan akhir sampah di TPA.
Kondisi TPA Kota Probolinggo yang saat ini memiliki luasan ± 4 Ha memiliki permasalahan, yaitu keterbatasan lahan dimana sel penimbunan sampah yang ada saat ini sudah penuh sehingga perlu untuk pengembangan dengan pembuatan sel sampah baru untuk menambah usia TPA. Dengan adanya pertambahan jumlah penduduk, sarana prasarana pengelolaan sampah yang ada di TPA saat ini juga belum memadai untuk pelayanan persampahan yang optimal kepada masyarakat.
Sel untuk penimbunan sampah dengan sistem Sanitary Landfill di TPA Bestari Kota Probolinggo yang dibangun pada Tahun 2008 sesuai dengan desain perencanaan awal pembangunan memiliki jangka waktu untuk masa aktif sel selama 5 tahun, hingga tahun 2013. Hal ini juga terkait dengan perlunya peningkatan untuk pelayananan pengelolaan sampah di TPA seiring dengan perkembangan jumlah penduduk dan perkembangan jumlah sampah yang masuk dan perlu untuk dikelola di TPA.
Kondisi Eksisting sel sampah dimaksud saat ini telah mencapai timbunan sampah dengan tinggi lebih dari 7 meter. Sel sampah tersebut telah mengalami over kapasitas sehingga tidak memungkinkan lagi untuk menampung sampah buangan yang masuk ke TPA. Diestimasikan bahwa dalam jangka waktu dekat sel sampah dimaksud sudah tidak dapat digunakan karena akan membahayakan keselamatan petugas dan berpotensi longsor. Kondisi sel sampah TPA menunjukkan bahwa sel sampah tersebut memang layak menjadi prioritas penanganan karena kondisi timbunan sampah yang telah menggunung hingga 5 lapis timbunan sehingga menyulitkan kendaraan eskavator maupun petugas untuk menaikkan dan meratakan sampah.
pengembangan sebesar ± 6 Ha dari luas TPA eksisting yang telah ada. Perlu untuk adanya penanganan secara cepat guna mengatasi permasalahan penanganan persampahan dimaksud yang berupa pengembangan / perluasan TPA Bestari Kota Probolinggo dengan pembangunan sel sampah yang baru. Pengembangan TPA ini dimaksudkan untuk pembangunan 4 (empat) sel sampah baru (landfill), IPAL untuk pengolahan Lindi, Instalasi Penangkapan dan Pemanfaatan Gas Methan serta Sarana Prasarana Komposting.
VI.3.1.4. Upaya Pengurangan Sampah
Optimalisasi Pengelolaan Persampahan Kota Probolinggo pada akhirnya bertujuan untuk mewujudkan pengelolaan sampah menuju “Zero Waste,” yaitu konsep pengelolaan sampah secara terpadu yang meliputi proses pengurangan volume timbulan sampah dan penanganan sampah dari sumbernya dengan pendekatan melalui aspek teknologi hijau, lingkungan, dan peran aktif masyarakat, serta aspek ekonomi.
Guna meminimalisir jumlah sampah yang masuk TPA serta meningkatkan kinerja pengelolaan sampah Kota Probolinggo, berbagai usaha telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Probolinggo bersama dengan masyarakat dan pihak-pihak terkait antara lain :
a. Penggalakan penerapan Sistem 3R di masyarakat Kota Probolinggo, melalui peningkatan peran aktif Kelompok Masyarakat Pemilah Sampah dalam melakukan kegiatan pengomposan skala kawasan, khususnya di kawasan perumahan serta Program Bank Sampah skala kawasan ;
b.Peningkatan kompetensi masyarakat dalam pengelolaan sampah yang dilakukan dalam bentuk sosialisasi, pelatihan bagi masyarakat, diantaranya yaitu berupa : Sosialisasi Pelatihan Daur Ulang Sampah Bagi Pemulung, Sosialisasi Penggunaan Komposter Aerob Pengelolaan Sampah Skala Rumah Tangga, Pelatihan Daur Ulang Kertas dan Enceng Gondok, Pelatihan pembuatan Briket Arang dari Serbuk Kayu, Pelatihan Pembuatan Briket Plastik, Best Practice “School Recycle Program”, Sarasehan Teknologi Daur Ulang Kertas Alami, Sosialisasi Pembentukan Bank Sampah Ke Pedagang Pasar, Pelatihan daur ulang sampah plastik menjadi kerajinan tangan yang bernilai ekonomis kepada kelompok wanita tani tembakau, dll ;
Kompos, Komposter aerob, gerobak sampah, becak sampah, bak sampah gantung, mesin pencacah sampah, dll ;
d.Fasilitasi pelaksanaan kegiatan Kelompok Masyarakat Peduli Sampah
diantaranya untuk Forum Jaringan Manajemen Sampah (FORJAMANSA), Paguyuban Kelompok Masyarakat Pemilahan Sampah Rumah Tangga “PAPESA” (Paguyuban Peduli Sampah), dan kelompok – kelompok masyarakat peduli sampah lainnya dalam rangka peningkatan pemahaman secara lebih komprehensif kepada masyarakat mengenai kondisi, permasalahan dan potensi persampahan rumah tangga dan lingkungan, menumbuhkan kepedulian serta menciptakan wadah kegiatan bagi masyarakat untuk turut berperan-serta dalam proses pengelolaan sampah rumah tangga ;
e. Kampanye publik untuk penggalakan pengelolaan sampah di Kota Probolinggo, diantaranya melalui kegiatan Bebek Pro (Bersih-bersih Kali Kota Probolinggo), Gerakan Aksi Untuk Lingkungan (Gaul), Green Barter (Tukar Sampah dengan Bibit Pohon), Program Kelurahan Berseri, Program GP Darling (Gerakan Peduli dan Sadar Lingkungan), KB2S2 (Kali Banger Bersih Sehat Sejahtera), Pembuatan Kerajinan Daur Ulang Sampah oleh 1.000 orang dalam rangka peringatan Hari Lingkungan Hidup, dll ;
f.Peningkatan Kinerja Sarana Prasarana Pengelolaan Sampah yang diantaranya dilakukan melalui pembangunan sarana prasarana Sanitary Landfill TPA, pengadaan alat sanitasi TPA, Pengadaan Instalasi Penangkapan dan Pemanfaatan Gas Methan, Pembuatan Landasan Kontainer Sampah, Evaluasi Potensi Produksi Gas Methan TPA Bestari Kota Probolinggo (kerjasama dengan BPPT), dll ;
g.Pembentukan regulasi / dasar hukum pengelolaan sampah melalui Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 5 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah dan Peraturan Walikota Nomor 3 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Sampah.
