I. Tinjauan Teori
A. Kehamilan
1. Pengertian
Menurut fedensi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implementasi. Bila dihitung dari
saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung
dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut
kalender internasional (Sarwono, 2010; h. 213).
Proses kehamilan adalah matarantai yang bersinambung dan terdiri
dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi, dan pertumbuhan
zigot, nidasi, (implementasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan
tumbuh kembang dan hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2010; h.
2010).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kehamilan adalah suatu proses
bertemunya spermatozoa dan ovum di dalam rahim sehingga terjadi
nidasi atau implementasi kemudian terjadi pembuahan berlangsung
Periode antepartum di bagi menjadi 3 trimester, yang masing-masing
terdiri dari 13 minggu atau tiga bulan menurut hitungan kalender.
Pembagian waktu ini diambil dari ketentuan yang mempertimbangkan
bahwa lama kehamilan diperkirakan kurang lebih 280 hari, 40 minggu, 10
bulan (berdasarkan perputaran bulan atau lunar), atau sejak hari pertama
haid terakhir (HPHT). Pada prakteknya, trimester pertama secara umum
dipertimbangkan langsung pada minggu pertama hingga ke-12 (12
minggu), trimester ke dua pada minggu ke-13 hingga ke-27 minggu (15
minggu), dan trimester ke tiga pada minggu ke-28 hingga 40 (13 minggu)
(Varney, 2007; h.492 ).
2. Etiologi
Suatu kehamilan akan terjadi bila terdapat 5 aspek berikut, yaitu
(Manuaba, 2010; h. 75-82).
a. Ovulasi
Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh
sistem hormonal yang kompleks. Proses pertumbuhan ovum
(oogeneis) asalnya epitel germinal menjadi oogenium dan akan
berubah menjadi folikel primer menjadi Proses pematangan pertama.
b. Spermatozoa
Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang
menjadi spermatosit pertama, menjadi spermatosit kedua, menjadi
spermatid, akhirnya spermatozoa.
Pertumbuhan spermatozoa dipengaruhi matarantai hormonal yang
kompleks dari pancaindra, hipotalamus, hipofisis, dan sel interstitial
Leydig sehingga spermatogonium dapat mengalami proses mitosis.
Pada setiap hubungan seksual dikeluarkan sekitar 3 cc sperma yang
mengandung 40-60 juta spermatozoa setiap cc. Bentuk
spermatozoa seperti cebong yang terdiri atas kepala (lonjong sedikit
gepeng yang mengandung inti), leher (penghubung antara kepala
dan ekor), ekor (panjang sekitar 10 kali kepala, mengandung energy
sehingga dapat bergerak).
c. Konsepsi
Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut
konsepsi atau fertilisasi dan membentuk zigot. Proses Nidasi atau
Implantasi
Dengan masuknya intisari spermatozoa ke dalam sitoplasma, “vitelus” membangkitkan kembali pembelahan dalam inti ovum yang dalam keadaan “Metafase”. Proses pemecahan dan pematangan mengikuti bentuk anaphase dan “telofase” sehingga pronukleusnya menjadi “haploid”. Pronukleus spermatozoa dalam keadaan haploid
saling mendekati dengan inti ovum yang kini haploid dan bertemu
d. Pembentukan plasenta
Nidasi dan implementasi terjadi pada bagian fundus uteri
dinding depan atau belakang. Pada blastula, penyebaran sel
trofoblas yang tumbuh tidak rata, sehingga bagian blastula dengan
inner cell mass akan tertanam ke dalam endometrium. Sel trofoblas
menghancurkan endometrium sampai terjadi pembentukan plasenta
yang berasal dari primer vili korealis. Terjadinya nidasi
(implementasi) mendorong sel blastula mengadakan diferensiasi.
3. Tanda-tanda terjadinya kehamilan
Menurut Manuaba (2010;h. 107) tanda-tanda kehamilan dibagi 3
yaitu:
a. Tanda dugaan kehamilan
1) Amenorea (terlambat datang bulan)
Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan
folikel de Graf dan ovulasi.
2) Mual dan Muntah (emesis)
Pengaruh estrogen dan progesterone menyebabkan
pengeluaran asam lambung yang berlebihan. Mual dan Muntah
terutama pada pagi hari disebut morning sickness.
3) Ngidam
Wanita hamil sering menginginkan makanan tertuntu, keinginan
4) Sinkope atau Pingsan
Terjadi gangguan sirkulasi aliran ke daerah kepala (sentral)
menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan
sinkop atau pingsan.
5) Payudara tegang
Pengaruh estrogen progesterone dan sematomamotrrofin
menimbulkan deposit lemak, air, garam pada payudara.
6) Sering Miksi
Desakan Rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat
terasa penuh dan sering miksi.
7) Kontipasi dan Obstipasi
Pengaruh progesterone dapat menghambat peristaltic usus,
menyebabkan kesulitan buang air besar.
8) Pigmentasi kulit
Pigmentasi disekitar pipi (kloasma gravidarum), pada dinding
perut (striae lividae, striae nigra, linea alba makin hitam), dan
sekitar payudara (hiperpigmentasi aerola mammae, putting
susu makin menonjol, kelenjar Montgomery menonjol,
pembuluh darah manifest sekitar payudara).
9) Epilus
Hipertrofi gusi yang disebut epilus, dapat terjadi bila hamil.
Terjadi sekitar daerah genetal eksterna, kaki, betis, dan
payudara.
b. Tanda tidak pasti kehamilan (Manuaba, 2010; h. 108)
1) Rahim membesar, sesuai dengan tuanya hamil
2) Pada pemeriksaan dalam dijumpai tanda Hegar, tanda
Chadwicks, tanda Piscaseck, Kontaksi Braxton Hicks, dan
teraba ballottement.
3) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif. Tetapi sebagian
kemungkinan positif palsu.
c. Tanda pasti kehamilan (Manuaba, 2010; h.109)
1) Gerakan janin dalam Rahim
2) Terlihat/teraba gerakan janin dan teraba bagian-bagian janin.
3) Denyut jantung janin
4. Perubahan anatomi dan fisiologi pada wanita hamil
Perubahan wanita hamil menurut Sarwono (2010;h. 175-186) adalah
sebagai berikut:
a. Perubahan Sistem Reproduksi
1) Uterus
Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk
menerima dan melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta,
amnion) sampai persalinan. Uterus mempunyai kemampuan
kehamilan dan pulih kembali seperti keadaan semula dalam
beberapa minggu setelah persalianan. Pada perempuan tidak
hamil uterus mempunyai berat 70 g dan kapasitas 10 ml atau
kurang. Selama kehamilan, uterus akan berubah menjadi suatu
organ yang mampu menampung janin, plasenta, dan cairan
amnion rata-rata pada akhir kehamilan volume totalnya
mencapai 51 bahkan dapat mencapai 201 atau lebih dengan
berat rata-rata 1100 g.
