• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN

ROLE PLAYING

UNTUK

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA

PELAJARAN BAHASA INDONESIA

Dewa Made Sutarjana

1

, Dewa Nyoman Sudana

2

, Putu Nancy Riastini

3 1,2,3

Jurusan PGSD, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: sutarjanadewa@yahoo.com

1

, sudanadewanyomanpgsd@yahoo.co.id

2

,

chem_currie@yahoo.com

3

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan menerapkan metode pembelajaran Role Playing pada siswa kelas V SD Negeri 1 Kerobokan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, Tahun Pelajaran 2015/2016. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Kerobokan tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 27 orang. Objek penelitian ini adalah keterampilan berbicara siswa. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode observasi. Data dianalisis dengan teknik analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I, rata-rata skor keterampilan berbicara yang diperoleh sebesar 13,91 dan rata-rata persentase yang diperoleh sebesar 55,65%, berada pada kategori rendah. Pada siklus II, rata-rata skor keterampilan berbicara yang diperoleh sebesar 20,01 dan rata-rata persentase yang diperoleh sebesar 80,07%, berada pada kategori tinggi. Peningkatan persentase dari siklus I ke siklus II adalah sebesar 24,51%. Hal tersebut menunjukan bahwa telah terjadi peningkatan persentase keterampilan berbicara siswa kelas V SD Negeri 1 Kerobokan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran Role Playing dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V SD Negeri 1 Kerobokan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2015/2016.

Kata-kata kunci: role playing, keterampilan berbicara

Abstract

The purpose of this study is to improve the speaking skill of the students in Bahasa course by apply the Role Playing method of learning for the fifth grade students in SD Negeri 1 Kerobokan, Sawan sub district, Buleleng regency, academic year 2015/2016. The type of this study is a class action study that held in two times. In each time consists of some steps; planning, action implementation, observation and reflection. The subject of this study is the 27 amount of fifth grade students in SD Negeri 1 Kerobokan academic year 2015/2016. The object of this study is the speaking skill of the students. The collecting data in this study is by using observation method. The data is analyzed by analysis technique of descriptive statistic. The results of the study shown that, there is improvement of the presentation of the speaking skill of the fifth grade students in SD Negeri 1 Kerobokan. In the first cycle, the mean of the speaking skill acquired 55,56%. Percentage of the speaking skill acquired in the first cycle is at a low category. In

(2)

the second cycle, the mean percentage of speaking skill acquired 80,07%. Percentage of speaking skill that acquired in the second cycle is at a good category. The difference percentage between the first cycle and second cycle is 24,51%. Based on this result, it can be conclude that the application of role playing method can improve the speaking skill in Bahasa course of the fifth grade students in SD Negeri 1 Kerobokan, District Sawan, Buleleng regency in the academic year 2015/2016. Keywords : role playing, speaking skill

PENDAHULUAN

Mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang sangat penting disekolah. Pembelajarannya mencakup empat aspek keterampilan, yaitu; aspek

menyimak, berbicara, membaca, dan

menulis. Keempat aspek keterampilan

berbahasa tersebut merupakan satu

kesatuan yang terjalin satu sama lainnya. Artinya, dalam pembelajaran bahasa, keempat aspek keterampilan berbahasa

(membaca, menulis, berbicara, dan

menyimak) tidak dipandang sebagai komponen yang dapat diajarkan terpisah atau diajarkan satu-persatu. Misalnya, dalam pembelajaran keterampilan berbicara sudah tentu erat kaitannya dengan kegiatan membaca, menyimak, dan menulis (Slamet, 2007)

Berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa. Tarigan (dalam Wendra 2009:3) menyatakan bahwa

“berbicara adalah kemampuan

mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau

kata-kata untuk mengekspresikan,

menyatakan, serta menyampaikan pikiran,

gagasan, dan perasaan seseorang”.

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa berbicara adalah suatu kemampuan untuk meyampaikan isi dari hal-hal yang dipikirkan seseorang kepada orang lain. Semakin sering seseorang melakukan aktivtas berbicara, semakin

lancar pula seseorang tersebut

berkomunikasi.

