• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. LANDASAN TEORI. Gambar 2. Penampang batang rami membujur (Collins dalam Sulaiman, 2005)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. LANDASAN TEORI. Gambar 2. Penampang batang rami membujur (Collins dalam Sulaiman, 2005)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

II. LANDASAN TEORI

2.1 Rami

Rami dalam bahasa latin disebut boehmeria nivea. Nama genus boehmeria diberikan pertama kali oleh Nikolas Josephus Jacklin, seorang profesor kimia dan botani di Viena, dengan mengambil nama seorang ahli botani dari Jerman yang berjasa dalam mengembangkan rami di Eropa, yaitu George Rudolph Boehmer (Aminah 2007).

Tanaman rami merupakan penghasil serat terbaik dengan sifat mekanis paling tinggi di antara serat alam non kayu lainnya. Rami memiliki kekuatan tarik alami. Serat diperoleh dari kulit batang atau bast. Secara morfologi rami berasal dari kelas dikotil dengan struktur batang pada potongan radial tersusun dari cortek, phloem cambium, xylem, annual ring, pith dan ray. Untuk serat rami yang dimanfaatkan adalah bagian kambium hingga cortek terluar, yang secara rinci dimuat pada Gambar 2 (Sulaiman, 2005).

Gambar 2. Penampang batang rami membujur (Collins dalam Sulaiman, 2005) Tanaman rami sudah dikenal manusia sejak + 2.000 tahun SM, dan diduga berasal dari China. Tanaman ini kemudian menyebar ke berbagai negara, antara lain Jepang, Brazilia, Philipina, Amerika Serikat, Taiwan,

(2)

perang dunia ke II, tercatat negara penghasil rami utama adalah China, dan Brazilia, sedangkan negara pengimpor utama adalah Jepang. Rami ditanam di Indonesia sejak tahun 1937, antara lain di Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sulawesi dan Jawa Tengah (Koestono, 1986).

Usaha pengembangan rami di berbagai negara, termasuk Indonesia pada masa lampau banyak menemui kegagalan, disebabkan oleh belum adanya alat yang efisien untuk memisahkan/mengambil serat dari batang dan proses pengolahan selanjutnya, yaitu mengubah serat menjadi benang. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada tahun 1983/1984, permasalahan di atas dapat terjawab, sehingga sekarang di Indonesia dapat diusahakan penanaman rami dan pengolahannya sampai menjadi kain siap pakai. Berbagai manfaat pengusahaan rami di Indonesia seperti meningkatkan pendapatan petani, membuka lapangan kerja, mengurangi pengeluaran devisa, menjaga kelestarian alam dan meningkatkan produksi serat rami sebagai bahan baku industri tekstil.

Kebutuhan serat sebagai bahan baku tekstil pada akhir Pelita III diperkirakan mencapai 157.680 ton/tahun dan jumlah tersebut akan selalu meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Pada akhir Pelita IV diperkirakan kebutuhan serat mencapai 177.800 ton/tahun. Produksi dalam negeri hanya dapat memenuhi 4% dari kebutuhan, sedangkan 96% sisanya dipenuhi dari kapas impor (Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia, Departemen Perindustrian, 2007). Bertitik tolak dari permasalahan di atas, maka perlu diupayakan serat alam yang mempunyai sifat-sifat mirip atau sama dengan kapas dan dapat digunakan untuk menggantikan sebagian dari serat kapas.

Rami adalah salah satu spesies di antara 500 spesies dari famili Urticaceae dan ordo urticales. Tanaman rami yang diusahakan di Indonesia adalah jenis Boehmeria nivea proper seperti pada Gambar 3.

(3)

Gambar 3. Pohon rami

Tanaman rami mempunyai akar umbi yang tumbuh secara vertikal masuk ke dalam tanah sedalam 20 – 30 cm. Pada tanaman berumur 2 – 3 bulan, dari akar umbi dapat tumbuh akar yang menjalar di dalam tanah (rhizoma) berfungsi sebagai alat pembiakan tanaman. Tanaman yang telah berumur 2 tahun, jumlah rhizomanya dapat mencapai 10 buah dengan panjang 30 cm. Rhizoma mempunyai banyak mata (primordia tanaman) yang dapat tumbuh menjadi tanaman baru (Koestono, 1986).

