i
PENGERING ENERGI SURYA
DENGAN VARIASI TINGGI CEROBONG
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Program Studi Teknik Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Diajukan oleh :
ARDHI WICAKSANA NIM : 095214038
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
ii
PERFORMANCE OF THE SOLAR ENERGY DRYERS
WITH HIGH VARIATION CHIMNEY
FINAL ASSIGMENT
Presented as a meaning
To Obtain Sarjana Teknik Degree
In Mechanical Engineering Study Program
Majoring In Mechanical Engineering
Submitted by
ARDHI WICAKSANA
Student Number : 095214038
MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM
SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
v ABSTRAK
Sebagai negara yang sebagian wilayahnya terlewati garis khatulistiwa
yang mempunyai cadangan energi surya yang cukup berlimpah, dan permintaan
alat pengering pertanian semakin tinggi. Diperlukan pemanfaatan radiasi surya
dalam proses pengeringan. Tujuan penelitian adalah: (1) mengembangkan alat
pengering energi surya; (2) Mengetahui efisiensi kolektor, efisiensi pengambilan,
efisiensi sistem yang dihasilkan; (3) Mengetahui perbedaan tekanan di dalam
pengering yang ditimbulkan oleh variasi cerobong.
Pengering energi surya dengan kolektor plat persegi panjang terdiri dari 1
kasa absorber alumunium dengan panjang 8m dan lebar 1m, kotak kolektor
berukuran 2m x 1m x 0,12m, tertutup kaca berukuran 2m x 1m. Variabel yang
diukur meliputi Temperatur udara masuk kolektor (T1), Temperatur udara keluar
kolektor (T2), Temperatur udara keluar cerobong (T3), Kelembaban udara masuk
kolektor (RH1), Kelembaban udara keluar kolektor (RH2), Kelembaban udara
keluar cerobong (RH3), Radiasi surya yang datang (GT), Berat bahan uji pada
setiap waktu (massa).
Dari penelitian yang dilaksanakan, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut : (1) Pengembangan alat pengering energi surya telah berhasil
dikembangkan dan bekerja dengan baik; (2) Hasil yang diperoleh, efisiensi
kolektor rata-rata tertinggi sebesar 93,33 % terjadi pada Data kedua. Efisiensi
sistem rata-rata tertinggi sebesar 41,03 % terjadi pada Data kedua. Efisiensi
pengambilan kadar air tertinggi sebesar 46,61 % terjadi pada Data kedua; (3)
Hasil yang diperoleh, perbedaan tekanan tertinggi rata-rata sebesar 201,19 Pa
terjadi pada Data ketiga.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas berkat,
rahmat, dan karunia–Nya yang diberikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir dengan lancar dan tepat pada waktunya. Tugas
Akhir ini disusun untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat sarjana S – 1
Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini penulis menyampaikan ucapan
terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang telah banyak
membantu dalam menyelesaikan penelitian ini, khususnya kepada :
1. Ibu Paulina Heruningsih Prima Rosa, S.Si., M.Sc. selaku Dekan Fakultas
Sains dan Teknologi.
2. Bapak Ir.Petrus Kanisius Purwadi, M.T. selaku Ketua Program Studi
Teknik Mesin.
3. Bapak I Gusti Ketut Puja, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing Tugas
Akhir.
4. Bapak Wibowo Kusbandono, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing
Akademik.
5. Bapak Ir. FA. Rusdi Sambada, M.T. yang telah membantu merangkai
sensor alat ukur.
6. Dosen-dosen Teknik Mesin Fakultas Sains dan Teknologi.
7. Terima kasih kepada Ayah dan Ibu yang telah memberi motivasi dan doa
sehingga dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir.
8. Rekan-rekan mahasiswa Teknik Mesin Sanata Dharma.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan yang telah
vii
Akhir kata, dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini penulis merasa masih
banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran
dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
TITLE PAGE ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
BAB I ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 2
1.3Tujuan Penelitian ... 2
1.4Manfaat Penelitian ... 2
ix
BAB II ... 4
2.1 Dasar Teori ... 4
2.2 Prinsip Kerja ... 5
2.3 Energi Berguna (Qu) ... 6
2.4 Efisiensi Kolektor (ƞc) ... 6
2.5 Efisensi Pengambilan (ƞp) ... 7
2.6 Efisiensi Sistem (ƞs) ... 7
2.7 Perbedaan Tekanan (Δp) ... 8
BAB III ... 9
3.1 Skema Alat ... 9
3.2 Alat Pendukung ... 9
3.3 Variabel yang Divariasikan ... 10
3.4 Variabel yang Diukur ... 10
3.5 Langkah Penelitian ... 10
3.6 Pengolahan Data dan Analisa Data ... 11
BAB IV ... 12
4.1 Data Penelitian ... 12
4.1.1 Data Pertama ... 12
4.1.2 Data Kedua ... 14
4.1.3 Data Ketiga ... 15
x
4.3 Data Perhitungan ... 26
4.3.1 Contoh Perhitungan Efisiensi Kolektor (ƞc) ... 26
4.3.2 Contoh Perhitungan Efisiensi Pengambilan (ƞp) ... 29
4.3.3 Contoh Perhitungan Efisiensi Sistem (ƞs) ... 29
4.3.4 Contoh Perhitungan Perbedaan Tekanan (Δp) ... 29
4.4 Grafik Hasil Perhitungan dan Pembahasan ... 30
4.4.1 Grafik Efisiensi Kolektor (ƞc) ... 30
4.4.2 Grafik Efisiensi Pengambilan (ƞp) ... 33
4.4.3 Grafik Efisiensi Sistem (ƞs) ... 36
4.5 Pembanding ... 40
BAB V ... 41
5.1 Kesimpulan ... 41
5.2 Saran ... 41
DAFTAR PUSTAKA ... 42
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Alat Pengering Energi Surya Tampak Samping ... 4
Gambar 2.2 Skema Pengering Energi Surya ... 8
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Temperatur (T) dan Radiasi Surya (GT)
