• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PENYELESAIAN BANDING YANG DIAJUKAN OLEH PT. AE DI PENGADILAN PAJAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PENYELESAIAN BANDING YANG DIAJUKAN OLEH PT. AE DI PENGADILAN PAJAK"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PENYELESAIAN BANDING

YANG DIAJUKAN OLEH PT. AE DI

PENGADILAN PAJAK

Intan Jayanti Mandasari, Tjhin Tjap Lung

Universitas Bina Nusantara, Jl. Kebon Jeruk Raya

No. 27, Jakarta Barat 11530 (021) 53696969, 53696999 / (021) 5300244

intan.mandasari@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sengketa pajak yang diajukan PT. AE di Pengadilan Pajak. Perusahaan ini memiliki jenis bisnis penjualan dan produksi perangkat elektronik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dimana data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Pengadilan Pajak berupa hasil putusan mengenai kasus banding sengketa pajak penghasilan badan di Pengadilan Pajak. Hasil dari penelitian ini adalah penyebab utama timbulnya sengketa pajak penghasilan badan pada PT. AE karena diterbitkannya SKPLB Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak 2008 oleh Fiskus yang menyatakan bahwa peredaran usaha PT. AE sebesar Rp81.403.136.329, dimana dalam laporan penjualan terdapat retur penjualan sebesar Rp.26.533.628.453. Sedangkan menurut PT. AE peredaran usaha hanya sebesar Rp54.869.507.876. Karena menurut Pemohon Banding retur penjualan tidak dapat dikaitkan dengan persediaan akhir.

Kata kunci: sengketa pajak, banding, pengadilan pajak

ABSTRACT

The research objective is for analyze the tax disputes that proposed by PT. AE at the tax court. This company has a kind of business is production and sales of electronic devices. The method used in this research is the qualitative method, where the data used was secondary data obtained from the tax court in form of decision results of corporate income tax appeal disputes at the tax court. The result of this study is the main causes appear of corporate income tax disputes on PT. AE because of published Corporate Income Tax SKPLB Tax

(2)

Period 2008 by stating that Fiskus that claim the circulation of business PT. AE amounting to Rp.81.403.136.329, where in the sales report there sales return amounting to Rp.26.533.628.453. Meanwhile, according to PT. AE, the circulation of business amounted to only Rp.54.869.507.876. Because according to the Applicant Appeal, sales return cannot be attributed to the ending inventory.

Keyword: tax dispute, appeal, the tax court

PENDAHULUAN

Sektor perpajakan merupakan salah satu sumber penerimaan negara terbesar yang paling potensial bagi kelangsungan pembangunan Negara Indonesia karena penerimaan pajak meningkat seiring dengan meningkatnya perekonomian dan taraf hidup suatu bangsa. Peranan pajak sangat menentukan kemandirian suatu negara dalam membiayai pelaksanaan pembangunan Nasional. Untuk itu diperlukan kesadaran dan kepedulian mayarakat untuk membayar pajak.

Sejak reformasi perpajakan tahun 1983, sistem pemungutan pajak di Indonesia mengalami perubahan. Sejak saat itu Indonesia menganut sistem perpajakan self assessment. Dengan adanya reformasi perpajakan, Wajib Pajak diberi kepercayaan penuh untuk menghitung, memperhitungkan, membayar/menyetor dan melaporkan besarnya pajak yang terhutang sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan perpajaka

Namun dalam pelaksanaannya, ketetapan pajak yang diterbitkan oleh pejabat pajak yang berwenang tidak selalu dapat diterima oleh Wajib Pajak yang bersangkutan, tentu ada perbedaan yang dapat menyebabkan terjadinya sengketa pajak.

Oleh karena itu agar dapat dicapai penyelesaian sengketa pajak yang adil diperlukan lembaga peradilan dalam penyelesaian sengketa pajak yang diatur dalam Pasal 27 ayat (1) Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) disebutkan bahwa, “Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada badan peradilan pajak atas Surat Keputusan Keberatannya yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak”.

Pada awalnya, Pemerintah dengan persetujuan DPR membentuk dan men-syahkan Undang-undang Nomor 17 Tahun 1997 tentang Badan Penyelesaian sengketa pajak sebagai badan peradilan pajak yang akan menyelesaikan sengketa pajak. Namun, dalam pelaksanaan penyelesaian Sengketa Pajak melalui BPSP masih terdapat ketidakpastian hukum yang dapat menimbulkan ketidakadilan. Oleh karena itu, pada tanggal 12 April 2002 telah disahkan dan diundangkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002, tentang Pengadilan Pajak sebagai pengganti Undang-undang Nomor 17 Tahun 1997, tentang Badan Penyelesaian Sengketa Pajak.