2) Serviks
Satu bualn setelah konsepsi serviks akan menjadi
lebih lunak dan kebiruan. Perubahan ini terjadi akibat
penambahan vaskularasi dan terjadinyanedema pada seluruh
serviks, bersamaan dengan terjadinya hipertrofi dan hiperplasia
pada kelenjar-kelenjar serviks.
3) Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan
pantangan folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus luteum
yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini akan berfungsi
maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu
akan berperan sebagai penghasil progesterone dalam jumlah
Relaksin, suatu hormon protein yang mempunyai
struktur mirip dengan insulin dan disekresikan oleh korpus
luteum, desidua, plasenta, dan hati.
4) Vagina dan Peruneum
Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan
hyperemia terlihat jelas pada kulit dan otot-otot di perineum dan
vulva akan terlihat berwarna keungu-unguan yang dikenal
dengan tanda chadwick. Peningkatan volume sekresi vagina
juga terjadi, di mana sekresi akan berwarna keputihan,
menebal, dan pH antara 3,5-6 yang merupakan hasil dari
peningkatan produksi asam laktat glikogen yang dihasilkan
oleh epitel vagina sebagai aksi dari lactobasillus acidophilus.
5) Kulit
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna
menjadi kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga
mengenai daerah payudara dan paha. Perubahan ini dikenal
dengan nama striae gravidarum.
6) Payudara
Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan
payudaranya menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua
payudara akan bertambah ukurannya dan vena-vena di bawah
dan tegak. Setelah bulan pertama suatu cairan berwarna
kekuningan yang disebut kolostrum dapat keluar
b. Perubahan metabolic
Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan
berasal dari uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah,
dan cairan ekstraseluler. Diperkirakan selama kehamilan berat
badan akan bertambah 12,5 kg.
Table 2.1 Rekomendasi penambahan berat badan selama kehamilan berdasarkan indeks massa tubuh.
Kategori IMT Rekomendasi (kg)
Rendah < 19,8 12,5 – 18
Normal 19,8 – 26 11,5 – 16
Tinggi 26- 29 7 – 11,5
Obesitas >29 ≥ 7
Gemeli 16 – 20,5
Sumber: Prawirohardjo, 2010; h.180
Pada trimester ke-2 dan ke-3 pada perempuan dengan gizi
baik dilanjutkan menambah berat badan per minggu sebesar 0,4 kg,
sementara pada perempuan dengan gizi kurang atau berlebihan
dianjurkan menambah berat badan per minggu masing-masing
sebesar 0,5 kg dan 0,3 kg.
Darah 100 600 1300 1450 Cairan
ekstraseluler
0 30 80 1480
Lemak 310 2050 3480 3345
Total 650 4000 8500 12500
Sumber: Prawiroharjo, 2010; h. 180
Peningkatan jumlah cairan selama kehamilan adalah suatu hal
yang fisiologis. Hal ini disebabkan oleh turunnya osmolaritas dari
10 mOsm/kg yang diinduksi oleh makin rendahnya ambang rasa
haus dan sekresi vasopressin. Fenomena ini mulai terjadi pada
awal kehamilan. Pada saat aterm ± 3,5 cairan bersalan dari janin,
plasenta, dan cair an amnion, sedangkan 3 liter lainnya berasal
dari akumulasi peningkatan volume darah ibu, uterus, dan
payudara sehingga minimal tambahan cairan selama kehamilan
adalah 6,5. Penambahan tekanan vena di bagian bawah uterus
dan mengakibatkan oklusi parsial vena kava yang bermanifestasi
pada adanya pitting edema di kaki dan tungkai terutama pada akhir
kehamilan. Penurunan tekanan osmotic koloid di interstisial juga
akan menyebabkan edema pada akhir kehamilan. Hasil konsepsi,
uterus, dan darah ibu secara relative mempunyai kadar protein
yang lebih tinggi dibandingkan lemak dan karbohidrat. WHO
Pada kehamilan normal akan terjadi hipoglikemia puasa yang
disebabkan oleh kenaikan kadar insulin, hiperglikemia postprandial
dan hiperinsulinemia. Konsentrasi lemak, lipoprotein, dan
apolipoporotein dalam plasma akan meningkat selama kehamilan.
Lemak akan disimpan sebagian besar di sentral yang kemudian
akan digunakan janin sebagian nutrisi sehingga cadangan lemak
itu akan berkurang.
Selama kehamilan ibu akan menyimpan 30 g kalsium yang
sebagian besar akan digunakan untuk pertumbuhan janin. Jumlah
itu di perkirakan hanya 2,5 % dari total kalsium ibu. Penggunaan
suplemen kalsium untuk mencegah preeklamsia tidak terbukti dan
tidak disarankan untuk menggunakannya secara rutin selama
kehamilan. Zinc (Zn) sangat penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan janin. Beberpa penelitian menunjukan kekurangan
zat ini dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat.
Asam folat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan pembelhan sel
dalam sintesis DNA/RNA. Defisiensi asam folat selama kehamilan
akan menyebabkan terjadinya anemia megaloblastik dan defisiensi
pada masa prakonsepsi serta awal kehamilan diduga akan
menyebabkan neural tube defect pada janin sehingga para
Sementara ibu-ibu yang mempunyai riwayat anak dengan spina
bifida dianjurkan mengkonsumsi asam folat sebanyak 4 mg/hari
sampai usia kehamilan 12 minggu.
c. Perubahan kardiovaskuler
Pada minggu ke-5 cardiac output akan meningkat dan
perubahan ini terjadi untuk mengurangi resistensi vaskuler
sistemik. Selain itu juga terjadi peningkatan denyut jantung. Sejak
peetengahan kehamilan pembesaran uterus akan menekan vena
kava inferior dan aortabawah ketika berada d alam posisi
terlentang. Penekanan vena kava inferior ini akan mengurangi
darh bilik vena ke jantung.
d. Perubahan Sistem respirasi
Selama kehamilan sirkumferensia torak akan bertambah ± 6
cm, tetapi tidak mencukupi penurunan kapasitas residu fungsional
dan volume residu paru-paru karena pengaruh diafragma yang
naik ± 4 cm selama kehamilan.
e. Perubahan Traktus Digestivus
Seiring dengan makin besarnya uterus, lambung dan usus
akan tergeser. Hemorrhoid juga merupakan suatu hal yang sering
terjadi sebagai akibat konstipasi dan peningkatan tekanan vena
manusia tidak mengalami perubahan selama kehamilan baik
secara anatomic maupun morfologik.
f. Perubahan Traktus Urinaris
Pada bulan-bulan pertama kehamian kandung kemih akan
tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga
menimbulkan sering berkemih. Pada ureter akan terjadidilatasi sisi
kanan akan lebih membesar dibandingkan ureter kiri.
g. Perubahan Sistem Endokrin
Kelenjar tyroid akan mengalami pembesaran hingga 15,0 ml
pada saat persalinan akibat dari hyperplasia kelenjar dan
peningkatan vaskularisasi. Kelenjar adrenal pada kehamilan
normal akan mengecil.
h. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Akibat kompensasi dari pembesaran uterus keposisi anterior,
lordisis menggeser pusat daya berat ke belakang kearah dua
tungkai. Morbiditas tersebut dapat mengakibatkan perubahan
sikap ibu dan pada akhirnya menyebabkan perasaan tidak pada
bagian bawah punggung.
