• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

4.1. Letak Geografis dan Administratif

Kabupaten Indramayu, adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat, yang membentang sepanjang pesisir pantai utara P.Jawa, dengan pemerintahan yang berpusat di Kecamatan Indramayu. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara, Kabupaten Cirebon di tenggara, Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Sumedang, serta Kabupaten Subang di sebelah barat. Kabupaten Indramayu terdiri atas 31 kecamatan, yang terdiri dari 313 desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan Kabupaten Indramayu berada di Kecamatan Indramayu, yang berada di pesisir Laut (www.indramayukab.go.id, 2008)

Secara geografis, Kabupaten Indramayu terletak pada 107° 52° - 108° 36° bujur timur dan 6° 15° - 6° 40° ls. Berdasarkan topografinya sebagian besar Kabupaten Indramayu merupakan dataran atau daerah landai dengan kemiringan tanahnya rata-rata 0 % – 2 %. Kondisi ini berpengaruh terhadap drainase, dan bila curah hujan cukup tinggi, maka di daerah-daerah tertentu akan terjadi genangan air.

4.2. Iklim

Suhu udara Kabupaten Indramayu cukup tinggi yaitu berkisar antara 18o - 28° C. Rata-rata curah hujan Kabupaten Indramayu sepanjang tahun 2006 adalah sebesar 61,06 mm, dengan curah hujan tertinggi di Kecamatan Kertasemaya kurang lebih sebesar 70 mm dengan jumlah hari hujan 2491 hari, sedang curah hujan terendah terjadi di Kecamatan Pasekan kurang lebih sebesar 55 mm dengan jumlah hari hujan 683 hari (www.indramayukab.go.id, 2008)

4.3. Penggunaan Tanah

Berdasarkan data www.indramayukab.go.id (2008) luas wilayah Kabupaten Indramayu mencapai 204.011 Ha yang terdiri dari 110.877 Ha tanah sawah (54,35%). Dari jumlah tersebut tanah sawah dengan irigasi teknis luasnya mencapai 72.591 Ha, dan 11.868 Ha diantaranya merupakan tanah sawah dengan irigasi setengah teknis, 4.365 Ha mendapatkan irigasi sederhana PU dan 3.129 Ha irigasi non PU sedang 18.275 Ha diantaranya adalah sawah tadah

(2)

hujan. Selain sawah juga terdapat tanah kering yang luasnya mencapai 93.134 Ha atau sebesar 45,65%. Bila dibandingkan dengan luas areal tanah sawah di tahun 2005 yang luasnya 110.548 Ha (54,19% dari luas wilayah), maka di Kabupaten Indramayu cenderung terjadi perubahan penggunaan lahan.

4.3.1 Ekonomi

Nilai PDRB Kabupaten Indramayu tahun 2006 atas dasar harga berlaku sebesar 31.895,39 milyar rupiah dan tanpa migas sebesar 10.813,76 milyar rupiah (www.indramayukab.go.id, 2008). PDRB tahun 2006 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya menjadi 8.304,132 milyar rupiah dan tanpa migas Rp 1.931,228 milyar. Jika dibandingkan tahun sebelumnya, PDRB mengalami peningkatan masing-masing sebesar 35,20 persen dengan minyak dan gas bumi dan 21,74 persen tanpa minyak dan gas. Untuk kontribusi PDRB, sektor yang paling banyak memberikan kontribusi terhadap total PDRB 2006 adalah sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor pertanian, sektor perdagangan, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor jasa-jasa, sektor keuangan, sektor persewaan dan jasa perusahaan, sektor bangunan dan terakhir sektor listrik, gas dan air bersih.

