• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI SELF EFFICACY TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI PESERTA DIDIK KELAS V SDN GUGUS 1 KECAMATAN SANDUBAYA KOTA MATARAM TAHUN PELAJARAN 2016/2017 - Repository UNRAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KONTRIBUSI SELF EFFICACY TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI PESERTA DIDIK KELAS V SDN GUGUS 1 KECAMATAN SANDUBAYA KOTA MATARAM TAHUN PELAJARAN 2016/2017 - Repository UNRAM"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

KONTRIBUSI SELF EFFICACY TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI PESERTA DIDIK KELAS V SEKOLAH DASAR SE-GUGUS I

KECAMATAN SANDUBAYA KOTA MATARAM TAHUN PELAJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mataram

untuk Memenuhi Sebagian Syarat Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Oleh : Dian Damayanti NIM : E1E 213 043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM MATARAM

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

xviii

Keluarga dan dirimu sendiri”

PERSEMBAHAN

Rasa sayang dan cinta yang tak terungkap buat orang tua yang telah melahirkan saya, mencurahkan segala cinta & sayang untuk saya yang telah memberikan motivasi, materi & dukungan setiap perjuangan saya dari masih dalam kandungan sampai besar sekarang ini.

Saya persembahkan kado kecil ini buat :

(7)

xix

Dian Damayanti NIM. E1E213043

Permasalahan yang dialami Sekolah Dasar di Gugus 1 Sandubaya cenderung sama yaitu terkait rendahnya Motivasi Berprestasi dan Self Efficacy Peserta didik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi Self Efficacy terhadap Motivasi Berprestasi Peserta Didik Kelas V Gugus 1 Sandubaya Kota Mataram. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh peserta didik Kelas V yang berjumlah 179 orang. Penelitian ini menggunakan seluruh populasi sebagai responden penelitian. Teknik pengambilan data berupa angket dan dokumentasi. Instrumen angket digunakan untuk mencari nilai Self Efficacy dan Motivasi Berprestasi. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan tehnik korelasi. Jenis data dalam penelitian ini adalah Interval sehingga metode analisis data yang digunakan ialah rumus korelasi parsial product moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kontribusi yang signifikan antara Self Efficacy

terhadap Motivasi Berprestasi. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil analisis data dimana nilai dari korelasi product moment yaitu, 0,494 dengan df = 177 dan ts 5%. Kontribusi Self Efficacy terhadap Motivasi berprstasi sebesar 24,40%. Hal tersebut menunjukkan hipotesis yang menyatakan bahwa ada kontribusi yang postif dan signifikan antara Self Efficacy terhadap Motivasi Berprestasi peserta didik diterima. Positif dan signifikan berarti Self Efficacy peserta didik yang tinggi akan mengakibatkan Motivasi Berprestasi peserta didik tinggi, demikian pula sebaliknya Self Efficacy peserta didik yang rendah maka Motivasi Berprestasi peserta didik juga rendah.

(8)

xx

Dian Damayanti NIM. E1E213043

The problem experienced by primary school group 1 Sandubaya tend to be the same that is related to the low motivation of achievement and self efficacy of the students. This study aims to determine the contribution of self efficacy to achievement motivation of students in grade 5 primary school cluster 1 Sandubaya Mataram City School Year 2016/2017. Population in this study that is all the 5th graders who amounted to 179 people. This study used the entire population as the reasearch respondents. Data collection techniques in the form of questinnaires and documentation. The questionnaire instrument is used to find the value of self efficacy and achievement motivation. This research is a kind of quantitative research with correlation teechnique. The type of data in this study is the interval so that the data analysis used is the partial correlation formula product moment. The result showed that there was a significant contribution between self efficacy and achievement motivation. This can be proven from the result of analysis where the value of r counted is 0,488 with degree of freedom = 177 and level of significance = 5%. The contribution is 23,52%. It shows the hypothesis that there is a positive and significant contribution between self effcacy to achievement motivation accepted. Positive and significant means of self efficacy of high learners will result in high achievement motivation, and vice versa low self efficacy learners then the achievement motivation of students is also low.

(9)

xxi

telah membantu menyelesaikan skripsi ini:

1. Drs. I Ketut Widiada, M. Pd. selaku pembimbing I yang tidak pernah henti-hentinya memberikan bimbingan, nasehat, arahan dan mengoreksi demi terselesainya skripsi ini dengan penuh kesungguhan, ketulusan dan keikhlasan.

2. Moh. Irawan Zain, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktunya ditengah-tengah kesibukanya untuk membimbing dan mengarahkan dengan penuh kesabaran dalam penyusunan skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan

3. Bapak dan Ibu Dosen S-1 PGSD, yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan pengalaman berharga selama kami menempuh studi.

4. Staf Administrasi Program S-1 PGSD FKIP-UNRAM yang telah memberikan banyak kemudahan.

5. Kepada seluruh keluarga besar SDN Gugus 1 Sandubaya, Kepala Sekolah SDN Gugus 1 Sandubaya yang telah memberikan ijin penelitian, semua guru SDN Gugus 1 Sandubaya yang sangat membantu peneliti untuk melakukan penelitian, tata usaha, serta siswa-siswi yang telah meluangkan waktunya. Terima kasih karena bersedia bekerja sama dan membantu dalam pengerjaan skripsi ini.

(10)

xxii

semangatnya yang diberikan kepada peneliti.

8. Untuk penyemangat, pemberi motivasi, moodbooster, yang selalu ada ketika peneliti merasa putus asa. Uri oppadeul, my fandom, my lyfeu meanie,

L.O.˄.E, dunia per-KPOPan dan seluruh fandom yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

9. Rekan-rekan Mahasiswa Program S-1 PGSD FKIP-UNRAM, Teman-teman PPL, Kawan-kawan Kelas A PGSD Reguler Sore Angkatan 2013, teman-teman seperjuangan sesama bimbingan yang setia menunggu setiap hari tanpa lelah serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Terima

Kasih atas do’a dan dukungan kalian.

InsyaAllah segala kebaikan yang Bapak/Ibu serta rekan-rekan berikan pada penulis dibalas kebaikan pula oleh Yang Maha Pengasih dan Maha Pemurah,Amin

Mataram, Juli 2017

(11)

xxiii

dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

dengan judul “Kontribusi Self Efficacy terhadap Motivasi Berprestasi Peserta Didik Kelas V Sekolah Dasar Se-Gugus I Kecamatan Sandubaya Kota Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017”.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh Gelar Sarjana. Skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab. Bab I Pendahuluan yang berisi: latar belakang, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional. Bab II Kajian Pustaka berisi: deskripsi teori, kerangka berpikir/ desain penelitian, penelitian yang relevan dan hipotesis. Bab III Metode Penelitian berisi: pendekatan penelitian, populasi, data penelitian, teknik pengumpulan data, instrument penelitian, analisis data. Bab IV hasil analisis data berisi: hasil analisis data dan pembahasan. Bab V pembahasan berisi pembahasan teori terkait hasil analisis data. Bab VI Penutup berisi: Kesimpulan dan saran. Semoga skripsi ini dapat memberikan penjelasan dan memberikan masukan kepada guru maupun calon guru yang ingin meneliti lebih lanjut tentang

Self efficacy dan Motivasi Berprestasi. Kedua variable tersebut sangat berguna bagi guru maupun calon guru untuk mengetahui karakteristik peserta didik.

Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahanya, oleh karna itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan. Sehingga pada penyusunan karya ilmiah berikutnya dapat lebih disempurnakan dan dapat lebih bermanfaat bagi dunia pendidikan, sehinngga mampu berkiprah dalam kehidupan era globalisasi.

