BAB 8
A S P E K T E K N I S P E R
S E K T O R
Bagian ini menjabarkan rencana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya yang mencakup empat sektor yaitu pengembangan kawasan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan air minum, serta penyehatan lingkungan permukiman. Penjabaran perencanaan teknis untuk tiap-tiap sektor dimulai dari pemetaan isu-isu strategis yang mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagai baseline awal perencanaan, serta permasalahan dan tantangan
yang harus diantisipasi. Tahapan berikutnya adalah analisis kebutuhan dan pengkajian terhadap program-program sektoral, dengan mempertimbangkan
kriteria kesiapan pelaksanaan kegiatan. Kemudian dilanjutkan dengan merumuskan usulan program dan kegiatan yang dibutuhkan.
8.1 PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Mengacu pada UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan.
Kegiatan pengembangan permukiman di Kabupaten Sinjai terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.
8.1.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
8.1.1.1. Arah Kebijakan
Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan JangkaPanjang Nasional.
Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan
RPJMN berikutnya.
2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
KawasanPermukiman.
Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c),penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).
3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumahsusun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.
4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang. Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas
permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.
Pengembangan Permukiman di Kabupaten Sinjai dilaksanakan dengan upaya
masyarakat.Terkait dengan tugas dan wewenang pemerintah dalam pengembangan permukiman maka UU No. 1 Tahun 2011 mengamanatkan tugas dan wewenang sebagai berikut:
A. Tugas
1. Pemerintah Pusat
a) Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi nasional di bidang
perumahan dan kawasan permukiman.
b) Merumuskan dan menetapkan kebijakan nasional tentang penyediaan
Kasiba dan Lisiba.
c) Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional di bidang
perumahan dan kawasan permukiman.
d) Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan
e) kebijakan nasional penyediaan rumah dan pengembangan lingkungan
hunian dan kawasan permukiman.
f) Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat nasional.
2. Pemerintah Provinsi
a) Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi pada tingkat
provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman padakebijakan nasional.
b) Merumuskan dan menetapkan kebijakan penyediaan Kasiba dan Lisiba
lintas kabupaten/kota.
c) Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional pada tingkat
provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman.
d) Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi
pelaksanaankebijakan provinsi penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkunganhunian, dan kawasan permukiman.
e) Menyusun rencana pembangunan dan pengembangan perumahan
dankawasan permukiman lintas kabupaten/kota.
f) Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum
g) Memfasilitasi penyediaan perumahan dan kawasan permukiman bagi
masyarakat, terutama bagi MBR.
h) Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat provinsi.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota
a) Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat
kabupaten/kota di bidang perumahan dan kawasan permukiman
dengan berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan provinsi. b) Menyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan
dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
c) Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap
pelaksanaan kebijakan kabupaten/kota dalam penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.
d) Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan
peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
e) Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota.
f) Melaksanakan melaksanakan peraturan perundang-undangan serta
kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
g) Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman.
h) Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan
nasional.
i) Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum
perumahan dan kawasan permukiman.
j) Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di
k) Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.
B. Wewenang
1. Pemerintah Pusat
a) Menyusun dan menetapkan norma, standar, pedoman, dan criteria
rumah, perumahan, permukiman, dan lingkungan hunian yang layak, sehat, dan aman.
b) Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan
permukiman.
c) Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundangundangan
bidang perumahan dan kawasan permukiman.
d) Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat nasional.
e) Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan
peraturan perundang-undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman.
f) Mengevalusi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan
strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat nasional.
g) Mengendalikan pelaksanaan kebijakan dan strategi di bidang
perumahan dan kawasan permukiman.
h) Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh.
i) Menetapkan kebijakan dan strategi nasional dalam penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman.
j) Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum
perumahan dan kawasan permukiman.
2. Pemerintah Provinsi
a) Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat provinsi.
bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi. c) Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
d) Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan
peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
e) Mengevaluasi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan
strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada
tingkat provinsi.
f) Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh pada tingkat provinsi.
g) Mengoordinasikan pencadangan atau penyediaan tanah untuk
pembangunan perumahan dan permukiman bagi MBR pada tingkat provinsi.
h) Menetapkan Kebijakan dan Strategi daerah dalam penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota
a) Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
b) Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan
bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
c) Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
d) Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan
perundang-undanganserta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
e) Mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan
f) Menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi
MBR pada tingkat kabupaten/kota.
g) Memfasilitasi kerja sama pada tingkat kabupaten/kota antara
pemerintah kabupaten/kota dan badan hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman.
h) Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan
kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.
i) Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.
8.1.1.2. Lingkup Kegiatan
Prioritas pembangunan permukiman di Kabupaten Sinjai adalah:
a. Peningkatan kualitas lingkungan pemukiman kumuh perkotaan tertuju pada Desa/ kelurahan di Kecamatan Sinjai Utara prioritas utama dalam pembangunan strategis kawasan perkotaan di Kabupaten Sinjai. Peningkatan kualitas permukiman tersebut dilakukan dengan peningkatan infrastruktur permukiman, seperti pembangunan prasarana jaringan jalan lingkungan, peningkatan pelayanan air minum, pembangunan sistem pengelolaan limbah/ sanitasi lingkungan, serta pengelolaan persampahan. Pembangunan dari komponen sektor keciptakaryaan tersebut akan menjadi tolak ukur peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh perkotaan.
b. Pembangunan infrasturktur perdesaan; Program pembangunan infrastruktur perdesaan tahun 2012, 2013, dan 2014 diarahkan kepada desa-desa tertinggal dalam rangka pengentasan kemiskinan dan
8.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan
8.1.2.1 Isu Strategis
Setiap Kabupaten/Kota perlu melakukan identifikasi isu-isu strategis didaerahnya, berikut penjabaran isu-isu strategis pengembangan permukiman di Kabupaten Sinjai yang disajikan pada Tabel 8.1.
Tabel 8.1. Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman
di Kabupaten Sinjai
No Strategis Keterangan
1
Fungsi dan peran PKL Sinjai sebagai tempat pemusatan berbagai aktivitas wilayah, seperti pemusatan permukiman perkotaan, pusat pelayanan kegiatan sosial, ekonomi, budaya, dan pemerintahan, tentunya memerlukan pendekatan pola penanganan yang lebih terpadu, terintegrasi, komprehensif, dan berkelanjutan guna mewadahi aktivitas masyarakat dalam satu tatanan pengaturan pemanfaatan ruang yang harmonis,
nyaman, dan produktif, sehingga dalam mengelola kawasan perkotaan Sinjai ini perlu melibatkan berbagai sektor
pembangunan. Penting bagi kawasan perkotaan ini menjadikan bidang ke-ciptakaryaan sebagai katalisator penciptaan
lingkungan perkotaan yang layak huni.
2
Orientasi kawasan perkotaan pada Kawasan Perkotaan lingkungan yang layak huni. dimana berkembang kelompok di permukiman kumuh yang kondisinya cukup memprihatinkan utamanya dari aspek prasarana dan sarana dasar lingkungan permukiman.
3
Alokasi realisasi program peningkatan kualitas lingkungan permukiman pada Kawasan Perkotaan Sinjai ini belum mampu mengatasi secara signifikan permasalahan-permasalahan di seputar permukiman perkotaan, terutama kawasan permukiman masyarakat berpenghasilan rendah.
4
Kawasan perkotaan Sinjai menjadi pusat distribusi pergerakan lintas provinsi yang tentunya menjadikan kawasan ini sebagai tempat transit bagi pelintas di jalur trans sulawesi bagian Selatan.