terhadap Waktu Data Pertama ... 17
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Kelembaban (RH) dan Radiasi Surya (GT)
terhadap Waktu Data Pertama ... 18
Gambar 4.3 Grafik Hubungan Massa dan Radiasi Surya (GT)
terhadap Waktu Data Pertama ... 19
Gambar 4.4 Grafik Hubungan Temperatur (T) dan Radiasi Surya (GT)
terhadap Waktu Data Kedua ... 20
Gambar 4.5 Grafik Hubungan Kelembaban (RH) dan Radiasi Surya (GT)
terhadap Waktu Data Kedua ... 21
Gambar 4.6 Grafik Hubungan Massa dan Radiasi Surya (GT)
terhadap Waktu Data Kedua ... 22
Gambar 4.7 Grafik Hubungan Temperatur (T) dan Radiasi Surya (GT)
terhadap Waktu Data Ketiga ... 23
Gambar 4.8 Grafik Hubungan Kelembaban (RH) dan Radiasi Surya (GT)
xii
Gambar 4.9 Grafik Hubungan Massa dan Radiasi Surya (GT)
terhadap Waktu Data Ketiga ... 25
Gambar 4.10 Grafik Hubungan Efisiensi Kolektor (ƞc) dan Radiasi Surya (GT)
terhadap Waktu Data Pertama ... 30
Gambar 4.11 Grafik Hubungan Efisiensi Kolektor (ƞc) dan Radiasi Surya (GT)
terhadap Waktu Data Kedua ... 31
Gambar 4.12 Grafik Hubungan Efisiensi Kolektor (ƞc) dan Radiasi Surya (GT)
terhadap Waktu Data Ketiga ... 32
Gambar 4.13 Grafik Hubungan Efisiensi Pengambilan (ƞp) dan Radiasi Surya
(GT) terhadap Waktu Data Pertama ... 33
Gambar 4.14 Grafik Hubungan Efisiensi Pengambilan (ƞp) dan Radiasi Surya
(GT) terhadap Waktu Data Kedua ... 34
Gambar 4.15 Grafik Hubungan Efisiensi Pengambilan (ƞp) dan Radiasi Surya
(GT) terhadap Waktu Data Ketiga ... 35
Gambar 4.16 Grafik Hubungan Efisiensi Sistem (ƞs) dan Radiasi Surya (GT)
terhadap Waktu Data Pertama ... 36
Gambar 4.17 Grafik Hubungan Efisiensi Sistem (ƞs) dan Radiasi Surya (GT)
terhadap Waktu Data Kedua ... 37
Gambar 4.18 Grafik Hubungan Efisiensi Sistem (ƞs) dan Radiasi Surya (GT)
xiii
Gambar 4.19 Grafik Massa Pengeringan Menggunakan Alat dan Manual
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data Pertama (Tinggi Cerobong 1 meter) ... 12
Tabel 4.2 Data Kedua (Tinggi Cerobong 2 meter) ... 14
Tabel 4.3 Data Ketiga (Tinggi Cerobong 3 meter) ... 15
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Efisiensi Kolektor (ƞc)
Data Pertama ... 43
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Efisiensi Kolektor (ƞc)
Data Kedua ... 45
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Efisiensi Kolektor (ƞc)
Data Ketiga ... 47
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Efisiensi Pengambilan (ƞp)
Data Pertama ... 49
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Efisiensi Pengambilan (ƞp)
Data Kedua ... 51
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Efisiensi Pengambilan (ƞp)
Data Ketiga ... 53
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Efisiensi Sistem (ƞs)
Data Pertama ... 55
Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Efisiensi Sistem (ƞs)
xv
Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Efisiensi Sistem (ƞs)
Data Ketiga ... 59
Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Perbedaan Tekanan (Δp)
Data Pertama ... 61
Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Perbedaan Tekanan (Δp)
Data Kedua ... 63
Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Perbedaan Tekanan (Δp)
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Hasil pertanian adalah hal yang paling ditunggu para petani selama berbulan-bulan
bercocok tanam. Hasil pertanian sebagian besar dalam bentuk bijian. Misalnya
semangka, melon, tomat, mentimun, cabai, padi, jagung, kacang tanah, kopi, ketela, dan
lain sebagainya. Dari hasil pertanian tersebut ada yang dijual langsung dalam kondisi
segar dan ada yang dalam kondisi kering. Hasil pertanian yang bisa dijual dalam kondisi
segar diantaranya semangka, melon, mentimun, tomat, cabai, jagung, ketela, dan lain
sebagainya. Dan hasil pertanian yang dijual dalam kondisi kering adalah padi, kopi.
Diantara hasil panen yang dijual dalam keadaan segar, bisa juga dijual dalam kondisi
kering. Misalnya jagung & ketela. Untuk pengeringan para petani mengunakan panas
langsung dibawah sinar matahari. Namun hasilnya kadang tidak sesuai yang diharapkan.
Karena keadaan cuaca yang sering berubah. Misalnya seperti bila hari hujan hasil
pertanian akan rusak. Pada umumnya pengeringan dilakukan secara tradisional yaitu
dengan penjemuran. Pengeringan dengan cara ini masih memiliki beberapa kendala dan
kekurangan salah satunya adalah masalah tenaga kerja karena seperti yang kita tahu
bahwa jumlah tenaga kerja yang menekuni pertanian di seluruh Indonesia semakin
menurun.
Maka dari itu perlu dicari alternatif sumber energi lain. Alat pengering tenaga surya
(solar dryer) adalah salah satu alternative yang dapat digunakan. Tenaga surya atau sinar
matahari sangat melimpah dan tanpa biaya untuk mendapatkannya yang belum
dimanfaatkan secara maksimal. Informasi tentang kerja pengering hasil pertanian dengan
menggunakan tenaga surya di Indonesia belum banyak, sehingga diperlukan
2 1.2Rumusan Masalah
Untuk mendapatkan hasil yang baik dan efisiensi pengeringan yang besar. Pada
penelitian ini divariasikan ketinggian cerobong mulai dari tinggi 1 meter, 2 meter, dan 3
meter untuk mengetahui pengaruh dari setiap variasi tersebut. Dari hasil pengujian alat
ini, diharapkan dapat diketahui perbedaan besarnya efisiensi pengeringan yang
dihasilkan dengan variasi ketinggian cerobong.
