PERBANDINGAN METODE PEMBELAJARAN
THE SIX STAGE
METHOD
(SSM) DENGAN DISKRIPTIF TENTANG
HASIL INTERPRETASI EKG ARITMIA PADA
MAHASISWA KEPERAWATAN
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh : W I N A R T O NIM. ST13081
PROGRAM STUDI S-I KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan YME atas segala limpahan rahmat, petunjuk, karunia, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “perbandingan metode pembelajaran the six stage method (SSM) dengan diskriptif tentang hasil interpretasi EKG aritmia pada mahasiswa keperawatan” dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun sebagai tahapan akhir setelah peneliti melakukan penelitian dan merupakan syarat memperoleh derajat Sarjana Keperawatan. Skripsi ini dapat terselesaikan berkat dukungan, bimbingan dan bantuan dari semua pihak, oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si., selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di STIkes Kusuma Husada Surakarta.
2. Wahyu Rima Agustin, S.Kep.Ns.,M.Kep., selaku Ketua Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah menyetujui atas skripsi ini.
3. Atiek Murharyati, S.Kep.,Ns.M.Kep., selaku pembimbing utama skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.
4. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si., selaku pembimbing pendamping skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini
5. bc. Yeti Nurhayati, M.Kes., selaku penguji skripsi yang telah memberikan masukan dan arahan sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.
6. Dr. Endang Agustinar, M.Kes., selaku direktur RSUD Dr. Moewardi yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.
7. Kepala Ruang dan Staf Ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang telah memfasilitasi jalannya penelitian.
8. Dosen dan Staf Progam Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah banyak memberikan ilmu yang bermanfaat kepeda penulis selama menjalani pendidikan.
9. Istri, Ananda tercinta, dan seluruh keluarga yang selalu senantiasa memberikan doa restu, semangat dan dorongan kepada penulis selama menjalani pendidikan.
10. Teman-teman seperjuangan Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta, terima kasih atas kerja sama dan bantuannya selama ini, baik berupa moril dan materiil secara langsung atau tidak langsung, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembelajaran dan skripsi ini.
11. Responden penelitian yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya, terima kasih atas kerja sama dan bantuannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
12. Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari masih terdapat beberapa kekurangan dalam proses penyusunan skripsi ini, untuk itu dalam kesempatan ini tak lupa penulis juga mengharapkan masukan dan saran positif dari semua pihak demi sempurnanya skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan studi dan dapat memberikan manfaat positif bagi kita semua..
Surakarta, Agustus 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
SURAT PERNYATAAN... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
ABSTRAK ... xiii ABSTRACT ... xiv BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang ... 1 1.2. Rumusan masalah ... 4 1.3. Tujuan penelitian ... 5 1.4. Manfaat penelitian ... 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori ... 7
2.1.1. Elektrokardiogram (EKG) ... 7
2.1.2. Aritmia ... 20
2.1.3. Metode pembelajaran the six stage method (SSM) ... 28
2.1.4. Metode pembelajaran diskriptif ... 33
2.1.5. Proses pembelajaran ... 33 2.1.6. Mahasiswa keperawatan ... 37 2.2. Keaslian penelitian ... 39 2.3. Kerangka teori ... 40 2.4. Kerangka konsep ... 41 2.5. Hipotesis ... 41 vi vii
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan rancangan penelitian ... 42
3.2. Populasi dan sampel ... 42
3.3. Tempat dan waktu penelitian ... 44
3.4. Variabel, definisi operasional, dan skala pengukuran ... 44
3.5. Alat penelitian dan cara pengumpulan data ... 46
3.6. Uji validitas dan reliabilitas ... 46
3.7. Jalannya penelitian ... 48
3.8. Teknik pengolahan dan analisa data ... 51
3.9. Etika penelitian ... 54
BAB IV. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran umum tempat penelitian ... 55
4.2. Karakteristik responden ... 57 4.3. Analisa univariat ... 58 4.4. Analisa bivariat ... 60 BAB V. PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik responden ... 62 5.2. Analisa univariat ... 64 5.3. Analisa bivariat ... 65
BAB VI. PENUTUP 6.1. Simpulan ... 68
6.2. Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 70 LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Definisi operasional ... 45
Tabel 4.1. Distribusi jenis kelamin responden ... 57
Tabel 4.2. Distribusi umur responden ... 57
Tabel 4.3. Distribusi nilai interpretasi EKG responden ... 58
Tabel 4.4. Distribusi nilai interpretasi EKG responden ... 59
Tabel 4.5. Uji tendensi sentral responden ... 59
Tabel 4.6. Uji normalitas data penelitian ... 60
Tabel 4.7. Uji beda metode SSM dengan metode diskriptif ... 61
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Sistem konduksi jantung ... 10
Gambar 2.2. Sandapan bipolar ... 10
Gambar 2.3. Sandapan unipolar ekstremitas ... 11
Gambar 2.4. Penempelan elektroda prekordial ... 12
Gambar 2.5. Kertas EKG ... 12
Gambar 2.6. Kurva EKG normal ... 13
Gambar 2.7. Gelombang P ... 14 Gambar 2.8. Komplek QRS ... 14 Gambar 2.9. Gelombang T ... 15 Gambar 2.10. Interval PR ... 16 Gambar 2.11. ST depresi ... 16 Gambar 2.12. ST elevasi ... 16
Gambar 2.13. Sinus rhythm ... 17
Gambar 2.14. Aksis jantung ... 20
Gambar 2.15. Sinus takikardi ... 23
Gambar 2.16. Sinus bradikardi... 23
Gambar 2.17. Atrial fibrilasi ... 24
Gambar 2.18. Supra vetrikuler takikardi ... 24
Gambar 2.19. Ventrikel takikardi ... 25
Gambar 2.20. Ventrikel fibrilasi ... 25
Gambar 2.21. AV blok derajat 1 ... 26
Gambar 2.22. AV blok derajat 2 tipe mobitz 1 ... 26
Gambar 2.23. AV blok derajat 2 tipe mobitz 2 ... 27
Gambar 2.24. Total AV blok ... 28
Gambar 2.25. Asistole ... 28
Gambar 2.26. Irama strip I ... 29
Gambar 2.27. Irama strip 2 ... 30
Gambar 2.28. Irama strip 3 ... 31
Gambar 2.29. Irama strip 4 ... 32 Gambar 2.30. Kerangka teori ... 40 Gambar 2.31. Kerangka konsep ... 41
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12 Lampiran 13 Lampiran 14 Lampiran 15 Lampiran 16 Lampiran 17 : : : : : : : : : : : : : : : : :
Jadwal penyusunan skripsi F.01 Usulan topik penelitian F.02 Pengajuan judul skripsi
F.04 Pengajuan ijin studi pendahuluan F.07 Pengajuan ijin penelitian
Permohonan studi pendahuluan penelitian
Surat balasan pengantar studi pendahuluan penelitian Surat permohonan ijin penelitian
Surat balasan pengantar ijin penelitian Surat persetujuan validitas isi
Surat permohonan menjadi responden penelitian Surat pernyataan bersedia menjadi responden Kuesioner penelitian
Tabulasi data Data SPSS
Lembar konsultasi
Surat keterangan telah menyelesaikan penelitian dari RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
PROGRAM STUDI S-I KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015
Winarto
PERBANDINGAN METODE PEMBELAJARAN THE SIX STAGE METHOD (SSM) DENGAN DISKRIPTIF TENTANG
HASIL INTERPRETASI EKG ARITMIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN
ABSTRAK
Belajar menginterpretasi EKG bagi perawat sangat penting, khususnya perawat di ruang intensif karena perawat merupakan mitra dokter yang perlu saling berkolaborasi dalam bekerja melayani pasien. The six stage method (SSM) adalah suatu metode pembelajaran alternative untuk pendidik, di dalam mengenalkan aritmia jantung dengan menggunakan gambaran strip EKG. Metode yang diteliti diharapkan efektif untuk mengajar interpretasi EKG aritmia pada mahasiswa keperawatan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan efektifitas antara metode pembelajaran SSM dengan diskriptif terhadap hasil interpretasi EKG aritmia mahasiswa keperawatan.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah true eksperiment dengan rancangan post test only control group design.
