• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modifikasi volume silinder motor bensin dua-langkah dari 110 cc menjadi 121 cc - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Modifikasi volume silinder motor bensin dua-langkah dari 110 cc menjadi 121 cc - USD Repository"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

MODIFIKASI VOLUME SILINDER MOTOR BENSIN

DUA-LANGKAH DARI 110CC MENJADI 121CC

Tugas Akhir

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik

Jurusan Teknik Mesin

Oleh : Henry Eka Saputra NIM : 045214021

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

JURUSAN TEKNIK MESIN

FALKUTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

(2)

STROKE GASOLINE ENGINE FROM 110CC TO

121CC

Final Project Presented as a meaning for gaining engineering holder in Mechanical Engineering study programme

by :

Henry Eka Saputra NIM : 045214021

2008

MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM

MECHANICAL ENGINEERING DEPARTEMENT

SAINS AND TECHNOLOGY FACULTY

SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas Tugas Akhir ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 19 Agustus 2008

Penulis

( Henry Eka Saputra )

(6)

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta:

Nama : Henry Eka Saputra NIM : 045214021

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, Saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

MODIFIKASI VOLUME SILINDER MOTOR BENSIN DUA-LANGKAH DARI 110CC MENJADI 121CC

Beserta perangkat yang diperlukan ( bila ada ). Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 19 Agustus 2008

Yang menyatakan

( Henry Eka Saputra )

(7)

ABSTRAK

Modifikasi volume silinder pada motor bakar umumnya dilakukan untuk mendapatkan tenaga mesin yang lebih besar dibandingkan dengan keadaan standar. Modifikasi dapat dilakukan dalam dua cara yaitu, pertama dengan cara memperbesar diameter silinder ( bore-up ) dari 52mm menjadi 54,5mm dengan panjang langkah standar 52mm. Cara ke-dua adalah dengan memperpanjang langkah silinder ( stroke-up ). Cara bore-up dilakukan dengan memperbesar diameter silinder, dari 52mm menjadi 57,23mm dengan diameter silinder standar yaitu 52mm. Pengukuran daya dan torsi akan diukur dengan bantuan alat dyno-test, sedangkan konsumsi bahan bakar dilakukan dengan uji jalan. Tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti, yaitu untuk mengukur dan membandingkan hasil yang diperoleh dari adanya modifikasi silinder. Perbandingan yang dilakukan adalah pada daya, torsi, dan konsumsi bahan bakar.

Proses pengujian dilakukan dengan menggunakan dua kendaraan dengan tipe mesin yang sama dan sejenis. Motor pertama diuji dengan kondisi standar, sedangkan motor kedua diuji dengan dua keadaan (bore-up dan stroke-up ) secara bergantian baik pada dynotest maupun pada uji konsumsi bahan bakar. Kedua modifikasi silinder di atas mempengaruhi jumlah volume campuran bahan bakar dan udara yang masuk ke dalam ruang bakar. Perbandingan antara volume silinder dengan volume campuran bahan bakar dan udara adalah sebanding, semakin besar volume silinder semakin banyak juga jumlah volume campuran bahan bakar dan udara yang masuk ke dalam ruang bakar. Jumlah volume campuran bahan bakar dan udara di dalam ruang bakar juga mempengaruhi besar ledakan yang dihasilkan pada waktu pembakaran. Hasil ledakan tersebut merupakan tenaga yang akan diteruskan menjadi gerak.

Hasil yang diperoleh adalah peningkatan daya pada keadaan bore-up sebesar 33,88% dari keadaan standar. Sedangkan keadaan stroke-up juga mengalami peningkatan sebesar 41,15%. Torsi pada keadaan bore-up meningkat sebesar 15,17%, sedangkan pada keadaan stroke-up meningkat sebesar 15,41%. Pada konsumsi bahan bakar yang diuji jalan konstan pada kecepatan 50Km/jam keadaan bore-up meningkat sebesar 24,92%, sedangkan pada keadaan stroke-up meningkat sebesar 37,85%.

(8)

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan anugrah-Nya, sehingga Tugas Akhir ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya. Tugas Akhir ini adalah sebagian persyaratan untuk mencapai derajat sarjana S-1 program studi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma.

Judul Tugas Akhir yang penulis ambil adalah Modifikasi Volume Silinder Motor Bensin Dua-Langkah Dari 110cc Menjadi 121cc. Adapun tujuan penulis memilih judul ini, adalah untuk mengetahui secara pasti perbandingan unjuk kerja mesin setelah dan sebelum adanya modifikasi.

Penulisan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan berkat dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segenap kerendahan hati dan ketulusan, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ir. Greg. Heliarko, S.J.,S.S.,B.S.T.,M.A.,M.S.C., selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma.

2. Budi Sugiharto, S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi dan Ketua Jurusan Teknik Mesin.

3. Yosef Agung Cahyanta, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing pertama Tugas Akhir.

4. Ir. FX. Agus Unggul Santoso., selaku dosen pembimbing Akademik dan dosen pembimbing kedua Tugas Akhir.

5. Kedua orang tua serta adik tercinta yang telah banyak memberi dukungan dan bantuan moril maupun materiil.

6. Vina serta keluarga yang selalu memberi bantuan semangat dan dorongan dalam menyusun Tugas Akhir ini.

7. Seluruh staf pengajar Program Studi Teknik Mesin Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada kami, sehingga sangat berguna dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

(9)

8. Rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan masukan-masukan dan dorongan dalam penyelesaian dan menyempurnakan Tugas Akhir ini.

9. Serta semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu yang telah ikut membantu dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki dalam penulisan Tugas Akhir ini, untuk itu penulis mengharapkan masukan dan kritik, serta saran dari berbagai pihak untuk menyempurnakannya. Semoga penelitian dan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat, baik bagi penulis maupun pembaca.

Terima kasih.

