• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK. Kata kunci : Gaya Belajar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK. Kata kunci : Gaya Belajar."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

“Deskripsi Gaya Belajar Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi di Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Gorontalo”

Nilakusuma mahasiswa Program Studi Geografi

Bapak Dr. Mursalin, M. Si dosen Universitas Negeri Gorontalo Ibu Nova E. Ntobuo, M. Pd dosen Universitas Negeri Gorontalo

Jurusan Fisika, Program Studi S1. Pend. Geografi F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo

ABSTRAK

Nilakusuma. 2013. “Deskripsi Gaya Belajar Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi Di Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Gorontalo“. Penelitian ini dilatar belakangi oleh banyak mahasiswa yang belum mengetahui dan menyadari gaya belajarnya sendiri, sehingga dibutuhkan suatu penelitian untuk mengetahui gaya belajar yang dimiliki mahasiswa program studi Geografi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan gaya belajar mahasiswa Program Studi S1 Pendidikan Geografi di Jurusan Fisika Uversitas Negeri Gorontalo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan teknik pengumpulan data yaitu angket atau kuesioner dan wawancara serta observasi sebagai pendukung data hasil penelitian. Dalam penelitian terdapat 46 item pernyataan dalam angket dengan 77 responden dari jumlah populasi sebanyak 385 mahasiswa dan menarik sampel sebesar 20 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya belajar mahasiswa program studi Pendidikan Geografi Di Jurusan Fisika Universitas Negeri Gorontalo adalah gaya belajar Auditorial dengan jumlah persentase untuk gaya belajar auditorial adalah 45,48%. Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa mahasiswa program studi SI pendidikan geografi di jurusan Fisika Universitas Negeri Gorontalo memiliki gaya belajar Auditorial.

Kata kunci : Gaya Belajar.

1. PENDAHULUAN

Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Tujuan Pendidikan Nasional yang berbunyi:

„Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan, membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

(2)

beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab‟.

Tujuan pendidikan nasional ini menuntut dosen sebagai tokoh sentral dalam kegiatan pembelajaran di kampus harus mempunyai persiapan yang matang, merespon secara positif terhadap kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan, karena tugas dosen dalam dunia pendidikan sangat penting yaitu tidak hanya merubah peserta didik dari hal yang tidak tahu menjadi tahu, namun dosen juga berperan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yaitu dengan cara mendidik.

Universitas Negeri Gorontalo sebagai salah satu perguruan tinggi negeri yang mengemban fungsi untuk mengembangkan potensi sumber daya manusia salah satunya dibidang pendidikan yang mandiri dan memiliki integritas sesuai dengan tuntutan pembangunan yang berkelanjutan. Selain itu, kompetensi lulusan yang diharapkan dari perguruan tinggi ini yaitu kemampuan menguasai dasar-dasar ilmiah, pengetahuan dan berbagai macam keahlian tertentu sehingga mampu memahami dan menjelaskan cara penyelesaian suatu masalah yang sesuai dengan bidang keahliannya.

Sesuai dengan salah satu misi Universitas Negeri Gorontalo untuk menghasilkan lulusan yang bermutu profesional dan beradab, maka tanpa terkecuali semua fakultas, jurusan maupun program studi harus dapat menjalankan fungsi dan tujuannya. Hal ini dimaksudkan agar perguruan tinggi ini dapat menghasilkan mahasiswa-mahasiswa yang berkualitas dan mempunyai kompetensi dibidangnya masing-masing sehingga dapat mengharumkan nama baik dan citra dari perguruan tinggi khususnya Universitas Negeri Gorontalo .

Untuk mencapai semua itu harus dengan belajar secara terus menerus. Belajar dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa untuk mencapai hasil yang maksimal sesuai yang di harapkan. Menjadi orang yang sukses merupakan harapan bagi semua mahasiswa baik sukses dalam bidang akademik maupun bidang nonakademik.

Mahasiswa pendidikan Geografi di Universitas Negeri Gorontalo sangat kompleks dan berasal dari berbagai suku di Indonesia. Kadang-kadang seorang dosen mengeluh mengapa materi yang sudah disampaikan sulit diterima oleh mahasiswa. Sebagian besar pula mahasiswa merasa terpaksa dalam mengikuti perkuliahan, tidak jarang mahasiswa beranggapan mengikuti perkuliahan karena itulah satu-satunya cara untuk lulus matakuliah. Menghadapi keterpaksaan untuk belajar jelas bukan hal yang menyenangkan dan tidak akan mudah bagi mahasiswa untuk berkonsentrasi belajar jika mahasiswa tersebut merasa terpaksa. Namun, mahasiswa selalu mencari cara yang terbaik supaya dapat belajar dan dapat

(3)

menerima materi perkuliahan dengan baik. Oleh sebab itu, dosen perlu mencari jalan keluar untuk menanggulangi masalah tersebut, yaitu dengan cara mengenali gaya belajar masing-masing mahasiswa sehingga hasil belajar yang diperoleh dapat maksimal. Mengenali gaya belajar sendiri, belum tentu membuat seseorang menjadi lebih pandai tetapi dengan mengenal gaya belajar seseorang akan dapat menentukan cara belajar yang lebih efektif . Jadi, dengan mengenali gaya belajar setiap mahasiswa, seorang dosen bisa dengan mudah menerapkan model atau metode yang cocok untuk mata kuliah yang akan di ajarkan, dengan begitu mahasiswa pun akan lebih mudah memahami mata kuliah yang di ajarkan oleh dosen mata kuliah tersebut. Karena, mahasiswa dalam belajar memiliki berbagai macam cara, ada yang belajar dengan cara mendengarkan, ada yang belajar dengan membaca, serta belajar dengan cara menemukan. Cara belajar mahasiswa yang berananeka ragam tersebut disebut sebagai gaya belajar (learning style) yang dipengaruhi oleh pengalaman, jenis kelamin, etnis dan secara khusus melekat pada setiap individu.

