GURU DALAM JABATAN
SKRIPSI
Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh : Heribertus Wibi G
NIM.041334058
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN
Survey Pada Guru-Guru Akuntansi Dan Ekonomi SMA di Wilayah Kabupaten Bantul Yogyakarta
Disusun oleh : Heribertus Wibi G
NIM.041334058
PROGRAM PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
KESIAPAN GURU DALAM MENGHADAPI PROGRAM
SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN
Survey Pada Guru-Guru Akuntansi Dan Ekonomi SMA di Wilayah Kabupaten Bantul Yogyakarta
Disusun oleh : Heribertus Wibi Gunawan
NIM.041334058
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
SKRIPSI
KE$IAPA}T GURU DALAM MENGHADAPI PROGRAM
SERTIFIKASI GURU DALAM JABATA}I
Diprsiapkan dan ditulis oleh : Heriberrus Wibi.G.
NIM:041334058
Telalr diprtahankan di depan panitia penguji Pada tanggal 15 Juli 2009
dan dinyatakan telah rnernenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji Nama Lengkap
Ketua Sekertaris Anggota Anggota Anggota
Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. Drs. Bambang Purnomo, SE., M.Si. Conrelio Purwantini, S.Pd., M.SA.
Yogyakarta 15 Juli 2009
Fakultas Kegrrruan dan Ilmu pendidikan Universitas Sanata Dharma
4
HALAMAN PERSEMBAHAAN
Kupersembahkan karya kecilku ini untuk :
Jesus Kristus, juru selamatku
Bunda Maria, Bunda penuh kasih
Bapak L. Hadi Suparto dan Ibu Teresia Gilah, yang selalu
mengasihiku..
Kakakku Sutrisman dan triatiningsih doa kalian sungguh berarti…
MOTTO
“
Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam
kesesakan, dan bertekunlah dalam do’a”
(Roma : 12:12)
“Dan apa saja yang kamu minta dalam do’a dengan
penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya”
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Kasih atas segala limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Kesiapan Guru Dalam Menghadapi Program Sertifikasi Guru Dalam Jabatan”. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi.
Penulisan Skripsi ini terwujud berkat bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak yang telah berkenan membimbing, membantu, dan memotivasi penulis. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu melimpahkan berkat-Nya sehingga skrpsi ini
dapat terselesaikan dengan lancar.
2. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
5. Bapak Drs. Bambang Purnomo, S.E., M.Si. selaku dosen pembimbing yang
dengan penuh pengertian dan ketulusan hati memberikan bimbingan, kritik,
saran serta motivasi dalam penulisan skripsi ini.
6. Ibu Cornelio Purwantini, S.Pd., M.SA. selaku dosen penguji yang telah
memberikan masukan, bimbingan dan saran dalam merevisi skripsi ini.
7. Bapak S. Widanarto Prijowuntanto, S.Pd., M.Si. selaku dosen penguji yang
8. Staff sekretariat Pendidikan Akuntansi : Mbak Aris dan Bapak Wawiek atas
bantuan dalam mengurusi kepentingan-kepentingan mahasiswa.
9. Bapak-Ibu guru yang telah rela meluangkan waktu dan atas kesediannya
menjadi responden dalam penelitian ini.
10.Kedua orang tuaku, L. Hadi Suparto dan Teresia Gilah, terima kasih atas
nilai-nilai dan teladan yang telah kau tanamkan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan berkat dukungan dan semangat yang engkau berikan.
11.Kakakku Sutrisman dan Triyatiningsih, atas segala doa, kasih, perhatian,
pengertian, dukungan materiil dan spirituil, yang selalu kalian berikan sebagai
motivasi dalam menulis skripsi dan akhirnya bisa menyelesaikan skripsi ini.
12.Sahabat-sahabatkku: Yoga, Koco, Moko, Eko.G., TePe, Galuh, Dinar, Anton,
Phia, Vivin, Tanrti, Susi, Doni, Maryati, Heru, Pungki, Cahyo, Heni, Niken,
Asna, Sunu, Nur, Tri, Yana, Yani, Triwi, Vina, dan semua saja yang tak dapat
kusebutkan satu persatu terima kasih atas dukungan, semangat, canda tawa
yang selalu menghiburku dikala mengalami kepenatan dalam menyusun
skripsi ini dan atas sumbang saran dan bantuannya sehingga aku dapat
menyelesaikan skirpsi ini.
13.Rekan-rekan seperjuanganku angkatan 2004 Program Studi Pendidikan
Akuntansi, atas bantuan, dukungan kerjasama serta semangat yang telah
diberikan dalam proses penyempurnaan skripsi ini dan atas semua kenangan
dan canda tawa selama kita kuliah bersama di kampus kita tercinta.
14.Semua pihak yang tidak dapat aku sebutkan satu persatu atas semua dukungan
Penulis menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam skripsi ini.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi
ini menjadi lebih baik. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat sebagaimana
mestinya.
Yogyakarta, 15 Juli 2009
Penulis,
ABSTRAK
KESIAPAN GURU DALAM MENGHADAPI PROGRAM SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN
Survey Pada Guru-Guru Akuntansi Dan Ekonomi SMA di Wilayah Kabupaten Bantul
Yogyakarta
Heribertus Wibi Gunawan Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2009
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesiapan guru bidang studi akuntansi dan ekonomi di SMA se Kabupaten Bantul Yogyakarta dalam menghadapi Program Sertifikasi Guru dalam Jabatan. Kesiapan disini dinilai berdasarkan atas portofolio yang telah diperoleh dari koesioner yang penulis bagikan dan di isi guru.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni 2009 di SMA se Kabupaten Bantul Yogyakarta, terdiri 63 responden yang tersebar di 27 sekolah, dengan menggunakan metode survey. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik non-tes dengan menggunakan koesioner yang berisi 10 komponen portofolio.
ABSTRACT
TEACHER’S PREPARATION IN FACING THEIR ASSESSMENT FOR GETTING THEIR PROFESSIONAL CERTIFICATES
A Survey on Accounting and Ekomonics Teachers of Senior High Schools In Bantul Regency
Yogyakarta
Heribertus Wibi Gunawan
SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA
2009
This study aims to find out how well the teachers are in preparing their assessment for getting their professional certificates. The preparation of their readiness is judged on basing the portfolio which the writer has already distributed and has been filled in.
This research was conducted from March until June 2009 in all Senior High Schools in Bantul Regency, Yogyakarta The respondens are 63 taken from 27 schools. The method of collecting the data is survey method. The technique of collecting the data is non test technique with questionnaire which consists of portfolio components.