Mataram, Juli 2017

(12)

xxiv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

UCAPAN TERIMAKASIH ... viii

KATA PENGANTAR ... x

F. Definisi Operasional Variabel... 9

BAB II KAJIAN TEORI ... 11

A. Deskripsi Teori ... 11

1. Tinjauan tentang Self Efficacy ... 11

1.1Pengertian Self Efficacy ... 11

1.2Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Self Efficacy 12 1.3Pengaruh Self Efficacy terhadap Perilaku dan Kognisi ... 15

1.4Self Efficacy sebagai Prediktor Tingkah Laku ... 16

1.5Aspek-Aspek Self Efficacy ... 17

2. Tinjauan tentang Motivasi Berpestasi ... 19

2.1Pengertian Motivasi Berprestasi ... 19

2.2Kebutuhan Motivasi Berprestasi ... 20

2.3Karakter Individu yang Motivasi Berprestasinya Tinggi 23 2.4Komponen Motivasi Berprestasi ... 25

2.5Indikator-indikator Motivasi Berprestasi ... 26

3. Hubungan Antara Self Efficacy dengan Motivasi Berprestasi 27 B. Kerangka Berfikir/ Desain Penelitian... 29

(13)

xxv

2. Uji Hipotesis... 44

3. Uji Koefisien Penentu (Determinansi)... 45

BAB IV HASIL ANALISIS DATA ... 46

A. Prosedur Penelitian ... 46

1. Pra Lapangan ... 46

2. Penyusunan Instrumen Penelitian ... 46

B. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 47

C. Data Penelitian ... 48

D. Hasil Analisis Data ... 48

1. Rumusan Hipotesis ... 49

2. Menyusun tabel bantu korelasi ... 49

3. Menentukan intrepretasi variabel ... 54

4. Menentukan df (degree of freedom) ... 56

5. Menentukan taraf siginifikansi ... 56

6. Merumuskan hasil penghitungan ... 56

7. Membandingkan dengan rtabel ... 57

8. Mencari kontribusi variabel x terhadap variabel y ... 57

E. Kesimpulan Hasil Analisis ... 57

BAB V PEMBAHASAN ... 59

BAB VI PENUTUP ... 62

A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 62

(14)

xxvi

Tabel 3.2 Skala Likert ... 37

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Self Efficacy ... 39

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Motivasi Berprestasi ... 39

Tabel 3.5 Pedoman untuk memberikan Interpretasi Variabel ... 44

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Variabel X dan Y ... 47

Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas Variabel X dan Y ... 47

Tabel 4.3 Tabel bantu korelasi Variabel X dan Y ... 49

Tabel 4.4 Interpretasi Variabel X ... 54

Tabel 4.5 Kualitas Variabel X ... 54

Tabel 4.6 Interpretasi Variabel Y ... 55

(15)

xxvii

Lampiran 4. Tabel bantu penghitungan Instrumen Uji Validitas Self Efficacy

Lampiran 5. Rekapitulasi Uji Validitas Self Efficacy

Lampiran 6. Perbandingan Uji Validitas SPSS dan Manual Self Efficacy

Lampiran 7. Analisis Uji Reliabilitas Instrumen Self Efficacy

Lampiran 8. Instrumen Self Efficacy Penelitian Lampiran 9. Kisi-kisi Intrumen Motivasi Berprestasi Lampiran 10. Instrumen Motivasi Berprestasi Uji Coba

Lampiran 11. Data Mentah Hasil Uji Coba Instrumen Motivasi Berprestasi Lampiran 12. Tabel Bantu Uji Validitas Motivasi Berprestasi

Lampiran 13. Rekapitulasi Uji Validitas Motivasi Berprestasi Lampiran 14. Perbandingan Uji Validitas Motivasi Berprestasi

Lampiran 15. Analisis Uji Reliabilitas Instrumen Motivasi Berprestasi Lampiran 16. Instrumen Motivasi BerprestasiPenelitian

Lampiran 17. Data Mentah HasilPenelitian Self Efficacy

Lampiran 18. Data Mentah HasilPenelitian Motivasi Berprestasi Lampiran 19. Daftar r tabel koefisien korelasi Product Moment

Lampiran 20. Contoh hasil pengisian angket di SDN Gugus 1 Sandubaya Lampiran 21. Dokumentasi Penelitian

Lampiran 22. Surat Keterangan Validasi

Lampiran 23. Surat Keterangan telah melakukan Penelitian Lampiran 24. Surat izin penelitian

(16)

1

Pendidikan merupakan hal dasar yang harus dilakukan manusia untuk memperoleh pembelajaran. Menurut Dimyati Mahmud (2009) Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses pendewasaan anak didik. Proses ini dilakukan oleh pendidik dengan sadar, sengaja, dan penuh tanggung jawab. Proses ini dilakukan untuk membawa anak didik menjadi dewasa baik dewasa jasmaniah, dewasa rokhaniah maupun dewasa sosial sehingga kelak anak didik menjadi orang yang mampu melakukan tugas–tugas jasmaniah, maupun berpikir dewasa, bersikap, berkemauan secara dewasa, dan dapat hidup wajar di tengah-tengah sesamanya serta berani mempertanggung jawabkan sikap dan perbuatannya kepada orang lain.

(17)

Dalam belajar peserta didik seringkali merasa tidak yakin akan kemampuan dirinya. Seseorang dengan Self Efficacy (keyakinan diri) rendah menganggap dirinya pada dasarnya tidak mampu mengerjakan segala sesuatu yang ada disekitarnya. Dalam situasi yang sulit, orang dengan Self Efficacy

yang rendah cenderung mudah menyerah. Menurut Alwisol (2014) orang bisa memiliki ekspektasi hasil yang realistik (apa yang diharapkan sesuai dengan kenyataan hasilnya), atau sebaliknya ekspektasi hasilnya tidak realistik (mengharap terlalu tinggi dari hasil nyata yang dapat dicapai). Orang yang ekspektasi efikasinya tinggi (percaya bahwa dia dapat mengerjakan sesuai dengan tuntutan situasi) dan harapan hasilnya realistik (memperkirakan hasil sesuai dengan kemampuan diri), orang itu akan bekerja keras dan bertahan mengerjakan tugas sampai selesai.

Bandura dalam Mustaqim (2011) Self-Efficacy merupakan keyakinan individu pada kemampuannya dalam mengatur dan melaksanakan efektifitas dalam mencapai hasil yang harus digapai. Self Efficacy yang tinggi sangat berperan dalam memberikan sumbangan yang bermakna dalam proses kehidupan seseorang, karena apabila individu Self Efficacy mampu untuk melakukan sesuatu, maka akan timbul motivasi pada diri individu untuk melakukan hal-hal dalam hidupnya.

(18)

dan secepat mungkin, atau dengan perkataan lain usaha seseorang untuk menemukan atau melampaui standar keunggulan. Menurut Atkinson motivasi seseorang ditentukan oleh dua faktor, yaitu harapan terhadap suatu objek dan nilai objek tersebut. Lebih lanjut Atkinson mengemukakan bahwa di dalam diri setiap individu selalu terdapat pertentangan antara harapan akan sukses yang menyebabkan seseorang termotivasi untuk mencari atau mendekati pencapaian tujuan, sedangkan rasa takut akan mengalami kegagalan menyebabkan orang termotivasi untuk menjauhi atau menghindari pencapaian tujuan. Motivasi yang terjadi pada diri seseorang menurut Atkinson adalah hasil dari interaksi antara harapan akan sukses dan rasa takut akan mengalami kegagalan. Jika kedua keadaan ini terjadi pada diri pribadi seseorang dalam waktu yang bersamaan, maka motivasi yang muncul dalam diri orang itu merupakan hasil (resultant) dari kedua keadaan tersebut, di mana keadaan yang dominan akan menang.

(19)

Tabel 1.1 Permasalahan di Sekolah Dasar Gugus 1 Kecamatan Sandubaya

No. Sekolah Permasalahan

1. SDN 50 Cakranegara - Peserta didik terlalu cepat menyerah dengan soal-soal yang dianggap sulit

- Lebih banyak bermain terutama bermain gadget

- Ketika ditunjuk maju ke depan kelas untuk mengerjakan soal, peserta didik cenderung tidak percaya diri dan menyerah

2. SDN 48 Cakranegara -Rendahnya keinginan belajar peserta didik -Rendahnya perhatian dan dukungan orang tua -Rendahnya kepercayaan diri

3. SDN 39 Cakranegara -Rendahnya motivasi diakibatkan dukungan dan pantauan dari orang tua tidak ada.

-Belajar hanya mereka lakukan di sekolah -Tugas rumah seringkali tidak dikerjakan. -Kurang cepat menangkap pelajaran yang

diberikan

-Lebih sering bermain saat tidak diawasi oleh guru

4. SDN 5 Cakranegara -Kesenjangan penerimaan materi, sehingga peserta didik yang cenderung mendapat nilai yang rendah akan gampang menyerah jika dihadapkan pada persoalan yang sulit karena tahu mereka pasti akan mendapat nilai yang sama yaitu buruk

-Kenakalan peserta didik seperti ribut saat pelajaran dan sering berkelahi

5. SDN 51 Cakranegara -Kenakalan peserta didik seperti suka berkelahi, saling mengolok, dan sebagainya -Ada beberapa peserta didik yang tidak tuntas

mengerjakan tugasnya, hal ini kemungkinan karena motivasinya rendah.