Penyelesaian Sengketa Pajak harus dilakukan dengan adil melalui prosedur yang benar. Oleh karena itu dalam Undang-undnag Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak ini ditentukan bahwa putusan Pengadilan Pajak merupakan putusan akhir yang mempunyai kekuatan hukum tetap. Adanya perbedaan penilaian pajak yang terutang antara Wajib Pajak dan Fiskus yang menimbulkan sengketa pajak dan masih banyaknya masyarakat yang belum memahami bagaimana proses penyelesaian sengketa pajak banding di Pengadilan Pajak, maka dalam rangka penulisan skripsi ini penulis mencoba menelusuri, meneliti dan menganalisis lebih mendalam tentang penyelesaian sengketa pajak penghasilan di Pengadilan Pajak, dengan mengambil judul

“TINJAUAN PENYELESAIAN BANDING YANG DIAJUKAN OLEH PT. AE DI PENGADILAN PAJAK”.

METODE PENELITIAN

Dalam menyusun skripsi ini, digunakan beberapa teknik pengumpulan data. Adapun teknik-teknik tersebut:

(3)

Penulis menggunakan metode penelitian pustaka dengan cara mengumpulkan dan membaca informasi melalui buku-buku, literatur-literatur, artikel, dan peraturan-peraturan perpajakan yang berhubungan dengan dasar pembahasan penelitian.

b. Penelitian Lapangan

Selain melakukan penelitian kepustakaan, penulis juga melakukan penelitian lapangan dengan menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara mengunjungi langsung Pengadilan Pajak yang akan menjadi objek penelitian. Hal ini dilakukan dengan cara pengambilan data sekunder yaitu data yang berasal dari kasus yang terjadi dan sudah ada penyelesaian kasus tersebut.

HASIL DAN BAHASAN

Penyebab Timbulnya Sengketa Pajak Penghasilan Badan pada PT. AE sehingga perusahaan tersebutmengajukan Banding

Banding yang diajukan oleh Pemohon Banding (dalam penelitian ini adalah PT. AE) di karenakan adanya sengketa atau ketidaksetujuan Wajib Pajak atas ketetapan pajak yang telah di terbitkan oleh Fiskus. Dalam penelitian ini sengketa yang terjadi berupa Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar PPh Badan Tahun Pajak 2008. Berdasarkan Pasal 1 ayat (19) Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir diubah dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa “Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang”.

Sengketa yang dialami oleh PT. AE diawali dengan penerbitan SKPLB PPh Badan Tahun Pajak 2008 yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Enam berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan Pajak yang diterima oleh Pemohon Banding pada tanggal 20 Mei 2011, dengan perhitungan sebagai berikut :

URAIAN MENURUT WAJIB

PAJAK (Rp)

MENURUT FISKUS (Rp)

No PPh Badan

1 Peredaran Usaha 54.869.507.876 81.403.136.329

2 Harga Pokok Penjualan 48.162.098.724 40.570.299.298

3 Laba Bruto 6.707.409.152 40.832.837.031

4 Biaya Usaha Lainnya 49.158.568.495 49.158.568.495 5 Penghasilan Netto dari usaha (42.451.159.343) (8.325.731.464) 6 Penghasilan Luar Usaha (25.486.405.661) (25.486.405.661) 7 Penghasilan Netto Komersial (67.937.565.004) (33.812.137.125) 8 Penyesuaian Fiskal Positif 20.270.438.772 20.270.438.772

9 Penyesuaian Fiskal Negatif - -

10 Penghasilan Kena Pajak (47.667.126.232) (13.541.698.353)

11 PPh Badan terutang - -

(4)

13 Jumlah PPh yang kurang/ (lebih) bayar

(1.893.486.432) (1.893.486.432)

Pokok Sengketa: Koreksi atas Peredaran Usaha sebesar Rp26.533.628.453

Pokok sengketa ini diawali dengan keberatan yang diajukan oleh PT. AE sebagai Pemohon Banding dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) 02.115.715.1-059.000 yang beralamat di Jl. HR. Rasuna Said Blok X-I atas Keputusan Terbanding yaitu Direktorat Jenderal Pajak berupa Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) yang diterima pada tanggal 20 Mei 2011 yang tidak disetujui oleh Pemohon Banding. Sehingga Pemohon Banding mengajukan Banding ke Pengadilan Pajak pada tanggal 16 Agustus 2011.