Hasil dari berbagai upaya untuk pengurangan sampah dimaksud yaitu adanya penurunan jumlah sampah yang masuk ke TPA dalam kurun waktu lima tahun terakahir sebagaimana pada tabel dibawah ini.
Tabel VI. 8 Volume Sampah Masuk TPA Kota Probolinggo Tahun 2013
No Tahun Volume Sampah (kg/thn) Rata-Rata (kg/hr) % penurunan
1 2006 38.954.223 106.724
-2 2007 39.728.028 108.844 2,00% (naik)
No Tahun Volume Sampah (kg/thn) Rata-Rata (kg/hr) % penurunan
4 2009 18.469.896 50.602 16,00%
5 2010 15.640.742 42.734 15.50%
6 2011 13.742.723 37.548 12.13%
7 2012 12.515.063 34.194 8,93%
8 2013 14.149.665 38.766 13,37% (naik)
Sumber : BLH Kota Probolinggo Tahun 2014
VI.3.2. Drainase
VI.3.2.1. Kondisi Jaringan Drainase
Sistem drainase Kota Probolinggo dimaksudkan untuk memanfaatkan seoptimal mungkin jaringan yang ada baik berupa saluran drainase lingkungan, drainase jalan, saluran pembuangan irigasi (afvour), maupun saluran alam yang telah ada. Kondisi geografis yang berbatasan langsung dengan laut (Selat Madura) dengan pengaruh pasang surut yang cukup dominan serta daerah-daerah cekungan dan belum mempunyai saluran drainase akan mengakibatkan terjadinya genangan-genangan di daerah tersebut pada musim penghujan.
Kondisi topografi Kota Probolinggo yang relatif datar, maka saluran-saluran yang ada dengan kemiringan dasar saluran-saluran yang umumnya kecil dengan perkiraan rerata 0,0002.
Kondisi saluran drainase yang ada secara umum mengalami penuruan fungsi yang diakibatkan oleh sedimentasi, pembuangan sampah, sistem drainase yang ada sebagian belum mempunyai garis sempadan yang jelas dan belum diperdakan, masih kurangnya jalan inspeksi dan pemeliharaan yang kurang bahkan pada beberapa tempat telah merupakan daerah pemukiman (Kali Banger).
Secara garis besar di Kota Probolinggo terdapat 10 saluran drainase
7. Saluran Afvoer RSU Dr. Moch. Saleh, 8. Saluran Barat TPA,
9. Saluran Belo’an, dan 10. Saluran Bangsingan.
Saluran primer tersebut menampung aliran air dari limpasan air hujan, saluran pembuang irigasi (afvour), limbah domestik cair dari kawasan permukiman penduduk dan disalurkan menuju laut. Disamping itu terdapat saluran-saluran pematusan dari pemukiman yang langsung menuju laut.
Tabel VI. 9 Kondisi Saluran Drainase Kota Probolinggo
No Drainase B
L (m) Kondisi Bentuk Type Kontruksi
80 80 80 1,68 Baik Normal Persegi Pasangan batu kali
Terbuka
2 Jl. KH Hasan Gengong(kn)
120 120 75 1,034 Baik Tersumbat Persegi Pasangan batu kali
Terbuka
3 Jl. Pahlawan 250 230 125 608 Baik Normal Trapesium Pasangan batu kali
Terbuka
4 Jl. Siaman 150 100 100 172 Kurang Normal Trapesium Pasangan batu kali
Tertutup
5 Jl. Cut Nyak Dien 100 100 50 262 Kurang Tersumbat Persegi Pasangan batu kali
Tertutup
6 Jl. Abdul Hamid (ka) 50 30 50 401 Kurang Tersumbat Trapesium Pasangan batu kali
Terbuka
7 Jl. Abdul Hamid (ki) 50 30 50 405 Kurang Tersumbat Trapesium Pasangan batu kali
Terbuka
8 Jl. Abdul Azis 125 120 63 518 Baik Normal Trapesium Pasangan batu kali
Terbuka
9 Jl. Letjen Sutoyo (ka)
55 55 45 267 Baik Normal Persegi Pasangan batu kali
Terbuka
10 Jl. Letjen Sutoyo (ki) 460 400 115 267 Kurang Normal Trapesium Pasangan batu kali
Terbuka
11 Jl. Ir. Juanda (ka) 80 80 60 612 Baik Normal Persegi Pasangan batu kali
Terbuka
12 Jl. Ir. Juanda (ki) 100 100 20 443 Baik Normal Trapesium Pasangan batu kali
Terbuka
13 Jl. Arief Rahman Hakim
68 68 40 195 Baik Normal Persegi Pasangan batu kali
Terbuka
14 Jl. Gub. Suryo (ka) 70 60 70 267 Baik Normal Persegi Pasangan batu kali
Terbuka
15 Jl. Gub. Suryo (ki) 40 40 80 325 Baik Normal Persegi Pasangan batu kali
Terbuka
16 Jl. Citarum 75 75 90 762 Baru Tersumbat Persegi Pasangan batu kali
Terbuka
17 Jl. Krakatau (ka) 70 70 50 598 Kurang Tersumbat Persegi Pasangan batu kali
No Drainase B
L (m) Kondisi Bentuk Type Kontruksi
Type saluran Fisik Fungsi
18 Jl. Krakatau (ki) 70 70 50 598 Kurang Tersumbat Persegi Pasangan batu kali
Terbuka
19 Jl. Cokroaminoto 225 200 110 1,426 Baik Normal Trapesium Pasangan batu kali
Terbuka
20 Jl. Mastrib (ka) 135 100 80 2,335 Baik Normal Trapesium Pasangan batu kali
Terbuka
21 Jl. Mastrb (ki) 195 180 100 740 Baik Normal Trapesium Pasangan batu kali
Terbuka
22 Jl. Slamet Riyadi (ka)
100 70 60 1113 Kurang Tersumbat Trapesium Pasangan batu kali