Latihan berbicara perlu dilakukan sejak dini untuk meningkatkan keterampilan

berbahasa. Latihan tersebut harus

dilakukan dalam setiap proses

pembelajaran, khususnya dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia. Menurut

Slamet (2007), terdapat berbagai metode pembelajaran yang dapat dilakukan untuk

mengasah keterampilan berbicara,

diantaranya metode ulang-ucap, metode lihat-ucap, metode memerikan, metode menjawab pertanyaan, metode bertanya, metode pertanyaan menggali, metode melanjutkan, metode menceritakan kembali, metode percakapan, metode parafrasa, metode reka cerita gambar, metode bercerita, metode memberi petunjuk, metode melaporkan, metode wawancara, metode bermain peran, metode diskusi,

metode bertelepon, dan metode

dramatisasi. Terasahnya keterampilan berbicara siswa melalui metode-metode tersebut akan membantu peserta didik dalam menyampaikan pikirannya kepada orang-orang di sekitarnya. Keterampilan berbicara seseorang akan sangat baik dikembangkan mulai sejak dini, sebab keterampilan berbicara yang baik akan menuntun seorang anak untuk mampu bersosialisasi dalam kehidupan di masyarakat. Oleh karena itu, keterampilan berbicara perlu dioptimalkan dalam situasi belajar formal di sekolah.

Namun kenyataannya, kegiatan berbicara di kelas kurang diasah oleh guru.

Akibatnya, seringkali ditemukan

kecendrungan siswa enggan berbicara karena takut salah. Selain itu, siswa kurang memahami kosakata Bahasa Indonesia yang baku dan malas mengungkapkan gagasan atau ide akibat kurang percaya diri. Kecendrungan ini akan berdampak pada tidak berkembangnya keterampilan berbicara yang dimiliki siswa, sehingga tujuan pembelajaran akan sulit dicapai.

(3)

Masalah seperti ini salah satunya terjadi di SD Negeri 1 Kerobokan.

Berdasarkan hasil wawancara

dengan Ibu Nyoman Rudini Agustini selaku guru pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas V SD Negeri 1 Kerobokan (pada hari Selasa, 24 Maret

2015), menyatakan bahwa penyebab

kelamahan berbicara siswa adalah

kurangnya sumber belajar yang ada di sekolah seperti buku tentang strategi pembelajaran, media, serta sumber belajar lainnya yang menunjang keefektifan pembelajaran. Beliau juga mengungkapkan bahwa, guru masih hanya berpegang pada buku guru maupun buku siswa dan metode ceramah pun menjadi yang paling dominan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini menyebabkan kurangnya interaksi siswa dalam pembelajaran. Siswa lebih banyak diam dan mendengarkan penjelasan guru. Keadaan yang demikian jika dibiarkan

terus-menerus akan berdampak pada

keterampilan berbahasa, terutama

keterampilan berbicara yang dimiliki siswa. Akibatnya, tujuan pembelajaran pada mata pelajaran Bahasa Indonesia tidak tercapai sesuai dengan harapan.Selanjutnya, berdasarkan hasil observasi yang dilakukan saat kegiatan pembelajaran Bahasa

Indonesia berlangsung di kelas,

menunjukkan bahwa dari jumlah siswa kelas V sebanyak 27 orang, 16 orang atau sebesar 61% dari jumlah siswa diantaranya memiliki keterampilan berbicara yang tergolong rendah. Hal tersebut diketahui

melalui penilaian yangdilakukan

menggunakan lembar observasi

keterampilan berbicara. Selain itu, rata-rata nilai yang diberikan oleh guru kelasnya menunjukkan bahwa siswa kelas V SD Negeri 1 Kerobokan sebagian besar mengalami kesulitan dalam berbicara. Sehingga semakin menegaskan bahwa keterampilan berbicara siswa kelas V SD Negeri 1 Kerobokan tergolong rendah. Berdasarkan uraian tersebut, salah satu cara meningkatkan keterampilan berbicara siswa adalah memilih dan menggunakan

metode pembelajaran yang sesuai untuk mendorong para siswa aktif berbicara dalam kegiatan pembelajaran. Metode pembelajaran yang dipilih seharusnya bersifat kreatif, inovatif, dan menyenangkan, sehingga siswa tertarik untuk berpartisipasi dalam pembelajaran. Salah satu metode

yang dapat dipilih, yaitu metode

pembelajaran Role Playing.