Berdasarkan perhitungan PDRB atas dasar harga konstan 2000, laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Indramayu sebesar 5,10 persen. Dari sembilan sektor yang ada pada PDRB, semua sektor menghasilkan pertumbuhan yang positif. Sektor yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi tertinggi adalah sektor konstruksi/bangunan dengan kenaikan sebesar 14,20 persen. Dilanjutkan oleh kenaikan yang lebih kecil terletak pada sektor perdagangan, hotel & restoran; industri pengolahan; listrik, gas & air bersih; pengangkutan & komunikasi; jasa-jasa; sektor keuangan, persewaan, jasa perusahaan; dan pertanian, maka terjadinya kenaikan tersebut adalah berturut-turut 11,59; 8,59; 6,63; 5,56; 2,69; 2,05 dan 0,68 persen. Sedangkan kenaikan paling kecil terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian yang angka kenaikan 0,30 persen www.indramayukab.go.id (2008).

4.3.2 Sosial dan Budaya

Keadaan sosial budaya suatu masyarakat dapat dikatakan merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan yang dapat dilihat secara kasat mata. Pada tulisan ini keadaan sosial budaya Kabupaten Indramayu

(3)

dikemukakan dalam beberapa indikator, yakni indikator pendidikan, kesehatan dan keluarga berencana, serta agama.

Agama

Kehidupan beragama diatur dalam UUD 1945 Pasal 29 dan sila pertama Pancasila. Kehidupan beragama dikembangkan dan diarahkan untuk peningkatan ahlak demi kepentingan bersama untuk membangun masyarakat adil dan makmur. Kabupaten Indramayu merupakan salah satu kabupaten dengan mayoritas penduduknya memeluk Agama Islam. Pada tahun 2006 penduduk yang beragama Islam tercatat sebanyak 1.686.244 jiwa, sedangkan sisanya tersebar pada empat agama lain seperti Protestan tercatat sebesar 2.719 jiwa, Katolik 1.710 jiwa, Hindu 132 jiwa, Budha 282 jiwa dan Konghucu sebanyak 23 jiwa. Jumlah tempat peribadatan umat Islam pada tahun 2006 tercatat sebanyak 804 Masjid, 3.734 Langgar dan 279 Mushola. Selain tempat peribadatan, di Kabupaten Indramayu juga terdapat pondok pesantren yang tersebar hampir di seluruh kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Indramayu, kecuali di Kecamatan Pasekan. Adapun jumlah pondok pesantren pada tahun 2006 tercatat sebanyak 120 dengan jumlah santri sebanyak 36.010 orang. Selain tempat peribadatan umat Islam, di Kabupaten Indramayu juga terdapat tempat peribadatan lainnya, yakni 17 Gereja Protestan, 10 Gereja Katolik dan 2 Vihara (www.indramayukab.go.id, 2008).

Pendidikan

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan manusia adalah kemajuan di bidang pendidikan. Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Indramayu pada tahun 2006 untuk tingkat Sekolah Dasar jumlah sekolah tercatat sebanyak 878 dan murid sebanyak 195.087 orang. Kemudian di tingkat SMP jumlah sekolah tercatat sebanyak 131 dan murid sebanyak 57.379 orang. Sedangkan di tingkat SLTA jumlah sekolah tercatat sebanyak 45 dan murid sebanyak 15.172 orang. Dan untuk Sekolah Menengah Kejuruan jumlah sekolahnya sebanyak 37 sekolah dengan jumlah murid 12.380 orang (www.indramayukab.go.id, 2008).

Jumlah guru yang terdapat di Kabupaten Indramayu sebanyak 12.888 orang guru. Dari jumlah tersebut sebanyak 7.535 orang (58,47%) mengajar di institusi pendidikan dasar, sedangkan sisanya yakni 5.352 orang (41,53%) mengajar di sekolah lanjutan (SLTA dan SMK) (www.indramayukab.go.id, 2008).