(20)

sekolah, keluarga, teman. Dari penjelasan diatas salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi adalah Self Efficacy (efikasi diri).

Dari gambaran permasalahan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa keyakinan dalam diri peserta didik saat belajar sangat mempengaruhi motivasi belajarnya. Keyakinan peserta didik akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya motivasi peserta didik. Seorang peserta didik seharusnya bisa lebih aktif dan bisa belajar dari pengalaman-pengalaman yang dialaminya dalam mengatasi setiap masalah yang menganggu kegiatan belajarnya, sehingga peserta didik dapat mencapai keberhasilan dan tujuan yang diinginkannya. Akan tetapi lebih kebanyakan peserta didik cendurng memiliki banyak tujuan namun tidak yakin dan ragu terhadap kemampuan yang dimiliki.

(21)

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas, maka peneliti akan melakukan penelitian untuk mengetahui apakah ada kontribusi antara Self Efficacy (Kepercayaan Diri) terhadap Motivasi Berprestasi Pada Peserta didik Kelas V Sekolah Dasar Gugus 1 Kecamatan Sandubaya Kota Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahannya adalah:

1. Bagaimana Self Efficacy Peserta Didik Kelas V Sekolah Dasar Gugus 1 Kecamatan Sandubaya Kota Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017? 2. Bagaimana Motivasi Berprestasi Peserta Didik Kelas V Sekolah Dasar

Gugus 1 Kecamatan Sandubaya Kota Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017

3. Bagaimana kontribusi Self Efficacy terhadap Motivasi Berprestasi Peserta Didik Kelas V Sekolah Dasar Gugus 1 Kecamatan Sandubaya Kota Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017?

C. Batasan Masalah

Untuk mempersempit ruang lingkup penelitian, maka peneliti membatasi masalah pada hal-hal berikut :

1. Subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas V Sekolah Dasar Gugus 1 Kecamatan Sandubaya Kota Mataram dan teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket dan dokumentasi.

(22)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui Self Efficacy Peserta didik Kelas V Sekolah Dasar Gugus 1 Kecamatan Sandubaya Kota Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017? 2. Mengetahui Motivasi Berprestasi Peserta didik Kelas V Sekolah Dasar

Gugus 1 Kecamatan Sandubaya Kota Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017

3. Mengetahui Kontribusi Self Efficacy terhadap Motivasi Berprestasi Peserta Didik Kelas V Sekolah Dasar Gugus 1 Kecamatan Sandubaya Kota Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini meliputi manfaat teoritis dan praktis, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

(23)

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi nyata mengenai kontribusi self effiacy terhadap motivasi berprestasi bagi semua elemen yang berpartisipasi dalam proses pendidikan, yaitu:

2.1. Bagi Orang Tua, Orang tua diharapkan selalu memotivasi anak mereka untuk yakin pada kemampuan diri sendiri sehingga memiliki persiapan dan keteraturan lebih dalam menghadapi tujuan yang ingin dicapai.

2.2. Bagi Guru, Guru diharapkan mampu membimbing dan memotivasi peserta didik yang memperoleh prestasi memuaskan dan terus mempertahankan prestasinya dan mendorong peserta didik yang memperoleh prestasi yang kurang memuaskan untuk bangkit dan semangat belajar dalam mempersiapkan diri menjelang ujian.

2.3. Bagi Sekolah, Sekolah sebagai lembaga pendidikan diharapkan dapat menjadi tempat untuk melahirkan generasi muda yang selalu menyakini bahwa dengan kemampuan yang mereka miliki, mereka siap menghadapi tantangan zaman.

2.4. Bagi Masyarakat, Masyarakat diharapkan mengetahui pentingnya

(24)

F. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel digunakan sebagai penjelasan rinci dan tegas dari variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian. Dalam hal ini sebelum mengkaji kedua variabel, akan dijelaskan makna dari kontribusi. Kontribusi menurut KBBI ialah sumbangan berarti seberapa besar dampak (sumbangan) variabel x terhadap variabel y. Adapun variabel yang akan diteliti adalah Self Efficacy dan Motivasi Berprestasi, masing-masing variabel tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Self Efficacy

Menurut Kamus terjemahan Bahasa Inggris, Self Efficacy berasal dari kata “Self” dan “Efficacy”, Self berarti diri dan Efficacy berarti

kemujaraban/kemanjuran. Maka secara harfiah Self Efficacy diartikan sebagai kemujaraban diri (Kepercayaan Diri). Self Efficacy adalah keyakinan atau kepercayaan terhadap kemampuan yang dimiliki individu untuk menghadapi tingkat kesulitan tugas, keyakinan dan harapan yang dimiliki serta luas bidang perilaku.

2. Motivasi Berprestasi

Dalam KBBI “Motivasi” berarti dorongan yang timbul pada diri

seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Sedangkan Berprestasi dari asal kata “Prestasi”

(25)
(26)

11

1. Tinjauan tentang Self Efficacy

1.1. Pengertian Self Efficacy

Konstruk tentang Self Efficacy diperkenalkan pertama kali oleh Albert Bandura yang menyajikan satu aspek pokok dari teori kognitif sosial. Bandura dalam Alwisol (2014) menyebut keyakinan atau harapan diri sebagai efikasi diri (self efficacy) dan harapan hasilnya disebut ekspektasi hasil. Self Efficacy menurut Albert Bandura adalah persepsi diri sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat berfungsi pada situasi tertentu.

(27)

diri (self-esteem), tapi sifat-sifat yang penting membedakannya dari keduua konsep tersebut. Ketika para psikolog berbicara tentang self-concept dan self-esteem mereka biasanya menjelaskan gambaran diri yang bersifat umum yang meliputi banyak aktivitas dan bisa mencakup perasaan-perasaan dan juga kepercayaan-kepercayaan. Sebaliknya, Self Efficacy lebih spesifik pada tugas atau situasi dan hanya melibatkan penilaian (bukan perasaan).

Pendapat lain mengemukakan bahwa efikasi diri (self efficacy)

pada dasarnya adalah hasil dari proses kognitif berupa keputusan, keyakinan, atau pengharapan tentang sejauh mana individu memperkirakan kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas atau tindakan tertentu yang diperlukan untuk mecapai hasil yang diinginkan (Ghufron, 2014).

1.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Self Efficacy Bandura dalam Alwisol (2014) Perubahan tingkah laku, dalam sistem Bandura kuncinya adalah perubahan ekspektasi efikasi (Efikasi Diri). Self-efficacy atau keyakinan kebisaan diri itu dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan dan diturunkan, melalui salah satu atau kombinasi empat sumber, yakni pengalaman menguasai sesuatu prestasi (performance accomplishment), pengalaman vikarius

(28)

a. Pengalaman Performansi (Performance Accomplishment) Pengalaman Performansi adalah prestasi yang pernah dicapai pada masa yang telah lalu. Sebagai sumber, performansi masa lalu menjadi pengubah efikasi diri yang paling kuat pengaruhnya. Prestasi (masa lalu) yang bagus menigkatkan ekspektasi efikasi, sedang kegagalan akan menurunkan efikasi. Mencapai keberhasilan akan memberikan dampak yang berbeda-beda, tergantung proses pencapaiannya:

1) Semakin sulit tugasnya, keberhasilan akan membuat efikas semakin tinggi.

2) Kerja sendiri, lebih meningkatkan efikasi dibanding kerja kelompok, dibantu orang lain.

3) Kegagalan menurunkan efikasi, kalau orang merasa sudah merasa sebaik mungkin.

4) Kegagalan dalam suasana emosional/stress, dampaknya tidak seburuk kalau kondisinya optimal.

5) Kegagalan sesudah orang memiliki keyakinan efikasi yang kuat, dampaknya tidak seburuk kalau kegagalan itu terjadi pada orang yang keyakinan efikasinya belum kuat.