Di lingkungan Jurusan FMIPA, khusunya Program Studi Pendidikan Geografi belum pernah dilakukan penelitian tentang kecendrungan gaya belajar. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Deskripsi Gaya Belajar Mahasiswa Prodi Pendidikan Geografi Di Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Gorontalo”.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Bagaimanakah deskripsi gaya belajar mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi di Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Gorontalo? Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan gaya belajar mahasiswa program studi pendidikan Geografi di Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Gorontalo. Manfaat dari penelitian ini adalah Bagi mahasiswa : Dengan mengetahui gaya belajar masing-masing mahasiswa program studi geografi dapat meningkatkan hasil belajar. Bagi dosen: Dapat mempermudah dalam proses pengajaran khususnya dalam menentukan model dan metode yang akan diterapakan saat proses pembelajaran berlangsung. Bagi peneliti: Untuk menambah wawasan peneliti sebagai seorang calon guru, sehingga setelah peneliti memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang kecendrungan gaya belajar, maka dapat dijadikan sebagai acuan dalam proses pembelajaran selanjutnya.

2. KAJIAN PUSTAKA 2.1Pengertian Gaya Belajar

Sebagian mahasiswa lebih suka dosen mereka mengajar dengan cara menuliskan segalanya di papan tulis. Dengan begitu mereka bisa membaca untuk kemudian mencoba memahaminya. Akan tetapi sebagian mahasiswa lebih suka dosen mereka mengajar dengan cara menyampaikannya secara lisan dan mereka mendengarkan untuk bisa memahaminya.

(4)

Sementara itu, ada mahasiswa yang lebih suka membentuk kelompok kecil untuk mendiskusikan pertanyaan yang menyangkut pelajaran tersebut. Apapun cara yang dipilih, perbedaan gaya belajar itu menunjukan cara tercepat dan terbaik bagi setiap individu bisa menyerap sebuah informasi dari luar dirinya.

Menurut Klob (dalam Gufron dan Risnawita 2012 : 11) gaya belajar merupakan metode yang dimiliki individu untuk mendapatkan informasi, yang pada prinsipnya gaya belajar merupakan bagian integral dalam siklus belajar aktif. Sedangkan menurut Gunawan (dalam Gufron dan Risnawita 2012 : 11) gaya belajar adalah cara-cara yang lebih kita sukai dalam melakukan kegiatan berfikir, memproses dan mengerti suatu informasi.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka dapat di simpulkan bahwa gaya belajar adalah suatu metode atau cara yang disukai oleh individu dalam melakukan kegiatan berfikir, memproses dan mengerti suatu informasi dalam proses pembelajaran.

Menurut Nasution (dalam Ghupron & Risnawita 2012 : 39), para peneliti kemudian mengklasifikasikan adanya gaya belajar siswa sesuai kategori-kategori sebagai berikut: a. Tiap siswa belajar menurut cara sendiri yang kemudian sering disebut gaya belajar. Lain

dari pada itu, pengajar juga mempunyai gaya mengajar sendiri-sendiri. b. Kita dapat menemukan gaya belajar itu dengan instrumen tertentu.

c. Kesesuaian gaya mengajar dengan gaya belajar dapat mempertinggi efektivitas belajar. Informasi tentang adanya gaya belajar yang berbeda-beda mempunyai pengaruh atas kurikulum, administrasi, dan proses mengajar-belajar. Masalah ini sangat kompleks, sulit, memakan waktu banyak, biaya yang tidak sedikit, frustasi.

Menurut DePorter dan Hernacki (2000 : 110) gaya belajar merupakan suatu kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi. Gaya belajar bukan hanya berupa aspek ketika menghadapi informasi, melihat, mendengar, menulis dan berkata tetapi juga aspek pemrosesan informasi sekunsial, analitik, global atau otak kiri-otak kanan, aspek lain adalah ketika merespon sesuatu atas lingkungan belajar (diserap secara abstrak dan konkret).

Berikut merupakan kecenderungan masing-masing gaya belajar beserta situasi saaat proses pembelajaran berlangsung. Tabel di bawah ini merupakan table kecenderungan untuk ketiga gaya belajar yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditorial dan gaya belajar kinestetik.

Situasi Gaya belajar

Visual Auditorial Kinestetik

Mencatat Banyak catatan, menggunakan lagi, menggunakan diagram dan gambar-gamnbar

Sedikit mencatat, lebih suka mendengar tanpa beban dan mencatat dengan cepat hanya benar-benar Banyak sekali catatan,beberapa tentang pertemuan,tidak pernah memeriksa catatannya.

(5)

dibutuhkan. Duduk Duduk di tengah

agar dapat melihat banyak hal.

Duduk di depan agar dapat mendengar dengan baik.

Duduk di belakang, gelisah dan sering bergerak. Mengingat kata atau angka Melihat angka-angka tersebut dalam kepalanya dan membacanya ketika memasukinya. Mengucapkan angka-angka tersebut di kepalanya atau dengan suara keras ketika memasukinya, jika berbicara melalui telepon

Mengingat lokasi dan gerakan kunci, hanya dapat mengingat angka ketika mengetuk-ketuk

Kesenian atau musik

Menyenangi musik Musik mengganggu kemampuan

mendengarnya jika terlalu dekat atau terlalu keras

Musik mempengaruhi emosinya dan tingkat energinya.

Menerima respon dari orang lain

Ingin melihat gambar, grafik dan laporan-laporan yang diwarnai dengan banyak halaman.

Hanya mendengarkan anda menceritakan apa yang terjadi, dengan keriuhan minimal.

Ingin memperoleh data secepatnyakemudian ingin memperdebatkan titik-titik emosional yang paling baik.