Yogyakarta, 8 Juli 2008

Penulis

(10)

Halaman Judul . . . .i

Halaman Judul (Bahasa Inggris). . . .ii

Lembar Pengesahan . . . .. . . iii

Daftar Panitia Penguji. . . iv

Pernyataan Keaslian Karya . . . ...v

Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi . . . ..vi

Abstrak . . . ..vii

Kata Pengantar. . . .viii

Daftar Isi. . . .x

Daftar Gambar . . . . . . .xiii

Daftar Tabel . . . ..xv

Bab I Pendahuluan . . . .1

1.1 Latar belakang masalah . . . .. . . ... . . 1

1.2 Rumusan masalah . . . . . . 2

1.3 Tujuan penelitian . . . 2

1.4 Manfaat penelitian . . . 3

Bab II Dasar Teori . . . 4

2.1 Tinjauan pustaka . . . .4

2.2 Tinjauan teori secara umum . . .. . . … . . . 5

2.3 Komponen mesin dua langkah . . . … . . . .7

2.4 Langkah mesin dua langkah ditinjau dari mekanisme . … . . . .8

2.5 Tinjauan mesin dua langkah dari siklus . . . …. . . 12

2.5.1 Panas yang dibutuhkan pada saat volume konstan (1-2). . . 13

(11)

2.5.2 Ekspansi isentropik (2-3). . . 15

2.5.3 Tekanan konstan pada saat pelepasan panas (3-1) . . . 16

2.6 Rumus perhitungan rasio kompresi.. . . 18

Bab III Metode Penelitian . . . 20

3.1 Spesifikasi mesin . . . 21

3.1.1 Spesifikasi motor pertama ( keadaan standar ) . . . 21

3.1.2 Spesifikasi motor ke-dua ( keadaan modifikasi ) . . . … . . . .22

3.2 Diagram perbandingan volume . . . .. . . 23

3.3 Komponen-komponen pendukung . . . 24

3.3.1 Volume kepala silinder. . . .. . . 24

3.3.2 Peningkat langkah ( stroker-kit ) . . . . . . ... . . 26

3.4 Pengujian . . . . . . .28

3.4.1 Pengujian dynosester . . . .28

3.4.2 Pengujian bahan bakar . . . .. . . 29

Bab IV Pembahasan . . . .30

4.1 Perhitungan volume silinder . . . .. . . 30

4.1.1 Keadan mesin standar . . . .. . . .30

4.1.2 Keadaan mesin bore-up . . . 30

4.1.3 Keadaan mesin stroke-up . . . .31

4.2 Perhitungan perbandingan kompresi . ... . . .. . . .. . . 32

4.2.1 Keadaan mesin standar . . . ... . . 32

4.2.2 Keadaan mesin bore-up . . . .32

4.2.3 Keadaan mesin stroke-up . . . .32

4.3 Pembahasan grafik hasil uji dynotest . . . . 33

4.3.1 Pembahasan daya ( Horse Power ).. . . . 33

(12)

4.4 Pengujian konsumsi bahan bakar . . . 41

4.5 Pembahasan teori . . . 46

4.5.1 Keadaan bore-up……... . . ... . . 32

4.5.2 Keadaan stroke-up……. . . ... . . 32

Bab V Kesimpulan dan Saran . . . .48

5.1 Kesimpulan . . . .48

6.1 Saran . . . .49

Daftar Pustaka . . . .51

Lampiran.. . . 52

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Torak dari mekanisme engkol...6

Gambar 2.2 Mesin dua langkah...7

Gambar 2.3 Piston berada pada posisi titik pembakaran...9

Gambar 2.4 Piston berada pada Titik Mati Atas ( TMA )...9

Gambar 2.5 Langkah usaha dan akhir langkah hisap...9

Gambar 2.6 Langkah awal menuju pembuangan sisa gas buang...10

Gambar 2.7 langkah buang yang disertai pemompaan bahan bakar ke ruang bakar...10

Gambar 2.8 Terjadinya over-lap......10

Gambar 2.9 Langkah awal kompresi...11

Gambar 2.10 Grafik siklus Lenoir...12

Gambar 2.11 Perbandingan kompresi...18

Gambar 3.1 Diagram alir...20

Gambar 3.2 Perbandingan Volume...23

Gambar 3.3 Kepala silinder...24

Gambar 3.4 Pengukuran dengan burette......25

Gambar 3.5 Peningkat langkah piston......26

Gambar 3.6 Plat ganjal aluminium...27

Gambar 3.7 Penempatan plat ganjal...27

Gambar 3.8 Pengujian motor...28

Gambar 4.1 Grafik perbandingan daya untuk gigi 1...33

Gambar 4.2 Grafik perbandingan daya untuk gigi 2...35

Gambar 4.3 Grafik perbandingan daya untuk gigi 3...36

Gambar 4.4 Grafik perbandingan daya untuk gigi 1 hingga 3...38

(14)

Gambar 4.6 Grafik perbandingan peningkatan daya...44 Gambar 4.7 Grafik perbandingan peningkatan torsi...44 Gambar 4.8 Grafik perbandingan peningkatan konsumsi bahan bakar...45

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Konsumsi bahan bakar pada keadaan mesin standar...41

Tabel 4.2 Konsumsi bahan bakar pada keadaan mesin standar...41

Tabel 4.3 Konsumsi bahan bakar pada keadaan mesin standar...41

Tabel 4.4 Total hasil pembahasan dari mesin standar, bore-up, dan stroke-up...43

(16)

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang masalah

Siklus mesin dua langkah merupakan siklus motor bakar dengan pembakaran-dalam yang termasuk jenis mesin bensin. Arti pembakaran-pembakaran-dalam adalah proses pembakaran campuran udara dengan bensin terjadi di dalam ruang silinder yang dibatasi oleh kepala silinder. Pembakaran tersebut menyebabkan tekanan di dalam silinder akan naik. Tekanan inilah yang dimanfaatkan untuk menghasilkan tenaga gerak. Keunikan dari siklus dua langkah ini adalah tenaga yang didapatkan hanya dengan melakukan satu kali putaran poros engkol. Sehingga daya yang dihasilkan oleh mesin dua langkah ini cukup besar dibandingkan dengan mesin tipe yang lain dengan kapasitas yang sama.

(17)

2

yang pertama yaitu bore-up atau dengan memperbesar diameter piston dalam silinder. Cara ke dua yaitu stroke-up atau dengan memperpanjang langkah piston dalam silinder.

1.2. Rumusan masalah

Cara peningkatan daya dengan menaikkan kapasitas volume silinder seperti di atas telah banyak dilakukan oleh mekanik-mekanik di Indonesia. Tetapi peningkatan daya yang dihasilkan tidak diketahui secara pasti. Dari latar belakang diatas maka penulis mencoba untuk meneliti modifikasi pembesaran kapasitas volume silinder dari mesin dua langkah dengan kapasitas 110 cc menjadi 121 cc. Dengan cara bore-up dan stroke-up dibandingkan dengan keadaan standar, baik daya torsi serta konsumsi bahan bakar.

