• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TANGGUNG JAWAB DAN LOCUS OF CONTROL DALAM KEPUTUSAN INVESTASI POURING GOOD MONEY AFTER BAD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH TANGGUNG JAWAB DAN LOCUS OF CONTROL DALAM KEPUTUSAN INVESTASI POURING GOOD MONEY AFTER BAD"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

EKUITAS ISSN 1411-0393 Akreditasi No.55a/DIKTI/Kep/2006

PENGARUH TANGGUNG JAWAB DAN LOCUS OF CONTROL

DALAM KEPUTUSAN INVESTASI

POURING GOOD MONEY AFTER BAD

Jesica Handoko, SE., M.Si., Ak. (Fakultas Ekonomi Unika Widya Mandala)

ABSTRACT

Sometimes, a manager (agent) must make difficult decisions like to decide whether to continue or to commit resources to a risky and highly uncertain project (to escalate it), or to abandon it, after a great deal of corporate investment, and possibly personal commitment and reputation, have already been used up. In agency theory perspectives, this decision could be done when there must be a condition of information asymmetry, and an incentive for manager to shirk.

This study try to strenghten manager’s responsibility variable and to explore locus of control variable in the relationship with pouring good money after bad investment decision. 95 undergraduate students participate in this study and not found significant results for the alternative hypotheses. It’s suggested that undergraduate students weren’t ready for investment decision researchs, especially when dealing with risky projects, because of their lack of knowledge and experiences.

Keywords: Agent, Information asymmetry, Responsibility, and Locus of Control.

PENDAHULUAN

Salah satu keputusan manajemen yang sulit dilakukan adalah menentukan diteruskan atau tidaknya (escalate or not) suatu proyek investasi yang memiliki tingkat risiko dan ketidakpastian yang tinggi. Dari sudut pandang teori keagenan, eskalasi komitmen merupakan akibat tindakan mementingkan diri manajer sendiri, yang disebut masalah

adverse selection (Khan et al. 2000). Masalah adverse selection ini muncul dengan terpenuhinya dua kondisi berikut: (1) adanya informasi asimetri, yaitu saat prinsipal mempunyai lebih sedikit informasi dibanding agen, sehingga prinsipal tidak mampu memonitor secara dekat keputusan agen (manajer); dan (2) tindakan manajer berbeda dengan kepentingan perusahaan. Jika eskalasi keputusan sesuai dengan dua kondisi diatas, maka manajer secara rasional akan mengeskalasi keputusan sesuai dengan kepentingannya.

(2)

Selain dari sudut pandang teori keagenan, pengambilan keputusan juga sering mempertimbangkan mampu tidaknya seorang manajer mengendalikan lingkungan tempat kegiatan/ proyek dilakukan. Dimensi personalitas yang disebut dengan locus of control

(Kreitner dan Kinichi, 2000). Manajer yang memiliki internal locus of control dikatakan sebagai pihak yang percaya bahwa mereka dapat mengendalikan peristiwa dan konsekuensi yang mereka hadapi. Sedangkan external locus of control cenderung melekatkan outcomes adalah hasil dari lingkungan seperti keberuntungan atau nasib. Dengan menginteraksikan peranan tanggung jawab dan locus of control, penelitian ini bertujuan untuk memperkuat bukti penelitian Amilin (2003) yang meneliti variabel tanggung jawab dalam kondisi pengambilan keputusan investasi yang berisiko

(escalation of commitment), serta mengeksplorasi peran locus of control dalam kondisi keputusan yang sama. Eksperimen yang dilakukan pada 95 mahasiswa S-1 Fakultas Ekonomi dari satu Universitas Swasta di Surabaya diharapkan dapat memberikan masukan melalui penelitian ini.

Pada bagian II akan dipaparkan kerangka teoritis dan pengembangan hipotesis, sedangkan metode dan hasil penelitian diberikan pada bagian III dan IV. Kesimpulan, keterbatasan dan implikasi akan disajikan pada bagian penutup.

KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Keagenan

Teori keagenan menjelaskan hubungan antara prinsipal dan agen, yang dimulai saat prinsipal memberikan wewenang kepada agen untuk bertindak atas namanya dan sebagai gantinya agen mendapatkan reward. Dalam konteks perusahaan, teori keagenan dapat dipakai untuk menjelaskan berbagai hubungan keagenan baik antara pemilik, investor atau kreditur (prinsipal) dengan manajer (agen), ataupun antara manajer (prinsipal) dengan bawahan (agen). Prinsipal mempunyai kepentingan memaksimumkan keuntungan perusahaan, yang mungkin berbeda dengan kepentingan agen. Selain tujuan individu yang berbeda, kondisi ketidakpastian dan informasi asimetri mempunyai kontribusi dalam memperluas perbedaan kedua pihak.