(29)

b. Pengalaman Vikarius

Pengalaman Vikarius diperoleh melalui model sosial. Efikasi akan meningkat ketika mengamati keberhasilan orang lain, sebaliknya efikasi akan menurun jika mengamati orang yang kemampuannya kira-kira sama dengan dirinya ternyata gagal. Kalau figur yang diamati berbeda dengan diri si pengamat, pengaruh vikarius tidak besar. Sebaliknya ketika mengamati kegagalan figur yang setara dengan dirinya, bisa jadi orang tidak mau mengerjakan apa yang pernah gagal dikerjakan figur yang diamatinya itu dalam jangka waktu yang lama.

c. Persuasi Sosial

Efikasi diri juga dapat diperoleh, diperkuat atau dilemahkan melalui persuasi sosial. Dampak dari sumber ini terbatas tetapi pada kondisi yang tepat persuasi dari orang lain dapat mempengaruhi efikasi diri. Kondisi itu adalah rasa percaya kepada pemberi pesuasi, dan sifat realistik dari apa yang dipersuasikan.

d. Keadaan Emosi

(30)

1.3.Pengaruh Self Efficacy terhadap Perilaku dan Kognisi

Bandura, 1982; Schunk & Pajares, 2004 dalam Ormrod (2009) Perasaan self efficacy memengaruhi pilihan aktivitas mereka, tujuan dan usaha serta persistensi mereka dalam aktivitas-aktivitas kelas. Dengan demikian, self efficacy pun pada akhirnya memengaruhi pembelajaran dan prestasi mereka.

a. Pilihan Aktivitas

Orang cenderung memilih tugas dan aktivitas yang mereka yakin akan berhasil dan menghindari tugas dan aktivitas yang mereka yakin akan gagal.

b. Tujuan

Orang menetapkan tujuan yang lebih tinggi bagi diri mereka sendiri ketika mereka memiliki self efficacy yang tinggi dalam bidang tertentu. Sebagai contoh, pilihan karir para remaja dan tingkat pekerjaannya menunjukkan bahwa mereka memiliki

self efficacy yang tinggi dalam bidang itu dan bukan sebaliknya (Bandura et. Al., 2001)

c. Usaha dan Persistensi

Orang dengan perasaan Self Efficacy yang tinggi lebih mungkin mengerahkan segenap tenaga ketika mencoba suatu tugas baru. Mereka juga lebih mungkin gigih dan tidak mudah

menyerah (untuk “mencoba, mencoba lagi”) ketika menghadapi

(31)

d. Pembelajaran dan Prestasi

Orang dengan Self Efficacy yang tinggi cenderung lebih banyak belajar dan berprestasi daripada mereka yang self efficacy-nya rendah. Hal ini benar bahkan ketika tingkat kemampuan aktual sama Dengan kata lain, ketika beberapa individu memiliki kemampuan yang sama, mereka yang yakin dapat melakukan suatu tugas lebih mungkin menyelesaikan tugas tersebut secara sukses daripada mereka yang tidak yakin mampu mencapai keberhasilan. Peserta didik dengan Self Efficacy yang tinggi bisa mencapai tingkatan yang luar biasa sebagian karena mereka terlibat dalam proses-proses kogntif yang meningkatkan pembelajaran menaruh perhatian, mengorganisasi, mengelaborasi, dan seterusnya (Bong & Skaalvik, 2003; Pintrich & Schunk 2002)

1.4.Self Efficacy sebagai Prediktor Tingkah Laku

Menurut Bandura dalam Alwisol (2014) sumber pengontrol tingkah laku adalah resiprokal antara lingkungan, tingkah laku, dan pribadi. Self Efficacy merupakan variabel pribadi yang penting, yang kalau digabung dengan tujuan-tujuan spesifik dan pemahaman mengenai prestasi, akan menjadi penentu tingkah laku mendatang yang penting.

(32)

diri yang berbeda-beda pada situasi yang berbeda, tergantung kepada: 1) kemampuan yang dituntut oleh situasi yang berbeda itu; 2) kehadiran orang lain khususnya saingan dalam situasi itu; 3) keadaan fisiologis dan emosional; kelelahan, kecemasan, apatis, murung. Efikasi yang tinggi atau rendah, dikombinasikan dengan lingkungan yang responsif atau tidak responsif akan menghasilkan empat kemungkinan prediksi tingkah laku (Tabel 2.1)

Tabel 2.1

Kombinasi Efikasi dengan Lingkungan sebagai Prediktor Tingkah Laku

Efficacy Lingkungan Prediksi Tingkah Laku

Tinggi Responsif Sukses melaksanakan tugas yang sesuai dengan kemampuannya

Rendah Tidak Responsif Depresi, melihat orang lain sukses pada tugas yang dianggapnya sulit

Tinggi Tidak Responsif Berusaha keras mengubah lingkungan menjadi responsif, melakukan protes, aktivitas sosial, bahkan memaksakan perubahan

Rendah Responsif Orang menjadi apatis, pasrah, merasa tidak mampu

1.5.Aspek-Aspek Self Efficacy

Bandura (1997) dalam Ghufron (2014), efikasi diri tiap individu berbeda satu sama lain, hal ini berdasarkan tiga dimensi Self Efficacy, antara lain:

a. Dimensi Tingkat (Level)

(33)

kesulitannya, maka efikasi diri individu mungkin akan terbatas pada tugas yang mudah, sedang, bahkan paling sulit sesuai dengan batas kemampuannya untuk memenuhi tuntutan perilaku yang dibutuhkan pada masing-masing tingkat. Dimensi ini memiliki implikasi terhadap pemilihan tingkah laku yang akan dicoba atau dihindari. Individu akan mencoba tingkah laku yang dirasa mampu dilakukannya dan menghindari tingkah laku yang berada diluar batas kemampuan yang dirasakannya.

b. Dimensi Kekuatan (Strength)

Dimensi ini berkaitan dengan tingkat kekuatan dari keyakinan atau pengharapan individu mengenai kemampuannya. Pengharapan yang lemah mudah digoyahkan oleh pengalaman-pengalaman yang tidak mendukung. Sebaliknya, pengharapan yang mantap mendorong individu tetap bertahan dalam usahanya meskipun mungkin ditemukan pengalaman yang kurang menunjang. Dimensi ini berkaitan langsung dengan dimensi level yaitu semakin tinggi taraf kesulitan tugas, semakin lemah keyakinan yang dirasakan untuk menyelesaikannya. c. Dimensi Generalisasi (Generality)

(34)

pekerjaan, misalnya apakah ia dapat menjadikan pengalaman sebagai hambatan atau sebagai kegagalan.

Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa Self Efficacy adalah keyakinan atau kepercayaan terhadap kemampuan yang dimiliki individu untuk menghadapi tingkat kesulitan tugas, keyakinan dan harapan yang dimiliki serta luas bidang perilaku.

2. Tinjauan tentang Motivasi Berpestasi

2.1.Pengertian Motivasi Berprestasi

Djaali (2009) Motivasi berprestasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis (kebutuhan untuk berprestasi) yang terdapat di dalam diri peserta didik yang mendorongnya untuk melakukan aktifitas tertentu guna mencapai suatu tujuan tertentu (berprestasi setinggi mungkin). McClelland dalam The Encyclopedia Dictionary of Psychology yang disusun oleh Hare dan Lamb (Djaali, 2009) mengungkapkan bahwa motivasi berprestasi merupakan motivasi yang berhubungan dengan pencapaian beberapa standar kepandaian atau standar keahlian.

(35)

yaitu standar keunggulan tugas, standar keunggulan diri, dan standar keunggulan peserta didik lain. Selanjutnya McClelland dalam Khairani (2014) menyatakan bahwa motivasi berprestasi adalah penentu yang mempengaruhi perilaku individu. Motivasi adalah daya penggerak aktif, yang terjadi pada saat tertentu, terutama jika kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak. Kemudian McClelland mengatakan bahwa setiap orang mempunyai keinginan untuk melakukan karya yang berprestasi atau yang lebih baik daripada karya orang lain.

McClelland dalam Khairani (2014) merupakan seorang ahli yaang mengemukakan teori motivasi yang dikenal dengan social motives theory. Ia mengelompokkan motivasi dalam 3 kategori yakni motivasi berprestasi, motivasi berafiliasi, dan motivasi berkuasa. Dalam hal ini, motivasi berprestasi merupakan dorongan untuk mencapai sukses, yang diukur berdasarkan standar kesempurnaan dalam diri seseorang.

Sedangkan motivasi berprestasi menurut Gallermen (1984) dalam Khairani (2014) adalah sebagai suatu cara berfikir tertentu apabila terjadi pada diri seseorang cenderung membuat orang itu bertingkah laku secara giat untuk meraih suatu hasil atau prestasi.

2.2.Kebutuhan Motivasi Berprestasi

(36)

for power atau nPow), kebutuhan akan kerjasama (need for afiliation atau nAff).