Apapun cara yang dipilih, perbedaan gaya belajar itu menunjukan cara tercepat dan terbaik bagi setiap individu bisa menyerap sebuah informasi dari luar dirinya, jika kita bisa memahami bagaimana perbedaan gaya belajar setiap orang itu, mungkin akan lebih mudah bagi kita jika suatu ketika, misalnya, kita harus memandu seseorang untuk mendapatkan gaya belajar yang tepat dan memberikan hasil yang maksimal bagi dirinya. ( Ghupron & Risnawita 2012 : 39)

2.2Klasifikasi Gaya Belajar

Sejak awal tahun 1997, telah banyak upaya yang dilakukan untuk mengenali dan mengkategorikan cara manusia belajar, cara memasukkan informasi ke dalam otak. Secara garis besar, ada 7 pendekatan umum dikenal dengan kerangka referensi yang berbeda dan dikembangkan juga oleh ahli yang berbeda dengan variansinya masing-masing.

Menurut Adi Gunawan dalam bukunya “Born to be a Genius” (dalam Sagitasari 2010 : 27) merangkum ketujuh cara belajar tersebut, yaitu:

a. Pendekatan berdasarkan pada pemprosesan informasi; menentukan cara yang berbeda dalam memandang dan memproses informasi yang baru. Pendekatan ini dikembangkan oleh Kagan, Kolb, Honey dan Umford Gregorc, Butler, dan McCharty. b. Pendekatan berdasarkan kepribadian; menentukan tipe karakter yang berbeda-beda. Pendekatan ini dikembangkan oleh Myer-Briggs, Lawrence, Keirsey & Bartes, Simon & Byram, Singer-Loomis, Grey-Whellright, Holland,dan Geering.

(6)

c. Pendekatan berdasarkan pada modalitas sensori; menentukan tingkat ketergantungan terhadap indera tertentu. Pendekatan ini dikembangkan oleh Bandler & Grinder, dan Messick.

d. Pendekatan berdasarkan pada lingkungan; menentukan respon yang berbeda terhadap kondisi fisik, psikologis, sosial, dan instruksional. Pendekatan ini dikembangkan oleh Witkin dan Eison Canfield.

e. Pendekatan berdasarkan pada interaksi sosial; menentukan cara yang berbeda dalam berhubungan dengan orang lain. Pendekatan ini dikembangkan oleh Grasha-Reichman, Perry, Mann, Furmann-Jacobs, dan Merill.

f. Pendekatan berdasarkan pada kecerdasan; menentukan bakat yang berbeda. Pendekatan ini dikembangkan oleh Gardner dan Handy.

g. Pendekatan berdasarkan wilayah otak; menentukan dominasi relatif dari berbagai bagian otak, misalnya otak kiri dan otak kanan. Pendekatan ini dikembangkan oleh Sperry, Bogen, Edwards, dan Herman.

Menurut Gardner (dalam Subini 2011 : 24) manusia mempunyai 8 kecerdasan yaitu: linguistik, logika/matematika, interpersonal, intrapersonal, musik, spasial, sosial dan kinestetik. Teori kecerdasan ganda ini mewakili definisi sifat manusia, dari perspektif kognitif, yaitu bagaimana kita melihat, bagaimana kita menyadari hal ini benar-benar memberikan indikasi yang sangat penting dan tidak dapat dihindari untuk orang-orang preferensi gaya belajar, serta perilaku mereka dan bekerja gaya, dan kekuatan alami mereka. Jenis-jenis kecerdasan yang dimiliki seseorang (Gardner menunjukkan sebagian besar dari kita kuat dalam tiga jenis) tidak hanya menunjukkan kemampuan orang, tetapi juga cara atau metode di mana mereka lebih suka belajar dan mengembangkan kekuatan mereka dan juga untuk mengembangkan kelemahan-kelemahan mereka .

2.3Manfaat Pemahaman Gaya Belajar

Honey dan Mumford (dalam Gufron dan risnawita 2012 : 144) berpendapat bahwa mengetahui gaya belajar penting untuk individu masing-masing karena dapat meningkatkan kesadaran kita tentang aktivitas belajar mana yang cocok atau tidak cocok dengan gaya belajar kita, membantu menentukan pilihan yang tepat dari sekian banyak aktivitas. Menghindarkan kita dari pengalaman belajar yang tidak tepat, individu dengan kemampuan belajar efektif yang kurang, dapat melakukan improvisasi dan membantu individu untuk merencanakan tujuan dari belajarnya, serta menganalisa tingkat keberhasilan seseorang.

Nasution menyatakan bahwa, berbagai macam metode mengajar telah banyak diterapkan dan diujicobakan kepada siswa untuk memperoleh hasil yang efektif dalam proses pembelajaran. Pada kenyataannya tidak ada satu metode mengajar yang lebih baik daripada metode mengajar yang lain. Jika berbagai metode mengajar telah ditetapkan dan tidak menunjukkan hasil yang diharapkan, maka alternatif lain yang dapat dilakukan oleh guru

(7)

secara individual dalam proses pembelajaran yaitu atas dasar pemahaman terhadap gaya belajar siswa (Nasution:2008:115).

Bobbi DePotter dan Hernacki menyebutkan bahwa mengetahui gaya belajar yang berbeda telah membantu para siswa, dengan demikian akan memberi persepsi yang positif bagi siswa tentang cara guru mengajar. Agar aktivitas belajar dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang diinginkan, maka gaya belajar siswa harus dipahami oleh guru (DePorter & Hernacki:2000). 2.4Gaya Belajar menurut Preferensi Sensori

Berdasarkan prefensi sensori atau kemampuan yang dimiliki otak dalam menyerap, mengelola dan menyampaikan informasi, maka gaya belajar individu dapat dibagi dalam 3 (tiga) kategori. Ketiga kategori tersebut adalah gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik yang ditandai dengan ciri-ciri perilaku tertentu. Pengkategorian ini tidak berarti bahwa individu hanya yang memiliki salah satu karakteristik gaya belajar tertentu sehingga tidak memiliki karakteristik gaya belajar yang lain.