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBUNG... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... xi
ABSTRACT ... xii
DARTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DARTAR GAMBAR... xviii
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang... 1
B.Batasan Masalah... 11
C.Rumusan Masalah ... 11
D.Tujuan Penelitian... 11
E. Manfaat Penelitian... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Guru... 13
1. Pengertian Guru ... 13
2. Syarat-syarat Menjadi Guru... 15
3. Kode Etik Guru... 15
4. Peran Guru ... 16
5. Tanggung Jawab Guru ... 18
B.Profesionalisme Guru ... 19
C.Kesiapan Guru Dalam Menghadapi Sertifikasi Guru... 22
D.Sertifikasi Guru Dalam Jabatan... 23
1. Program Sertifikasi Guru ... 23
2. Guru Dalam Jabatan ... 26
3. Tujuan Dan Manfaat Sertifikasi Guru ... 26
4. Dasar Hukum Sertifikasi Dan Penyelenggaraan Sertifikasi Guru... 28
5. Prosedur Dan Mekanisme Sertifikasi Guru ... 29
6. Portofolio Sertifikasi Guru Dalam Jabatan... 32
xv
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.Jenis Penelitian ... 48
B.Tempat Dan Waktu Penelitian... 48
C.Populasi ... 49
D.Instrumen Penelitian... 49
E. Jenis Data... 50
F. Teknik Analisis Data ... 51
BAB IV PEMBAHASAN A.Deskripsi Responden ... 54
B.Analisis Data ... 55
C.Pembahasan ... 78
BAB V PENUTUP A.Kesimpulan... 81
B.Keterbatasan Penelitian ... 89
C.Saran-saran ... 90
xv i
DAFTAR TABEL
1. Tabel IV.1 Deskripdi Data Responden ... 54
2. Tabel IV.2 Kategori Penyusunan Kuesioner ... 55
3. Tabel IV.3 Kualifikasi Akademik Ditinjau Dari Jenis Kelamin... 56
4. Tabel IV.4.a Kualifikasi Akademik Ditinjau Dari Umur ... 57
5. Tabel IV.4.bKualifikasi Akademik Ditinjau Dari Umur ... 57
6. Tabel IV.5 Pekerjaan Lain Ditinjau Dari Jenis Kelamin ... 58
7. Tabel IV.6 Pengalaman Mengajar Ditinjau Dari Jenis Kelamin ... 59
8. Tabel IV.7.a Pengalaman Mengajar Ditinjau Dari Jenis Kelamin... 60
9. Tabel IV.7.b Pengalaman Mengajar Ditinjau Dari Jenis Kelamin ... 60
10. Tabel IV.8 Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran Ditinjau Dari Jenis Kelamin... 61
11. Tabel IV.9 Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran Ditinjau Dari Pengalaman Mengajar... 61
12. Tabel IV.10 Pendidikan dan Pelatihan Ditinjau Dari Jenis Kelamin... 62
13. Tabel IV.11 Pendidikan dan Pelatihan Ditinjau Dari Pengalaman Mengajar... 63
14. Tabel IV.12 Prestasi Akademik Ditinjau Dari Jenis Kelamin ... 63
15. Tabel IV.13 Prestasi Akademik Ditinjau Dari Pengalaman Mengajar ... 64
16. Tabel IV.14 Karya Pengembangan Profesi Ditinjau Dari Jenis Kelamin... 65
17. Tabel IV.15 Karya Pengembangan Profesi Ditinjau Dari Pengalaman Mengajar... 67
xv ii
19. Tabel IV.17.a Keikutsertaan Dalam Forum Ilmiah Ditinjau
Dari Umur ... 68 20. Tabel IV.17.b Keikutsertaan Dalam Forum Ilmiah Ditinjau
Dari Umur ... 69 21. Tabel IV.18 Pengalaman Menjadi Pengurus Organisasi Dibidang
Pendidikan Dan Sosial Ditinjau Dari Jenis Kelamin ... 69 22. Tabel IV.19.a Pengalaman Menjadi Pengurus Organisasi Dibidang
Pendidikan Dan Sosial Ditinjau Dari Umur... 71 23. Tabel IV.19.b Pengalaman Menjadi Pengurus Organisasi Dibidang
Pendidikan Dan Sosial Ditinjau Dari Umur... 71 24. Tabel IV.20 Penghargaan Yang Relevan Dengan Bidang Pendidikan
Ditinjau Dari Jenis Kelamin... 72 25. Tabel IV.21.a Penghargaan Yang Relevan Dengan Bidang
Pendidikan Ditinjau dari Umur ... 73 26. Tabel IV.21.b Penghargaan Yang Relevan Dengan Bidang
Pendidikan Ditinjau dari Umur ... 73 27. Tabel IV.22.a Rincian Skor Kesiapan Guru Yang Lulus Program
SertifikasiGuru dalam Jabatan ... 74 28. Tabel IV.22.b Rincian Skor Kesiapan Guru Yang Tidak Lulus
Program SertifikasiGuru dalam Jabatan ... 75 29. Tabel IV.23 Kesiapan Guru Dalam Menghadapi Program Sertifikasi
Guru Dalam Jabatan Ditinjau Dari Jenis Kelamin... 77 30. Tabel IV.24.a Kesiapan Guru Dalam Menghadapi Program Sertifikasi
Guru Dalam Jabatan Ditinjau Dari Umur ... 77 31. Tabel IV.24.b Kesiapan Guru Dalam Menghadapi Program Sertifikasi
xv iii
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar II.1 Prosedur Pelaksanaan Sertifikasi Guru ... 29
2. Gambar II.2 Hubungan Kerja antar Institusi Penyelenggara
xix
LAMPIRAN
Lampiran 1 Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
No 18 Tahun 2007 Tentang Sertifikasi Guru Dalam Jabatan ... 95
Lampiran 2 Kutipan Undang-undang No 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen ... 101
Lampiran 3 Rubik Penilaian Portofolio Sertifikasi Guru Dalam Jabatan ... 105
Lampiran 4 Data Jumlah Sekolah Menengah Atas (SMA) Tahun Ajaran 2008/2009... 112
Lampiran 5 Data Jumlah Guru Tetap Menurut Ijazah ... 115
Lampiran 6 Kouta Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun 2009 ... 117
Lampiran 7 Hasil penilaian Sertifikasi Guru Dalam Jabatan ... 118
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kebutuhan yang mendasar bagi peningkatan
kualitas masyarakat suatu negara. Berhasil atau tidaknya suatu proses
pendidikan serta tinggi rendahnya kualitas pendidikan, salah satunya yang
menentukan adalah kualitas guru. Demikian pentingnya peranan seorang guru
tentunya membawa pada suatu tanggung jawab untuk menjalankan profesi
tersebut dengan suatu sikap profesionalisme yang tinggi. Seorang guru dalam
menjalankan profesinya tidak hanya dituntut untuk mampu memberikan
pengetahuan kepada anak didiknya, akan tetapi juga harus mampu
menanamkan suatu nilai – nilai pendidikan dengan guru sebagai modelnya.
Dalam menjalankan profesinya, seorang guru harus melakukan dua fungsi
sekaligus yaitu; fungsinya secara moral yang mana ia diharuskan membimbing
anak didiknya tidak hanya dengan kecerdasannya akan tetapi juga dengan rasa
cinta, dan rasa tanggung jawab yang tinggi, serta menjalankan fungsi
kedinasannya yaitu mendidik dan membimbing para anak didiknya agar
menjadi Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan bermanfaat bagi
pembangunan bangsa. Seperti yang telah disampaikan diatas bahwa Guru
adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar – mengajar yang
ikut berperan dalam usaha pembentukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang
Oleh karena itu, Guru yang merupakan salah satu unsur dibidang
kependidikan harus berperan serta secara aktif dan menempatkan
kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat
yang semakin berkembang. Dalam arti khusus dapat dikatakan bahwa pada
setiap diri guru itu terletak tanggung jawab untuk membawa para siswanya
pada kedewasaan atau taraf kematangan tertentu.
Kualitas guru-guru di Indonesia dari berbagai kajian memang masih
dipertanyakan, seperti yang dilaporkan Fasli Djalal mantan Dirjen DIKNAS
Peningkatan mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Anton Sunarto, 2008)
bahwa rata-rata nasional tes calon guru PNS di SD/SLTP/SLTA dan SMK
tahun 1998/1999 untuk bidang studi matematika hanya 26,27 dari interval
0-100, artinya hanya menguasai 26,27% dari materi yang seharusnya. Hal
senada juga terjadi pada bidang studi lain seperti fisika (27,35%), biologi
(44,96%), kimia (43,55%) dan bahasa inggris (37,57%). Nilai-nilai tersebut
sangat jauh dari batas ideal yaitu minimum 75% sehingga seorang guru bisa
mengajar dengan baik. Hasil lain yang lebih memprihatinkan adalah penelitian
dari Konsorsium Ilmu Pendidikan (2000) yang memperlihatkan bahwa 40%
guru SMP dan 33% guru SMA mengajar bidang studi lain di luar bidang
keahliannya. Sekilas hasil ini menggambarkan betapa parahnya kualitas guru
di Indonesia, bagaimana bisa dikatakan profesional jika penguasaan materi
saja masih kurang dan justru banyak guru yang mengajar di luar bidang
keahliannya. Masalah yang ada adalah bagaimana guru dapat menghadapi
profesionalismenya masih dipertanyakan. Kenyataan rendahnya kompetensi
dan ketrampilan guru sangat memprihatinkan , hampir 50% dari 2,6 juta guru
di Indonesia tidak layak mengajar di sekolah. Sementara input guru di
Indonesia sangat lemah. Data Balitbang menunjuk peserta tes calon guru PNS
setelah dilakukan tes bidang studi ternyata rata-rata skor tes seleksinya sangat
rendah. Dari 6.164 calon guru Biologi ketika dites biologi rata-rata skornya
hanya 44.96; dari 396 calon guru Kimia dites Kimia rata-rata skor yang
dicapai 43,55. Dari 7.558 calon guru bahasa Inggeris rata-rata hasil tes dicapai
hanya 37,57 (Anton Sunarto, 2008)
Masih rendahnya tingkat profesionalisme guru saat ini disebabkan oleh
faktor-faktor dari internal guru maupun dari faktor luar, diantaranya (1)
penghasilan yang diperoleh guru belum memenuhi kebutuhan hidup harian
keluarga sehingga upaya menambah pengetahuan dan informasi terhambat
oleh dana yang minim, (2) kurangnya minat guru untuk menambah wawasan
sebagai upaya peningkatan profesionalisme tidak berpengaruh pada
pendapatan yang diterimanya, (3) meledaknya jumlah lulusan sekolah
keguruan tiap tahunnya, hal ini sebagai akibat mudahnya pemerintah
memberikan ijin pendirian Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
(LPTK)
Tuntutan adanya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia terus
diperjuangkan oleh berbagai kalangan masyarakat, termasuk oleh para guru
sendiri melalui organisasi-organisasi guru yang ada. Masyarakat berharap
diperlukan guru-guru yang profesional dalam mendidik siswa-siswinya di
sekolah.