Masing-masing motivasi itu, menurut Wahjosumidjo (1987) dapat dibedakan sebagai berikut:

a. Kebutuhan Berprestasi (need for achievement atau nAch) Orang yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi, secara umum mereka memiliki ciri-ciri :

1) Mereka menjadi bersemangat sekali apabila unggul

2) Menentukan tujuan secara realistik dan mengambil resiko yang diperhitungkan

3) Mereka mau bertanggung jawab sendiri mengenai hasilnya 4) Mereka bertindak sebagai wirausaha, memilih tugas yang

menantang dan menunjukkan perilaku yang lebih berinisiatif daripada kebanyakan orang

5) Mereka menghendaki umpan balik konkrit yang cepat terhadap prestasi mereka

6) Mereka bekerja tidak terutama untuk mendapatkan uang atau kekuasaan

(37)

b. Kebutuhan Akan Kekuasaan (need for power atau nPow) Orang yang mempunyai motivasi kekuasaan yang tinggi, secara umum mereka memiliki ciri-ciri:

1) Merumuskan tujuan untuk kepentingan kelompok

2) Mengilhami kelompok untuk menyelesaikan soal-soal kecil demi kebaikan

3) Mencari cara yang paling baik untuk mencapai sasaran dan evaluasi

4) Bekerja sebagai katalisator

5) Tegas dan lancar berbicara, serta senang mengajar dan berbicara di depan publik

c. Kebutuhan Akan Kerjasama (need for afiliation atau nAff) Orang yang mempunyai motivasi afiliasi yang tinggi, secara umum mereka memiliki ciri-ciri:

1) Bersifat sosial, suka berinteraksi, dan bersama dengan individu-individu

2) Bersikap merasa ikut memiliki atau bergabung dalam kelompok

3) Mereka menginginkan persahabatan dan kepercayaan yang lebih jelas dan tegas

(38)

5) Secara pribadi, mereka selalu bersedia untuk beronsultasi dan suka menolong orang yang dalam kesukaran dan lebih menyenangi saling adanya hubungan persahabatan.

2.3.Karakter Individu yang Motivasi Berprestasinya Tinggi

Menurut Johnson dan Schwitzgebel & Kalb dalam Djaali (2009) mengemukakan bahwa individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Menyukai situasi atau tugas yang menuntut tanggung jawab pribadi atas hasil-hasilnya dan bukan atas dasar untung-untungan, nasib, atau kebetulan

b. Memilih tujuan yang realistis tetapi menantang dari tujuan yang terlalu mudah dicapai atau terlalu besar resikonya

c. Mencari situasi atau pekerjaan dimana ia memperoleh umpan balik dengan segera dan nyata untuk menentukan baik atau tidaknya hasil pekerjaannya

d. Senang bekerja sendiri dan bersaing untuk mengungguli orang lain e. Mampu menangguhkan pemuasan keinginannya demi masa depan

yang lebih baik

(39)

Lain lagi yang dikemukakan oleh Hechausen dalam Martaniah (1984), yang menunjukkan bahwa karakteristik individu yang memiliki motivasi berprestasi adalah:

a. Berorientasi sukses

Bahwa jika individu di harapkan pada situasi berprestasi ia akan merasa optimis bahwa sukses akan di raihnya dalam mengerjakan tugas. Seseorang lebih terdorong oleh harapan untuk sukses dari pada menghindar tetapi gagal. b. Berorientasi kedepan

Bahwa seseorang memilki kehendak dan tujuan yang luhur di masa mendatang dengan memperhatikan waktu. Seseorang cendrung membuat tujuan-tujuan yang hendak dicapainya dalam waktu yang akan datang dan ia menghargai waktu serta ia lebih dapat menangguhkan pemuasan untuk mendapat penghargaan di waktu mendatang. c. Suka tantangan

Seseorang lebih suka jenis tugas yang cukup rawan antara sukses dan gagal. Dan hal itu menjadikan pendorong baginya untuk melaksanakan dengan sungguh-sungguh, suka situasi dan prestasi yang mendukung resiko yang cukup untuk gagal, dan suka akan perbedaan dan kekhasan tersendiri sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.

(40)

Seseorang bisa di hadapkan pada suatu tugas yang berat sekalipun tidak mudah menyerah, tetap bekerja dengan baik untuk mencapai prestasi terbaiknya di banding dengan oreng lain, dalam melakukan tugas-tugasnya menunjukan keuletan dan tidak mudah putus asa serta terus berusaha sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Di kutip oleh (Baiq Kumala Indrasari, 2010).

2.4.Komponen Motivasi Berprestasif

Ausubel seperti dikutip olehf Howe dalam Djaali (2009) mengemukakan bahwa motivasi bferprestasi terdiri atas 3 komponen, yaitu :

a. Dorongan Kognitif

Dorongan kognitif adalah keinginan peserta didik untuk mempunyai kompetensi dalam subjek yang ditekuninya serta keinginan untuk menyelesaikan tugas yang dihadapinya dengan sebaik-baiknya.

b. An ego-echancing one

An ego-echancing one maksudnya ialah keinginan peserta didik untuk meningkatkan status dan harga dirinya (self-esteem),

minsalnya dengan jalan berprestasi dalam segala bidang. c. Komponen Afiliasi

(41)

2.5.Indikator-Indikator Motivasi Berprestasi

Schunk, dkk. (2008); Wigfield dan Eccles, (2002) dalam Purwanto (2014) mengemukakan bahwa indikator dari motivasi berprestasi, khususnya dalam setting akademik, meliputi:

a. Choice

Choice atau memilih terlibat dalam tugas akademik daripada tugas-tugas non-akademik. Perilaku memilih tugas prestasi ini misalnya memilih mengerjakan tugas sekolah daripada menonton TV, menelepon teman, bermain game, ataupun aktivitas-aktivitas lainnya yang dapat dipilih untuk mengisi waktu luang; b. Persistence

Persistence atau persisten (ulet) dalam tugas prestasi, terutama pada waktu menghadapi rintangan seperti kesulitan, kebosanan, ataupun kelelahan; dan

c. Effort

(42)

menggunakan waktu yang memadai untuk memper-siapkan ujian, merencanakan aktivitas belajar, menerapkan mnemonic belajar. Berdasarkan kajian teori tentang Motivasi Berprestasi yang dikemukakan oleh para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa Motivasi Berprestasi berarti dorongan yang timbul dan berhubungan dengan pencapaian beberapa hasil dengan berdasar dari hasrat keingin tahuan yang besar, pilihan dalam belajar, ulet, usaha dan kemampuan memanajemen. 3. Hubungan Antara Self Efficacy dengan Motivasi Berprestasi

(43)

Perasaan Self Efficacy peserta didik mempengaruhi pilihan aktivitas mereka, tujuan mereka, serta persistensi mereka dalam aktivitas-aktivitas di kelas. Dengan demikian Self Efficacy mempengaruhi pembelajaran dan prestasi mereka. Peserta didik dengan Self Efficacy yang rendah mungkin menghindari banyak tugas belajar, khususnya yang menantang dan sulit, sedangkan pelajar dengan level Self Efficacy tinggi akan mau mengerjakan yang sulit dan menantang (Ormrod, 2009)

Menurut Schunk (1991) motivasi berhubungan dengan Self Efficacy, yang merupakan sebuah penilaian individu mengenai kemampuan mereka dalam mengambil tindakan. Dalam penelitian Schunk (1991) Self Efficacy telah menjadi faktor yang bersangkutan dengan motivasi berprestasi peserta didik. Pengaruh dalam belajar, variabel individu yaitu penentuan tujuan dan proses informasi sedangkan variabel situasi yaitu model, atribusi, umpan balik, dan penghargaan. Jadi, Self Efficacy sangat penting untuk memprediksi motivasi peserta didik.

(44)

enggan mencoba melakukan suatu perilaku. Jika orang tidak yakin dapat memproduksi hasil yang mereka inginkan, mereka akan memiliki sedikit motivasi untuk bertindak.

Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa Self Efficacy

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi individu khususnya motivasi berprestasi. Sedangkan hubungan Self Efficacy dengan motivasi belajar adalah untuk meningkatkan motivasi berprestasi peserta didik, dengan adanya Self Efficacy yang ada dalam diri individu diharapkan bisa mendorong individu tersebut untuk bertindak dalam meraih capaian hasil belajarnya secara maksimal.