Untuk menjembatani perbedaan tersebut, perlu didesain suatu kontrak. Kontrak ini harus dapat menjamin pengalokasikan sumber daya dan output secara benar, meminimalkan kos serta menjamin kepentingan prinsipal dan maupun agen. Kontrak upah tetap (fixed wage contract) tidak selalu dapat dijadikan cara optimal untuk menjaga hubungan baik antara prinsipal dan agen (Jensen dan Meckling 1976), bahkan dapat mendorong agen mengabaikan kepentingan prinsipal (shirking) jika kompensasi bagi agen lebih rendah dari output yang dihasilkan agen. Ketika agen terdorong untuk shirking, akan lebih

(3)

efisien jika perusahaan menerapkan kebijakan kompensasi dengan sistem bonus (Alchian dan Demsetz 1972), atau dengan provisi tentang hak kepemilikan yang didasarkan pada kinerja agen (Jensen 1983).

Harrel dan Harrison (1994) mendukung anggapan bahwa pada saat agen memiliki informasi privat dan terdorong untuk mengabaikan kepentingan perusahaan (incentive to shirk), perilaku mereka cenderung mementingkan kepentingannya sendiri dan mengabaikan kepentingan prinsipal. Tindakan agen ini merupakan penjelasan atas pertanyaan mengapa beberapa manajer mengalokasikan sumber daya tambahan untuk suatu proyek, padahal secara ekonomis prospeknya tidak akan menghasilkan keuntungan yang signifikan bagi perusahaan, sehingga seharusnya proyek segera dihentikan.

Rutledge dan Karim (1999) menguji pengaruh kepentingan pribadi dari manajer terhadap

judgment dalam melakukan evaluasi keputusan proyek investasi. Hipotesis yang diajukan menyatakan bahwa manajer proyek yang mengalami kondisi adverse selection akan menunjukkan kecenderungan yang lebih besar untuk melanjutkan proyek yang tidak menguntungkan dibanding manajer proyek yang tidak mengalami kondisi ini. Penelitian eksperimen ini memberikan hasil yang secara statistik signifikan.

Eskalasi Komitmen

Eskalasi komitmen adalah suatu tendensi untuk tetap melakukan tindakan yang tidak efektif meskipun situasi yang buruk belum tentu dapat berbalik keadaan (Kreitner dan Kinichi, 2000). Alasan individu “throw the good money after bad” atau melakukan eskalasi komitmen dari faktor psikologis dan sosial adalah karena mereka cenderung: (1) membiaskan fakta sehingga mereka dapat mendukung keputusan sebelumnya; (2) mengambil lebih banyak risiko misalnya untuk mengembalikan kerugian yang sudah terjadi; dan atau (3) untuk terlibat secara pribadi pada proyek. Alasan lain ditentukan oleh determinan organisasi, karakteristik proyek, dan konteks. Berbagai kasus kerugian finansial yang dialami perusahaan mengindikasikan eskalasi bertanggung jawab atas kerugian yang ada.

Dari sudut pandang teori keagenan, eskalasi komitmen merupakan akibat tindakan mementingkan diri manajer sendiri, yang disebut masalah adverse selection (Khan et al. 2000). Masalah adverse selection ini muncul dengan terpenuhinya dua kondisi berikut: (1) adanya informasi asimetri, yaitu saat prinsipal mempunyai lebih sedikit informasi dibanding agen, sehingga prinsipal tidak mampu memonitor secara dekat keputusan agen (manajer); dan (2) tindakan manajer berbeda dengan kepentingan perusahaan. Jika eskalasi keputusan sesuai dengan dua kondisi diatas, maka manajer secara rasional akan mengeskalasi keputusan sesuai dengan kepentingannya. Harrison dan Harrell (1993) menunjukkan, seperti yang diprediksi oleh teori keagenan, dengan adanya adverse selection subyek cenderung melanjutkan proyek berisiko. Harrell dan Harrison (1994)

(4)

juga mendemonstrasikan baik incentive to shirk maupun informasi asimetri ada pada kondisi adverse selection dan arah eskalasi komitmen sesuai dengan yang diprediksi.

Tanggung Jawab Manajer

Manajemen terdiri dari berbagai kegiatan, termasuk membuat keputusan, memberikan perintah, menetapkan kebijakan, memberi tugas dan penghargaan, serta mempekerjakan orang lain untuk melaksanakan kebijakannya. Secara garis besar kegiatan manajemen dikelompokkan ke dalam tiga kegiatan besar yaitu perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan (Carter dan Usry, 2002). Dalam organisasi yang kecil, perencanaan dan pengendalian dapat dilakukan oleh seorang saja, biasanya pemilik, tetapi tidak dalam organisasi yang besar.