5. Keluhan ringan Hamil Muda (Manuaba, 2010; h. 227-234)
a. Emesis Gravidarum
Gejala klinis emesis gravidarum kepala pusing, terutama pagi
b. Kram Kaki
Seruing terjadi pada betis, karena kurangnya asupan
makanan sehingga terdaoat perubahan keseimbangan
perubahan elektrolit.
c. Varises
Merupakan pembesaran dan pelebaran pembuluh darah
vena, yang sering dijumpai pada wanitanhamil di daerah
vulva, vagina, paha, dan terutama tungkai bawah.
d. Hiperemesis Gravidarum
Mual muntah yang tidak dapat ditangani sehinhga
mengganggu aktifitas sehari-hari dan menyebabkan
kekurangan cairan dan terganggunya elektrolit.
e. Hipersalivasi
Pengeluaran air ludah yang berlebihan pada waktu hamil.
Keadaan ini disebabkan meningkatnya hormon estrogen dan
human chorionic gonaditrophine.
6. Asuhan Antenatal (Prawirohardjo, 2010; h. 278)
Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan
kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal
melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan.
Menurut Manuaba (2010; h. 111) pengawasan antenatal
a. Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat
saat kehamilan, saat persalinan, dan kala nifas.
b. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil,
persalinan, dan kala nifas.
c. Memberikan nasihat dan petunjuk yang berkaitan dengan
kehamilan, persalinan, kala nifas, laktasi, dan aspek keluarga
berencana.
d. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.
Dengan memberikan batasan dan tujuan pengawasan antenatal,
maka jadwal pengawasan antenatal, maka jadwal pemeriksaan
adalah sebagai berikut:
1) Pemeriksaan pertama. Pemeriksaan pertama dilakukan segera
setelah diketahui terlambat haid.
2) Pemeriksaan ulang:
a) Setiap bulan sampai usia kehamilan 6 sampai 7 bulan.
b) Setiap 2 minggu sampai usia kehamilan 8 bulan.
c) Setiap 1 minggu sejak usia kehamilan 8 bulan sampai terjadi
persalinan.
3) Pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan tertentu.
7. Pelayanan antenatal diupayakan agar memenuhi standar kualitas
(10 T) yaitu :
b. Pengukuran tekanan darah.
c. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA).
d. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri).
e. Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi
tetanus toksoid sesuai status imunisasi.
f. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama
kehamilan.
g. Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
h. Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal
dan konseling, termasuk keluarga berencana).
i. Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin
darah (Hb), pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan
darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya).
j. Tatalaksana kasus.
(Kemenkes, 2013; h. 72)
B. Persalianan
1. Pengertian
Persalianan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsespsi
(janin+uri) yang dapat hidup ke dunia luar, dari Rahim melalui
jalan lahir atau dengan jalan lain. (Mochtar, 2011;h. 69)
Persalianan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar
kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan atau
tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 2010; h. 164).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa persalinan adalah
pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup bulan atau dapat
hidup ke dunia luar melalui jalan lahir dengan kekuatan ibu sendiri
atau dengan jalan lain.
2. Macam-macam persalianan (Manuaba, 2010; h. 164)
a. Persalinan Spontan, bila persalinan seluruhnya berlangsung
dengan kekuatan ibu.
b. Persalinan Buatan, bila proses persalinan dengan bantuan
tenanga dari luar.
c. Persalinan Anjuran (partus presipitatus).
3. Sebab-sebab yang menimbulkan pesalinan (Mochtar, 2011; h. 69)
a. Teori penurunan hormon
1-2 minggu sebelum partus, mulai terjadi penurunan kadar
hormonestrogen dan progesreron. Progesterone bekerja sebagai
penenang otot-otot polos Rahim. Karena itu akan terjadi
kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan his jika kadar
b. Teori plasenta menjadi tua
Penuaan plasenta akan menyebabkan turunnya kadar estrogen
dan progesterone sehingga terjadi kekejangan pembuluh darah.
c. Teori Distensia Rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia
otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi uteroplasma.
d. Teori iritasi mekanik
di belakang serviks, terletak ganglion servikale (Pleksus
Frankenhauser). Apabila ganglion tersebut digeser dan ditekan,
misalnya oleh kepala janin, akan timbul kontraksi uterus.
e. Induksi partus: partus dapat pula ditimbulkan dengan:
1) Gagang laminaria: beberapa laminaria dimasukan dalam
kanalis servisis dengan tujuan merangsang Pleksus
Frankenhauser.
2) Amniotomi: pemecahan ketuban.
3) Tetsan oksitosin: pemberian oksitosin melalui tetesan infus.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan menurut Mochtar
(2011; h. 70).
a. Kekuatan mendorong janin keluar (power)
1) His (kontaksi uterus).
2) Kontraksi dinding perut.
4) Ligamentous action, terutama ligamentum rotundum.
b. Faktor jalan lahir (Passage)
c. Faktor janin (Passenger)
5. Proses persalinan terdiri dari 4 kala (Mochtar, 2011; h. 71-73) yaitu:
a. Kala I (Pembukaan)
Inpartu (Partus mulai) ditandai dengan keluarnya lender
bercampur darah (Bloody Show) karena serviks mulai
membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement). Darah berasal
dari pecahnya pembuluh darah kapiler di sekitar kanalis
servisis akibat pergeseran ketika serviks mendatar dan
membuka .
Kala pembukaan dibagi atas 2 fase.
1) Fase laten, yaitu pembukaan serviks yang berlangsung
lambat sampai pembukaan 3 cm, lamanya 7-8 jam.
2) Fase aktif, yaitu berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas
3 subfase.
a) Periode akselerasi, yaitu berlangsung 2 jam,
pembukaan menjadi 4 cm.
b) Periode dilatasi maksimal (steady), yaitu selama 2 jam
pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
c) Periode deselerasi, yaitu berlangsung lambat dalam
b. Kala II (kala pengeluaran janin)
Pada kala pengeluaran janin his terkoordinasi, kuat,
cepat, dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Karena
tekanan pada rektum, ibu merasa mau buang air besar,
dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai
kelihatan, vulva membuka, dan perineum meregang. Dengan
his dan mengedan yang terpimpin, akan lahir kepala, diikuti
oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi berlangsung 1 ½ -
2 jam, pada multi ½ - 1 jam.
c. Kala III (Kala Pengeluaran Uri)
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim beristirahat
sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi
pusat , dan berisi plasenta yang menjadi dua kali lebih tebal
dari sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his
pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit,
seluruh plasenta terlepas, terdorong dari atas simpisis atau
fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit
setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan
d. Kala IV
Kala IV adalah kala pengawasan selama 1 jam
setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu,
terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum.
