Kerangka Strategi
Pembiayaan Infrastruktur
Bidang Cipta Karya
5.1 Potensi Pendanaan APBD
Rincian realisasi belanja daerah Kabupaten Bantaeng realisasi belanja daerah
Kabupaten Bantaeng menurut jenis belanja daerah pada tahun 2013 adalah sebesar Rp
570.850.000.000 dan tahun 2014 adalah sebesar Rp 622.631.000.000.
Pemerintah Kabupaten Bantaeng memiliki tugas untuk membangun prasarana
permukiman di daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah Kabupaten Bantaeng
dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi
belanja pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 5 tahun
terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya meliputi pembangunan infrastruktur baru,
operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang sudah ada. Perlu disusun tabel
proporsi berdasarkan sektor-sektor Cipta Karya yang ada. Adapun perkembangan
alokasi pendanaan APBD untuk pembangunan Bidang Cipta Karya dalam 5 tahun
terakhir rencana alokasi pendanaan APBD untuk pembangunan Bidang Cipta Karya
dalam 5 tahun ke depan, dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
0
Tabel 5.1. Matriks Potensi Pendanaan APBD Kab. Bantaeng
Grafik 5.1. Perkembangan Proporsi Pendapatan dan Belanja pada APBD
5.2 Potensi Pendanaan APBN
Setelah APBD secara umum dibahas, maka perlu dikaji berapa besar investasi
pembangunan khusus bidang Cipta Karya di daerah tersebut selama 5 tahun terakhir
yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Meskipun pembangunan infrastruktur permukiman merupakan tanggung jawab
Pemda, Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai
stimulan kepada daerah agar dapat memenuhi SPM. Setiap sektor yang ada di
lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja
(SATKER) sesuai dengan peraturan yang berlaku (Permen PU No. 14 Tahun 2011).
Data dana yang dialokasikan untuk Kabupaten Bantaeng perlu dianalisis untuk melihat
trend alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya dan realisasinya di Kabupaten Bantaeng.
Berikut dibawah ini tabel matriks potensi pendanaan yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Tabel 5.2. Matriks Potensi Pendanaan APBN Kab. Bantaeng
SEKTOR REALISASI
2012 2013 2014 2015 2016
Pengembangan
Kawasan Permukiman 0 0 10.497.790 900.000 0
Penataan Bangunan
dan Lingkungan 600.000 5.270.000 641.250 4.544.744 0
Pengembangan SPAM 617.000 850.000 6.812.500 33.046.547 0
Pengembangan PLP 0 392.700 350.000 11.700.000 3.000.000
DAK Air Minum 648.670 956.300 1.065.080 1.560.860 1.643.576
DAK Sanitasi 740.270 815.190 1.197.380 1.848.340 1.550.536
Total Alokasi APBN 2.605.940 8.284.190 20.564.000 53.600.491 6.194.112
5.3 Alternatif Sumber Pendanaan
Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi, yaitu
untuk menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (social oriented)
sekaligus untuk menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai sumber
yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya, seperti di sektor air minum,
persampahan dan air limbah. Kinerja keuangan dan investasi perusahaan daerah perlu
dipahami untuk melihat kemampuan perusahaan daerah dalam meningkatkan cakupan
dan kualitas pelayanan secara berkelanjutan. Pembiayaan dari perusahaan daerah
dapat menjadi salah satu alternatif dalam mengembangkan infrastruktur Cipta Karya.
Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki
pemerintah, maka dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan
infrastruktur Cipta Karya melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
untuk kegiatan yang berpotensi cost-recovery atau Corporate Social Responsibility
(CSR) untuk kegiatan non-cost recovery. Dasar hukum pembiayaan dengan skema
KPS adalah Perpres No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan
Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur serta Permen PPN No. 3 Tahun 2012
Tentang Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
dalam Penyediaan Infrastruktur. Sedangkan landasan hukum untuk pelaksanaan CSR
tercantum dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) dan UU No.