Hasil rata-rata dari hasil belajar interpretasi EKG pada kelompok SSM adalah 6,73 dan kelompok diskriptif adalah 6,47. Hasil uji statistik didapat nilai t hitung= 0,947 dengan p-value sebesar 0,352 sehingga diterima pada taraf signifikansi 5% (P>0,05), artinya tidak ada perbedaan yang bermakna pengetahuan antara hasil belajar menggunakan metode SSM dengan metode diskriptif. Kedua metode sama efektifnya digunakan dalam metode pembelajaran interpretasi EKG aritmia terhadap mahasiswa keperawatan.
Kata kunci : EKG, aritmia, Methode pembelajaran SSM dan Diskriptif. Daftar pustaka : 30(2005-2014)
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA 2015
Winarto
Comparison between Learning the Six-Stage Method (SSM) and Descriptive Method of the Nurse Students Interpretation Result of ECG Arrhythmias
ABSTRACT
Interpreting ECG is very important for nurses to be learnt, particularly for those who are employed at the intensive room because the nurses are the partners for doctors in managing the patients. The six stage method (SSM) is an alternative learning method for educator in introducing the cardiac arrhythmias by using the description of ECG stripe. The method is expected to be effective to teach the Nurse students interpretation result of ECG arrhythmias.
The objective of this research is to investigate the difference of effectiveness between the SSM method and the descriptive method (DM) to the Nurse students interpretation result of ECG arrhythmias.
The research used the true experimental method with the posttest-only control group design.
The result shows that the average ECG interpretation learning result of the SSM group was 6.73 and ECG interpretation learning result of the DM group was 6.47. The result of the statistic test shows that the value of tcount was 0.947 with the p-value = 0.352 meaning that the it was verified at the significance level 5% (p>0.05). Thus, there was no significant difference of knowledge between the SSM and the DM. Thus, both methods were similarly effective for the Nurse students interpretation learning method of ECG arrhythmias.
Keywords : ECG, arrhythmias, six-stage method and descriptive method. References : 30 (2005-2014)
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Jantung adalah organ berongga, berotot, yang terletak di tengah toraks, dan menempati rongga antara paru dan diafragma. Beratnya sekitar 300 gram (10,6 oz) meskipun berat dan ukuranya dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, berat badan, beratnya latihan, aktifitas fisik, dan penyakit jantung. Kerja pemompaan jantung dijalankan oleh kontraksi dan relaksasi ritmik dinding otot (Adipranoto, 2006).
Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doengoes, 2009). Aritmia dapat diidentifikasi melalui gelombang elektrokardiogram (EKG). Aritmia dinamakan berdasarkan pada tempat dan asal impuls dan mekanisme hantaran yang terlibat. Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel (Price, 2005). Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi (Hanafi, 2006).
Pemeriksaan aritmia jantung salah satunya dengan menggunakan perekaman elektrokardiografi. Elektrokardiogram (EKG) merupakan sebuah
instrument medis yang digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi seputar kerja jantung manusia. Mekanisme kerja sederhana dari alat ini adalah mengukur potensial listrik sebagai fungsi waktu yang dihasilkan oleh jantung. Potensial listrik tersebut dihasilkan oleh beberapa sel pemicu denyut jantung yang dapat merubah sistem kelistrikan jantung. Perbedaan potensial tersebut kemudian divisualisasikan sebagai sinyal pada layar monitor atau pada kertas perekam. Sinyal ini sering digunakan oleh dokter untuk mendeteksi kondisi jantung seorang pasien (Pratanu, 2006).
Belajar menginterpretasi EKG bagi perawat sangat penting, khususnya perawat di ruang intensif karena perawat merupakan mitra dokter yang perlu saling berkolaborasi dalam bekerja melayani pasien. Proses pembelajaran terdapat interaksi antara pendidik dengan peserta didik. Pendidik mempunyai peran penting saat berlangsungnya pembelajaran. Tugas pendidik tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan, tidak menjadikan peserta didik sebagai objek pembelajaran melainkan sebagai subyek pembelajaran, sehingga siswa tidak pasif dan dapat mengembangkan pengetahuan sesuai dengan bidang studi yang dipelajari. Oleh karena itu, pendidik harus memahami materi yang akan disampaikan kepada peserta didik serta dapat memilih metode pembelajaran yang tepat untuk menyampaikan suatu materi (Surakhman, 2004).
Hasil penelitian lain menyebutkan seluruh hasil menunjukkan bahwa metode pembelajaran enam langkah (the six-stage method / SSM) sama efektifnya dengan metode pembelajaran diskriptif. Penelitian ini
menunjukkan bahwa dalam setiap group, bradiaritmia teridentifikasi dengan tepat oleh lebih banyak mahasiswa dari pada takiaritmia. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara dua metode mengajar yang terlihat dalam interpretasi aritmia jantung spesifik mana pun (Dimitrios, 2013).
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dimitrios (2013) adalah terletak pada sampel, tempat dan uji analisis yang dipakai. Penelitian sebelumnya sampel yang dipakai adalah mahasiswa keperawatan satu kelas dari institusi perguruan tinggi yang sama, dan ada beberapa mahasiswa yang sudah pernah bekerja, sedangkan sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa DIII Keperawatan dari beberapa perguruan tinggi yang praktek di ruang Intensive Cardio Vascular Care Unit (ICVCU) RSUD Dr. Moewardi Surakarta (RSDM) yang semuanya belum pernah bekerja. Tempat penelitian sebelumnya ada di luar negeri sedangkan tempat penelitian ini ada di ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Analisis penelitian sebelumnya menggunakan analisis hasil rata-rata (mean) sedangkan penelitian ini menggunakan nilai alpha.
Penelitian dengan variabel metode SSM dan metode diskriptif belum pernah ada di Indonesia. Peneliti belum pernah melakukan metode pembelajaran the six stage method (SSM) selama menjadi Clinical Instructor (CI). Peneliti dan CI yang lain juga belum tahu metode yang efektif dalam memberikan pembelajaran interpretasi EKG aritmia kepada mahasiswa keperawatan.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di ruang Intensive Cardio Vascular Care Unit (ICVCU) RSUD Dr. Moewardi Surakarta terhadap 5 mahasiswa DIII Keperawatan, didapatkan bahwa belum semuanya bisa menginterpretasikan EKG. Mahasiswa DIII Keperawatan yang praktik di ruang intensif khususnya ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta mempunyai target kompetensi mampu melakukan perekaman EKG 12 Lead dan menginterpretasikan hasil perekaman EKG strip, sehingga CI (Clinical Instructor) perlu metode pembelajaran yang tepat untuk mentrasfer ilmunya kepada mahasiswa DIII Keperawatan yang praktek di ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul perbandingan metode pembelajaran the six stage method (SSM) dengan diskriptif tentang hasil interpretasi EKG aritmia pada mahasiswa keperawatan.
1.2.Rumusan Masalah
Perawat di ruang intensif dituntut harus bisa menginterpretasikan EKG aritmia karena bila ada pasien yang mengalami aritmia jantung, ketepatan dalam menginterpretasi EKG aritmia akan sangat membantu medis dalam menentukan tindakan dan terapi sesegera mungkin. Pemberian pelayanan keperawatan di ruang intensif juga melibatkan mahasiswa perawat, oleh karena itu peranan CI dalam memberikan pembelajaran tentang EKG aritmia pada mahasiswa perawat sangat dibutuhkan. Berdasarkan studi
pendahuluan terhadap 5 mahasiswa DIII Keperawatan di ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta ternyata belum semuanya bisa menginterpretasikan EKG, sehingga CI perlu metode pembelajaran yang tepat untuk mentrasfer ilmunya kepada mahasiswa DIII Keperawatan yang praktek di ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian : Apakah ada perbedaan hasil belajar interpretasi EKG aritmia pada mahasiswa DIII Keperawatan ditinjau dari penggunaan metode pembelajaran the six stage method (SSM) dengan diskriptif di ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
1.3.Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan antara lain : 1. Tujuan umum
Membandingkan metode pembelajaran the six stage method (SSM) dengan diskriptif tentang hasil interpretasi EKG aritmia mahasiswa DIII Keperawatan di ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta. .