Sumber: RTRW Kabupaten Sinjai 2012
8.1.2.2 Kondisi Eksisting
jalan/jembatan desa, ketersediaan air minum dan sanitasi serta fasiilitas umum lainnya.Ditinjau dari tingkat penyediaan PSD masih menunjukkan adanya indikator keterbatasan berkaitan dengan tingkat kebutuhan pelayanan kepada masyarakat terutama di daerah pedesaan
Program/kegiatan pembangunan permukiman berdasarkan tingkat permasalahan sosial ekonomi masayarakat baik perkotaan maupun di pedesan
seperti peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan/ nelayan, pembangunan infrastruktur pedesaan, yang lebih baik diperioritaskan pada desa –
desa tertinggal dan pengembangan wilayah kecamatan terisolir.
Tabel 8.2. PERDA yang terkait Pengembangan Permukiman di Kabupaten Sinjai
No PERDA
1 Perda Kabupaten Sinjai tentang Rencana Program Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Sinjai
2 Perda Kabupaten Sinjai tentang Rencana Program Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Sinjai;
3 Perda Kabupaten Sinjai tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sinjai Tahun 2012 - 2032;
Sumber: BappedaKabupatenSinjai 2014
Tabel 8.3. Kawasan Kumuh di PerkotaanSinjai
No Kec Kel/Desa Dusun/RT/RW Luas (Ha)
1
Sinjai Utara
Kel Balangnipa Lingk Balangnipa 8,024
2 Kel Balangnipa Lingk Balangnipa 2,333
3 Kel Biringere Lingk Biringere 4,719
4 Kel Bongki Lingk Bongki 0,917
5 Kel Bongki Lingk Bongki 1,661
6 Kel Lappa Lingk Lappa 22,976
7 Kel Lappa Lingk Lappa 21,892
8 Kel Lappa Lingk Lerea rea 4,562
TOTAL 67,084
8.1.2.3 Permasalahan
Masalah permukiman dapat dilihat pada dinamika perkembangan kota dan wilayah, serta konflik di dalam kehidupan bermasyarakat. Permasalahan pembangunan permukiman di Kabupaten Sinjai adalah:
1. Masih Luasnya Kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni sehingga dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan dan pelayanan
infrastruktur yang masih terbatas.
2. Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal, pulau
kecil,daerah terpencil, dan kawasan perbatasan.
3. Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial.
4. Aspek kelembagaan, aspek pendanaan dan aspek peran serta masyarakat.
8.1.2.4 Tantangan
Secara umum yang menjadi tantangan pembangunan dan pengembangan permukiman di Kabupaten Sinjai dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Kelembagaan daerah yang menangani bidang kecipta-karyaan masih lemah
dalam penyelenggaraan pembangunan dan pengembangan permukiman. 2. Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat.
3. Pelaksanaan pembangunan bidang perumahan/ permukiman belum optimal,
hal ini dipengaruhi oleh faktor ketersediaan sumberdaya manusia, organisasi, ketatalaksanaan, serta dukungan prasarana dan sarana dasar.
4. Aspek pembiayaan pembangunan perumahan dan permukiman, dalam hal ini
mengintensifkan pembiayaan melalui sumber-sumber pembiayaan dari pihak swasta dan swadaya masyarakat, tentunya didukung oleh APBD Kabupaten, APBD Provinsi, APBN.
5. Perhatian Pemerintah Daerah terhadap pembangunan bidang Cipta Karya
6. Aspek peran serta masyarakat, lemahnya kesadaran masyarakat tentang
pentingnya partisipasi sebagai pendampingan dalam pengembangan permukiman baik secara individual maupun organisasi masyarakat yang ada. 7. Penguatan Sinergi RP2KP dalam penyusunan RPI2JM Kabupaten
8.1.3 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman
Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan permukiman di Kabupaten Sinjai, yaitu dari aspek kelembagaan, aspek pendanaan dan aspek peran serta masyarakat, maka sehubungan dengan hal tersebut ada beberapa alternatif pemecahan masalah yang direkomendasikan sebagai berikut:
1. Kelembagaan yang menangani bidang kecipta-karyaan khususnya
pengembangan permukiman yang didukung dengan uraian tugas dan fungsi (tupoksi) yang jelas serta penempatan tenaga pelaksana sesuai dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja yang dimiliki.
2. Adanya pengorganisasian pendanaan dari berbagai sumber (APBD
Kabupaten, APBD Provinsi, APBN dan Swadaya) yang pelaksanaannya oleh Satker berada dalam SKPD.
3. Peningkatan peran serta masyarakat dalam menangani program/ kegiatan
pengembangan permukiman baik individu maupun organisasi masyarakat. 4. Optimalisasi peningkatan peran serta swasta dalam penyelenggaraan
pembangunan sektor perumahan dan permukiman.
8.1.4 Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman
8.1.4.1 Program Kerja
1. Pembinaan Pengembangan Permukiman
a. Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur
Perkotaan (SPPIP)
b. Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas
2. Infrastruktur Kawasan Pemukiman Perkotaan
a. Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Kumuh b. Peningkatan Infrastruktur Kawasan RSH
3. Rusunawa Beserta Infrstuktur Pendukungnya 4. Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan
a. Pembangunan/Peningkatan Kawasan Permukiman Perdesaan
Potensial
b. Infrastruktur Kawasan Permukiman Rawan Bencana
c. Infrastruktur Kawasan Pemukiman di Perbatasan dan Pulau terluar 5. Pemberdayaan Masyarakat (PPIP, PISEW, dan RIS PNPM).
8.1.4.2 Kesiapan (Readiness Criteria)
Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiridari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut :
1. Umum
Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.
Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.
Kesiapan lahan (sudah tersedia).
Sudah tersedia DED.
Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (SPPIP, RPKPP, Masterplan Kws. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)
Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi.
Ada unit pelaksana kegiatan.
Ada lembaga pengelola pasca konstruksi.
2. Khusus
a) Rusunawa
Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh
Kesanggupan Pemda untuk menyediakan Sambungan Listrik, Air Bersih, dan PSD lainnya
Ada calon penghuni b) PNPM Perkotaan
Lokasi adalah kelurahan perkotaan mengacu data PODES 2008 dan sudah ditetapkan oleh Menko Kesra
Kel. perkotaan dengan penduduk miskin ≥ 10%
Dipilih kelurahan yang belum mendapatkan 3 kali putaran BLM dan
yang sudah, tetapi jumlah KK miskin ≥ 25% Kab/Kota menyediakan:
o DDUB sebesar 20 – 30%
o BOP minimal 5% dari pagu BLM kab/kota
Provinsi menyediakan BOP 1% dari Pagu BLM Provinsi c) RIS PNPM
Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.
Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya.
Tingkat kemiskinan desa >25%.
Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP minimal 5% dari BLM.
d) PPIP
Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI
Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani program Cipta Karya lainnya
Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik
Tingkat kemiskinan desa >25%
8.1.5 Usulan Program dan Kegiatan
kumuh perkotaan di Kecamatan Sinjai Utara sebagai prioritas utama dalam pembangunan strategis kawasan perkotaan di Kabupaten Sinjai. Peningkatan kualitas permukiman tersebut dilakukan dengan peningkatan infrastruktur permukiman, seperti pembangunan prasarana jaringan jalan lingkungan, peningkatan pelayanan air minum, pembangunan sistem pengelolaan limbah/ sanitasi lingkungan, serta pengelolaan persampahan. Pembangunan dari
komponen sektor keciptakaryaan tersebut akan menjadi tolak ukur peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh perkotaan. Berikut Uraian Rencana
Kegiatan Prioritas Keciptakaryaan sektor Pengembangan Permukiman di Kabupaten Sinjai yang diperlihatkan pada Tabel 8.4.
