• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Arofatul Mubarokah BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Arofatul Mubarokah BAB II"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Karies

Penyakit karies gigi ditimbulkan karena pembentukan plak pada gigi

yang disebabkan oleh S. Mutans. Proses pembentukan plak gigi dimulai

karena S. Mutans yang menempel pada permukaan gigi dan melakukan

fermentasi. Hasil fermentais ini akan menghidrolisis sukrosa menjadi

komponen monosakarda, fruktosa, dan glukosa. Kemudian enzim

glukosiltransferase mengubah glukosa menjadi dekstran. Residu fruktosa

yaitu gula utama yang difermentasikan menjadi asam laktat. Akumulasi

dari bakteri ini dan dekstran yang menempel pada permukaan gigi akan

membentuk plak gigi (Pratiwi, 2008).

Walaupun, banyak bakteri lain yang juga melekat pada permukaan gigi

tetapi hanya bakteri S. Mutans yang dapat menyebabkan lubang pada gigi

(karies) (Basri et al., 2006).

1. Sejarah Karies

W. D. Miller memulai rangkaian penelitian untk menyelidiki

tentang penyakit karies gigi pada tahun 1890-an. Kemudian W. D.

Miller menemukan bahwa terdapat bakteri yang hidup didalam rongga

mulut dan mengeluarkan asam sehingga melarutkanstruktur gigi dan

membentuk plak yang menempel pada gigi tersebut (Anderson, 2004).

2. Definisi Karies Gigi

Karies gigi merupakan suatu penyakit infeksi mikrobiologi yang

menyebabkan demineralisasi pada jaringan sehingga menyebabkan

terjadinya disolusi dan kerusakan yang terlokalisir pada jaringan keras

gigi (Ismu, 1992).

Karies adalah suatu penyakit multifaktorial, yaitu adanya beberapa

(2)

utama yang memegang peranan yaitu faktor host, substrat,

mikroorganisme, dan waktu (Ismu, 1992).

3. Antikaries

Antikaries yaitu suatu zat yang dapat menghambat, mengurangi

dan atau menghilangkan karies gigi melalui mekanisme kerja

antimikroba. Antibakteri atau antimikroba adalah suatu zat yang

mampu mengganggu pertumbuhan dan metabolisme melalui

mekanisme menghambat (bakteriostatik) atau membunuh mikroba

(bakteriosid) (Pelczar dan Chan, 1988).

Menurut Pelczar dan Chan (1988), berdasarkan mekanisme

kerjanya antimikroba dapat digolongkan menjadi 5 kelompok, yaitu:

1. Menghambat pembentukan dinding sel bakteri

2. Mengganggu permeabilitas membran

3. Menghambat sintesa protein

4. Mengganggu metabolisme sel bakteri

5. Menghambat sintesa asam nukleat

B. Mouthwash

Mouthwash adalah sediaan cair yang digunakan untuk membersihkan,

menyegarkan mulut, menghilangkan bau mulut, atau tujuan pengobatan

penyakit pada membrane mukosa oral atau penyakit gusi atau untuk

mencegah karies gigi dengan rasa dan bau yang menyenangkan.

Mouthwash dapat diklasifikasikan sebagai beikut:

1. Mouthwash kosmetik terdiri dari air (dan biasanya alkohol, pengaroma

atau pewarna) juga dapat mengandung bahan –bahan surfaktan untuk tujuan dalam membantu kelarutan dari minyak esensial dan membantu

dalam penetrasi dan pembersihan mulut dan gigi.

2. Mouthwash dimana tujuan utamanya yaitu untuk menghilangkan atau

memusnahkan bakteri normal yang ditemukan dalam jumlah besar

(3)

efek ini yang harus dapat dibawa dalam larutan baik secara fisik

maupun kimia.

3. Mouthwash astringent dimana dalam penambahannya untuk efek

langsung pada mukosa oral, juga memberikan tujuan flokulasi dan

pengendapan bahan protein sehingga dapat dihilangkan dengan cara

pembilasan.

4. Mouthwash pekat yang dirancang untuk penggunaan setelah

diencerkan.

5. Mouthwash dapar dimana aksi utmanya tergantung pada Ph larutan

sebagai contoh sediaan alkali, mungkin membantu dalam mengurangi

lendir maupun saliva.

6. Mouthwash penghilang bau dimana tergantung pada aksi

antibakterinya atau pada mekanisme lain untuk efeknya.

7. Mouthwash terapeutik dimana diformulasikan untuk tujuan

meringankan infeksi, mencegah karies gigi, atau meringankan

beberapa kondisi patologikal lain pada mulut, gig atau kerongkongan.

C. Emulsi

Emulsi yaitu merupakan suatu sediaan yang mengandung dua zat cair

yang tidak mau campur, biasanya air dan minyak dimana cairan satu

terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan lain.

