10 BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.Pasar Modal
2.1.1. Pengertian Pasar Modal
Tandelilin (2001) menyebutkan bahwa pasar modal adalah
pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan
pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan
sekuritas.
Widoatmojo (2012) menyebutkan bahwa pasar modal suatu
lembaga yang bergerak untuk mengalirkan dana masyarakat
dengan menyediakan sarana untuk mempertemukan penjual dan
pembeli dana-dana jangka panjang.
Pasar modal merupakan fasilitas yang mempertemukan antara
pembeli atau pemilik dana (investor) dengan pihak yang
membutuhkan dana atau pihak yang akan melakukan penjualan
(emiten). Pasar modal (capital market ) merupakan pasar untuk
berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa
diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa
dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal
menyediakan banyak sekali informasi yang dibutuhkan oleh para
investor, yang mana informasi ini dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam mengambil sebuah keputusan untuk
dilihat dari kecepatan pasar dalam menyerap informasi baru ke
dalam perubahan harga sekuritas.
Pasar modal memiliki peranan penting dalam suatu negara
yang pada dasarnya memiliki kesamaan antara satu negara dengan
negara lain. Hampir semua negara di dunia ini memiliki pasar
modal, dengan tujuan untuk menciptakan fasilitas bagi keperluan
industri dan keseluruhan entitas dalam memenuhi permintaan dan
penawaran pasar modal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pasar modal :
a. Supply Sekuritas
Semakin banyak perusahaan yang bersedia menerbitkan
sekuritas dipasar dapat dikatakan semakin berhasilnya pasar
modal. Perusahaan-perusahaan tersebut tentunya harus
memenuhi persyaratan full disclousure ( mengungkapakan
kondisi perusahaan) yang telah ditetapkan oleh pasar modal.
b. Demand akan Sekuritas
Faktor ini berarti bahwa harus ada masyarakat yang memiliki
jumlah dana yang cukup besar yang akan dipergunakan untuk
membeli sekuritas yang akan ditawarkan.
c. Kondisi Politik dan Ekonomi
Kondisi politik dan ekonomi ini sangat mempengaruhi supply
ikut membantu pertumbuhan ekonomi dan akan menarik para
investor lokal maupun asing.
d. Mengawasi Kegiatan Pasar Modal
Kegiatan di pasar modal pada dasarnya merupakan kegiatan
yang dilakukan oleh pemilik dana dan pihak yang memerlukan
dana secara langsung (tidak ada perantara keuangan yang
mengambil alih resiko investasi). Dengan demikian maka
peran informasi harus dapat diandalkan kebenarannya.
Disamping itu transaksi dilakukan dengan efisien dan dapat
diandalkan, maka diperlukan berbagai lembaga yang dapat
menjamin kegiatan tersebut. misalnya BAPEPAM (Badan
Pengawas Pasar Modal) merupakan lembaga yang mengatur
dan mengawasi pasar modal.
2.1.2. Manfaat Pasar Modal
Menurut Mohamad Samsul dalam Verawati (2014) manfaat pasar
modal dapat
dilihat dari tiga sudut pandang yaitu:
a. Sudut pandang emiten
- Sarana untuk mencari dana lebih besar dengan biaya yang
lebih murah.
- Memperbaiki struktur pemodalan perusahaan karena
dibandingkan dengan utang. Sehingga ketergantungan
modal pinjaman dari perbankan semakin berkurang.
- Manajemen perusahaan yang tertutup menjadi manajemen
yang terbuka sehingga menguntungkan bagi pemegang
saham karena lebih transparan.
- Memperluas jaringan bisnis baik dengan perusahaan
domestik maupun perusahaan luar negeri.
b. Sudut Pandang Masyarakat
- Sarana yang terbaik untuk investasi dengan jumlah yang
tidak terlalu besar bagi kebanyakan masyarakat.
- Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan yang
tercermin pada meningkatnya harga saham yang menjadi
capital gain.
- Dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa
instrumen untuk memperkecil risiko.
c. Sudut Pandang Pemerintah
- Sebagai sumber pembiayaan badan usaha milik negara
(BUMN), sehingga tidak tergantung lagi pada subsidi dari
pemerintah.
- Manajemen badan usaha menjadi lebih baik, manajemen di
- Meningkatkan pendapatan dari sektor pajak, penghematan
devisa bagi pembiayaan pembangunan serta memperluas
kesempatan kerja.
2.2. Saham
2.2.1. Pengertian Saham
Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Dengan memiliki saham
suatu perusahaan, maka investor akan mempunyai hak terhadap
pendapatan dan kekayaan perusahaan, setelah dikurangi dengan
pembayaran semua kewajiban perusahaan (Eduardus Tandelin,
2001).
Menurut pendapat Suad Husnan dalam Verawati (2014)
menyatakan saham adalah selembar kertas yang menunjukkan hak
pemodal (yaitu memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian
dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas
tersebut.
2.2.2. Jenis-jenis Saham
Jenis-jenis saham yang diperdagangkan di Bursa Efek
adalah sebagai berikut:
Saham biasa adalah saham yang menempatkan pemiliknya
paling akhir terhadap claim (Nor Hadi, 2013: 68). Saham biasa
merupakan jenis saham yang akan menerima laba setelah laba
bagian saham preferen dibayarkan. Apabila perusahaan
bangkrut, maka pemegang saham biasa yang menderita
terlebih dahulu. Pemegang saham biasa memiliki suara dalam
RUPS (Mohamad Samsul dalam Verawati 2014).
b. Saham Preferen (Preferred Stock)
Saham preferen (preferred stock) adalah jenis saham yang
memiliki hak laba kumulatif. Hak kumulatif adalah hak untuk
mendapatkan laba yang tidak dibagikan pada suatu tahun yang
mengalami kerugian, tetapi dibayar pada tahun yang
mengalami keuntungan. Hak istimewa ini diberikan kepada
pemegang saham preferen karena merekalah yang memasok
dana ke perusahaan sewaktu mengalami kesulitan (Mohamad
Samsul, dalam Verawati 2014).
2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Saham a. Faktor Mikro dan Makro
Faktor mikro ekonomi yang mempunyai pengaruh terhadap
harga saham suatu perusahaan yaitu :
1. Laba bersih per saham
3. Nilai buku per saham
4. Rasio ekuitas terhadap utang
5. Rasio ekuitas terhadap utang
6. Rasio laba bersih terhadap ekuitas
7. Cash flow per saham
Faktor makro merupakan faktor yang berada diluar
perusahaan, namun mempunyai pengaruh terhadap kenaikan
atau penurunan kinerja perusahaan, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Faktor ekonomi yang secara langsung
dapat mempengaruhi kinerja saham maupun kinerja perusahaan
yaitu tingkat bunga umum domestik, tingkat infalnsi, peraturan
perpajakan, kebijakan pemerintah, kurs valuta asing, tingkat
bunga pinjaman luar negeri, kondisi ekonomi internasional.
b. Faktor Fundamental dan Faktor Teknikal
Faktor fundamental adalah faktor-faktor yang berasal dari
dalam perusahaan yang mengeluarkan saham itu sendiri
(emiten). Apabila perusahaan yang mengeluarkan saham dalam
kondisi baik kinerjnya, maka harga saham cenderung
meningkat. Hal ini disebabkan kepercayaan investor kepada
emiten semakin baik,, dan investor mempunyai harapan akan
memperoleh bagian keuntungan atau deviden yang besar. Faktor
fundamental ini dapat dilihat dari laporan keuangan yang
diterbitkan dapat dilihat tingkat kinerja keuangannya baik dari
segi kemampuan menghasilkan keuntungan (profitabilitas),
kemampuan membayar hutang (likuiditas), struktur modalnya
(leverage), maupun tingkat efisiensi dan efektivitasnya dalam
mengelola kekayaannya (aktivitas).
Faktor teknikal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar
perusahaan yang dapat mempengaruhi harga saham perusahaan.