Dalam organisasi besar, dengan berbagai unit organisasi dan produk, kegiatan manajemen biasanya didelegasikan ke berbagai pusat-pusat pertanggungjawaban baik berupa pusat biaya, pusat pendapatan, pusat laba, dan atau pusat investasi. Tiap manajer pusat pertanggungjawaban bertanggung jawab sesuai dengan aktivitas-aktivitas tertentu yang didelegasikan kepadanya. Penelitian sekarang berfokus pada pusat investasi, suatu pusat pertanggungjawaban yang manajernya bertanggung jawab atas pendapatan, biaya, dan investasi (Carter dan Usry, 2002; Hansen dan Mowen, 2005). Berdasarkan tanggung jawab (responsibility) yang didelegasikan kepada manajer pusat investasi maka manajer tersebut mempunyai otoritas untuk melakukan berbagai kegiatan manajemen berupa kegiatan perencanaan, pengorganisasian dan pengambilan keputusan. Pada akhirnya, untuk suatu periode tertentu, akan dilakukan evaluasi kinerja dan pemberian rewards oleh manajer puncak tentang tingkat pencapaian (achievement) yang diukur dengan ukuran-ukuran keuangan (return on investment, economic value added, growth, dsb) maupun non keuangan (produktivitas, loyalitas, kepuasan dsb).

Dalam penelitian sekarang, faktor tanggung jawab yang dipunyai oleh manajer diprediksi mempengaruhi judgment pembuat keputusan. Beberapa studi terdahulu membuktikan pengaruh tanggung jawab terhadap kesuksesan atau kegagalan suatu proyek investasi dapat mempengaruhi keputusan berisiko yang dibuat oleh pengambil keputusan. Staw (1976); Staw dan Fox (1977); Cadwell dan O’Reilley (1982); Bazerman et. al (1984) sebagaimana dikutip oleh Amilin (2003) menemukan bukti bahwa individu cenderung akan menambah investasi awal atau melakukan eskalasi meski proyek dalam kondisi berisiko. Tanggung jawab yang dipikul juga akan mendorong pilihan untuk melakukan investasi tambahan yang berisiko. Proses justifikasi ini disebabkan oleh efek psikologis dari tanggung jawab pribadi dan efek sosial (Rutledge dan Harrell 1993). Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan keputusan pada pilihan berisiko apabila individu atau kelompok diberikan tanggung jawab berbeda.

(5)

Jika dikaitkan dengan besar kecilnya tanggung jawab atas risiko yang harus ditanggung, maka dapat diprediksi adanya kemungkinan bahwa manajer yang memikul beban tanggung jawab kecil akan cenderung melanjutkan proyek yang tidak menguntungkan dibanding manajer yang memikul tanggung jawab besar.

Locus of Control

Julian Rotter mengidentifikasi dimensi personalitas yang disebut dengan locus of control

(Kreitner dan Kinichi, 2000). Dengan locus of control ini Rotter mencoba menjelaskan perbedaan perilaku seseorang dapat dilekatkan pada dirinya atau lingkungannya. Internal locus of control adalah orang yang percaya bahwa mereka dapat mengendalikan peristiwa dan konsekuensi yang mereka hadapi. Sedangkan external locus of control cenderung melekatkan outcomes adalah hasil dari lingkungan seperti keberuntungan atau nasib. Beberapa penelitian seperti yang dilakukan oleh Spector (1982), Norris dan Niebuhr (1984), dan Nystrom (1983) dalam Kreitner dan Kinichi (2000) menemukan bahwa individu dengan internal locus of control akan: (1) melekatkan prestasi dengan usahanya, (2) menunjukkan motivasi kerja yang lebih tinggi, (3) menunjukkan kepuasan kerja dan kinerja yang lebih tinggi, apalagi jika kinerja yang ada akan memberikan rewards yang bernilai, serta (4) cenderung tidak mudah kuatir jika dibandingkan dengan individu yang mempunyai external locus of control.

Penelitian sekarang terkait dengan proyek investasi berisiko, yaitu meningkatkan jumlah pengeluaran investasi modal yang telah dilakukan sebelumnya. Diduga, perbedaan locus of control yang dimiliki tiap individu akan berakibat pada perbedaan keputusan investasi. Individu dengan internal locus of control akan cenderung melanjutkan suatu proyek yang menjanjikan valuable rewards, sekalipun proyek tersebut berisiko, dengan keyakinan bahwa ia akan berhasil peristiwa dan konsekuensi dari keputusan yang telah dipilihnya.