Batang rami berbentuk silindris dengan tinggi batang antara 1 – 3 m. Tetapi ada pula yang lebih dari 3 m dengan diameter antara 12 – 20 mm. Batang tidak bercabang, tetapi apabila pucuk tanaman mati atau patah karena serangan hama maupun gangguan mekanis maka aka tumbuh cabang yang keluar dari ketiak daun. Dari segi bercocok tanam tumbuhnya cabang ini tidak dikehendaki, karena akan menyulitkan proses dekortikasi dan mutu serat menurun (Koestono, 1986).

Daun berselang seling berbentuk seperti jantung, dengan panjang daun antara 7,5 – 20 cm, dan permukaan daun bagian atas berwarna hijau muda sampai hijau tua. Bagian bawah dan berwarna putih keperak-perakan dan berbulu halus seperti beludru kecuali boehmeria nivea varitas tenaccisima. Bunga rami berwarna putih kehijau-hijauan, hijau kekuningan dan berubah menjadi coklat apabila sudah tua. Bunga tumbuh dari pangkal daun. Serat rami merupakan promer yang memang terbentuk pada kulit kambium dan berbeda dengan serat yang dihasilkan oleh tanaman kenaf dan

(4)

kambium.

Komposisi serat rami mentah kering terdiri atas 75% selulosa, 16% hemiselulosa, 0,75% lignin, 2% pektin, 6% zat-zat terlarut dalam air dan 0,3% lilin serta lemak (Anonim, 2005a). Setelah pemisahan serat kadar selulosanya menjadi 96 – 98% dari serat kering.

Varietas

Tujuh varietas sudah dicoba di Indonesia dan menunjukan hasil yang tinggi, yaitu varietas Florida, Kumamoto, Saikeiseiskin, Miyazaki 110, Bandung A, Pujon 10 dan Lembang A (Tabel 2).

Tabel 2. Varietas, asal dan rataan produktivitas rami

No. Varietas Asal Produktivitas bahan segar (ton/ha/2 bulan)

1 Florida Jepang via Florida 11,60

2 Kumamoto Jepang 11,50

3 Saikeiseiskin Jepang 11,02

4 Miyazaki 110 Jepang 10,87

5 Bandung A Bandung, Jawa Barat 10,63

6 Pujon 10 Madang, Jatim 9,60

7 Lembang A Lembang, Jawa Barat 9,28

8 Pujon 17 Malang, Jatim 7,82

9 Pujon 0 – 01 Malang, Jatim 7,53

10 Pujon 3 – 03 Malang, Jatim 7,25

11 Pujon 6 – 01 Malang, Jatim 6,95

12 Pujon 1 Malang, Jatim 3,71

Sumber : Koestono, 1986.

Dari ke tujuh varitas tersebut pujon 10 memberikan harapan yang paling baik, karena sifat-sifat kehalusan, kekuatan dan elastisitas serat yang dihasilkan. Varietas Saikeiseiskin merupakan varietas yang menunjukkan potensi hasil hijauan yang paling tinggi, tetapi batangnya mudah rebah akibat kurang tahan terhadap hujan dan angin.

Dalam batang tanaman sel-sel diikat satu sama lain oleh zat perekat dan sambung-menyambung hingga panjangnya mencapai 90 – 180 cm. Dengan adanya zat perekat tersebut maka dalam pengolahannya perlu dilakukan proses pemisahan serat. Tetapi zat perekat tersebut tidak larut dalam air sehingga proses pemisahan perlu dilakukan secara kimiawi. Rami mempunyai sifat-sifat (Anonim, 2005b) berikut :

(5)

a. Berwarna putih, mudah diberi warna

b. Kekuatan tidak berubah apabila terjadi kenaikan kelembaban 25%, tidak mudah busuk, daya tarik lebih besar 4 x dari linnen, 6 x dari sutra dan 7 x dari kapas.

c. Kilapnya tinggi, lebih tinggi dari pada kilap linnen, kecuali dalam keadaan basah.

d. Daya serap terhadap kelembaban 12 %, lebih tinggi dari pada kapas yang hanya (8%).

e. Elastisitasnya rendah, licin dan terlalu kaku untuk dipintal.