Tabel 8.4.Usulan Prioritas Pembangunan Infrastruktur Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman Kabupaten Sinjai 2016-2020
NO OUTPUT / SUB OUTPUT DETAIL LOKASI ANGGARAN TAHUN
1 2 3 4
LAPORAN PEMBINAAN PENGEMBANGAN
PERMUKIMAN
1.a. STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP)
1.b. RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN
PERKOTAAN DAN PERDESAAN (RPKPP)
2 INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN
PERKOTAAN
2.a. INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN
KUMUH
Pembangunan Permukiman Nelayan Lappa Lappa Kec Sinjai Utara 2016 Dukungan PSD Kawasan Kumuh Sanjai dan Bua
Kecamatan Sinjai Timur
Sanjai dan Bua Kecamatan Sinjai Timur
2016
Pembangunan/Peningkatan Jalan akses Kawasan
Sinjai Tengah Sinjai Tengah
2016
Pembangunan Permukiman/Perumahan Nelayan Desa Kassimarannu dan Desa Tongke-tongke Kec Sinjai Timur
Desa Kassimarannu dan Desa Tongke-tongke Kec Sinjai Timur
2017
Dukungan PSD Kawasan Kumuh Bongki dan Biringere Kec. Sinjai Utara
Bongki dan Biringere Kec. Sinjai Utara
Penataan/peningkatan Infrastruktur Permukiman
Kawasan Kumuh Kota Sinjai Kec Sinjai Utara Sinjai Utara
2018
2.b. INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN RSH YANG
MENINGKAT KUALITASNYA
3 RUSUNAWA BESERTA INFRASTRUKTUR
PENDUKUNGNYA
4 INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN
PERDESAAN
4.a. INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN PERDESAAN POTENSIAL YANG MENINGKAT KUALITASNYA
Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Kec.
Tellulimpoe Kec. Tellulimpoe
2016
Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan
Passahakue Kec. Sinjai Timur Passahakue Kec. Sinjai Timur
2016
Peningkatan Jalan rabat beton Desa Tellulimpoe , Sautengah, Kalobba, Samaturue Kec. Tellulimpoe
Desa Tellulimpoe , sautengah, Kalobba, Samaturue Kec. Tellulimpoe
2016
Pembangunan/peningkatan Jalan/talud kawasan
Sinjai Barat Sinjai Barat
2016
Infrastruktur Pendukung Kegiatan Ekonomi dan
Sosial (RISE) kawasan Sinjai Selatan/Tellulimpoe Sinjai Selatan/Tellulimpoe
2016
Pembangunan Jalan Rabat Beton Desa Bua Kec
Tellulimpoe Desa Bua Kec Tellulimpoe
2016
Pembangunan Jalan Rabat Beton Desa Era Baru
Kec Tellulimpoe Desa Era Baru Kec Tellulimpoe
2016
Pembangunan Jalan Rabat Beton Desa Massaile Kec
Tellulimpoe Desa Massaile Kec Tellulimpoe
2016
Pembangunan Jalan Rabat Beton Desa Sangiaseri Desa Sangiaseri 2016
Pembangunan Perkerasan Jalan Sirtu Desa Kalobba
Kec Tellulimpoe Desa Kalobba Kec Tellulimpoe
2016
Pembangunan Perkerasan Jalan Sirtu Desa Samaturue Kec Tellulimpoe
Desa Samaturue Kec Tellulimpoe
2016
Pembangunan Rabat Beton Desa Balakia Sinjai Barat Desa Balakia Sinjai Barat 2016
Pembangunan Rabat Beton Desa Bulutellue Kec
Bulupoddo Desa Bulutellue Kec Bulupoddo
2016
Pembangunan Rabat Beton Desa Gunung Perak Kec Sinjai Barat
Desa Gunung Perak Kec Sinjai Barat
2016
Pembangunan Rabat Beton Desa Kassi Buleng Sinjai Borong
Desa Kassi Buleng Sinjai Borong
2016
Pembangunan Rabat Beton Desa Pasimarannu Desa Pasimarannu 2016
Pembangunan Rabat Beton Desa Sangiasseri Kec Sinjai Selatan
Desa Sangiasseri Kec Sinjai Selatan
Pembangunan Rabat Beton Desa Tassililu Desa Tassililu 2016
Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman
Perdesaan Kec. Tellulimpoe Kec. Tellulimpoe
2017
Peningkatan Jalan (Saotengah, Kalobba, Samaturue, Mannanti) Kec Tellulimpoe
(Saotengah, Kalobba, Samaturue, Mannanti) Kec Tellulimpoe
2017
Pembangunan Perkerasan Jalan Sirtu Desa Samaturue Kec. Tellulimpoe
Desa Samaturue Kec. Tellulimpoe
2017
Pembangunan Perkerasan Jalan Sirtu Desa Kalobba
Kec. Tellulimpoe Desa Kalobba Kec. Tellulimpoe
2017
Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan
Passahakue Kec. Sinjai Timur Passahakue Kec. Sinjai Timur
2017
Infrastruktur Pendukung Kegiatan Ekonomi dan Sosial (RISE) kawasan Sinjai Selatan/Tellulimpoe
kawasan Sinjai Selatan/Tellulimpoe
2017
Pembangunan Jalan Rabat Beton Sangiaseri Kec.
Sinjai Selatan Sangiaseri Kec. Sinjai Selatan
2017
Pembangunan Rabat Beton Desa Alenangka Kec Sinjai Selatan
Desa Alenangka Kec Sinjai Selatan
2017
Pembangunan Rabat Beton Desa Baranian Desa Baranian 2017
Pembangunan Rabat Beton Desa Duampanuae Kec Bulupoddo
Desa Duampanuae Kec Bulupoddo
2017
Pembangunan Rabat Beton Desa Kampala Kec Sinjai
Timur Desa Kampala Kec Sinjai Timur
2017
Pembangunan Rabat Beton Desa Lasiai Kec Sinjai
Timur Desa Lasiai Kec Sinjai Timur
2017
Pembangunan Rabat Beton Desa Massaile Kec
Tellulimpoe Desa Massaile Kec Tellulimpoe
2017
Pembangunan Rabat Beton Desa Panaikang Kec Sinjai Timur
Desa Panaikang Kec Sinjai Timur
2017
Pembangunan Rabat Beton Desa Samaturue Kec Tellulimpoe
Desa Samaturue Kec Tellulimpoe
2017
Pembangunan/peningkatan infrastruktur kawasan permukiman perdesaan desa Saotengah Kec Tellulimpoe
Desa Saotengah Kec Tellulimpoe
2017
Penataan Kawasan Nelayan Kelurahan Lappa Kec. Sinjai Utara
Kelurahan Lappa Kec. Sinjai Utara
2017
Pembangunan Jalan Lingkungan Cempae Desa Tongke-Tongke Kecamatan Sinjai Timur
Cempae Desa Tongke-Tongke Kecamatan Sinjai Timur
2018
Pembangunan Rabat Beton Desa Arabika Sinjai
Barat Desa Arabika Sinjai Barat
2018
Pembangunan Rabat Beton Desa Aska Sinjai Selatan Desa Aska Sinjai Selatan 2018
Pembangunan Rabat Beton Desa Biroro Kec Sinjai
Timur Desa Biroro Kec Sinjai Timur
2018
Pembangunan Rabat Beton Desa Bontolempangeng Sinjai Barat
Desa Bontolempangeng Sinjai Barat
2018
Pembangunan Rabat Beton Desa BontoTengnga Kec Sinjai Borong
Desa BontoTengnga Kec Sinjai Borong
2018
Sinjai Selatan Selatan
Pembangunan Rabat Beton Desa Gareccing Kec Sinjai Selatan
Desa Gareccing Kec Sinjai Selatan
2018
Pembangunan Rabat Beton Desa Mannanti Kec
Tellulimpoe Desa Mannanti Kec Tellulimpoe
2018
Pembangunan Rabat Beton Desa Pasir Putih Sinjai
Borong Desa Pasir Putih Sinjai Borong
2018
Infrastruktur Pendukung Kegiatan Ekonomi dan
Sosial (RISE) kawasan Sinjai Selatan Sinjai Selatan
2018
Infrastruktur Pendukung Kegiatan Ekonomi dan
Sosial (RISE) kawasan Tellulimpoe Tellulimpoe
2018
Pembangunan/peningkatan infrastruktur kawasan
permukiman perdesaan Sinjai Timur Sinjai Timur
2019
Pembangunan Rabat Beton Desa Alewanuae Kec Sinjai Timur
Desa Alewanuae Kec Sinjai Timur
2019
Pembangunan Rabat Beton Desa Gantarang Kec Sinjai Tengah