25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
5.4 Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya
Pembangunan bidang Cipta Karya merupakan bagian dari pembangunan
infrastruktur, yang pada dasarnya dimaksudkan untuk mencapai 3 (tiga) sasaran
strategis, yaitu: meningkatkan pertumbuhan ekonomi kota dan desa; meningkatkan
kesejahteraan masyarakat; dan meningkatkan kualitas lingkungan. Dalam mencapai
ketiga sasaran strategis tersebut, diperlukan kerjasama antar stakeholder (Pemerintah,
Pemda Provinsi, Pemda Kab/kota, dunia usaha dan masyarakat). Untuk melihat
kemampuan keuangan Kabupaten Bantaeng dalam melaksanakan pembangunan
bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPIJM) maka
dibutuhkan analisis proyeksi perkembangan APBD, rencana investasi perusahaan
daerah, dan rencana kerjasama pemerintah dan swasta.
Beberapa Kabupaten/Kota memiliki perusahaan daerah yang bergerak dalam
persampahan. Dalam hal ini, perusahaan daerah tersebut umumnya memiliki rencana
dalam lima tahun ke depan dalam bentuk business plan. Informasi ini dibutuhkan untuk
mengetahui kontribusi perusahaan daerah untuk pendanaan pembangunan Bidang
Cipta Karya dalam lima tahun ke depan sesuai jangka waktu RPIJM.
Dalam menggali sumber pendanaan dari sektor swasta, Pemerintah Kabupaten
Bantaeng perlu menyusun daftar proyek potensial yang dapat dikerjakan dengan skema
kerjasama pemerintah dan swasta di Bidang Cipta Karya untuk ditawarkan ke pihak
swasta. Daftar proyek potensial tersebut disusun berdasarkan identifikasi usulan
program dan kegiatan setiap sektor serta tingkat kelayakan ekonomi dan finansial dari
program tersebut.
Sebagai kesimpulan dari analisis aspek pembiayaan, dilakukan analisis tingkat
ketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karya yang
meliputi sumber pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan daerah, serta dunia
usaha dan masyarakat. Kemudian, perlu dirumuskan strategi peningkatan investasi
pembangunan bidang Cipta Karya dengan mendorong pemanfaatan pendanaan dari
berbagai sumber.
Analisa ini dipergunakan untuk melihat kemampuan Kabupaten Bantaeng dalam
membiayai investasi yang direncanakan di dalam program Jangka Menengah (PJM).
Dari hasil analisa perhitungan yang dilakukan terhadap proyeksi pendapatan yang ada
dalam 5 tahun terakhir, maka dana yang dapat disisihkan sebagai pendamping didalam
program investasi ini.
Sumber-sumber pembiayaan berasal dari Pemerintah Kabupaten/Kota,
Pemerintah Indonesia, Bantuan Luar Negeri dan Masyarakat . Untuk sektor air minum,
air limbah dan persampahan biasanya komponen yang lebih dominan dalam
membiayai adalah pemerintah kabupaten/kota, sebaliknya pada penanggulangan
bencana, jalan negara, drainase makro, pemerintah pusat lebih dominan.
Baik bantuan Luar negeri maupun dana pemerintah pusat ke pemerintah
didasarkan kepada kekuatan sendiri, dalam hal ini Pemerintah Kabupaten/kota dan
masyarakat (community based development).
Setelah melalui proses penilaian RPIJM oleh pemerintah kabupaten/kota, maka
selanjutnya adalah program sekaligus proses pembiayaannya. Pada pelaksanaan
pembiayaan, maka semua sumber pembiayaan yang sudah disepakati antara
pemerintah kabupaten dengan pemerintah pusat termasuk dana bantuan luar negeri
dirumuskan dalam Project Memorandum (Kesepakatan Pelaksanaan Program).