Terbuka
23 Jl. Slamet Riyadi (ki) 100 70 60 919 Baik Normal Persegi Box Culvert Terbuka 24 Jl. WK Gatot (ka) 40 40 40 788 Kurang Tersumbat Persegi Pasangan batu
kali
Terbuka
25 Jl. Pandawa 160 110 150 189 Baik Normal Trapesium Pasangan batu kali
Terbuka
26 Jl. Sudirman (1) Diameter 50 615 Kurang Tersumbat Bulat Tempolong Tertutup 27 Jl. Sudirman (2) Diameter 50 770 Kurang Tersumbat Bulat Tempolong Tertutup 28 Jl. Sudirman (3) 125 125 70 667 Kurang Tersumbat Persegi Pasangan batu
kali
Tertutup
29 Jl. Sudirman (4) 125 125 70 667 Kurang Tersumbat Persegi Pasangan batu kali
Tertutup
30 Jl. Sudirman (5) 125 125 70 667 Kurang Tersumbat Persegi Pasangan batu kali
Tertutup
31 Jl. Serma Abdurrahman
55 50 50 344 Kurang Tersumbat Trapesium Pasangan batu kali
Terbuka
32 Jl. Yos Sudarso (ka) 35 30 60 282 Baik Normal Trapesium Pasangan batu bata
Terbuka
33 Jl. Yos Sudarso (ki) 60 60 60 245 Kurang Tersumbat Persegi Pasangan batu bata
Terbuka
34 Jl. Basuki Rahmad (1) ka
150 120 80 392 Kurang Tersumbat Trapesium Pasangan batu kali
Terbuka
35 Jl. Basuki Rahmad (1) ki
150 120 60 326 Kurang Tersumbat Trapesium Pasangan batu kali
Terbuka
36 Jl. Basuki Rahmad (2)
150 120 60 667 Kurang Tersumbat Trapesium Pasangan batu kali
Terbuka
37 Jl. Basuki Rahmad II 55 55 45 675 Kurang Normal Persegi Pasangan batu kali
Terbuka
38 Jl. A. Yani (1) 150 120 80 227 Kurang Normal Trapesium Pasangan batu kali
Terbuka
39 Jl. A. Yani (2) 150 120 80 461 Kurang Normal Trapesium Pasangan batu kali
Terbuka
40 Jl. A. Yani (3) 150 120 80 248 Kurang Normal Trapesium Pasangan batu kali
Terbuka
41 Jl. Hayam Wuruk (1 ka)
40 30 45 159 Baik Normal Trapesium Pasangan batu kali
Terbuka
42 Jl. Hayam Wuruk (1 ki)
40 40 30 200 Baik Normal Persegi Pasangan batu bata
Tertutup
43 Jl. Hayam Wuruk (2) 40 30 45 486 Baik Normal Trapesium Pasangan batu kali
Terbuka
44 Jl. Hayam Wuruk (3 ka)
60 60 50 453 Baik Normal Persegi Pasangan batu kali
Terbuka
45 Jl. Hayam Wuruk (3 ki)
55 45 45 453 Baik Normal Trapesium Pasangan batu kali
Terbuka
46 Jl. MT. Haryono (ka) 30 30 50 1101 Baik Normal Persegi Pasangan batu bata
Terbuka
47 Jl. MT. Haryono (ki) 25 25 30 1101 Kurang sedimen Persegi Pasangan batu bata
Terbuka
48 Jl. H. Ashari (ka) 30 30 40 1084 Kurang Tersumbat Persegi Pasangan batu kali
Terbuka
49 Jl. H. Ashari (ki) 30 30 40 1084 Kurang Tersumbat Persegi Pasangan batu kali
Terbuka
50 Jl. Gatot Subroto (ka)
60 60 60 366 Baik Normal Persegi Pasangan batu kali
Terbuka
51 Jl. Gatot Subroto (ki)
60 60 60 221 Kurang Tersumbat Persegi Pasangan batu kali
Terbuka
52 Jl. Letjen Suprapto (ka)
130 100 85 927 Baik Normal Trapesium Pasangan batu kali
No Drainase B
L (m) Kondisi Bentuk Type Kontruksi
Type saluran Fisik Fungsi
(ki) kali
54 Jl. Teuku Umar (ka) 30 30 30 472 Baik Normal Persegi Pasangan batu kali
Terbuka
55 Jl. Teuku Umar (ki) 45 45 30 472 Baik Normal Persegi Pasangan batu kali
Terbuka
56 Jl. WR Supratman (ka)
180 175 90 767 Baik Normal Trapesium Pasangan batu kali
Terbuka
57 Jl. WR Supratman (ki)
30 30 30 720 Kurang Tersumbat Persegi Pasangan batu kali
Terbuka
58 Jl. Brigjen Katamso (ka)
80 75 60 969 Baik Normal Persegi Pasangan batu kali
Terbuka
59 Jl. Brigjen Katamso (ki)
75 70 55 969 Kurang Tersumbat Trapesium Pasangan batu bata
Terbuka
60 Jl. Dr Sutomo (ka) 130 130 60 327 Kurang Tersumbat Persegi Pasangan batu kali
Tertutup
61 Jl. Dr Sutomo (ki) 130 130 60 456 Kurang Tersumbat Persegi Pasangan batu kali
Tertutup
62 Jl. Imam Bonjol (1) 90 50 65 225 Kurang Normal Trapesium Pasangan batu bata
Terbuka
63 Jl. Imam Bonjol (2) 90 50 65 144 Kurang Normal Trapesium Pasangan batu bata
Terbuka
64 Jl. Diponegoro (1) 60 50 40 268 Kurang Normal Trapesium Pasangan batu bata
Terbuka
65 Jl. Diponegoro (2) 60 50 40 79 Kurang Normal Trapesium Pasangan batu bata
Terbuka
66 Jl. Kol Sugiono (ka) 70 50 60 270 Kurang tersumbat Trapesium Pasangan batu bata
Terbuka
67 Jl. Kol Sugiono (ki) 65 60 30 137 Kurang Tersumbat Trapesium Pasangan batu kali
Terbuka
68 Jl. Moch Saleh (ka) Diameter 40 1161 Baik Normal Bulat Tempolong Tertutup 69 Jl. Moch Saleh (ki) Diameter 40 1161 Baik Normal Bulat Tempolong Tertutup 70 Jl. Kapten Suyoso
(ka)
120 120 70 946 Kurang Normal Persegi Pasangan batu bata
Terbuka
71 Jl. Kapten Suyoso (ki)