Metode pembelajaran Role Playing

memiliki arti yang sama dengan metode sosiodrama. Dalam penggunaannya, dapat dilakukan secara bersamaan dan silih berganti. Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasikan tingkah laku dalam

hubungannya dengan masalah sosial

(Surakhmad, 1980), sedangkan dalam Role

Playing siswa bisa berperan atau

memainkan peranan dalam dramatisasi masalah sosial atau psikologis tersebut (Roestiyah, 2001). Metode ini banyak melibatkan siswa untuk berbicara melalui kegiatan percakapan dan beraktivitas dalam sebuah kegiatan drama, sehingga membuat

siswa senang belajar. Metode ini

mempunyai nilai tambah, yaitu (1) dapat menjamin partisipasi seluruh siswa dan memberi kesempatan yang sama untuk

menunjukkan kemampuannya dalam

bekerjasama hingga berhasil, dan (2) permainan merupakan pengalaman yang

menyenangkan bagi siswa. Dengan

demikian, metode Role Playing membuat keterampilan berbicara siswa menjadi lebih baik dan aspek keterampilan berbahasa lainnya pun dapat meningkat.

Berdasarkan uraian tersebut, akan dilakukan penelitian tentang metode

pembelajaran Role Playing agar

keterampilan berbicara siswa tercapai secara optimal. Penelitian yang akan dilakukan berjudul “Penerapan Metode

Pembelajaran Role Playing Untuk

Meningkatkan Keterampilan Berbicara pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V Tahun Ajaran 2015/2016 di SD Negeri 1 Kerobokan Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng”.

(4)

Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri 1 Kerobokan. Waktu penelitian ini adalah pada semester genap (II) tahun pelajaran 2015/2016. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Kerobokan tahun ajaran 2015/2016, dengan jumlah siswa sebanyak 26 orang. Dari jumlah tersebut, siswa laki-laki terdapat11 orang dan jumlah siswa perempuan adalah 16 orang. Objek penelitian ini adalah keterampilan berbicara siswa kelas V SD

Negeri 1 Kerobokan tahun ajaran

2015/2016. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas(Classroom Action Reseach).Penelitian ini akan dilaksanakan bersiklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam beberapa siklus. Jika pada siklus I diperoleh hasil yang tidak mencapai indikator keberhasilan, maka dilanjutkan ke siklus berikutnya sampai diperoleh hasil yang diharapkan yaitu keterampilan berbicara siswa mencapai indikator keberhasilan. Untuk melaksanakan

proses tersebut, maka tahap-tahap

pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang direncanakan, diantaranya sebagai berikut.

Perencanaan, beberapa hal yang perlu dilaksanakan dalam kegiatan perencanaan adalah sebagai berikut. (1)

penyamaan persepsi dengan guru

mengenai implementasi metode

pembelajaran Role Playing, (2) menentukan bahan ajar yang akan dibelajarkan kepada

siswa sesuai dengan silabus, (3)

menyiapkan alat dan bahan pembelajaran, meliputi RPP dan lembar instrumen untuk mengukur aspek keterampilan berbicara siswa pada siklus sesuai dengan materi pembelajaran.

Tindakan, pelaksanaan tindakan disusun sesuai dengan tahap atau sintaks dari metode pembelajaran Role Playing. Setiap tindakan siklus dilaksanakan dalam 3

kali pertemuan. Dalam proses

pembelajaran, guru melaksanakan

observasi terhadap keterampilan berbicara masing-masing siswa. Uraian kegiatan yang dilaksanakan pada tiap tahap untuk siklus berikutnya pada dasarnya sama seperti kegiatan yang dilaksanakan pada siklus sebelumnya. Setiap tahap dapat mengalami perubahan sesuai hasil refleksi yang diperoleh berdasarkan hasil tindakan pada siklus sebelumnya.

Observasi/Evaluasi, observasi dilakukan untuk mengetahui kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Observasi dilaksanakan dari awal sampai akhir pembelajaran.Hasil observasi dituangkan dalam bentuk catatan sebagai bahan refleksi. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui dampak metode pemebelajaran

Role Playingterhadap keterampilan

berbicara siswa.