Profesi guru menurut Undang-Undang tentang Guru dan Dosen harus
memiliki prinsip-prinsip profesional seperti tercantum dalam pasal 5 ayat 1,
yaitu : ”Profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang
memerlukan prinsip-prinsip profesional sebagai berikut : (1) memiliki bakat,
minat, panggilan jiwa dan idealisme, (2) memiliki kualifikasi pendidikan dan
latar belakang pendidikan sesuai bidang tugasnya, (3) memiliki kompetensi
yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya, (4) mematuhi kode etik
profesi, (5) memilki hak dan kewajiban dalam menjalankan tugas, (6)
memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya, (7)
memiliki kesempatan untuk mengembangkan profesinya secara berkelanjutan,
(8) memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
profesionalnya dan (9) memiliki organisasi profesi yang berbadan hukum”.
Pada prinsipnya profesionalisme guru adalah guru yang dapat menjalankan
tugasnya secara profesional yang memiliki ciri diantaranya ahli di bidang teori
dan praktik keguruan. Guru profesional adalah guru yang menguasai ilmu
pengetahuan yang diajarkan dan ahli mengajarkannya
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas 2003
pasal 35 ayat 1) disebutkan bahwa standar nasional pendidikan terdiri atas
standar isi, proses kompetensi lulusan tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan yang harus
pembelajaran dituntut untuk mempunyai standar kompetensi dan
keprofesionalan mengajar yang baik.
Penjaminan mutu guru agar tetap memenuhi standar kompetensi perlu
dikembangkan berdasarkan pengkajian yang komprehensif untuk
menghasilkan landasan konseptual dan empirik melalui sistem sertifikasi.
Sejalan juga dengan disahkannya UU No 14 tentang Guru dan Dosen segala
konsekuensinya juga mulai diberlakukan. Demikian juga dengan peningkatan
kualitas guru dalam mengajar perlu kepemilikan sertifikasi profesi sebagai
upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Meski dengan kuota yang
terbatas di beberapa daerah – melalui Dinas Pendidikan setempat – saat ini
sedang menawarkan kepada guru-guru yang dianggap telah memenuhi syarat
untuk diajukan sebagai calon peserta sertifikasi.
Dalam Peraturan Departemen Pendidikan Nasional
(Depdiknas;2008;5) tentang Pedoman Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Melalui
Penilaian Portofolio dan Peraturan Mentri Pendidikan Nasional
(Permendiknas) No. 18 tahun 2007 membagi komponen portofolio menjadi 3
unsur yaitu unsur A, B dan C. Unsur A (kualifikasi dan tugas pokok) meliputi
: (1) kualifikasi akadaemik, (2) pengalaman mengajar (3) perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran. Unsur B (pengembangan profesi) meliputi : (1)
pendidikan dan pelatihan, (2) penilaian dari atasan dan pengawasan (3)
prestasi akademik, (4) karya pengembangan profesi. Sedangkan Unsur C
(pendukung profesi) meliputi : (1) keikutsertaan dalam forum ilmiah, (2)
penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan. Jika kesepuluh
komponen tersebut telah dapat terpenuhi secara obyektif dengan mencapai
skor minimum 850 maka yang bersangkutan dipastikan berhak menyandang
predikat sebagai guru profesional, beserta sejumlah hak dan fasilitas yang
melekat dengan jabatannya. Untuk memenuhi batas minimal kelulusan 57%
ternyata tidak semudah yang dibayangkan banyak permasalahan yang
kemudian terjadi. Permasalahan tidak hanya terjadi pada para guru yang
belum memiliki kualifikasi D4/S1 saja, yang jelas-jelas tidak dapat
diikutsertakan, tetapi bagi guru yang sudah berkualifikasi D4/S1 pun tetap
akan menjumpai sejumlah permasalahan.
Masalah yang dihadapi dalam proses sertifikasi menurut Santi Eka
Putra (http://www.univ-ekasakti-pdg.ac.id, 7 September 2008) antara lain: (1)
apakah semua guru telah memiliki kualifikasi S1/DIV? ternyata, belum
seluruh guru berkualifikasi S-1 atau D/IV sebagai salah satu persyaratan
dalam sertifikasi. Akibatnya dalam waktu yang panjang akan terjadi dua
macam status guru yaitu yang bersertifikat dan yang tidak bersertifikat. Oleh
karena itu guru-guru yang belum S-1 dan D/IV haruslah segera melanjutkan
pendidikan apakah ke LPTK atau UT dan sebagainya yang relevan. Namun
tentu saja hal ini tak mungkin lagi dilakukan oleh guru yang hampir mendekati
pensiun. Bagi yang masih muda masih bisa melanjutkan pendidikan ke S-1,
bagaimana pula dengan tugas mengajarnya? Apalagi jika tempat tugas dengan
tempat kuliah berlainan kota. (2) apakah sudah cocok antara mata pelajaran
diwaktu mereka kuliah? Ternyata masih ada guru mengajar mata pelajaran
yang tidak relevan dengan kompetensinya. Umumnya ini terjadi di
daerah-daerah terpencil akibat kekurangan guru, lebih-lebih sejak reformasi atau
otonomi daerah sangat sulit memindahkan guru antarkota atau kabupaten dan
provinsi. (3) sudah mengertikah semua guru apa hakekat sertifikasi,
bagaimana proses dan mekanismenya dan apa yang perlu disiapkan? Ternyata
dalam pengisian Portofolio sebagai salah satu instrumen sertifikasi saja,
banyak yang tidak lolos. Masalah timbul karena bahan yang akan diisikan
dalam Portofolio itu tidak lengkap, bahkan tak ada, antara lain yang sulit bagi
guru adalah komponen RP/RPP/PP, prestasi akademik, karya pengembangan
profesi yang meliputi penelitian tindakan kelas, publikasi ilmiah dan
sebagainya dan semua itu lengkap dengan bukti fisik yang harus dilampirkan.
(4) bagi yang tidak lulus dalam penilaian Portofolio karena komponennya
tidak terisi dan tidak mencapai angka minimal yang ditetapkan disebabkan
tidak ada kegiatan akademik lain selain mengajar dari pagi sampai sore
(karena mungkin mengajar di tempat lain atau bisnis kecil untuk menambah
penghasilan) atau bukti fisik tidak ada karena tak terbiasa mem-file dukumen
atau karangan ilmah tidak ada karena tak terbiasa menulis, atau penelitian
karena tidak bisa karena tamatnya dulu dengan program jalur non skripsi dan
sebagainya. Terhadap mereka yang tidak lolos ini diharuskan mengikuti diklat
selama lebih kurang dua minggu yang diakhiri dengan ujian. Jika tidak lulus,
mengulang kembali hingga tiga kali, jika pada ujian ketiga tidak lulus maka
mengajar lagi, dan berubah status menjadi pegawai administrasi.
Saat ini keempat komponen tersebut belum sepenuhnya dapat diakses
dan dikuasai oleh setiap guru, khususnya oleh guru-guru yang berada jauh dari
pusat kota. Frekuensi kegiatan pelatihan dan pendidikan, forum ilmiah dan
momen-momen lomba akademik relatif masih terbatas. Begitu juga dengan
budaya menulis, budaya meneliti dan berinovasi belum sepenuhnya
berkembang di kalangan guru-guru. Semua ini tentu menyebabkan kesulitan
tersendiri bagi para guru untuk meraih poin dari komponen-komponen
tersebut.
Penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan pelatihan forum ilmiah dan
aneka lomba akademik bagi guru sudah pasti harus menjadi tanggung jawab
pemerintah khususnya pemerintah daerah melalui sekolah atau Dinas
Pendidikan setempat. Akan tetapi organisasi profesi, perguruan tinggi dan
masyarakat setempat pun dapat turut ambil bagian untuk menyelenggarakan
dan memfasilitasi kegiatan tersebut sebagai wujud nyata dari tanggung jawab
dan kepeduliannya terhadap pendidikan.
Di lain pihak sambutan masyarakat tentang sertifikasi guru ini memang
luar biasa, para guru sangat antusias untuk mengikuti kegiatan seleksi ini
bahkan para guru yang diberi tambahan tugas sebagai kepala sekolah pun ikut
mendaftarkan diri sebagai calon peserta sertifikasi terlepas apakah yang
bersangkutan masih aktif atau tidak dalam menjalankan profesi keguruannya.