(4)

4.3.3 Sumber Daya Alam (SDA)

Kabupaten Indramayu merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang merupakan daerah sentra pertanian. Oleh karenanya maka sektor pertanian merupakan penyumbang kedua terbesar produk domestik regional bruto setelah sektor industri (migas), dengan besar sumbangan 13,37 persen dari total produk domestik regional bruto Kabupaten Indramayu. Hal ini juga tercermin dari sektor usaha utama penduduk Kabupaten Indramayu yang memperlihatkan bahwa 51,46 persen penduduk yang berusia diatas 10 tahun, bekerja di sektor pertanian (BPS, SAKERNAS 2005 dalam www.indramayukab.go.id, 2008). Dari luas wilayah Kabupaten Indramayu yang tercatat seluas 204.011 Ha, 54,35 persennya merupakan tanah sawah.

Tanaman Pangan

Beberapa jenis tanaman pangan yang diusahakan di Kabupaten Indramayu, antara lain padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah dan kedelai. Produksi terbesar adalah padi sawah sebanyak 1.211.350,95 ton pada tahun 2006 yang berarti mengalami penurunan sebanyak 4,22% dari 1.264.685,81 ton di tahun 2005. Luas lahan tanaman pangan mengalami kenaikan dari 195.254 Ha di tahun 2005 menjadi 198.749 Ha pada tahun 2006; namun produktivitasnya mengalami penurunan dari 64,77 kwintal/Ha ditahun 2005 menjadi 60,95 kwintal/ Ha di tahun 2006. Keadaan ini dapat dipahami karena luas areal untuk tanaman padi cukup luas jika dibandingkan dengan luas areal yang ditanami tanaman pangan lainnya yaitu seluas 110.877 Ha, sedangkan luas areal untuk tanaman pangan lainnya berkisar antara 100 hingga 3.000 ha. Tanaman palawija ubi kayu merupakan komoditas dengan produksi tertinggi, diikuti oleh kedelai, jagung, kacang hijau, kacang tanah dan ubi jalar.

Disamping tanaman pangan dengan padi sebagai primadonanya, Kabupaten Indramayu juga memiliki tanaman unggulan lainnya seperti mangga, pisang cabe merah, bawang merah, jagung serta kedelai. Selain tanaman pangan, di Kabupaten Indramayu juga dibudidayakan tanaman perkebunan seperti kelapa, kelapa hibrida, kapuk, cengkeh, jambu mete, kopi, tebu dan melinjo.

(5)

Peternakan

Berdasarkan jenisnya peternakan dibedakan atas ternak besar, ternak kecil dan ternak unggas. Jenis ternak besar yang cukup dominan di Kabupaten Indramayu adalah sapi sebanyak 5.419 ekor, kerbau 1.747 ekor dan kuda sebanyak 152 ekor. Adapun ternak kecil yang cukup dominan adalah domba sebanyak 130.007 ekor dan kambing sebanyak 54.000 ekor. Jenis ternak unggas yang paling banyak dipelihara adalah ternak ayam kampung, yang pada tahun 2006 jumlahnya mencapai 2.095.100 ekor, disusul itik sebanyak 829.791 ekor dan ayam ras 610.178 ekor.

Perikanan

Seperti halnya wilayah pesisir pada umumnya, maka Kabupaten Indramayu merupakan salah satu Kabupaten penghasil ikan. Produksi ikan laut segar selama tahun 2006 mencapai 71.579,11, walaupun mengalami peningkatan produksi dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 67.359,10 ton, namun nilai produksi saat ini mengalami penurunan dari 129.686.808,79.

Kehutanan

Realisasi pendapatan Kabupaten Indramayu dari sektor kehutanan dan perburuan KPH Indramayu mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2006 pendapatan dari sektor kehutanan dan perburuan mencapai nilai Rp. 17.225.028.641,- sedangkan pada tahun 2005 mencapai Rp. 16.303.371.000,- Adapun nilai terbesar dihasilkan dari kayu perkakas jati yang nilainya mencapai Rp. 15.634.194.326,- diikuti dari minyak kayu putih sebesar Rp. 1.450.937.813. Sedangkan sisanya disumbang oleh kayu perkakas rimba, kayu bakar jati dan kayu bakar rimba.