Menurut sebuah penelitian ekstensif, khususnya di Amerika Serikat, yang dilakukan oleh Profesor Ken dan Rita Dunn dari Universitas St. John, di Jamaica, New York, dan para pakar Pemrograman Neuro-Linguistik seperti, Richard Bandler, John Grinder, dan Michael Grinder, telah mengidentifikasi tiga gaya belajar dan komunikasi yang berbeda:

1. Visual. Belajar melalui melihat sesuatu. Kita suka melihat gambar atau diagram. Kita suka pertunjukkan, peragaan atau menyaksikan video.

2. Auditori. Belajar melalui mendengar sesuatu. Kita suka mendengarkan kaset audio, ceramah-kuliah, diskusi, debat dan instruksi (perintah) verbal.

3. Kinestetik. Belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibatan langsung. Kita suka ”menangani”, bergerak, menyentuh dan merasakan/mengalami sendiri.

Adapun ciri-ciri perilaku individu dengan karakteristik gaya belajar seperti disebutkan di atas, menurut DePorter & Hernacki (2000 :116), adalah sebagai berikut:

1. Gaya Belajar Visual

Menurut DePorter & Hernacki (2000 :116) individu yang memiliki kemampuan belajar visual yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut:

a. rapi dan teratur,

b. berbicara dengan cepat,

c. mampu membuat rencana dan mengatur jangka panjang dengan baik,teliti dan rinci, d. mementingkan penampilan,

e. lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar, mengingat sesuatu berdasarkan asosiasi visual,

f. memiliki kemampuan mengeja huruf dengan sangat baik,

g. biasanya tidak mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik ketika sedang belajar,

h. sulit menerima instruksi verbal (oleh karena itu seringkali ia minta instruksi secara tertulis), merupakan pembaca yang cepat dan tekun,

(8)

i. lebih suka membaca daripada dibacakan, dalam memberikan respon terhadap segala sesuatu, ia selalu bersikap waspada, membutuhkan penjelasan menyeluruh tentang tujuan dan berbagai hal lain yang berkaitan,

j. jika sedang berbicara di telpon ia suka membuat coretan-coretan tanpa arti selama berbicara lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain,

k. sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat "ya" atau "tidak”, l. lebih suka mendemonstrasikan sesuatu daripada berpidato/berceramah, m. lebih tertarik pada bidang seni (lukis, pahat, gambar) daripada musik,

n. sering kali menegtahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai menuliskan dalam kata-kata, kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin memperhatikan.

2. Gaya Belajar Auditorial

Menurut DePorter & Hernacki (2000 :118) individu yang memiliki kemampuan belajar auditorial yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut:

a. sering berbicara sendiri ketika sedang bekerja (belajar), b. mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik,

c. menggerakan bibir dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca, d. lebih senang mendengarkan (dibacakan) daripada membaca,

e. jika membaca maka lebih senang membaca dengan suara keras, f. dapat mengulangi atau menirukan nada, irama dan warna suara,

g. mengalami kesulitan untuk menuliskan sesuatu, tetapi sangat pandai dalam bercerita, h. berbicara dalam irama yang terpola dengan baik,

i. berbicara dengan sangat fasih,

j. lebih menyukai seni musik dibandingkan seni yang lainnya,

k. belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada apa yang dilihat,

l. senang berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu secara panjang lebar,

m. mengalami kesulitan jika harus dihadapkan pada tugas-tugas yang berhubungan dengan visualisasi,

n. lebih pandai mengeja atau mengucapkan kata-kata dengan keras daripada menuliskannya,

o. lebih suka humor atau gurauan lisan daripada membaca buku humor/komik. 3. Gaya Belajar Kinestetik

Menurut DePorter & Hernacki (2000 :118) individu yang memiliki kemampuan belajar kinestetik yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut:

a. berbicara dengan perlahan, b. menanggapi perhatian fisik,

c. menyentuh orang lain untuk mendapatkan perhatian mereka, d. berdiri dekat ketika sedang berbicara dengan orang lain, e. banyak gerak fisik,

f. memiliki perkembangan awal otot-otot yang besar, g. belajar melalui praktek langsung atau manipulasi,

h. menghafalkan sesuatu dengan cara berjalan atau melihat langsung,

i. menggunakan jari untuk menunjuk kata yang dibaca ketika sedang membaca, j. banyak menggunakan bahasa tubuh (non verbal),

k. tidak dapat duduk diam di suatu tempat untuk waktu yang lama, l. sulit membaca peta kecuali ia memang pernah ke tempat tersebut,

(9)

m. menggunakan kata-kata yang mengandung aksi, n. pada umumnya tulisannya jelek,

o. menyukai kegiatan atau permainan yang menyibukkan (secara fisik), p. ingin melakukan segala sesuatu.

3. HASIL PENELITIAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, data yang diperoleh melalui angket gaya belajar mahasiswa Program Pendidikan Geografi tercantum seperti pada tabel 4.1. Tabel distribusi gaya belajar mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi terdapat 3 jenis gaya belajar yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditorial dan gaya belajar kinestetik, dan terdapat 5 indikator yaitu mencatat, duduk, mengingat kata/angka, kesenian atau musik,dan menerima respon dari orang lain. Hasil penelitian tentang gaya belajar mahasiswa Program Studi Geografi dideskripsikan dengan menggunakan persentase untuk mengetahui berapa persen mahasiswa Program Studi Geografi yang memiliki gaya belajar visual, dan berapa persen yang memiliki gaya belajar auditorial dan berapa persen juga yang memiliki gaya belajar kinestetik.