Barangkali motivasi yang sangat kuat untuk ikut serta dalam program ini
tentunya juga daya tarik dengan disediakannya berbagai tunjangan profesi dan
fasilitas lainnya yang cukup menjanjikan.
Uji sertifikasi guru yang telah dilaksanakan di berbagai daerah di
Indonesia melalui penilaian portofolio menunjukkan hasil yang bervariasi.
Hasil persentase ketidaklulusan sertifikasi guru di Unesa, dikemukakan oleh
Amirullah (http://www.surya.co.id, 10 Oktober 2007) menunjukkan bahwa
kuota 2007 meningkat dibanding hasil kuota 2006. Dalam kuota sebelumnya,
ketidaklulusan mencapai 38,20 persen dari 2.244 guru. Sedangkan untuk
gelombang pertama kuota 2007 tercatat 50,28 persen yang tidak lulus dari
3.791 berkas portofolio dari delapan kabupaten/kota yang disertifikasi.
Bahkan sebelumnya, dari 330 guru agama hasil pendataan 2006 yang berkas
portofolionya diuji oleh 40 tim assesor IAIN Sunan Ampel 19-20 September
lalu, 157 orang atau 52 persen dinyatakan gagal. Jumlah tersebut belum
termasuk 29 peserta yang langsung dinyatakan gugur sebelum berkasnya diuji,
karena mengundurkan diri atau berkasnya tidak tercantum dalam berkas
portofolio.
Data Depdiknas tantang hasil sertifikasi (Depdiknas;2008)
menunjukkan bahwa Di Rayon 1 Universitas Syiah Kuala, hasil uji sertifikasi
dari 2.740 guru 51,33% atau sebanyak 1.412 Guru dinyatakan lulus., 9% atau
sebanyak 9 guru dinyatakan melengkapi portofolio, dan 48,14% atau sebanyak
1.319 guru dinyatakan harus mengikuti diklat profesi guru. Di Rayon 11
Universitas Negeri Yogyakarta, sertifikasi guru menunjukkan hasil yang
lulus, 33,83% atau sebanyak 1.551 guru dinyatakan harus mengikuti diklat,
dan 0,26% atau sebanyak 12 guru dinyatakan harus merefisi portofolio.
Hasil uji sertifikasi di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
menunjukkan bahwa sebagian besar guru telah memiliki sertifikat pendidik
yang berati bahwa guru telah bekerja secara profesional sesuai dengan
kompetensi yang dimilikinya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan
SDM guru sebagai tenaga pendidik. Menurut Kepala Dinas Pendidikan Bantul
Drs Sudarman DN MM kepada Kedaulatan Rakyat pada tanggal 19/6/2008
menyatakan bahwa prosentase kelulusan SMA di Kabupaten Bantul sebesar
97,18% dan tertinggi di DIY. Persentase tingkat kelulusan yang tinggi
mencerminkan bahwa kualitas sekolah di Kabupaten Bantul mengalami
peningkatan. Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Bantul, jumlah sekolah yang tingkat kelulusannya mencapai 100
persen untuk SMA sebanyak 14 sekolah (9 negeri dan 5 swasta) dan SMK
sebanyak 2 sekolah. (http://www.kr.co.id). Dari berbagai macam problema
yang muncul dan tanggapan guru tentang uji sertifikasi guru, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul, ’’Kesiapan Guru Dalam
Menghadapi Program Sertifikasi Guru Dalam Jabatan’’ hal ini penting
untuk dibahas sehingga dapat membantu guru dalam memahami Program
B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penelitian ini akan mengkaji
kesiapan para guru dalam menghadapi Program Sertifikasi Guru dalam
Jabatan. Penelitian ini hanya akan ditujukan bagi guru-guru bidang studi
akuntansi dan ekonomi di Sekolah Menengah Atas (SMA). Lokasi Penelitian
hanya dibatasi pada SMA di wilayah Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
C. Rumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
“Bagaimana kesiapan guru-guru SMA bidang studi akuntansi dan ekonomi di
wilayah Kabupaten Bantul Yogyakarta dalam menghadapi Program Sertifikasi
Guru dalam Jabatan?”
D. Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan para guru bidang
studi akuntansi dan ekonomi di SMA di wilayah Kabupaten Bantul
E. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Guru
Dari penelitian ini diharapkan dapat membantu guru dalam memahami
Program Sertifikasi Guru dalam Jabatan dan mengetahui sejauh mana
kesiapan guru untuk mengikuti program ini.
2. Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan pihak sekolah untuk
memfasilitasi dan mendukung para guru yang bekerja pada instansinya
sehingga mampu memenuhi tuntutan dari program ini.
3. Dinas Pendidikan
Dinas pendidikan diharapkan dapat memanfaatkan hasil penelitian ini
untuk membuat berbagai kebijakan dalam rangka membantu guru
memenuhi semua persyaratan dalam program ini.
4. Peneliti
Melalui penelitian ini peneliti memperoleh informasi secara lebih jelas
mengenai kesiapan para guru, khususnya guru bidang studi akuntansi dan
ekonomi di SMA, dalam menghadapi Program Sertifikasi Guru dalam
Jabatan. Informasi tersebut dapat dimanfaatkan peneliti, beserta kolega,
sebagai pijakan dalam menyusun kegiatan di Program Studi Pendidikan
Akuntansi yang dapat memberi kontribusi bagi peningkatan profesionalitas
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Guru
1. Pengertian Guru
Kamus Umum Bahasa Indonesia mengemukakan arti guru sebagai
orang yang pekerjaan atau mata pencahariannya, profesinya mengajar.
Sementara itu Hamzah (2007;15), mengemukakan guru adalah orang
dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar
dan membimbing peserta didik. Orang yang disebut guru adalah orang
yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta
mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan
pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir
dari proses pendidikan. Kompetensi Seorang guru menurut
Undang-undang Guru dan Dosen Tahun 2007 mencakup kompetensi ‘pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional
yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Sesuai dengan undang-undang
tersebut, seorang guru dituntut untuk memiliki dan menguasai tiga
komponen keguruan (kemampuan keguruan) yaitu pertama kompetensi
(kemampuan) personal, kedua kompetensi (kemampuan) sosial, ketiga
Kompetensi personal mengarah pada guru sebagai pribadi yang
mantap. Kepribadian guru sangat menentukan guru dalam melaksanakan
tugasnya. Kepribadian guru tidak hanya sebagai dasar bagi dirinya sendiri
dalam berperilaku, tetapi juga menjadi model keteladanan bagi anak didik
dalam perkembangannya. Oleh karena itu, kepribadian guru perlu dibina
dan dikembangkan dengan sebaik-baiknya. Seorang guru yang baik
diharapkan menunjukkan ciri-ciri kepribadian yang terbuka seperti
penyayang, penolong, kooperatif, penuh pengertian, dan mandiri.
Kompetensi sosial yang juga disebut sebagai kompetensi
kemasyarakatan. Kompetensi ini mengarah pada keterampilan guru dalam
berinteraksi sosial dan melaksanakan tanggung jawab sosial. Tanggung
jawab sosial bukan hanya terbatas dalam lingkungan masyarakat saja,
namun juga di lingkungan sekolah. Guru yang profesional selalu
mengembangkan komunikasi yang efektif terhadap atasan, sesama rekan
profesi, dan anak didik.
Kompetensi profesional merupakan kemampuan yang diperlukan
oleh guru profesional, yang meliputi aspek kepakaran yaitu penguasaan
bahan yang harus diajarkan beserta metodenya, rasa tanggung jawab
terhadap tugasnya, dan rasa kebersamaan dengan rekan seprofesi.
Kompetensi profesional guru ini seharusnya dilandasi oleh jiwa
profesionalisme guru. Hal ini ditandai oleh kemampuan dari guru untuk
menampilkan perilaku yang sebaik-baiknya, selalu memelihara dan
berupaya meningkatkan profesinya sebagai guru dan memiliki kebanggaan
atas preofesinya.
2. Syarat-syarat Menjadi Guru
Untuk menjadi seorang guru diperlukan suatu persyaratan, karena
profesi guru adalah suatu pekerjaan yang profesional. Dalam Peraturan
Pemerintah no 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
menyatakan bahwa seorang tenaga pengajar (guru) SMA/MA atau bentuk
lainnya yang sederajat harus memiliki : 1) Kualifikasi akademik
pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S-1), 2) Latar
pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang sesuai dengan mata
pelajaran yang diajarkan, 3) Sertifikat profesi guru untuk SMA/MA.