Pengaruh Interaksi antara Tanggung Jawab dan Locus of Control terhadap

Judgment Keputusan Investasi

Manajer yang memiliki internal locus of control lebih boleh jadi tetap melanjutkan proyek investasi yang berisiko, terutama ketika tanggung jawabnya besar. Hal ini diduga sebagai hasil dorongan valuable rewards, makin besar tanggung jawab makin besar

rewards yang mungkin diterimanya, sebagai konsekuensi keberhasilan proyek yang dipimpinnya. Apabila manajer ini hanya sebagai pengganti sebelumnya (mempunyai tanggung jawab kecil) maka prestasi manajer dengan locus of control internal akan cenderung tidak terlihat sehingga boleh jadi ia tidak akan mendapatkan valuable rewards

(6)

Dari definisi locus of control, seseorang dengan internal locus of control adalah adalah orang yang percaya bahwa mereka dapat mengendalikan peristiwa dan konsekuensi yang mereka hadapi. Tanggung jawab kecil yang dibebankan ke manajer dengan internal locus of control diduga akan menyebabkan manajer dapat menanggung konsekuensi yang mungkin terjadi. Akan tetapi diduga konsekuensi ini tidak akan membuat manajer melanjutkan proyek berisiko karena prestasi manajer dengan internal locus of control

tidak akan terlihat. Saat manajer memiliki external locus of control lebih boleh jadi manajer akan melanjutkan proyek berisiko jika tanggung jawab kecil yang dibebankan kepadanya. Hal ini disebabkan karena ia tidak perlu bertanggung jawab apabila proyek tersebut akhirnya gagal, dan akan cenderung untuk menyalahkan kondisi lingkungan yang tidak dapat dikendalikannya. Apabila manajer ini dibebani tanggung jawab yang besar, diduga ia akan menolak untuk melanjutkan proyek karena ia tidak mampu untuk mengendalikan kondisi proyek selanjutnya.

Berdasarkan deskripsi di atas, hipotesis ini memprediksi kemungkinan adanya pengaruh interaksi antara tanggung jawab dan locus of control dalam keputusan investasi yang berisiko. Hipotesis dirumuskan sebagai berikut:

H1: Interaksi antara tanggung jawab dan locus of control berpengaruh dalam melakukan evaluasi keputusan proyek investasi.

H1a: Ketika tanggung jawab kecil, manajer yang memiliki locus of control internal lebih boleh jadi tidak melanjutkan proyek investasi yang berisiko. H1b: Ketika tanggung jawab besar, manajer yang memiliki locus of control

internal lebih boleh jadi melanjutkan proyek investasi yang berisiko. H1c: Ketika tanggung jawab kecil, manajer yang memiliki locus of control

eksternal lebih boleh jadi melanjutkan proyek investasi yang berisiko. H1d: Ketika tanggung jawab besar, manajer yang memiliki locus of control

eksternal lebih boleh jadi tidak melanjutkan proyek investasi yang berisiko.

METODE PENELITIAN Pemilihan Sampel

Sampel adalah mahasiswa S-1 Jurusan Ekonomi dari suatu Universitas Swasta di Surabaya yang telah mengambil mata kuliah terkait dengan pengambilan keputusan investasi. Sampel terdiri dari sembilan puluh lima mahasiswa dari empat kelas manajemen dan satu kelas akuntansi. Pemilihan sampel dilakukan secara purposive sampling, akan tetapi penugasan untuk tiap orang dilakukan secara random (random assignment). Penugasan, yang akan dideskripsikan berikut, diberikan dengan tujuan

(7)

mendapat data terkait dengan hipotesis yang diajukan sebelumnya. Waktu penugasan per kelas +/- 20 menit dan partisipasi bersifat sukarela.

Desain Eksperimen

Desain eksperimen ini adalah 2x2 between-subjects, dengan variabel independen tanggung jawab dan locus of control (gambar 1). Variabel independen pertama adalah variabel tanggung jawab (kecil atau besar). Variabel ini diperoleh melalui manipulasi pada eksperimen dengan memberi treatment pada dua versi kasus adverse selection. Arti tanggung jawab kecil disini adalah manajer tidak dibebani tanggung jawab apabila terjadi kegagalan proyek karena beliau adalah pengganti manajer sebelumnya yang meninggal dunia. Sedangkan tanggung jawab besar berarti manajer sebagai penanggung jawab awal sampai dengan saat penambahan kembali investasi. Ia akan dianggap paling bertanggung jawab apabila terjadi kegagalan proyek.

Variabel independen kedua adalah locus of control (internal atau eksternal). Pengukuran

locus of control diperoleh dengan menjawab 29 pertanyaan, dengan 23 pertanyaan yang mempunyai arti (skor 0 atau 1 untuk tiap pertanyaan). Setelah subyek mengisi seluruh pertanyaan maka ia akan mendapatkan nilai maksimal sebesar 23. Makin tinggi nilai subyek maka ia dikatakan mempunyai locus of control eksternal. Dalam penelitian ini apabila skor yang diperoleh >11 maka dikategorikan sebagai subyek dengan locus of control eksternal.