6. Tanda-tanda persalinan menurut Mochtar (2011; h. 70) yaitu:
a. Tanda –tanda permulaan persalinan yaitu:
1) Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun
memasuki pintu atas panggul, terutama pada primigravida.
Pada multipara hal tersebut tidak begitu jelas.
2) Perut keliatan lebih melebar, fundus uteri turun
3) Sering buang air kecil atau sulit berkemih (prolakisurin)
karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
4) Perasaan nyeri diperut dan di pinggang oleh adanya
kontraksi-kontraksi lemah uterus, kadang-kadang disebut “false labor pains”.
5) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya
bertambah, mungkin bercampur darah (bloody show).
b. Tanda-tanda inpartu
1) Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering,
dan teratur.
2) Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena
3) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4) Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah ada
pembukaan.
7. Asuhan Persalinan Normal
Menurut Prawirnohardjo (2010; h. 341-347), ada 60 langkah
persalinan normal, yaitu:
Melihat Tanda dan Gejala Kala
1) Mengamati tanda dan gejala kala dua.
a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum
dan/ atau vaginanya.
c) Perineum menonjol.
d) Vulva-vagina dan spingter ani membuka.
Menyiapkan Pertolongan Persalinan
2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap
digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan mnempatkan
tabung suntik steril sekali pakai dalam partus set.
3) Mengenakan baju penutup atau celemek yang bersih.
4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah saku,
mencuci kedua tangan dengan sabun dan air besrsih yang
mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali
5) Memakai sarung tangan DTT atau steril untuk semua
pemeriksaan dalam.
6) Menghisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan
memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan
meletakkan kembali di partus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi
atau steril tanpa mengontaminasi tabung suntik.
Memastikan Pembukaan Lengkap dengan Janin Baik
7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati
dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa
yang sudah dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina,
perineum, atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,
membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari
depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang
terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung
tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sraung tangan)
tangan tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi,
langkah # 9).
8) Dengan menggunakan teknik aseptic, melakukan pemeriksaan
dalam untukmemastikan pembukaan serviks sudah lengkap. Bila
selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah
9) Mendekomentasi sarung tangan dengan cara mencelupkan
tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam
larutan klorin 0,5 % dan kemudian melepaskannya dalam
keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin 0,5 %
selama 10 menit. Mencuci kedua tangan (seperti diatas).
10) Memeriksa Deyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir
untuk memastikan bawha DJJ dalam batas normal (100-180
kali/menit).
a) Mengambil tindakan yang sesuai apabila DJJ tidak normal
b) Mendokumtasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan
semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada
partograf.
Menyiapkan Ibu dab Keluarga untuk Membantu Proses Pimpinan
Meneran
11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik. Membantu ibu dalam posisi yang nyaman sesuai dengan
keinginannya.
a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran,
melanjutkan pematauan kesehatan dan kenyamanan ibu
serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan
b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka
dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat
ibu mulai meneran.
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran. (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah
duduk dan pastikan ia merasa nyaman)
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan
yang kuat untuk meneran:
a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai
keinginan untuk meneran.
b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk
meneran.
c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan
pilihannya (tidak meminta untuk berbaaring terlentang).
d) Menganjurkan ibu untuk istirahat di antara kontraksi.
e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi
semangat pada ibu.
f) Menganjurkan asupan cairan per oral
g) Menilai DJJ setiap 5 menit.
h) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum terjadi segera
60 menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk segera. Jika ibu
tidak ada keinginan untuk meneran.
i) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau
mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran
dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran pada
puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat diantara
kontraksi.
j) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi
segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan
segera.
Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
letakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
15) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong
ibu.
16) Membuka partus set
17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
Menolong Kelahiran Bayi
Lahirnya kepala
18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi,
yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi,
membiarkan kepala keluar perlahan-lahan, menganjurkan ibu
untuk meneran perlahan-lahan atau bernafas cepat saat kepala
lahir.
19) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan
kain atau kassa yang bersi. (langkah ini tidak harus dilakukan).
20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai
jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses
kelahiran bayi:
a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan
lewat bagian atas kepala bayi.
b) Jika tali pusat melilit leher janin dengan erat, mengklemnya di
dua tempat dan memotongnya.
21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putar paksi luar.
Lahir bahu
22) Setelah kepala melakukan putar paksi luar, tempatkan kedua
tangan dimasing-masing sisi muka bayi. Meganjurkan ibu untuk
meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke
arah bawah dan ke arah luar hingga bahu anterior muncul di
bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah
23) Setelah kedua bahu dilahirkan, meluruskan tangan mulai kepala
bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan
bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut.
Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati
perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh
bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas)
untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya
lahir.
24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di
atas (anterior) dari punggung kea rah kaki bayi untuk
menyangganya saat punggung kaki lahir. Memegang kedua kaki
bayi dengan hati-hati membantu kelahiran bayi.
Penanganan Bayi baru Lahir
25) Menilai bayi dengan cepat (dalam waktu 30 detik), kemudian
meletakan bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit
lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek,
meletakkan bayi pada tempat yang memungkinkan). Bila bayi
mengalami asfiksia, lakukan resusitasi.
26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan
biarkan kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin/i.m.
27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari tali
rah ibu dan memasang klem ke dua 2 cm dari klem pertama
(kearah ibu).
28) Memasang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari
gunting dan memotong tali pusat diantara dua klem tersebut.
29) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan
menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan
kering, menutuoi bagian kepala, membiarkan tali pusat membuka.
Jika bayi mengalami kesulitan bernafas, ambil tindakan yang
sesuai.
30) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan untk memeluk
bayina dan memulai pemberian ASI jika ibu mengendakinya.
Oksitosin
31) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi
abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
32) Membritahu kepada ibu bahwa akan disuntik.
33) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan
oksitosin 10 unit I.M. di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu
bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.
Penanganan Tali Pusat Terkendali
34) Memindahkan klem pada tali pusat
35) Meletakkan satu tangan di tas kain yang ada di perut ibu, tepat di
palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat
dan klem dengan tangan yang lain.
36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan
peregangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut.
Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah
uterus dengan cara menekan uterus kea rah atas dan belakang
(dorso kranial) dengan hati-hati untuk membatu mencegah
terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40
detik, hentikan peregangan tali pusat dan menunggu hingga
kontraksi berikut mulai.
(a) Jika uterus tidak berkontraksi meminta ibu atau seorang
anggota keluarga untuk melakukan rangsangan putting susu.
Mengeluarkan Plasenta
37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil
menarik tali pusat ke arah atas, mengikuti kurva jalan lahir sambil
meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
1) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva.