Menurut Hamalik (2001: 118), Syarat bagi seorang guru diantaranya
sebagai berikut:
a. Harus memiliki bakat sebagai guru
b. Harus memiliki keahlian sebagai guru
c. Memiliki kepribadian yang baik dan terintegrasi
d. Memiliki mental yang sehat dan berbadan sehat
e. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas
f. Memiliki jiwa Pancasila dan warga Negara yang baik
3. Kode Etik
Dalam menjalankan profesinya guru di Indonesia terpanggil untuk
menunaikan karyanya dengan berpedoman pada kode etik profesional
Menurut Mulyasa (2007;47) Kode etik tersebut berisi sebagai berikut :
a. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia
Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila
b. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional
c. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai
bahan melakukan bimbingan dan pembinaan
d. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang
berhasilnya proses belajar mengajar
e. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan
masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung
jawab bersama terhadap pendidikan
f. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan
meningkatkan mutu dan martabat profesinya
g. Guru memelihara hubungan profesi, semangat kekeluargaan dan
kesetiakawanan sosial
4. Peranan Guru
Undang-undang Guru tahun 2006, pasal 1 ayat 1 menerangkan
bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan menevaluasi
peserta didik…..” dan pasal 4 “ berfungsi untuk meningkatkan manfaat
dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan
mutu pendidikan nasional. Menurut Hamalik (2001:123), di zaman
pendidik, dan pembimbing, melainkan juga sebagai ilmuwan (teacher as
scientist) dan guru sebagai pribadi (teacher as person).
Menurut Mulyasa (2007;19) mengungkapkan bahwa peran dan
fungsi guru adalah :
a. Sebagai pendidik dan pengajar ; bahwa setiap guru harus memiliki
kesetabilan emosi ingin memajukan peserta didik, bersikap realitas,
jujur, dan terbuka, serta peka terhadap perkembangan inovasi
pendidikan. Untuk mencapai semua itu guru harus memiliki
pengetahuan yang luas, mernguasai berbagai bahan pembelajaran,
menguasai teori dan praktik pendidikan, serta menguasai kurikulum
dan metodologi pembelajaran.
b. Sebagai anggota masyarakat; bahwa setiap guru harus pandai bergaul
dengan masyarakat. Untuk itu, harus menguasai psikologi sosial,
memiliki pengetahuan tentang hubungan antar manusia, memiliki
keterampilan membina kelompok, keterampilan bekerja sama dalam
kelompok dan menyelesaikan tugas bersama dalam kelompok.
c. Sebagai pemimpin; bahwa setiap guru adalah pemimpin yang harus
memiliki kepribadian, menguasai ilmu kepemimpinan, prinsip
hubungan antar manusia, teknik berkomunikasi, serta menguasai
berbagai aspek kegiatan organisasi sekolah.
d. Sebagai administerator; bahwa setiap guru akan dihadapkan pada
sehingga harus memiliki pribadi yang jujur, teliti, serta memahami
strategi dan manajemen pendidikan.
e. Sebagai pengelola pembelajaran; bahwa setiap guru harus mampu dan
menguasai berbagai metode pembelajaran dan memahami situasi
belajar-mengajar di dalam meupun di luar kelas.
Peranan guru akan menjadi semakin luas karena ia juga akan
berfungsi sebagai penghubung antara ilmu pengetahuan dan teknologi
dengan masyarakat. Dalam hal ini guru memodernisasi masyarakat
dituntut serta secara aktif dalam pembangunan karena telah
menghubungkan masyarakat dengan IPTEK. Sehubungan dengan hal ini
Hamalik (2001: 124) menyebutkan bahwa:
a. Guru sebagai penghubung (teacher as communicator)
b. Guru sebagai modernisator (teacher as counselor)
c. Guru sebagai pembangun (teacher as contructor)
5. Tanggung Jawab Guru
Profesi guru merupakan suatu profesi yang mulia dan luhur, oleh
karena itu guru sudah seharusnya memiliki tanggung jawab yang besar.
Hamalik (2001: 127) merangkum tanggung jawab guru adalah sebagai
berikut:
a. Guru harus menuntut murid-muridnya belajar.
b. Guru turut serta dalam membina kurikulum sekolah.
c. Guru melakukan pembinaan terhadap diri siswa dalam hal kepribadian,
d. Guru memberikan bimbingan kepada murid.
e. Guru melakukan diagnosis atas kesulitan-kesulitan belajar dan
mengadakan penilaian atas kemajuan belajar.
f. Guru menyelenggarakan penelitian yang merupakan tanggung jawab
professional.
g. Guru mengenal masyarakat dan aktif ikut serta dalam
kegiatan-kegiatan yang ada di dalam masyarakat.
h. Guru bertanggung jawab menghayati, mengamalkan, dan
mengamankan Pancasila.
i. Guru turut serta dalam membantu terciptanya kesatuan dan persatuan
bangsa serta perdamaian pembangunan.
j. Guru turut serta menyukseskan pembangunan.
k. Guru bertanggungjawab meningkatkan peranan profesional guru.
B. Profesionalisme Guru
Guru merupakan suatu profesi yang berarti suatu jabatan yang
memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh
sembarang orang diluar bidang pendidikan. Walaupun pada kenyataannya
masih terdapat hal-hal tersebut di luar bidang kependidikan. Profesional itu
sendiri diartikan sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan
norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (Undang-undang No 14
Bab I pasal 1 No. 2 tentang Guru dan Dosen).
Memposisikan guru sebagai profesi, merupakan suatu hal yang
mendesak diberlakukan di Indonesia. Pasalnya, menempatkan guru seperti itu
akan memperbaiki nasib para guru yang selama ini sering termarginalkan,
maka dari itu dengan memposisikan guru sebagai profesi diharapkan
tanggung jawab seorang guru dalam menjalankan tugasnya akan lebih baik.
Dalam melaksanakan tugas guru, seorang guru yang professional perlu
mengetahui dan dapat menerapkan beberapa prinsip mengajar (Hamzah;
2007,16) antara lain :
a. Guru harus dapat meningkatkan minat peserta didik untuk aktif dalam
berpikir serta mencari dan menemukan sendiri pengetahuan.
b. Guru harus dapat membuat urutan dalam pemberian pelajaran dan
penyesuaiannya dengan usia dan tahapan tugas perkembangan peserta
didik.
c. Guru perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik (kegiatan apresiasi).
d. Sesuai dengan prinsip repetisi dalam proses pembelajaran, diharapkan
guru dapat menjelaskan unit pelajaran secara berulang-ulang hingga
tanggapan peserta didik menjadi jelas.
e. Guru wajib memperhatikan dan memikirkan korelasi atau hubungan
antara mata pelajaran dan atau praktik nyata dalam kehidupan
f. Guru harus tetap menjaga konsentrasi belajar para peserta didik
dengan cara memberikan kesempatan berupa pengalaman secara
langsung/meneliti dan menyimpulkan pengetahuan yang didapatnya.
g. Guru harus mengembangkan sikap peserta didik dalam membina
hubungan sosial, baik dalam kelas maupun di luar kelas.
h. Guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan peserta didik secara
individual agar dapat melayani siswa sesuai dengan perbedaannya
tersebut.
Secara singkat dapat dikatakan pengertian guru profesioal adalah
seseorang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang
kependidikan dan keguruan sehingga mampu melakukan tugas dan fungsinya
sebagai seorang guru yang bermutu.
Pronsip-prinsip profesionalisme guru menurut UU tentang Guru dan
Dosen Pasal 5 ayat 1 menyebutkan:
1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme,
2. Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugasnya,
3. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya,
4. Mematuhi kode etik profesi,
5. Memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas,
6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi
7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan profesinya secara
berkelanjutan,
8. Memperoleh perllindungan hukum dalam melaksanakan tugas
profesionalnya,
9. Memiliki organisasi profesi yang berbadan hukum.
Seiring dengan kemajuan teknologi informasi, guru tidak hanya
bertindak sebagai penyaji informasi, tetapi juga harus mampu bertindak
sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing yang lebih banyak
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencari dan mengolah
sendiri informasi, dengan demikian keahlian guru harus terus dikembangkan
dan tidak hanya terbatas pada penguasaan prinsip mengajar.
C. Kesiapan Guru dalam Menghadapi Sertifikasi Guru
Poerwadarminta (1976; 940) dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia,
menuliskan bahwa “ kesiapan “ berasal dari kata siap yang berarti : Sudah
sedia, Sudah disediakan, sedangkan “ menyiapkan”, “mempersiapkan”
memiliki arti : 1) menyediakan, 2) mengatur (membereskan) segala
sesuatunya (untuk), 3) menyelesaikan, mengerjakan hingga selesai, 4)
mengadakan sesuatu untuk membentuk, 5) Mengusahakan supaya bersiap
(seperti member perintah supaya bersiap sedia). Dari penjelasan tersebut
dapat disimpulkan bahwa kesiapan guru dalam menghadapi sertifikasi adalah
menunjuk pada sejauh mana guru dapat menyiapkan, menyediakan,
yang terdiri dari 10 (sepuluh) komponen portofolio yang terbagi kedalam tiga
unsur yaitu unsur A, B, dan C.