Jadi, instrumen yang digunakan dalam eksperimen ini mencakup 3 bagian: (1) instrumen kasus melanjutkan atau tidak melanjutkan suatu proyek investasi dengan variabel tanggung jawab yang telah digunakan oleh Rutledge dan Karim (1999) yang juga dipakai oleh Amilin (2003); (2) instrumen Rotter untuk menguji locus of control (Kreitner dan Kinichi, 2000) yang berisi 29 pertanyaan, dan (3) data demografi. Berdasar hasil manipulasi terhadap variabel tanggung jawab dan locus of control, maka desain eksperimen dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1

Desain Eksperimen 2 X 2 Between-Subjects

Tanggung Jawab

Locus of Control

Internal Eksternal

Kecil Kelompok 1 Kelompok 3

(8)

Sel kelompok 1 adalah kelompok mahasiswa dengan tanggung jawab kecil dan mempunyai locus of control internal, kelompok 2 adalah mahasiswa dengan tanggung jawab besar dan mempunyai locus of control internal, kelompok 3 adalah mahasiswa dengan tanggung jawab kecil dan mempunyai locus of control eksternal, dan kelompok 4 adalah kelompok mahasiswa dengan tanggung jawab besar dan mempunyai locus of control eksternal.

Pilot Tes

Pilot tes dilakukan pada 18 mahasiswa Magister Sains Universitas Gadjah Mada. Kasus proyek investasi berisiko yang sama diberikan untuk mengetahui apakah mereka dapat mengerti penugasan yang diberikan, sebelum eksperimen yang sebenarnya dilakukan. Hasil pilot tes membuktikan dari dua variabel independen (tanggung jawab dan locus of control): variabel tanggung jawab memberi hasil yang moderat signifikan (p<0.052).

Prosedur Eksperimen

Penugasan eksperimen yang pertama adalah meminta subyek untuk berperan sebagai seorang manajer divisi dari suatu perusahaan multinasional. Ada dua versi peran yang ditugaskan secara acak yaitu: (1) kasus adverse selection dengan tanggung jawab besar, dan (2) kasus adverse selection dengan tanggung jawab kecil. Setelah membaca deskripsi kasus investasi dan data keuangan terkait yang disajikan, di akhir kasus tiap mahasiswa diminta untuk memilih apakah dalam peran mereka sebagai manajer mereka pasti akan melanjutkan proyek investasi (1) atau pasti tidak melanjutkan proyek investasi (10) dengan cara melingkari salah satu skala antara angka 1 sampai 10.

Selanjutnya semua mahasiswa diminta untuk mengisi bagian dua dan tiga dari kertas penugasan yang dibagikan. Bagian dua terdiri dari 29 (dua puluh sembilan) pertanyaan

locus of control. Dengan penyusunan secara acak, mahasiswa diminta untuk memilih satu dari kondisi (a) atau (b) dari setiap nomor pertanyaan/pernyataan yang mencerminkan

locus of control mereka. Bagian tiga, atau penutup, berisi data demografi mahasiswa. Tiap mahasiswa tidak diminta untuk mengisi nama dan diberikan jaminan kerahasiaan bahwa tiap pertanyaan hanya untuk tujuan penelitian. Keseluruhan kasus dan pertanyaan diberikan pada lampiran 1.

Pengukuran Variabel

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah respon subyek atas evaluasi keputusan investasi. Keputusan untuk melanjutkan atau tidak proyek yang tidak menguntungkan ditunjukkan dengan tipe skala Likert 10-poin (rentang angka dari angka 1 hingga angka 10). Angka 1 menunjukkan manajer memutuskan pasti melanjutkan proyek, sedangkan angka 10 berarti manajer memutuskan pasti tidak melanjutkan proyek. Dengan kata lain,

(9)

makin besar angka (menuju ke angka 10) yang dipilih subyek berarti makin tidak ingin melanjutkan proyek, dan sebaliknya.

HASIL PENELITIAN Hasil Pengumpulan Data

Jumlah partisipan adalah sembilan puluh lima mahasiswa. Dari hasil tersebut, hanya satu data tidak lengkap sehingga total sembilan puluh empat mahasiswa yang datanya memenuhi kriteria untuk diolah lebih lanjut. Tabel 1 menunjukkan deskripsi sampel antara mahasiswa pria dan wanita.