Refleksi, refleksi ini dilakukan untuk merenungkan dan mengkaji hasil tindakan pada kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan mengenai keterampilan berbicara Bahasa Indonesia. Hasil renungan dan kajian tindakan ini, selanjutnya akan dipikirkan dan dicari solusi berupa alternatif tindakan baru yang diduga

lebih efektif untuk meningkatkan

keterampilan berbicara Bahasa Indonesia. Alternatif tindakan ini akan ditetapkan menjadi tindakan baru pada rencana tindakan dalam penelitian tindakan kelas siklus berikutnya.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik observasi sistematik. Alat metode pengumpulan data ini adalah berupa lembar observasi. Selanjutnya, data yang diperoleh dari observasi dianalisis dengan teknik analisis statistik deskriptif. Teknik analisis statistik deskriptif digunakan untuk menghitung rata-rata nilai sikap ilmiah

siswa menggunakan rumus mean dan

rumus rata-rata persentase. Setelah persentase rata-rata sikap ilmiah siswa didapat, hasilnya dikonversikan ke dalam tabel PAP skala lima, seperti terlihat pada tabel berikut.

(5)

Tabel 1. Pedoman Konversi Skala Lima

Persentase Predikat 90 – 100 80 – 89 65 – 79 55 – 64 0 – 54 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

Sumber: Diadaptasi dari Koyan (2011:119) Kriteria keberhasilan adalah standar

yang ditetapkan sebagai acuan patokan atau tolok ukur keberhasilan. Penelitian ini dinyatakan berhasil jika siswa telah mencapai keterampilan berbicara minimal 80% berada pada kategori timggi, dari jumlah siswa pada kategori tinggi dengan rentangan nilai 80%-89%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian keterampilan berbicara berdasarkan observasi pada siklus I pertemuan I dengan aspek pelafalan jumlah skor yang diperoleh yang diperoleh seluaurh siswa sebesar 76. Pada aspek intonasi jumlah skor yang diperoleh yang diperoleh seluurh siswa sebesar 62. Pada aspek struktur kata/kalimat jumlah skor yang diperoleh yang diperoleh seluurh siswa sebesar 64. Pada aspek kelancaran jumlah skor yang diperoleh yang diperoleh seluurh siswa sebesar 67. Pada aspek ekspresi jumlah skor yang diperoleh yang diperoleh seluurh siswa sebesar 69. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh persentase keterampilan berbicara siswa pada pertemuan I siklus I adalah sebesar 50,22% dengan kategori sangat rendah. Kemudian hasil penelitian keterampilan berbicara berdasarkan observasi pada siklus I pertemuan II dengan aspek pelafalan jumlah skor yang diperoleh yang

diperoleh seluruh siswa sebesar 80. Pada aspek intonasi jumlah skor yang diperoleh yang diperoleh seluruh siswa sebesar 72. Pada aspek struktur kata/kalimat jumlah skor yang diperoleh yang diperoleh seluruh siswa sebesar 71. Pada aspek kelancaran jumlah skor yang diperoleh yang diperoleh seluruh siswa sebesar 74. Pada aspek ekspresi jumlah skor yang diperoleh yang diperoleh seluruh siswa sebesar 72. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh persentase keterampilan berbicara siswa pada pertemuan II siklus I adalah sebesar 54,81% dengan kategori sangat rendah. Kemudian hasil penelitian keterampilan berbicara berdasarkan observasi pada siklus I pertemuan III dengan aspek pelafalan jumlah skor yang diperoleh yang diperoleh seluruh siswa sebesar 89. Pada aspek intonasi jumlah skor yang diperoleh yang diperoleh seluruh siswa sebesar 83. Pada aspek struktur kata/kalimat jumlah skor yang diperoleh yang diperoleh seluruh siswa sebesar 81. Pada aspek kelancaran jumlah skor yang diperoleh yang diperoleh seluruh siswa sebesar 81. Pada aspek ekspresi jumlah skor yang diperoleh yang diperoleh seluruh siswa sebesar 84. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh persentase keterampilan berbicara siswa pada pertemuan III siklus I adalah sebesar 61,93% dengan kategori rendah.