Data yang tersaji dalam tabel 4.1 didapat berdasarkan hasil perhitungan butir pernyataan/pertanyaan yang terdapat dalam instrumen angket gaya belajar mahasiswa Program Studi Geografi di Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Gorontalo. Instrumen angket gaya belajar dibagikan kepada mahasiswa program studi geografi sebanyak 77 mahsiswa yang dijadikan responden, pernyataan dalam angket terdapat 46 butir pernyataan masing-masing butir pernyataan di lengkapi dengan tiga pilihan jawaban yaitu pilihan jawaban pada bagian mewakili jenis gaya belajar visual, pilihan jawaban yang b mewakili jenis gaya belajar auditorial dan pilihan jawaban pada bagian c mewakili jenis gaya belajar visual. Berikut disajikan hasil pengelompokan dari ketiga jenis gaya belajar berdasarkan hasil angket yang diisi oleh responden

4.2 Pembahasan

Penelitian tentang Gaya belajar mahasiswa dilaksanakan di Jurusan Fisika, Program Studi Pendidikan Geografi. Hal ini dilakukan mengingat bahwa sebelumnya belum pernah ada yang melakukan penelitian tentang gaya belajar mahasiswa khususnya di Program Studi Pendidikan Geografi. Sebelum melaksanakan penelitian di lapangan, peneliti terlebih dahulu mempersiapkan instrumen angket yang akan digunakan.

Gaya belajar merupakan suatu metode atau cara yang disukai oleh individu dalam melakukan kegiatan berfikir, memproses dan mengerti suatu informasi dalam proses pembelajaran.

(10)

Dalam proses belajar khususnya di perguruan tinggi para tenaga pengajar atau dosen sangat perlu mengetahui dan menyadari gaya belajar yang dimiliki oleh masing-masing individu atau mahasiswa untuk mempermudah dalam proses pembelajaran, dimana dengan mengetahui gaya belajar tersebut akan mempermudah tenaga pengajar atau dosen untuk menentukan model atau metode yang tepat dalam proses pembelajaran dan tujuan pendidikan dapat dicapai secara efektif dan efisien, sehingga prestasi akademik dapat ditingkatkan. Gaya belajar mahasiswa yang menjadi fokus dalam penelitian yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditorial, dan gaya belajar kinestetik. Indikator untuk ketiga gaya belajar tersebut yaitu mencatat, duduk, mengingat kata atau angka, kesenian atau musik dan cara menerima respon dari orang lain.

Gaya belajar mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi di Jurusan Fisika Universitas Negeri Gorontalo diperoleh dari perhitungan jawaban angket yang diberikan kepada mahasiswa. Dalam pertanyaan atau pernyataan angket yang diajukan terdapat 3 option jawaban yang menunjukkan bahwa jawaban a mahasiswa bergaya belajar visual, jawaban b mahasiswa bergaya belajar auditoral dan jawaban c mahasiswa bergaya belajar kinestetik. Hasil jawaban mahasiswa selajutnya diskoring atau dikelompokkan sesuai dengan option jawaban dan hasilnya berupa skor mentah seperti yang terdapat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1 Distribusi Gaya Belajar Mahasiswa Program Studi Geografi No

Butir Angket

Jenis Gaya Belajar Option a Option b Option c No Butir

Angket Jenis Gaya Belajar

1 22 33 22 Option a Option b Option c 2 27 29 21 26 11 41 25 3 18 44 13 27 28 33 16 4 19 43 15 28 12 35 30 5 28 29 20 29 15 21 41 6 26 36 15 30 24 42 11 7 28 39 10 31 14 47 20 8 16 39 22 32 50 13 14 9 13 17 47 33 31 13 33 10 22 23 32 34 18 26 33 11 34 17 26 35 41 11 25 12 35 17 25 36 25 19 33 13 11 54 12 37 51 10 16 14 20 38 19 38 15 29 33 15 20 27 30 39 27 19 31

(11)

Sumber : Hasil Analisis 2013

Pada tabel diatas dapat dilihat jumlah persen mahasiswa yang memilih jawaban a, jawaban b dan jawaban c. Berdasarkan tabel tersebut terdapat 23,1087 % responden yang memilih visual, sedangkan untuk auditorial sebanyak 30,39% responden yang memilih jawaban b dan terdapat 23,54% responden yang memilih pilihan jawaban c. Dalam tabel tersebut juga dapat dilihat nomor butir angket yang paling banyak dipilih oleh responden yaitu untuk jenis gaya belajar visual terdapat pada nomor 37 yaitu tentang indikator duduk, sebanyak 51 responden yang memilih pernyataan tersebut. Pada jenis gaya belajar auditorial butir angket yang paling tinggi dipilih oleh responden yaitu nomor butir angket 13 tentang indikator menerima respon dari orang lain, jumlah responden yang memilih pilihan jawab b yaitu sejumlah 54 responden. Sedangkan untuk gaya belajar kinestetik terdapat pada nomor butir angket 9 yaitu tentang indikator mengingat kata atau angka yaitu sebanyak 47 responden yang memilih pilihan jawaban c.

Berikut merupakan grafik persentase gaya belajar mahasiswa Program Studi Geografi.

16 29 35 13 40 23 30 24 17 21 43 13 41 11 41 25 18 30 18 29 42 20 33 24 19 23 27 27 43 13 35 29 20 40 25 12 44 17 33 27 21 21 22 34 45 32 21 24 22 13 39 25 46 16 39 22 23 19 25 33 24 17 46 14 25 17 42 18 jumlah 1063 1398 1083 Persentas e rata-rata 23,1087 30,39130 4 23,54348

(12)

Gambar 4.1 Persentase Gaya Belajar Mahasiswa Program Studi Geografi

Berdasarkan gambar 4.1 dapat dilihat perbedaan persentase gaya belajar mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi di Jurusan Fisika Universitas Negeri Gorontalo dari masing-masing gaya belajar yaitu gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik. Berdasarkan 46 pernyataan butir angket dari 77 responden terdapat 30,27 % mahasiswa yang memiliki gaya belajar visual, 45,48 % mahasiswa yang memiliki gaya belajar auditorial dan 24,53% mahasiswa yang memiliki gaya belajar kinestetik.