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai yaitu :
1. Mengembangkan alat pengering energi surya.
2. Mengetahui efisiensi kolektor, efisiensi pengambilan, efisiensi sistem yang
dihasilkan.
3. Mengetahui perbedaan tekanan di dalam pengering yang ditimbulkan oleh variasi
cerobong.
1.4Manfaat Penelitian
Manfaat yang di dapat ialah :
1. Membantu para petani dalam mengawetkan / mengolah hasil panen supaya bertahan
lama.
2. Alat pengering hasil pertanian dengan energi surya bisa diterima oleh masyarakat
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan, terutama bagi para petani.
3. Menambah kepustakaan teknologi pengeringan hasil pertanian energi surya.
1.5. Batasan Masalah
1. Kolektor memiliki panjang 2 m, lebar 1 m, tinggi 0,12 m
2. Udara mengalir ke dalam kolektor secara alami.
3. Bahan untuk pengambilan data adalah sekam padi, karena bahan mudah didapat.
4. Untuk variasi tinggi cerobong ini mempunyai 3 variasi yaitu : tinggi 1 m, tinggi 2 m,
3 BAB II
DASAR TEORI
2.1 Dasar Teori
Pada umumnya pengering hasil pertanian terdiri dari 3 bagian utama yaitu : kotak
kolektor, terdiri dari plat absorber dan kaca, serta lubang udara. Plat yang digunakan
adalah plat aluminium datar. Absorber akan menerima energi surya yang datang dan
mengkonversikannya menjadi panas. Absorber berfungsi memanaskan udara luar yang
mengalir melewati lubang udara kedalam alat pengering secara alami. Bisa juga dengan
blower untuk mempercepat aliran udara. Udara panas memiliki massa jenis kecil
daripada udara dingin, sehingga udara dapat mengalir ke atas menuju rak dan
mengeringkan hasil pertanian. Saat udara panas melalui / menembus rak yang diatasnya
terdapat hasil pertanian terjadi perpindahan panas dan massa air dari hasil pertanian ke
udara panas tersebut, proses inilah yang dinamakan proses pengeringan. Bagian
selanjutnya adalah kotak pengering yang didalamnya terdapat rak. Rak berguna untuk
meletakkan hasil pertanian yang akan dikeringkan. Bagian terakhir adalah cerobong.
Cerobong di alat pengering ini berfungsi memberikan tarikan tambahan. Tarikan muncul
karena adanya perbedaan massa jenis antara udara didalam kotak pengering dengan
udara diluar pengering. Kontruksi alat pengering pertanian yang umum dapat dilihat pada
4
Gambar 2.1 Alat Pengering Energi Surya
Keterangan gambar :
1 : Kolektor
2 : Kotak pengering
3 : Cerobong
4 : Sensor timbangan
5 : Lubang masuk udara
2.2 Prinsip Kerja
Prinsip kerja dari pengering adalah absorber di dalam kolektor menerima panas energi
surya. Udara panas di dalam kolektor mempunyai massa jenis yang kecil dibandingkan
udara yang berada diluar. Karena perbedaan massa jenis inilah udara dapat mengalir ke
atas dan mengambil uap air di sekam padi yang berada di dalam kotak pengering. Dan
5 2.3 Energi Berguna ( Qu)
Jumlah energi yang terpakai untuk memanasi udara di absorber (jumlah energi yang
dipindahkan dari absorber ke udara) disebut dengan energi berguna. Dinyatakan dengan :
Qu = ṁ.Cp ( T2-T1 ) (1)
dengan :
ṁ : laju massa aliran( kg/detik )
Cp : panas spesifik udara ( J/kg.˚C )
T2 : temperatur udara keluar kolektor ( ˚C )
T1 : temperatur udara masuk kolektor ( ˚C )
2.4 Efisiensi Kolektor (
ƞc
)Efisiensi kolektor adalah perbandingan energi berguna dengan energi surya yang
masuk ke kolektor. Dinyatakan dengan :
Ƞ
c=
(2)
dengan :
Qu : energi berguna (W)
GT : intensitas energi surya yang datang (W/m²)
Ac : luas kolektor surya (m²)
6
Efisiensi pengambilan adalah perbandingan uap air yang dipindahkan oleh udara
dalam alat dengan kapasitas teoritis udara menyerap uap air. Dinyatakan dengan :
Ƞp
=
(3)
dengan :
RH1 : kelembaban udara masuk kolektor
RH2 : kelembaban udara keluar kolektor
RH3 : kelembaban udara keluar cerobong
2.6 Efisiensi Sistem (
ƞs
)Efisiensi sistem pengeringan adalah perbandingan antara energi yang digunakan
untuk mengeringkan hasil pertanian dengan energi surya yang masuk ke alat pengering
(kolektor). Dinyatakan dengan :
Ƞs
=
(4)
dengan :
mg : laju massa air yang menguap (kg/detik)
L : kalor laten dari air yang menguap (J/kg)
GT : intensitas energi surya yang datang (W/m²)
AC : luas kolektor surya (m²)
2.7 Perbedaan Tekanan ( Δp )
Perbedaan tekanan ditimbulkan karena adanya perbedaan massa jenis udara di dalam
alat pengering dengan udara yang ada diluar alat pengering. Dinyatakan dengan :
7
dengan :
h1 : jarak antara lapisan bawah padi dengan permukaan dasar (m)
h2 : jarak antara lapisan atas padi dengan cerobong (m
ρ : massa jenis udara lingkungan sekitar (kg/m³)
ρ1 : massa jenis udara setelah melewati kolektor (kg/m³)
ρ2 : massa jenis udara setelah melewati lapisan padi (kg/m³)
g : gaya gravitasi (m/detik²)
8 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Skema Alat
Alat pengering terdiri dari 3 bagian utama. yaitu :
a. Kolektor
Ukuran 200 cm x 100 cm, bagian kolektor antara lain; plat, absorber, dan kaca, serta
lubang udara.
b. Kotak Pengering
Yang di dalamnya terdapat rak pengering untuk meletakkan hasil pertanian yang
akan dikeringkan.
c. Cerobong
Terdapat 3 variasi cerobong, diantaranya 1 m, 2 m, 3 m.
