• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam reaksi oleh lingkungan sekitarnya. Hal itu terjadi karena lesbian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam reaksi oleh lingkungan sekitarnya. Hal itu terjadi karena lesbian"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

1.1 Latar Belakang Masalah

Lesbian merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal. Keberadaannya disadari sebagai sebuah realita didalam masyarakat dan menimbulkan berbagai macam reaksi oleh lingkungan sekitarnya. Hal itu terjadi karena lesbian secara umum masih dianggap sebai perilaku seksual yang menyimpang. Penolakan dan marginalitas dari lingkungan sekitar membuat kaum lesbian terhimpit rasa takut, ragu, bahkan malu untuk menunjukan identitas seksual mereka sebenarnya.

Akan tetapi saat ini seiring dengan perkembangan jaman dan perubahan pola hidup masyarakat terhadap kaum yang memiliki rasa tertarik dengan sejenis ini mulai terbuka dan mengakui akan hasrat seksual mereka yang mungkin berbeda dengan orang lain disekitarnya. Tetapi keterbukaan dan pengakuan dari kaum lesbian ini tidak terjadi begitu saja, di butuhkan proses yang panjang dan berliku hingga masyarakat dapat menerima keberadaan mereka secara perlahan. Hal ini dikarenakan Negara ini mengajarkan tentang nilai heteronormatif yang mengamsusikan bahwa heteroseksualitas merupakan satu-satunya norma yang normal dan juga pantas berperan penting dalam pembentukan Negara. Nilai heteronormatif-lah yang membuat kaum homoseksual biasanya tertutup dan enggan menonjolkan diri terlebih

(2)

untuk seorang lesbian. Kaum lesbian cenderung tertutup, akibatnya lesbian kurang begitu di kenal dan di pahami dibandingkan laki-laki homoseksual. Sehingga banyak masyarakat yang menolak keberadaan kaum lesbian dan menganggap tabu pola pikir dan tatanan seksual mereka. Hal ini wajar saja terjadi mengingat masyarakat pada umumnya memiliki pandangan bahwa kaum lesbian adalah orang orang berdosa dan tidak lazim. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih menganggap kaum homoseksual sebagai penyimpangan seksual yang belum berlaku secara umum dan belum dapat diterima masyarakat (Puspitosari dan Pujileksono, 2005:44).

Media massa sebagai alat penyampai suatu ide, pesan dan informasi yang sekarang semakin maju, beragam dan berkembang pesat diharapkan mampu memenuhi keingina khalayak. Dua media massa yang utama yakni media massa cetak dan media massa elektronik. Media cetak yang dapat memenuhi criteria sebagai media cetak adalah surat kabar dan majalah. Sedangkan media elektronik yang memenuhi criteria media massa elektronik adalah televise, radio siaran, dan film.

Salah satu media massa yang dapat diserap secara mendalam oleh khalayak adalah film. Film merupakan media komunikasi massa yang paling cepat ditangkap oleh manusia, film lebih dahulu menjadi media hiburan dibandingkan radio siaran dan televise. Film juga merupakan karya seni, yang diproduksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh estetika (keindahan) yang sempurna.

(3)

Film cenderung memberikan informasi terhadap kehidupan social masyarakat sehari-hari. Penonton dapat merasakan pengaruh pesan yang disampaikan melaui media massa film, sehingga memberikan efek positif bagi sebagian penonton, akan tetapi tidak sedikit juga penonton yang merasakan efek negative dari pesan yang disampaikan melalui media massa film, oleh sebab itu dapat disimpulkan film mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan social masyarakat.