2. Tujuan khusus
a. Mendiskripsikan hasil belajar interpretasi EKG aritmia mahasiswa DIII Keperawatan menggunakan metode pembelalajaran the six stage method (SSM) di ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
b. Mendiskripsikan hasil belajar interpretasi EKG aritmia mahasiswa DIII Keperawatan menggunakan metode pembelalajaran diskriptif di ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
c. Menganalisis perbedaan hasil belajar interpretasi EKG aritmia pada mahasiswa DIII Keperawatan ditinjau dari penggunaan metode pembelajaran the six stage method (SSM) dengan diskriptif di ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
1.4.Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yaitu : 1. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi Rumah Sakit khususnya para pembimbing klinik untuk memberikan bimbingan yang tepat terkait interpretasi EKG aritmia pada mahasiswa keperawatan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Untuk menambah khasanah keilmuan tentang perbandingan metode pembelajaran the six stage method (SSM) dengan diskriptif tentang hasil interpretasi EKG aritmia pada mahasiswa keperawatan.
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi peneliti berikutnya terkait perbandingan metode pembelajaran the six stage method (SSM) dengan diskriptif tentang hasil interpretasi EKG aritmia pada mahasiswa keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teori
2.1.1. Elektrokardiogram (EKG) 1. Pengertian
Elektrokardiagram (EKG) adalah rekaman listrik jantung yang diperoleh dengan bantuan elektroda yang ditempel di permukaan tubuh. Elektrokardiagrafi adalah ilmu yang mempelajari tentang EKG (Munawar dan Sutandar, 2006).
2. Kegunaan EKG
EKG sangat berguna dalam menentukan kelainan seperti : aritmia jantung, hipertrofi atrium dan ventrikel, iskemik dan infark miokard, efek beberapa pengobatan terutama digitalis dan anti aritmia, gangguan keseimbangan elektrolit khususnya kalium, serta penilaian fungsi pacu jantung (Munawar dan Sutandar, 2006). 3. Potensial aksi
Aktifitas listrik jantung merupakan akibat perubahan permeabilitas membrane sel. Seluruh proses aktifitas listrik jantung dinamakan potensial aksi yang disebabkan oleh rangsangan listrik, kimia, mekanik, dan termis. Lima fase aksi potensial (Dharma, 2009) yaitu :
a. Fase istirahat : bagian dalam bermuatan negative (polarisasi) dan bagian luar bermuatan positif.
b. Fase depolarisasi (cepat) : disebabkan meningkatnya permeabilitas membrane terhadap natrium sehingga natrium mengalir dari luar ke dalam.
c. Fase polarisasi parsial : setelah depolarisasi terdapat sedikit perubahan akibat masuknya kalsium ke dalam sel, sehingga muatan positih dalam sel menjadi berkurang.
d. Fase plato (keadaan stabil) : fase depolarisasi diikuti keadaan stabil agak lama sesuai masa refraktor absolut miokard.
e. Fase repolarisasi (cepat) : kalsium dan natrium berangsur-angsur tidak mengalir dan permeabilitas terhadap kalium sangat meningkat.
4. Sistem konduksi jantung a. Sino-atrial node (SA node)
Sering disebut nodus sinus, disingkat sinus nodus SA terletak di atrium kanan di dekat muara vena kava superior. Secara anatomis nodus SA memiliki panjang 10–12 mm, lebar 3–5 mm dan tebal 1 mm. Pada keadaan normal nodus SA mampu menghasilkan impuls listrik sebesar 60–100 kali per menit. Nodus SA merupakan pendahulu kontraksi jantung, dari sini impuls diteruskan ke antrioventrikuler node (Munawar dan Sutandar, 2006).
b. Antrio-ventrikuler node (AV node)
Nodus AV terletak di dalam dinding septum atau sekat antara atrium kanan dan kiri, tepatnya diatas katup trikuspid di dekat sinus koronarius. Secara anatomis, nodus AV memiliki panjang sekitar 7 mm, lebar 3 mm dan tebal 1 mm. Perjalanan impuls dari nodus SA menuju nodus AV memerlukan waktu 0,08–0,12 detik, dengan maksud untuk memberikan kesempatan pengisian ventrikel selama terjadi pengisian atrium. Nodus AV mampu menghasilkan impuls listrik sebesar 40-60 kali per menit. Selanjutnya impuls-impuls diteruskan ke antrio-ventrikuler bundel melalui berkas wenkebach (Munawar dan Sutandar, 2006).
c. Berkas his
Berkas his adalah sebuah berkas yang pendek (panjang sekitar 10 mm dengan diameter 2 mm) yang merupakan kelanjutan dari bagian bawah nodus AV yang menembus annulus fibrosus dan septum bagian membran. Nodus AV bersama berkas his disebut penghubung atrio-ventrikuler (Munawar dan Sutandar, 2006).
d. Cabang berkas
Kearah distal, berkas his bercabang menjadi dua yaitu cabang berkas kiri dan cabang berkas kanan. Cabang berkas kiri memberikan cabang-cabang ke ventrikel kiri, sedangkan
cabang berkas kanan bercabang-cabang ke ventikel kanan (Jones, 2005).
e. Serabut purkinje
Bagian terakhir dari sistem konduksi jantung ialah serabut-serabut purkinje, yang berupa anyaman halus dan berhubungan erat dengan sel-sel otot jantung yang berada pada endokardium menyebar pada kedua ventrikel. Serabut purkinje mampu menghasilkan impuls 20-40 kali per menit.
Gambar 2.1. Sistem konduksi jantung 5. Sandapan EKG
Terdapat 2 jenis sandapan (lead) pada EKG :
a. Sandapan bipolar, yaitu merekam perbedaan potensial dari dua elektroda, sandapan ini ditandai dengan angka romawi I, II dan III.
b. Sandapan unipolar
1) Sandapan unipolar ekstremitas
Merekam besar potensial listrik pada satu ekstremitas, elektroda ekplorasi diletakan pada ekstremitas yang mau diukur. Gabungan elektroda-elektroda pada ekstremitas yang lain membentuk elektroda indiferen (potensial 0). Sandapan ini dinamakan aVR, aVL, aVF.
Gambar 2.3. Sandapan unipolar ekstremitas 2) Sandapan unipolar prekordial
Merekam besar potensial listrik jantung dengan bantuan elektroda eksplorasi yang ditempatkan di beberapa dingding dada. Elektroda indiferen diperoleh dengan menggabungkan ketiga elektroda ekstremitas. Pemasangan sandapan unipolar prekordial :
1) Sandapan V1: ruang intercosta 4, garis sternal kanan 2) Sandapan V2: ruang interkosta 4, garis sternal kiri. 3) Sandapan V3: antara V2 dan V4.
4) Sandapan V4: ruang interkosta 5, garis midklavikula kiri.
5) Sandapan V5 : sejajar dengan V4 pada garis aksila anterior kiri.
6) Sandapan V6 : sejajar dengan V5 garis aksila tengah
Gambar 2.4. Penempelan elektroda prekordial 6. Kertas EKG
Kertas EKG merupakan kertas grafik yang merupakan garis horizontal dan vertikal dengan jarak 1 mm (kotak kecil). Garis yang lebih tebal terdapat pada setiap 5 mm disebut (kotak besar). Garis horizontal menunjukan waktu, dimana 1 mm = 0,04 detik, sedangkan 5 mm = 0,20 detik. Garis vertikal menggambarkan voltage, dimana 1 mm = 0,1 mv, sedangkan setiap 5 mm = 0,5 mv.
Gambar 2.5 Kertas EKG
0 0,,0044
0, 20 detik
0,1 mv
0,5 mv
7. Kurva EKG
Kurva EKG menggambarkan proses listrik yang terjadi pada atrium dan ventrikel. EKG normal terdiri dari gel P, Q, R, S dan T serta kadang terlihat gelombang U. Selain itu ada juga beberapa interval dan segmen EKG..