Berikut merupakan persentase perbandingan gaya belajar mahasiswa program studi geografi berdasarkan jenis kelamin seperti terdapat pada gambar grafik dibawah ini:

Gambar 4.2 Persentase perbandingan Gaya Belajar Mahasiswa Program Studi Geografi berdasarkan jenis kelamin

30,27 % 45,48 % 24,53 % 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00 50.00

VISUAL AUDITORIAL KINESTETIK

PE R SE N TA SE PE R B UT IR A N GK ET GAYA BELAJAR VISUAL AUDITORIAL KINESTETIK 29.95 30.75 45.81 45.01 24.23 24.78 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 p e rsen tase Gaya Belajar visual (L) visual (P) auditorial (L) auditorial (P) kinestetik (L) kinestetik (P)

(13)

Gambar 4.2 merupakan persentase perbandingan gaya belajar mahasiswa program studi geografi berdasarkan jenis kelamin. Dalam gambar tersebut dapat dilihat bahwa untuk gaya belajar visual untuk jenis kelamin laki-laki berjumlah 29,95. Sedangkan untuk gaya belajar visual untuk jenis kelamin perempuan yaitu sebesar 30,75. Untuk gaya belajar auditorial dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 45,81dan perempuan berjumlah 45,01. Sedangkan untuk gaya belajar kinestetik untuk jenis kelamin laki-laki berjumlah 24,23 dan perempuan berjumlah 24, 7.

Dengan demikian untuk gaya belajar auditorial didominasi oleh responden yang berjenis kelamin laki-laki. Sedangkan untuk gaya belajar kinestetik untuk jenis kelamin laki-laki berjumlah 24,23 dan perempuan berjumlah 24, 78. Berdasarkan perbandingan tersebut gaya belajar kinestetik didominasi oleh responden dengan jenis kelamin perempuan. Responden laki-laki berjumlah 41 orang dan responden perempuan berjumlah 36 orang. Jadi, jumlah keseluruhan responden adalah 77 orang.

Berikut merupakan tabel hasil pengelompokan gaya belajar mahasiswa Program Studi Geografi di Jurusan Fisika Universitas Negeri Gorontalo.

Tabel 4.2 Mahasiswa Program Studi Geografi yang memiliki gaya belajar auditorial

No Nama Responden Auditoria l

No Nama responden

Auditori al

1 Sandy koengo 24 31 Laode Muh.

Irsan

23

2 Moh. Khamal salute 20 32 Sari 19

3 eran 20 33 Alimodjo 20

4 sutarno 19 34 I wayan Edi

prastia

27

5 la ode fia 16 35 Yunirwan 19

6 Firda M. Berlian 19 36 Sadly yunus 27

7 Musrifin 20 37 enggal kasih

winampi

29

8 Ilham Andrianto 23 38 Irfan 18

9 Yusran T. Pakaya 20 39 Suyadi Husani 22

10 Marlian Paputungan 20 40 Sulfiani uloli 21 11 Hidayat Nurhamidin 24 41 I N Andi trisatyo 19 12 Sri Sutriani Hapili 22 42 Wijaya Harmoko 23

13 Iyam H. Helingo 23 43 Ardi 24

14 Sri Vani olii 17 44 zulkifli D.

Mohamad

19

15 I Made Gd.

Wirabuana

(14)

16 Abdul Royin Radjak 20 46 jein jekilar jafar 30

17 kasmat Yusuf 22 47 Falahudin 26

18 Rusmanto Mustafa 18 48 Hafifa S. Hadad 29

19 Resilia Datunsolang 25 49 Zubaidah 24

20 Fitria Kadir 22 50 hani aprilina 25

21 Lisdawati Deti 19 51 Fadli Ade 25

22 Sriwandi Hasim 23 52 Febriana Trifeny Rahayu

23

23 Helmu Lantu 23 53 Santriani Hasan 27

24 Jaelani 27 54 Sriwahyuningsih

Ismail

19

25 Agustina 26 55 desi surafni 27

26 Susanti Lokow 35 56 meiriana Kartika Sari

25 27 febriyanti

B.tobamaba

20 57 Kasman 30

28 Irfan 23 58 Rahmad Hasan 18

29 Niluh Putu Subadri 23 59 Najmi 24

30 Asrul 21 60 Boris Vandolly

Tambun

23

61 Desyana 29

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat jumlah mahasiwa yang memiliki gaya belajar auditorial. Dari 77 responden terdapat 61 responden yang memiliki gaya belajar auditorial. Mahasiswa yang memiliki gaya belajar auditorial lebih memfokuskan pendengaran dalam proses pembelajaran. Lebih mudah memahami pelajaran ketika disajikan dengan menggunakan media audio atau suara. Mahasiswa yang memiliki gaya belajar auditorial akan terganggu ketika mendengarkan music atau keributan saat proses pembelajaran berlangsung.

Berikut merupakan tabel mahasiswa yang memiliki gaya belajar visual.

Tabel 4.3 Mahasiswa Program Studi Geografi yang memiliki gaya belajar visual No Nama Responden Visual

1 Awaludin 25

2 Arif Bowo 22

3 Ayk Ratnaningsih 20 4 Made Yuli Aprianti 19

5 Fifiati 22 6 Wiwiek O Mansi 21 7 Haris Biki 18 8 Alfatahar 21 9 Siti Marnun 20 10 Robin N Ismail 19

(15)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat jumlah mahasiswa yang memiliki gaya belajar auditorial. Dari 77 responden terdapat 10 responden yang memiliki gaya belajar visual. Mahasiswa yang memiliki gaya belajar belajar visual merupakan mahasiswa yang dalam proses pembelajarannya lebih cenderung mengandalkan penglihatan untuk memahami pelajaran dan biasanya tidak terganggu oleh keributan atau suara music, mahasiswa yang seperti demikian, sangat mudah memahami pelajaran bilamana pelajarn itu disajikan dengan menggunakan media gambar.