Rincian lengkap tentang komposisi kimia dari berbagai jenis serat rami dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Komposisi kimia dari berbagai jenis serat Komposisi Kimia (%) Jenis serat

Selulosa Lignin Pentosan Abu Silika

Seed Flax 43-47 21-23 24-26 5 - Kenaf 44-57 15-19 22-23 2-5 - Jute 45-63 21-26 18-21 0,5-2 - Rami 87-91 - 5-8 - - Hemp 57-77 9-13 14-17 0,8 - Sumber : Sulaiman, 2005.

Tabel 4. Perbandingan sifat-sifat serat rami dengan serat sutra dan katun

Sifat Serat Rami Serat Sutra Serat Katun

Warna Putih, krem,

berkilau

Putih, kuning, hijau Putih, krem dan coklat Kekuatan (g/denier) 3-9 (kering) keadaan basah meningkat jadi 160% 4-14 3,5-4 8,8-11,1 Mulur (%) 3-4 20-25 7 Daya serap air ( %)

12

11 7 Pengaruh panas Penyinaran lama

dengan sinar matahari kekuatan tidak berubah Penyinaran lama dengan sinar matahari kekuatan tidak berubah Kekuatan menurun dalam penyinaran berlebih Pengaruh oksidator Tahan jamur,

serangga dan bakteri

Tahan jamur, serangga dan bakteri

Mudah diserang jamur dan bakteri

Pegangan Kaku Lembut Halus, sedang

dan kasar

Sumber : Sulaiman, 2005.

Dari Tabel 4 tampak bahwa serat rami mempunyai kelebihan dan kekurangan bila dibandingkan dengan serat alami lainnya. Dalam proses

(6)

serat sintetis dapat dibuat berbagai macam produk. Bahkan karena sifat-sifat serat rami yang spesifik untuk produk tertentu, maka kedudukan serat rami tidak dapat digantikan oleh serat nabati lainnya maupun serat sintetis.

Serat rami antara lain digunakan untuk bahan pakaian, taplak, seprai, sarung bantal, handuk, serbet, saputangan, kaos kaki, kelambu, kain rajut, jaring jala, mantel gas, belt, canvas, tabir permadani, benang sulam, benang rajut, kaos lampu petromak, kertas dan selang pemadam kebakaran (Sumantri, 1984).

Daun tanaman rami memiliki berat + 40 % dari jumlah berat hijauan. Daun rami memiliki kandungan beberapa zat cukup tinggi (Tabel 5). Tabel 5. Kandungan zat pada daun rami

No. Daun Rami Kering Kandungan (%)

1. Natrium (N) 2,94 2. Karbon (C) 27,61 3. Phospor (P) 0,3 4. Kalium (K) 2,2 5. Magnesium (Mg) 0,45 6. Kuprum (Cu) 7,95 7. Zinkum (Zn) 10,68 8. Sulfur (S) 0,19 Sumber : Sulaiman, 2005.

Daun sangat berguna sebagai makanan ternak seperti sapi, kambing, domba, babi dan ayam karena mempunyai nilai gizi tinggi. Pemberian dapat berbentuk daun segar atau setelah dikeringkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil hijauan dapat mencapai 50 ton/ha/tahun, berarti menghasilkan daun segar sebanyak 20 ton/ha/tahun. Jumlah tersebut diasumsikan dapat memberi makan ternak berupa daun segar untuk 25 – 30 ekor domba/kambing per hari atau makanan berprotein tinggi untuk 5 – 6 ekor sapi per hari (Aminah, 2007).