(6)

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Analisis Perolehan Skor Setiap Aspek Keterampilan Berbicara Siklus I

Pertemuan

Aspek Pelafalan Intonasi Struktur

Kalimat Kelancaran Ekspresi

Pertemuan I 56,29% 45,92% 47,40% 49,51% 51,85% Pertemuan II 59,25% 53,33% 52,59% 54,81% 54,07% Pertemuan III 65,92% 61,48% 60% 60% 62,22% Rata-rata Persentase 60,49% 53,58% 53,33% 54,81% 56,05% Rata-rata Siklus I 55,65%

Berdasarkan tabel 2, jumlah persentase keseluruhan kriteria pelafalan pada pertemuan I, II, dan III adalah 60,49%, jumlah persentase keseluruhan kriteria intonasi pada pertemuan I, II, dan III adalah 53,58%, jumlah persentase keseluruhan kriteria struktur kata/kalimat pada pertemuan I, II, dan III adalah 53,33%, jumlah persentase keseluruhan kriteria kelancaran pada pertemuan I, II, dan III adalah 54,81%, dan jumlah persentase keseluruhan kriteria ekspresi pada pertemuan I, II, dan III adalah 56,05%. Mengacu pada hasil tindakan siklus I, keterampilan berbicara yang dicapai siswa belum memenuhi harapan, untuk itu peneliti mengadakan upaya perbaikan pada siklus II.

Hasil penelitian keterampilan berbicara berdasarkan observasi pada siklus I pertemuan I dengan aspek pelafalan jumlah skor yang diperoleh yang diperoleh seluruh siswa sebesar 101. Pada aspek intonasi jumlah skor yang diperoleh yang diperoleh seluurh siswa sebesar 96. Pada aspek struktur kata/kalimat jumlah skor yang diperoleh yang diperoleh seluurh siswa sebesar 96. Pada aspek kelancaran jumlah skor yang diperoleh yang diperoleh seluurh siswa sebesar 92. Pada aspek ekspresi jumlah skor yang diperoleh yang diperoleh seluruh siswa sebesar 97. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh persentase keterampilan berbicara siswa pada pertemuan I siklus II adalah sebesar

71,85% dengan kategori sedang.

Kemudian hasil penelitian keterampilan berbicara berdasarkan observasi pada siklus II pertemuan II dengan aspek pelafalan jumlah skor yang diperoleh yang diperoleh seluruh siswa sebesar 106. Pada aspek intonasi jumlah skor yang diperoleh yang diperoleh seluruh siswa sebesar 107. Pada aspek struktur kata/kalimat jumlah skor yang diperoleh yang diperoleh seluruh siswa sebesar 108. Pada aspek kelancaran jumlah skor yang diperoleh yang diperoleh seluruh siswa sebesar 101. Pada aspek ekspresi jumlah skor yang diperoleh yang diperoleh seluruh siswa sebesar 108. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh persentase keterampilan berbicara siswa pada pertemuan II siklus II adalah sebesar

79,85% dengan kategori sedang.

Kemudian hasil penelitian keterampilan berbicara berdasarkan observasi pada siklus II pertemuan III dengan aspek pelafalan jumlah skor yang diperoleh yang diperoleh seluruh siswa sebesar 116. Pada aspek intonasi jumlah skor yang diperoleh yang diperoleh seluruh siswa sebesar 123. Pada aspek struktur kata/kalimat jumlah skor yang diperoleh yang diperoleh seluruh siswa sebesar 120. Pada aspek kelancaran jumlah skor yang diperoleh yang diperoleh seluruh siswa sebesar 118. Pada aspek ekspresi jumlah skor yang diperoleh yang diperoleh seluruh siswa sebesar 119. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh persentase keterampilan berbicara siswa pada pertemuan III siklus II adalah sebesar 88,30% dengan kategori tinggi.