B. Kerangka Berpikir/ Desain Penelitian

Satu hal yang disetujui oleh ahli teori motivasi adalah bahwa keyakinan siswa akan kemampuan mereka mengatasi tugas harian merupakan variabel penting yang mempengaruhi motivasi khususnya motivasi siswa dalam berprestasi.

Motivasi berprestasi adalah dorongan atau penggerak yang berasal dari dalam maupun dari luar diri seseorang untuk mengembangkan kreativitas dan menggerakkan semua kemampuan serta energi yang dimilikinya demi mencapai suatu standar prestasi yang diinginkan.

(45)

berupa keputusan, keyakinan atau pengharapan tentang sejauh mana individu memperkirakan kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas atau tindakan tertentu yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Individu yang mempunyai Self Efficacy yang tinggi akan mempunyai motivasi yang lebih tinggi di dalam menjalankan suatu tugas tertentu dibandingkan dengan orang memiliki Self Efficacy yang rendah. Seseorang yang memiliki Self Efficacy yang tinggi akan membayangkan kesuksesan dalam tugas yang sedang mereka kerjakan. Bayangan kesuksesan tersebut akan memberikan dorongan yang positif bagi seseorang dalam melaksanakan tugasnya dan lebih memotivasi dirinya untuk mencapai tujuan.

Perasaan Self Efficacy peserta didik mempengaruhi pilihan aktivitas mereka, tujuan mereka, serta persistensi mereka dalam aktivitas-aktivitas di kelas. Dengan demikian Self Efficacy mempengaruhi pembelajaran dan prestasi mereka. Peserta didik dengan Self Efficacy yang rendah mungkin menghindari banyak tugas belajar, khususnya yang menantang dan sulit, sedangkan pelajar dengan level Self Efficacy tinggi akan mau mengerjakan yang sulit dan menantang (Ormrod, 2009).

(46)

akan memiliki sedikit motivasi untuk bertindak. Keterkaitan antara self efficacy terhadap Motivasi Berprestasi siswa dapat dijelaskan lebih lanjut dalam kerangka berpikir yang diilustrasikan seperti gambar 2.1 sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir C. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Trijoko Lestyanto dengan judul

“Hubungan antara Efikasi Diri dengan Motivasi Belajar pada peserta didik

RSBI kelas VIII SMP Negeri 3 Pati Tahun 2013” mengatakan bahwa terdapat

hubungan yang sangat signifikan antara variabel efikasi diri (self efficacy)

dengan motivasi belajar. Hal ini dibuktikan dengan r = 0,640 dan p = 0,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa hasilnya signifikan karena p<0,05. Efikasi diri memiliki sumbangan efektif terhadap motivasi belajar sebesar 41%.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Nirwana Gita Pertiwi

dengan judul penelitian “Pengaruh Self Efficacy terhadap Hasil Belajar pada

Siswa Kelas V Sekolah Dasar Daerah binaan IV Kecamatan Cilacap Selatan

Kabupaten Cilacap” mengemukakan bahwa Hasil penelitian menunjukkan

bahwa: (1) tingkat Self Efficacy siswa sebesar 69,331246% termasuk dalam kategori sedang, (2) tingkat hasil belajar siswa sebesar 77,31 termasuk dalam kategori baik, (3) Nilai sig. sebesar 0,000. Oleh karena 0,000 < 0,05, maka

Self Efficacy

Motivasi Berprestasi

Self Efficacy

(47)

H0 ditolak dan Ha diterima artinya terdapat pengaruh yang signifikan Self Efficacy terhadap hasil belajar siswa, (4) koefisien determinasi (R2) 0,296 menunjukkan bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel bebas sebesar 29,6%. Hal ini menunjukkan bahwa 29,6% hasil belajar siswa dipengaruhi oleh Self Efficacy, sedangkan 70,4% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dibahas dalam penelitian.

Pada penelitian yang dilakukan oleh wahyu puji lestari dengan judul

“Pengaruh Self fficacy dan Kecerdasan Emosi terhadap Motivasi Berprestasi

Siswa SMK PGRI 1 Madiun Tahun 2013/2014” dengan hasil penelitian yaitu

1) Ada pengaruh Self Efficacy terhadap motivasi berprestasi pada siswa SMK PGRI 1 Madiun. 2) Ada pengaruh kecerdasan emosi terhadap motivasi berprestasi pada siswa SMK PGRI 1 Madiun. 3) Ada pengaruh Self Efficacy

dan kecerdasan emosi terhadap motivasi berprestasi siswa SMK PGRI 1 Madiun.

D. HIPOTESIS

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan (Sugiyono, 2014). Dari uraian teori di atas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

Ho : Tidak ada kontribusi yang signifikan antara Self Efficacy terhadap Motivasi Berprestasi Peserta Didik.

(48)
(49)

34

Dalam penelitian ini, yang hendak diteliti adalah bagaimana kontribusi

Self Efficacy terhadap Motivasi Berprestasi peserta didik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan alasan pendekatan ini adalah pendekatan tradisional. Dikatakan tradisional karena pendekatan ini menjadi salah satu pilihan yang rasional untuk diterapkan dalam suatu penelitian. Adapun metode yang digunakan adalah metode expost facto. Dantes (2012) berpendapat bahwa penelitian expost facto merupakan suatu pendekatan pada subjek penelitian untuk meneliti yang telah dimiliki oleh subjek penelitian secara wajar tanpa adanya usaha sengaja memberikan perlakuan untuk memunculkan variabel yang ingin diteliti. Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel bebas (X) adalah Self Efficacy dan variabel terikat (Y) adalah Motivasi Berprestasi siswa.

B. Populasi

(50)

Tabel 3.1 Populasi siswa kelas V Gugus 1 Sandubaya

No. Nama Sekolah Jumlah siswa

laki-laki

Jumlah siswa

Perempuan Jumlah

1. SDN 50 Cakranegara 15 27 42

2. SDN 48 Cakranegara 21 15 36

3. SDN 39 Cakranegara 13 12 25

4. SDN 5 Cakranegara 20 24 44

5. SDN 51 Cakranegara 16 16 32

Jumlah 85 94 179

Penelitian ini menggunakan seluruh populasi subyek atau responden sehingga penelitian ini disebut juga penelitian populasi/study populasi. Alasan pengambilan populasi sebagai sampel adalah untuk menghindari kesalahan generalisasi. Makin besar tingkat kesalahan maka akan semakin kecil jumlah sampel yang diperlukan dan sebaliknya, makin kecil tingkat kesalahan maka akan semakin besar jumlah anggota sampel yang diperlukan sebagai sumber data.

C. Data Penelitian

Pada bagian ini dijelaskan tentang jenis dan sumber data penelitian. Uraiannya sebagai berikut :

1. Jenis Data

(51)

dihasilkan dari angket Self Efficacy dan Motivasi Berprestasi yang diisi oleh siswa kelas V di SD Gugus I Kecamatan Sandubaya Kota Mataram 2. Sumber Data

Sumber data penelitian terdiri atas sumber data sekunder dan data primer. Penelitian ini menggunakan Data Primer sebagai sumber datanya. Data Primer adalah suatu data yang berasal dari pihak yang bersangkutan atau langsung diperoleh dari responden yaitu siswa dan guru. Pengambilan data primer ini dilakukan menggunakan angket dan dokumentasi.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data digunakan penulis untuk mengumpulkan dan menghimpun data yang berhubungan dengan penelitian. Ada berbagai macam teknik pengumpulan data, namun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Non Tes dengan metode antara lain angket atau kuesioner dan dokumentasi. Berikut uraian lengkap dari masing-masing teknik pengumpulan data yang digunakan:

1. Angket atau Kuesioner

Sugiyono (2014) menjelaskan bahwa kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan cara memberi pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab yang kemudian setelah diisi lengkap dikembalikan lagi.

(52)

yang ada di SD Gugus I Kecamatan Sandubaya Kota Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017.

Angket pada penelitian ini berbentuk checklist. Angket ini disusun dengan menggunakan skala Likert yang berisi pertanyaan mengacu pada indikator penelitian. Sugiyono (2014) menjelaskan Skala Likert

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi orang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Penelitian ini menggunakan skala Likert empat gradasi dari positif sampai negatif dengan skala penilaian sangat setuju diberi skor 4, setuju diberi skor 3, kurang setuju diberi skor 2 dan tidak setuju diberi skor 1 untuk jawaban positif. Sedangkan untuk jawaban negatif diberi skor sebaliknya.