3.2 Alat Pendukung
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Logger Arduino
Alat ini digunakan untuk mencatat temperatur, kelembaban, radiasi surya, dan massa
pada alat pengering setiap 2 detik.
b. Sensor suhu dan kelembaban
Alat ini digunakan untuk mengetahui temperatur dan kelembaban yang ada pada alat
pengering.
c. Sensor Radiasi Surya
Alat ini digunakan untuk mengetahui berapa besar radiasi surya yang datang.
d. Solar Meter
Alat ini digunakan untuk mengetahui berapa radiasi surya yang datang secara
manual.
e. Sensor Timbangan
Alat ini digunakan untuk mengukur massa bahan yang diuji.
f. Laptop
9
g. Timbangan
Alat ini digunakan untuk mengukur massa yang dikeringkan dengan cara manual.
3.3 Varibel yang divariasi
1. ketinggian cerobong 1 meter, 2 meter, 3 meter dengan massa sekam padi 4 kg
3.4 Variabel yang diukur
1. Temperatur udara masuk kolektor (T1)
2. Temperatur udara keluar kolektor (T2)
3. Temperatur udara keluar cerobong (T3)
4. Kelembaban udara masuk kolektor (RH1)
5. Kelembaban udara keluar kolektor (RH2)
6. Kelembaban udara keluar cerobong (RH3)
7. Radiasi surya yang datang (GT)
8. Massa (Load)
3.5 Langkah Penelitian
1. Penelitian diawali dengan menyiapkan alat pengering seperti pada gambar 2.1.
2. Menyiapakan hasil pertanian yang akan dikeringkan (pada penelitian ini
mengeringkan sekam padi).
3. Memasang sensor suhu, solar meter, dan logger Arduino. Sensor suhu pertama/T1
diletakkan di depan kolektor (masuk kolektor), sensor suhu kedua/T2 diletakkan di
belakang kolektor (keluar kolektor), sensor suhu ketiga/T3 diletakkan di atas rak
dekat dengan cerobong (keluar cerobong). Solar meter yang digunakan untuk
mengetahui radiasi surya yang masuk (GT) dan solar meter yang digunakan untuk
mengisi baterai pada logger wifi diletakkan di samping alat pengering.
4. Waktu pengambilan data dimulai pukul 10.00 s/d 14.00 WIB.
3.6 Pengolahan dan Analisa Data
Pengolahan dan analisis data diawali dengan melakukan perhitungan pada
parameter-parameter yang diperlukan dengan menggunakan persamaan (1) sampai (6). Analisa
dapat mudah dilakukan dengan cara membuat grafik hubungan. Pertama, hubungan
efisiensi kolektor, efisiensi pengambilan, efisiensi sistem pengering dengan GT. Kedua,
10 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Penelitian
Dalam penelitian ini kita akan mengetahui data yang telah diambil dengan variasi
tinggi cerobong. Pengambilan data dilakukan 1 hari untuk satu variasi tinggi cerobong
pada pukul 10.00 s/d 14.00 WIB. Untuk variasi cerobong berikutnya waktunya sama.
Tempat alat pengering berada di lingkungan Kampus III Universitas Sanata Dharma.
4.1.1 Data Pertama
Hari/tanggal : Rabu, 10 Juli 2013
Bahan : Sekam Padi
Massa awal : 4 kg
Tabel 4.1 Data Pertama (Tinggi cerobong 1 meter)
Waktu (menit)
Temperatur, °C Kelembaban, % massa
11
4.1.2 Data Kedua
Hari/tanggal : Kamis, 11 Juli 2013
Bahan : Sekam Padi
Massa awal : 4 kg
12 Waktu
(menit)
Temperatur, °C Kelembaban, % Massa
13
4.1.3 Data Ketiga
Hari/tanggal : Jumat, 12 Juli 2013
Bahan : Sekam Padi
Massa awal : 4 kg
Tabel 4.3 Data Ketiga (Tinggi cerobong 3 meter)
Waktu (menit)
Temperatur, °C Kelembaban, % Massa
14
4.2 Grafik Hasil Pengambilan Data
Berdasarkan Tabel 4.1, data yang diperoleh disajikan menjadi grafik pada Gambar
4.1, Gambar 4.2, dan Gambar 4.3 sebagai berikut :
0
15
Gambar 4.1 Grafik hubungan Temperatur ( T ) dan Radiasi Surya ( GT ) terhadap
waktu untuk Data pertama
Pada gambar 4.1 dapat dilihat bahwa besarnya temperatur pada saat masuk kolektor
(T1) cenderung konstan. Pada saat keluar kolektor (T2), temperatur udara menjadi
tinggi. Disebabkan oleh udara yang masuk mendapat radiasi surya, dan mengalami
peningkatan setiap waktunya. Temperatur udara keluar cerobong (T3) juga mengalami
kenaikkan.
Temperatur udara pada T2 tertinggi, karena dipanaskan di dalam kolektor. Radiasi
surya saat pengambilan data rata-rata sebesar 389,32 W/m².
Gambar 4.2 Grafik hubungan Kelembaban ( RH ) dan Radiasi Surya ( GT ) terhadap waktu untuk Data pertama.
Pada gambar 4.2 dapat dilihat bahwa kelembaban pada saat masuk kolektor (RH1)
mengalami penurunan saat awal percobaan, dan setelah 15 menit awal cenderung
konstan. Begitu pula kelembaban keluar kolektor (RH2) juga mengalami penurunan
dan cenderung konstan. Saat keluar cerobong (RH3), dari waktu ke waktu mengalami
penurunan.
Kelembaban saat keluar cerobong paling tinggi dibandingkan dengan kelembaban
saat masuk kolektor dan keluar kolektor, karena disebabkan oleh penguapan sekam
padi. Radiasi surya rata-rata sebesar 389,32 W/m².
16
Gambar 4.3 Grafik hubungan Massa dan Radiasi Surya (GT) terhadap Waktu untuk
Data pertama.
Pada gambar 4.3 dapat dilihat bahwa semakin lama waktu pengeringan, massa padi
akan berkurang tergantung dengan radiasi surya yang diterima kolektor.
Massa awal sekam padi adalah 4,00 kg. Setelah mengalami proses pengeringan
menjadi 3,42 kg.