(7)

Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Analisis Perolehan Skor Setiap Aspek Keterampilan Berbicara Siklus II

Pertemuan

Aspek Pelafalan Intonasi Struktur

Kalimat Kelancaran Ekspresi

Pertemuan I 74,81% 71,11% 71,85% 68,88% 72,59% Pertemuan II 80% 80,74% 81,48% 75,55% 81,85% Pertemuan III 86,66% 91,11% 88,88% 87,40% 88,83% Rata-rata Persentase 80,49% 80,98% 80,73% 77,27% 80,83% Rata-rata Siklus II 80,07%

Berdasarkan tabel 3, jumlah persentase keseluruhan kriteria pelafalan pada pertemuan I, II, dan III adalah 80,49%, jumlah persentase keseluruhan kriteria intonasi pada pertemuan I, II, dan III adalah 80,98%, jumlah persentase keseluruhan kriteria struktur kata/kalimat pada pertemuan I, II, dan III adalah 80,73%, jumlah persentase keseluruhan kriteria kelancaran pada pertemuan I, II, dan III adalah 77,27%, dan jumlah persentase keseluruhan kriteria ekspresi pada pertemuan I, II, dan III adalah 80,83%.

Penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan metode Role Playing dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Keterampilan berbicara Bahasa Indonesia setelah diadakan tindakan mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh pada siklus I, keterampilan berbicara pertemuan I siklus I diperoleh persentase sebesar 50,22%, persentase pertemuan II adalah 54,81%, dan persentase pertemuan III adalah 61,93%. Persentase keterampilan berbicara pertemuan I siklus II diperoleh sebesar 71,85%, persentase pertemuan II diperoleh 79,85%, dan persentase pertemuan III adalah 88,44%. Rata-rata yang diperoleh

pada siklus I adalah sebesar 55,56%, sedangkan rata-rata yang diperoleh pada

siklus II adalah sebesar 80,07%.

Peningkatan rata-rata persentase dari siklus I ke siklus II adalah 24,51%. Dengan demikian, persentase pertemuan III siklus II telah melampaui indikator keberhasilan dan berada pada kategori tinggi.

Rata-rata persentase keterampilan berbicara pada pertemuan III di akhir siklus I diperoleh 61,93% berada pada kategori rendah (55%-64%). Dengan kata lain, keterampilan berbicara Bahasa Indonesia siswa kelas V pada siklus I belum mencapai kriteria keberhasilan. Akan tetapi, setelah dilakukan tindakan pada siklus II, persentase keterampilan berbicara Bahasa Indonesia pada pertemuan III di akhir siklus II mengalami peningkatan dan diperoleh skor 88,44% sehingga skor tersebut berada pada kategori tinggi (80%-89%). Dengan kata lain, keterampilan berbicara Bahasa Indonesia siswa kelas V pada siklus II sudah mencapai kriteria keberhasilan. Pada akhir siklus I dapat dilihat bahwa rata-rata skor yang diperoleh masih terbilang rendah. Maka dari itu, guru merefleksi siklus I agar pada siklus II mengalami peningkatan melalui perbaikan-perbaikan yang harus

(8)

dilakukan terkait dengan masalah-masalah yang ditemukan pada siklus I.

Keterampilan berbicara siswa mengalami peningkatan dari kategori rendah ke kategori baik setelah melalui dua

siklus dengan menerapkan metode

pembelajaran Role Playing. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal. Pertama,

metode pembelajaran Role Playing dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Selain itu, siswa menjadi lebih kreatif

untuk melakukan sesuatu didalam

kelompoknya. Hal ini sejalan dengan

pendapat dari Djamarah dan Zain

(2006:89), yang menyatakan bahwa

keunggulan dari metode pembelajan Role Playing, antara lain: (1) siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu main drama para pemain dituntut untuk

mengemukakan pendapatnya sesuai

dengan waktu yang tersedia (2) siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya; (3) bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami orang lain. Kedua, melalui peran-peran yang ditampilkan siswa pada saat bermain peran, tentu hal tersebut akan dapat menarik perhatian siswa. Karena dalam bermain peran siswa dilatih untuk berbicara secara kritis, sehingga pada saat berbicara, improvisasi siswa dalam berbicara sangat diperlukan. Dengan begitu, siswa tidak harus berpatokan pada naskah yang sudah disediakan. Melalui latihan, pengalaman, dan kepercayaan diri pada siswa, hal tersebut memberikan dampak positif bagi siswa untuk terampil berbicara ketika berinteraksi dengan teman maupun dengan gurunya. Pendapat ini didukung oleh Djamarah (2006: 88), yang menyatakan bahwa, tujuan yang diharapkan dengan penggunaan metode Role Playing