1.3. Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui unjuk kerja mesin standar dan mesin modifikasi.

• Perbandingan daya dan torsi yang dihasilkan dari motor standar dan motor setelah dilakukan modifikasi bore-up.

(18)

• Perbandingan konsumsi bahan bakar motor standar dan motor setelah dilakukan modifikasi bore-up maupun stroke-up dengan cara uji jalan.

1.4. Manfaat penelitian

• Manfaat bagi masyarakat :

Penelitian dapat digunakan sebagai acuan pengetahuan dalam hal memodifikasi kapasitas volume silinder.

• Manfaat bagi ilmu pengetahuan :

(19)

BAB II

DASAR TEORI

2.1. Tinjauan pustaka

Ada beberapa acuan penelitian yang telah dilakukan dalam hal meningkatkan

daya. Pandu Sunarendro mahasiswa Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma.

melakukan modifikasi meliputi memperbesar perbandingan kompresi dari 9 : 1

menjadi 12,5 : 1, menambah tinggi angkat katup dari 7,2 menjadi 8mm, dan yang

terakhir memperbesar diameter katup masuk dan buang dari 23mm dan 21mm

menjadi 24mm dan 22mm.

Dengan penelitian yang telah dilakukan tersebut didapat 2 data yaitu daya

yang dihasilkan dari motor modifikasi (yang diubah : perbandingan kompresi dari 9:1

menjadi 12,5 : 1, tinggi angkat katup dari 7,2mm menjadi 8mm dan diameter katup

masuk dan buang dari 23mm, 21mm menjadi 24mm, 22mm) = 13,1148 Ps, lebih

tinggi 19,23% dari daya motor standar = 10,936 Ps. Selanjutnya konsumsi bahan

bakar motor modifikasi juga mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan

daya. Motor standar = 1,784 kg/jam dan motor modifikasi = 1,8629 kg/jam.kenaikan

(20)

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Yustinus Adi Nugraha mahasiswa

Teknik Mesin universitas Sanata Dharma adalah membandingkan peningkatan daya,

torsi, dan konsumsi bahan bakar dari penggantian CDI standar dengan CDI

programmable.

Dari data penelitian yang didapat dan analisa tentang pengaruh pemakaian CDI

Programmable menyimpulkan bahwa pemakaian CDI Programmable dapat

meningkatan daya maksimal yang dihasilkan oleh motor bakar 4 langkah 125 cc

sebesar 8.6%, dapat meningkatkan torsi maksimal yang dihasilkan oleh motor bakar 4

langkah 125cc sebesar 4.7%, meningkatkan konsumsi bahan bakar motor 4 langkah

125cc sebesar 9.66% pada kecepatan konstan 40 km/jam, meningkatkan konsumsi

bahan bakar motor 4 langkah 125cc sebesar 4.33% pada kecepatan konstan

50km/jam, tidak berpengaruh terhadap konsumsi bahan bakar motor 4 langkah 125cc

pada kecepatan konstan 60km/jam.

2.2. Tinjauan teori secara umum

Mesin adalah bagian utama dari kendaraan. Mesin tersebut merubah tenaga

panas menjadi tenaga mekanik. Karena tenaga yang dihasilkan inilah alat/kendaraan

dapat bergerak.

Motor bensin bekerja karena adanya energi panas yang diperoleh dari

pembakaran campuran udara dan bensin. Jika campuran udara dan bensin yang

(21)

6

campuran udara dan bensin tersebut mempengaruhi besar tenaga yang dihasilkan oleh

mesin.

Poros engkol Silinder

Torak

Batang torak

Gambar 2.1. Torak dari mekanisme engkol.

Pada saat torak bergerak keatas, campuran tersebut dikompresi, akibatnya

terjadilah tekanan dan temperatur yang tinggi. Selanjutnya api dari busi dipercikkan

sehingga campuran bahan bakar dan udara terbakar, akibatnya terdoronglah torak

kebawah, menekan batang torak dan menggerakkan poros engkol. Gerakan turun-naik

(bolak-balik) dari torak diubah menjadi gerak putar oleh poros engkol. Poros engkol

dihubungkan dengan roda belakang melalui sistem pemindah daya, sehingga pada

(22)

2.3. Komponen-komponen mesin dua langkah

Crank Shaft

Gambar 2.2 Mesin dua langkah ( Sumber : howstuffwork.com-two stroke)

Keterangan gambar 2.2

Combustion chamber : adalah ruang bakar

spark plug : busi atau pemantik api pada saat proses pembakaran

Exhaust outlet : lubang keluarnya sisa hasil pembakaran

Piston : penerus tenaga hasil pembakaran

Reed valve : katup buluh sebagai pengatur aliran bahan bakar dan udara

(23)

8

Crank case : rumah poros torak ( rumah poros engkol )

Crank shaft : poros torak ( poros engkol )

Fuel : bahan bakar

2.4. Langkah mesin dua-langkah ditinjau dari mekanisme kerjanya

Motor dua langkah adalah motor yang siklus kerjanya cukup dengan satu putaran

poros engkol untuk melakukan satu langkah tenaga. Dimana dalam satu siklus ini

terdapat dua langkah kerja, yaitu langkah hisap dan langkah kompresi yang terjadi

bersamaan. Langkah yang kedua adalah langkah tenaga dan langkah buang

( pembuangan sisa gas buang ) yang juga terjadi secara bersamaan. ( Sumber :

Automotive Engines, hal.168 ).

Gambar di bawah ini merupakan mesin dua langkah yang mempunyai gerak poros

engkol berlawanan dengan arah jarum jam. Warna biru pada gambar menunjukkan

udara bersih yang masuk melalui karburator, warna hijau menunjukkan bahan bakar,

(24)

Gambar 2.3 Piston berada pada posisi titik pembakaran ( Sumber : Wikipedia.com-two stroke cycle )

Gambar 2.4 Piston berada pada Titik Mati Atas ( TMA ) ( Sumber : Wikipedia.com-two stroke cycle )

(25)

10

Gambar 2.6 Langkah awal menuju pembuangan sisa gas buang ( Sumber : Wikipedia.com-two stroke cycle )

Gambar 2.7 Langkah buang yang disertai pemompaan bahan bakar ke rung bakar ( Sumber : Wikipedia.com-two stroke cycle )

Gambar 2.8 Terjadinya over lap

(26)

Gambar 2.9 Langkah awal kompresi ( Sumber : Wikipedia.com-two stroke cycle )

Keterangan dari gambar-gambar di atas :