Desa Gantarang Kec Sinjai Tengah
2019
Pembangunan Rabat Beton Desa Lamattri rilau Desa Lamattri rilau 2019
Pembangunan Rabat Beton Desa Pulau Buhung Pitue Kec Pulau Sembilan
Desa Pulau Buhung Pitue Kec Pulau Sembilan
2019
Pembangunan Rabat Beton Desa Pulau Harapan Kec Pulau Sembilan
Desa Pulau Harapan Kec Pulau Sembilan
2019
Pembangunan Rabat Beton Desa Salohe Kec Sinjai
Timur Desa Salohe Kec Sinjai Timur
2019
Pembangunan Rabat Beton Desa Samataring Kec Sinjai Timur
Desa Samataring Kec Sinjai Timur
2019
Pembangunan Rabat Beton Desa Pulau Persatuan Kecamatan Pulau Sembilan (PPIP) permukiman perdesaan desa Saotengah Kec Tellulimpoe
4.b. INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN
RAWAN BENCANA
Talud penahan tanah, Kecamatan Sinjai Barat Kecamatan Sinjai Barat 2016 Talud penahan tanah, Kecamatan Sinjai Tengah Kecamatan Sinjai Tengah 2016 Talud penahan tanah, Kecamatan Sinjai Borong Kecamatan Sinjai Borong 2016
4.c. INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN DI
PERBATASAN DAN PULAU KECIL TERLUAR
8.2 PENATAAN BANGUNAN & LINGKUNGAN
8.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan Kabupaten Sinjai yaitu :
1. Bantuan teknis penyusunan pedoman pembangunan gedung dan lingkungan. 2. Penguatan kelembagaan pemerintah daerah dan masyarakat
3. Penyusunan NPSM sebagai tindak lanjut UU No. 28/2002 dan PP No. 36/2005
4. Pembinaan penyelenggaraaan bangunan gedung kepada pemangku kepentingan terkait
5. Bantuan teknis pembangunan bangunan gedung dan pelayanan pengelolaan rumah Negara
6. Penataan lingkungan permukiman kumuh, nelayan dan tradisional melelui pemberdayaan masyarakat.
7. Penataan dan revitalisasi bangunan gedung bersejarah dan lingkungannya.
Bidang Tata Bangunan Kabupaten Sinjai mempunyai fungsi :
1. Pelaksanaan kebijakan mengenai penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara beserta lingkungannya mengacu pada norma, standart, prosedur dan kriteria yang ada;
2. Pelaksanaan pembangunan dan pembinaan teknis penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara serta penataan bangunan dan lingkungannya;
3. Pelaksanaan pembinaan teknis penyelenggaraan pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung dan rumah negara beserta lingkungannya; 4. Pelaksanaan pembinaan dan pemberdayaan jasa konstruksi serta
5. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.
Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi:
1. Kegiatan penataan lingkungan permukiman
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);
Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);
Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan
pemukiman kumuh dan nelayan;
Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman
tradisional.
2. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung
Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan
lingkungan;
Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;
Pelatihan teknis.
3. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan
Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;
Paket dan Replikasi
8.2.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan
8.2.2.1 Isu Strategis
1. Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan;
Masalah kemiskinan di Kabupaten Sinjai sudah sangat mendesak untuk ditangani khususnya di Perkotaan. Di mana salah satu ciri umum dari
melalui program P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan) Kabupaten Sinjai.
2. Kebutuhan Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Kumuh;
Permukiman kumuh adalah permukiman yang kualitas lingkungannya sangat tidak layak huni antara lain karena berada pada lahan yang sangat tidak sesuai dengan peruntukan tata ruang, kepadatan dalam luasan
sangat tinggi, kualitas bangunan tidak memadai dan tidak terlayani prasarana lingkungan yang memadai dan membahayakan
keberlangsungan hidup dan penghidupan penghuninya. Upaya penataan kawawan kumuh tidak hanya pada aspek fisik saja tetapi juga melaui Konsep TRIDAYA/bersejarah tersebut.
3. Peningkatan Kualitas Lingkungan Kawasan Tradisional/Bersejarah;
Kawasan tradisional/bersejarah memiliki refleksi nilai budaya yang tinggi. Di sisi lain kawasan disekitarnya seringkali dijumpai tidak tertata dengan baik bahkan mengalami penurunan kualitas lingkungan. Demi menjaga kelestarian nilai budaya dari masyarakat dan meningkatkan kualitas lingkungan dibutuhkan upaya revitaliasasi kawasan tradisional Kabupaten Sinjai.
4. Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara
Merupakan kegiatan berupa pengadaan, pemanfataan dan penghapusan baik fisik maupun administrasi dari Gedung-gedung dan Rumah-rumah negara. Pada pelaksanaan pemerintah pusat mendorong peran pemerintah daerah berkomitmen dalam pengelolaan GRN. Kegitan-kegiatan utama GRN terdiri Kegiatan Pembinaan Teknis dan kegiatan fisik.
Tabel 8.5. Isu Strategis Sektor PBL di Kabupaten Sinjai Tahun 2015
NO KEGIATAN SEKTOR PBL ISU STRATEGIS SEKTOR PBL
KAB SINJAI
1 Penataan Lingkungan Permukiman
a. Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Kumuh
b. Peningkatan Kualitas Lingkungan Kawasan Tradisional/Bersejarah
2 Penyelenggaraan Bangunan Gedung
dan Rumah Negara Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara
3 Pemberdayaan Komunitas dalam
Penanggulangan Kemiskinan Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan
Sumber: RPIJM Kab Sinjai 2013
8.2.2.2 Kondisi Eksisting
Penanganan tata bangunan dan lingkungan di Kabupaten Sinjai dilakukan melalui kebijaksanaan pemberian surat izin mendirikan bangunan (IMB) dan Pelaksanaan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Namun dalam hal ini belum banyak memberi dampak positif terhadap keserasian bangunan dan lingkungan masih bercampur baur kawasan perumahan, perdagangan dan pergudangan di daerah perkotaan, demikian pula dengan tidak tertibnya garis-garis sempadan bangunan menurut peruntukannya serta pemanfaatan ruang yang tidak terkendali baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan terlihat pembangunan dan pemanfaatan lahan dilakukan pada kawasan non budidaya seperti pada kemiringan lahan >40%, dikawasan pantai dan pinggiran sungai sehingga sering terjadi bencana banjir, tanah longsor dan bencana lainnya.