90 80 60 946 Kurang Tersumbat Trapesium Pasangan batu kali
Terbuka
72 Jl. Dr. Wahidin (1) 80 70 50 786 Kurang Tersumbat Trapesium Pasangan batu bata
Terbuka
73 Jl. Dr. Wahidin (2) 80 70 50 786 Kurang Tersumbat Trapesium Pasangan batu bata
Terbuka
74 Jl. RA. Kartini (ka) 70 30 90 786 Kurang Tersumbat Tapal kuda
Pasangan batu bata
Terbuka
75 Jl. RA. Kartini (ki) 70 30 90 786 Kurang Tersumbat Trapesium Pasangan batu kali
Terbuka
76 Jl. AH Nasution (ka) 50 50 50 161 Rusak Tidak berfungsi
Persegi Pasangan batu kali
Terbuka
77 Jl. AH Nasution (ki) 50 50 50 161 Rusak Tidak berfungsi
Persegi Pasangan batu kali
Terbuka
78 Jl. Mawar 150 100 50 818 Baik Sedimen Trapesium Pasangan batu kali
Terbuka
79 Jl. Cempaka 130 125 67 246 Baik Normal Trapesium Pasangan batu kali
Terbuka
80 Jl. Kaca Piring 75 70 60 287 Baik Tersumbat Trapesium Pasangan batu kali
Terbuka
81 Jl. Anggrek (1) 100 85 100 1,097 Baik Normal Trapesium Pasangan batu kali
Terbuka
82 Jl. Anggrek (2) 70 70 70 833 Baik Sedimen Persegi Pasangan batu kali
Terbuka
83 Jl. Pattimura (1 ka) 45 45 50 222 Kurang Tersumbat Persegi Pasangan batu kali
Terbuka
84 Jl. Pattimura (1 ki) 25 20 30 277 Kurang Tersumbat Persegi Pasangan batu bata
Terbuka
85 Jl. Pattimura (2 ka) 40 20 60 251 Kurang Tersumbat Trapesium Pasangan batu kali
Terbuka
86 Jl. Pattimura (2 ki) 50 20 80 229 Kurang Tersumbat Trapesium Pasangan batu kali
Terbuka
87 Jl. Pattimura (3 ka) 65 65 10 276 Kurang Tersumbat Persegi Pasangan batu kali
No Drainase B
L (m) Kondisi Bentuk Type Kontruksi
Type saluran Fisik Fungsi
88 Jl. Pattimura (3 ki) 50 50 60 276 Kurang Tersumbat Persegi Pasangan batu kali
Terbuka
89 Jl. Agus Salim Diameter 60 182 Baik Normal Bulat Tempolong Tertutup 90 Jl. Trunojoyo 40 30 40 173 Baik Normal Trapesium Pasangan batu
kali
Tertutup
91 Jl. KH. Mansyur 150 120 60 891 Kurang Tersumbat Persegi Pasangan batu kali
Terbuka
92 Jl. Kerapu 60 60 60 237 Baik Normal Persegi Pasangan batu kali
Terbuka
93 Jl. Lumba-lumba 60 60 50 178 Baik Normal Persegi Pasangan batu kali
Terbuka
94 Jl. Tengiri (ka) 110 100 60 347 Baik Normal Trapesium Pasangan batu kali
Terbuka
95 Jl. Tengiri (ki) 70 70 50 347 Kurang Tersumbat Persegi Pasangan batu kali
Terbuka
96 Jl. Cucut 50 30 40 308 Kurang Tersumbat Tapal Kuda
Pasangan batu bata
Terbuka
97 Jl. Paus (ka) 70 70 60 240 Kurang Tersumbat Persegi Pasangan batu bata
Terbuka
98 Jl. Paus (ki) 80 80 80 291 Kurang Tersumbat Persegi Pasangan batu bata
Terbuka
99 Jl. Hiu (ka) 45 30 80 407 Baik Normal Trapesium Pasangan batu bata
Terbuka
100 Jl. Hiu (ki) 75 50 60 407 Kurang Tersumbat Trapesium Pasangan batu kali
Terbuka
101 Jl. Tongkol (1) 60 60 70 591 Baik Normal Persegi Pasangan batu kali
Terbuka
102 Jl. Tongkol (2 ka) 60 60 70 347 Baik Normal Persegi Pasangan batu kali
Terbuka
103 Jl. Tongkol (2 ki) 60 60 70 347 Baik Normal Persegi Pasangan batu kali
Terbuka
104 Jl. Dorang 135 90 80 294 Kurang Tersumbat Trapesium Pasangan batu bata
Terbuka
105 Jl. Belanak ( ka) 150 130 70 618 Baik Tersumbat Trapesium Pasangan batu kali
Terbuka
106 Jl. Belanak ( 1 ki) 50 50 40 265 Baik Tersumbat Persegi Pasangan batu kali
Terbuka
107 Jl. Belanak (ki) 60 60 60 92 Baik Normal Persegi Pasangan batu kali
Terbuka
108 Jl. Cumi-cumi 80 60 60 560 Baik Normal Persegi Pasangan batu kali
Terbuka
109 Jl. Banyar 30 30 40 288 Baik Normal Persegi/te gak
Pasangan batu kali
Terbuka
110 Jl. Teri 80 80 70 264 Baik Normal Persegi/te gak
Pasangan batu kali
Terbuka
111 Mayangan 1 100 100 60 671 Kurang Tersumbat Pesegi Pasangan batu kali
Tertutup
112 Mayangan 2 130 130 50 189 Kurang Tersumbat Persegi Pasangan batu kali
Tertutup
113 Mayangan 3 350 350 110 103 Kurang Tersumbat Persegi Pasangan batu kali
Tertutup
114 Mayangan 4 310 340 150 233 Baik Normal Trapesium Pasangan batu kali
Terbuka
115 Sal. Arum Permai 175 60 685 Alami Normal Sembaran g
Belum diplengseng
Terbuka
Sumber : Masterplan Drainase Kota Probolinggo Tahun 2012
Keterangan :
VI.3.2.2. Daerah Tangkapan Air
Batas daerah tangkapan air ditentukan berdasarkan peta topografi yang dilengkapi dengan ketinggian serta memperhatikan model arah aliran. Berdasarkan pembagian daerah tangkapan air Kota Probolinggo dibedakan menjadi 24 daerah tangkapan air. Mengenai nama dan luasan masing-masing daerah tangkapan air dijelaskan pada tabel.