Film merupakan bentuk dominan dari komunikasi massa visual dibelahan dunia ini. Lebih dari jutaan orang menonton film di bioskop, film televisi, dan film video laser setiap minggunya. Film lebih dulu menjadi media hiburan di banding radio siaran dan televisi.1

Film juga sering disebut movie. Secara kolektif, film sering disebut gambar hidup atau sinema.Gambar hidup atau sinema adalah bentuk seni, bentuk popular dari hiburan, dan juga bisnis. Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda (termasuk fantasi dan figur palsu) dengan kamera atau oleh animasi.2

Film cenderung memberikan informasi terhadap kehidupan social masyarakat sehari-hari. Penonton dapat merasakan pengaruh pesan yang disampaikan melaui media massa film, sehingga memberikan efek positif bagi sebagian penonton, akan tetapi tidak sedikit juga penonton yang merasakan efek negative dari pesan yang

1

Elvinaro Ardianto dan Lukiati K. Erdinaya, Komunikasi massa : Suatu Pengantar. PT.Remaja Rosdakarya. Bandung 2009. Hal 143

2

(4)

disampaikan melalui media massa film, oleh sebab itu dapat disimpulkan film mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan social masyarakat.

Dominasi media massa dalam kehidupan masyarakat tidak saja dalam bentuk perangkat keras semata, melainkan juga dalam bentuk penyajian isi. Isi yang disajikan oleh media sering dibentuk sedemikian rupa, sehingga menimbulkan rasa percaya khalayak yang mengkonsumsinya. Ahli komunikasi massa Dennis McQuail mengungkapkan, media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambar dan cerita realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif. Media menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan hiburan.

Film mengkomunikasikan informasi dan ide-ide, dan film menunjukkan tempat dan hidup seseorang/orang lain yang tidak kita ketahui sebelumnya. Film juga menawarkan kepada kita untuk melihat dan merasakan apa yang kita temukan dalam layar. Film memberikan kita pengalaman nyata, tentu saja dengan emosi yang berhasil ia sentuh kepada penontonnya-. Pengalaman yang disajikan berasal dari arahan sang sutradara dalam cerita, dengan karakter yang membuat kita peduli akan si tokoh tersebut, tapi sebuah film juga dapat membangun sebuah ide atau mengembangkan kualitas visual atau tekstur suara.

(5)

Media film juga salah satu alat untuk mengkritisi. Salah satunya film Pertaruhan, dalam film ini sang sutradara membahas tentang kehidupan perempuan. Film ini melukiskan kontas budaya, agama, dan kelas sosial.

Istilah semiotika atau semiotik, yang dimunculkan pada akhir abad ke-19 oleh filsuf aliran pragmatik Amerika, Charles Sanders Perice, merujuk kepada “doktrin formal tentang tanda”. Yang menjadi dasar dari semiotika adalah konsep tentang tanda: tak hanya bahasa dan sistem komunikasi yang tersusun oleh tanda-tanda, melainkan dunia itu sendiri pun, sejauh terkait dengan pikiran manusia- seluruhnya terdiri atas tanda-tanda karena, jika tidak begitu, manusia tidak akan bisa menjalin hubungannya dengan realitas. Bahasa itu sendiri merupakan sistem tunda yang paling fundamental bagi manusia, sedangkan tanda-tanda nonverbal seperti gerak-gerik, bentuk-bentuk pakaian, serta beraneka praktik sosial konvensional lainnya, dapat dipandang sebagai sejenis bahasa yang tersusun dari tanda-tanda bermakna yang dikomunikasikan berdasarkan relasi-relasi.3

Dalam penelitian ini, penulis menganalisis Film Sanubari jakarta dengan kajian semiotik, karena dengan kajian ini penulis berharap mampu mendefinisikan tanda-tanda atau simbol-simbol yang digunakan oleh pembuat film demi mentransformasikan pesan yang hendak diberi kepada penontonnya.

3

(6)

Dalam film Pertaruhan, banyak adegan-adegan ataupun dialog yang mengandung arti dan makna tersendiri yang apabila dikaji lebih dalam, film ini menyimak banyak pelajaran. Kajian semiotik ini, mampu mengungkap keseluruhan dari isi cerita film, karena dengan kajian ini seluruh isi cerita baik tersirat maupun tersurat dapat dibahasakan dengan baik.