2) Jika plasenta tidak terlepas setelah melakukan peregangan
tali pusat selama 15 menit:
(2) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi
kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptic bila
perlu.
(3) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
(4) Mengulangi peregangan tali pusat selama 15 menit
berikutnya.
(5) Merujuk ibu jika plsaenta tidak lahir dalam waktu 30 menit
sejak kelahiran bayi.
38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran
plasenta dengan menggunakan kedua tangan dan dengan hti-hati
memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut
perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.
a) Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi
tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina atau serviks
ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau
klematau forceps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk
melepaskan bagian selaput yang tertinggal.
Pemijatan Uterus
39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
masase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan
melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut
Menilai Perdarahan
40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu
maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa
plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan
plasenta di dalam kantung plastic atau tempat khusus.
a) Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase
selama 15 detik mengambil tindakan yang sesuai.
41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan
segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
Melakukan prosedur Pascapersalinan
42) Menilai ulang kontraksi uterus dan memastikannya berkontraksi
dengan baik.
43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke
dalam larutan klorin 0,5 %; membilas kedua tangan yang masih
bersarung tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan
mngeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.
44) Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril
atau meningkatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati
sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
45) Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang bersebrangan
46) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan
klorin 0,5 %.
47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.
Memastikan handuk tau kainnya besrih dan kering.
48) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
49) Melanjutka pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan
pervaginam.
a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan.
b) Setiap 15 menit pada satu jam pertama pascaperslinan.
c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.
d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan
perawatan yang sesuai untuk menatalaksanakan atonia uteri.
e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan
penjahitan dengan anesthesia local dan menggunakan teknik
yang sesuai.
50) Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase
uterus dan memeriksa kontraksi uterus.
51) Mengevaluasi kehilangan darah.
52) Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih
setiap 15 menit selama satu jam pertama pascapersalinan.
a) Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam selama
b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak
normal.
Kebersihan dan Keamanan
53) Menempatka semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5 % untuk
dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan
setelah dekontaminasi.
54) Membuang bahan-bahan yang telah terkontaminasi ke dalam
tempat sampah yang sesuai.
55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat
tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lender, dan darah.
Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.
Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minum dan
makanan yang diinginkan.
57) Mendokumentasi daerah yang digunakan untuk melahirkan
dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.
58) Mencelupkan sarung tangan kosong ke dalam larutan klorin 0,5%,
membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnnya dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
59) Mencuci kedua tangan dengan sabun.
Dokumentasi
C. Bayi Baru Lahir
1. Pengertian
Beberapa pengertian dari bayi baru lahir menurut Sondakh
(2013;h.150) :
a. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan
37-42 minggu dengan berat lahir antara 2500-4000 gram.
b. Bayi lahir normal adalah bayi lahir cukup bulan, 38-42 minggu
dengan berat badan sekitar 2500-3000 gram dan panjang badan
sekitar 50-55 cm.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa bayi baru lahir adalah bayi
yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dengan berat badan
2500-4000 gram dan panjang badan sekitar 50-55 cm.
2. Bayi baru lahir normal jika termasuk dalam kriteria sebagai berikut
(Sondakh,2013.h.150) :
a. Berat badan lahir bayi antara 2500-4000 garam
b. Panjang badan bayi 48-50 cm
c. Lingkar dada bayi 32-34 cm
d. Bunyi jantung dalam menit pertama ± 180 kali/menit. Kemuadian
turun sampai 140-120 kali/menit pada saat bayi berumur 30 menit.
e. Pernapasan cepat pada menit-menit pertama kira-kira 80
kali/menit disertai pernapasan cuping hidung, retaksi suprasternal
f. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup
terbnetuk dan dilapisi verniks kaseosa.
g. Rambut nalugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik.
h. Kuku telah agak panjang dan lemas.
i. Genetalia: testis sudah turun (pada bayi laki-laki), dan labia
mayora telah menutupi labia minora (pada bayi perempuan).
j. Reflek isap, menelan, dan morro telah terbentuk
k. Eliminasi, urin dan meconium normalnya keluar pada 24 jam
pertama. Mekonium memiliki karakteristik hitam kehijauan dan
lengket.
3. Adaptasi fisiologis bayi baru lahir menurut sondakh (2013; h. 150-157)
yaitu:
a. Adaptasi pernafasan
1) Pernafasan awal dipicu aleh faktor fisik, sensorik, dan kimia.
a) Faktor-faktor fisik, meliputi usah yang diperlukan untuk
mengembangkan paru-paru dan mengisi alveolus yang
kolaps (misalnya perubahan dalam gradient tekanan).
b) Faktor-faktor sensorik, meliputi suhu, bunyi, cahaya,
suara, dan penurunan suhu.
c) Faktor-faktor kima, meliputi perubahan dalam darah
(misalnya penurunan kadar oksigen, peningkatan kadar
2) Frekuensi pernafasan bayi baru lahir berkisar 30-60
kali/menit.
3) Sekresi lender mulut dapat menyebabkan bayi batuk dan
muntah, terutama selama 12-18 jam pertama.
4) Bayi lahir lazimnya bernafas melalui hidung. Respons reflek
terhadap obstruksi nasal dan membuka mulut untuk
mempertahankan jalan nafas tidak ada pada sebagian besar
bayi sampai 3 minggu setelah kelahiran.
b. Adaptasi kardiovaskuler
1) Sirkulasi perifer lambat, yang menyebabkan aksosianosis
(pada tangan, kaki, dan berkisar mulut).
2) Denyt nadi berkisar 120-160 kali/menit saat bangun dan 100
kali/menit.
3) Rata-rata tekanan darah 80/64 mmHg dan bervariasi sesuai
dengan ukuran dan tingkat aktivitas bayi.
4) Nilai hematologi normal pada bayi.
c. Perubahan termogulasi dan metabolik
1) Suhu bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat karena
lingkungan eksternal lebih dingin dari pada lingkungan pada
uterus.
2) Suplai lemak subkutan yang terbatas dan area permukaan
menyebabkan bayi mudah menghantarkan panas pada
lingkungan.
3) Kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan yang dingin
terjadi melalui konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi.
4) Trauma dingin (hipotermi) pada bayi baru lahir dalm
hubungannya dengan asidosis metabolic sapat bersifat
mematikan, bahkan pada bayi cukup bulan yang sehat.
d. Adaptasi neurologis
1) Sistem neurologis bayi secara anatomik atau fisiologis belum
berkembang sempurna.
2) Bayi baru lahir menunjukan gerakan-gerakan tidak
terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil, kontrol otot yang
buruk, mudak terkejut, dan tremor pada ekstremitas.
3) Perkembangan neonates terjadi cepat. Saat bayi tumbuh,
perilaku yang lebih kompleks (misalnya kontrol kepala,
tersenyum, dan meraih dengan tujuan) akan berkembang.