Power/exhaust atau pembuangan yaitu, setelah gas yang ada di dalam ruang bakar terbakar ( dapat dilihat pada gambar 2.3 - 2.5 ), piston

akan menerima gaya ke bawah sehingga bergerak turun sambil

menghisap udara bersih. Dan pada titik tertentu gas sisa pembakaran

akan dibuang melalui saluran gas buang ( dapat dilihat pada gambar

2.6 -2.7 ). Dan sementara itu sisa gas buang di dalam ruang dibilas

dengan campuran bahan bakar, sehingga bensin untuk beberapa saat

juga ikut terbuang hal inilah yang disebut dengan over lap ( dapat

dilihat pada gambar 2.8 )

Compression / intake atau kompresi yaitu, piston akan mulai bergerak ke atas menutup saluran buang dan saluran hisap ( dapat dilihat pada

(27)

12

beberapa derajat sebelum TMA ( dapat dilihat pada gambar 2.3 ) busi

meledak ( dapat dilihat pada gambar 2.5 ) gas terbakar menghasilkan

panas dan kompresi yang tinggi, dan siklus akan terulang seperti itu

terus menerus.

2.5. Tinjauan mesin dua-langkah dari siklus

Siklus dua langkah biasanya digunakan untuk model mesin yang

membutuhkan putaran tinggi. Siklus ini mempunyai efisiensi thermal yang lebih

rendah dibanding dengan siklus Otto dan siklus Diesel.

Proses ekspansi dari siklus ini adalah berupa isentropik. Energi panas

dihasilkan selama proses volume konstan dan panas dilepas selama proses tekanan

konstan. Grafik siklus dua langkah dapat dilihat pada gambar 2.1.

(28)

2.5.1. Panas yang dibutuhkan pada saat volume konstan ( 1-2 )

Dalam teori gas ideal siklus dua langkah mengalami penambahan panas pada saat

volume konstan, dapat dilihat pada rumus berikut :

( sumber : Wikipedia.com- Lenoir cycle )

) ( 2 1 2 mc T T

Q = v − ... (2.1) Q = jumlah kalor ( kJ )

m = massa ( kg )

cv = panas jenis pada saat volume konstan ( kJ/( kgK ))

T = suhu ( K )

Pada saat volume dipertahankan konstan tidak terjadi langkah usaha.

( sumber : Wikipedia.com- Lenoir cycle )

=

= 2

1

2 pdV 0

W ...(2.2)

W = usaha ( kJ )

p = tekanan ( kPa )

V = volume ( m3 )

Perhitungan panas pada saat volume konstan untuk gas ideal dapat dirumuskan

sebagai berikut :

( sumber : Wikipedia.com- Lenoir cycle )

1

− =

γ

R

cv ...(2.3)

(29)

14

R = konstanta gas ( 0.287 kJ/(kg K))

γ = rasio panas spesifik

Tekanan setelah penambahan panas dapat dihitung dari hukum gas ideal berikut :

( sumber : Wikipedia.com- Lenoir cycle )

p2 . V2 = R . T2 ...(2.4)

T = suhu ( K )

R = konstanta gas ( 0.287 kJ/(kg K))

p = tekanan ( kPa )

V = volume ( m3 )

2.5.2. Ekspansi isentropik ( 2-3 )

Proses ekspansi isentropik ini sering juga disebut sebagai langkah tenaga.

( sumber : Wikipedia.com- Lenoir cycle )

1 2 3 1 3 2 3 2 − − ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ = ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ = γ γ γ V V p p T T ...(2.5)

, dengan P3 = P2.

T = suhu ( K )

p = tekanan ( kPa )

(30)

Besar usaha dari proses ekspansi dapat dirumuskan sebagai berikut :

( sumber : Wikipedia.com- Lenoir cycle )

U W

Q3 − e =Δ ...(2.6) , karena proses adiabatik Q3 =0.

T mc

We = vΔ ...(2.7)

(

2 3

3 mc T T

W = v

)

...(2.8) W = usaha ( kJ )

T = suhu ( K )

m = massa ( kg )

cv = panas jenis pada saat volume konstan ( kJ/( kgK ))

2.5.3. Tekanan konstan pada saat pelepasan panas ( 3-1 )

Proses terakhir adalah sklus mengalami dan melepas panas untuk kembali ke

kondisi awal, didapatkan persamaan sebagai berikut :

( sumber : Wikipedia.com- Lenoir cycle )

3 1 1

1 W U U

Q − = − ...(2.9) Q = jumlah kalor ( kJ )

U = total energi dalam ( kJ )

(31)

16

Besar usaha dan penambahan kalor dapat diperoleh dari perhitungan berikut :

( sumber : Wikipedia.com- Lenoir cycle )

(

1 3 1

1

3

1 pdV p V V

W =

= −

)

)

...(2.10)

(

1 3

)

1

1 U U W

Q = − + ...(2.11)

(

1 3

) (

1 1 3 3

1 U U pV pV

Q = − + − ...(2.12)

(

1 1 1

) (

3 3 3

)

1 3

1 U pV U pV H H

Q = + − + = − ...(2.13) W = usaha ( kJ )

p = tekanan ( kPa )

V = volume ( m3 )

Q = jumlah kalor ( kJ )

U = total energi dalam ( kJ )

H = total enthalpi ( kJ )

Harga Q juga dapat diperoleh dengan cara berikut :

( sumber : Wikipedia.com- Lenoir cycle )

1

− =

γ γR

cp ...( 2.14 )

) ( 1 3 1 mc T T

Q = − ...( 2.15 ) cp = panas jenis pada saat tekanan konstan ( kJ/( kgK ))

(32)

Q = jumlah kalor ( kJ )

m = massa ( kg )

γ = rasio panas spesifik ( 1.4 )

T = suhu ( K )

Dari keseluruhan perhitungan siklus ini dapat disimpulkan efisiensi usaha total

melalui panas yang diterima yaitu :

( sumber : Wikipedia.com- Lenoir cycle )

2 1 3

Q W W +

=

η ...(2.16)

Q = jumlah kalor ( kJ )

W = usaha ( kJ )

2.6. Rumus perhitungan rasio kompresi

Kompresi merupakan salah satu hal yang penting di dalam motor bakar, dimana

kompresi merupakan pemampatan campuran bahan bakar dengan udara bersih yang

berada di dalam ruang bakar. Dapat disimpulkan bahwa mesin sangatlah sensitif

terhadap adanya perubahan kompresi ini.