adalah sebagai berikut. (1) agar siswa

dapat menghayati dan menghargai

perasaan orang lain, (2) dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab, (3) dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok secara spontan, (4) merangsang kelas untuk berfikir dan memecahkan masalah. Ketiga, adanya dukungan atau motivasi dari guru ketika memberikan penguatan terhadap siswanya, sehingga muncul inisiatif dari

siswa untuk aktif dalam proses

pembelajaran. Pemberian bimbingan

kepada siswa ini dilakukan untuk

menambah motivasi siswa dalam

melakukan sesuatu khususnya berbicara. Pendapat ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Sanjaya (2006:135), bahwa, Motivasi adalah aspek yang sangat penting untuk membelajarkan siswa. Tanpa adanya motivasi, tidak mungkin siswa memiliki kemauan untuk belajar. Oleh karena itu, membangkitkan motivasi merupakan salah satu peran dan tugas guru dalam setiap proses pembelajaran. Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang memungkinkan siswa untuk bertindak atau melakukan sesuatu.

Keberhasilan penelitian ini didukung pula oleh beberapa penelitian yang relevan. Penelitian-penelitian yang mendukung adalah penelitian yang dilakukan oleh Ni Putu Ekayanti (2012) yang menunjukkan

bahwa hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa pada siklus I, rata-rata skor keterampilan berbicara adalah sebesar 64,00, yang berada pada kategori cukup baik. Pada siklus II, rata-rata skor keterampilan berbicara adalah 88,00 yang berada pada kategori sangat baik. Peningkatan dari siklus I ke siklus II adalah sebesar 24%.

(9)

Penelitian lain yang dilakukan oleh Ni Made Dwi Rismayanti (2012) Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pada siklus I, rata-rata skor keterampilan berbicara adalah sebesar 69,6% dengan kategori cukup. Kemudian, pada siklus ke II terjadi peningkatan yang memuaskan dan

memenuhi target dengan rata-rata

keterampilan berbicara siswa berada pada angka 84,3% dengan kategori sangat baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dengan penerapan metode bermain peran dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas 5 SD Negeri 1 Munggu tahun pelajaran 2011/2012.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka

dapat disimpulkan bahwa penerapan

metode Role Playing dapat meningkatkan keterampilan berbicara Bahasa Indonesia siswa kelas V tahun pelajaran 2015/2016 di SD Negeri 1 Kerobokan, Kecamatan Sawan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan keterampilan berbicara Bahasa Indonesia siswa dari siklus I sampai dengan siklus II. Pada siklus I, keterampilan berbicara pertemuan I diperoleh persentase sebesar 50,22%, persentase pertemuan II adalah 54,81%, dan persentase pertemuan III adalah 61,93%. Persentase keterampilan berbicara yang diperoleh di siklus I berada pada kategori rendah. Pada siklus II,

persentase keterampilan berbicara

pertemuan I diperoleh sebesar 71,41%, persentase pertemuan II diperoleh 78,52%, dan persentase pertemuan III adalah 88,30%. Persentase keterampilan berbicara yang diperoleh di siklus II berada pada kategori baik. Selisih persentase pertemuan I siklus I dan pertemuan III siklus II adalah 38,08%. Berdasarkan hasil penelitian

tersebut dapat disimpulkan bahwa

penerapan metode pembelajaran Role Playing dapat meningkatkan keterampilan

berbicara siswa kelas V tahun pelajaran 2015/2016 di SD Negeri 1 Kerobokan, Kecamatan Sawan. Adapun saran yang dapat disampaikan berkaitan dengan hasil penelitian ini, yaitu (1) dengan diadakan penelitian ini, guru disarankan untuk lebih menambah wawasan atau pengetahuan tentang pembelajaran inovatif, dan mampu

mengembangkan inovasi pembelajaran

dengan menerapkan strategi, metode,

model maupun media pembelajaran

sehingga kontribusi yang baik terhadap hasil belajar siswa. (2) berdasarkan hasil penelitian ini, kepala sekolah disarankan dapat menciptakan kondisi yang mampu mendorong para guru untuk mencoba menerapkan strategi, metode, model maupun media pembelajaran yang baru untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah. (3) dengan diadakannya penelitian ini diharapkan

kepada peneliti lain agar dapat

mengadakan penelitian lebih lanjut tentang metode pembelajaran role playing pada mata pelajaran lain.