Dalam pelaporan SPT Badan Tahun 2008 menurut PT. AE selaku Wajib Pajak, peredaran usaha yang terjadi selama tahun 2008 sebesar Rp54.869.507.876. sedangkan menurut perhitungan Fiskus, peredaran usaha PT. AE sebesar Rp81.403.136.329. Dimana dalam laporan penjualan terdapat retur penjualan sebesar Rp26.533.628.453. bahwa dalam pemeriksaannya, Pemeriksa melakukan koreksi atas retur penjualan sebesar Rp26.533.628.453 tersebut karena berdasarkan persediaan Pemohon Banding hanya terdapat persediaan sebesar Rp798.954.206.

Dalam persidangan, Pemohon Banding hanya menyampaikan arus barang atas retur yang disengketakan sebesar Rp14.450.186.063. sehingga tim peneliti hanya melakukan penelitian terhadap retur senilai Rp14.450.186.063. Selain itu tim peneliti juga mendapati kartu stok yang diserahkan pada saat pembahasan akhir berbeda dengan kartu stok yang diperoleh tim peneliti sebelum pembahasan akhir. Oleh karena itu, validitas dokumen yang disampaikan Pemohon Banding menjadi diragukan.

Bahwa berdasarkan penelitian, retur penjualan terjadi karena beberapa hal, dari dokumen yang diberikan Pemohon Banding senilai Rp14.450.186.063 menurut Pemohon Banding terjadi karena salah harga, diambil kembali untuk dijual kepada pembeli lain, dan dikembalikan untuk diretur ke produsen. Terkait kesalahan harga, Pemohon Banding tidak menerbitkan faktur pajak pengganti namum justru menerbitkan nota retur. Pemohon Banding menyampaikan bahwa nota retur tersebut dibuat hanya untuk kepentingan administrasi. Namun berdasarkan surat jalan dari pembeli kepada Pemohon Banding, diketahui bahwa telah terjadi alur barang dari gudang pembeli kepada gudang Pemohon Banding. Selain itu Pemohon Banding juga membuat faktur penjualan baru bukan revisi faktur penjualan, sehinggan substansi dari nota retur dan alasan yang disampaikan Pemohon Banding menjadi bias.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diketahui bahwa perhitungan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) Pajak Penghasilan adalah sebagai berikut:

URAIAN Wajib pajak (Rp) Fiskus (Rp) Tim Peneliti (Rp)

1 Peredaran Usaha 54.869.507.876 81.403.136.329 81.403.136.329 2 Harga Pokok Penjualan 48.162.098.724 40.570.299.298 40.570.299.298 3 Laba Bruto 6.707.409.152 40.832.837.031 40.832.837.031 4 Biaya Usaha Lainnya 49.158.568.495 49.158.568.495 49.158.568.495

5 Penghasilan Netto dari usaha

(42.451.159.343) (8.325.731.464) (8.325.731.464)

6 Penghasilan Luar Usaha (25.486.405.661) (25.486.405.661) (25.486.405.661) 7 Penghasilan Netto

Komersial

(67.937.565.004) (33.812.137.125) (33.812.137.125)

(5)

9 Penyesuaian Fiskal Negatif - - - 10 Penghasilan Kena Pajak (47.667.126.232) (13.541.698.353) (13.541.698.353)

11 PPh Badan terutang - - -

12 Kredit Pajak 1.893.486.432 1.893.486.432 1.893.486.432 13 Jumlah PPh yang kurang/

(lebih) bayar

(1.893.486.432) (1.893.486.432) (1.893.486.432)

Pendapat Pemohon Banding

Dalam permohonan bandingnya, PT. AE menjelaskan bahwa jumlah retur penjualan sebesar Rp26.533.628.453 berasal dari koreksi retur penjualan sebesar Rp26.533.628.453 dengan alasan pemeriksa bahwa persediaan Pemohon Banding hanya terdapat persediaan sebesar Rp798.954.206 menurut Laporan Pemeriksaan Pajak (LPP) dan Kerta Kerja Pemeriksaan (KKP) yang diberikan oleh Pihak Terbanding.