4) Reflek bayi baru lahir merupakan indikator penting
perkembangan normal.
e. Adaptasi gastrointestinal
1) Enzim-enzim digesif aktif saat lahir dan dapat menyongkong
2) Perkembangan otot-otot dan refleks yang penting untuk
menghantarkan makanan sudah terbentuk saat lahir.
3) Pencernaan protein dan karbohidrat telah tercapai,
pencernaan dan absorpsi lemak kurang baik karena tidak
adekuatnya enzim-enzim pankreas dan lipase.
4) Kelenjar saliva imatur saat lahir, sedikit saliva diolah sampai
bayi berusia 3 bulan.
5) Pengeluaran meconium, yaitu feses berwarna hitam
kehijauan, lengket, dan mengandung darah samar,
diekskresikan dalam 24 jam pada 90% bayi baru lahir yang
normal.
6) Beerapa bayi baru lahir baru menyusui segera bila diletakkan
pada payudara, sebagai lainnya memerlukan 48 jam untuk
menyusu secara efektif.
f. Adaptasi ginjal
1) Laju filtrasi glomerulus relatif rendah pada saat lahir
disebabkan oleh tidak adekuatnya area permukaan kapiler
glomerulus.
2) Meskipun keterbatasan ini tidak mengancam bayi baru lahir
yang normal, tetapi menghambat kapasitas bayi untuk
3) Penurunan kemamouan untuk mengekskresikan obat-obatan
dan kehilangan cairan yang berlebihan mengakobatkan
asidosis dan ketidaksinambungan cairan.
4) Sebagaian besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam
pertama setelah lahir dan 2-6 kali sehari pada 1-2 har
pertama; setelah itu, mereka berkemih 5-20 kali dalam 24
jam.
5) Urin dapat berkeruh karena lendir dalam garam asam urat;
noda kemerahan (debu batu bata) dapat diamati pada popok
karena Kristal asam urat.
g. Adaptasi hati
1) Selama kehidupan janin dan sampai tingkat tertentu setelah
lahir, hati terus membantu pembentukan darah.
2) Selama periode neonatus, hati memproduksi zat yang esenial
untuk pembekuan darah.
3) Penyimpanan zat besi ibu cukup memandai bagi bayi sampai
5 bulan kehidupan ekstrauterin; pada saat ini, bayi baru lahir
menjadi terhadap desifiensi zat besi.
4) Hati juga mnegkontrol jumlah bilirubin tak terkonjugasi yang
bersirkulasi, pigmen berasal dari hemoglobin dan dilepaskan
5) Bilirubin tak terkonjugasi dapat meninggalkan sistem vaskuler
dan menembus jaringan ekstravaskuler lainnya
(misalnya:kulit, sclera, dan membrane mukosa oral)
mengakibatkan warna kuning yang disebut jaundice atau
ikterus.
h. Adaptasi imun
1) Bayi baru lahir tidak membatasi organisme penyerang dipintu
masuk.
2) Imaturitas jumlah sistem pelindung secara signifikan
meningkatkan resiko infeksi pada periode bayi baru lahir.
a) Respons inflamasi berkurang, baik secara kualitatif
maupun kuantitatif.
b) Fagotosis lambat.
c) Keasaman lambung dan produksi pepsin dan tripsin
belum berkembang sempurna sampai usia 3-4 minggu.
d) Immunoglobulin, kecuali jika bayi tersebut menyusui ASI,
IgA juga tidak terdapat dalam saluran IG.
3) Infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas
4. Penilaian awal bayi baru lahir
Segera setelah lahir, letakkan bayi di atas kain bersih dan kering yang
disiapkan pada perut bawah ibu. Segera lakukan penilaian awal
dengan menjawab 4 pertanyaan:
a. Apakah bayi cukup bulan?
b. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur meconium?
c. Apakah bayi menangis atau berbafas?
d. Apakah tonus otot bayi baik?
Jika bayi tidak cukup bulan atau air ketuban bercampur meconium dan
atau tidak menangis atau tidak bernafas atau megap-megap dan atau
tonus otot tidak baik lakukan langkah resusutasi (JNPK-KR,2014;h.
124).
5. Penilaian Apgar (Sondakh,2013;h.158)
Penilaian keadaan umum bayi dimulai satu menit setelah lahir
dengan menggunakan nilai APGAR. Penilaian berikutnya dilakukan
pada menit kelima dan kesepuluh. Penilaian ini perlu untuk
mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak.
6. Klasifikasi klinik nilai APGAR (Mochtar, 2011; h. 91)
a. Nilai 7-10 bayi normal
b. Nilai 4-6 bayi asfiksia ringan-sedang
Table 2.3 Penilaian Apgar
Sumber: Sondakh, 2013; h. 158
7. bayi untuk tanda-tanda kegawatan menurut Prawirohardjo
(2010;h.139)
Semua bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda-tanda kegawatan/
kelainan yang menunjukan suatu penyakit.
a. Bayi baru lahir dinyatakan sakit apabila mempunyai salah satu atau
beberapa tanda-tanda berikut:
1) Sesak nafas
2) Frekuensi pernafasan 60 kali/menit
3) Gerak retaksi dinding dada
4) Malas minum
5) Panas atau suhu badan bayi rendah
6) Kurang aktif
7) Berat lahir rendah (1500-2500 gram) dengan kesulitan minum
0 1 2
Appearance (warna kulit)
Pucat Badan merah ekstremitas biru
Seluruh tubuh kemerah-merahan
Pulse rate (frekuensi nadi)
Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100 Grimace (reaksi
rangsang)
Tidak ada Sedikit gerakan mimik (grimace)
Batuk/bersin Activity (tonu s otot) Tidak ada Ekstremitas dalam
sedikit fleksi
Gerakan aktif Respiration
(pernafasan)
b. Tanda-tanda bayi sakit berat
1) Sulit minum
2) Sianosis sentral (lidah biru)
3) Perut kembung
4) Periode apneu
5) Kejang/periedo kejang-kejang kecil
6) Merintih
7) Perdarahan
8) Sangat kuning
9) Berat badan lahir < 1500 gram
8. Mekanisme kehilangan panas (JNPK,2014;h.127)
a. Evaporasi
Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas.
Kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban
pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena
setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Kehilangan
panas juga terjadi pada bayi yang terlalu cepat dimandikan dan
tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti.
b. Konduksi
Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak
langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Meja,
tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme
kondusi bayidiletakkan di atas benda-bneda tersebut.
c. Konveksi
Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat
bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan
atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat
mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika
terjadi aliran udara dari kipas angina, hembusan udara melalui
ventilassi atau pendinginan ruangan.
d. Radiasi
Radiasi adalah kehilangan pans yang terjadi karena bayi
ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih
rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi bias kehilangan panas dengan
cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi pa nas
tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung).
9. Mencegah kehilangan panas (JPKN-KR,2014;h.128) antara lain :
a. Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks.
b. Letakkan bayi agar terjadi kontak kulit ibu ke kulit bayi.
c. Selimuti ibu dan bayi dan pakaikan topi di kepala bayi.