DAFTAR PUSTAKA

Agung,

Gede.

2005.

Metodologi

Penelitian Pendidikan

. Singaraja:

Fakultas Pendidikan IKIP Negeri

Singaraja.

Dantes,

Nyoman.

2012.

Metode

Penelitian.

Yogyakarta: C.V Andi

Offset

Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri

Pendidikan

Nasional

No.22

Tahun 2006 Tentang Standar Isi.

Djamarah, Syaiful Bahri & Zain, Aswan.

2006.

Strategi Belajar Mengajar

.

Jakarta: PT. Rineka Cipta

Ekayanti, Ni Putu. 2012. Penerapan

Metode

Pembelajaran

Role

(10)

Keterampilan Berbicara Bahasa

Indonesia Kelas III SD No.1

Manukaya

Kecamatan

Tampaksiring Kabupaten Gianyar

Tahun Ajaran 2011/2012.

Skripsi

(tidak

diterbitkan).

Singaraja.

Universitas Pendidikan Ganesha.

Koyan, I Wayan. 2007.

Asesmen dalam

Pendidikan

.

Singaraja:

Universitas Pendidikan Ganesha.

Rismayanti,

Ni

Made

Dwi.

2012.

Penerapan

Metode

Bermain

Peran

Untuk

Meningkatkan

Aktivitas

Dan

Keterampilan

Berbicara Siswa Kelas 5 Sekolah

Dasar

Negeri

1

Munggu

Kecamatan Mengwi Kabupaten

Badung

Tahun

Pelajaran

2011/2012.

Skripsi

(tidak

diterbitkan).

Singaraja.

Universitas Pendidikan Ganesha

Slamet, St. Y. 2007.

Dasar-dasar

Keterampilan

Berbahasa

Indonesia.

Surakarta: Lembaga

Pengembangan Pendidikan UNS

dan

UPT

Penerbitan

dan

Pencetakann UNS (UNS Press)

Slamet, St. Y. 2007.

Dasar-dasar

Keterampilan

Pembelajaran

Bahasa dan Sastra Indonesia di

Sekolah

Dasar.

Surakarta:

Lembaga

Pengembangan

Pendidikan

UNS

dan

UPT

Penerbitan

dan

Pencetakann

UNS (UNS Press)

Surakhmad, Winarno. 1980.

Metodologi

Pengajaran Nasional.

Bandung:

Jemmars Bandung

Suryanto, Adi, dkk. 2009.

Evaluasi

Pembelajaran di SD

. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Tarigan, Djago. 1991.

Materi Pokok

Pendidikan Bahasa Indonesia 1

.

Jakarta: Departmen Pendidikan

dan Kebudayaan

Wendra, I Wayan. 2009.

Buku Ajar

Keterampilan

Berbicara.

Singaraja: Universitas Pendidikan

Ganesha.

Gambar

Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Analisis Perolehan Skor Setiap Aspek   Keterampilan Berbicara Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

UPTD PUSKESMAS PLUPUH II KECAMATAN PLUPUH Jalan Pungsari – Kalijambe Km 1, Desa Pungsari, Kecamatan

batas kriteria DNBR yang di ijinkan yang diberikan dengan 95% tingkat kepercayaan yaitu DNB pada bahan bakar tidak terjadi selama pengoperasian teras. DNBR pada

apakah ada hubungan antara persepsi tentang jangka waktu penyelesaian pendaftaran tanah dengan minat untuk mendaftarkan tanah ?.. Contoh judul & masalah penelitian konsep

The companies that have institutional ownership can monitor the company's management to reduce agency cost which can lead to too much debt on the company. Therefore, by

 Berdasarkan variabel Kualitas hidup masyarakat : Nilai signifikansi yang diperoleh adalah 0,780 yang lebih besar dari 0,05 maka kesimpulannya variabel harga

2) Dana cadangan tidak boleh digunakan untuk membiayai program dan kegiatan lain di luar yang telah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang pembentukan dana cadangan;.. 3) Program

[r]

Melalui game yang Penulis buat diharapkan user tidak merasa bosan berlama-lama di depan komputer dan juga bisa membantu gerak refleks anak atau merangsang kecepatan berfikir pada