1. Retur Penjualan sebesar Rp26.533.628.453 merupakan komponen pengurang bagi peredaran usaha, hal ini terjadi karena beberapa hal, antara lain:

a. Retur penjualan atas kesalahan harga

Pembeli PT. DCI menerbitkan nota retur No. PRA00082 sebesar Rp9.562.959.383 dalam hal ini terjadi kesalahan dalam pemberian harga 1 item barang ddidalam faktur pajak standar sehingga pembeli menerbitkan nota retur atas kesalahan harga tersebut. Kemudian Pemohon Banding menerbitkan faktur pajak yang baru dengan nomor seri 010.000.10.00001251 sebesar Rp7.947.688.026 atas nota retur penjualan dan faktur pajak standar telah Pemohon Banding laporkan pada SPT Masa PPN bulan April 2008.

b. Retur penjualan atas barang yang cacat ataupun rusak

Pembeli menerbitkan nota retur No. NRF84140 sebesar Rp4.747.176 dari PT. XYZ dalam hal ini barang tersebut di retur dan Pemohon Banding jual kembali kr distributor lainnya pada bulan yang bersangkutan dengan menerbitkan kembali faktur pajak standar dengan nomor seri 010.000.10.00001716 sebesar Rp4.260.775 atas nota retur penjualan dan faktur pajak standar tersebut telah Pemohon Banding laporkan pada SPT masa PPN bulan April 2008. 2. Retur Penjualan sebesar Rp26.533.628.453 tercatat dalam Laporan Keuangan Tahun 2009 dan

2008 yang telah diaudit, dimana hasil tersebut menyatakan bahwa Laporan Keuangan Pemohon Banding per 31 Maret 2009 dan 2008 Wajar Tanpa Pengecualian dan sesuai dengan Standar Akuntansi yang berlaku di Indonesia. Hal ini menyatakan bahwa Retur Penjualan tersebut wajar dan telah dicatat sesuai dengan Standar Akuntansi yang berlaku di Indonesia

3. Sehubungan dengan koreksi atas retur penjualan sebesar Rp26.533.628.453 pada SPT PPh Badan Tahun Pajak 2008, terdapat ketidak konsistenan dari Terbanding, dimana untuk kasus yang sama, dengan pemeriksa yang sama, pemeriksa tidak melakukan koreksi atas retur penjualan pada saat pemeriksaan pajak untuk SPT Penghasilan Badan Tahun Pajak 2009. Hal ini menunjukkan bahwa koreksi di tahun 2008 tidak mempunyai dasar yang kuat, sehingga koreki atas retur penjualan pada pemeriksaan pajak Tahun 2008 tidak dijadikan sebagai referensi untuk pemeriksaan selanjutnya.

Berikut ialah perincian koreksi untuk Retur Penjualan Tahun Pajak 2008: Ekualisasi Peredaran Usaha PPN

dengan PPh Badan April s.d. Desember 2008 (Rp) Januari s.d. Maret 2009 (Rp) Berdasarkan GL: Penjualan 79.329.399.464 2.073.736.865

(6)

Retur Penjualan (25.579.781.927) (953.846.526)

Penjualan bersih 53.749.617.537 1.119.890.339

Ditambah/dikurangi:

Invoice Desember 2008 dilaporkan di Januari 2009

(1.045.236.607) 1.045.236.607

Invoice Maret 2008 dilapor April 2008 17.082.626.876 -

Selisih harga 3.555.967 (8)

Other income 2.373.156.000 321.200.000

Total Penjualan berdasarkan GL 72.163.719.773 2.486.326.938 Penjualan cfm SPT PPN/ SKP Nihil 72.163.719.773 -

SPT Masa PPN (Jan-Maret 2009) - 2.486.326.938

Selisih - (0)

Bahwa pada saat proses Keberatan, Penelaah Keberatan melakukan pemeriksaan pada seluruh Retur Penjualan selama tahun pajak 2008 (April 2008 – Maret 2009) dengan jumlah Rp26.533.628.453. menurut Pemohon Banding jumlah yang diperiksa sebesar Rp26.533.628.453 tidak tepat, karena jumlah tersebut merupakan jumlah seluruh Retur Penjualan selama tahun pajak 2008 (April 2008 – Maret 2009).

Sementara atas masa Pajak April 2008 – Desember 2008 pihak dari Direktorat Jenderal Pajak telah menerbitkan SKPN dengan jumlah Dasar Pengenaan Pajak (Penjualan cfm GL) sebesar Rp72.163.719.773

Pada Tabel perincian koreksi untuk Retur Penjualan Tahun Pajak 2008 diatas, Pihak Terbanding telah mengakui retur penjualan sebesar Rp25.579.781.927. Jadi menurut Pemohon Banding, jumlah yang seharusnya menjadi sengketa ialah jumlah Retur Penjualan April 2008 – Maret 2009 dikurang Jumlah Retur penjualan April 2008 – Desember 2008 (Rp26.533.628.453 – Rp25.579.781.927 = Rp953.846.526).