Setiap negara pencipta mesin mempunyai cara tersendiri untuk menghitung

perbandingan kompresi. Karena mesin yang digunakan untuk penelitian berasal

produksi negara Jepang, maka cara perhitungan juga menggunakan perhitungan

(33)

18

( Sumber : A.Graham Bell, hal.26 )

4000 2

xES D

ECV =π ...(2.17)

Dengan,

ECV = Effective Cylinder Volume ( volume silinder efektif )

D = Bore diameter ( diameter silinder )

ES = Effective Stroke ( langkah efektif silinder )

Cara perhitungan ini menghitung ECV, dimana pada saat ini lubang buang mulai

tertutup oleh piston. Dapat dilihat pada gambar 2.10.

(34)

Pengukuran volume ruang bakar dapat dilakukan dengan menggunakan alat Burette

dan memakai media air. Selanjutnya kompresi dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut :

( Sumber : A.Graham Bell, hal.26 )

CCV CCV ECV

CCR= + ...(2.18)

Dengan,

CCR = Corrected Compresion Ratio ( perbandingan kompresi sebenarnya )

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan dibahas tentang jalannya penelitian dari awal hingga akhir. Penelitian tentang modifikasi volume silinder ini dapat dibagi menjadi dua, pertama dengan perubahan diameter piston dan yang ke dua dengan perubahan langkah piston. Kedua perubahan tersebut mempunyai kapasitas mesin yang sama.

Dalam penelitian ini menggunakan dua buah motor sebagai percobaannya. Dengan metode penelitian dapat digambarkan dalam diagram alir sebagai berikut.

Motor ke-dua (Modifikasi)

Bore-up

Pengujian dynotest Pengambilan data

Analisa data Perbandingan data

Stroke-up Motor pertama

(Standar)

Perancangan

Selesai Standar

(36)

3.1. Spesifikasi mesin

Motor pertama dengan spesifikasi standar sesuai pabrik, dan motor ke dua dilakukan pengujian dengan dua jenis modifikasi. Spesifikasi mesin dapat dilihat sebagai berikut:

3.1.1. Spesifikasi motor pertama ( keadaan standar )

¾ Tipe mesin

• Tipe mesin : pendingin udara tekan ; dua langkah bensin ; katup buluh

• Tipe silinder : silinder tunggal horizontal

• Volume silinder : 110,4 cm3

• Diameter x langkah : ( 52,0 x 52,0 )mm

• Perbandingan kompresi : 7,09 : 1

• Tipe karburator : VM20/MIKUNI

• Tipe busi : Denso W22EP-U

¾ Perbandingan transmisi

• Sistem reduksi primer : tipe sepatu

• Perbandingan transmisi primer : 66/21 (3,142)

• Sistem reduksi sekunder : gerak rantai

• Perbandingan transmisi sekunder : 39/14 (2,786)

• Tipe transmisi : constans mesh – 4 speed

(37)

22

Gigi III : 24/20 (1,200) Gigi IV : 23/22 (1,045)

¾ Kelistrikan

• Titik pengapian : 20o/5000 rmin ( sebelum Titik Mati Atas )

• Tipe pengapian : tipe elektrik

3.1.2. Spesifikasi motor ke-dua ( keadaan modifikasi )

Komponen pendukung lain yang tidak tercantum di dalam spesifikasi di bawah ini dibiarkan standar seperti motor pertama.

A. Seting dengan tipe bore-up ( pembesaran diameter piston )

• Diameter: 54,50 mm

• Langkah : 52,00 mm

B. Seting dengan tipe stroke-up ( pemanjangan langkah piston )

• Diameter: 52,00 mm

(38)

3.2. Diagram perbandingan volume

L

D

D’ L

L’

D

Gambar 3.2 Perbandingan volume

D( diameter standar dan stroke-up )= 52 mm; D’( diameter silinder bore-up)=54,50mm; L( langkah piston standar dan bore-up )=52,00mm L’ ( langkah

(39)

24

3.3. Komponen-komponen pendukung 3.3.1. Volume kepala silinder

Pengukuran volume kepala silinder akan berfungsi untuk mengukur tekanan kompresi ruang bakar pada mesin. Pengukuran dilakukan menggunakan media fluida, yaitu air. Air akan memenuhi ruang pada kepala silinder, lalu volume air yang memenuhi ruang kepala silinder itu akan diukur untuk digunakan dalam perhitungan perbandingan kompresi.

Sebelum melakukan pengukuran, lubang busi yang terdapat pada kepala silinder ini ditutup dengan bahan yang tahan terhadap air misal menggunakan lilin. Agar air yang memenuhi ruang kepala silinder dapat terukur dengan sempurna.

lilin

Gambar 3.3 Kepala silinder

(40)

burette

Gambar 3.4 Pengukuran dengan burette

(41)

26

Untuk mendapatkan volume air yang memenuhi ruang kepala silinder, dilakukan dengan cara mencari selisih volume air pada burette dari awal sebelum air menetes ke kepela silinder hingga kepala silinder penuh dengan air.

3.3.2.Peningkat langkah ( stroker-kit )

Alat ini digunakan untuk meningkatkan volume silinder dengan cara menggeser posisi titik sumbu dari lengan torak agar langkah torak menjadi lebih panjang. Dapat dilihat pada gambar 3.5.

Gambar 3.5 Peningkat langkah piston

(42)

Gambar 3.6 Plat ganjal aluminium

Plat aluminium ini nantinya akan ditempatkan dibawah blok silinder.

(43)

28

3.4. Pengujian

3.4.1. Pengujian dynotester

Pengujian dilakukan dalam dua hari, pada hari pertama yang diuji adalah motor pertama dengan keadaan standar dan motor ke-dua dengan spesifikasi bore-up. Pada hari kedua dilakukan uji untuk motor ke-dua dengan spesifiksi stroke-up. Pengujian dilakukan pada gigi satu, dua, dan tiga untuk setiap keadaan mesin ( standar dan modifikasi ).

roler

(44)

Pengujian motor ini dikakukan dengan mesin dynotest dengan tipe sportdyno v3.2, dynamometer tipe SD325, dan inersia roler ( ditunjukkan pada gambar 3.8 ) tipe 1446. Mesin dynotest ini dilengkapi dengan alat pengukur suhu ruang bakar mesin. Alat uji ini juga memenuhi standar faktor koreksi dengan ISO 1585.