Harga saham sangat rentan dengan berbagai isu dan kasus yang
terjadi diluar perusahaan. Kondisi ekonomi misalnya, seperti
yang terjadi pada krisis tahun 1997 yang menyebabkan semua
harga saham mengalami penurunan drastis. Hal itu juga
diindikasikan dengan turunnya Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) dari 600 lebih menjadi 300. Ada beberapa variabel
faktor teknikal yang mempengaruhi harga saham seperti suku
bunga, tingkat inflansi, nilai kurs valuta asing, dan lain
sebagainya. Selain itu faktor yang mempengaruhi yaitu kondisi
ekonomi, isu politik dan informasai yang kurang akurat.
2.3.Return Saham
2.3.1. Pengertian Return Saham
Return saham merupakan pendapatan yang berhak diperoleh
investor karena menginvestasikan dananya. Return saham
dari investasi surat berharga saham. Return memungkinkan
investor untuk membandingkan keuntungan aktual ataupun
keuntungan yang diharapkan yang disediakan oleh berbagai
investasi pada tingkat pengembalian yang diinginkan. Seorang
investor yang rasional akan sangat memperhatikan hasil
pengembalian saham karena return saham merupakan salah satu
indikator untuk mengetahui keberhasilan suatu investasi.
2.3.2. Macam-macam Return Saham
Menurut Jogiyanto dalam Verawati (2014) return dibagi menjadi
dua macam, yaitu:
a. Return realisasi (realized return)
Return realisasi (rbealized return) merupakan return yang telah
terjadi. Return realisasi dihitung dengan menggunakan data
historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai
salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return realisasi
atau return historis ini juga berguna sebagai dasar penentuan
return ekspektasi (expected return) dan risiko dimasa datang.
b. Return ekspektasi (expected return)
Return ekspekasi (expected return) adalah return yang
diharapkan akan diperoleh investor dimasa mendatang.
Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi,
2.4.Laporan Keuangan
2.4.1. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang
menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih
jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja
keuangan perusahaan tersebut (Fahmi 2011).
Laporan kuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi
keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas (PSAK No.1)
Laporan keuangan adalah produk atau hasil akhir dari suatu
proses akuntansi (Harahap 2014 dalam Sutrisno 2016).
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa laporan
keuangan merupakan produk akhir dari suatu proses akuntansi
yang disajiakan secara terstrukut dan menggambarkan kondisi
keuangan perusahaan.
2.4.2. Tujuan dan Komponen Laporan Keuangan a) Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan bertujuan memberikan informasi tentang
posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat
bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka
membuat keputusan-keputusan ekonomi.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1
mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas
yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan
keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi.
b) Komponen Laporan Keuangan
Menurut mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim dalam Sutrisno
(2016) ada tiga macam laporan keuangan yang pokok dihasilkan
yaitu:
a. Neraca
Neraca adalah laporan keuangan yang menggambarkan
kondisi finansial perusahaan pada suatu waktu tertentu.
Neraca disebut juga sebagai gambaran kondisi keuangan perusahaan yang bersifat “snapshot” atau gambaran sesaat
seperti layaknya sebuat foto, karena neraca hanya
memberikan informasi posisi keuangan perusahaan pada
saat tertentu saja.
b. laporan laba rugi
Laporan laba rugi adalah ringkasan profitabilitas
perusahaan selama periode waktu tertentu, misalnya 1
tahun. Laba rugi ini menunjukkan penghasilan (revenues)
yang diperoleh selama satu periode, biaya (expenses) yang
dikeluarkan dalam 1 periode, dan elemen-elemen lain
c. laporan aliran kas
Laporan arus kas disebut juga sebagai laporan perubahan
posisi finansial atau laporan aliran dana perusahaan.
Laporan arus kas merupakan laporan yang memuat aliran
kas yang berasal dari 3 sumber, yaitu operasi perusahaan,
investasi, dan aktivitas finansial yang dilakukan perusahaan.