Atas bukti Retur Penjualan yang diberikan Pemohon Banding pada saat proses Keberatan sebesar Rp14.450.186.063, sebenarnya jumlah tersebut sudah jauh melampaui dari jumlah sengketa yang seharusnya sebesar Rp953.846.526. Maka seharusnya dari Penelaah Keberatan pada proses Keberatan tidak membebani pihak Pemohon Banding dengan harus melakukan pembuktian atas Retur Penjualan sebesar Rp26.533.628.453.

Pendapat Terbanding

1. Pada proses keberatan sebagaimana telah dituangkan dalam Laporan Penelitian Keberatan maupun Surat Uraian Banding telah diterangkan bahwa Pemohon Banding hanya menyampaikan dokumen berupa nota retur sejumlah Rp14.450.186.063 yaitu nota retur yang diterbitkan karena terjadi kesalahan harga pada faktur pajak standar sebelumnya. Sementara itu atas nota retur yang disebabkan karena adanya barang rusak sehingga dikembalikan dan dijual hanya memberikan contoh nota retur berikut faktur pajak standar.

2. Atas nota retur yang diterbitkan karena adanya kesalahan harga pada faktur pajak sebelumnya Terbanding berpendapat sebagai berikut:

a. Diterbitkannya nota retur hanya terbatas apabila terjadi pengembalian barang kepada Penjual. Benar atau tidaknya terjadi retur barang, oleh Pembeli atau terbitnya nota retur seharusnya dapat ditelusuri pada kartu stok atau dokumen-dokumen terkait pemasukan/pengeluaran barang serta akun piutang usaha

(7)

b. Pemohon Banding beralasan bahwa ditebitkannya Nota Retur adalah karena terjadi kesalahan harga pada Faktur Pajak Standar maupun Faktur Penjualan sebelumnya. Terbanding berpendapat apabila terjadi kesalahan harga pada Fatur Pajak sebelumnya maka sesuai dengan Pasal 11 ayat (1) dan Lampiran VII A Per.159/PJ.2006 Pemohon Banding seharusnya menerbitkan Faktur Pajak Pengganti bahkan tidak diperkenankan untuk menggunakan cara lain. Sehingga jelas telah salah dan keliru apabila Pemohon Banding justru menerbitkan nota retur maupun Faktur Penjualan dan Faktur Pajak Standar baru untuk kondisi terdapat kesalahan tulis pada Faktur Pajak.

Nota retur sebagaimana Terbanding uraikan di atas berdasarkan KMK-596/KMK.04/1994 hanya diterbitkan dalam hal terjadinya pengembalian Barang Kena Pajak oleh Pembeli kepada Penjual. Diterbitkan Nota Retur tanpa dilengkapi dengan bukti adanya arus barang dari Pembeli kepada Pemohon Banding jelas menyebabkan validitas telah terjadi retuR diragukan.

c.

Pemohon Banding menyatakan bahwa terdapat Nota Retur yang diterbitkan dengan alasan karena barang yang diambil kembali dari pembeli semula, utnuk dijual kepada pembeli lain. Berdasarkan agreement antara Pemohon Banding dengan pembeli diketahui bahwa transaksi antara Pemohon Banding dengan customernya adalah jual beli putus, sehingga apabila terjadi barang yang semula dijual diambil kembali maka secara hukum telah terjadi penyerahan barang dari customer kepada Pemohon Banding. Oleh karenanya, tidak seharusnya diterbitkan Nota Retur melainkan Faktur Pajak Keluaran (Faktur Pajak Masukan bagi Pemohon Banding).

d. Berdasarkan dokumen yang dberikan Pemohon Banding juga tidak dapat diyakini bahwa barang yang dikembalikan adalah barang yang cacat atau rusak karena tidak terdapat keterangan kerusakannya dan tidak terdapat catatan penambahan persediaan pada kartu stoknya.

3. Atas Nota Retur yang diterbitkan karena barang dikembalikan kepada produsen tidak ada dokumen arus barang baik pada saat retur maupun dijual kembali berupa surat jalan, barang masuk berdasarkan kartu stok dan Nota Retur. Oleh karena itu validitas terjadinya retur sebagaimana didalilkan oleh Pemohon Banding tidak dapat diyakini kebenarannya

4. Bahwa berdasarkan ekualisasi peredaran usaha PPN dan PPh Badan Masa April s.d. Desember 2008 dapat dilihat bahwa Terbanding pun mengakui retur penjualan sebesar Rp25.579.781.927. terbanding sampaikan bahwa pengujian kebenaran retur penjualan pada perkara a quo Terbanding lakukan dengan tidak semata-mata atas formal adanya retur penjualan namun melalui pengujian apakah secara substansi memang benar terjadi retur penjualan sehingga apa yang dilaporkan Pemohon Banding dalam SPT adalah benar tidak hanya secara formal, namun juga secara material.