Daun dapat dimanfaatkan pula untuk pembuatan pellet (makanan ikan), selain juga dapat dikembalikan ke lahan sebagai kompos. Tanaman rami muali dapat dipanen sejak berumur 4 bulan. Siklus panen tanaman rami 2 bulan sekali dan dapat dipanen sampai tanaman berumur 8 tahun. Tanaman rami ditanam dari bibit yang sudah terseleksi dan setelah 120 hari

(7)

dilakukan pemangkasan. Pemangkasan dapat dilakukan 60 hari kemudian. Saat pemanenan itu pohon rami telah mencapai tinggi 3,5 m dengan diameter batang 2,5 cm (Sumantri, 1984).

2.2 Rasio Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang disebut siklus akuntansi. Laporan keuangan menunjukkan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan selama satu periode. Selain itu, laporan keuangan menunjukkan kinerja keuangan yang ditunjukkan dengan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dengan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Proses untuk mencatat, menggolongkan dan meringkas transaksi ekonomi dan keuangan untuk menghasilkan informasi yang berguna bagi pemakai. Kegunaan laporan keuangan merupakan suatu alat pertanggungjawaban pengelolaan perusahaan oleh pengurus perusahaan.

Laporan keuangan disusun dengan asumsi, bahwa perusahaan masih hidup, Perusahaan sebagai satu unit ekonomi yang terpisah dari pemilik, stabilitas nilai uang, dasar aktual dan aktivitas perusahaan dapat dipecah berdasarkan waktu seperti bulanan dan tahunan. Teknik analisis yang diguna-kan adalah analisis rasio. Dalam analisis rasio, ada dua jenis perbandingan yang digunakan yaitu perbandingan internal dan eksternal. Perbandingan internal adalah membandingkan rasio saat ini dengan rasio masa lalu dan rasio yang akan datang dari perusahaan. Perbandingan eksternal adalah memban-dingkan rasio keuangan perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis atau rataan standar industri pada titik yang sama (Darsono dan Ashari, 2004).

Jenis-jenis rasio keuangan yang digunakan untuk menganalisis kinerja perusahaan adalah rasio neraca (likuiditas dan solvabilitas), rasio laba rugi (profitabilitas) dan rasio neraca aktivitas. Komponen masing-masing jenis rasio tersebut adalah :

1. Likuiditas

Rasio likuiditas adalah rasio yang bertuuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek. Rasio ini mencakup rasio lancar (current ratio), rasio cepat (quick ratio), dan modal kerja bersih (net working capital).

(8)

Rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Rasio ini juga disebut dengan rasio pengungkit (leverage) menilai batasan perusahaan dalam meminjam uang. Rasio ini mencakup debt to asset Ratio dan debt to equity ratio.

3. Profitabilitas

Rasio untuk mengetahui seberapa jauh efektivitas manajemen dalam mengelola perusahaannya. Rasio ini mencakup profit margin, return on asset dan return on equity.

4. Aktivitas

Rasio ini bertujuan untuk mengukur seberapa jauh aktivitas perusahaan dalam menggunakan dana-dananya secara efektif dan efisien. Mencakup inventory turn over dan total asset turn over (Darsono dan Ashari, 2004).

2.3 Strategi Pengembangan

Strategi adalah sebuah rencana dasar yang luas dari suatu tindakan organisasi untuk mencapai tujuannya. Kata strategi berasal dari kata Yunani ”strategia” yang berhubungan dengan kemiliteran, berarti langkah untuk mencapai sasaran yaitu memenangkan peperangan (Stanton, 1996). Definisi lain mengenai strategi dikemukakan oleh Robbin dan Coultre (1999)

Strategy can be defined as the determination of basic long term goals and objectives of an enterprise, and the adoption of courses of action and allocation of resourses necessary for carrying out these goals.

Sedangkan Jain dalam Keegan (1996) menyatakan :

Strategy in a firm the pattern of major objectives, purposes, or goals and assential policies and plans for achieving those goals, stated in such a way as to define what business the company is in or is to be in end the kind of company it is or is to be.