Disamping ketiga laporan kuangan diatas, dihasilkan
juga laporan pendukung seperti laporan laba ditahan,
laporan perubahan modal sendiri dan diskusi-diskusi oleh
pihak manajemen.
2.4.3. Analisis Rasio Keuangan
Rasio Keuangan sangat penting gunanya untuk melakukan
analisa terhadap kondisi keuangan perusahaan. Bagi investor
jangka pendek dan jangka menengah pada umumnya lebih banyak
tertarik pada kondisi keuangan jangka pendek dan kemampuan
perusahaan membayar deviden. Informasi tersebut dapat diperoleh
dengan cara yang lebih sederhana yaitu dengan cara menghitung
rasio-rasio keuangan yang sesuai dengan keinginan.
Analisis rasio dan analisis trend selalu digunakan untuk
mengetahui kesehatan keuangan dan kemajuan perusahaan setiap
kali laporan keuangan diterbitkan. Analisis rasio keuangan adalah
laba rugi, serta rasio keuangan emiten yang satu dengan rasio
keuangan emiten yang lainnya Mohamad Samsul dalam Verawati
(2014).
Menurut Fahmi (2011) Analisis rasio keuangan dikelompokan
menjadi empat kelompok yaitu:
a. Rasio Likuiditas
Rasio Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu.
Rasio likuiditas secara umum terbagi menjadi 2 yaitu :
1) Rasio Lancar (Quick Ratio)
Menurut Kasmir dalam Wijayanti (2016) “untuk mengukur
kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka
pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat
ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa
banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi
kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rasio
lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan suatu perusahaan”. Dari sudut pandang
pemberi pinjaman terdapat anggapan bahwa semakin tinggi
nilai rasio lancar, maka semakin baik posisi pemberi
pinjaman. Dimana semakin tinggi rasio lancar memberikan
2) Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio cepat (Quick Ratio) adalah rasio yang digunakan
untuk mengukur kemampuan suatau perusahaan dalam
menggunakan aktiva lancar untuk menutupi utang
lancarnya. Komponen aktiva lancar terdiri dari kas, surat
berharga jangka pendek, piutang usaha, persediaan, biaya
dibayar dimuka dan perlengkapan.
b. Rasio Solvabilitas
Rasio Solvabilitas disebut juga rasio leverage yaitu mengukur
perbandingan dana yang disediakan oleh pemiliknya dengan
dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut. Rasio ini
secara umum terbagi menjadi 2 yaitu :
1) Debt to Asset Ratio (DAR)
Debt to Asset Ratio (DAR) merupakan rasio total utang
terhadap total aktiva. Total utang meliputi kewajiban lancar
dan kewajiban jangka panjang. Kreditor lebih menyukai
rasio utang yang lebih rendah karena semakin rendah angka
rasionya, maka semakin besar peredaman dari kerugian
yang dialami kerditur jika terjadi likuidasi.
2) Debt to Equity Ratio (DER)
Rasio ini digunakan karena dapat memberikan informasi
pemegang saham yang digunakan untuk menutupi
keseluruhan hutang perusahaan. DER adalah rasio yang
menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam
pendanaan perusahaan dan menunjukan kemampuan modal
sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh
kewajibannya (Sawir dalam Anisa 2012).
c. Rasio Profitabilitas
Rasio ini disebut juga dengan rasio rentabilitas yaitu rasio yang
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba atau keuntungan. Profitabilitas suatu
perusahaan mewujudkan perbandingan antara laba dengan
aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Semakin
baik rasio Profitabilitas, maka semakin baik menggambarkan
kemampuan tingginya perolehan keuntungan perusahaan.
Rasio ini secara umum terbagi menjadi 4 bagian yaitu :
1) Gross Profit Margin (GPM)
Gross Profit Margin merupakan perbandingan antara
penjualan bersih dikurangi dengan harga pokok penjualan
dengan tingkat penjualan. Rasio ini menggambarkan laba
kotor yang dapat dicapai dari jumlah penjualan.