Potensi minyak dan gas

Sebagai salah satu Kabupaten penghasil minyak dan gas, Kabupaten Indramayu mempunyai potensi minyak dan gas yang tersebar di beberapa wilayah. Peta potensi migas Kabupaten Indramayu dapat dilihat pada Gambar 24.

(6)

Gambar 24. Potensi cadangan migas Kabupaten Indramayu

(Sumber : Laporan akhir Pemanfaatan Sumur-Sumur Migas Non Ekonomi Di Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Majalengka, Dinas Pertambangan dan Energi Jawa Barat-LPPM ITB, 2003) Kabupaten Indramayu memiliki cadangan awal (initial oil in place) terbesar di Propinsi Jawa Barat sebesar 903.768 MSTB (million standard barrel atau juta standard barrel), dengan cadangan gas sebesar 1.428.744,50 mmscf (million matric standart cubic feed atau juta kaki kubik), (Data Migas Kab. Indramayu, 2003).

Kabupaten Indramayu sebagai salah satu penghasil migas di Jawa Barat memiliki cadangan minyak bumi di tempat sebesar 904 juta barrel dan gas alam ditempat sebesar 1.429 milyar kaki kubik (mmscf). Hingga 1 Januari 2003, telah diproduksi sejumlah 133 juta barrel minyak dan 610 milyar kaki kubik (mmscf). Sehingga, cadangan migas yang tersisa yang terdapat di Kabupaten Indramayu adalah 92 juta barrel minyak bumi dan gas alam sebesar 477 milyar kaki kubik (mmscf). (www.distamben-jabar.go.id).

Potensi gas ikutan (flare gas)

Meningkatnya eksploitasi migas di Kabupaten Indramayu guna memenuhi kebutuhan dalam negeri, pada dasarnya akan menyebabkan dua masalah utama. Pertama adalah dampak lingkungan seperti emisi debu, SOx dan NOx dan yang kedua adalah mempersiapakan sarana dan prasarana penanggulangan dampak lingkungan akibat eksploitasi minyak bumi. Pada Gambar 25 terlihat foto satelite gas ikutan (flare gas) di Kabupaten Indramayu yang jumlahnya cukup besar. Mengingat jumlahnya cukup besar, maka dampak lingkungan yang berhubungan dengan eksploitasi migas di Kabupaten

Lokasi Penelitian Di Lapangan Migas Tugu Barat

(7)

Indramayu khususnya lapangan Tugu Barat Desa Amis Kecamatan Cikedung juga akan cukup besar. Adapun dampak tersebut antara lain berupa emisi CO2 yang cukup besar mencapai ± 40 % (Dinas Pertambangan Jawa barat – LPPM ITB, 2003)

Gambar 25. Kondisi gas ikutan (flare gas) (Sumber : NOAA, 2004) 4.4. Profil Industri Pengolah Gas Ikutan Objek Penelitian

Jumlah kandungan gas di Indonesia yang sangat besar dan semakin meningkatnya kebutuhan gas domestik khususnya penggunaan LPG di Indonesia, telah mendorong masyarakat untuk lebih memanfaatkan LPG sebagai alternatif energi yang murah dan ramah lingkungan. Peran sektor swasta (private sector) untuk memberikan kontribusi kepada pemerintah dalam memenuhi kebutuhan domestik LPG juga semakin dibutuhkan. Hal ini dipengaruhi oleh semakin meningkatnya permintaan LPG sebesar 5-10% per tahun dengan total kebutuhan domestik 1.000.000 ton sampai 1.200.000 ton per tahun.