Tabel 8.6. Peraturan Daerah / Peraturan Bupati terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan
Di Kabupaten Sinjai Tahun 2013
No Perda/Peraturan Gubernur/Peraturan Bupati/Peraturan lainnya Ket
No Tahun Tentang
1 Perda Prov Sulsel No 9 2009 Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulsel
Tabel 8.7. Pemberdayaan Komunitas Dalam Penanggulangan Kemiskinan
Di Kabupaten Sinjai Tahun 2014
No Kab/Kota Kegiatan PNPM Mandiri
Ket
1 Kab Sinjai P2KP 6 Kel
8.2.2.3 Permasalahan dan Tantangan
Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa
permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain:
1. Penataan Lingkungan Permukiman
Rendahnya Kualitas lingkungan dikawasan pesisir ,pusat kota,
percampuran fungsi perdagangan dan perumahan.
Masih rendahnya kondisi jalan lingkungan permukiman.
Belum tersedianya system proteksi kebakaran
Sudah tersedia rencana rinci bangunan dan lingkungan (RTBL) pada
sebagian kawasan perkotaan namun belum operasional. 2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta
rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan;
Belum ada regulasi Pengaturan Bangunan;
Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan
Bangunan Gedung
Lingkungan perkantoran/ instansi pemerintah berada pada kawasan yang
bertopografi rendah sehingga cenderung mengalami banjir pada musim
hujan.
sebagian kondisi fisk bangunan Perkantoran sudah tua sehingga perlu di
revitalisasi dan di relokasi.
Kurangnya penyediaan taman kota, ruang publik dan ruang terbuka hijau
Kurangnya penyediaan fasilitas olahraga tingkat kabupaten
4. Kapasitas Kelembagaan Daerah
Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam
pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan;
Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan
gedung dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan.
8.2.3 Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Penataan bangunan dan lingkungan bertujuan untuk menjamin kondisi bangunan (menata dan mengatur) karena akan dijadikan dasar pada masa yang akan datang. Jika ditinjau dari intensitas bangunan yang ada saat ini, maka penataan bangunan belum dilakukan dengan baik. Rencana penataan bangunan dan lingkungan terutama pada daerah yang sudah terbangun harus memperhatikan kelestarian lingkungan. Untuk itu, maka pada beberapa daerah yang peruntukannya sebagai lahan bebas bangunan akan dijadikan sebagai open space untuk memberikan nuansa nuansa lingkungan yang asri.Analisis kebutuhan Program dan Kegiatan untuk sektor PBL oleh Kab/Kota, hendaknya mengacu pada Lingkup Tugas DJCK untuk sektor PBL yang dinyatakan pada Permen PU No. 8 Tahun 2010 yaitu :
1. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman.
a) RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan).
Panduan bangunan Kawasan di Kabupaten Sinjai yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta membuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan,
1) Program Bangunan dan Lingkungan
Pembangunan dan Pengembangan Kawasan di Kota Sinjaiadalah meningkatkan citra kawasan (pusat kota) Sinjai sebagai kawasan berbasiskan pusat pelayanan pemerintahan, pelayanan sosial ekonomi, perdagangan dan jasa yang didukung oleh kegiatan dan permukiman yang serasi, nyaman dan berwawasan lingkungan guna
mendukung terwujudnya kota Sinjai sebagai kawasan strategis pertumbuhan.
2) Konsep Perancangan Struktur Tata Bangunan dan Lingkungan
Konsep utama pengembangan struktur kawasan dari Kawasan Sinjai adalah penataan kembali dari struktur linier dimana semua pergerakan dan fungsi-fungsi kawasan berorientasi pada jalur jalan utamanya menjadi suatu struktur kawasan yang kompak dan diarahkan untuk memiliki nilai-nilai kualitas perancangan kawasan.
3) Konsep Komponen Perancangan Kawasan
Pengembangan kawasan perencanaan sebagai urban epicentrum dipahami sebagai sebuah kawasan yang menjadi titik pusat orientasi Kabupaten Sinjai yang di dalamnya berkembang fungsi-fungsi pelayanan skala regional antara lain pusat pelayanan jasa dan pemerintahan, perdagangan serta pariwisata perkotaan. Karakter kawasan urban epicentrum memperlihatkan ciri-ciri sebuah kawasan yang hidup (liveable dan vibrant) dengan ragam kegiatan di dalamnya yang berlangsung sangat intensif. Pengembangan dan pembangunan kawasan perencanaan harus mampu memadukan unsur-unsur serta
memiliki perbedaan dengan kawasan lainnya di Kota Sinjai, baik secara fisik, visual, lingkungan maupun suasana tempatnya.
4) Blok Pengembangan Kawasan dan Program Penanganannya
Zona pengembangan kawasan di Kota Sinjaidipusatkan pada kawasan di kecamatan Sinjai Utara dan sebagian Kecamatan Sinjai Timur.
5) Rencana Umum Dan Panduan Rancangan Struktur Peruntukan Lahan
Upaya menegaskan Kawasan Sinjai sebagai kawasan urban
epicentrum sekaligus mem-vital-kannya secara optimal dan
efisien, memerlukan suatu upaya untuk menambahkan fungsi-fungsi lainnya yang dapat mendukung fungsi-fungsi dan kegiatan utama pusat kota.
6) Rencana Perpetakan
Rencana perpetakan lahan pada Kawasan perencanaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu perepetakan tanah berupa sistem blok yang terdiri dari gabungan beberapa persil, dan sistem kapling/persil.
7) Rencana Tapak
Rencana tapak pada wilayah perencanaan, secara umum tidak banyak mengalami perubahan, yaitu sebagai kawasan kawasan pusat kota. Namun untuk menunjang peranannya sebagai kawasan pusat kota maka perlu diciptakan suatu karakter khas pada masing-masing blok perencanaan. Hal yang dapat dilakukan adalah:
jaringan jalan (jalan kendaraan atau jalan untuk pedestrian) di
beberapa bagian blok, yang dapat membuka wilayah perencanaan
Membentuk jaringan pedestrian way yang menghubungkan semua
unit perencanaan sehingga tercipta pedestrian freedom.
Mengupayakan agar bantaran bisa menjadi urban green space.
Menetapkan jarak bangungan terhadap jalan sedemikian rupa
sehingga tercipta building alignment yang serasi.
Mengarahkan ketinggian bangunan, sehingga akan menghasilkan
roof-lineyang berirama dan menghasilkan koridor jalan sebagai ruang closure.
Untuk memperkuat „entrance masuk‟ pada kawasan dapat dibuat „Gerbang‟ sebagai focal point untuk kawasan melalui pengarahan
ketinggian bangunan di sisi kiri-kanan jalan, sehingga bisa membentuk image sebagai gerbang, juga dapat dilakukan dengan membuka node yang ada serta menempatkan landmark berupa patung dan sejenisnya pada bundaran jalan (roundabout).
Memberikan link antar bangunan berupa pedestrian shelter/
koridor bagi pejalan kaki, sehingga wilayah perencanaan bisa disebut sebagai kawasan yang pedestrian friendly.