Tabel VI. 10 Daerah Tangkapan Air Kota Probolinggo
No Kode Nama Luas (Ha)
1 C1 Kali Kasbah 107,49
2 C2 Saluran Barat TPA 95,90
3 C3 Saluran RSUD 152,98
4 C4 Kali Banger 285,16
5 C5 Saluran Bangsingan 170,76
6 C6 Kali Pancor 282,89
7 C7 Saluran Belo,an 615,05
8 C8 Kali Dringu 364,81
9 C9 Saluran Akup 96,03
10 C10 Saluran Sukarno Hatta 130,17
11 C11 Kali Kasbah 2 79,59
12 C12 Kali Umbul 68,51
13 C13 Afvour Brantas 602,27
14 C14 Afvour Bromo 314,68
15 C15 Kali Sepaser 180,58
16 C16 Afvour Bromo2 19,96
17 C17 Saluran Pakis 130,01
18 C18 Kali Kasbah 2 527,98
19 C19 Saluran Gladak Serang 233,23
20 C20 Saluran Sumber Ardi 228,38
21 C21 Saluran Legundi 513,58
22 C22 Kali Tempuran 50,95
23 C23 Saluran Kedung Galeng 212,42
24 C24 Kali Dringu 2 16,04
Gambar VI. 8 Peta Pembagian Daerah Tangkapan Air Kota Probolinggo
VI.3.2.3. Genangan Air
Di Kota Probolinggo pada musim hujan setiap tahunnya hampir selalu timbul genangan air yang disebabkan saluran drainase yang ada tidak dapat mengalirkan air limpasan hujan dengan cepat, hal ini disebabkan adanya endapan dan sampah pada saluran drainase yang ada. Disamping itu rendahnya elevasi daerah tersebut dibandingkan letak saluran drainase yang ada menyebabkan terjadinya genangan di daerah tersebut.
Genangan air limpasan di kota Probolinggo beberapa daerah telah sampai masuk ke rumah penduduk di beberapa tempat. Daerah – daerah genangan pada musim hujan mencapai ketinggian 20 – 40 cm atau lebih besar lagi dengan lama genangan mencapai 1 jam.
limpasan hujan dengan cepat, hal ini disebabkan adanya endapan dan sampah pada saluran drainase yang ada. Disamping itu rendahnya elevasi daerah tersebut dibandingkan letak saluran drainase yang ada menyebabkan terjadinya genangan di daerah tersebut. Pada saat terjadi banjir musiman (5 tahunan) genangan air limpasan di kota Probolinggo di beberapa daerah bahkan sampai masuk ke rumah penduduk di beberapa tempat.
Untuk lebih jelasnya data dan lokasi genangan air yang terjadi di Kota Probolinggo dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel VI. 11 Kondisi Genangan Kota Probolinggo
No Nama Saluran Lokasi Kedalaman
(cm)