Tabel 3.2 Skala Likert

Item Pertanyaan Bobot Skor

SS S TS STS

Positif 4 3 2 1

Negatif 1 2 3 4

Keterangan :

SS : Sangat Setuju S : Setuju

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju (Sugiyono, 2014)

2. Dokumentasi

Metode Dokumentasi menurut Sugiyono (2012) adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang.

(53)

variabel penelitian. Dalam hal ini, dokumentasi digunakan untuk melengkapi beberapa data yang dirasakan perlu oleh peneliti yang tidak didapatkan dengan teknik pengumpulan data yang sebelumnya telah dipilih.

Metode Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan daftar nama siswa kelas V di masing-masing sekolah dan semua literatur yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

E. Instrumen Penelitian

Sugiyono (2014) menjeaskan Istrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Dengan demikian, jumlah instrumen yang akan digunakan untuk penelitian akan tergantung pada jumlah variabel yang diteliti.

Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Instrumen penelitian berupa pedoman angket/kuesioner dan dokumentasi. Angket digunakan untuk mengukur self efficacy dan motivasi berprestasi siswa di SD se-Gugus I Kecamatan Sandubaya Kota Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017 dan dkumentasi digunakan untuk mengumpulkan data-data yang mendukung tujuan penelitian. Uraian mengenai instrumen-instrumen tersebut sebagai berikut.

1. Pedoman Angket/ Kuesioner

(54)

membuat butir-butir pertanyaan. Adapun Kisi-kisi intrumennya diuraikan sebaagai berikut:

a. Kisi-kisi Instrumen Self Efficacy

Tabel 3.3

Indikator Self Efficacy

No. Aspek Indikator Nomor Soal

1.

Tingkat kesulitan tugas (level)

Efikasi yang diharapkan pada tingkat kesulitan tugas

1, 30, 6, 12, 29, 35 Analisis pilihan perilaku yang akan

dicoba (merasa mampu melakukan)

Kuat lemahnya keyakinan 4, 21, 23, 24, 25, 16

Luas bidang perilaku (generality)

Menganggap pengalaman bukan sebagai hambatan

b. Kisi-kisi Instrumen Motivasi Berprestasi Tabel 3.4

Indikator Motivasi Berprestasi

No. Indikator Deskriptor Nomor Soal

1. Hasrat ingin tahu yang besar

Keingin tahuan siswa terhadap hal-hal baru 28, 35 Keingin tahuan siswa dengan mencobakan

sesuatu 29

Siswa tertarik pada hal-hal yang tidak biasa 30 Siswa tidak malu bertanya 22 2. Pilihan Memilih terlibat dalam berbagai tugas akademik

1, 2, 3, 19,20 Memilih kegiatan yang menunjang prestasi 4, 5,6, 21 3. Ulet

Tepat waktu dalam mengerjakan tugas 7,8, 16,31,33 Ulet mengerjakan kegiatan/tugas yang

menunjang prestasi 9, 25

Mampu mengatasi rintangan dalam belajar

seperti kesulitan, kebosanan ataupun kelelahan 10, 11, 26 4. Usaha

Menunjukkan usaha yang nyata dalam meraih prestasi di sekolah seperti hadir di sekolah tepat

lingkungan keluarga dan masyarakat 17,18 5. Kemampuan

memanajemen

Siswa memiliki kemampuan untuk mengatur

kegiatan belajar secara efisien 23, 34 Siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara

(55)

2. Pedoman Dokumentasi

Dokumetasi yang digunakan berupa pengambilan beberapa data tambahan yang diperlukan untuk menunjang keakuratan penelitian. Adapun data yang diminta yaitu daftar nama siswa kelas V di masing-masing sekolah dan berbagai data yang digunakan untuk menunjang tujuan penelitian.

3. Uji Instrumen

3.1 Validitas Item

Menurut Sugiyono (2014) Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untu mengukur apa yang seharusnya diukur.

Widoyoko (2014) selanjutnya memaparkan sebuah instrumen pengukuran dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriteria tertentu, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil pengukuran dengan kriteria tertentu. Cara yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah dengan mengorelasikan hasil pengukuran dengan kriteria. Arikunto (2010) mengemukakan ada dua jenis validitas intrumen yaitu:

a. Uji Ahli

(56)

maupun isi. Data dari uji ahli merupakan materi yang dijadikan sebagai acuan untuk melakukan revisi terhadap produk awal. Berdasarkan vaidasi ahli, data yang telah didapatkan digunakan untuk mencari apakah masih ada ketidaksesuaian atau kesalahan pada produk, kemudian dilakukan revisi produk sesuai dengan catatan dan masukan dari validasi ahli (dalam hal ini Drs. Lalu Muhammad Tauhid, M.Pd). Hasil revisi produk awal kemudian diuji cobakan.

b. Uji Lapangan

Instrumen dikatakan memiliki validitas jika sudah diuji dari pengalaman (Arikunto, 2012).

Widoyoko (2014) selanjutnya memaparkan sebuah instrumen pengukuran dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriteria tertentu, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil pengukuran dengan kriteria tertentu. Cara yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah dengan mengorelasikan hasil pengukuran dengan kriteria. Teknik korelasi yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah dengan teknik korelasi

product moment dari Carl Pearson.

Rumus korelasi product moment yang digunakan dalam penelitian ini adalah Korelasi product moment dengan deviasi atau simpangan dengan rumus sbb :

(57)

Keterangan :

𝑟𝑥𝑦 = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua

variabel yang dikorelasikan ∑𝑥𝑦= jumlah perkalian x dan y 𝑥2 = kuadrat x

𝑦2 = kuadrat y (Widoyoko, 2014)

Penafsiran harga koefisien korelasi dilakukan dengan membandingkan harga 𝑟𝑥𝑦 hasil perhitungan dengan 𝑟𝑥𝑦 yang ada

dalam tabel harga kritik product moment sehingga dapat diketahui signifikan tidak korelasi tersebut.

Apabila 𝑟𝑥𝑦 hitung lebih besar atau sama dengan

dengan 𝑟𝑥𝑦 tabel ((𝑟 ≥ 𝑟𝑡) berarti korelasi signifikan, artinya instrumen dapat dikatan valid. Begitu juga sebaliknya apabila r

hitung lebih kecil dari r tabel (𝑟 < 𝑟𝑡) berarti korelasi tidak signifikan, kesimpulan instrumen tidak valid.

3.2Uji Reliabilitas Instrumen

Menurut Widoyoko (2014) Instrumen dikatakan dapat dipercaya (reliable) jika memberikan hasil yang tetap atau ajek (konsisten) apabila dites berkali-kali. Dalam hal ini, yang dapat dipercaya merupakan datanya bukan semata instrumennya. Apabila datanya sesuai dengan kebenarannya, maka berapa kalipun pengambilan data, tetap sama hasilnya.

(58)

dalam penelitian ini berbentuk angket yang skornya merupakan rentangan 1-4. Adapun rumusnya sebagai berikut:

𝑟11 = 2 𝑥 r1+ r𝑥𝑦𝑥𝑦

Keterangan :

𝑟𝑥𝑦 = Koefisien korelasi antara variabe X dan variabel Y, dua

variabel yang dikorelasikan

Setelah diperoleh indeks angka reliabilitas, langkah selanjutnya adalah mengonsultasikan angka tersebut dengan tabel r

product moment dengan jumlah N yang sama pada taraf signifikan 1% atau 5%. Apabila rhitung lebih besar atau sama dengan dengan rtabel (𝑟ℎ ≥ 𝑟𝑡) berarti korelasi signifikan, artinya instrumen dianggap

reliabel. Begitu juga sebaliknya apabila rhitung lebih kecil dari rtabel (𝑟ℎ < 𝑟𝑡) berarti korelasi tidak signifikan, kesimpulan instrumen

dianggap tidak reliabel.

F. Teknik Analisis Data

Riduwan (2014) mengemukakan Pengolahan data merupakan kegiatan pokok yang wajib dilakukan oleh para peneliti, karena mustahil para peneliti akan mendapatkan kesimpulan yang berarti tanpa didahului oleh kegiatan pengolahan data tersebut.

(59)

1. Pengeditan Data (Editing) adalah pemeriksaan atau koreksi data yang telah dikumpulkan. Pengeditan dilakukan karena kemungkinan data yang masuk (raw data) tidak memenuhi syarat atau tidak sesuai dengan kebutuhan. 2. Coding dan Transformasi Data, yaitu memberikan skor terhadap setiap

jenis data dengan mengikuti kaidah-kaidah dalam skala pengukuran. 3. Tabulasi Data, yaitu proses menempatkan data dalam bentuk tabel

dengancara membuat tabel yang berisikan data variabel X dan variabel Y dari seluruh responden.