8) Intensitas Pemanfaatan lahan
Konsep pengendalian intensitas kawasan urban epicentrum Sinjai adalah tercapainya pemanfaatan lahan yang lebih merata dan seimbang sesuai dengan tujuan peruntukan kawasan. Intensitas Pemanfaatan Lahan adalah perbandingan jumlah luas seluruh lantai bangunan terhadap luas tanah perpetakan / daerah perencanaan yang
sesuai dengan rencana kota. Intensitas pemanfaatan lahan erat hubungannya dengan konsep peruntukkan lahan, terutama
Koefisien Lantai Bangunan adalah perbandingan jumlah total luas bangunan terhadap luas lantai dasar. Ketinggian bangunan ini perlu diatur agar terjadi keselarasan dan keharmonisan antar bangunan dan lingkungan. Penetapan besar KLB di kawasan perencanaan didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut:
Harga lahan
Ketersediaan dan tingkat pelayanan prasarana (jalan)
Dampak atau kebutuhan terhadap prasarana tambahan
Ekonomi dan pembiayaan
Rencana ketinggian bangunan maksimum yang dapat diterapkan di kawasan perencanaan adalah sebagai berikut :
Di sepanjang jalan arteri diperbolehkan maksimum berkisar
antara 3 – 4 lantai (KLB maks = 4 x KDB) dengan tinggi puncak atap bangunan maksimum 20 meter dari lantai dasar.
Di sepanjang jalan kolektor diperbolehkan maksimum berkisar
antara 2 – 3 lantai (KLB maks = 3 x KDB) dengan tinggi puncak atap bangunan maksimum 16 meter dari lantai dasar.
Di sepanjang jalan lokal diperbolehkan maksimum 2 lantai
(KLB maks = 2 x KDB) dengan tinggi puncak atap bangunan maksimum 12 meter dari lantai dasar.
Koefisien Dasar Bangunan adalah perbandingan antara luas lantai dasar bangunan dan luas total keseluruhan tapak. Dengan menyisakan luasan beberapa meter persegi pada tapak dimaksudkan agar masih terdapat bidang-bidang peresapan air hujan di dalam tapak tersebut.
Tingkat pengisian / peresapan air (water recharge)
Besar pengaliran air
Jenis penggunaan lahan dan Harga lahan
Rencana intensitas pemanfaatan lahan kawasan Sinjai :
Permukiman, terdiri dari perumahan dengan KDB 50 – 60 %
Fasilitas Pendidikan, terdiri dari TK, SD, SLTP, SLTA,
Akademi/PT, dan Pesantren dengan KDB 45 – 50 %.
Fasilitas Kesehatan, terdiri dari rumah sakit bersalin,
puskesmas, apotik, dan balai pengobatan dengan KDB 40 – 50 %.
Fasilitas Peribadatan, terdiri dari masjid, langgar / musholla,
gereja, dan vihara dengan KDB 40 – 50 %.
Fasilitas Pemerintahan dan Pelayanan, terdiri dari kantor
pemerintahan kota, kecamatan, balai desa, dan lain-lain dengan KDB 40 – 50 %.
Fasilitas Perdagangan dan Jasa, terdiri dari pasar,
pertokoan, pasar swalayan, warung/kios, koperasi dengan KDB maksimum 70 % disesuaikan dengan lokasi dan karakteristik kegiatannya.
Fasilitas Rekreasi dan Olah Raga, terdiri dari gedung
gedung pertemuan, penginapan/losmen, hotel, rumah makan, dan sarana rekreasi lainnya dengan KDB 60 – 70 %.
Taman dan Ruang Terbuka Hijau, berupa taman kota, taman
lingkungan, lapangan olah raga dan lahan konservasi dengan KDB 5 – 10 %.
9) Rencana Investasi
Kegiatan pelaksanaan Rencana Tata Bangunan dan lingkungan
Seluruh kegiatan pembangunan harus mengacu kepada panduan
Tata Bangunan dan Lingkungan yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Sinjai.
Pelaksanaan kegiatan oleh masyarakat melalui pembangunan
fisik bangunan di dalam lahan yang dikuasainya, termasuk pembangunan ruang terbuka hijau, ruang terbuka, dan sirkulasi
pejalan kaki dengan tetap mengacu pada syarat dan ketentuan berlaku.
10) Ketentuan Pengendalian Rencana
Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui beberapa
tahapan kegiatan diantaranya; penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disensitif, serta pengenaan sanksi.
Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur
tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan penegendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang.
Izin dalam pemanfaatan ruang sebagaimana yang diatur dalam
undang-undang penataan ruang diatur oleh pemerintah Kabupaten Sinjai berdasarkan kewenangan dan ketentuan yang berlaku. Disamping itu dalam hal perizinan pemerintah dapat membatalkan izin apabila melanggar ketentuan yang berlaku.
Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui prosedur yang
benar tetapi kemudian terbukti tidak sesuai dengan rencana tata
ruang wilayah, dibatalkan oleh pemerintah daerah Kabupaten Sinjai sesuai dengan kewenangannya.
Perizinan pemanfaatan ruang dimaksudkan sebagai upaya
penertiban pemanfaatan ruang sehingga setiap pemanfaatan ruang harus dilakukan sesuai rencana tata ruang.
Izin pemanfaatan ruang diatur dan ditertibkan oleh pemerintah
masing-masing. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, baik yang dilengkapi dengan izin maupun yang tidak memiliki izin, dikenai sanksi administratif, sanksi pidana penjara, dan/atau sanksi pidana denda.
Pemberian insentif dimaksudkan sebagai upaya untuk
memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan
dengan rencana tata ruang, baik yang dilakukan oleh masyarakat maupun oleh pemerintah daerah. Bentuk insentif tersebut, antara
lain dapat berupa keringanan pajak, pembangunan prasarana dan sarana (infrastruktur), pemberian kompensasi, kemudahan prosedur perizinan, dan pemberian penghargaan.
Disisentif dimaksudkan sebagai perangkat untuk mencegah,
membatasi pertumbuhan, dan/atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang, yang antara lain dapat berupa pengenaan pajak yang tinggi, pembatasan, penyediaan prasarana dan sarana, serta pengenaan kompensasi dan penalti.
Pemberian insentif dan disisentif dalam pengendalian
pemanfaatan ruang dilakukan supaya pemanfaatan ruang yang dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang yang sudah di tetapkan.
Insentif merupakan perangkat atau upaya untuk memberikan
imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata tuang, berupa :
o keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa ruang, dan urun saham;
Disinsetif merupakan perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang, berupa :
o pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang; dan/atau
o pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, dan penalti;
o Insentif dan disisentif dalam penataan bangunan dan lingkungan diberikan dengan tetap menghormati hak masyarakat.
11) Pedoman Pengendalian Pelaksanaan Pengelola Kawasan
Guna tercapainya keberhasilan operasionalisasi RTBL, dilaksanakan melalui pemasyarakatan secara menyeluruh, yaitu :
o Pemasyarakatan bagi keseluruhan dinas-dinas sektoral maupun instansi vertikal.
o Pemasyarakatan kepada masyarakat luas melalui pemerintah kabupaten dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Peran serta masyarakat dapat berbentuk:
Bantuan pemikiran atau pertimbangan berkenaan dengan wujud
struktural dan pola pemanfaatan ruang kawasan perkotaan.
Penyelenggaraan kegiatan pembangunan berdasarkan RTBL;
Konsolidasi pemanfaatan tanah, air, udara, dan sumberdaya
alam lainnya untuk tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas;
Perubahan atau konversi pemanfaatan ruang sesuai dengan
RTBL;
Pemberian masukan untuk penetapan lokasi pemanfaatan
Peran Pemerintah Daerah (di bawah koordinasi Bappeda) dalam memasyarakatkan RTBL mempunyai pengaruh besar, yang akan menentukan tingkat keberhasilan pelaksanaannya.
12) Program Pengendalian Pelaksanaan
Program-program yang menjadi prioritas utama sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 43 direkomendasikan berdasarkan
kebutuhan dari stakeholder kabupaten dan berawal dari permasalahan utama kawasan yang membutuhkan solusi yang
tepat dan inovatif.