Lama (jam) 1. Sal. Bangsingan
A. Permukiman Jl. Basuki Rahmat Permukiman 20 - 30 1 B. Permukiman Jl. Gatot Subroto, Jl.
Let.jen Suprapto, KH. Hasyim Ashari, Jl. MT Haryono
Permukiman 20 - 30 1
2. Kali Pancor
A. Permukiman di Jl. Basuki Rahmat, Kel. Mangunharjo
Permukiman 30 - 40 1
3. Afour RSUD
A. Jl. DI Panjaitan Badan Jalan 30 - 40 1
B. Jl. KH. Mansur Badan Jalan 30 - 40 1
C. Jl. A. Yani Badan Jalan 30 - 40 1
Jl. Suroyo Badan Jalan 20 - 30 1
Jl. Imam Bonjol Badan Jalan 20 - 30 1
Jl. Sutomo Badan Jalan 20 - 30 1
D. Jl. Diponegoro Badan Jalan 20 - 30 1
E. Jl. P. Sudirman Badan Jalan 20 - 30 1
4. Kali Banger
A. Jl. Cut Nyak Dien Badan Jalan 30 - 40 1
B. Jl. Siaman, Jl Abd Hamid, Jl. Abd Azis Badan Jalan 30 - 40 1 C. Perumahan/ Permukiman Kel.
Kebonsari Kulon, Sebelah Selatan Jl. Pahlawan, Barat Jl. KH. Dahlan
Kawasan Permukiman 40 - 50 1
D. Pintu Air K. Banger/ Bendung Tanjungan
Kawasan Permukiman 50 1
5. Kali Kasbah
A. Jl. Pahlawan Badan Jalan 20 - 30 1
B. Jl. Juanda Permukiman 20 - 30 1
C. Jl. Cokroaminoto Badan Jalan 15 - 25 1
D. Jl. Supriadi Perumahan 40 - 50 1
E. Kampung dibelakang Yon Zipur Perumahan 20 - 30 1
F. Pabrik tekstil PT. Eratex Djaya Pabrik 30 - 40 1
6. Afour Gladak Serang
A. Perumahan/ Pemukiman Sebelah Utara Jl. TGP
Perumahan 50 1
7. Afour Brantas
A. Jl. Brantas di perempatan Jl. Soekarno Hatta
No Nama Saluran Lokasi Kedalaman (cm)
Lama (jam)
B. Jl. Brantas Badan Jalan 20 - 30 1
8. Saluran Sukun - Randu
A. Permukiman Desa Jrebeng Lor Permukiman pedesaan 40 - 50 1
9. Kampung Desa Triwung Kidul
A. Permukiman Desa Triwung Kidul Permukiman pedesaan 10 1 B. Permukiman Desa Triwung Kidul Permukiman
pedesaan, Badan Jl. Bromo, arteri primer
ke G.Bromo
50 1
10. Kampung Desa Ketapang
A. Permukiman Desa Ketapang Kampung 20 0.5
Sumber : Masterplan Drainase Kota Probolinggo Tahun 2012
VI.3.2.4. Permasalahan Drainase
Drainase Kota Probolinggo mempunyai beragam perrmasalahan yang membutuhkan solusi untuk mengurangi kerawanan terhadap genangan air dan banjir, permasalahan ini secara umum timbul dari perilaku masyarakat sebagai pengguna dan kurangnya perawatan, koordinasi dan pengawasan serta penertiban oleh instansi terkait.
Berdasarkan hasil survei dan pengumpulan data-data sekunder tahun 2012, serta data dari dokumen Masteplan Drainase terdahulu permasalahan pada saluran drainase adalah sebagai berikut:
 Tingginya tingkat sedimentasi yang menghambat kelancaran aliran dan mengurangi kapasitas saluran
 Terjadinya penumpukan sampah di ruas saluran maupun di dinding saluran yang belum di plengseng yang dapat menghambat aliran air.
 Dibeberapa tempat belum terdapat treatment seperti plengsengan, terutama pada bagian ruas saluran yang kondisi tebingnya rawan terhadap longsor, erosi dan pada belokan-belokan saluran
 Karena kurangnya kemiringan saluran yaitu pada ruas-ruas tertentu yang dapat disebabkan ileh endapan mengakibatkan tumbuhnya tanaman liar sehingga menghambat dan mengurangi kapasitas aliran
 Kurang atau terlambatnya pemeliharaan terhadap jaringan drainase maupun irigasi akan mempercepat usia guna dan kerusakan.
 Beberapa tempat kondisi tanggul yang berfungsi sebagai jalan inspeksi sudah terkikis dan longsor.
 Banyaknya pelanggaran hukum (Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 19 Tahun 2002 tentang penetapan kawasan lindung) yang terjadi pada pemanfaatan wilayah tanah stren / sempadan sungai
VI.3.3. Air Limbah
Secara umum dikenal dua (2) sistem pengelolaan air limbah domestik, yaitu:
1. Sistem pengelolaan air limbah terpusat (off site system); yaitu sistem penanganan air limbah domestik melalui jaringan pengumpul yang diteruskan ke Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL). Off site system dapat dimulai dari kawasan bisnis seperti kawasan perhotelan dan perkantoran, pertokoan dan pusat pasar.
2. Sistem pengelolaan air limbah setempat (on site system); yaitu sistem penanganan air limbah domestik yang dilakukan secara individual dan/atau komunal dengan fasilitas dan pelayanan dari satu atau beberapa bangunan yang pengolahannya diselesaikan secara setempat atau di lokasi sumber.
Limbah perkotaan berasal pada dua kegiatan pokok, yaitu limbah yang bersumber dari kegiatan industri dan limbah yang berasal dari kegiatan rumah tangga (limbah domestik). Penyelesaian permasalahan pengelolaan limbah rumah tangga di Kota hanya dapat diatasi dengan peningkatan kesadaran masyarakat tentang pembuangan air limbah rumah tangga yang benar. Di sinilah letak peran Pemerintah Kota, dimana pemerintah berkewajiban untuk menjadi fasilitator baik dalam proses sosialisasi demi meningkatkan kesadaran masyarakat maupun bertindak aktif dalam pembangunan MCK umum dan IPAL/septictank komunal untuk wilayah yang sangat memerlukan. Proses sosialisasi harus terus dilakukan terutama kepada masyarakat yang masih belum memiliki pengetahuan atau kesadaran yang cukup mengenai permasalahan air limbah rumah tangga.
langsung air limbah yang berasal dari WC dan kamar mandi serta dapur ke lingkungan sekitar.
Kota Probolinggo telah memiliki instalasi pengelolaan lanjutan untuk pengelolaan lumpur tinja dari tangki septicktank berupa IPLT dengan lokasi TPA. Kota Probolinggo memiliki truk tangki dengan kapasitas 3m3 dan 4 m3.
Penyebab terbesar terjadinya pencemaran air di Kota Probolinggo adalah akibat dari buangan limbah domestik rumah tangga. Di Kota Probolinggo masih terdapat penduduk (rumah tangga) yang bertempat tinggal di kawasan bantaran sungai, seperti Sungai Banger, Sungai Kasbah, Sungai Umbul, Sungai Pancur dan sebagainya. Pada tahun 2008, jumlah rumah tangga yang bertempat tinggal di sepanjang bantaran sungai tercatat sebanyak 3.181 rumah tangga. Jumlah rumah tangga terbanyak terdapat pada kelurahan Jrebeng Lor dan Kelurahan Jati. Dari jumlah tersebut, sebanyak 35% rumah tangga di Kota probolinggo masih membuang sampahnya ke sungai. Hal tersebut menjadi sumber utama penyebab pencemaran limbah domestik. Sumber pencemar dari kegiatan domestik lainnya adalah berasal dari pembuangan tinja. Berdasarkan hasil dari studi EHRA pada tahun 2010, dari 1152 sample responden rumah tangga, sebanyak 39,32 % melaporkan tidak memiliki dan menggunakan tangki septictank.