Berikut merupakan tabel mahasiswa geografi yang memiliki gaya belajar kinestetik. Tabel. 4.4 mahasiswa Program Studi Geografi yang memiliki gaya belajar

kinestetik No Nama Respon Option c 1 Hesran 21 2 Nelfi sufu 23 3 Seli cindra 20 4 Dwi novianti 32 5 Achmad 25 6 Ratna Patilima 30

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat jum;ah mahasiswa program studi geografi yang memiliki gaya belajar kinestetik, dari 77 jumlah responden terdapat 6 responden yang memiliki gaya belajar kinestetik. Mahasiswa yang memiliki gaya belajar kinestetik lebih suka belajar dengan cara mempraktekkan langsung atau memperagakan langsung apa yang akan dipelajarinya.

Berdasarkan ketiga tabel jenis gaya belajar tersebut dapat dilihat perbandingan yaitu antara gaya belajar auditorial, gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik di Program Studi Geografi di dominasi oleh mahasiswa yang memiliki gaya belajar auditorial, itu terbukti dari hasil penelitian menunjukkan terdapat 61 mahasiswa yang memiliki gaya belajar auditorial dan 10 mahasiswa yang memiliki gaya belajar visual dan 6 mahasiswa yang memiliki gaya belajar kinestetik dari 77 responden.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap 10 responden, dari 10 responden ini jawaban yang di utarakan lebih cenderung bergaya belajar auditorial, dimana ketika peneliti menanyakan tentang indikator mencatatan terdapat 7 responden yang menjawab memiliki catatan sedikit catatan, sedangkan ketika peneliti menanyakan posisi duduk yang paling disukai saat perkuliahan berlangsung 6 dari 10 responden menjawab posisi yang paling saya sukai yaitu posisi di tengah, untuk indikator mengingat kata atau angka 6 dari 10

(16)

responden menjaawab lebih mudah mengingat apa yang dosen jelaskan. Dan untuk indikator kesenian atau musik ada 8 orang yang menjawab musik sangat mengganggu konsentarasi saat belajar. Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka dapat disimpulkan mahaasiswa program studi geografi memiliki gaya belajar auditorial.

Dalam menyikapi keberagaman mengenai gaya belajar, tentulah harus ditambah dengan logika dan kebudayaan cara kerja kita, dan yang paling penting dari semua diatas adalah suatu cara kerja otak kita yang mana dalam hal ini kita sebut dengan modalitas belajar. Secara singkat modalitas belajar adalah, suatu cara bagaimana otak menyerap informasi yang masuk melalui panca indera secara optimal. Berikut merupakan penjelasan untuk ketiga gaya belajar tersebut :

4.2.1 Gaya Belajar Visual

Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian yang dilakukan pada mahasiswa program studi geografi yang diwakili oleh jawaban a pada angket yaitu terdapat 30,27 % mahasiswa yang memilih option jawaban a dan itu artinya mahasiswa yang memiliki gaya belajar visual adalah 30,27%. Mahasiswa yang memiliki gaya belajar visual ini cenderung lebih mudah memahami segala sesuatu dengan cara melihat, mahasiswa yang bergaya visual lebih mudah memahami pelajaran dengan cara disajikan melalui gambar-gambar dan dengan menggunakan media yang lainya atau dengan cara para pengajar atau dosen mengajak langsung mahasiswanya melihat objek-objek yang berkaitan dengan mata kuliah yang akan diajarkan, bisa juga dengan cara menunjukkan alat peraga langsung kepada mahasiswa atau dengan menggambarkannya di papan tulis.

Mahasiswa yang memiliki gaya belajar visual harus melihat gerak tubuh dan ekspresi muka dosen atau yang mengajarkannya supaya lebih mudah memahami dan mengerti materi yang diajarkan. Mahasiswa yang bergaya belajar visual ini cenderung duduk didepan agar bisa melihat dengan jelas saat proses perkuliahan berlangsung, dan lebih mudah belajar dan mengerti dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, video dan lebih suka mencatat sedetil mungkin untuk mendapatkan informasi.

Menurut Subini ( 2011 : 19) gaya belajar visual memiliki beberapa kendala yaitu sebagai berikut:

1. tidak suka bicara di depan kelompok.

2. Tidak suka mendengarkan orang lain bercerita

3. Tau apa yang harus dikatakan, tetapi tidak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata 4. Ditandai dengan sering terlambat menyalin pelajaran di papan tulis.

5. Tulisan tangannya berantakan.

6. Sering lupa jika harus menyampaikan pesan secara verbal kepada orang lain. 7. Biasanya kurang mampu mengingat informasi yang diberikan secara lisan.

(17)

8. Mempunyai kendala untuk berdialog secara langsung karena terlalu reaktif terhadap suara sehingga sulit mengikuti anjuran secara lisan dan sering salah menginterpretasikan kata atau ucapan.

4.2.2 Gaya Belajar Auditorial

Gaya belajar auditorial lebih cenderung melalui suara dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian yang dilakukan pada mahasiswa program studi geografi yang diwakili oleh jawaban b pada angket yaitu terdapat 45,48% mahasiswa yang memilih option jawaban b dan itu artinya mahasiswa yang memiliki gaya belajar auditoriall adalah 45,48 %. Mahasiswa yang memiliki gaya belajar auditorial dapat memahami pelajaran dengan cepat dengan cara berdiskusi dan mendengarkan penjelasan dari dosen. Mahasiswa yang yang memiliki gaya belajar auditorial dapat mencerna makna penyampaian melalui suara dan orang auditorial cenderung hebat dalam bercerita, mahasiswa seperti ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca dengan bersuara serta melalui media seperti kaset, radio dan lain-lain.

menurut Subini (2011 : 21) gaya belajar auditorial juga memiliki kendala yaitu sebagai berikut:

1. Cenderung banyak omong.

2. Tidak bisa belajar dalam suasana berisik atau ribut.

3. Lebih memperhatikan informasi yang didengarnya, sehingga kurang tertarik untuk memperhatikan hal baru disekitarnya.

4. Kurang dapat mengingat dengan baik apa yang baru saja dibacanya. 5. Kurang baik dalam mengerjakan tugas mengarang/menulis.