Pelaksanaan RTBL kawasan Sinjai dapat dikendalikan dari
kesesuaian dengan arahan kebijakan tata ruang yang lebih makro, ketepatan sasaran program, adanya dukungan legal, serta adanya
“good governance”.
b) RISPK ( Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran )
RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran seperti yang dinyatakan dalam Permen PU No. 26 tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, bahwa Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan adalah sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran.
Penyelenggaraan sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan
RISPK terdiri dari Rencana Sistem Pencegahan Kebakaran dan Rencana Sistem Penanggulangan Kebakaran di Kabupaten/Kota untuk kurun waktu 10 tahun. RISPK memuat rencana kegiatan pencegahan kebakaran yang terdiri dari kegiatan inspeksi terhadap ancaman bahaya kebakaran pada kota, lingkungan bangunan dan bangunan gedung, serta kegiatan edukasi pencegahan kebakaran kepada masyarakat dan kegiatan penegakan
Norma, Standar, Pedoman dan Manual (NSPM). RISPK juga memuat rencana tentang penanggulangan kebakaran yang terdiri dari rencana
kegiatan pemadaman kebakaran serta penyelamatan jiwa dan harta benda.
2. Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/Bersejarah
Kawasan tradisional/bersejarah memiliki refleksi nilai budaya yang tinggi. Di sisi lain kawasan disekitarnya seringkali dijumpai tidak tertata dengan baik bahkan mengalami penurunan kualitas lingkungan. Demi menjaga kelestarian nilai budaya dari masyarakat dan meningkatkan kualitas lingkungan dibutuhkan upaya revitaliasasi kawasan tradisional.Beberapa kawasan yang perlu segera dilakukan penataan, antara lain:
a) Dukungan PSD Penataan dan Revitalisasi Kawasan Budaya
b) Kws Permukiman Tradisional dan Bersejarah yang Meningkat Kualitasnya.
c) Penyusunan desain revitalisasi Kawasan Tradisional
3. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
a) Lingkungan perkantoran/ instansi pemerintah berada pada kawasan yang
bertopografi rendah sehingga cenderung mengalami banjir pada musim hujan, dan sebagian kondisi fisk bangunan sebagian sudah tua sehingga
perlu relokasi sedangkan di daerah perdesaan cukup baik.
b) Pelaksanaan kebijakan mengenai penyelenggaraan bangunan gedung dan
pembinaan teknis penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara serta penataan bangunan dan lingkungannya; Pelaksanaan pembinaan teknis penyelenggaraan pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung dan rumah negara beserta lingkungannya; Pelaksanaan pembinaan dan pemberdayaan jasa konstruksi serta pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara;
4. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) merupakan
program pemerintah yang secara substansi berupaya dalam penanggulangan kemiskinan melalui konsep memberdayakan masyarakat dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk Pemerintah Daerah dan kelompok peduli setempat, sehingga dapat terbangun "gerakan kemandirian penanggulangan kemiskinan dan pembangunan berkelanjutan", yang bertumpu pada nilai-nilai luhur dan prinsip-prinsip universal. [Dikutip dari : Buku Pedoman Umum P2KP-3, Edisi Oktober 2005]
Permasalahan kemiskinan di Kabupaten Sinjai sudah sangat mendesak untuk ditangani. Khususnya di wilayah perkotaan, salah satu ciri umum dari kondisi fisik masyarakat miskin adalah tidak memiliki akses ke prasarana dan sarana dasar lingkungan yang memadai, dengan kualitas perumahan dan permukiman yang jauh dibawah standar kelayakan, serta mata pencaharian yang tidak menentu.
Disadari bahwa selama ini banyak pihak lebih melihat persoalan kemiskinan hanya pada tataran gejala-gejala yang tampak terlihat dari luar atau di tataran permukaan saja, yang mencakup multidimensi, baik dimensi politik, sosial,
a) Dimensi Politik, sering muncul dalam bentuk tidak dimilikinya wadah organisasi yang mampu memperjuangkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat miskin, sehingga mereka benar-benar tersingkir dari proses pengambilan keputusan penting yang menyangkut diri mereka. Akibatnya, mereka juga tidak memiliki akses yang memadai ke berbagai sumber daya kunci yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan hidup mereka secara
layak, termasuk akses informasi;
b) Dimensi Sosial, sering muncul dalam bentuk tidak terintegrasikannya
warga miskin ke dalam institusi sosial yang ada,terinternalisasikannya budaya kemiskinan yang merusak kualitas manusia dan etos kerja mereka, serta pudarnya nilai-nilai kapital sosial;
c) Dimensi Lingkungan sering muncul dalam bentuk sikap, perilaku,
dan cara pandang yang tidak berorientasi pada pembangunan berkelanjutan sehingga cenderung memutuskan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang kurang menjaga kelestarian dan perlindungan lingkungan serta permukiman;
d) Dimensi Ekonomi, muncul dalam bentuk rendahnya penghasilan
sehingga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sampai batas yang layak; dan
e) Dimensi Aset, ditandai dengan rendahnya kepemilikan masyarakat
miskin ke berbagai hal yang mampu menjadi modal hidup mereka, termasuk aset kualitas sumberdaya manusia (human capital), peralatan kerja, modal dana, hunian atau perumahan, dan sebagainya.
Karakteristik kemiskinan seperti tersebut di atas dan krisis ekonomi yang
terjadi telah menyadarkan semua pihak bahwa pendekatan dan cara yang dipilih dalam penanggulangan kemiskinan selama ini perlu diperbaiki, yaitu ke
mereka dan mampu mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kebijakan publik di tingkat lokal, baik aspek sosial, ekonomi maupun lingkungan, termasuk perumahan dan permukiman.
Penguatan kelembagaan masyarakat yang dimaksud terutama juga dititikberatkan pada upaya penguatan perannya sebagai motor penggerak
dalam „melembagakan' dan „membudayakan' kembali nilai-nilai kemanusiaan serta kemasyarakatan (nilai dan prinsip-prinsip di P2KP), sebagai nilai-nilai utama yang melandasi aktivitas penanggulangan kemiskinan oleh
masyarakat setempat. Melalui kelembagaan masyarakat tersebut diharapkan tidak ada lagi kelompok masyarakat yang masih terjebak pada lingkaran kemiskinan, yang pada gilirannya antara lain diharapkan juga dapat tercipta lingkungan kota dengan perumahan yang lebih layak huni di dalam permukiman yang lebih responsif, dan dengan sistem sosial masyarakat yang lebih mandiri melaksanakan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.
Kepada kelembagaan masyarakat tersebut yang dibangun oleh dan untuk masyarakat, selanjutnya dipercaya mengelola dana abadi P2KP secara partisipatif, transparan, dan akuntabel. Dana tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membiayai kegiatan-kegiatan penanggulangan kemiskinan, yang diputuskan oleh masyarakat sendiri melalui rembug warga, baik dalam bentuk pinjaman bergulir maupun dana waqaf bagi stimulan atas keswadayaan masyarakat untuk kegiatan yang bermanfaat langsung bagi masyarakat, misalnya perbaikan prasarana serta sarana dasar perumahan dan permukiman.
Model tersebut diharapkan mampu memberikan kontribusi untuk penyelesaian
aspirasinya dalam proses pengambilan keputusan. Untuk mewujudkan hal-hal tersebut, maka dilakukan proses pemberdayaan masyarakat, yakni dengan kegiatan pendampingan intensif di tiap kelurahan sasaran.