2) Net Profit Margin (NPM)
Net Profit Margin merupakan rasio yang digunakan untuk
volume penjualan. Semakin besar angka yang dihasilkan,
menunjukan kinerja yang semakin baik.
3) Return on Equity (ROE)
Return on Equity adalah rasio yang mengukur keberhasilan
perusahaan dalam menghasilkan laba bagi para pemegang
saham. Oleh karena itu ROE dianggap sebagai representasi
dari kekayaan pemegang saham atau nilai perusahaan.
Perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan
modal asing yang dipergunakan dalam menghasilkan laba
tersebut.
4) Return on Investment (ROI)
Return on Investment merupakan rasio antara laba bersih
setelah pajak (EAT) dengan total aktiva. Rasio ini
mengukue tingkat keuntungan yang dihasilkan dari
investasi total. Rasio yang lebih rendah dapat disebabkan
karena NPM rendah atau karena perputaran aktiva yang
rendah atau keduanya.
d. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas menggambarkan sejauh mana suatu perusahaan
mempergunakan sumber daya yang dimilikinya guna
menunjang aktivitas perusahaan seperti kegiatan penjualan dan
pembelian, dimana penggunaan aktivitas ini dilakukan secara
maksimal. Rasio ini secara umum terbagi menjadi 4 bagian
yaitu :
1) Perputaran persediaan (Inventory Turnover)
Perputaran persediaan adalah rasio antara harga pokok
penjualan atau penjualan dengan rata-rata persediaan yang
mengukur efisiensi penggunaan persediaan.
2) Rata-rata Periode pengumpulan piutang
Rata-rata Periode pengumpulan piutang adalah rasio antara
piutang dengan penjualan per hari.
3) Perputaran aktiva tetap
Perputaran aktiva tetap adalah rasio antara penjualan
dengan aktiva tetap yang mengukur efisiensi penggunaan
aktiva tetap atau perputaran aktiva tetap.
4) Perputaran total aktiva
Perputaran aktiva tetap adalah rasio antara penjualan
dengan total aktiva yang mengukur efisiensi penggunaan
aktiva secara keseluruhan.
2.5. Current Ratio (CR)
Rasio Lancar ( Current Ratio) Salah satu ukuran likuiditas suatu perusahaan. Current ratio merupakan ukuran yang paling umum terhadap
kesanggupan perusahaan membayar hutang dalam jangka pendek. Rasio
oleh perusahaan dengan aktiva yang secara cepat dapat berubah menjadi
kas segera (dalam jangka pendek). Seandainya perusahaan memiliki
current ratio lebih kecil dari satu maka net working capital dari
perusahaan tersebut menjadi negatife. Berarti perusahaan akan mengalami
kesulitan untuk menjalankan perusahaan dalam jangka pendek. Dengan
demikian untuk berinvestasi investor cenderung untuk menghindari
perusahaan yang memiliki current ratio yang kecil.
Adapun rumus untuk mencari Current Ratio adalah
Current Ratio =
x 100%
Keterangan :
Current Asset = Aset Lancar
Current Liabilities = Utang Lancar
Para manajer dalam tugasnya ingin mengetahui likuiditas perusahaan
seringkali menggunakan current ratio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan mendanai operasional perusahaan dan melunasi kewajiban
jangka pendeknya. Dari sudut pandang pemberi pinjaman terdapat
anggapan bahwa semakin tinggi nilai rasio lancar, maka semakin baik
posisi pemberi pinjaman. Hal ini juga dapat dilihat dari sudut pandang
investor, dimana semakin tinggi nilai rasio lancar akan memberikan
perlindungan terhadap kemungkinan kerugian drastis bila terjadi
kegagalan perusahaan. Suatu keadaan kelebihan aktiva lancar yang besar
atas kewajiban lancar tampaknya membantu melindungi klaim, karena
banyak masalah dalam penagihan piutang usaha. Maka dari itu dapat
dikatakan semakin tinggi tingkat likuiditas, maka semakin besar pula
kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
Menurut Subramanyam dan Jhon J. Wild dalam Fahmi (2011)
dijelaskan alasan mengapa rasio lancar secara luas digunakan sebagai
ukuran likuiditas mencakup kemampuannya untuk mengukur :
a. Kemampuan memenuhi kewajiban lancar
Semakin tinggi jumlah (kelipatan) aset lancar terhadap kewajiban
lancar, maka semakin besar keyakinan bahwa kewajiban lancar
tersebut akan dibayar.