Dynotest mengambil data daya dan torsi mesin dari hasil keluaran tenaga pada roda, sehingga keakuratan pembacaan data juga dipengaruhi oleh keadaan penerus daya pendukung mesin hingga pada roda ( misal : kampas kopling, gir dan rantai, dan traksi ban terhadap roler ).

3.4.2. Pengujian bahan bakar

Pengujian ini bertujuan agar dapat membandingkan konsumsi bahan bakar pada keadaan standar dan modifikasi. Cara yang digunakan adalah dengan mengosongkan tangki bensin pada motor, lalu diisi kembali dengan bensin sebanyak 100 mL. Bensin yang berada pada karburator tersisa sebanyak 37 mL. Jadi total bensin yang akan digunakan pengujian sebanyak 137 mL dengan jenis premium.

(45)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Perhitungan volume silinder

Perhitungan volume silinder ini merupakan perhitungan awal untuk masuk ke dalam perhitungan-perhitungan yang lain.rumus perhitungan volume silinder ini adalah sebagai berikut.

4.1.1. Keadaan mesin standar Spesifikasi mesin :

a. D ( diameter piston ) = 52 mm b. ES ( langkah efektif ) = 52 mm

Perhitungan : ( )

(

)

4000 52

52 2

1

mm x mm ECV

cc

43 , 110

=

4.1.2. Keadaan mesin bore-up Spesifikasi mesin :

(46)

Perhitungan : ( )

(

)

4000 52 5 , 54 2 2 mm x mm ECV

cc

30 , 121 =

4.1.3. Keadaan mesin stroke-up Spesifikasi mesin :

a. D ( diameter piston ) = 52 mm b. ES ( langkah efektif ) = 57,23 mm

Perhitungan : ( )

(

)

4000 23 , 57 52 2 3 mm x mm ECV = π

cc

54 , 121 =

4.2. Perhitungan perbandingan kompresi

(47)

32

4.2.1. Keadaan mesin standar Spesifikasi mesin :

ECV(1) ( volume silinder efektif ) = 110,43cc

Perhitungan : cc cc cc CCR 5 , 17 5 , 17 43 , 110 + = 31 , 7 = 1 : 31 , 7 =

4.2.2. Keadaan mesin bore-up Spesifikasi mesin :

ECV(1) ( volume silinder efektif ) = 121,30cc

Perhitungan : cc cc cc CCR 5 , 17 5 , 17 30 , 121 + = 93 , 7 = 93 , 7 = :1

4.2.3. Keadaan mesin stroke-up Spesifikasi mesin :

ECV(1) ( volume silinder efektif ) = 121,54cc

(48)

4.3. Pembahasan grafik hasil uji dynotest 4.3.1. Pembahasan daya ( Horse Power )

HP GEAR1

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000

RPM

HP

STANDART BORE-UP STROKE-UP

Gambar 4.1 Grafik perbandingan daya untuk gigi 1

(49)

34

mesin 10.493 Rpm sebesar 15,3 HP. Jadi daya tertinggi diperoleh pada keadaan mesin stroke-up. Jadi peningkatan daya pada bore-up adalah sebagai berikut :

Hp Hp

Hp 9,7 4,8 5

,

14 − =

% 48 , 49 % 100 7 , 9 8 , 4 = x Hp Hp

Peningkatan daya pada keadaan mesin stroke-up : Hp

Hp Hp 9,7 5,6 3

,

15 − =

% 73 , 57 % 100 7 , 9 6 , 5 = x Hp Hp

(50)

HP GEAR2 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000

RPM

HP

STANDART BORE UP STROKE UP

Gambar 4.2 Grafik perbandingan daya untuk gigi 2

Daya maksimum mesin keadaan stroke-up yang dapat dihasilkan adalah sebesar 17,1 HP pada putaran mesin 8700 Rpm. Sedangkan pada keadaan bore-up daya maksimum yang dapat dicapai sebesar 16,2 HP pada putaran mesin 8000 Rpm. Dan pada keadaan standar daya yang dicapai hanya sebesar 12,4 HP pada 8000 Rpm. Pengujian untuk gigi dua ini dimulai setelah motor berjalan pada sekitar 4000 Rpm. Jadi peningkatan daya pada bore-up adalah sebagai berikut :

Hp Hp

Hp 12,4 3,8 2

,

16 − =

(51)

36

Peningkatan daya pada keadaan mesin stroke-up : Hp

Hp Hp 12,4 4,7 1

,

17 − =

% 90 , 37 % 100 4 , 12 7 , 4 = x Hp Hp

HP GEAR 3

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000

RPM

HP

STANDART BORE UP STROKE UP

Gambar 4.3 Grafik perbandingan daya untuk gigi 3

(52)

Hp. Daya pada keadaan stroke-up tidak sebesar pada bore-up, walaupun tenaga stroke-up yang dirasakan pada waktu pengujian lebih besar dibanding tenaga bore-up. Hal tersebut dapat dimungkinkan dari adanya slip dari penerus daya pada kendaraan tersebut. Pada keadaan standar, mesin mengalami titik konstan di 7500 Rpm pada 12,4 HP setelah mencapai daya maksimum sebesar 12,7 Hp pada 7200 Rpm. Jadi peningkatan daya pada bore-up adalah sebagai berikut :

Hp Hp

Hp 12,4 3,5 9

,

15 − =

% 22 , 28 % 100 4 , 12 5 , 3 = x Hp Hp

Peningkatan daya pada keadaan mesin stroke-up : Hp

Hp Hp 12,4 3,2 6

,

15 − =

% 80 , 25 % 100 4 , 12 2 , 3 = x Hp Hp

(53)

38

HP TOTAL GEAR 1-3

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000

RPM

HP

STANDART BORE-UP STROKE-UP

Gambar 4.4 Grafik perbandingan daya untuk gigi 1 hingga gigi 3

Dalam gambar 4.4 di atas terlihat bahwa ubahan modifikasi mempunyai batas perpindahan gigi yang cukup besar ( dapat dilihat dari jarak antara ke dua panah ) dibandingkan dengan keadaan standar. Tetapi pada keadaan stroke-up menunjukkan kenaikan daya yang tidak efektif, misal daya 6 HP didapat pada putaran mesin di atas 6000 Rpm. Sedangkan pada keadaan bore-up daya 6 HP diperoleh pada 5000 Rpm. Suhu pada keadaan standar pada saat uji dynotest adalah 73 derajat Celcius. Bore-up adalah 153 derajat Celcius. Stroke-up adalah 97 derajat Celcius.