Melalui pendekatan kelembagaan masyarakat dan penyediaan dana bantuan langsung ke masyarakat kelurahan sasaran, P2KP cukup mampu mendorong dan memperkuat partisipasi serta kepedulian masyarakat setempat secara
terorganisasi dalam penanggulangan kemiskinan. Artinya, Program penanggulangan kemiskinan berpotensial sebagai “gerakan masyarakat”,
yakni; dari, oleh dan untuk masyarakat.
8.2.4 Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan PBL
Untuk mencapai sasaran yang ingin dicapai dalam penataan bangunan dan lingkungan, beberapa program penataan bangunan dan lingkungan yang diusulkan, antara lain:
1. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman;
a) Sarana dan Prasarana Revitalisasi Kawasan
b) Sarana dan Prasarana Penanggulangan Bahaya Kebakaran c) Sarana dan Prasarana Penataan Ruang Terbuka Hijau ( RTH )
d) Sarana dan Prasarana Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/ Bersejarah
e) Pembangunan Fisik PSD Revitalisasi
2. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara a) Penyusunan Ranperda Bangunan Gedung
b) Penyusunan RTBL
c) Kelengkapan Aksesibilitas Bangunan Gedung
3. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan. a) P2KP
8.2.5 Usulan Program dan Kegiatan
Uraian Rencana Kegiatan Prioritas Keciptakaryaan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Sinjai diperlihatkan pada Tabel 8.8.
Tabel 8.8.Usulan Prioritas Pembangunan Infrastruktur Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Sinjai 2016-2020
NO OUTPUT / SUB OUTPUT DETAIL LOKASI ANGGARAN TAHUN
1 2 3 4
1 LAPORAN PEMBINAAN PELAKSANAAN PBL , PENGELOLAAN
GEDUNG DAN RUMAH NEGARA
1a Draft NSPK daerah Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan
1b Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan ( RTBL )
Penyusunan RTBL Kawasan Wisata Air Panas Desa Bongki Lengkese 2016
Penyusunan RTBL Kawasan Wisata Air Panas Desa Kaloling Kec
Tellulimpoe 2017
Penyusunan RTBL Kawasan Pesisir Nelayan Babana Desa Tongke-Tongke Kec. Sinjai Timur 2018
Penyusunan RTBL Kawasan Pesisir Nelayan Kelurahan Lappa Kec.
Sinjai Utara 2018
Penyusunan RTBL Kawasan Pantai Karampuang Desa Pattongko
Kec Sinjai Tengah 2018
Penyusunan RTBL Kawasan Kepulauan Kec. Pulau Sembilan 2019
RTBL Kawasan Rumah Adat Karampuang Kec. Bulupoddo 2020
RTBL Kawasan Wisata Pantai Ujung Kupang Kec. Sinjai Timur 2020
1c LAPORAN PEMBINAAN PELAKSANAAN PBL, PENGELOLAAN
GEDUNG DAN RUMAH NEGARA
2 LAPORAN PENGAWASAN PELAKSANAAN PBL , PENGELOLAAN GEDUNG DAN RUMAH NEGARA
3 BANGUNAN GEDUNG DAN FASILITASNYA
3a Aksesibilitas Bangunan Gedung dan Lingkungan
4 SARANA DAN PRASARANA LINGKUNGAN PERMUKIMAN
4a Sarana dan Prasarana Revitalisasi Kawasan
- Penataan Kawasan Perumahan Nelayan Babana Desa Tongke-Tongke, Sinjai Timur Sinjai Timur 2019
4b Sarana dan Prasarana Penanggulangan Bahaya Kebakaran
- Pembangunan Sarana Prasarana Penanggulangan Bahaya Kebakaran Kota Sinjai 2016
4c Sarana dan Prasarana Penataan Ruang Terbuka Hijau ( RTH )
- Penyusunan Rencana penataan RTH kawasan kota Sinjai Kec
Sinjai Utara Sinjai Utara 2016
- Penataan RTH Kelurahan Balangnipa, Sinjai Utara Sinjai Utara 2019
4d Sarana dan Prasarana Penataan Lingkungan Permukiman
Tradisional/ Bersejarah
Revitalisasi Kawasan Taman Purbakala Batu Pake (Gojeng) Sinjai Utara Sinjai Utara 2016
Revitalisasi Kawasan Benteng Balangnipa Kec Sinjai Utara Sinjai Utara 2016
Penataan Lingkungan Taman Rumah Adat Karampuang Kec Bulupoddo Bulupoddo 2016
Revitalisasi Kawasan Taman Purbakala Batu Pake (Gojeng) Sinjai
Utara Sinjai Utara 2017
Pembangunan Pintu Gerbang masuk dan Pagar kawasan Situs Batu pelantikan Raja di Palla 2017
4e KESWADAYAAN MASYARAKAT
5 KAWASAN STRATEGIS YANG TERTATA DAN DI REVITALISASI
Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi kawasan kota Sinjai Kec
Sinjai Utara Sinjai Utara 2016
Sumber : Usulan Prioritas Keg Keciptakaryaan Sektor Penataan Bangunan & Lingkungan Kab Sinjai T.A 2016-2020
8.3 SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
8.3.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
8.3.1.1 Arahan Kebijakan
Penyelenggaraan Pengembangan SPAM adalah Kegiatan merencanakan
menjadi dasar dalam pengembangan systempenyediaan air minum (SPAM) antara lain:
1. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
Pada pasal 40 mengamanatan bahwa pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum rumah tangga dilakukan dengan pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM). Untuk pengembangan sistem penyediaan air minum
menjadi tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
2. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Program Jangka
Panjang (RPJP) Tahun 2005-2025.
Perundangan ini mengamanatkan bahwa kondisi sarana dan prasarana masihrendah aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan.
3. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan SistemPenyediaan Air Minum
Bahwa Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun,memperluas dan/atau meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non fisik(kelembagaan, manajemen, keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalamkesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepadamasyarakat menuju keadaan yang lebih baik. Peraturan tersebut jugamenyebutkan asas penyelenggaraan pengembangan SPAM, yaitu asaskelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keberlanjutan, keadilan, kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas.
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2006 tentang KebijakandanStrategi pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
dan non fisikdalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepadamasyarakat menuju keadaan yang lebih baik dan sejahtera.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang
Peraturan ini menjelaskan bahwa tersedianya akses air minum yang aman melalui Sistem Penyediaan Air Minum dengan jaringan perpipaan dan bukan
jaringan perpipaan terlindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/hari.
Kebijakan mengenai pengembangan air minum dalam kurun waktu 5 tahun kedepan di Kabupaten Sinjai dibagi atas 3 bagian yaitu :
1. Pengembangan dan peningkatan Air Minum Ibu Kota Kabupaten (Kota Sinjai) dalam rangka peningkatan pelayanan meliputi peningkatan kelembagaan, penambahan air baku, perbaikan instalasi untuk meningkatkan kapasitas produksi air Minum, pengadaan pipa dan pemasangan pipa transmisi dari Dia 300 mm ke Dia 400 mm, distribusi dan sambungan rumah, dan bangunan pelengkap lainnya.
2. Pengembangan system penyediaan air minum/ SPAM IKK meliputi peningkatan kelembagaan, peningkatan/ perbaikan prasarana dan sarana yang sudah rusak, dan pembangunan baru bagi IKK yang belum Memiliki SPAM.
3. Pengembangan system penyediaan air minum pedesaan meliputi : pembentukan kelembagaan pengelola, rehabilitasi/peningkatan terhadap prasarana dan sarana yang sudah ada dan kurang berfungsi, dan pengembangan penyediaan air bersih yang berbasis masyarakat.
8.3.1.2 Lingkup Kegiatan