Gambar 2.6. Kurva EKG normal 8. Karakteristik gelombang EKG
a. Gelombang P
Gambaran yang ditimbulkan oleh depolarisasi atrium. Normal :
1) Tinggi : < 0,3 mvolt 2) Lebar : < 0,12 detik 3) Selalu positif di lead II 4) Selalu negatif di lead aVR Kepentingan :
1) Mengetahui kelainan di atrium
2) Gelombang P pulmonal untuk mengetahui right atrium hipertrophy (RAH)
3) Gelombang P mitral untuk mengetahui left atrium hipertrophy (LAH)
Gambar 2.7. Gelombang P b. Komplek QRS
Gambaran yang ditimbulkan oleh depolarisasi ventrikel Normal :
1) Lebar : 0,06 - 0,12 detik 2) Tinggi : tergantung lead
Gambar 2.8. Komplek QRS c. Gelombang Q
Normal :
1) Lebar : < 0,04 detik
d. Gelombang R
Defleksi positif pertama pada komplek QRS. Gelombang R umumnya positif di lead I, II, V5 dan V6. Lead aVR, V1, V2 biasanya hanya kecil atau tidakaaddaa..
e. Gelombang S
Defleksi negatif sesudah gelombang R, di lead aVR dan V1 gelombang S terlihat dalam, dari lead V2 ke V6 akan terlihat makin lama makin menghilang.
Kepentingan :
1) Mengetahui adanya hipertrofi ventrikel 2) Mengetahui adanya bundle branch block 3) Mengetahui adanya infark
f. Gelombang T
Gambaran yang timbul akibat repolarisasi ventrikel
Nilai normal : gelombang T positif di lead l, ll, V3 - V6 dan terbalik di lead aVR.
Kepentingan :
1) Mengetahui adanya iskemia / infark 2) Kelainan elektrolit
g. Interval PR
Diukur dari permulaan gelombang P sampai dengan permulaan komplek QRS.
Normal : 0,12 - 0,20 detik
Kepentingan : kelainan sistem konduksi
Gambar 2.10. Interval PR h. Segmen ST
Diukur dari akhir QRS sampai dengan awal gelombang T Normal : isoelektris
Kepentingan :
1) Elevasi pada injuri / infark akut 2) Depresi pada iskemia
Gambar 2.11. ST depresi Gambar 2.12. ST elevasi 9. Irama jantung
Dalam menentukan irama jantung urutan yang harus ditentukan adalah sebagai berikut :
a. Tentukan apakah denyut jantung berirama teratur atau tidak. b. Tentukan berapa frekwensi jantung / heart rate (HR).
c. Tentukan gelombang P normal atau tidak. d. Tentukan interval PR normal atau tidak. e. Tentukan gelombang QRS normal atau tidak. f. Interpretasi.
Irama jantung yang normal impulsnya berasal dari nodus SA, maka iramanya disebut irama sinus (sinus rhythm). Kriteria irama sinus adalah sebagai berikut :
a. Irama teratur.
b. Frekwensi jantung (HR) antara 60-100 kali permenit.
c. Gelombang P normal, setiap gelombang P selalu diikuti gelombang QRS dan T.
d. Interval PR normal (0,12-0,20 detik). e. Gelombang QRS normal (0,06-0,12 detik). f. Semua gelombang sama.
Gambar 2.13. Sinus rhythm
Irama EKG yang tidak mempunyai kriteria tersebut di atas disebut aritmia atau disritmia.
10. Menentukan frekwensi / heart rate (HR) Cara menghitung HR :
a
a.. 300
Jumlah kotak besar antara R – R
b
b.. 1500
Jumlah kotak kecil antara R – R
c
c.. Ambil EKG strip sepanjang 6 detik, hitung jumlah komplek QRS dan kalikan 10.
Cara pertama dan kedua digunakan jika irama jantung teratur, sedangkan cara ketiga digunakan pada irama jantung tidak teratur. Irama jantung teratur jika jarak antara gelombang R ke R berikutnya selalu sama, jika jarak gelombang R ke R berikutnya tidak sama disebut irama tidak teratur.
11. Menentukan sumbu jantung (axis)
Aksis normal terletak antara -30 derajat sampai dengan +110 derajat. Apabila aksis jantung antara 30 sampai dengan -90 derajat dinamakan left axis deviation (LAD), apabila +110 derajat sampai dengan +180 derajat dinamakan right axis deviation (RAD), apabila aksis jantung antara +180 derajat sampai dengan +270 derajat atau -90 derajat sampai dengan -180 derajat dinamakan extrem axis deviation.
Cara menghitung atau menentukan aksis jantung ada beberapa cara, ada juga yang mengatakan kalau aksis jantung juga bisa ditentukan melalui bidang horizontal. Tapi sebaiknya untuk menghitung melalui bidang frontal yaitu dengan menggunakan lead I, II, III, aVR, aVF, aVL seperti penjelasan sebagai berikut :
a. Normal aksis yaitu bila hasil resultan sandapan I positif dan aVF positif, maka aksis jantung berada pada posisi normal.
b. Bila hasil resultan sandapan I positif, aVF negatif, dan sandapan II positif, maka aksis jantung masih berada pada posisi normal.
c. Left axis deviation (RAD) yaitu bila hasil resultan sandapan I positif, aVF negatif dan sandapan II negatif, maka terjadi deviasi aksis ke kiri berada pada sudut -30 derajat sampai +90 derajat.
d. Right axis deviation (RAD) yaitu bila hasil resultan sandapan I negatif, aVF positif, dan sandapan II negatif, maka terjadi deviasi aksis ke kanan berada pada sudut +90 derajat sampai dengan -180 derajat.
e. Extrem aksis yaitu bila hasil sandapan I negatif, aVF negatif, dan sandapan II negatif, maka terjadi deviasi aksis ke superior (extreme axis deviation) berada pada sudut antara +180
derajat sampai -90 derajat atau +180 derajat sampai dengan +270 derajat.
Gambar 2.14. Aksis jantung
2.1.2. Aritmia
1.Pengertian aritmia
Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges, 2009). Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi (Hanafi, 2006).
Aritmia jantung (heart arrhythmia) menyebabkan detak jantung menjadi terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur. Aritmia jantung umumnya tidak berbahaya, kebanyakan orang
sesekali mengalami detak jantung yang tidak beraturan kadang menjadi cepat, kadang melambat. Namun beberapa jenis aritmia jantung dapat menyebabkan gangguan kesehatan atau bahkan sampai mengancam nyawa. Aritmia dengan heart rate abnormal tidak harus terjadi bersamaan. Aritmia dapat terjadi dengan heart rate normal (60 – 100 kali per menit) atau dengan heart rate lambat yang disebut bradiaritmia (kurang dari 60 kali per menit). Aritmia bisa juga terjadi dengan heart rate yang cepat yang disebut takiaritmia yaitu lebih dari 100 kali per menit (Price, 2005).
Gangguan irama jantung yang paling sering terjadi adalah serambi jantung tidak menguncup atau fibrilasi yang bergetar kecil dan hanya sekali-sekali saja kuncup secara normal yang seharusnya pacu jantung nodus sino-atrial (SA) di serambi kiri memberikan pacu untuk serambi jantung agar menguncup secara teratur tetapi tidak berhasil dan seluruh dinding serambi hanya bergetar saja tanpa memompa jantung, hal ini akan sangat berbahaya dan beresiko untuk terjadinya stroke. Walaupun serambi tidak menguncup sempurna karena adanya gangguan irama tetapi darah masih dapat mengalir lambat ke bilik jantung dan selanjutnya dipompakan keseluruh tubuh (Doenges, 2009).
Kasus-kasus fibrilasi serambi tidak kuncup banyak terjadi di Uni Eropa dan Amerika Serikat, terutama pada mereka yang telah berusia di atas 60 tahun, apalagi bagi yang memiliki usia di atas 80
tahun resiko terjadinya fibrilasi serambi jantung semakin tinggi (Doenges, 2009).