4. Pengolahan data penelitian, untuk mempermudah pengolahan data maka seluruh pengolahan dilakukan menggunakan bantuan Microsoft Excel 2007.

Langkah-langkah pengolahan data penelitian dengan rumus statistik : 1. Menentukan Interpretasi Variabel

Menentukan Interpretasi variabel, menggunakan standar skala lima dari

Gronlund, dengan pembagian sebagai berikut :

Tabel 3.5 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Variabel

No. Interval Kategori

1. X ≥ M + 1,5 SD Sangat Baik

2. M + 0,5 SD ≤ X < M + 1,5 SD Baik

3. M – 0,5 ≤ X < SD M + 0,5 SD Cukup

4. M – 1,5 SD ≤ X < M – 0,5 Kurang

5. X < M – 1,5 SD Sangat Kurang

2. Uji Hipotesis

(60)

(independen) dengan variabel terikat (dependen) sehingga diketahui berapa besar nilai kontribusi variabel X terhadap variabel Y.

Dikarenakan data dalam penelitian ini berbentuk interval/ratio dan hipotesisnya berupa hipotesis asosiatif/hubungan maka Uji korelasi yang digunakan adalah uji korelasi parsial (Partial Correlation) rumus Product Moment dari Pearson :

𝑟𝑥𝑦 = ∑𝑥𝑦 √(∑𝑥2)(∑𝑦2)

Keterangan :

𝑟𝑥𝑦 = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel

yang dikorelasikan ∑𝑥𝑦 = jumlah perkalian x dan y 𝑥2 = kuadrat x

𝑦2 = kuadrat y (Sugiyono, 2014)

3. Uji Koefisien Penentu (Determinansi)

Untuk mengtahui besar kecilnya sumbangan variabel X terhadap Y dapat ditentukan dengan rumus koefisien diterminan sebagai berikut :

𝐾𝑃 = 𝑟𝑥𝑦2 𝑥 100

Keterangan :

KP = Besarnya koefisien penentu (diterminan)

(61)

46

Bab ini membahas tentang prosedur analisis perolehan data dan

langkah-langkah analisis data.

A. Prosedur Perolehan Data

Penelitian dilakukan pada tanggal 22-29 Mei 2017 di SDN Gugus1

Sandubaya dengan subyek penelitian yaitu Peserta Didik Kelas V yang

berjumlah 179 orang. Adapun langkah-langkah yang dilakukan sebelum

peroleh data secara rinci dijabarkan sebagai berikut:

1. Pra Lapangan

Pra lapangan atau persiapan yang dilakukan sebelum terjun ke

lapangan yaitu mempersiapkan segala administrasi terkait penelitian

berupa surat izin penelitian dari Dinas terkait. Kemudian, meminta

persetujuan dari sekolah bersangkutan untuk melakukan penelitian serta

meminta kesediaan kapan penelitian bisa dilaksanakan.

2. Penyusunan Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data yang diinginkan terlebih dahulu

disusun instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Adapun

instrumen yang digunakan adalah instrumen angket menggunakan skala

Likert. Pengujian angket dilakukan terlebih dahulu agar angket yang

(62)

B. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Uji coba instrumen dilakukan pada siswa kelas V SDN 11 Ampenan.

Setelah dikonsultasikan dengan rtabel, terdapat butir soal yang gugur dari

masing-masing variabel yaitu variabel Self Efficacy berjumlah 35 butir soal

terdapat 18 butir soal yang gugur atau tidak valid. Variabel Motivasi

Berprestasi, dari 35 butir soal terdapat 12 butir soal gugur atau tidak valid

dengan rincian sebagai berikut.

Tabel 4.1

Hasil Uji Validitas Variabel X dan Y

r tabel 0,532 taraf signifikansi 0,05 dan n=14

Variabel

Adapun ringkasan hasil uji reliabilitas tersaji dalam tabel berikut.

Tabel 4.2

Hasil Uji Reliabilitas Variabel X dan Y

r tabel 0,532 taraf signifikansi 0,05 dan n=14

Variabel Reliabilitas Interprestasi

Sel Efficacy 0,889 Reliabel

Motivasi Berprestasi 0,963 Reliabel

Berdasarkan ringkasan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa

(63)

dalam kategori sangat tinggi. Variabel dalam penelitian ini dinyatakan

reliabel untuk digunakan.

C. Data Penelitian

Pengumpulan data dilakukan dengan membagikan angket/ kuesioner

pada responden/ subyek penelitian yaitu siswa kelas V SDN Gugus 1

Sandubaya Kota Mataram dengan subyek penelitian yaitu 179 orang yang

dilaksanakan pada tanggal 22-29 Mei 2017. Data yang telah di dapat

kemudian di analisis menggunakan rumus korelasi Product Moment

D. Hasil Analisis Data

Adapun hasil analisis data didapatkan dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

1. Rumusan Hipotesis

Ho : Tidak ada kontribusi yang signifikan antara Self Efficacy

terhadap Motivasi Berprestasi Peserta Didik.

Ha : Ada kontribusi yang signifikan antara Self Efficacy terhadap

Motivasi Berprestasi Peserta Didik.

2. Menyusun tabel bantu korelasi Variabel X dan Y

Sebelum melakukan penghitungan korelasi product moment terlebih

dahulu disusun tabel korelasi untuk memudahkan menghitung. Adapun

(64)
(65)
(66)
(67)
(68)

154 59 75 4 2 16 4 8

Y = Variabel Y (Motivasi Berprestasi)

x = Mx – X

y = My – Y

Mx = 𝑁𝑋

(69)

3. Menentukan Interpretasi Variabel

a. Self Efficacy

Untuk menentukan interpretasi dari variabel Self Efficacy, terlebih

dahulu ditentukan kategori dalam interpretasi skala 5 oleh Gronlund,

dengan menggunakan Mean dan Standar Deviasi sebagai berikut :

Tabel 4.4

Interpretasi Variabel X (Self Efficacy)

No. Interval Skor Kategori

Dari hasil perhitungan data di atas dapat kita kategorikan nilai

Self Efficacy diperoleh sebagai berikut:

Tabel 4.5

Kualitas Variabel X (Self Efficacy)

Rata- Rata Interval Kualitas Kriteria

55,02

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa Self Efficacy dalam

kategori “Cukup Baik”, yaitu berada pada interval nilai 51 - 58

(70)

b. Motivasi Berprestasi

Setelah mendapatkan rata-rata (mean) dan Standar Deviasi dari

variabel Motivasi Berprestasi lalu nilai tersebut dimasukkan ke dalam

interpretasi skala 4 oleh Gronlund sebagai berikut :

Tabel 4.6

Interpretasi Variabel Y (Motivasi Berprestasi)

No. Interval Skor Kategori

Motivasi Berprestasi diperoleh sebagai berikut:

Tabel 4.7

Kualitas Variabel Y (Motivasi Berprestasi)

Rata- Rata Interval Kualitas Kriteria

73,10

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa Motivasi Berprestasi

dalam kategori “Cukup Baik”, yaitu berada pada interval nilai 68,6 –

Gambar

Tabel 1.1 Permasalahan di Sekolah Dasar Gugus 1 Kecamatan Sandubaya
Tabel 2.1
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Tabel 3.1 Populasi siswa kelas V Gugus 1 Sandubaya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan proses yang dikembangkan dalam penelitian ini maka masalah penelitian yang diajukan dan telah mendapat justifikasi melalui pengujian dengan Structural Equation Model

Bukti kontrak pengalaman paling sedikit 1 (satu) pekerjaan sebagai Penyedia dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir, baik di lingkungan pemerintah maupun swasta termasuk

Frasa taun ngarep 'tahun depan' pada kalimat (278) me- miliki lokasi waktu pada tahun yang akan datang atau pada bulan tertentu dalam rangkaian waktu satu tahun setelah saat

[r]

Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode etnografi dengan memfokuskan pada studi kasus mengenai lapangan pekerjaan bangunan pada masyarakat sub urban di

(1) Dalam hal ganti rugi dalam bentuk selain uang, maka apabila yang berhak atas ganti rugi telah menandatangani kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1) huruf b

Penerapan Model Pembelajaran (Clis) Children’s Learning In Science Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dalam Pembelajaran Ipa Materi Pesawat Sederhana. Universitas

[r]