Tabel 1

Usia dan Jumlah Responden

Jenis Kelamin Mean Std Deviation N

Pria Wanita 21,21 tahun 20,59 tahun 1,526 0,885 46 48 Total 20,89 tahun 1,272 94

Rata-rata mahasiswa berusia 20,89 tahun dan sebagian besar di antara mereka tidak pernah membuat keputusan investasi (58,5%) meskipun semua mahasiswa pernah mengikuti mata kuliah yang terkait dengan keputusan investasi. Dari 41,5% sampel yang pernah melakukan investasipun sebagian besar hanya pernah melakukan beberapa kali keputusan investasi. Jumlah subyek berdasar pembagian tanggung jawab dan nilai locus of control dalam dilihat di Tabel 2.

Tabel 2

Jumlah Subyek pada Desain Eksperimen 2 X 2

Tanggung Jawab Locus of Control Total Internal Eksternal Kecil 21 26 47 Besar 24 23 47 Total 45 49 94

(10)

Pengujian Hipotesis

Dalam menganalisis data untuk menguji hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan two-way ANOVA dengan tingkat signifikansi 5%. Sebelum melakukan pengujian hipotesis, asumsi varian dari tiap kelompok adalah sama. Hasil pengujian asumsi varian dengan Lavene-test dapat dilihat di Tabel 3.

Tabel 3

Hasil Uji Homogenitas α = 5%

Levene's Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable: Keputusan

4.006 3 90 .010

F df1 df2 Sig.

Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups.

Design: Intercept+TGG_JWB+LOCUS+TGG_JWB * LOCUS

a.

Dari Tabel 3 tampak nilai p-value kurang dari 5%. Kondisi ini menunjukkan bahwa variansi dari kelompok-kelompok yang ada adalah secara statistik tidak sama. Dengan kata lain asumsi homogeneity of variance dari ANOVA tidak terpenuhi. Meskipun asumsi varian sama ini dilanggar, Box (1954) dalam Ghozali (2005) menyatakan bahwa ANOVA masih dapat digunakan karena ANOVA robust untuk penyimpangan yang kecil dan moderat dari homogeneity of variance. Selanjutnya pada Tabel 4 dapat dilihat tidak adanya interaksi antara tanggung jawab dan locus of control (p-value >5%).Dengan kata lain H1 ditolak (fail to reject null hypothesis).

Tabel 4

Output Two-Way ANOVA dengan α = 5% Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Keputusan

39.716a 3 13.239 1.381 .254 1582.432 1 1582.432 165.073 .000 15.535 1 15.535 1.621 .206 5.075 1 5.075 .529 .469 21.723 1 21.723 2.266 .136 862.763 90 9.586 2463.000 94 902.479 93 Source Corrected Model Intercept TGG_JWB LOCUS TGG_JWB * LOCUS Error Total Corrected Total

Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = .044 (Adjusted R Squared = .012) a.

(11)

Tabel 5

Respon Keputusan Investasi dengan Variabel Tanggung Jawab dan Locus of

Control Descriptive Statistics Dependent Variable: Keputusan

5.24 3.767 21 3.81 3.033 26 4.45 3.419 47 3.46 2.502 24 3.96 3.052 23 3.70 2.766 47 4.29 3.245 45 3.88 3.011 49 4.07 3.115 94 Locus of Control Internal Eksternal Total Internal Eksternal Total Internal Eksternal Total Tgg Jawab Kecil Besar Total Mean Std. Deviation N

Tabel 5 menunjukkan statistik deskriptif variabel dependen untuk mengetahui hasil pengujian beberapa hipotesis alternatif tambahan (H1a – H1d):

a. Ketika tanggung jawab kecil, manajer yang memiliki locus of control internal lebih boleh jadi tidak melanjutkan proyek investasi yang berisiko (mean=5,24),

b. Ketika tanggung jawab besar, manajer yang memiliki locus of control internal lebih boleh jadi melanjutkan proyek investasi yang berisiko (mean=3,46),

c. Ketika tanggung jawab kecil, manajer yang memiliki locus of control eksternal lebih boleh jadi melanjutkan proyek investasi yang berisiko (mean=3,81).

d. Ketika tanggung jawab besar, manajer yang memiliki locus of control eksternal lebih boleh jadi melanjutkan proyek investasi yang berisiko (mean=3,96).

Meskipun ada dukungan pada beberapa hipotesis pendukung (H1a , H1b dan H1c) akan tetapi karena terdapat ketidaksignifikanan hasil (p>0,05) dan standar deviasi yang terlalu besar (sd +/- 3) maka hasil ini tidak dapat menolak hipotesis nol (H1).

Pengujian Tambahan

Pengujian tambahan dilakukan untuk mengekplorasi ketidaksignifikanan hasil pengujian data. Dua faktor yang akan dieksplorasi adalah jenis kelamin dan pengalaman berinvestasi. Analysis of variance dengan memasukkan faktor jenis kelamin (pria atau wanita menunjukkan pengaruh moderat signifikan dari interaksi variabel tanggung jawab

(12)

dan jenis kelamin (F=3,249; p=0,075). Gambar 2 dan 3 menunjukkan plot interaksi variabel tanggung jawab dan jenis kelamin .