Rata-rata radiasi surya adalah 389,32 W/m².
17
Berdasarkan Tabel 4.2, data yang diperoleh disajikan menjadi grafik pada Gambar
4.4, Gambar 4.5, dan Gambar 4.6 sebagai berikut :
Gambar 4.4 Grafik hubungan Temperatur ( T ) dan Radiasi Surya ( GT ) terhadap
waktu untuk Data kedua.
Pada gambar 4.4 dapat dilihat bahwa besarnya temperatur pada saat masuk kolektor
(T1) mengalami kenaikan setiap waktunya. Pada saat melewati kolektor atau keluar
kolektor (T2) temperatur menjadi tinggi dari waktu ke waktu dan hampir konstan. Saat
keluar cerobong (T3) temperatur mengalami kenaikan. Rata-rata radiasi surya adalah
18
Gambar 4.5 Grafik hubungan Kelembaban (RH) dan Radiasi Surya (GT) terhadap Waktu untuk Data kedua.
Pada gambar 4.5 dapat dilihat bahwa kelembaban masuk kolektor (RH1) cenderung
konstan. Pada saat keluar kolektor (RH2) kelembaban mengalami penurunan. Dan pada
saat keluar cerobong (RH3) kelembaban menjadi tinggi karena disebabkan oleh
penguapan sekam padi. Kelembaban terendah di RH3 pada menit-155 adalah 30,29 %.
Rata-rata radiasi surya adalah 467,59 W/m².
19
Gambar 4.6 Grafik hubungan Massa dan Radiasi Surya (GT) terhadap Waktu untuk
Data kedua.
Pada gambar 4.6 dapat dilihat bahwa semakin lama waktu pengeringan, massa padi
akan berkurang tergantung dengan radiasi surya yang diterima kolektor.
Massa awal sekam padi adalah 4,00 kg. Setelah mengalami proses pengeringan
menjadi 3,1 kg.
Rata-rata radiasi surya adalah 467,59 W/m².
20
Berdasarkan Tabel 4.3, data yang diperoleh disajikan menjadi grafik pada Gambar 4.7, Gambar 4.8, dan Gambar 4.9 sebagai berikut :
Gambar 4.7 Grafik hubungan Temperatur (T) dan Radiasi Surya (GT) terhadap Waktu
untuk Data ketiga.
Pada gambar 4.7 dapat dilihat bahwa besarnya temperatur pada saat masuk kolektor
(T1) cenderung konstan. Pada saat keluar kolektor (T2) temperatur menjadi tinggi,
karena dipanaskan di dalam kolektor. Saat keluar cerobong (T3) temperatur kembali
rendah dan cenderung konstan.
Rata-rata radiasi surya adalah 468,73 W/m².
21
Gambar 4.8 Grafik hubungan Kelembaban (RH) dan Radiasi Surya (GT) terhadap
Waktu untuk Data ketiga.
Pada gambar 4.8 dapat dilihat bahwa kelembaban pada saat masuk kolektor (RH1)
cenderung konstan. Pada saat keluar kolektor (RH2) kelembaban rendah. kelembaban
keluar cerobong (RH3) awalnya cukup tinggi, namun pada setiap waktunya mengalami
22
Gambar 4.9 Grafik hubungan Massa dan Radiasi Surya (GT) terhadap Waktu untuk
Data ketiga
Pada gambar 4.9 dapat dilihat bahwa semakin lama waktu pengeringan, massa padi
akan berkurang tergantung dengan radiasi surya yang diterima kolektor.
Massa awal sekam padi adalah 4,00 kg. Setelah mengalami proses pengeringan
menjadi 2,75 kg.
Rata-rata radiasi surya adalah 468,73 W/m².
23 4.3 Data Perhitungan
Efisiensi pengeringan sebuah alat pengering energi surya dapat dinyatakan dalam tiga
macam efisiensi yaitu : (1) efisiensi kolektor (
ƞ
c), (2) efisiensi sistem (ƞ
s), (3) efisiensipengambilan (
ƞp
).4.3.1 Contoh Perhitungan Efisiensi kolektor (
ƞ
C )Untuk menentukan efisiensi kolektor, digunakan nilai dari energi berguna
(Qu), radiasi surya (GT), serta luasan kolektor (AC).
Kolektor dengan panjang (p), lebar (l), tinggi (t) sebagai berikut (2m . 1m .
0,12m).
1. Luas kolektor (AC) adalah persegi panjang, dapat dinyatakan dengan
persamaan :
AC = p . l (6)
luas kolektor, persamaan (6)
AC = 2m . 1m
= 2 m²
2. Penurunan tekanan di kolektor (ΔP kolektor) dapat dinyatakan dengan persamaan
:
Δ
P kolektor =[ hkolektor (
ρ-ρ1) ]
g (7)Dimana hkolektor adalah tinggi kolektor dari tanah ke kolektor = 0,76 m.
Dan ρ adalah massa jenis udara di luar pengering, ρ1dan ρ2 massa jenis udara
di dalamnya, dan g = 9,81 m/detik². Dan ρdapat dicari dengan persamaan gas
ideal (Arismunandar,1995. Halaman 144). Massa jenis udara lingkungan
adalah :
24
=
1,16 kg/m²dan begitupun ρ1 = 1,09 kg/m²dan ρ2 = 1,16 kg/m². Kemudian dari persamaan
(8) :
Δ
P kolektor =[ 0,76 m (1,16 kg/m² - 1,09 kg/m²) ] 9,81 m/detik²= 0,499 Pa
3. Kecepatan aliran udara ( v ) masuk kolektor dapat dinyatakan dengan
persamaan :
v = Δp
(8)
dimana R adalah sejenis kawat strimin yg terbuat dari alumunium, yang
diletakkan di dalam kolektor. Harga R kita asumsikan 15 Pa.menit/m
(Arismunandar,1995. Halaman 144). Kemudian persamaan (8) :
v = 0,499 Pa
= 0,033 m/s
4. Debit aliran udara (Q) di kolektor dapat dinyatakan dengan persamaan :
Q = v.A (9)
dimana A adalah luas mulut kolektor. Memiliki panjang = 1 meter dan lebar =
0,12 m. Dengan luas permukaan kolektor (A) = 0,12 m². Kemudian persamaan
(9) :
Q = 0,033 m/s . 0,12 m²
= 0,004 m³/s
5. Laju massa aliran udara (ṁ) dinyatakan dengan persamaan :
ṁ = Q (10)
25
ṁ = . 0,004 m³/s
= 0,005 kg/s
6. Energi berguna (Qu) dapat dinyatakan dengan persamaan :
Qu = ṁ.Cp.ΔT (1)
dimana Cp adalah panas spesifik dan ΔT perbandingan temperatur (data
pertama).