Maka apabila kebutuhan LPG domestik ini dipenuhi diharapkan terjadi alih penggunaan pemanfaatan Bahan Bakar Minyak (BBM) kepada penggunaan gas sebagai energi dan kelangkaan BBM juga turut dapat dikurangi. Sehingga pemerintah juga mampu untuk mengurangi subsidi BBM dan beban subsidi tersebut dapat dialokasikan kepada sektor lain yang lebih membutuhkan, misalnya pendidikan dan kesehatan. Pengembangan investasi di sektor minyak

Lapangan Tugu Barat, Kabupaten Indramayu

(8)

dan gas tentunya akan membantu meningkatkan penyerapan tenaga kerja di daerah operasi. Kebutuhan akan tenaga terlatih dan terdidik yang diserap dari daerah sekitar, juga turut membantu meningkatkan pengalaman dan kesejahteraan mereka. Hal ini juga turut membantu sektor ekonomi formal dan non-formal yang berada di daerah sekitar untuk dapat berkembang melalui suplai kebutuhan logistik dan makanan. Selain itu keberadaan investasi ini juga turut membantu meningkatkan tingkat perolehan pendapatan daerah sehingga turut membantu pemerintah daerah meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Adapun rincian proyek yang diperlukan untuk melakukan pengolahan gas ikutan adalah sebagai berikut :

• PT.SDK mengoperasikan LPG plant yang ada pada saat ini dan akan menambah peralatan baru guna memproses kelebihan gas yang belum dimanfaatkan selama ini.

• Penambahan peralatan dan alat tersebut akan melipatgandakan hasil produksi, LPG, kondensat dan leangas.

• Keseluruhan hasil produksi sepenuhnya menjadi milik PERTAMINA dan atas pengolahan gas tersebut diperkirakan PT.SDK akan memperoleh jasa pengolahan atas masing-masing produksi sebagai berikut :

¾ LPG sebesar US$ 150/Ton. ¾ Kondensat sebesar US$ 15/Bbl. ¾ Lean Gas sebesar US$ 1.20/MMBTU.

• PERTAMINA dapat menyalurkan gas dengan jumlah tertentu tanpa biaya kepada PT.SDK guna diproses di Kilang LPG Tugu Barat.

• Pada masa konstruksi sampai pada saat selesainya pembangunan instalasi peralatan tambahan, maka PT.SDK dapat memperoleh imbalan jasa pengolahan sesuai dengan hasil produksi kilang saat ini, sebesar 70% (tujuh puluh persen) dari jasa pengolahan termaksud.

• Masa kontrak bisa dalam waktu 10 tahun dan selanjutnya dapat dilakukan perpanjangan setiap 10 (sepuluh) tahun sejak pembangunan instalasi baru selesai, yang dapat dilaksanakan dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak kontrak kerja sama ditandatangani.

Gambar

Gambar 24.  Potensi cadangan migas Kabupaten Indramayu
Gambar 25.  Kondisi gas ikutan  (flare gas)                              (Sumber : NOAA, 2004)  4.4

Referensi

Dokumen terkait

tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan modul Geometri Analitik berbasis konstrukstivisme untuk meningkatkan kemampuan representasi matematis mahasiswa

Upaya pemerintah dalam meningkatkan dan merangsang pertanian pangan dapat dilihat dari program yang dilakukan seperti Upaya Khusus (Upsus) dalam peningkatan produksi pangan

Katalis Ni-ZAA setelah regenerasi pemanasan yang disertai oksidasi- reduksi dipakai kembali pada proses hidrocracking pada temperatur 550 o C menghasilkan produk dengan

4.3 Menyampaikan teks terima kasih mengenai sikap kasih sayang dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa

Lokasi Pemasangan Infus Menurut Perry dan Potter (2005), tempat atau lokasi vena  perifer yang sering digunakan pada pemasangan infus adalah vena supervisial atau  perifer

Selain itu juga dilakukan berbagai survey dan wawancara dengan pihak masyarakat dan Kementrian Pekerjaan Umum menyangkut dengan permasalahan yang ada saat mudik,

Makalah ini bertujuan untuk membangun aplikasi pemodelan persyaratan perangkat lunak menggunakan UML, atau secara khusus, untuk membangun aplikasi pemodelan

Secara terminologi, foraminifera dapat didefenisikan sebagai organisme Secara terminologi, foraminifera dapat didefenisikan sebagai organisme bersel tunggal yang