Gambar 2

Plot Interaksi Tanggung jawab dan Sex pada Sampel Internal Locus of Control (n=45)

Estimated Marginal Means of Keputusan At Locus of Control = Internal

Jenis Kelamin Wanita Pria E s ti m at ed M ar gi nal M e ans 7.0 6.5 6.0 5.5 5.0 4.5 4.0 3.5 3.0 Tgg Jawab Kecil Besar Gambar 3

Interaksi Tanggung jawab dan Sex pada Sampel Internal Locus of Control (n=49) Estimated Marginal Means of Keputusan

At Locus of Control = Eksternal

Jenis Kelamin Wanita Pria E s ti m at ed M ar gi nal M e ans 4.6 4.4 4.2 4.0 3.8 3.6 3.4 3.2 3.0 Tgg Jawab Kecil Besar

(13)

Dari gambar 2 dan 3 mendeskripsikan dukungan pada hipotesis pendukung H1a – H1c terutama perbedaan keputusan yang dibuat oleh subyek pria dan wanita. Saat tanggung jawab kecil, subyek pria yang mempunyai internal locus of control lebih boleh jadi tidak melanjutkan proyek investasi dibandingkan subyek wanita (mean 6,45 versus 3,90). Hipotesis pendukung H1a hanya didukung oleh sebagian besar oleh sampel pria. Hipotesis H1b didukung oleh sebagian besar sampel pria maupun wanita (mean respon pria 3,33 versus 3,58). Pada kelompok external locus of control dan tanggung jawab kecil (hipotesis H1c), baik subyek pria maupun wanita lebih boleh jadi melanjutkan proyek investasi. Hasil plot lebih lanjut menunjukkan tingkat kepastian melanjutkan yang lebih tinggi dari subyek wanita (lebih mendekati angka 1) dibandingkan subyek wanita (mean respon wanita 3,08 versus 4,43).

Selanjutnya, ketidaksignifikanan hasil diduga disebabkan oleh tidak adanya pengalaman berinvestasi dari subyek, maka pengujian tambahan dilakukan dengan mengambil sampel hanya subyek yang pernah melakukan keputusan investasi. Pengolahan data dari 39 subyek (41,5%) menunjukkan bahwa asumsi variansi dari kelompok-kelompok yang ada adalah secara statistik tidak sama, atau tidak terpenuhi. (p-value <5%). Akan tetapi rekomendasi melanjutkan pengujian ANOVA dari Ghozali (2005) menemukan efek yang moderat signifikan dari variabel tanggung jawab (F=3,369; p<0,1). Tabel 6 mendeskripsikan hasil ANOVA untuk mendukung hasil penelitian sebelumnya (Amilin 2003).

Tabel 6

Output Two-Way ANOVA dengan α = 5%

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Keputusan

38.454a 3 12.818 1.409 .256 572.179 1 572.179 62.913 .000 30.640 1 30.640 3.369 .075 6.905 1 6.905 .759 .390 7.585 1 7.585 .834 .367 318.315 35 9.095 1005.000 39 356.769 38 Source Corrected Model Intercept TGG_JWB LOCUS TGG_JWB * LOCUS Error Total Corrected Total

Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = .108 (Adjusted R Squared = .031) a.

(14)

PENUTUP Simpulan dan Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris tentang apakah terdapat pengaruh tanggung jawab dan locus of control terhadap penilaian keputusan investasi yang berisiko (pouring good money after bad). Secara keseluruhan penelitian dengan eksperimen ini tidak memberikan hasil seperti yang diharapkan. Bervariasinya jawaban dari mahasiswa dimungkinkan karena ketidakseriusan mereka dalam mengikuti penugasan eksperimen, atau ketidakpahaman mereka mengenai topik keputusan investasi. Dari gagal menolaknya hipotesis nol, maka penelitian ini tidak dapat menyimpulkan apapun berdasarkan data yang ada, meskipun beberapa hipotesis alternatif (H1a – H1c) yang diajukan menunjukkan dukungan dari respon subyek.

Diduga masalah utama bukan pada desain penelitian, karena desain ini pernah memberikan hasil yang signifikan dalam penelitian sebelumnya (Amilin 2003). Masalah diduga disebabkan karena ketidakseriusan subyek (karena subyek adalah mahasiswa yang diminta untuk mengikuti eksperimen dengan random assignment). Selain itu, ketidakcukupan pengetahuan dan pengalaman dalam berinvestasi juga menjadi faktor utama dalam ketidaksignifikanan pengujian hipotesis.