D. Sertifikasi Guru dalam Jabatan
1. Program Sertifikasi Guru
Undang-undang no. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen
menyatakan bahwa guru sebagai tenaga professional mengandung arti
bahwa pekerjaan guru hanya dapat dimiliki oleh seseorang yang
mempunyai kualifikasi akademik dan kompetensi sesuai dengan
persyaratan kegiatan pembelajaran pada jenis dan jenjang pendidikan
tertentu dan sertifikasi guru. Sertifikasi adalah proses pemberian
sertifikat pendidik kepada guru yang telah memenuhi persyaratan
tertentu yaitu memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sehat jasmani
dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional, yang disertai dengan peningkatan kesejahteraan
yang layak.
Program sertifkasi guru atau pendidik, berisi kompetensi
pedagogis, kepribadian, professional, dan sosial. Secara umum menurut
Badan Nasional Standarisasi Pendidikan (BNSP), kompetensi pedagogis
lebih menyangkut pada kemampuan guru dalam mengajar dan
memahami siswa, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi
hasil belajar, mampu memahami penguasaan kelas dengan baik,
dapat aktif belajar sehingga menguasai bahan dan dapat
mengembangkan potensi yang dimiliki siswa.
Kemampuan kepribadian merupakan kemampuan guru dalam
mencerminkan kepribadian yang mantap, bertakwa, stabil, dewasa, arif,
dan berwibawa, sehingga dengan lulus ujian kompetensi ini, seorang
guru menjadi teladan bagi siswa dan menjadikan siswa berakhlak mulia.
Kompetensi profesional adalah kemampuan guru dalam penguasaan
materi pembelajaran bidang studi yang dipegangnya, atau menguasai
bahan ajar dan juga latar belakang bahan itu sehingga dapat mengajarkan
dengan baik dan benar. Kompetensi sosial menyangkut kemampuan
guru untuk berkomunikasi dengan siswa, guru yang lain, kepala
sekolah, masyarakat dan orang tua siswa.
Secara formal, Undang-undang RI no 20 tahun 2005 tentang
sistem pendidikan nasional, Undang-undang RI no 14 tahun 2005
tentang guru dan dosen dan Peraturan Pemerintah no 19 tahun 2005
tentang standar nasional pendidikan menyatakan bahwa guru adalah
tenaga professional. Sebagai tenaga professional, guru dipersyaratkan
memiliki kualifikasi akademik S-1 (Strata satu) atau D-4 (Diploma
empat) dalam bidang yang relevan dengan mata pelajaran yang
diampunya dan menguasai kompetensi sebagai agen pembelajaran.
Pemenuhan persyaratan kualifikasi akademik S-1/D-4 dibuktikan dengan
ijazah yang diperolehnya di lembaga pendidikan tinggi dan persyaratan
dimilki denagn mata pelajaran yang diampu di sekolah. Sementara itu,
persyaratan penguasaan kompetensi sebagai agen pembelajaran (yang
meliputi kompenensi kepribadian, kompetensi pedagogic, kompetensi
professional dan kompetensi sosial) dibuktikan dengan sertifikat sebagai
pendidik, atau uji sertifikasi.
Tentang ujian sertifikasi ini diperjelas dengan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 tahun 2007 yang menyatakan
bahwa sertifikasi bagi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui uji
kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik. Ujian kompetensi
tersebut dilakukan dalam bentuk portofolio, yang merupakan pengakuan
ataas pengalaman profesional guru dalam bentuk penilaian terhadap
kumpulan dokumen yang mencerminkan kompetensi guru. Ujian
sertifikasi berupa empat standar kompetensi guru yaitu kompetensi
pedagogis, kepribadian, professional, dan sosial. Kompetensi yang
diujikan berupa pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang diwujudkan
dalam bentuk tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab. Guru yang
telah mengikuti ujian sertifikasi atau program sertifikasi guru berhak
mendapatkan sertifikat pendidik. Sertifikat pendidik adalah bukti formal
sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru sebagai tenaga
professional. Sertifikasi ini menjadi salah satu syarat untuk memperoleh
tunjangan profesi. Sertifkat kompetensi adalah pengakuan terhadap
oleh satuan pendidikan kedinasan yang berakreditasi atau lembaga
sertifikasi profesi yang diakreditasi.
2. Guru dalam jabatan
Guru dalam jabatan adalah guru PNS dan Non PNS yang sudah
mengajar pada satuan pendidik, baik yang diselenggarakan pemerintah,
pemerintah daerah, maupun masyarakat, dan sudah mempunyai
perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama.
3. Tujuan dan manfaat sertifikasi guru.
Dalam buku pedoman sertifikasi guru dalam jabatan tahun 2008
menyatakan bahwa secara umum tujuan sertifikasi guru adalah :
meningktkan kompetensi peserta agar mencapai standar kompetansi
yang ditentukan. Secara khusus program sertifikasi bertujuan untuk :
a. Meningkatkan kompetensi guru dalam bidang ilmunya.
b. Menetapkan kemampuan mengajar guru.
c. Mengembangkan kompetensi guru secara holistik sehingga mampu
bertindak secara profesional.
d. Meningkatkan kemampuan guru dalam kegiatan penelitian dan
kegiatan ilmiah lain, serta memanfaatkan teknologi komunikasi
Suyatno (2008;2) mengemukakan bahwa tujuan utama sertifikasi
guru adalah :
a. Menentukan kelayakan dalam melaksanakan tugas sebagai agen
pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
b. Meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan.
c. Meningkatkan martabat guru.
d. Meningkatkan profesionalitas guru.
Manfaat sertifikasi guru (Muslich, 2007;9) antara lain sebagai
berikut: 1) melindungi profesi guru dari praktik layanan pendidikan yang
tidak kompeten sehingga dapat merusak citra profesi guru itu sendiri,
2) melindungi masyarakat dari praktik pendidikan yang tidak berkualitas
dan profesional yang akan menghambat upaya peningkatan kualitas
pendidikan dan penyiapan sumber daya manusia, 3) menjadi wahana
penjamin mutu bagi LPTK yang bertugas mempersiapkan calon guru
dan juga berfngsi sebagai kontrol mutu bagi pengguna layanan
pendidikan, 4) menjaga lembaga penyelenggara pendidikan dari
keinginan internal dan eksternal yang potensial dapat menyimpang dari
4. Dasar hukum sertifikasi guru dan penyelenggaraan sertifikasi guru
Secara umum sertifikasi guru dapat dianggap sebagai amanah dari UU
No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Secara khusus,
sertifikasi guru dilakukan dengan mengacu pada UU N0. 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen (UUGD), terutama pasal 8 dan 11.
Pasal 8 UUGD menyatakan :
... guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat
pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Pasal 11 ayat 1 UUGD menyatakan :
... sertifikat pendidik sebagaimana dalam pasal 8 diberikan kepada guru
yang telah memenuhi persyaratan. Sedangkan pedoman operasional
sertifikasi guru mengacu pada Peraturan Mentri Pendidikan Nasional
(Permendiknas) No. 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru Dalam
Jabatan.
Dasar hukum penyelenggaraan sertifikasi guru adalah UUGD pasal 11
ayat (2) yang menyatakan :
... sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang
memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi
5. Prosedur dan Mekanisme
Penilaian portofolio peserta sertifikasi guru dilakukan oleh LPTK
penyelenggara sertifikasi guru dalam bentuk Rayon yang terdiri dari
LPTK Induk dan LPTK Mitra dikoordinasikan oleh Konsorium
Sertifikasi Guru (KSG). Unsur KSG terdiri atas LPTK Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi dan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Secara umum
prosedur pelaksanaan sertifikasi guru dalam jabatan disajikan pada
gambar di bawah ini:
Gambar II.1 Prosedur Pelaksanaan Sertifikasi
Lulus
Tidaklulus
Lulus
Tidak lulus
Lulus
Tidak lulus
DINAS PENDIDIKAN
KEGIATAN MELENGKAPI PORTOFOLIO
SERTIFIKASI PENDIDIK
PELAKSANA DIKLAT
DIKLAT PROFESI GURU
UJIAN
UJIAN ULANG (2X) PENILAIAN
PORTOFOLIO GURU DALAM
Prosedur sertifikasi bagi guru dalam Jabatan meliputi sebagai beikut:
a. Guru peserta sertifikasi menyusun dokumen portofolio dengan
mangacu pada Pedoman Penyusunan Portofolio Sertifikasi Guru.
b. Dokumen portofolio yang telah disusun, diserahkan kepada Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota untuk diteruskan kepada LPTK Induk
untuk dinilai oleh asesor di Rayon tersebut.
c. Hasil penilaian portofolio peserta sertifikasi, bila mencapai skor
minimal kelulusan dan dinyatakan lulus akan memperoleh sertifikat
pendidik.
d. Apabila hasil penilaian portofolio belum mencapai skor minimal
kelulusan, LPTK Rayon akan merekomendasikan kepada peserta
alternative sebagai berikut:
1) Melakukan kegiatan mandiri untuk melengkapi kekurangan
dokumen portofolio.