b. Penyangga Kerugian
Semakin besar penyangga, maka semakin kecl resikonya. Rasio
lancar menunjukan tingkat keamanan yang tersedia untuk menutup
penurunan nilai aset lancar non kas pada saat aset tersebut dilepas
atau dilikuiditasi.
c. Cadangan Dana Lancar
Rasio lacar merupakan ukuran tingkat keamanan terhadap
ketidakpastian dan kejutan atas arus kas perusahaan.
Ketidakpastian dan kejutan, seperti pemogokan dan kerugian luar
biasa, dapat membahayakan arus kas secara sementara dan tidak
terduga.
Kondisi perusahaan yang memiliki Current Ratio (CR) yang baik
ratio pada suatu perusahaan terlalu tinggi juga dianggap tidak baik. Ini
sebagaimana dikatakan oleh Samuel C. Weaver dan J. Fred Weston dalam
Fahmi (2011), bahwa current ratio memiliki nilai yang terlalu ekstrim,
misalnya saja rasio lancar memiliki nilai sebesar 8,00 dapat
mengindikasikan :
a. Penimbunan kas
b. Banyaknya piutang tak tertagih
c. Penumpukan Persediaan
d. Rendahnya pinjaman jangka pendek
2.6. Debt To Equity Ratio (DER)
Debt to equity ratio merupakan perhitungan leverage sederhana yang membandingkan total utang yang dimiliki perusahaan dengan total ekuitas
(modal sendiri) dalam menangung risiko. Total utang merupakan total
kewajiban, sedangkan total ekuitas merupakan total modal.
Debt to equity ratio menggambarkan struktur modal perusahaan yang
digunakan sebagai sumber pendanaan usaha. Rumus yang digunakan
untuk menghitung Debt To Equity Ratio (DER) yaitu :
DER =
x 100%
Keterangan :
Total Liabilities = total utang
Semakin tinggi debt to equity ratio menunjukkan semakin tinggi
komposisi utang perusahaan dibandingkan dengan modal sendiri sehingga
berdampak besar pada beban perusahaan terhadap pihak luar karena akan
meningkatkan solvabilitas perusahaan. Semakin rendah debt to equity ratio
maka semakin baik karena aman bagi kreditor saat dilikuidasi.
2.7. Return On Equity (ROE)
Return on equity (ROE) adalah rasio yang memperlihatkan sejauh
manakah perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif,
mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik
modal sendiri atau pemegang saham perusahaan. ROE merupakan rasio
yang digunakan untuk mengukur seberapa banyak keuntungan yang
menjadi hak pemilik modal (saham). ROE maka menunjukkan semakin
efisien perusahaan (emiten) menggunakan modal sendiri untuk
menghasilkan laba bagi perusahaan. Perusahaan yang semakin efisien
dalam menggunakan modalnya sendiri untuk menghasilkan laba, maka
akan memberikan harapan naiknya return sahamnya. ROE yang tinggi
menunjukan semakin tinggi laba yang dihasilkan perusaahaan, sehingga
hal tersebut akan meningkatkan ekuitas pemegang saham.
Adapun rumus mencari ROA adalah :
ROE =
x
100 %
Keterangan :
EAT ( Earning After Tax) = Laba Setelah Pajak
Total Equity = Total Modal
Peningkatan ROE akan menambah daya tarik investor untuk
menanamkan dananya dalam perusahaan. Sehingga harga saham
perusahaan akan meningkat. Harga saham yang naik akan menarik
investor untuk berinvestasi yang akan juga meningkatkan return saham.