(54)

Hp Hp

Hp 12,1 4,1 2

,

16 − =

% 88 , 33 % 100 1 , 12 1 , 4 = x Hp Hp

Pada keadaan stroke-up daya yang diperoleh sebesar 17,08 pada 8250 Rpm. Kenaikan yang terjadi adalah sebesar :

Hp Hp

Hp 12,1 4,98 08

,

17 − =

% 15 , 41 % 100 1 , 12 98 , 4 = x Hp Hp

4.3.2. Pembahasan torsi ( Torque )

TORQUE TOTAL GEAR 1-3

0 2 4 6 8 10 12 14 16

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000

RPM

TQ

STANDART BORE-UP STROKE-UP

(55)

40

Gambar 4.5 di atas menerangkan torsi yang yang disalurkan oleh ban terhadap roler pada alat uji dynotest. Pada keadaan standar torsi masimum yang dapat dicapai adalah sebesar 12,52 Nm pada putaran mesin 6700 Rpm. Pada keadaan bore-up torsi maksimum yang dapat dicapai adalah sebesar 14,42 Nm pada putaran mesin 7700 Rpm. Dan pada keadaan stroke-up torsi maksimum adalah sebesar 14,45 Nm pada putaran mesin 7750 Rpm.

Dengan keadaan mesin stroke-up dan bore-up, kampas kopling dimungkinkan tidak kuat menahan besarnya torsi yang dihasilkan oleh poros engkol. Dapat dilihat dari gambar 4.5, pada putaran mesin mencapai 6000 Rpm terjadi penyimpangan pada grafiknya.

Peningkatan torsi yang didapat setelah adanya modifikasi volume silinder dapat dilihat sebagai berikut :

Torsi bore-up adalah sebagai berikut : Nm

Nm Nm 12,52 1,9 42

,

14 − =

% 17 , 15 % 100 52 , 12 9 , 1 = x Hp Hp

Torsi stroke-up adalah sebagai berikut : Nm

Nm Nm 12,52 1,93 45

,

14 − =

(56)

4.4. Pengujian konsumsi bahan bakar

Pengujian konsumsi bahan bakar ini dilakukan dengan tiga variasi pengujian untuk setiap keadaan, antara lain 40 Km/jam, 50 Km/jam, 60 Km/jam. Pengukuran diukur dengan menggunakan odometer pada motor dengan ketelitian 0,1 Km, dan diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4.1 Konsumsi bahan bakar pada keadaan mesin standar

40 Km/j 50 Km/j 60 Km/j

137mL 3,8 Km 4 Km 4,1 Km

1Km 36,06 mL 34,26 mL 33,01 mL

Tabel 4.2 Konsumsi bahan bakar pada keadaan mesin bore-up

40 Km/j 50 Km/j 60 Km/j

137mL 2,8 Km 3,2 Km 3,8 Km

1Km 48,92 mL 42,80 mL 36,05 mL

Tabel 4.3 Konsumsi bahan bakar pada keadaan mesin stroke-up

40 Km/j 50 Km/j 60 Km/j

137mL 2 Km 2,9 Km 2,5 Km

(57)

42

Jika hasil di atas dijadikan perbandingan efisiensi bahan bakar, hasilnya dapat dilihat sebagai berikut :

a) Peningkatan konsumsi bahan bakar pada keadaan bore-up dibanding dengan standar :

¾ Pada 40 Km/jam

(

)

% 66 , 35 % 100 06 , 36 06 , 36 92 ,

48 − =

X

¾ Pada 50 Km/jam

(

)

% 92 , 24 % 100 26 , 34 26 , 34 80 , 42 = − X

¾ Pada 60 Km/jam

(

)

% 2 , 9 % 100 01 , 33 01 , 33 05 , 36 = − X

¾ Peningkatan konsumsi bahan bakar pada keadaan stroke-up dibanding dengan standar :

¾ Pada 40 Km/jam

(

)

% 93 , 89 % 100 06 , 36 06 , 36 49 ,

68 − =

X

¾ Pada 50 Km/jam

(58)

¾ Pada 60 Km/jam

(

)

% 98 , 65 % 100 01 , 33 01 , 33 79 , 54 = − X

Tabel 4.4 Total hasil pembahasan dari mesin standar, bore-up, dan stroke-up

Standar Bore-up Stroke-up

Kapasitas silinder 110,43 cc 121,30 cc 121,54 cc Perbandingan

kompresi 1 : 7,31 1 : 7,93 1 : 7,94

Peningkatan daya 12,1HP 16,2 HP (33,88%) 17,08 HP(41,15%) Peningkatan torsi 12,52Nm 14,42 Nm(15,17%) 14,45Nm(15,41%) Suhu mesin pada saat

pengujian 73

o

C 153 oC 97 oC

Peningkatan konsumsi bahan

bakar 40 Km/j

36,06mL/Km 48,92 mL/Km (35,66%) 68,49 mL/Km (89,93%) Peningkatan konsumsi bahan bakar 50 Km/j

34,26mL/Km 42,80 mL/Km (24,92%) 47,23 mL/Km (37,85%) Peningkatan konsumsi bahan bakar 60 Km/j

33,01mL/Km 36,05 mL/Km (9,2%) 54,79 mL/Km (65,98%) Peningkatan konsumsi bahan bakar rata-rata antara 40-60 Km/j

(59)

44

Perbandingan Daya

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

Standar Bore-Up Stroke-Up

12,1

16,2

17,08

Gambar 4.6 Grafik perbandingan peningkatan daya

Perbandingan Torsi

11,5 12 12,5 13 13,5 14 14,5 15

Standar Bore-Up Stroke-Up

12,52

14,42 14

0

,45

(60)

Perbandingan rata-rata konsumsi bahan bakar

34,44

42,59

56,83

0 10 20 30 40 50 60

1 2 3

Standar Bore-up Stroke-up

Gambar 4.7 Grafik perbandingan peningkatan konsumsi bahan bakar

(61)

46

4.5. Pembahasan teori 4.5.1. Keadaan bore-up

Getaran mesin yang timbul terasa lebih tinggi dari pada keadaan standar. Dari adanya pembesaran diameter piston, poros engkol membutuhkan gaya inersia yang lebih besar dibanding dengan keadaan piston standar untuk melakukan menjaga kestabilan mesin. ( Sumber : The Design and Tuning of Competition Engine, hal 149-159 )