Dalam rangka percepatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan
untuk memenuhi kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang ada
dalam RPIJM, maka Pemerintah Daerah perlu menyusun suatu strategi untuk
meningkatkan pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman. Oleh karena
itu pada bagian ini, Satgas RPIJM daerah agar merumuskan strategi peningkatan
investasi pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya, yang meliputi beberapa aspek
antara lain :
1. Peningkatan DDUB Kabupaten Bantaeng dan provinsi.
Pengukuran untuk melihat sejauh mana daerah merespon kegiatan - kegiatan
yang telah dilakukan oleh Ditjen Cipta Karya salah satunya dipengaruhi oleh
DDUB (Dana Daerah Untuk Urusan Bersama). DDUB merupakan dana
APBD kab/kota/provinsi yang dianggarkan untuk mendampingi dana APBN
DJCK. Responsifitas dilihat dengan membandingkan jumlah pagu dana
APBN yang dialokasikan untuk Bidang Cipta Karya dengan APBD yang
dialokasikan untuk sektor tersebut pada setiap Provinsi. Analisa ini diperlukan
untuk melihat komitmen Pemda dalam memadukan programnya dengan
program pusat sebagai wujud responsif kepada masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan dasarnya. Tidak ada standar baku terkait besaran dana DDUB
sebagai dana pendamping tetapi lebih menekankan realisasi komitmen yang
2. Peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi penggunaan anggaran.
Salah satu pengukuran tingkat kebermanfaatan infrastruktur terbangun,
adalah mengukur efisiensi dari pemanfaatan tersebut yang diukur dari aspek
keuangan dan outcome yang tercapai. Hal ini perlu dilakukan karena
infrastruktur yang telah terbangun bisa bermanfaat sesuai dengan
sasarannya namun belum tentu efisien dari anggaran yang telah
dialokasikan. Efisiensi dalam bidang cipta karya dapat dilihat dari
kefektifitasan suatu kegiatan jika dilihat dari realisasi dan rencana biaya yang
dikeluarkan untuk kegiatan tersebut.
3. Peningkatan kinerja keuangan perusahaan daerah Kabupaten Bantaeng. Beberapa Kabupaten/Kota memiliki perusahaan daerah yang bergerak dalam
bidang pelayanan bidang Cipta Karya seperti air minum, air limbah maupun
persampahan. Dalam hal ini, perusahaan daerah tersebut umumnya memiliki
rencana dalam lima tahun ke depan dalam bentuk business plan. Informasi
ini dibutuhkan untuk mengetahui kontribusi perusahaan daerah untuk
pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan
sesuai jangka waktu Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah
(RPIJM). Diharapkan perusahaan daerah yang ada di Kabupaten/Kota dapat
berkontribusi ataupun bekerjasama dengan Bidang Cipta Karya dalam
pembangunan di daerah.
4. Peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya.
Peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan pembangunan bidang
Cipta Karya sangat diperlukan disebabkan keterbatasan dana yang ada baik
itu dana dari APBN dan APBD Kabupaten dan APBD Provinsi. Sesuai
dengan arahan pembangunan bidang Cipta Karya yang merupakan bagian
dari pembangunan infrastruktur, yang pada dasarnya dimaksudkan untuk
mencapai 3 (tiga) sasaran strategis, yaitu: meningkatkan pertumbuhan
meningkatkan kualitas lingkungan. Dalam mencapai ketiga sasaran strategis
tersebut, diperlukan kerjasama antar stakeholder (Pemerintah, Pemda
Provinsi, Pemda Kab/kota, dunia usaha dan masyarakat)
5. Pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabiltiasi infrastruktur permukiman yang sudah ada.
Pengukuran sejauh mana hasil pembangunan mendapatkan pengelolaan
secara kontinyu dan berkelanjutan yang terkait dengan pendanaan untuk
operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi infrastruktur permukiman yang sudah
ada, sehingga dapat bermanfaat dalam jangka panjang, serta melanjutkan
replikasi pembangunan di daerah (ketersediaan badan/lembaga pengelola
dan dana O&P)
6. Pengembangan infrastruktur skala regional.
Pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya di Kabupaten Bantaeng
diharapkan ada pembangunan infrastruktur yang berskala regional baik itu
TPA regional ataupun IPA regional, yang menghubungkan antara 1 (satu)
atau 2 (dua) kabupaten tetangga dimana kegiatan tersebut dapat