Sumber pencemar dari kegiatan domestik lainnya adalah berasal dari pembuangan tinja. Data pada tahun 2008 menunjukkan bahwa sekitar 6,57% rumah tangga tidak memiliki penampungan akhir tinja dengan septictank. Data Kepemilikan sarana sanitasi dasar terkait air limbah di Kota Probolinggo dapat dilihat pada Tabel III.15.
parameter BOD tidak memenuhi standart, Sungai Pancor Hulu parameter DO, BOD, COD dan Detergen tidak memenuhi standart, Sungai Pancor Hilir parameter BOD, tidak memenuhi standart, Sungai Banger Hulu parameter BOD, COD dan Detergen tidak memenuhi standart, Sungai Banger Hilir parameter DO, BOD, COD, Detergen, Minyak dan Lemak tidak memenuhi standart. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel VI. 12 Data Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Kota Probolinggo
NO KELURAHAN JUML JUML SPAL JAMBAN
KK JIWA JAGA MCK JML
MS TMS JML TDK
1 Sukabumi 2.902 11.068 1.081 1.173 2.254 648 22,3% 1.981 418 2.399 503 17,3% 7 3 10 2 Mayangan 2.741 10.764 279 1.176 1.455 1.286 46,9% 1.373 246 1.619 1.122 40,9% 8 7 15 3 Jati 3.574 15.228 1.244 1.716 2.960 614 17,2% 2.076 1.251 3.327 247 6,9% 14 2 16 4 Mangunharjo 4.991 19.620 1.575 525 2.100 2.891 57,9% 3.535 128 3.663 1.328 26,6% 25 12 37
5 Wiroborang 1.517 6.397 703 470 1.173 344 22,7% 1.365 139 1.504 13 0,9% 14 - 14
KEC. MAYANGAN 15.725 63.077 4.882 5.060 9.942 5.783 36,8% 10.330 2.182 12.512 3.213 20,4% 68 24 92
6 Kanigaran 3.766 14.189 1.105 99 1.204 2.562 68,0% 1.238 337 1.575 2.191 58,2% 10 - 10 7 Kebonsari Kulon 3.869 14.426 987 247 1.234 2.635 68,1% 949 357 1.306 2.563 66,2% 5 - 5
8 KebonSari Wetan 1.126 4.376 198 131 329 797 70,8% 230 184 414 712 63,2% 4 - 4
9 Sukoharjo 1.468 6.095 213 116 329 1.139 77,6% 315 175 490 978 66,6% 7 - 7
10 Tisnonegaran 1.259 7.651 317 146 463 796 63,2% 476 267 743 516 41,0% 2 - 2
11 Curahgrinting 936 3.441 121 312 433 503 53,7% 212 117 329 607 64,9% 6 - 6
KEC.KANIGARAN 12.424 50.178 2.941 1.051 3.992 8.432 67,9% 3.420 1.437 4.857 7.567 60,9% 34 - 34
12 Kedupok 1.027 3.445 152 714 866 161 15,7% 344 467 811 216 21,0% 15 - 15
13 Jrebeng wetan 841 3.234 412 277 689 152 18,1% 554 141 695 146 17,4% 7 - 7
14 Jrebeng Lor 2.431 8.868 1.140 1.218 2.358 73 3,0% 1.441 385 1.826 605 24,9% 13 - 13
15 Sumber Wetan 1.561 5.253 93 772 865 696 44,6% 265 817 1.082 479 30,7% 6 - 6
16 Kareng Lor 1.428 4.167 504 339 843 585 41,0% 410 624 1.034 394 27,6% 4 - 4
17 Jrebeng Kulon 1.094 4.259 342 506 848 246 22,5% 558 286 844 250 22,9% 5 - 5
KEC.KEDOPOK 8.382 29.226 2.643 3.826 6.469 1.913 22,8% 3.572 2.720 6.292 2.090 24,9% 50 - 50
18 Kademangan 1.577 5.782 671 421 1.092 485 30,8% 582 475 1.057 520 33,0% 8 1 9
19 Triwung Lor 1.765 6.019 934 44 978 787 44,6% 598 330 928 837 47,4% 3 - 3
20 Triwung Kidul 1.660 5.953 709 180 889 771 46,4% 606 319 925 735 44,3% 5 - 5
21 Ketapang 1.792 7.180 646 753 1.399 393 21,9% 1.340 200 1.540 252 14,1% 2 - 2
22 Pilang 1.264 4.813 244 670 914 350 27,7% 440 22 462 802 63,4% 6 - 6
23 Posangit Kidul 1.167 4.277 301 495 796 371 31,8% 396 208 604 563 48,2% 7 - 8
KEC. KADEMANGAN 9.225 34.024 3.505 2.563 6.068 3.157 34,2% 3.962 1.554 5.516 3.709 40,2% 31 1 33
24 Wonoasih 876 4.511 297 43 340 536 61,2% 579 83 662 214 24,4% 12 2 14
25 Jrebeng Kidul 1.053 5.084 509 73 582 471 44,7% 529 76 605 448 42,5% 6 3 9
26 Pakistaji 1.128 2.861 468 67 535 593 52,6% 602 81 683 445 39,5% 8 - 8
27 Kedung Galeng 586 3.633 233 33 266 320 54,6% 89 13 102 484 82,6% 8 1 9
28 Kedung Asem 1.379 5.914 429 61 490 889 64,5% 445 57 502 877 63,6% 13 2 15
29 Sumber Taman 2.146 3.371 323 46 369 1.777 82,8% 971 139 1.110 1.036 48,3% 9 1 10 KEC. WONOASIH 7.168 25.374 2.259 323 2.582 4.586 64,0% 3.215 449 3.664 3.504 48,9% 56 9 65 JUMLAH 52.924 201.879 16.230 12.823 29.053 23.871 45,1% 24.499 8.342 32.841 20.083 37,9% 239 34 274
VI.4. PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
VI.4.1. Kondisi Bangunan
Kondisi bangunan perumahan dan permukiman di Kota Probolinggo dapat dibedakan dalam tiga jenis yaitu permanen, semi permanen dan temporer yang tersebar pada masing-masing Kelurahan.