Komsumsi bahan bakar menjadi lebih boros. Dengan adanya pembesaran diameter piston maka diameter kepala silinder dan balancing ( kestabilan ) gerak poros engkol diperlukan adanya penyesuaian dengan diameter. ( Sumber : The Design and Tuning of Competition Engine, hal 163 )

(62)

4.5.2. Keadaan stroke-up

Getaran mesin yang timbul sangat tinggi. Adanya pemindahan titik beban pada poros engkol mengakibatkan pembagian beban pada poros engkol tersebut tidak merata. Dan mengakibatkan bantalan menerima beban yang berlebih. ( Sumber : The Design and Tuning of Competition Engine, hal 149-159 )

Komsumsi bahan bakar lebih boros jika dibandingkan dengan bore-up. Dengan adanya pemanjangan langkah piston, maka piston memerlukan gaya inersia yang lebih besar dari poros engkol untuk meningkatkan kecepatan piston melakukan gerak bolak-balik ( reciprocating ). ( Sumber : The Design and Tuning of Competition Engine, hal 149-159 )

(63)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil perhitungan dan pembahasan yang telah dilakukan selama penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

a. Modifikasi volume silinder meningkatan daya sebesar :

i. 33,88% untuk bore-up dari keadaan standar sebesar 12,1 Hp menjadi = 16,2 Hp

ii. 41,15% untuk stroke-up dari keadaan standar sebesar 12,1 Hp menjadi = 17,08 Hp

b. Modifikasi volume silinder meningkatan torsi sebesar :

i. 15,17% untuk bore-up dari keadaan standar sebesar 12,52 Nm menjadi = 14,42 Nm

ii. 15,41% untuk stroke-up dari keadaan standar sebesar 12,52 Nm menjadi = 14,45 Nm

c. Pada kecepatan 40 Km/jam modifikasi volume silinder dengan meningkatan konsumsi bahan bakar sebesar :

i. 35,66% untuk bore-up dari keadaan standar sebesar 36,06mL/Km menjadi = 48,92 mL/Km

(64)

d. Pada kecepatan 50 Km/jam modifikasi volume silinder dengan meningkatan konsumsi bahan bakar sebesar :

i. 24,92% untuk bore-up dari keadaan standar sebesar 34,26 mL/Km menjadi = 42,80 mL/Km

ii. 37,85% untuk stroke-up dari keadaan standar sebesar 34,26 mL/Km menjadi = 47,23 mL/Km

e. Pada kecepatan 60 Km/jam modifikasi volume silinder dengan meningkatan konsumsi bahan bakar sebesar :

i. 9,2% untuk bore-up dari keadaan standar sebesar 33,01mL/Km menjadi = 36,05 mL/Km

ii. 65,98% untuk stroke-up dari keadaan standar sebesar 33,01mL/Km menjadi = 54,79 mL/Km

5.2. Saran

Beberapa saran tentang penelitian ini yang berhubungan dengan modifikasi volume silinder, yang perlu dikemukakan lebih lanjut adalah :

a. Pada pemakaian harian disarankan untuk menggunakan cara bore-up, dilihat dari perbandingan persentase kenaikan daya dan torsi dengan konsumsi bahan bakar.

(65)

50

c. Modifikasi volume silinder harus memperhitungkan kapasitas volume dengan timbulnya gaya gesek yang ada untuk mendapatkan daya maksimum.

d. Adanya perubahan jarak langkah piston dengan cara menggeser titik sumbu pena poros engkol, perlu memperhitungkan letak titik beban. Agar getaran yang ditimbulkan oleh mesin tidak terlalu tinggi, yang dapat mengakibatkan kerusakan pada komponen-komponen pendukungnya.

e. Perlunya memperhatikan spesifikasi perekat yang berfungsi untuk mencegah kebocoran di antara komponen-komponen mesin.

(66)

Anonim, -, howstuffwork.com-two stroke engine, www. Howstuffwork. Com. Anonim, -, wikipedia.com-two stroke cycle, www. Wikipedia. Com.

Anonim, -, wikipedia.com- Lenoir cycle, www. Wikipedia. Com. Bell, A. Graham, -, Two-Stroke Performance Tuning, England.

Smith, Philip H., A. M. I. Mech. E, 1963, The Design and Tuning of Competition Engine, Staples Printers Limited, England.

Course, William . H . & Donald L. Anglin., 1987, Automotive Engines, McGraw-Hill Book Company, Inc., New York.

Sunarendro, Pandu, 2005, Skripsi : Peningkatan Unjuk Kerja Motor Bakar Empat Langkah 125cc, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Gambar

Gambar 2.1. Torak dari mekanisme engkol.
Gambar 2.2 Mesin dua langkah ( Sumber : howstuffwork.com-two stroke)
Gambar 2.3 Piston berada pada posisi titik pembakaran ( Sumber : Wikipedia.com-two stroke cycle )
Gambar 2.7 Langkah buang yang disertai pemompaan bahan bakar ke rung bakar ( Sumber : Wikipedia.com-two stroke cycle )
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bila tenaga panas untuk pembakaran menjadi tanaga penggerak dihasilkan di luar dari mesin disebut motor bakar luar (External Combustion Engine), sedangkan motor yang pembakaran

Pada motor bakar torak yang sebenarnya, waktu torak berada di TMA, tidak terdapat proses pemasukan kalor seperti pada siklus udara, kenaikan tekanan dan temperatur fluida

Banyak cara yang dilakukan untuk meningkatkan daya dan torsi diantaranya dalam penelitian ini yang bertujuan untuk mengamati pengaruh penggantian diameter katup terhadap daya,

bahan bakar, motor yang menggunakan bahan bakar minyak premium campuran dengan Brown Gas lebih irit dibandingkan dengan konsumsi bahan bakar minyak bensin premium

Walaupun daya efektif yang dihasilkan dengan bahan bakar bensin yakni pada waktu pengapian 15 ˚(standar) sebelum TMA sebesar 0,641 PS lebih besar dibandingkan

Skripsi berjudul “Pengaruh Variasi Volume Silinder (BORE UP) Dan Sudut Pengapian Terhadap Unjuk Kerja Motor Empat Langkah” telah diuji dan disahkan oleh

Proses pembakaran dapat terjadi di dalam silinder motor bakar diesel ini karena bahan bakar solar yang akan dikontakkan dengan udara terkompresi bertemperatur dan

Proses pembakaran dapat terjadi di dalam silinder motor bakar diesel ini karena bahan bakar solar yang akan dikontakkan dengan udara terkompresi bertemperatur dan