Kejadian fibrilasi tidak kuncup yang terjadi pada bilik jantung maka akan mengakibatkan kefatalan karena tidak adanya darah yang dipompakan keluar jantung, dan dengan sekejap saja orang dapat meninggal. Akibatnya gangguan irama pada serambi jantung ini membahayakan karena sebagai akibat aliran darah yang tidak lancar dalam serambi jantung dapat terbentuk bekuan darah yang semakin besar dimana kemudian bekuan ini dapat lepas dan menyangkut di otak serta menimbulkan stroke. Bekuan darah ini dapat juga lepas dan menyangkut di ginjal serta menimbulkan gagal ginjal (Doenges, 2009).
Pengobatan aritmia jantung sering kali dapat mengendalikan atau menghilangkan denyut jantung tidak teratur, selain itu aritmia juga dapat diatasi dengan menjalankan gaya hidup sehat. Tanda dan gejala aritmia jantung tidak selalu mudah dikenali. Pemeriksaan kesehatan rutin bisa membantu untuk mendeteksi aritmia lebih dini. Irama jantung yang tidak teratur dapat juga terjadi pada jantung yang normal dan sehat (Munawar dan Sutandar, 2006).
2.Macam-macam aritmia
Sebelum dilakukan penilaian irama jantung melalui EKG, pasien harus diperiksa ada tidaknya nadi, karena ada beberapa gambaran
EKG yang disertai keadaan tanpa nadi. Seperti ventrikel takikardia (VT) tanpa nadi dan pulseness elektrical activity (PEA).
a. Sinus takikardi (ST)
1) Irama : teratur
2) Frekwensi (HR) : 100 – 150 kali per menit
3) Gelombang P : normal, setiap gelombang P selalu diikuti gelombang QRS dan T 4) Interval PR : normal (0,12 – 0,20 detik) 5) Komplek QRS : normal (0,06 – 0,12 detik) 6) Semua gelombang sama
Gambar 2.15. Sinus takikardi b. Sinus bradikardi (SB)
1) Irama : teratur
2) Frekwensi (HR) : kurang dari 60 kali per menit 3) Gelombang P : normal
4) Interval PR : normal (0.12 – 0,20 detik) 5) Komplek QRS : normal (0.06 – 0.12 detik) 6) Semua gelombang sama
c. Atrial fibrilasi (AF)
1) Irama : tidak teratur 2) Frekwensi (HR) : bervariasi
3) Gelombang P : tidak normal atau tidak ada 4) Interval PR : tidak dapat dihitung
5) Komplek QRS : normal (0,06 – 0,12 detik)
Gambar 2.17. Atrial fibrilasi d. Supra ventrikuler takikardia (SVT)
1) Irama : teratur
2) Frekuensi : 150–250 kali per menit 3) Gelombang P : tidak ada atau kecil, tertutup
oleh gelombang T
4) Interval PR : tidak ada atau memendek 5) Komplek QRS : normal 0,06–0,12 detik
normal dan tingginya harus sama (ingat duri ikan)
e. Ventrikel takikardia (VT)
1) Irama : teratur
2) Frekuensi ( HR ) : lebih dari 100 – 250 kali per menit 3) Gelombang P : tidak ada
4) Interval PR : tidak ada
5) Komplek QRS : lebar, lebih dari 0,12 detik
Gambar 2.19. Ventrikuler takikardia
f.
Ventrikel fibrilasi (VF)1) Irama : tidak teratur
2) Frekuensi (HR) : lebih dari 350 kali per menit
sehingga tidak bisa dihitung
3) Gelombang P : tidak ada 4) Interval PR : tidak ada
5) Komplek QRS : lebar dan tidak teratur 6) Tidak ada denyut jantung
g.
Blok atrio-ventrikuler (AV blok) derajat 1 1) Irama : teratur2) Frekuensi : umumnya normal antara 60–100 kali/menit 3) Gelombang P : normal
4) Interval PR : memanjang lebih dari 0,20 detik
5) Komplek QRS : normal ( 0,06-0,12 detik )
Gambar 2.21. AV blok derajat 1
h. Blok atrio-ventrikuler (AV blok) derajat 2 tipe mobitz I 1) Irama : tidak teratur
2) Frekuensi : normal atau lebih dari 60 kali/menit 3) Komplek P : normal, tetapi ada 1 gelombang P
yang tidak diikuti komplek QRS, kemudian siklus makin panjang diulang.
4) Komplek QRS : normal ( 0,06-0,12 detik )
i. Blok atrio-ventrikuler (AV blok) derajat II tipe mobitz 2
1) Irama : umumnya tidak teratur, kadang bisa teratur
2) Ferkuensi (HR) : umumnya lambat, kurang dari 60 kali per menit
3) Gelombang P : normal, tetapi ada 1 atau lebih gelombang P yang tidak diikuti komplek QRS
4) Interval PR : normal atau memanjang secara konstan
5) Komplek QRS : normal ( 0,06-0,12 detik )
Gambar 2.23. AV blok derajat II tipe mobitz 2 j. Blok atrio-ventrikuler derajat 3 ( total AV blok )
1) Irama : teratur
2) Frekuensi ( HR ) : kurang dari 60 kali permenit 3) Gelombang P : normal, tetapi gelombang P dan
QRS berdiri sendiri-sendiri 4) Interval PR : berubah-ubah
5) Komplek QRS : normal atau memanjang lebih dari 0,12 detik
Gambar 2.24. Total AV blok k. Asistole
1)Tidak muncul nadi
2)Tidak muncul gelombang P, QRS atau T 3)Muncul garis lurus atau flat
Gambar 2.25. Asistole
2.1.3. Metode Pembelajaran The Six Stage Method (SSM) 1. Pengertian
The six stage method (SSM) adalah suatu metode pembelajaran alternative untuk pendidik, di dalam mengenalkan aritmia jantung dengan menggunakan gambaran lead EKG (Dimitrios, et al. 2013).
SSM didapat dari the european resuscitation council (ERC) dan digunakan dalam pelatihan advanced life support (ALS) (Dimitrios, et al. 2013).
SSM merupakan cara menganalisa irama jantung yang terstruktur dan menggunakan pertanyaan yang mudah diingat serta akan menghasilkan skill yang lebih baik.
2. Langkah-langkah pembelajaran SSM
The european resuscitation council (ERC) (2010) dalam Dimitrios, et al, (2013) mengatakan cara menganalisa aritmia jantung dengan analisa irama strip EKG melalui enam langkah : a. Irama strip I :
Gambar 2.26. Irama strip 1
1) Responden ditanya apakah muncul aktivitas listrik? Jawab : ya
2) Responden ditanya berapa heart rate (ventrikel rate)? Jawab : ada 8 komplek QRS di dalam 30 kotak kecil; 8x10= 80
3) Responden ditanya apakah irama QRS regular atau irregular?
Jawab : irama QRS reguler
4) Responden ditanya apakah QRS normal, melebar atau memanjang?
Jawab : QRS lebih kecil 3 kotak kecil, jadi tidak melebar atau memanjang.
5) Responden ditanya apakah muncul aktivitas atrium (gelombang P)?
Jawab : gelombang P muncul.
6) Responden ditanya mengenai aktivitas atrium (gelombang P) terkait aktivitas ventrikel (gelombang QRS)?
Jawab : gelombang P selalu muncul disetiap komplek QRS sepanjang strip. Jarak gelombang P dengan komplek QRS lebih kecil dari 1 kotak besar (0,2 detik). Irama ini disebut sinus rithm.
b. Irama strip II :
Gambar 2.27. Irama strip 2
1) Responden ditanya apakah muncul aktivitas listrik ? Jawab : ya
2) Responden ditanya berapa heart rate (ventrikel rate)? Jawab : komplek QRS tidak jelas
3) Responden ditanya apakah irama QRS regular atau irregular?
Jawab : irama QRS tidak jelas
4) Responden ditanya apakah QRS normal, melebar atau memanjang?
Jawab : QRS tidak jelas
5) Responden ditanya apakah muncul aktivitas atrium (gelombang P)?
Jawab : tidak muncul gelombang P
6) Responden ditanya mengenai aktivitas atrium (gelombang P) terkait aktivitas ventrikel (gelombang QRS)?