Cp = 1007 J/kg.˚C dan ΔT = T2-T1= 19 ˚C.
Energi berguna (Qu) dicari menggunakan persamaan (1) :
Qu = 84,5 watt
7. Sehingga efisiensi kolektor (ƞc) dapat dicari menggunakan persamaan (2) :
ƞ
c == 10,5 %
data lengkap, Efisiensi Kolektor disajikan dalam Tabel 4.4 untuk Data
pertama, Tabel 4.5 untuk Data kedua, Tabel 4.6 untuk Data ketiga.
4.3.2 Contoh Perhitungan Efisiensi Pengambilan (
ƞ
p )Efisiensi pengambilan dapat dicari menggunakan persamaan (3) :
ƞ
p== 9,84 %
data lengkap, Efisiensi Kolektor disajikan dalam Tabel 4.7 untuk Data
pertama, Tabel 4.8 untuk Data kedua, Tabel 4.9 untuk Data ketiga.
4.3.3 Contoh Perhitungan Efisiensi Sistem (
ƞ
s)26
pertama, Tabel 4.11 untuk Data kedua, Tabel 4.12 untuk Data ketiga.
4.3.4 Contoh Perhitungan Perbedaan Tekanan ( Δp )
Perbedaan tekanan yang ditimbulkan karena variasi tinggi cerobong dapat dicari
menggunakan persamaan (5).
dimana pada Data Pertama ; h1 = 1,135 m, h2 = 1,95 m, ρ =1,160
kg/m² , ρ1 =1,093 kg/m², ρ2 = 1,164 kg/m² .
Δp = [ h1(ρ-ρ1) + h2 (ρ-ρ2) ] g (5)
= 75,96 Pa
data lengkap, Perbedaan Tekanan disajikan dalam Tabel 4.13 untuk Data pertama,
Tabel 4.14 untuk Data kedua, Tabel 4.15 untuk Data ketiga.
4.4 Grafik Hasil Perhitungan dan Pembahasan
4.4.1 Grafik Efisiensi Kolektor
Berdasarkan Tabel 4.4, efisiensi kolektor Data pertama disajikan menjadi grafik
seperti tampak pada Gambar 4.10
27
Gambar 4.10 Grafik hubungan Efisiensi Kolektor (ƞc) dan Radiasi Surya (GT)
terhadap Waktu untuk Data pertama.
Pada Gambar 4.10 dari grafik diatas efisiensi kolektor cenderung naik, hal tersebut
dikarenakan absorber mulai bekerja menyimpan panas. Efisiensi kolektor tertinggi
mencapai 94,9 %, dengan radiasi surya sebesar 341,13 W/m² pada menit-145. Namun
menjelang akhir dari pengambilan data terjadi penurunan, dikarenakan radiasi surya
setiap waktunya mengalami penurunan. Sehingga absorber juga tidak banyak
menyimpan panas.
Efisiensi kolektor rata-rata pada Data pertama adalah 66,3 %, dengan radiasi surya
rata-rata 389,32 W/m².
Berdasarkan Tabel 4.5, efisiensi kolektor Data kedua disajikan menjadi grafik
seperti tampak pada Gambar 4.11
Gambar 4.11 Grafik hubungan Efisiensi Kolektor (ƞc) dan Radiasi Surya (GT)
terhadap Waktu untuk Data kedua.
Pada Gambar 4.11 dari grafik hubungan diatas, efisiensi kolektor dari waktu ke waktu
cenderung naik. Hal tersebut dikarenakan kerja absorber yang sudah mulai menyimpan
28
surya 119,61 W/m² pada menit ke-55. Hal ini terjadi saat menjelang akhir pengambilan
data, dikarenakan selisih suhu antara T1 dan T2 cukup besar akibat absorber yang masih
menyimpan panas, karena mempengaruhi hasil perhitungan Qu. Efisiensi kolektor
rata-rata 93,33 %. Dengan rata-rata-rata-rata radiasi surya 467,59 W/m².
Berdasarkan perhitungan, rata-rata efisiensi kolektor pada Data kedua lebih besar dari
29
Berdasarkan Tabel 4.6, efisiensi kolektor Data ketiga disajikan menjadi grafik
seperti tampak pada Gambar 4.12
Gambar 4.12 Grafik hubungan Efisiensi Kolektor (ƞc) dan Radiasi Surya (GT)
terhadap Waktu untuk Data ketiga.
Pada Gambar 4.12 dari grafik hubungan diatas, efisiensi kolektor dari waktu ke waktu
mengalami kenaikan, hal ini dikarenakan absorber sudah mulai menyimpan panas.
Efisiensi kolektor tertinggi 99 %. Dengan radiasi surya 175,24 W/m² pada menit ke-175.
Hal ini terjadi saat menjelang akhir pengambilan data, dikarenakan selisih suhu antara T1
dan T2 cukup besar akibat absorber yang masih menyimpan panas, karena
mempengaruhi hasil perhitungan Qu. Efisiensi kolektor rata-rata adalah 72,49 %.
Dengan rata-rata radiasi surya 468,73 W/m².
Berdasarkan hasil perhitungan, perbandingan efisiensi kolektor rata-rata pada Data
kedua paling tinggi dibandingkan Data kesatu dan Data ketiga, tetapi dengan radiasi
surya yang berbeda pula.
30 4.4.2 Grafik Efisiensi Pengambilan
Berdasarkan Tabel 4.7, efisiensi pengambilan Data pertama disajikan menjadi
grafik seperti tampak pada Gambar 4.13
Gambar 4.13 Grafik hubungan Efisiensi Pengambilan (
ƞ
p) dan Radiasi Surya (GT)terhadap Waktu untuk Data pertama.