5. Berdasarkan uraian diatas Terbanding berpendapat telah benar dan tepat koreksi Peredaran Usaha (retur penjualan) sebesar Rp 26.533.628.453 karena sampai persidangan terakhir Pemohon Banding tidak dapat membuktikan bahwa secara substansi (material) benar telah terjadi retur penjualan.

Pendapat Majelis

Bahwa berdasarkan pemeriksaan Majelis atas Laporan Hasil Pemeriksaan Pajak Tahun Pajak 2008 diketahui bahwa pemeriksa melakukan koreksi positif penghasilan peredaran usaha (retur penjualan) sebesar Rp26.533.628.453 dengan alasan koreksi retur penjualan tidak dapat diterima karena Pemeriksa tidak meyakini atas kebenaran transaksi Pemohon Banding atas dokumen yang diberikan oleh Pemohon Banding tersebut.

Bahwa berdasarkan pemeriksaan Majelis atas Laporan Hasil Pemeriksaan Pajak diketahui bahwa Penelaah Keberatan mempertahankan koreksi Pemeriksa atas koreksi positif penghasilan peredaran usaha (retur penjualan) sebesar Rp26.533.628.453 dengan alasan seperti menurut Terbanding a quo.

Bahwa terbanding dalam Surat Uraian Banding antara lain menyampaikan hal-hal sebagai berikut:

(8)

a. Atas kesalahan harga Wajib Pajak tidak menerbitkan faktur pajak pengganti namun justru menerbitkan nota retur.

b. Pada saat pembahasan akhir Wajib Pajak menyampaikan bahwa nota retur tersebut dibuat hanya untuk kepentingan administrasi, namun berdasarkan suratjalan dari pembeli kepada Pemohon Banding, diketahui bahwa telah terjadi alur barang dari gudang pembeli kepada gudang Wajib Pajak. sehingga tim peneliti tidak menemukan konsistensi dalam transaksi tersebut. Selain itu Wajib Pajak juga membuat faktur penjualan baru bukan revisi faktur penjualan, sehingga substansi dari nota retur dan alasan yang disampaikan oleh Pemohon Banding menjadi bias.

c. Pada saat penyerahan pembahasan akhir, Wajib Pajak telah menukar/mengganti kartu stock yang asli yang telah tim peneliti peroleh dan fotokopi sebelumnya. Oleh karena itu, tim peneliti tidak dapat meyakinivaliditas kartu stok yang dilampirkan Wajib Pajak. Dalam kartu stock yang dipegang tim peneliti tidak menemukan barang masuk ke gudang Wajib Pajak sejumlah yang diretur, namun dalam kartu stok yang baru didalamnya ditemukan adanya mutasi barang yang diretur tersebut.

2. Terkait retur karena barang diambil kembali untuk dijual kepada pembeli lain, tim peneliti menemukan beberapa fakta:

a. Dalam agreement tim peneliti menemukan bahwa transaksi yang dilakukan antara Wajib Pajak dengan pembeli adalah transaksi jual beli putus, sehingga dengan diambilnya barang dari pembeli, mengindikasikan telah terjadi penyerahan yang secara hukum perpajakan seharusnya diterbitkan faktur pajak penjualan oleh pembeli kepada Pemohon Bandinh bukan diterbitkan nota retur.

b. Dasar diterbitkan nota retur juga menjdi rancu, hal ini mengingat barang yang dijual tersebut pada hakikatnya tidak rusak, cacat, maupun tidak memenuhi standar.

c. Dalam kartu stok tim peneliti, tidak dapat menemukan alur masuk dan keluar atas barang yang dijual tersebut sebelum diretur kembali oleh pembeli.

d. Faktur Penjualan dan beberapa faktur pajak yang dikirimkan Wajib Pajak kepada pembeli kedua ternyata bertanggal lebih awak daripada nota retur yang dibuat oleh pembeli pertama, sehingga eksistensi barang dan validitas nota retur yang dibuat oleh pembeli pertama tersebut menjadi diragukan.

3. Terkait retur karna dikembalikan untuk diretur ke produsen, tim peneliti menemukan beberapa fakta:

a. Tim peneliti tidak menemukan alasan dilakukannya retur.

b. Dalam kartu stok tim peneliti tidak dapat menemukan alur masuk dan keluar atas barang yang dijual tersebut sebelum diretur kembali oleh pembeli.

c. Tim peneliti tidak mendapatkan surat jalan dari Pemohon Banding ke produsen sebagai salah satu dokumen validasi dikeluarkannya kembali barang tersebut dari gudang.