2) Mengikuti PLPG yang diakhiri dengan ujian.
3) Materi PLPG mencakup empat kompetensi yakni kepribadian,
pedagogic, professional dan sosial.
e. Pelaksanaan PLPG diatur oleh LPTK penyelenggara dengan
memperhatikan skor hasil penilaian portofolio dan rambu-rambu
yang ditetapkan oleh KSG antara lain sebagai berikut :
1) Peserta PLPG yang lulus ujian akan memperoleh sertifikat
2) Peserta yang tidak lulus diberi kesempatan mengikuti ujian ulang
sebanyak dua kali. Apabila tidak lulus peserta diserahkan
kembali ke dinas pendidikan kabupaten/kota.
f. Untuk menjamin standarisasi prosedur dan mutu lulusan maka
rambu-rambu mekanisme, materi, dan system ujian PLPG
dikembangkan oleh Konsorium Sertifikasi Guru (KSG).
Penyelenggara sertifikasi guru dalam jabatan melibatkan
berbagai institusi pemerintahan yaitu Depdinas, Dinas Pendidikan
Provinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, dan LPTK. Hubungan
kerja antar institusi penyelenggara sertifikasi disajikan pada gambar
dibawah ini.
Koordinasi
Hasil
Gambar II.2 Hubungan Kerja antar Institusi Penyelenggara Sertifikasi
(2) DEPNIKNAS
DITJEN PMPTK DITJEN DIKTI
(1) KONSORIUM SERTIFIKAS GURU
UNSUR DIKTI, PMPTK, DEPAG LPTK
(5) RAYON LPTK PENYELENGGARA
(4) DINAS PEND KAB/KOTA (PSG)
(6) GURU PESERTA SERTIFIKASI
Rekap peserta
(3) DINAS PEND PROVINSI (PSG)
Berkas Porotfolio Rekap peserta
Berkas Portofolio
Hasil dan Sertifik
6. Portofolio Sertifikasi Guru dalam Jabatan
a. Pengertian Portofolio
Portofolio adalah bukti fisik (dokumen) yang
menggambarkan pengalaman berkarya/prestasi yang dicapai dalam
menjalankan tugas profesi sebagai guru dalam interval waktu
tertentu. Dokumen ini terkait dengan unsur pengalaman, karya, dan
prestasi selama guru yang bersangkutan menjalankan peran sebagai
agen pembelajaran (kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional,
dan sosial). Dalam Peraturan Depdiknas tahun 2008 tentang Panduan
Penyusunan Sertifikasi Guru Dalam Jabatan, dan pedoman sertifikasi
guru dalam jabatan membagi komponen portofolio menjadi 3 unsur
yaitu unsur A, B dan C. Unsur A (kualifikasi akademik dan tugas
pokok) meliputi : (1) kualifikasi akadaemik, (2) pengalaman
mengajar (3) perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Unsur B
(pengembangan profesi) meliputi : (1) pendidikan dan pelatihan, (2)
penilaian dari atasan dan pengawasan (3) prestasi akademik, (4)
karya pengembangan profesi. Sedangkan Unsur C (pendukung
profesi) meliputi : (1) keikutsertaan dalam forum ilmiah, (2)
pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial, dan (3)
penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.
b. Fungsi Portofolio
Fungsi portofolio dalam sertifikasi guru, khususnya guru
pedagogik dinilai antara lain melalui dokumen kualifikasi akademik,
pendidikan dan pelatihan, pengalaman mengajar, perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran . Kompetensi kepribadian dan kompetensi
sosial dinilai antara lain melalui dokumen penilaian dari atasan dan
pengawasan. Kompetensi profesional dinilai antara lain melalui
dokumen kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan,
pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran,
dan prestasi akademik.
Portofolio juga berfungsi sebagai: (1) wahana guru untuk
menampilkan dan/atau membuktikan unjuk kerjanya yang meliputi
produktifitas, kualitas, dan relevansi melalui karya-karya utama dan
pendukung; (2) informasi/data dalam memberikan pertimbangan
tingkat kelayakan kompetensi seorang guru, bila dibandingkan
dengan standar yang telah ditetapkan; (3) dasar menetukan kelulusan
seorang guru yang mengikuti sertifikasi (layak mendapatkan
sertifikat pendidikan dan belum); dan (4) dasar memberikan
rekomendasi bagi peserta yang belum lulus untuk menentukan
kegiatan lanjutan sebagai representasi kegiatan pembinaan dan
pemberdayaan guru.
c. Komponen Portofolio
Sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 18
Tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru Dalam Jabatan, komponen
a.) Kualifikasi Akademik
Kualifikasi akademik yaitu tingkat pendidikan formal yang telah
dicapai sampai dengan guru mengikuti sertifikasi, baik
pendidikan gelar (S1, S2, atau S3 maupun nongelar D4 diploma),
baik di dalam maupun di luar negeri. Bukti fisik yang terkait
dengan komponen ini dapat berupa ijazah atau sertifikasi
diploma.
b.) Pengalaman Mengajar
Pengalaman mengajar yaitu masa kerja guru dalam
melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan
tertentu sesuai dengan surat tugas dari lembaga yang berwenang
(dapat dari pemerintah, dan atau kelompok masyarakat
penyelenggara pendidikan). Bukti fisik dari komponen ini dapat
berupa surat keputusan atau surat keterangan yang sah dari
lembaga yang berwenang.
c.) Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran yaitu persiapan mengelola
pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam kelas pada setiap
tatap muka. Perencanaan pembelajaran ini paling tidak memuat
perumusan tujuan dan kompetensi, pemilihan dan
pengorganisasian materi, pemilihan sumber dan media
pembelajaran, skenario pembelajaran, dan penilaian proses dan
Pelaksanaan pembelajaran yaitu kegiatan guru dalam mengelola
pembelajaran di kelas dan pembelajaran individual. Kegiatan ini
mencakup:
a.)Tahapan pra pembelajaran (pengecekan kesiapan kelas dan
apersepsi)
b.)Kegiatan Inti (penguasaan materi, strategi pembelajaran,
pemanfaatan media dan sumber belajar, evaluasi, penggunaan
bahasa)
c.)Penutup (refleksi, rangkuman, dan tindak lanjut)
Bukti fisik yang dilampirkan berupa dokumen hasil penilaian
oleh kepala sekolah dan/atau pengawas tentang pelaksanaan
pembelajaran yang dikelola oleh guru. Khusus untuk guru
bimbingan dan konseling, komponen pelaksanaan pembelajaran
yang dimaksud adalah kegiatan guru bimbingan dan konseling
(konselor) dalam mengelola dan mengevaluasi pelayanan
bimbingan dan konseling yang meliputi bidang pelayanan
bimbingan pendidikan/belajar, karier, pribadi, sosial, akhlak
mulia/budi pekerti.
Jenis dokumen yang dilaporkan berupa:
1) Agenda kerja guru bimbingan dan konseling.
2) Daftar konseli (siswa).
3) Data kebutuhan dan permasalahan konseli.
5) Laporan semeseran/tahunan.
6) Aktivitas pelayanan bimbingan dan konseling (pemahama,
pelayanan langsung, pelayanan tidak langsung).
7) Laporan hasil evaliuasi program bimbingan dan konseling.