Jawab : tidak muncul gelombang P atau komplek QRS. Irama ini adalah ventrikel fibrilasi (VF), biasanya dapat muncul di monitor jantung atau di mesin EKG.
c. Irama strip III :
Gambar 2.28. Irama strip 3
1) Responden ditanya apakah muncul aktivitas listrik? Jawab : ya
2) Responden ditanya berapa heart rate (ventrical rate)? Jawab : ada 12 komplek QRS di dalam 30 kotak kecil; 12 x 10= 120
3) Responden ditanya apakah irama QRS regular atau irregular?
Jawab : irama QRS irreguler
4) Responden ditanya apakah QRS normal, melebar atau memanjang?
Jawab : QRS lebih kecil 3 kotak kecil, jadi tidak melebar atau memanjang
5) Responden ditanya apakah muncul aktivitas atrium (gelombang P)?
Jawab : gelombang P tidak muncul
6) Responden ditanya mengenai aktivitas atrium (gelombang P) terkait aktivitas ventrikel (gelombang QRS)?
Jawab : tidak ada aktivitas dari atrium. Irama ini disebut atrial fibrilasi.
d. Irama strip IV :
Gambar 2.29. Irama strip 4
1) Responden ditanya apakah muncul aktivitas listrik? Jawab : tidak muncul aktivitas listrik.
Jawab : tidak muncul QRS, sehingga terekam dalam EKG garis lurus atau flat yang disebut asistole.
2.1.4. Metode Pembelajaran Diskriptif (Dimitrios, et al, 2013) 1. Pengertian
Pembelajaran diskriptif yaitu : metode pembelajaran yang terstruktur sesuai konsep teori yang ada.
2. Langkah-langkah pembelajaran diskriptif 1) Menjelaskan pengertian EKG;
2) Menjelaskan sistem konduksi jantung; 3) Menjelaskan kertas EKG;
4) Menjelaskan kurva EKG normal;
5) Menjelaskan macam-macam gelombang pada EKG normal; 6) Menjelaskan kelainan yang muncul di gelombang EKG; 7) Menjelaskan pengertian aritmia jantung;
8) Menjelaskan macam-macam aritmia;
9) Menjelaskan ciri-ciri tampilan EKG pada pasien aritmia; 10)Dan seterusnya sesuai konsep.
2.1.5. Proses Pembelajaran 1. Pengertian pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses kegiatan belajar mengajar yang juga berperan dalam menentukan keberhasilan
belajar siswa. Dari proses pembelajaran itu akan terjadi sebuah kegiatan timbal balik antara guru dengan siswa untuk menuju tujuan yang lebih baik. Untuk melakukan sebuah proses pembelajaran, terlebih dahulu harus dipahami pengertian dari kata pembelajaran.
Proses pembelajaran adalah proses yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, 2011). Dalam proses pembelajaran, guru dan siswa merupakan dua komponen yang tidak bisa dipisahkan. Antara dua komponen tersebut harus terjalin interaksi yang saling menunjang agar hasil belajar siswa dapat tercapai secara optimal (Rustaman, 2011).
Menurut pendapat Bafadal (2005), pembelajaran dapat diartikan sebagai “segala usaha atau proses belajar mengajar dalam rangka terciptanya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien”. Sejalan dengan itu, Jogiyanto (2007) juga berpendapat bahwa pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang mana suatu kegiatan berasal atau berubah lewat reaksi suatu situasi yang dihadapi dan karakteristik-karakteristik dari perubahan aktivitas tersebut tidak dapat dijelaskan berdasarkan kecenderungan-kecenderungan reaksi asli, kematangan atau perubahan-perubahan sementara.
Pengertian proses pembelajaran antara lain menurut Rooijakkers (2011) : “Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan belajar mengajar menyangkut kegiatan tenaga pendidik, kegiatan peserta didik, pola dan proses interaksi tenaga pendidik dan peserta didik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar dalam kerangka keterlaksanaan program pendidikan”. Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Winkel (2010) : “proses pembelajaran adalah suatu aktivitas psikis atau mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap” (Rustaman, 2011).
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran adalah segala upaya bersama antara guru dan siswa untuk berbagi dan mengolah informasi, dengan harapan pengetahuan yang diberikan bermanfaat dalam diri siswa dan menjadi landasan belajar yang berkelanjutan, sertadiharapkan adanya perubahan-perubahan yang lebih baik untuk mencapai suatu peningkatan yang positif yang ditandai dengan perubahan tingkah laku individu demi terciptanya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Sebuah proses pembelajaran yang baik akan membentuk kemampuan intelektual, berfikir kritis dan munculnya kreatifitas serta
perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu (Rustaman, 2011).
2. Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran sebenarnya adalah untuk memperoleh pengetahuan dengan suatu cara yang dapat melatih kemampuan intelektual para siswa dan merangsang keingintahuan serta memotivasi kemampuan mereka (Dahar, 2006). Tujuan pembelajaran dibagi menjadi tiga kategori yaitu: kognitif (kemampuan intelektual), afektif (perkembangan moral), dan psikomotorik (keterampilan). Hal ini diperkuat oleh pendapat Blomm yang membagi tiga kategori dalam tujuan pembelajaran yaitu: 1) Kognitif, 2) Afektif, 3) Psikomotorik (Nasution, 2008).
Tujuan kognitif berkenaan dengan kemampuan individu mengenal dunia sekitarnya yang meliputi perkembangan intelektual. Tujuan afektif mengenai perkembangan sikap, perasaan, nilai-nilai yang disebut juga perkembangan moral, sedangkan tujuan psikomotorik adalah menyangkut perkembangan keterampilan yang mengandung unsur-unsur motorik sehingga siswa mengalami perkembangan yang maju dan positif (Rustaman, 2011).
Tujuan pembelajaran di dalamnya terdapat rumusan tingkah laku dan kemampuan yang harus dicapai dan dimiliki
siswa atau peserta didik setelah menyelesaikan kegiatan belajar dalam proses pengajaran, oleh karena itu tujuan pembelajaran yang dibuat oleh guru haruslah bermanfaat bagi siswa dan sesuai dengan karakteristik siswa supaya tujuan tersebut dapat tercapai secara optimal (Rustaman, 2011).
Dalam hal ini tujuan pembelajaran musik ekstrakurikuler band adalah menjadi wadah siswa untuk menyalurkan bakat di bidang musik, mengasah keterampilan bermain alat musik dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan pengalaman bermain musik secara kelompok serta melatih kepercayaan diri siswa pada saat tampil di depan orang banyak (Rustaman, 2011).
Berdasarkan penjelasan tentang tujuan pembelajaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran adalah sebagai upaya membekali diri siswa dengan kemampuan-kemampuan yang bersifat pengalaman, pemahaman moral dan keterampilan sehingga mengalami perkembangan positif (Rustaman, 2011).
2.1.6. Mahasiswa Keperawatan 1. Pengertian mahasiswa
Siregar (2006), mengatakan bahwa mahasiswa adalah kalangan muda yang berumur antara 19-28 tahun yang memang
dalam usia tersebut mengalami suatu peralihan dari tahap remaja ke tahap dewasa. Siregar (2006), menyatakan bahwa sosok mahasiswa juga kental dengan nuansa kedinamisan dan sikap keilmuwannya yang dalam melihat sesuatu berdasarkan kenyataan objektif, sistematis dan rasional (Kartono, 2007).
Mahasiswa keperawatan adalah peserta didik yang sedang menempuh pendidikan tinggi keperawatan.
2. Ciri-ciri mahasiswa
Mahasiswa merupakan anggota masyakat yang mempunyai ciri-ciri tertentu, antara lain (Kartono, 2007) :
a. Mempunyai kemampuan dan kesempatan untuk belajar di perguruan tinggi, sehingga dapat digolongkan sebagai kaum intelegensia.
b. Karena kesempatan diatas diharapkan nantinya dapat bertindak sebagai pemimpin yang mampu dan terampil, baik sebagai pemimpin masyarakat ataupun dalam dunia kerja.
c. Diharapkan dapat menjadi daya penggerak yang dinamis bagi proses modernisasi.
d. Diharapkan dapat memasuki dunia kerja sebagai tenaga yang berkualitas dan profesional.