Tabel VI. 13 Kondisi Bangunan Kota Probolinggo Tahun 2012
Nama Kecamatan Nama
Kelurahan
Kondisi Bangunan
Permanen Semi
Permanen
Temporer Total
1 2 3 4 5 6
Kec.Kedopok Jrebeng Lor 1682 694 97 2473
Kedopok 956 325 240 1521
Jrebeng Wetan 935 244 141 1320
Sumber wetan 1563 608 161 2332
Jrebeng Kulon 1190 623 159 1972
Kareng Lor 937 599 149 1685
Kec.Kademangan Pilang 1463 437 142 2042
Ketapang 1775 156 99 2030
Triwung Lor 909 138 24 1071
Triwung Kidul 1781 446 198 2425
Kademangan 1365 398 71 1834
Pohsangit Kidul 650 324 231 1205
Kec.Kanigaran Kebonsari Wetan 956 463 91 1510
Curahgrinting 792 216 48 1056
Kebonsari Kulon 2879 713 214 3806
Tisnonegaran 1259 361 45 1665
Sukoharjo 992 323 78 1393
Kanigaran 3809 802 208 4819
Kec.Wonoasih Sumbertaman 1669 2843 438 4950
Pakistaji 1027 284 122 1433
Jrebeng Kidul 610 213 87 910
Wonoasih 759 289 123 1171
Kedung asem 1528 678 203 2409
Kedunggaleng 495 218 111 824
Kec.Mayangan Mayangan 1714 872 403 2989
Mangunharjo 3346 946 509 4801
Jati 1348 607 248 2203
Sukabumi 1865 471 302 2638
Wiroborang 1165 262 63 1490
TOTAL 41422 15557 5010 61989
Tabel VI. 14 Kondisi Bangunan dan Kepemilikan IMB Kota Probolinggo Tahun 2012
Kondisi Rumah / Bangunan Kepemilikan Surat IMB
Jrebeng Lor 2473 84 52 33 1188 1285
Kedopok 1521 31 30 44 765 756
Jrebeng Wetan 1320 19 3 49 651 669
Sumber wetan 2332 65 30 25 767 1565
Jrebeng Kulon 1972 28 14 20 927 1045
Kareng Lor 1685 71 2 35 1293 392
Kec. Kademangan
Pilang 2042 32 23 46 1080 962
Ketapang 2030 19 7 41 1147 883
Triwung Lor 1071 21 7 71 721 350
Triwung Kidul 2425 107 19 48 281 2144
Kademangan 1834 46 25 23 556 1278
Pohsangit Kidul 1205 30 21 7 504 701
Kec. Kanigaran
Kebonsari Wetan 1510 33 14 27 243 1267
Curahgrinting 1056 11 2 22 735 321
Kebonsari Kulon 3806 93 52 43 1577 2229
Tisnonegaran 1665 10 13 35 1181 484
Sukoharjo 1393 37 35 11 434 959
Kanigaran 4819 115 72 133 2019 2800
Kec. Wonoasih
Sumbertaman 4950 129 67 88 3731 1219
Pakistaji 1433 163 14 39 643 790
Jrebeng Kidul 910 37 3 4 424 486
Wonoasih 1171 48 17 19 515 656
Kedung asem 2409 100 39 16 938 1471
Kedunggaleng 824 34 2 9 265 559
Kec. Mayangan
Mayangan 2989 131 59 88 1483 1506
Mangunharjo 4801 135 70 146 3042 1759
Jati 2203 46 0 70 1015 1188
Sukabumi 2638 45 45 126 1381 1257
Wiroborang 1490 15 26 50 793 697
TOTAL 61983 1743 773 1380 30313 31694
Sumber : Dokumen Perumahan dan Permukiman Dalam Angka Tahun 2012
VI.4.2. Rencana Ketinggian Bangunan
yang diterima oleh lahan tidak terlalu berat dan sesuai dengan kemampuan lahannya.
Selain pertimbangan kondisi lahan, pertimbangan lainnya adalah berdasarkan angka KLB dan KDB nya, misalnya bangunan akan cenderung tinggi apabila angka KLB nya tinggi dan angka KDB rata-ratanya rendah. Ketinggian bangunan berdasarkan angka KDB dan KLB tersebut cenderung fleksibel. Hal ini berbeda dengan bangunan yang garis mukanya berimpit dengan garis sempadan jalan, pertokoan, maka ketinggian bangunan tergantung pada lebar jalan, ketergantungan ini berhubungan dengan ketentuan ruang bebas jalan. Rencana ketinggian bangunan terutama pada koridor utama pusat Kota Probolinggo diarahkan untuk bangunan dengan ketinggian dibatasi maksimal 4 lantai.
 Bagian Wilayah Kota (BWK) A (Kecamatan Mayangan)
Bagian wilayah kota (BWK) A merupakan kawasan Utara Kota Probolinggo dengan intensitas pembangunan tinggi dibandingkan dengan BWK C, BWK D dan BWK E yang merupakan kawasan transisi atau pinggiran kota.
Tabel VI. 15 Rencana Ketinggian Bangunan di Wilayah BWK A Tipe Bangunan Luas Persil
 Bagian Wilayah Kota (BWK) B (Kecamatan Kanigaran)
dengan BWK A, BWK C, BWK D dan BWK E yang merupakan kawasan transisi atau pinggiran kota.
Tabel VI. 16 Rencana Ketinggian Bangunan di Wilayah BWK B Tipe Bangunan Luas Persil
 Bagian Wilayah Kota (BWK) C (Kecamatan Kademangan)
Bagian wilayah kota (BWK) C merupakan kawasan transisi/pinggiran kota dengan intensitas bangunan sedang sampai tinggi. Berdasarkan hasil rencana dijelaskan rencana ketinggian bangunan dan rencana intensitas penggunaan lahan.
Tabel VI. 17 Rencana Ketinggian Bangunan di BWK C
No Tipe Bangunan Jumlah Lantai Tinggi
Bangunan
4 Bangunan Perkantoran 1-2 12 m
5 Bangunan Umum 1-2 12 m
6 Bangunan Sosial 1-2 12 m
7 Industri/Pergudangan 1-4 24 m
 Bagian Wilayah Kota (BWK) D (Kecamatan Wonoasih)