Pendapat Penulis

Dalam Laporan Penelitian Keberatan dijelaskan bahwa Pemohon Banding hanya menyampaikan dokumen berupa nota retur sejumlah Rp14.450.186.063 yaitu nota retur yang diterbitkan karena terjadi kesalahan harga. Sesuai dengan pasal 4 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 65/PMK.03/2010 yang menyatakan dalam hal terjadi pengembalian Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), Pembeli harus membuat dan menyampaikan nota retur kepada Pengusaha Kena Pajak Penjual. Dalam kesalahan harga Wajib Pajak seharusnya menerbitkan faktur pajak pengganti, bukan nota retur. Karena nota retur adalah dokumen yang diterbitkan oleh Pembeli dalam hal terjadi pengembalian barang dagang kepada Penjual yang disebabkan karena barang tidak sesuai pesanan, rusak atau cacat. Dalam kasus ini seharusnya PT. AE menerbitkan faktur pajak pengganti. Faktur pajak pengganti diterbitkan atas faktur pajak yang rusak, salah dalam penulisan, sehingga tidak memuat keterangan yang lengkap, jelas dan benar.

Penulis sependapat dengan Majelis yang tidak meyakini kebenaran dari nota retur yang diterbitkan Pemohon Banding karena barang rusak yang dikembalikan atau hanya terdapat kesalahan harga atas faktur yang diterbitkan tidak mengacu pada Keputusan Menteri Keuangan dan Peraturan Direktorat Jenderal Pajak.

Terkait dengan nota retur yang diterbitkan karena barang dikembalikan untuk dijual kepada produsen, Penulis sependapat dengan Majelis dengan tidak meyakini adanya pengembalian barang. Karena, Tim Peneliti tidak menemukanalasannya dilakukan retur, dalam kartu stok Tim Peneliti tidak dapat menemukan alur masuk dan keluar atas barang yang dijual tersebut, dan Tim Peneliti juga tidak

(9)

mendapatkan surat jalan dari Pemohon Banding ke produsen sebagai dokumen validasi yang dikeluarkannya barang tersebut dari gudang.

Penulis sependapat dengan keputusan Majelis yang menolak permohonan banding yang diajukan Pemohon Banding dan tetap mempertahankan koreksi positif penghasilan peredaran usaha sebesar Rp26.533.628.453 dengan alasan uji arus barang secara substansi yang dilakukan Tim Penliti tidak terbukti adanya retur penjualan, sementara itu uji arus uang tidak dapat dilakukan karena ketiadaan data dan Pemohon Banding tidak adanya kelengkapan data. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Tim Peneliti atas permintaan dokumen kepada Pemohon Banding dan Pemohon Banding tidak melengkapi dokumen tersebut, maka Penulis menyimpulkan bahwa Pemohon Banding tidak dapat membuktikan alasan keberatannya dengan dokumen-dokumen pendukung sehingga alasan-alasan yang diungkapkan oleh Pemohon Banding dalam persidangan tidak dapat diuji kebenarannya.

SIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan di bab sebelumnya, dari data yang ada tentang sengketa banding pajak penghasilan badan masa Pajak 2008 yang diajukan PT. AE diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Penyebab PT. AE mengajukan banding ke Pengadilan Pajak adalah Wajib Pajak belum puas dengan keputusan yang dikeluarkan oleh fiskus yaitu dikeluarkannya surat keputusan penolakan keberatan yang diajukan oleh PT. AE terkait Surat Pajak Lebih Bayar Tahun Pajak 2008.

2. Surat banding Pemohon Banding yang diterima di Pengadilan Pajak pada tanggal 16 Agustus 2011 (diantar), telah memenuhi ketentuan formal pengajuan banding yang diketahui hal-hal sebagai berikut:

a. Banding diajukan dengan Surat banding dalam Bahasa Indonesia kepada Pengadilan Pajak b. Banding diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterima surat keputusan

yang disbanding

c. Terhadap 1 (satu) Keputusan diajukan 1 (satu) Surat Banding.

d. Banding diajukan dengan disertai alasan-alasan yang jelas, dan dicantumkan tanggal diterima surat keputusan yang disbanding.

e. Pada saat banding dilampirkan salinan surat keputusan yang disbanding.

f. Tidak terdapat pajak yang masih harus dibayar sesuai dengan pembahasan akhir dalam SKPLB Pajak Penghasilan.

g. Surat banding ditandatangani oleh Pemohon Banding.