2.2. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelurusan pustaka, peneliti belum menemukan penelitian yang serupa, berikut adalah penelitian yang terkait dengan perbandingan metode pembelajar the six stage method (SSM) dengan diskriptif tentang interpretasi EKG aritmia :
1. Dimitrios, P.,Varvaroussis, D.P.,et al (2013) judul comparison of two teaching method for cardiac arrhyitmia interpretation among nursing student. Dengan hasil bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara dua metode pembelajaran the six stage method (SSM) dengan diskriptif untuk menginterpretasi aritmia jantung pada mahasiswa keperawatan tanpa pengetahuan EKG sebelumnya.
2. Keller, K.B.,Deborah, A., et al (2005) judul arrhytmia knowledge: a qualitative study. Dengan hasil bahwa melalui study qualitative teridentifikasi pengetahuan aritmia tingkat dasar, menengah dan lanjut. Study ini juga menunjukkan bahwa tenaga keperawatan mengalami kekurangan perawat yang mampu untuk mengidentifikasi aritmia yang spesifik dengan memasukkan blok jantung, konduksi abberan, dan takiaritmia.
2.3. Kerangka Teori
Gambar 2.30. Kerangka teori
(Sumber: Dimitrios, et al, 2013; Hanafi, 2006) Keterangan : = Diteliti = Tidak diteliti Pembimbing klinik/CI Mahasiswa perawat Interptretasi EKG: 1. Irama 2. Laju QRS 3. Interval PR 4. Komplek P-QRS-T Aritmia jantung: 1. Sinus rhythm (SR) 2. Sinus takhikardi (ST) 3. Sinus bradikardi (SB) 4. Atrial fibrilasi (AF)
5. Supra ventrikuler takikardi (SVT) 6. Ventrikel takikardi (VT)
7. Ventrikel fibrilasi (VF)
8. Blok atrioventrikuler derajat 1 (AV blok dejarat I)
9. Blok Atrioventrikuler dejarat 3 (total AV blok)
10.Asistole
Metode SSM Metode diskriptif
2.4. Kerangka Konsep
Berdasarkan uraian di atas maka kerangka konsep digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.31. Kerangka konsep
(Sumber: Dimitrios, et al, 2013; Hanafi, 2006)
2.5. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut : Ho
Ha :
:
Ada perbedaan hasil belajar interpretasi EKG aritmia pada mahasiswa DIII Keperawatan ditinjau dari penggunaan metode pembelajaran the six stage method (SSM) dengan diskriptif di ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Tidak ada perbedaan hasil belajar interpretasi EKG aritmia pada mahasiswa DIII keperawatan ditinjau dari penggunaan metode pembelajaran the six stage method (SSM) dengan diskriptif di ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Pembelajaran metode diskriptif Hasil belajar interpretasi EKG aritmia jantung Mahasiswa perawat kelompok B Pembelajaran metode SSM Proses belajar Mahasiswa perawat kelompok A
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Desain penelitian adalah rancangan yang mencerminkan langkah-langkah teknis dan operasional penelitian (Notoatmodjo, 2010). Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, berdasarkan tujuan penelitian, rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah true eksperiment dengan rancangan post test only control group design (Nursalam, 2008).
Model Rancangan :
Keterangan :
Xa = Pembelajaran dengan metode SSM Xb = Pembelajaran dengan metode diskriptif O1 = Hasil belajar kelompok metode SSM O2 = Hasil belajar kelompok metode diskriptif
3.2. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah sejumlah besar subyek yang mempunyai karakteristik tertentu (Sastroasmoro dan Ismail, 2006). Populasi dalam penelitian adalah setiap subyek (misalnya manusia, pasien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008).
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa perawat DIII dari beberapa perguruan tinggi yang praktek di ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta (RSDM). Jumlah populasi rata-rata perbulan sebanyak 30 orang, diperoleh dari 362 mahasiswa (jumlah total mahasiswa perawat DIII dalam satu tahun) : 12 (bulan) = 30,16, yaitu rata-rata mahasiswa dalam satu bulan (Diklat RSUD Dr. Moewardi, 2014), sehubungan dengan keterbatasan waktu dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan populasi dalam hitungan bulan.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap mewakili populasinya (Sastroasmoro dan Ismael, 2006). Sampel adalah wakil semua unit strata dan sebagainya yang ada di dalam populasi (Bungin, 2005). Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 mahasiswa.
a. Teknik sampling
Teknik pengambilan sampel adalah suatu proses dalam menyeleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, dengan menggunakan teknik sampling. Metode sampling yang digunakan adalah sampling jenuh, merupakan teknik pengambilan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2010).
Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya
jika jumlah subjeknya lebih besar dari 100, maka dapat diambil 10-15% atau 20-25% (Arikunto, 2010).
b. Kriteria inklusi dan eksklusi
Dalam penelitian calon sampel harus memenuhi persyaratan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti.
1) Kriteria inklusi :
a) Bersedia menjadi responden
b) Semua mahasiswa DIII Keperawatan yang praktek di ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
2) Kriteria eksklusi :
Mahasiswa DIII Keperawatan yang sudah pernah mendapat pelatihan interpretasi EKG sebelumnya.
3.3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa DIII Keperawatan di ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang beralamat di Jalan Kolonel Soetarto nomor 132 Surakarta pada bulan Maret-April 2015.
3.4. Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran 1. Variabel penelitian
Variabel didefinisikan sebagai karakteristik subyek penelitian yang berubah dari satu subyek ke subyek lain. Menurut fungsinya dalam konteks penelitian secara keseluruhan, khususnya di dalam hubungan
antar variabel, terdapat beberapa jenis variabel, yaitu (Sastroasmoro dan Ismail, 2006) :
a. Variabel bebas (independen) adalah variabel yang bila ia berubah akan
mengakibatkan perubahan variabel lain. Variable bebas ada 2 yaitu : X1 = Variabel bebas pertama metode pembelajaran enam langkah.
X2 = Variabel bebas kedua metode pembelajaran diskriptif.
b. Variabel terikat (dependen) adalah variabel yang berubah akibat perubahan
variabel bebas ini. Variabel terikat penelitian ini adalah : hasil belajar.
2. Definisi operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2008).
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi
Operasional
Alat ukur Skala Skor
1 Metode
pembelajaran the six stage method
(SSM) dalam interpretasi EKG aritmia Suatu metode pembelajaran alternative untuk pendidik, di dalam mengenalkan
aritmia jantung dengan menggunakan gambaran strip EKG melalui 6 langkah pertanyaan Kuesioner : gambar strip EKG a.Benar = 1 b.Salah = 0 Interval 0-10 2 Metode pembelajaran diskriptif dalam interpretasi EKG aritmia Metode pembelajaran
yang terstruktur sesuai konsep teori yang ada.
Kuesioner : gambar strip EKG a.Benar = 1 b.Salah = 0 Interval 0-10
3.5. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data
Alat Penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh penelitian dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2010). Pengumpulan data dilakukan menggunakan gambaran EKG yang meliputi :
1.Gambaran EKG sinus ritme (SR) 2.Gambaran EKG sinus takhikardi (ST) 3.Gambaran EKG sinus bradikardi (SB) 4.Gambaran EKG atrial fibrilasi (AF)
5.Gambaran EKG supraventrikuler takikardi (SVT) 6.Gambaran EKG ventrikel takikardi (VT)
7.Gambaran EKG ventrikel fibrilasi (VF)
8.Gambaran EKG blok atrioventrikuler derajat I (AV Blok dejarat I) 9.Gambaran EKG blok atrioventrikuler dejarat 3 (total AV blok) 10.Gambaran EKG asistole.