Dispersi ini tidak stabil, butir-butir ini akan bergabung (koalesen) dan

membentuk dua lapisan air dan minyak yang terpisah. Emulgator

merupakan komponen yang penting untuk memperoleh emulsi yang stabil.

Faktor-faktor yang mempengaruhi satbilitas emulsi adalah:

1. Ukuran partikel

2. Viskositas

3. Rasio fase volume (efek volume dari Oswald)

(4)

D. Bakteri Streptococcus mutans

Klasifikasi Streptococcus mutans

Kingdom : Monera

Divisio : Firmicutes

Class : Bacilli

Order : Lactobacilalles

Family : Streptococcaceae

Genus : Streptococcus

Species : Streptococcus mutans

S. mutans adalah merupakan suatu bakteri yang mempunyai bentuk

kokus (bulat) atau lonjong dengan diameter 0,5 sampai 2 µm. Bakteri ini

merupakan bakteri gram positif, biasa membentuk koloni berantai atau

berpasangan, bersifat anaerob fakultatif, tidak berspora dan tidak bergerak

(nonmotil). bakteri S. mutans dapat memperbanyak diri dalam waktu 48

jam pada suhu optimum 37°C dalam media selektif (Holt et al., 1994).

S. mutans adalah salah satu bakteri yang bersifat kariogenik yang dapat

menyebabkan terjadinya karies gii dan akan bertambah parah jika tidak

segera diobati. Sesudah memakan makanan yang mengandung gula,

terutama adalah sukrosa, dan bahkan setelah beberapa enit penyikatan gigi

dilakukan, glikoprotein yang lengket (kombinasi molekul protein dan

karbohidrat) akan melekat dan bertahan pada gigi untuk mulai

pembentukan plak pada gigi. Pada waktu yang bersamaan berjuta-juta

bakteri S. mutans juga melekat pada glikoprotein (Basri et al., 2006).

E. Jeruk Nipis

a. Sistematika Jeruk Nipis

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

(5)

Family : Rutaceae

Genus : Citrus

Spesies : Citrus aurantifolia (Cristm.) Swingle

Nama daerah : jeruk asam (Jawa), limau asam (Sunda),

jeruk dhurga (Madura).

Nama asing : Lime (Inggris), Lima (Spanyol), Limah

(Arab). (Setiadi, 2004).

Buah jeruk nipis merupakan salah satu jenis Citrus (jeruk) yang

asal usulnya adalah dari Asia Tenggara dan India.

b. Morfologi Tumbuhan

Tanaman jeruk nipis (C. aurantifolia L.) yaitu suatu pohon yang

berukuran kecil. Memiliki bentuk buah yang agak bulat dengan

ujungnya edikit lancip dan berdiameter 3-6 cm dengan kulit yang

cukup tebal. Saat masih muda, buah berwarna hijau kekuningan.

Semakin tua, warna buah semakin hijau tua atau kekuningan. Rasa

buahnya asam segar. Bijinya berbentuk bulat telur, pipih, dan

berwarna putih kehijauan, akar tunggangnya berbentuk bulat dan

berwarna putih kekuningan (Astarini et al., 2010).

c. Kandungan dan Kegunaan

Buah jeruk nipis memiliki rasa asam, pahit dan bersifat sedikit

dingin. Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam buah jeruk nipis

diantaranya yaitu asam sitrat sebanyak 7-7,6%, mineral, damar lemak,

vitamin B1, sitral limonen, fellandren, lemon kamfer, geranil asetat,

cadinen, linalin asetat. Selain itu, buah jeruk nipis juga mengandung

vitamin C sebanyak 27 mg/ 100 g jeruk, P sebanyak 22mg, dan Ca

sebanyak 40 mg/ 100 g (Hariana, 2005).

Tanaman dengan Genus Citrus merupakan salah satu tanaman

penghasil minyak atsiri yang merupakan suatu substansi alami yang

memiliki efek sebagai antibaktiri. Minyak atsiri yang dihasilkan oleh

(6)

mengandung terpen, seskuiterpen alifatik, turunan hidrokarbon

teroksigenasi, dan hidrokarbon aromatik.

Komposisi senyawa minyak atsiri dalam buah jeruk nipis yaitu

limonen 33,33%, β-pinen 15,85%, sitral 10,54%, neral 7,94%, γ

-terpinen 6,80%, α-farnesen 4,14%, α-bergamoten 3,38%, β-bisabolen

3,05%, α-terpineol 2,98%, linalol 2,45%, sabinen 1,81%, β-elemen

1,74%, nerol 1,52%, α-pinen 1,25%, geranil asetat 1,23%, 4-terpineol 1,17%, neril asetat 0,56%, dan trans-β-osimen 0,26% (Astarini et al., 2010).