Pada Gambar 4.13 grafik hubungan diatas, efisiensi pengambilan kadar air dari waktu
ke waktu mengalami peningkatan. Kelembaban dari RH2 dari waktu ke waktu semakin
kecil dan kelembaban di RH3 besar. Karena kelembaban yang digunakan untuk
mengeringkan sekam padi harus lebih kecil untuk dapat mengambil air yang ada di
sekam padi. Namun setelah menuju titik tertinggi, efisiensi pengambilan kadar air
mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena beban air yang diambil sudah tidak terlalu
besar dan radiasi surya dari waktu ke waktu juga semakin menurun.
Efisiensi pengambilan rata-rata adalah 38,90 % dan radiasi surya rata-rata adalah
389,32 W/m².
² efisiensi pengambilan
31
Berdasarkan Tabel 4.8, efisiensi pengambilan Data kedua disajikan menjadi grafik
seperti tampak pada Gambar 4.14
Gambar 4.14 Grafik hubungan Efisiensi Pengambilan (
ƞ
p) dan Radiasi Surya (GT)terhadap Waktu untuk Data kedua.
Pada Gambar 4.14 grafik hubungan diatas, efisiensi pengambilan kadar air dari waktu
ke waktu mengalami peningkatan. Kelembaban dari RH2 dari waktu ke waktu semakin
kecil dan kelembaban di RH3 besar. Karena kelembaban yang digunakan untuk
mengeringkan sekam padi harus lebih kecil untuk dapat mengambil air yang ada di
sekam padi. Namun setelah menuju titik tertinggi, efisiensi pengambilan kadar air
mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena beban air yang diambil sudah tidak terlalu
besar dan radiasi surya dari waktu ke waktu juga semakin menurun.
Efisiensi pengambilan rata-rata adalah 46,61% dan radiasi surya rata-rata adalah 467,59
W/m².
Dari hasil perhitungan, rata-rata Efisiensi pengambilan Data kedua lebih tinggi dari
32
Berdasarkan Tabel 4.9, efisiensi pengambilan Data ketiga disajikan menjadi grafik
seperti tampak pada Gambar 4.15
Gambar 4.15 Grafik hubungan Efisiensi Pengambilan (
ƞ
p) dan Radiasi Surya (GT)terhadap Waktu untuk Data ketiga.
Pada Gambar 4.15 grafik hubungan diatas, efisien pengambilan kadar air dari waktu
ke waktu semakin besar. Hal ini dikarenakan RH2 dari waktu ke waktu juga semakin
kecil. Sehingga kadar air yang di sekam padi dapat terserap keatas menuju RH3 yang
kelembabannya lebih besar. Radiasi surya pada Data ketiga mengalami penurunan, dan
pada menit ke-140 mengalami peningkatan yang mengakibatkan RH2 semakin kecil.
Efisiensi pengambilan rata-rata adalah 37,99% dan radiasi surya rata-rata adalah 468,73
W/m².
Berdasarkan hasil perhitungan, efisiensi pengambilan rata-rata pada Data kedua
paling tinggi dibandingkan dengan efisiensi pengambilan rata-rata pada Data pertama
dan Data ketiga, tetapi dengan nilai radiasi surya yang berbeda.
33 4.4.3 Grafik Efisiensi Sistem
Berdasarkan Tabel 4.10, efisiensi sistem Data Pertama disajikan menjadi grafik
seperti tampak pada Gambar 4.16
Gambar 4.16 Grafik hubungan Efisiensi Sistem (
ƞ
s) dan Radiasi Surya (GT)terhadap Waktu untuk Data pertama.
Pada Gambar 4.16 dari grafik hubungan efisiensi sistem terlihat bahwa efisiensi
sistem cenderung naik. Efisiensi sistem tertinggi mencapai 27,71 % dengan radiasi surya
182,38 W/m². Hal ini terjadi karena Radiasi surya sebagai pembagi dalam perhitungan
sangat kecil, sehingga menyebabkan Efisiensi yang besar.
Efisiensi sistem rata-rata adalah 15,07 % dengan rata-rata Radiasi surya sebesar
34
Berdasarkan Tabel 4.11, efisiensi sistem Data Kedua disajikan menjadi grafik
seperti tampak pada Gambar 4.17
Gambar 4.17 Grafik hubungan Efisiensi Sistem (
ƞ
s) dan Radiasi Surya (GT)terhadap Waktu untuk Data kedua.
Pada Gambar 4.17 dari grafik hubungan efisiensi sistem terlihat bahwa Efisiensi
sistem cenderung turun, tetapi kemudian naik kembali karena beban pengambilan sudah
tidak terlalu besar. Efisiensi sistem tertinggi mencapai 93,34 % dengan Radiasi surya
81,7 W/m².
Efisiensi sistem rata-rata adalah 41,03 % dengan rata-rata Radiasi surya sebesar 467,59
W/m².
Berdasarkan perhitungan, efisiensi sistem rata-rata pada Data kedua lebih besar
daripada Efisiensi sistem Data pertama, tetapi dengan nilai Radiasi surya yang berbeda.
35
Berdasarkan Tabel 4.12, efisiensi sistem Data Ketiga disajikan menjadi grafik
seperti tampak pada Gambar 4.18
Gambar 4.18 Grafik hubungan Efisiensi Sistem (
ƞ
s) dan Radiasi Surya (GT)terhadap Waktu untuk Data ketiga.
Gambar 4.17 dari grafik hubungan diatas efisiensi sistem cenderung naik. Efisiensi
sistem tertinggi pada Data ketiga sebesar 68,38% dengan Radiasi Surya 160,71 W/m2 . Hal
ini terjadi saat pertengahan pengambilan data karena Radiasi Surya sebagai pembagi dalam
perhitungan sangat kecil, sehingga menyebabkan hasil Efisiensi yang besar. Efisiensi sistem
rata-rata sebesar 30,19 % dengan rata-rata radiasi surya sebesar 468,73 W/m2.
Berdasarkan hasil perhitungan, efisiensi sistem rata-rata pada Data kedua paling tinggi
dibandingkan dengan efisiensi sistem rata-rata pada Data pertama dan Data ketiga, tetapi
dengan nilai radiasi surya yang berbeda.