10. Jadwal kunjungan neonatus
Menurut Kementrian Kesehatan RI, 2014; h. 56 terdapat minimal tiga
kali kunjungan ualng bayi baru lahir:
a. Pada usia 6-48 jam (Kunjungan Neonatul 1).
b. Pada usia 3-7 hari (Kunjungan Neonatal 2).
c. Pada usia 8-28 hari (Kunjungan Neonatal 3).
D. Nifas
1. Pengertian
Masa nifas (peurperium) adalah masa yang dimuali setelah
plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan semula (sebelum hamil). (Sulistyawati,2009;h.1)
Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam
setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu
(Prawirohardjo,2010;h.356)
Sehigga dapat disimpulkan bahwa nifas adalah satu jam
setelah lahirnya plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan
seperti keadaan semula (sebelum hamil) atau sampai 6 minggu (42
2. Periode masa nifas dibagi 3 menurut Mochtar (2011;h.87) yaitu:
a. Puerperium dini
kepulihan saat ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja
setelah 40 hari.
b. Puerperium intermediet
kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8
minggu.
c. Puerperium lanjut
waktu yang diperlukan untuk pulih dan kembali sehat sempurna,
terutama jika selama hamil atau waktu persalinan timbul
komplikasi.
3. Perubahan fisiologis masa nifas menurut Sulistyawati (2009;h.73)
yaitu:
a. Perubahan Sistem Reproduksi
1) Uterus
2) Vulva dan Vagina mengalami penekanan serta peregangan yang
sangat besar selama proses melahirkan bayi.
3) Perinium
b. Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya ibu akan mengalami konstipasi setelah persalianan. Hal
mengalami tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong,
pengeluaran cairan berlebihan pada waktu persalinan, kurangnya
asupan cairan dan makanan, serta kurangnya aktivitas tubuh.
c. Perubahan Sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit
untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan
penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spase sfinkter dan
edema leher kandung kemih sesudah bagian ini mengalami
kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama
persalinan berlangsung.
d. Perubahan Sistem Musculoskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus.
Pembuluh-pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus
akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah
plasenta dilahirkan.
e. Perubahan sistem endokrin
1) Hormon plasenta: hormon plasenta menurun dengan cepat
setelah persalianan.
2) Hormon pituitary: prolaktin darah akan meningkat dengan
cepatpada wanita yang tidak menyusui, prilaktin menurun dalam
3) Hypotalamik pituitary ovarium
Lamanya seorang wanita mendapat menstruasi juga dipengaruhi
oleh faktor menyusui.
4) Kadar estrogen
Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen yang
bermakna sehingga aktivitas prolaktin yang juga sedang
meningkatkan dapat mempengaruhi kelenjar mamae dalam
menghasilkan ASI.
f. Perubahan Tanda Vital
g. Perubahan sistem kardiovaskuler
Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk
menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh
plasenta dan pembuluh darah uteri.
h. Perubahan Sistem Hematologi
Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan
plasma, serta faktor-faktor pembekuan darah makin meningkat.
4. Involusi alat-alat kandungan menurut Mochtar (2011; h. 87) yaitu:
a. Uterus
secara berangsur-angsur menjadi kecil (berinvolusi) hingga
b. Bekas implantasi uri
placental bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke
kavum uteri dengan diameter 7,5 cm. sesudah 2 minggu menjadi
3,5 cm, pada minggu ke-6 2,4 cm dan akhirnya pulih.
Tabel 2.4 Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi
Sumber: Mochtar, 2011; h. 87
c. Luka-luka: pada jalan lahir jika tidak disertasi infeksi akan sembuh
dalam 6-7 hari.
d. Rasa nyeri, yang disebut after pains, (merian atau mulas-mulas)
disebabkan kontaksi Rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca
persalinan.
e. Lokia adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan
vagina dalam masa nifas.
1) Lokia rubra (cruenta) : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan
meconium, selama 2 hari pacsapersalinan.
Involusi Tinggi fundus uteri Berat uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gram 1 minggu Pertengahan pusat
simpisis
500 gram
2 minggu Tidak teraba di atas simpisis
350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
2) Lokia sanguinolenta : berwarna merah kuning, berisi darah dan
lender, hari ke 3-7 pascapersalinan.
3) Lokia serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada
hari ke 7-14 pascapersalian.
4) Lokia alba : cairan putih, setelah 2 minggu.
5) Lokia purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah
berbau busuk.
6) Lokiostasis : lokia tidak lancar keluarnya.
5. Komplikasi masa nifas menurut Sulistyawati (2009;h.173 )
a. Perdarahan pervaginam
1) Atonia uteri
2) Retensio plasenta
3) Tertinggalnya sisa plasenta
4) Inversion uteri
b. Infeksi masa nifas
c. Sakit kepala, nyeri epigastrik, penglihatan kabur
d. Pembengkakan di Wajah atau Ekstremitas
e. Demam,Muntah, Rasa sakit waktu berkemih
f. Payudara menjadi merah, panas,dan sakit
g. Kehilangan nafsu makan untuk jangka waktu yang lama
h. Rasa sakit, Merah, dan pembengkakan kaki
6. Program Kunjungan Masa Nifas
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan
pada ibu nifas sesuai standar, yang dilakukan sekurang-kurangnya
tiga kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu
a. pada enam jam sampai dengan tiga hari pasca persalinan,
b. pada hari ke empat sampai dengan hari ke-28 pasca persalinan,
c. dan pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan.
Masa nifas dimulai dari enam jam sampai dengan 42 hari
pasca persalinan. Jenis pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan
terdiri dari :
1) Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas, dan suhu)
2) Pemeriksaan tinggi puncak rahim (fundus uteri)
3) Pemeriksaan lokhia dan cairan per vaginam lain
4) Pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI eksklusif
5) Pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan
ibu nifas dan bayi baru lahir, termasuk keluarga berencana
6) Pelayanan keluarga berencana pasca persalinan.
(Kemenkes, 2015 : h. 114)
E. KB
1. Pengertian
Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya
merupakan suatu program pemerintah yang dirancang untuk
menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk
(Irianto,2014;h.6).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa keluarga berencana (KB)
adalah suatu usaha untuk mencegah kehamilan dan suatu program
dari pemerintah utuk menyeimbangkan jumlah penduduk.
2. Kontrasepsi itu harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut
(Prawirohardjo,2009;h.534):
a. Dapat dipercaya.
b. Tidak menimbulkan efek yang menggangu kesehatan.
c. Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan.
d. Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus.
e. Tidak memerlukan motivasi terus-menurus.
f. Mudah penggunaannya.
g. Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat.
h. Dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan.
3. Tujuan Keluarga Berencana (Irianto, 2014;h .2014)
a. Tujuan umum
Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan
NKKBS (norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi
mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya
pertambahan penduduk.
b. Tujuan khusus
1) Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat
kontrasepsi.
2) Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.
3) Meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara
penjarangan kelahiran.