Jawaban benar nilai = 1, jawaban salah nilai = 0
3.6. Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Instrumen penelitian ini hanya dilakukan uji validitas isi kepada kedua pembimbing, karena instrumen penelitian ini sudah menjadi instrumen baku dalam pelatihan basic trauma cardiac life support (BTCLS) kepada perawat, bidan, dan dokter yang diselenggarakan oleh RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Untuk menguji keterhandalan lembar observasi yang telah dibuat peneliti menggunakan uji kesepahaman dan uji pengamatan dengan observer yang membantu peneliti (Arikunto, 2006). Dalam penelitian yang akan dilakukan, peneliti mengambil 2 observer untuk membantu mengambil data. Sebelumnya observer yang membantu menyamakan pemahaman tentang isi pada lembar observasi selanjutnya dilakukan uji pengamatan yaitu peneliti dan observer melakukan pengamatan pada responden yang sama menggunakan lembar observasi tersebut. Bila terjadi kesepahaman di dalam uji pengamatan terhadap instrument yang dipakai antara observer nilai ideal yaitu 1 maka lembar observasi tersebut valid dan reliabel. Nilai uji pengamatan yang ideal adalah 1, nilai 0,8 sangat baik, nilai 0,6-0,8 dianggap memadai dan nilai <0,6 dianggap kurang memadai.
Pedoman lembar observasi dalam penelitian ini mempunyai 2 alternatif jawaban dengan jumlah 10 pertanyaan.
Alternatif jawaban : Salah bernilai : 0 Benar bernilai : 1
Rumus uji coefficient reliability
Keterangan :
KK : koefisien kesepakatan
S : Sepakat, jumlah kode yang sama untuk objek yang sama N1 : Jumlah kode yang dibuat oleh pengamat 1
N2 : Jumlah kode yang dibuat oleh pengamat 2
3.7. Jalannya Penelitian 1. Tahap persiapan
Tahap persiapan dalam penelitian ini meliputi pengajuan judul, mencari literatur yang berhubungan dengan judul, konsultasi dengan dosen pembimbing, melakukan studi pendahuluan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan terutama untuk penyusunan proposal penelitian. Setelah mendapatkan data yang lengkap mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penelitian, dilakukan penyusunan proposal penelitian dan ujian proposal. Selanjutnya dilakukan pengurusan ijin penelitian baik di Stikes Kusuma Husada Surakarta maupun di lahan penelitian.
2. Tahap penelitian
a. Tahap ini diawali dengan sosialisasi rencana penelitian kepada mahasiswa di ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi sebagai tuan rumah lahan penelitian.
b. Selanjutnya peneliti melakukan uji kesepahaman dengan observer peneliti yang berjumlah 2 orang. Untuk menguji keterhandalan lembar observasi peneliti melakukan uji kesepahaman dan uji pengamatan dengan observer yang membantu peneliti. Dalam penelitian ini terdapat 2 observer yang membantu yang mewakili 2
kelompok pemebelajaran yang dipakai. Uji kesepahaman yaitu memberikan penjelasan dan menyamakan pemahaman tentang isi pada lembar observasi.
Pengamat I, II, dan III bersama-sama mengamati waktu seorang perawat yang sedang memberikan asuhan keperawatan setiap kontak dengan pasien dan didapatkan hasil sebagai berikut:
NO I II III IV V VI VII VIII IX X
0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 ν ν ν ν ν ν ν ν ν ν 2 ν ν ν ν ν ν ν ν ν ν 3 ν ν ν ν ν ν ν ν ν ν
Arti dari nilai 1 bahwa lembar observasi diatas memenuhi syarat untuk dijadikan lembar observasi dalam penelitian ini.
c. Selanjutnya peneliti mencari dan mengambil data yang cocok dan sesuai dengan keinginan peneliti, bila sudah cocok melakukan pengambilan data dengan cara membagi mahasiswa menjadi dua kelompok.
d. Mahasiswa perawat yang praktek di ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi akan dilakukan acak dan dengan nama inisial dibagi menjadi 2 group yaitu group A dan group B. Group A akan
mendapat pengajaran EKG dengan metode SSM dan group B akan mendapat pengajaran EKG dengan metode diskriptif.
e. Semua mahasiswa yang telah dibagi dalam 2 group akan mendapat pengajaran dengan masing-masing satu pengajar dalam waktu bersamaan.
f. Group A akan diberi pembelajaran selama 20 menit dengan diperkenalkan dasar EKG dan macam aritmia jantung menggunakan metode SSM, dimana strip EKG aritmia akan diinterpretasikan dengan enam langkah pertanyaan dan jawaban yang spesifik.
g. Group B akan diberi pembelajaran selama 20 menit dengan diperkenalkan dasar EKG dan macam aritmia jantung menggunakan metode diskriptif oleh instruktur yang berbeda dengan analisa sesuai karakteristiknya.
h. Setelah selesai pembelajaran, group A dan group B diambil seluruh sampel yaitu masing-masing sejumlah 15 mahasiswa dan diuji untuk interpretasi 10 macam aritmia jantung selama 15 menit. 3. Tahap akhir
Tahap akhir diawali dengan pengecekan kembali kelengkapan data pasien. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan komputer SPSS for windows versi 17.00. Selanjutnya dibuat laporan hasil penelitian, pembahasan, membuat simpulan dan saran, sampai tahap siap untuk diujikan dalam ujian skripsi.
3.8. Teknik Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan data
a. Editing : Dilakukan dengan cara mengoreksi data yang telah diperoleh sehingga dapat dilakukan perbaikan data yang kurang.
b. Coding : Pemberian kode dimaksudkan untuk mempermudah dalam
pengolahan data dan proses selanjutnya melalui tindakan pengklasifikasian data.
c. Tabulating : Data distribusi dan data yang telah diberi skor, kemudian dijumlahkan, disusun dan disajikan dalam bentuk tabel, selanjutnya data ini digunakan untuk analisis data.
d. Entry : Proses pemasukan data dalam suatu program komputer.
2. Analisa data
a. Teknik uji prasyarat
1) Uji normalitas
Pengujian normalitas data menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan kriteria data berdistribusi normal jika nilai signifikansi (p-value) lebih besar dari 0,05.
Hasil uji prasyarat dalam penelitian ini menunjukkan bahwa data masing-masing variabel berdistribusi normal. Variabel kelompok SSM diperoleh p-value 0,069 dan variabel kelompok diskriptif diperoleh hasil p-value 0,068.
2) Uji homogenitas
Pengujian homogenitas ini menggunkaan analisis independent sampel t-tes dengan kriteria data homogen jika nilai signifikansi (p-value) lebih besar dari 0,05.
b. Uji hipotesis
Dalam melakukan analisis khususnya terhadap data penelitian akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis. Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan komputer, dengan langkah-langkah sebagai berikut 1) Analisa univariate
Analisa ini dilakukan pada setiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari setiap variabel, belum melihat adanya hubungan. Variabel yang dianalisis secara univariat adalah hasil pembelajaran dengan SSM dan hasil pembelajaran dengan diskriptif.
Hasil normalitas data dari variabel penelitian ini, ditemukan distribusi datanya normal, maka dapat dikriteriakan sebagai berikut, kategori baik apabila skor 76% - 100% dari total alat ukur (nilai antara 9-10), kategori cukup apabila skor 56% - 75% dari total alat ukur (nilai antara 6-8), dan kategori kurang
apabila skor < 55% dari total alat ukur (nilai antara 0-5), hal ini mengacu pada teori yang disampaikan oleh Arikunto (2010) tentang penggolongan nilai tingkat pengetahuan atau kemampuan seseorang.
2) Analisis bivariate
Apabila telah dilakukan analisis univariat, hasilnya akan diketahui karakteristik atau distribusi setiap variabel, dan dapat dilanjutkan dengan analisis bivariate, adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga ada perbedaan. Analisa bivariat dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar interpretasi EKG aritmia ditinjau dari penggunaan metode pembelajaran SSM dengan diskriptif. Untuk mengetahui perbedaan tersebut diuji dengan menggunakan teknik uji beda dengan uji t (Sastroasmoro, 2006), dengan tingkat kemaknaan 95% dan taraf signifikansi p<0,05.
Taraf signifikansi digunakan 5% (alpha), dengan ketentuan :
1. Alpha < 0,05: Ho diterima sehingga ada perbedaan hasil belajar interpretasi EKG aritmia pada mahasiswa perawat ditinjau dari penggunaan metode SSM dengan diskriptif. 2. Alpha > 0,05: Ho ditolak sehingga tidak ada perbedaan hasil
belajar interpretasi EKG aritmia pada mahasiswa perawat ditinjau dari penggunaan metode SSM dengan diskriptif.