Buah jeruk nipis dapat dijadikan sebagai obat tradisional yang

berkhasiat dalam mengurangi demam, batuk, infeksi saluran kemih,

ketombe, menambah stamina, mengurangi jerawat setra sebagai

antimikroba dan antiinflamasi.

F. Ekstraksi

Ekstraksi yaitu merupakan kegiatan penarikan kandungan kimia

yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan

pelarut cair. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat

digolongkan ke dalam minyak atsiri, flavonoid, alkaloid, dan lain-lain.

Menurut Depkes RI (2000) pembagian metode ekstraksi yaitu:

a. Cara dingin

1. Maserasi

Maserasi yaitu proses pengekstraksian simplisia dengan

menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau

pengadukan pada temperatur ruangan (kamar)

2. Perkolasi

Perkolasi yaitu ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai

(7)

b. Cara panas

1. Refluks

Refluks yaitu ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik

didihnya, selama waktu tertentu dengan jumlah pelarut terbatas

yeng relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

2. Sokletasi

Sokletasi yaitu ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru dan

yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi

ekstrak kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan

adanya pendingin balik.

3. Digesti

Digesti yaitu maserasi kinetik (denga pengadukan kontinu)

pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu

secara umum dilakukan pada temperatur 40-500C.

4. Infundasi

Infundasi merupakan proses penyarian yang umumnya

dilakukan untuk menyari senyawa aktif yang larut dalam air dari

bahan-bahan nabati. Proses ini dilakukan pada suhu 900C selama

15 menit.

5. Dekok

Dekok merupakan infus pada waktu yang lebih lama dan

temperatur titik didih air, yakni 30 menit pada suhu 90-1000C.

G. Uji Aktivitas Antibakteri

Penentuan kepekaan mikroba patogen terhadap zat antimikroba

dapat dilakukan dengan dua metode utama yaitu metode dilusi dan difusi.

Hal penting yang harus diperhatian adalah penggunaan metode standar

untuk mengontrol berbagai faktor yang mempengaruhi aktivitas

antimikroba (Jawets et all, 1986).

a. Metode Dilusi

Metode ini menggunakan antimikroba yang kadarnya menurun

(8)

bakteri uji diinokulasi dan dieramkan. Pada tahap akhir dilarutkan

antimikroba dengan kadar yang dapat menghambat dan yang dapat

mematikan. Uji kepekaan metode dilusi agar memakan waktu, dan

penggunaannya dibatasi pada keadaan tertentu. Uji kepekaan metode

dilusi cair tidak praktis dan jarang digunakan.

b. Metode Difusi

Metode yang paling banyak digunakan adalah metode difusi

agar. Cakram kertas saring yang berisi sejumlah tertentu obat

ditempatkan pada medium padat yang sebelumnya telah diinokulasi

bakteri uji pada permukaannya. Sesudah diinkubasi, diameter zona

hambat sekitar cakram digunakan untuk mengukur kekuatan hambatan

obat terhadap organisme uji. Metode ini dipengaruhi beberapa faktor

kimia dan fisika, selain faktor antara obat dengan organisme (misalnya

sifat medium dan kemampuan difusi ukuran molekular dan stabilitas

obat). Meskipun demikian, standarisasi beberapa faktor yang ada

memungkinkan melakukan uji kepekaan atau pengukuran potensi obat

dengan baik (Jawetz et al, 1986).

Ada berbagai macam cara untuk mengukur jumlah sel,

diantaranya yaitu:

1. Hitungan cawan (plate count),

2. Hitungan mikroskopik langsung (direct microscopic count), dan

3. Secara elektronis dengan bantuan alat yang disebut penghitung

Coulter (Coulter counter).

Referensi

Dokumen terkait

Pada IKM keramik putaran mesin yang digunakan sekitar 40 rpm sampai 60 rpm. Sedangkan pada penelitian ini, putaran mesin dapat diatur dengan menggunakan inverter

yang mengungkapkan bahwa konflik ditempat kerja yang berkepanjangan, pemberian beban kerja yang terlalu berlebihan terhadap karyawan dapat menimbulkan stress yaitu kondisi

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

Kedudukan Dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Perumusan Isu Strategis Analisis lingkungan internal Analisis lingkungan eksternal Perumusan Tujuan, Sasaran, Strategi,

Karakteristik substrat maupun sedimennya pada Kawasan Pantai Ujong Pancu sendiri memiliki karateristik sedimen yang didominasi oleh pasir halus dimana pada

Harapannya siswa akan membangun sebuah pengetahuan daun yang berbentuk pita dan bertulang daun sejajar tidak menonjol mempunyai akar serabut (seperti bawang

Edukasi pada program acara Asyik Belajar Biologi dalam Mata Pelajaran. IPA

Kepuasan responden di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang kategori tinggi adalah 38 responden ( 38 % ) dan kategori sedang 62 responden ( 62 % ), dengan