36
Dalam perhitungan terdapat data-data yang tidak valid. Data-data yang tidak valid
diantaranya efisiensi yang melebihi 100 %. Efisiensi sebenarnya tidak akan melebihi 100 %.
Ketidakvalidan ini disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi antara
lain :
1. Respon dari Sensor Suhu, Sensor Kelembaban, Solarmeter dan Timbangan kadang
lambat.
2. Sering terjadi error pada pengiriman data yang dikeluarkan Sensor Suhu, Sensor
Kelembaban, Solarmeter, dan Timbangan.
3. Suhu serta kelembaban udara sekitar yang tidak menentu, dapat mempengaruhi data
yang diperoleh.
4. Angin yang terkadang berhembus kencang secara tiba-tiba, sehingga berpengaruh
37 4.5 Pembanding
Penulis melakukan perbandingan pengeringan dengan menggunakan alat pengering
yang dikembangkan dan dengan pengeringan manual. Pada pembanding, kondisi alat
pengering adalah penambahan reflektor dengan sudut 1200 terhadap kolektor dan tinggi
cerobong 0,5 m dan tidak menggunakan aliran paksa.
Gambar 4.19 Grafik massa pengeringan menggunakan alat dan manual terhadap waktu
Hasil dari pengeringan dengan menggunakan alat dari berat awal 5,57kg turun
menjadi 5,09kg, atau berkurang sebesar 8,62% dari berat awal. Sedangkan dengan cara
manual dengan berat sama yaitu 5,57kg , turun menjadi 5,25kg atau berkurang sebesar
5,75% dari berat awal. Radiasi surya rata-rata pada pengambilan data pembanding
sebesar 293,49W/m2.
38 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang dilaksanakan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengembangan alat pengering energi surya telah berhasil dikembangkan dan bekerja
dengan baik.
2. Hasil yang diperoleh, efisiensi kolektor rata-rata tertinggi sebesar 93,33 % terjadi
pada Data kedua. Efisiensi sistem rata-rata tertinggi sebesar 41,03 % terjadi pada
Data kedua. Efisiensi pengambilan kadar air tertinggi sebesar 46,61 % terjadi pada
Data 2
3. Hasil yang diperoleh, perbedaan tekanan tertinggi rata-rata sebesar 201,19 Pa terjadi
pada Data ketiga.
5.2 Saran
1. Diharapkan untuk membuat konstruksi alat benar-benar terisolasi dengan baik agar
tidak menimbulkan kebocoran agar mendapatkan hasil yang maksimal.
2. Diharapkan penjemuran pengering surya dilakukan pada terik matahari dan kondisi
39 DAFTAR PUSTAKA
Arismunandar, W.,(1995), Teknologi Rekayasa Surya, Jakarta : Pradnya Paramita
Kendall, P.; Allen, L, (1998), Drying Vegetables; Food and Nutrition Series-Preparation, Colorado State University Cooperative Extension Service Publication
10/1998
Nugrahanto, A.,(2011), Pengering padi konveksi paksa dengan absorber Porus, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Scanlin, D., (1997), The Design, Construction And Use Of An Indirect, Through-Pass, Solar Food Dryer, Home Power, Issue No 57, Pages 62,72, February/March 1997
40 LAMPIRAN
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Efisiensi Kolektor (ƞc) Data Pertama.
41
190 320 2 436,2 68,2
195 298 2 389,8 65,4
200 266 2 395,8 74,5
205 212 2 343,0 81,0
210 215 2 340,5 79,2
215 182 2 308,3 84,5
220 216 2 308,1 71,3
225 209 2 310,0 74,0
230 273 2 305,9 56,0
235 350 2 348,2 49,7
42
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Efisiensi Kolektor (ƞc) Data Kedua
43
210 42 2 435 519,86
215 62 2 458 370,23
220 63 2 432 342,06
225 62 2 432 350,55
230 62 2 394 318,09
235 62 2 414 334,30
240 62 2 414 334,57
44
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Efisiensi Kolektor (ƞc) Data Ketiga.
45 210 595,98 2 842,33
46
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Efisiensi Pengambilan (ƞp) Data Pertama.
47 210 29,68 19,63 42,82 43,35
48
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Efisiensi Pengambilan (ƞp) Data Kedua.
49
210 31,6 22,7 48,4 34,8
215 32,0 24,0 51,9 28,8
220 32,0 23,7 51,7 29,6
225 31,3 23,3 50,2 29,7
230 29,6 24,2 48,4 22,3
235 29,5 24,0 49,6 21,5
50
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Efisiensi Pengambilan (ƞp) Data Ketiga.
51 210 28,01 17,65 44,86 38,09
52
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Efisiensi Sistem (ƞs) Data Pertama.
53 210 2 215 2425740 4,16667E-05 23,52
54
Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Efisiensi Sistem (ƞs) Data Kedua.
55 210 2 41,8 2428120 6,27907E-05 182,18
56
Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Efisiensi Sistem (ƞs) Data Ketiga.
57 210 2 595,98 2416220 9,09722E-05 18,44
58
Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Perbedaan Tekanan (Δp) Data Pertama.
59
210 1,16 1,03 1,13 147,96
215 1,16 1,03 1,14 141,50
220 1,16 1,03 1,13 141,53
225 1,16 1,03 1,14 142,03
230 1,16 1,03 1,14 140,84
235 1,15 1,02 1,14 148,36
60
Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Perbedaan Tekanan (Δp) Data Kedua.
61
210 1,16 1,01 1,15 167,97
215 1,16 1,01 1,16 172,54
220 1,16 1,02 1,16 167,87
225 1,16 1,02 1,16 167,87
230 1,16 1,02 1,16 159,96
235 1,16 1,02 1,16 164,42
62
Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Perbedaan Tekanan (Δp) Data Ketiga.
63
210 1,14 0,94 1,11 226,87
215 1,14 0,95 1,11 219,64
220 1,14 0,93 1,12 233,68
225 1,13 0,92 1,11 240,01
230 1,13 0,92 1,11 240,00
235 1,13 0,92 1,11 236,01
64
Pengering Energi Surya tampak depan
65
Logger Arduino
66