8) Bukti fisik yang dilampirkan berupa fotokopi rekaman atau
dokumen laporan kegiatan pelayanan bimbingan dan
konseling yang disahkan oleh atasan. Dokumen ini dinilai
oleh asesor dengan menggunakan format penilaian.
d.) Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan dan pelatihan yaitu pengalaman dalam mengikuti
kegiatan pendidikan dan pelatihan dalam rangka pengembangan
dan/ atau peningkatan kompetensi dalam melaksanakan tugas
sebagai pendidik, baik pada tingkat kecamatan, kabupaten/ kota,
provinsi, nasional, maupun internasional. Bukti fisik komponen
ini dapat berupa sertifikat, piagam, atau surat keterangan dari
lembaga penyelenggara diklat.
e.) Penilaian dari Atasan dan Pengawas
Penilaian dari atasan dan pengawas yaitu penilaian atasan
terhadap kompetensi kepribadian dan sosial, yang meliputi
aspek-aspek: ketaatan menjalankan ajaran agama, tanggung
jawab, kejujuran, kedisiplinan, keteladanan, etos kerja, inovasi
kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan bekerjasama
dengan menggunakan Format Penilaian Atasan.
f.) Prestasi Akademik
Prestasi akademik yaitu prestasi yang dicapai guru, utamanya
yang tekait dengan bidang keahliannya yang mendapat
pengakuan dari lembaga/panitia penyelenggara, baik tingkat
kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun
internasional. Komponen ini meliputi:
1) lomba dan karya akademik (juara lomba atau penemuan
karya monumental di bidang pendidikan atau
nonkependidikan)
2) pembimbingan teman sejawat (instruktur, guru inti, tutor)
3) pemimbingan siswa kegiatan ekstra kurikuler (pramuka,
drumband, mading, karya ilmiah remaja-KIR)
Bukti fisik yang dilampirkan berupa surat penghargaan, surat
keterangan atau sertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga/panitia
g.) Karya Pengembangan Profesi
Karya pengembangan profesi yaitu suatu karya yang
menunjukkan adanya upaya dan hasil pengembangan profesi
yang dilakukan oleh guru. Komponen ini meliputi buku yang
dipublikasikan pada tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau
nasional; artikel yan dimuat dalam media jurnal/majalah/bulletin
review buku, penulis soal EBTANAS atau UN; modul atau buku
cetak lokal (kabupaten dan kota) yang minimal mencangkup
materi pembelajaran selama 1 semester; media dan alat
pembelajaran dalam bidangnya; laporan penelitian tindakan kelas
(individu atau kelompok); dan karya seni (patung, rupa, tari
lukis, sastra, dan lain-lain). Bukti fisik yang dilampirkan berupa
surat keterangan dari pejabat yan berwenang tentang hasil karya
tersebut.
h.) Keikutsertaan dalam Forum Ilmiah
Keikuitsertaan dalam forum ilmiah yaitu partisipasi dalam
kegiatan ilmiah yang relevan dengan bidang tugasnya pada
tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, atau
internasional, baik sebagai pemakalah maupun sebaai peserta.
Bukti fisik yang dilampirkan berupa makalah dan sertifikat atau
piagam bagi nara sumber, dan serifikat tatu piagam bagi peserta
i.) Pengalaman Organisasi di Bidang Kependidikan dan Sosial
Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial yaitu
pengalaman guru menjadi pengurus organisasi kependidikan,
organisasi sosial, dan/atau mendapat tugas tambahan.
Pengurus organisasi di bidang kependidkan antara lain:
1) Pengurus Forum Komunikasi kepala Sekolah (FKKS)
2) Forum Kelompok Kerja Guru (FKKG)
4) Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI)
5) Himpunan Evaluasi Pendidikan Indonesia (HEPI)
6) Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN)
7) Ikatan Sarjana Manajemen Pendidikan Indonesia (ISMaPI)
8) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)
Pengurus organisasi sosial antara lain:
1) Ketua RT
2) Ketua RW
3) Ketua LMD/BPD
4) Pembina kegiatan keagamaan
Mendapat tugas tambahan antara lain: kepala sekolah, wakil
kepala sekolah, ketua jurusan, kepala laboratorium, kepala
bengkel, kepala studio, kepala klinik rehabilitasi, dan lain-lain.
Bukti fisik yang dilampirkan adalah surat keputusan atau surat
keterangan dari pihak yang berwenang.
j.) Penghargaan yang Relevan dengan Bidang Pendidikan
Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan yaitu
penghargaan yang diperoleh karena guru menunjukkan dedikasi
yang baik dalam melaksanakan tugas dan memenuhi kriteria
kuantitatif (lama waktu, hasil, lokasi/geografis), kualitatif
(komitmen, etos kerja), dan relevansi (dalam bidang/rumpun
maupun internasional. Bukti fisik yang dilampirkan berupa
fotokopi sertifikat, piagam, atau surat keterangan.
d. Pengisian Portofolio
1) Identitas guru peserta sertifikasi.
Identitas guru peserta sertifikasi meliputi;
a.) Nama (lengkap dengan gelar akademik)
b.) Nomor peserta
c.) NIP/NIK
d.) Pangkat/golongan
e.) Jenis Kelamin
f.) Tempat tanggal lahir
g.) Pendidikan terakhir
h.) Akta mengajar
i.) Sekolah tempat tugas (nama, alamat, kecamatan,
kabupaten/kota, provinsi, nomor telepon, e-mail, nomor
stistik sekolah).
j.) Guru mata pelajaran/guru kelas,
k.) Beban mengajar seminggu
Pangkat dan golongan bagi guru non-PNS mengikuti aturan yang
telah ditetapkan. Halaman identitas ini ditandatangani oleh
penyusun dan disahkan oleh Kepala Sekolah dan Pengawas
2) Daftar isi
Peserta sertifikasi perlu melengkapi dokumen portofolio dengan
daftar isi agar memudahkan tim penilai (asesor) dalam
melaksanakan tugasnya. Daftar isi ini menjelaskan tentang nama
komponen dan halaman berapa komponen tersebut disusun.
3) Dokumen portofolio
Dokumen portofolio ini memuat sepuluh komponen portofolio
yang di dalam instrumen ditampilkan dalam bentuk tabel. Peserta
sertifikasi diminta untuk mengisi table tersebut sesuai dengan
pengalaman dan hasil karya yang dimiliki secara jujur dan
bertanggung jawab. Peserta diminta melampirkan bukti-bukti
fisik berupa dokumen atau hasil karya sesuai dengan yang
dituliskan dalam tabel yang telah dilegalisasi oleh atasan atau
instansi yang mengeluarkan dokumen tersebut.
4) Penutup
Komponen penutup berisi peryataan dari penyusun dan pemilik
dokumen yang memuat tentang jaminan keaslian dan tidak
melanggar kode etik dalam membuat dan atau mendapatkannya.
Di samping itu, peryataan juga berisi kesiapan menerima sanksi
atas pelanggaran yang terkait dengan hak cipta, apabila
ditemukan atau di kemudian hari ditemukan bukti terjadinya
7. Rubrik Penilaian Portofolio
Untuk menentukan kelulusan peserta sertifikasi, maka
komponen-komponen portofolio diberi skor sesuai dengan rubrik
penilaian portofolio yang diterbitkan oleh Ditjen Dikti Departemen
Pendidikan Nasional (Ditjen Dikti, 2008: 27-31). Penentuan skor pada
masing-masing komponen portofolio adalah sebagai berikut:
a. Kualifikasi Akademik
Ijazah Relevansi Skor
Kependidikan sesuai bidang studi (mapel)* 150 Nonkependidikan sesuai bidang studi (mapel)
memiliki Akta Mengajar
150
Kependidikan sesuai dengan rumpun bidang studi (mapel)**
140
Nonkependidikan sesuai bidang studi (mapel) 130 Kependidikan tidak sesuai bidang studi dan
rumpun bidang studi (mapel)
120
Nonkependidikan tidak sesuai bidang studi memiliki Akta Mengajar
120 S1/D4
Nonkependidikan tidak sesuai bidang studi dan rumpun bidang studi
110
Kependidikan sesuai bidang studi (mapel) 175 Kependidikan sesuai dengan rumpun bidang
studi (mapel)
160
Nonkependidikan sesuai bidang studi (mapel) 160 Kependidikan tidak sesuai bidang studi dan
rumpun bidang studi
145 S2
Nonkependidikan tidak sesuai bidang studi dan rumpun bidang studi
130
Kependidikan sesuai bidang studi (mapel) 200 Kependidikan sesuai dengan rumpun bidang
studi (mapel)
180
Nonkependidikan sesuai bidang studi (mapel) 180 Kependidikan tidak sesuai bidang studi dan
rumpun bidang studi
160 S3
Nonkependidikan tidak sesuai bidang studi dan rumpun bidang studi
140
Catatan:
**Untuk mata pelajaran produktif di SMK, bidang keahlian analog dengan rumpun bidang studi S1, S2, atau S3 yang kedua dan seterusnya diperhitungkan dengan skor 25% dari skor yang ditetapkan dalam rubrik ini.
b. Pengalaman Mengajar
Masa Kerja Guru Skor
>25 tahun 160
23 – 25 tahun 145
20 – 22 tahun 130
17 – 19 tahun 115
14 – 16 tahun 100
11 – 13 tahun 85
8 – 10 tahun 70
5 – 7