2.8.Tinjauan Peneltian Terdahulu
Tabel 2.1 Return Saham (Studi
harga saham.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan pengaruh positif tidak signifikan terhadap positif dan signifikan terhadap return
return saham, Current Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham,
Price Earning Ratio
positif dan signifikan terhadap return saham,
DER berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap return saham,
positif dan signifikan terhadap return saham, dan CR berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. 8. 2017 Arifah positif dan signifikan terhadap return saham, total asset turnover mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return saham, return on
equity (ROE)
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham, earning per
share (EPS)
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham.
2.9. Kerangka Pengembangan Hipotesis
2.9.1. Pengaruh Current Ratio (CR) Terhadap Return Saham
Current Ratio (CR) merupakan alat ukur untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam memenuhi utang jangka
pendeknya. Current Ratio (CR) diperoleh dengan membandingkan
antara aset lancar dengan liabilitas lancar. Nilai CR yang tinggi
untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya akan semakin baik.
Kondisi ini akan berdampak pada meningkatnya kredibilitas
perusahaan di mata investor, sehingga mampu menarik minat
investor memiliki saham perusahaan dan pada akhirnya akan
meningkatkan harga dan return saham perusahaan.
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Affinanda dan
Etna (2015), Tamuunu dan Farlane (2015) , Kundiman dan
Lukmanul (2016), Anugrah dan Muhamad (2016), Parwati dan
Mertha (2016) menunjukan bahwa CR memiliki pengaruh yang
positif dan signifikan terhadap return saham.
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diajukan yaitu :
H1 : Current Ratio (CR) berpengaruh positif terhadap return
saham.
2.9.2. Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Return Saham Rasio ini digunakan karena dapat memberikan informasi mengenai seberapa besar ekuitas (modal) dari para pemegang
saham yang digunakan untuk menutupi keseluruhan hutang
perusahaan. DER adalah rasio yang menggambarkan perbandingan
utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukan
kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi
seluruh kewajibannya (Sawir dalam Anisa 2012). Menurut
Susilowati & Turyanto dalam Anisa (2012) penggunaan hutang
hutang dengan total aktiva) yang makin besar, pada perolehan laba
sebelum bunga dan pajak (EBIT) yang sama akan menghasilkan
laba per saham yang lebih besar. Jika laba per saham meningkat,
maka minat para investor pun akan meningkat.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nesa
Anisa (2012), Anugrah dan Muhamad (2016) dan Rusydina dan
Sugeng (2017) menytakan bahwa DER memiliki pengaruh yang
positif terhadap return saham.
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diambil yaitu :
H2 : Debt to Equity Ratio (DER ) berpengaruh positif terhadap Return Saham
2.9.3. Return On Equity (ROE) Terhadap Return Saham
ROE adalah rasio yang berfungsi untuk mengukur efektivitas
ekuitas dari investor yang dikelola oleh manajemen perusahaan
dalam beroperasi menghasilkan laba (Sari dalam Handara 2017).
Nilai ROE yang tinggi, mencerminkan kemampuan perusahaan
menggunakan ekuitas dalam menghasilkan laba semakin efektif
dan profitabilitas perusahaan yang meningkat. Kondisi
profitabilitas yang meningkat menyebabkan investor cenderung
tertarik membeli saham perusahaan yang memiliki nilai ROE yang
tinggi, sehingga permintaan atas saham perusahaan pun meningkat.
Peningkatan permintaan saham ini akan diikuti oleh meningkatnya
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Affinanda dan Etna (2015), Handara dan Ida (2017) dan Rusydina
dan Sugeng (2017) menunjukan bahwa Return On Equity memiliki
pengaruh yang positif terhadap return saham. Berdasarkan uraian
diatas maka hipotesis yang diambil yaitu :
H3 : Return On Equity (ROE) Berpengaruh Positif terhadap
Return saham.
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Current Ratio (X1)
Debt to Equity Ratio (X2)
Return On Asset (X3)
Return Saham H1
H2
H3