3. Pokok sengketa pajak yang diajukan oleh PT. AE di Pengadilan Pajak adalah peredaran usaha sebesar Rp26.533.628.453, yang menurut Pemohon Banding peredaran usaha tersebut merupakan total atas akumulasi retur penjualan selama satu tahun pajak (April 2008 s.d. Maret 2009), sedangkan persediaan sebesar Rp798.954.206 merupakan persediaan akhir pada Maret 2009. Sehingga tidak dapat dikaitkan antara retur penjualan selama satu tahun dengan persediaan akhir 4. Hasil putusan Pengadilan Pajak atas sengketa pajak PT. AE Masa Pajak 2008 adalah menolak

permohonan banding Pemohon Banding Saran

Diharapkan dari hasil penelitian ini peneliti dapat menyumbangkan kontribusi kepada pihak–pihak terkait dan masyarakat pada umumnya berupa saran-saran:

1. Wajib Pajak diharapkan memberikan bukti-bukti pendukung yang dibutuhkan dalam pemeriksaan oleh Fiskus dan meyimpan pembukuan serta bukti-bukti sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Agar pada saat terjadinya pemeriksaan, data/dokumen yang diminta oleh Fiskus dapat ditunjukkan secara lengkap oleh Wajib Pajak.

2. Wajib Pajak diharapkan dapat mematuhi dan menerapkan peraturan perpajakan yang berlaku baik dari Undang-undang Perpajakan maupun Peraturan lainnya dan dapat melakukan perhitungan pajak sesuai Undang-Undang Perpajakan dan Peraturan lain agar tidak terjadi koreksi

REFERENSI

Burton, I. d. (2010). Hukum Pajak (5 ed.). Jakarta: Salemba Empat.

(10)

Resmi, S. (2014). Perpajakan (8 ed.). Yogyakarta: Salemba Empat.

Sukardji, Untung. (2007). Pokok-pokok Pajak Pertambahan Nilai Indonesia.

Sundoro. (2009). Studi Kasus Banding Pengadilan Pajak. Jakarta: Semar Publishing.

Waluyo. (2011). Perpajakan Indonesia (10 ed.). Jakarta: Salemba Empat.

Pudyatmoko, S. (2005). Pengadilan dan Penyelesaan Sengketa di Bidang Pajak. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Dirjen Pajak. 2006. Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-159/PJ./2006 tentang Saat Pembuatan, Bentuk, Ukuran, Pengadaan, Tata Cara Penyampaian, dan Tata Cara Pembetulan Faktur Pajak Standar

Kementerian Keuangan. 1994. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 596/KMK.04/1994 tentang Tata Cara Pengurangan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah

Kementerian Keuangan. 2012. Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-84/PMK.03/2012 tentang Tata Cara Pembuatan dan Pembetulan atau Penggantian Faktur Pajak

Kementerian Keuangan. 2014. Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-151/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pembuatan dan Pembetulan atau Penggantian Faktur Pajak

Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 atas Perubahan Ketiga Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 atas Perubahan Keempat Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentangPajak Penghasilan (PPh)

www.setpp.depkeu.go.id

www.datapajak.com

www.pajak.go.id

RIWAYAT PENULIS

Intan Jayanti Mandasari lahir di Bengkulu pada 28 Agustus 1994. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Akuntansi pada 2015.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa Intellectual Capital yang diproksi- kan oleh VAIC TM beserta ketiga komponen utama yang menyusun intellectual capital, yaitu

9 Petugas Informasi pada hari yang sama mengirimkan informasi tersebut ke email Pemohon atau menyimpan informasi tersebut ke alat penyimpanan dokumen elektronik yang disediakan

Secara Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu dokumentasi tertulis terkait pengetahuan tukang ambiek kambie di Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu

“Setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, dan psikologis, dan/atau

Berdasarkan kriteria batasan peresentasi yang dikemukakan Muhammad Ali (1985), hasil penghitungan nilai berita menunjukkan sebagian besar berita utama pada

Permasalahan yang muncul saat ini adalah bagaimana dampak pengguna layanan terhadap sistem yang terjadi pada Koperasi Simpan Pinjam dan apakah akan dipengaruhi

Anggota cluster 2 memiliki lahan sawah yang relatif luas (dengan mean 962.6000 dalam satuan Ha) dan lahan non pertanian (pemukiman / perumahan / pertokoan

Dalam penelitian yang dilakukan, jenis dokumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dokumen website dalam bentuk ekstensi html yang berisi tambang