PERTARUHAN, sebuah dokumenter kolektif yang berkisah tentang berbagai kontroversi seputar tubuh perempuan yang telah lama menjadi perdebatan di sekitar kita. Dalam “MENGUSAHAKAN CINTA”, Ruwati dan Riantini memilih menjadi buruh migrant di Hongkong karena pendapatan yang lebih memadai daripada di Indonesia . selain itu, di Hongkong mereka juga mendapatkan kebebasan dalam otonomi terhadaptubuh. Rian yang seorang lesbian, takut membawa hubungan cintanya saat ia kembali ke Indonesia. Adapun Ru, kerap gamang karena keperawanannya dipertanyakan oleh calon suami yang menunggunya.

Di Indonesia, praktek sunat pada permpuan diterima secara luas oleh berbagai kalangan dengan alasan untuk “membersihkan” anak perempuan dari spirit setan yang akan mengarahkannya menjadi liar. Meski demikian, sampai sekarang masih banyak orang yang tidak sadar akan adanya praktek ini. “UNTUK APA?” membawa penonton pada semrawutnya kepercayaan dan konteks dibalik praktek sunat perempuan. Di Indonesia, persepsi perempuan lajang adalah mereka yang tidak berhubungan seksual. Status “tidak menikah” ini menjadi kendala ketika mereka

(7)

berusaha memeriksakan kesehatan reproduksinya. Mereka kerap kali terbentur dengan persepsi moral yang dituduhkan oleh pihak obstetric dan ginekologi/spOG (kebidanan dan kandungan). Dengan mengikuti usaha para “Nona” dalam mendapatkan akses pelayanan kesehatan, “NONA NYONYA?” mempertanyakan pentingnya kesehatan versus penilaian moral.

Gunung Bolo adalah kompleks kuburan Cina berbentuk bukit yang terletak di Tulungagung. Selepas senja, kompleks kuburan yang tenang dan sunyi ini berganti berfungsi menjadi lokasi prostitusi liar. Nur dan Mira adalah pemecah batu yang malamnya menjadi pekerja seks di Gunung Bolo. Sepanjang hari mereka bekerja keras namun pendapatan mereka tidak pernah mencukupiu. “RAGAT’E ANAK” menggambarkan betapa kerasnya perjuangan ibu untuk membiayai anaknya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Representasi Penyimpangan Seksual (Lesbian) Dalam Film “ Pertaruhan”?

1.3 Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui representasi penyimpangan seksual (lesbi) dalam film “ Pertaruhan ”

(8)

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis

Penelitian ini di harapkan dapat memberikan data empiris dan di jadikan referensi dalam kajian komunikasi, khususnya mengenai representasi lesbian dalam sebuah film.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan kepada penulis. Selain itu peneliti ini di harapkan dapat memberika masukan kepada sutradara dan rumah produksi yang bersangkutan, serta media televisi yang mengusung tema lesbian dalam sebuah film.

Referensi

Dokumen terkait

Variabel jumlah biji per polong dilakukan dengan cara menghitung jumlah biji kacang hijau yang terbentuk sempurna dalam satu polong pada tiap sampel tanaman

Angket adalah serangkaian (daftar) pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada responden (siswa) mengenai masalah-masalah tertentu yang bertujuan untuk

Dari hasil semua pembahasan diatas, dan untuk menghindari terjadinya gangguan pada OLTC, maka didalam operasi OLTC maupun melakukan pemeliharaan perlu diperhatikan

Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan hukum, karena

Soal EAS (masuk dalam penilaian EAS) Non-test: Task 3 stage 1: Perform computation and analysis according to the task of the human movement model which is directed at

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 6

CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN PADA IBU HAMIL, IBU BERSALIN, DAN IBU NIFAS MENURUT KABUPATEN DAN PUSKESMAS PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN 2019 JUMLAH DAN PERSENTASE

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wismanto & Sarwo (2010) mengenai Konsistensi Niat dan Perilaku Berhenti Merokok pada Karyawan Sekretariat Daerah Kabupaten/