6. Pada umumnya bukanlah pembaca yang baik. 4.2.3 Gaya Belajar Kinestetik

Gaya belajar kinestetik memiliki gaya belajar dengan melakukan segala sesuatu secara langsung melalui gerak dan sentuhan. Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian yang dilakukan pada mahasiswa program studi geografi yang diwakili oleh jawaban c pada angket yaitu terdapat 24,53% mahasiswa yang memilih option jawaban dan itu artinya mahasiswa yang memiliki gaya belajar kinestetik adalah 24,53 %. Mahasiswa yang memiliki gaya belajar kinestetik cenderung belajar melalui bergerak,menyentuh, dan melakukan. Mahasiswa yang seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan berekplorasi sangatlah kuat, sehingga mahasiswa yang memiliki gaya belajar kinestetik belajarnya melalui proses gerak dan sentuhan.

Menurut Subini(2011:23) berikut merupakan kendala gaya belajar kinestetik: 1. mengalami kesulitan duduk lama di depan komputer.

2. Tidak betah membaca atau mendiskusikan topik-topik di dalam ruang kelas. 3. Sulit untuk berdiam diri.

(18)

5. Tidak bisa belajar di sekolah yang konvensional tempat guru menjelaskan dan anak diam.

6. Kapasitas energinya cukup tinggi sehingga bila tidak disalurkan akan berpengaruh terhadap konsentrasi belajarnya.

Oleh karena itu, para pengajar atau dosen hendaknya tidak memaksakan cara belajar kepada peserta didik atau mahasiswanya. Biarkan mereka mencari tahu informasi dengan gaya mereka sendiri karena dengan begitu akan lebih mudah mencapai apa yang diinginkan.

Ketiga gaya belajar tersebut memiliki ciri-ciri dominan dalam melakukan suatu kegiatan. Begitu pula dengan gaya belajar mahasiswa, terlihat adanya ciri-ciri dominan dalam suatu proses kegiatan pembelajaran, sehingga dapat mencapai hasil maksimal. Dengan mempertimbangkan dan melihat gaya belajar apa yang paling menonjol dari diri masing-masing peserta didik maka tenaga pengajar atau dosen diharapkan dapat bertindak secara arif dan bijaksana dalam memilih metode belajar dalam proses pengajaran yang sesuai.

5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan uraian dari hasil penelitian diatas, maka peneliti menarik simpulan yaitu Gaya belajar mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi di Jurusan Fisika Universitas Negeri Gorontalo di dominasi oleh gaya belajar auditorial yaitu sebanyak 45,48 % .

Saran

Berdasarkan hasil analisis, pembahasan dan kesimpulan diatas, maka diajukan beberapa saran yaitu sebagai berikut:

1. Diharapkan bagi para mahasiswa atau peserta didik untuk mengenal gaya belajar yang dimilikinya agar mempermudah memahami mata kuliah atau pelajaran yang diajarkan.

2. Bagi para dosen atau tenaga pengajar sangat perlu memahami gaya belajar peserta didik untuk mempermudah menerapkan model dan metode pembelajaran untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta, Edisi Revisi. Deporter B, Hernacki M. 2000. Quantum Learning. Bandung : Penerbit Kaifa

Gufron MN, Risnawati R. 2012. Gaya Belajar Kajian Teoritik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Russel, Lou. 2011. The Accelerated Learning Fieldbook. Bandung: Nusamedia

(19)

Sukmadinata NS. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Silberman ML. 2009. Active Learning. Bandung: Penerbit Nusa Media

Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi Dan Praktiknya. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sagitasari Dewi. 2010. Hubungan Antara Kreativitas Dan Gaya Belajar Dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Smp. Skripsi. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.

Gambar

Tabel 4.1 Distribusi Gaya Belajar Mahasiswa Program Studi Geografi  No
Gambar 4.1 Persentase Gaya Belajar Mahasiswa Program Studi Geografi
Gambar 4.2 merupakan persentase perbandingan gaya belajar mahasiswa program studi  geografi berdasarkan jenis  kelamin
Tabel 4.3 Mahasiswa Program Studi Geografi yang memiliki gaya belajar visual  No  Nama Responden   Visual

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian menggunakan metode penelitian hukum normatif dan sosiologis diperoleh kesimpulan, bahwa Dalam penulisan tesis ini telah ditunjukkan pelaksanaan

Penelitian ini bermaksud menguji pendapatan UKM sebagai variabel terikat sedangkan biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan

Berdasarkan penjelasan di atas, secara terminologis organisasi profesi pustakawan mempunyai arti sebagai kelompok kerja yang terdiri dari para profesional yang ahli

Etika (moral) dan agam mempunyai hubungan yang sangat erat. Seperti telah diuraikan tadi bahwa etika atau moral adalah merupakan aturan atau rambu – rambu perilaku dalam

Penyandang tuna daksa cenderung merasa diri mereka berbeda, tidak dapat berhubungan baik dalam lingkungan masyarakat, menyesali kecacatan yang dialaminya dan belum mampu

Dari uraian tersebut, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui senyawa metabolit sekunder yang terdapat didalam akar alang-alang, kemudian pada ekstrak yang

25 Arsyad (dalam Rusman dkk, 2012), Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi , hlm.. Tujuan pokok dari video pembelajaran adalah untuk menyampaikan materi atau

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan menyimak adalah suatu kemampuan, kecakapan siswa dalam proses kegiatan mendengarkan