4. Jenis-Jenis KB
a. Metode Kontrasepsi Alamiah
1) MAL (Metode Amenore Laktasi)
Kontrasepsi yang menggunakan pemberian air susu
ibu (ASI) secara eksklusif, tanpa makanan atau minuman
tambahan. Metode MAL dapat digunakan sebagai kontrasepsi
apabila ibu masih menyususi secara eksklusif (full breast
feeding). Ibu belum mendapatkan haid, bayi belum berusia 6
bulan namun efektif hanya sampai 6 bulan. Metode kontrasepsi
ini yaitu menekan atau menunda ovulasi.
a) Kelebihan
Bagi ibu:
(1) Efektifitas tinggi.
(3) Tidak efek samping secara sistemik.
(4) Tidak perlu pengawasan medis.
(5) Tidak perlu obat atau alat.
(6) Tanpa biaya.
Bagi bayi:
1) Mendapatkan antibody dari ASI.
2) Sumber asupan gizi yang terbaik untuk tumbuh
kembang bayi.
b) Kekurangan
(1) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agara
segera menyusui dalam 30 menit pasca persalinan.
(2) Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial.
(3) Efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau
sampai dengan 6 bulan.
(4) Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus
hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS.
(Affandi, 2012;h.MK-1 sampai MK-2).
2) Senggama Terputus
Adalah metode kontrasepsi tradisional dimana pria
mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum
a. Kelebihan
1) Meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga
berencana.
2) Efektif jika dilaksanakan dengan benar.
3) Tidak mengganggu produksi ASI.
4) Tidak ada efek samping.
5) Dapat digunakan setiap waktu.
6) Tidak membutuhkan biaya.
b. Kekurangan
1) Efektifitas sangat tergantung pada ketersediaan
pasangan untuk melakukan senggama terputus setiap
melaksanakannya.
Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual
(Affandi, 2012;h.MK-15 sampai MK-16).
3) Metode Suhu Basal (MSB)
Ibu dapat mengenali masa subur ibu dengan mengukur suhu
badan secara teliti dengan thermometer khusus yang bisa
mencatat perubahan suhu sampai 0,1 C untuk mendeteksi,
bahkan perubaha kecil.
a. Aturan Perubahan Suhu
1) Ukur suhu ibu pada waktu yang hamper sama setiap
suhu ibu pada kartu yang disediakan oleh instruktur
KBA ibu.
2) Pakai catatan suhu pada kartu tersebut untuk 10 hari
pertama dari siklus haid ibu untuk menentukan suhu tertinggi dari suhu yang “normal, rendah”
3) Tarik garis pada 0,05 C di atas suhu tertinggi
dari suhu 10 hari tersebut. Ini dinamakan garis
pelindung (cover line) atau garis suhu.
4) Masa tak subur mulai pada sore setelah hari ketiga
berturut-turut suhu berada di atas garis pelindung
tersebut (Affandi, 2012;h.MK-13 sampai MK-14)
b. Metode Barier
1) Kondom
Kondom tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi juga
mencegah IMS termasuk HIV/AIDS. Cara kerja kondom yaitu
menghalangi pertemuan sperma dan ovum.
a) Kelebihan
(1) Efektif bila digunakan dengan benar.
(2) Tidak mengganggu produksi ASI.
(3) Tidak mengganggu kesehatan klien.
(4) Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
(6) Tidak perilu pemeriksaan tenaga kesehatan.
(7) Sebagai kontrasepsi sementara apabila kontrasepsi
lainnya sedang ditunda.
b) Kekurangan
(1) Efektifitas kurang.
(2) Mengganggu saat berhubungan.
(3) Harus tersedia setiap kali berhubungan.
(4) Beberapa klien malu untuk membeli kondom ditempat
umum (Affandi, 2012;h.MK-17 sampai MK-19).
2) Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari
lateks (karet) yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum
berhubungan seksual dan menutup serviks.
a) Kelebihan
(1) Efektif bila digunakan dengan benar.
(2) Tidak mengganggu produksi ASI.
(3) Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah
terpasang sampai 6 jam sebelumnya.
(4) Tidak mengganggu kesehatan klien.
b) Kekurangan
(1) Efektivitas sedang.
(2) Keberhasilan sebagai kontrasepsi bergantung pada
kepatuhan mengikuti cara penggunaan.
(3) Motivasi diperlukan berkesinambungan dengan
menggunakannya setiap berhubungan seksual.
(4) Pada 6 jam pasca hubungan seksual, alat masih harus
berada di posisinya.
Pada beberapa pengguna menjadi penyebab infeksi
saluran uretra (Affandi, 2012;h.MK-21 sampai MK-22).
3) Spermisida
Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9)
digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh sperma.
a) Kelebihan
(1) Efektif seketika (busa dan krim).
(2) Tidak mengganggu produksi ASI.
(3) Bisa digunakan sebagai pendukung metode lain.
(4) Tidak mengganggu kesehatan klien.
(5) Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
(6) Mudah digunakan.
(8) Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan
khusus.
b) Kekurangan
(1) Efektivitas kurang.
(2) Efektivitas sebagai kontrasepsi bergantung pada
kepatuhan mengikuti cara penggunaan.
(3) Ketergantungan pengguna dari motivasi berkelanjutan
dengan memakai setiap melakukan hubungan seksual.
(4) Pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah
aplikasi sebelum melakukan hubungan seksual
(5) Efektivitas aplikasi hanya 1-2 jam (Affandi,
2012;h.MK-24 sampai MK-25).
c. Metode Kontrasepsi Hormonal
1) Pil Kombinasi
Alat kontrasepsi yang berisi hormone estrogene dan
progesterone dalam bentuk pil, yang dapat mengatur siklus
haid. Cara kerjanya dengan menekan ovulasi, mencegah
implantasi, sehingga lendir serviks mengental sehingga sulit
dilaui oleh sperma. Dan pergerakan tuba terganggu sehingga
transportasi telur dengan sendirinya terganggu pula.
a) Kelebihan
(2) Tidak mengganggu hubungan seksual.
(3) Siklus haid menjadi teratur.
(4) Mudah dihentikan setiap saat.
(5) Dapat digunakan jangka panjang.
(6) Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil
dihentikan.
(7) Membantu mencegah kehamilan ektopik, kanker
ovarium, kanker endometrium, kista ovarium, penyakit
radang panggul, dan kelainan jinak pada payudara.
b) Kekurangan
(1) Mual terutama pada 3 bulan pertama.
(2) Perdarahan bercak atau perdarahan sela, terutama 3
bulan pertama.
(3) Menyebabkan pusing.
(4) Nyeri pada payudara.
(5) Kenaikan berat badan.
(6) Tidak dilanjutkan wanita yang masih menyusui.
(7) Tidak mencegah IMS (Infeksi Menular Seksual),
HIV/AIDS.
c) Kontraindikasi menggunakan pil kombinasi
(1) Hamil atau diduga hamil.