Keegan (1996) mendefinisikan :

Strategi sebagai respon yang dipertimbangkan sebuah perusahaan pada kenyataan dari perusahaan pihak yang bersangkutan dan kenyataan dari lingkungan usaha.

(9)

Strategi diperlukan oleh sebuah perusahaan sebagai akibat keterbatasan sumber daya, ketidakpastian karena persaingan serta untuk memudahkan koordinasi dan pengontrolan. Pada akhirnya, penilaian terhadap keberhasilan strategi bisnis dapat dilihat dari tinggi rendahnya volume dan nilai penjualan. Tingginya nilai penjualan, selain memperlihatkan perolehan laba juga menunjukan kinerja perusahaan sebagai hasil dari strategi bisnis yang dijalankan.

Perumusan strategi pengembangan usaha akan didekati dengan metode analisis strengths, weaknesses, opportunities dan threats (SWOT). Analisis SWOT ini didasarkan pada pemikiran memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities) dan secara bersamaan meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Analisis SWOT menurut Rangkuti (2005) adalah analisis terhadap faktor-faktor dari lingkungan internal (strengths dan weaknesses) dan lingkungan eksternal (opportunities dan theats) yang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT atau analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman merupakan cara sistematik dalam mengidentifikasi berbagai faktor internal dan eksternal yang dimiliki dan dihadapi oleh perusahaan.

Selanjutnya data yang diperoleh diklasifikasikan secara kualitatif menurut analisis lingkungan internal untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan, serta analisis lingkungan eksternal untuk mengetahui peluang dan ancaman yang dihadapi oleh Koppontren Darussalam. Untuk mengevaluasi peluang dan ancaman akan digunakan Matriks Evaluasi Faktor Eksternal atau External Factor Evaluation (EFE) dan untuk mengevaluasi kekuatan dan kelemahan menggunakan matriks Evaluasi Faktor Internal atau Internal Factor Evaluation (IFE). Dari hasil pengolahan data Matriks EFE dan IFE, disusun strategi pengembangan usaha dari Koppontren Darussalam.

Gambar

Gambar 2. Penampang batang rami membujur (Collins dalam Sulaiman, 2005)     Tanaman rami sudah dikenal manusia sejak + 2.000 tahun SM, dan  diduga  berasal  dari  China
Gambar 3.  Pohon rami
Tabel  2. Varietas, asal dan rataan produktivitas rami
Tabel 4. Perbandingan sifat-sifat serat rami dengan serat sutra dan katun   Sifat  Serat Rami  Serat Sutra  Serat Katun

Referensi

Dokumen terkait

Dari uraian diatas dapat kita ambil salah satu contoh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) kabupaten HSU merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas

Dari hasil pengukuan pengaruh ukuran cangkang kerang terhadap koefisien scattering memiliki karakter antara lain pada sudut 0º, kerang yang paling baik yaitu dengan

WA Group , Peserta didik dapat mengidentifikasi gagasan pokok setiap paragraf dari teks tulis dengan mandiri.. Melalui kegiatan menyimak teks dalam powerpoint yang dibagikan

Penelitian yang dilakukan oleh Rizki Revianto Putera tahun 2013, dengan judul Penerapan Kano Model dalam Proses Pengambilan Keputusan Penyediaan fasilitas dan Alternatif

Teknis pembinaan dengan rekaman video yaitu observasi rekaman video pembelajaran yang dilakukan melibatkan beberapa guru, dan pihak lain yang berkepentingan

ICePTi 2017 is organized by Kawasan Sains dan Teknologi (KST) Universitas Padjadjaran, Nano Technology and Graphene Research Center (PRINT-G), Material Science &

Berdasar hasil pengujian menunjukan bahwa perhitungan menggunakan SPE memiliki korelasi yang lebih tinggi diban- dingkann dengan SCM baik menggunakan relasi hipernim-hiponim

Pada gambar disamping organ yang berupa saluran pencernaan ditunjukkan oleh