Implikasi Hasil Penelitian dan Saran Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini tetap dapat dipakai untuk penelitian berikutnya, yaitu untuk mengeksplorasi pengaruh variabel tanggung jawab dan locus of control dalam penilai keputusan investasi yang berisiko. Dengan modifikasi valuable rewards desain ini dapat mengeksplorasi lebih lanjut apakah manajer dengan internal locus of control akan tetap melanjutkan proyek berisiko karena faktor tanggung jawab atau ingin mendapatkan rewards tersebut, apapun alasannya.

Penelitian juga dapat memasukkan variabel gender untuk mengeksplorasi kemungkinan perbedaan dan penyebab perbedaan dari manajer yang berbeda gender. Apakah manajer pria lebih boleh jadi melanjutkan atau tidak melanjutkan proyek berisiko dibanding manajer wanita, dengan menginteraksikan pula kedua jenis variabel independen dalam penelitian ini, atau menambahkan beberapa variabel seperti komitmen pada organisasi, kepuasan kerja, valuable rewards yang diperoleh.

DAFTAR REFERENSI

Alchian, A.A. dan H. Demsetz. 1972. “Production Information Costs and Economic Organization”. American Economic Review, Vol. 62, pp. 777-795.

(15)

Amilin. 2003. “Pengaruh Tanggung Jawab dan Pertimbangan Etis Manajer Terhadap Judgment Evaluasi Keputusan Investasi Ketika Terjadi Adverse Selection. Tesis. Carter, W.K. dan M.F. Usry. 2002. Cost Accounting. Third Ed. Thomson Learning

Custom Publishing. Cincinnati, Ohio.

Ghozali, I. 2005 Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hansen, D.R. dan M.M. Mowen. 2005. Management Accounting. Seventh Ed. Thomson Learning, Singapore.

Harrel, A. dan P. Harrison. 1994. “An Incentive to Shirk, Privately-Held Information and Managers’ Project Evaluation Decision”. Accounting, Organization and Society.

Vol. 19, pp. 569-577.

Harrison, P. dan A. Harrell. 1993. The Impact of ‘Adverse Selection’ Project Evaluation Decision”. Academy of Management Journal. Vol. 36. pp. 635-643.

Jensen, M.C. 1983. “Organizational Theory and Methodology”, The Accounting Review,

Vol. LVIII, No. 2 (April), pp. 319-339.

Jensen, M.C. dan W.H. Meckling. 1976. “Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure”. Journal of Financial Economic, Vol. 3, pp. 305-360.

Khan, B.A., S.B. Salter, dan D.J. Sharp. 2000. “ Pouring Good Money After Bad: A Comparison of Asian and Developed Country Managerial Decision-Making in Sunk Cost Situations in Financial Institutions”. Asian-Pacific Development Journal. Vol. 7, No. 2, pp. 105-120.

Kreitner, R. dan A. Kinicki. 2000. Organizational Behavior. 5th edition. McGraw Hill Companies, Inc.

Rutledge, R.W. dan A.M. Harrell. 1993. “Escalating Commitment to An Ongoing Project: The effect of Responsibility and Framming of Accounting Information”.

International Journal of Management, Vol 10.

Rutledge, R.W. dan K.E. Karim. 1999. “The Influence of Self-Interest and Ethical Consideration on Manager’s Evaluation Judgment”. Accounting, Organization and Society. Vol. 24, pp. 173-184.

Referensi

Dokumen terkait

Ketika posisi telah dicapai maka mereka dapat melakukan interaksi dengan habitus untuk menghasilkan sikap-sikap yang berbeda dan memiliki efek tersendiri pada

Faktor penentu keberhasilan pelepasliarkan jalak putih yang dilakukan oleh PPSC di kawasan hutan PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor berasal dari setiap aspek pengelolaan pada

Penelitian terbaru di Kamboja yang dilaporkan pada tahun 2014 menunjukkan adanya Mutant K13- propeller alleles pada isolat Plasmodium yang resisten terhadap artemisinin.

Berdasarkan penjelasan diatas namapak bahwa layanan informasi karir diberikan untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal yang berguna

Upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk menggalakkan revolusi hijau ditempuh dengan cara: (a) Intensifikasi Pertanian, intensifikasi Pertanian di Indonesia

Salah satu yang termasuk dalam ruang lingkup model pemrosesan informasi yaitu model berpikir induktif. Model Berpikir Induktif tokoh yang meloporinya.. Tujuan dari model

So all the interference of noun phrases made by students was (133)one hundred and thirty three. 2) Analysis: There was a difference in Indonesian and English both in

ADENDUM ANDAL, RKL-RPL RENCANA PENGEMBANGAN PEMBANGUNAN SPAM KABUPATEN SERANG BAGIAN TIMUR IV - 58.. PT SARANA CATUR TIRTA KELOLA BAB IV EVALUASI KEGIATAN EKSISTING