• Tidak ada hasil yang ditemukan

J-PENGMAS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 1, No. 1, Mei 2017: Page ISSN:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "J-PENGMAS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 1, No. 1, Mei 2017: Page ISSN:"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

- 37 -

PENTINGNYA PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMANTAUAN

PERKEMBANGAN MASA BALITA (

GOLDEN PERIOD

)

DI POLINDES SAMBIRAMPAK LOR KECAMATAN KOTAANYAR

KABUPATEN PROBOLINGGO

Widia Shofa Ilmiah,Fifin Maulidatul Azizah, Nina Sukma Amelia, Program Studi D IV Bidan Pendidik, STIKES Hafshawaty Zainul Hasan

email : widiailmiah@yahoo.com

ABSTRAK

Perkembangan biologis anak ditandai juga dengan berkembangnya keterampilan motorik kasar dan halus. Oleh karena itu, masa lima tahun pertama kehidupan yang masa sangat peka terhadap lingkungan dan berlangsung sangat pendek serta tidak dapat diulang lagi (golden period). Sekitar 10% jumlah balita di Indonesia dari seluruh populasi.Sebagai calon generasi penerus bangsa, kualitas perkembangan balita perlu mendapat perhatian serius. Diketahui 16% balita Indonesia mengalami gangguan perkembangan, baik motorik halus dan kasar, gangguan pendengaran, kecerdasan kurang dan keterlambatan bicara dan dijumpai 133 kasus pada anak dan remaja dengan gangguan perkembangan motorik kasar maupun halus di RSUD dr. Sutomo Surabaya tahun 2010.Tujuan IbM untuk meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya pemantauan perkembangan balita dan kesadaran ibu balitadalam memanfaatkan pelayanan DDTK balita. Metode IbM yaitu bekerjasama dengan bidan di Posyandu Krajan dan Posyandu Utara Desa Sambirampak Lor Wilayah Kerja Puskesmas Kotaanyar serta ibu balita melalui pengisian angket untuk mengukur pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan. Hasilnya yaitu meningkatnya pengetahuan ibu balita tentang pentingnya pemantauan perkembangan masa balita (golden period) serta kesadaran untuk memanfaatkan pelayanan DDTK balita. Kesimpulan menunjukkan output peserta dari semula tidak tahu menjadi tahu atau paham tentang pentingnya pemantauan perkembangan masa balita (golden period).

Kata Kunci : Pengetahuan, Pemantauan Perkembangan, Balita

ABSTRACT

The children biological development is reported by development of gross motoric and fine motoric. Therefore, the period of the first five years of life is highly sensitive to environment, very quickly moment and can not be repeated (golden period). About 10% of toddler in Indonesia of all population. Is Known that 165 toddlers in Indonesia have impaired development, both of fine motoric and gross motoric, hearing disorder, under intelegence, speech delay and it is known 133 case in children and teenagers with disorder development of fine motoric and gross motoric in dr. Soetomo Surabaya hospital in 2010. The objective of this program is to increase the level of knowledge about the important of toddlers development monitoring and awarenes of mothers to access of growth and development clinic. The method of this program is collaboration with midwife in Krajan and North integrated service post North Sambirampak Village area primary health care Kotaanyar and their mothers follow fill of quessionare pre and post health education. The result is increasing level of knowledge in mothers about important of toddlers monitoring development (golden period) and the awareness to access of growth and development clinic. The conclution shows that there is sgnificant output from participant.They know and understand the important of toddlers monitoring development (golden period).

(2)

- 38 -

PENDAHULUAN

Upaya kesehatan yang dilakukan sejak anak masih di dalam kandungan sampai lima tahun pertama kehidupannya, ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus meningkatkan kualitas hidup anak agar mencapai perkembangan optimal baik fisik, mental, emosional maupun sosial serta memiliki intelegensi majemuk sesuai dengan potensi genetiknya (Soetjiningsih, 2005).

Berbeda dengan otak orang dewasa, otak balita lebih plastis. Plastisitas otak pada balita mempunyai sisi positif dan negatif. Sisi positifnya, otak balita lebih terbuka untuk proses pembelajaran dan pengkayaan. Sisi negatifnya, otak balita lebih peka terhadap lingkungan utamanya lingkungan yang tidak mendukung seperti asupan gizi yang tidak adekuat, stimulasi yang kurang dan tidak mendapat pelayanan kesehatan yang memadai (Soetjiningsih, 2005).

Perkembangan biologis anak ditandai juga dengan berkembangnya kemampuan atau keterampilan motorik, baik yang kasar maupun yang halus. Oleh karena itu, masa lima tahun pertama kehidupan merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan dan masa ini berlangsung sangat pendek serta tidak dapat diulang lagi, maka masa balita disebut “masa keemasan” (golden period) (Suryawan, 2010).

Mengingat jumlah balita di Indonesia sangat besar, yaitu sekitar 10% dari seluruh populasi, maka sebagai calon generasi penerus bangsa, kualitas perkembangan balita di Indonesia perlu mendapat perhatian serius yaitu mendapat gizi yang baik, stimulasi yang memadai serta terjangkau oleh pelayanan kesehatan berkualitas termasuk deteksi dan intervensi dini penyimpangan perkembangan. Selain itu, berbagai faktor lingkungan yang dapat mengganggu perkembangan anak juga perlu dieliminasi (Jinan, 2015).

Menurut Depkes RI (2006) menyatakan bahwa 16% balita Indonesia mengalami gangguan perkembangan, baik perkembangan motorik halus dan kasar, gangguan pendengaran, kecerdasan kurang dan keterlambatan bicara. Pada tahun 2010 di Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo di Surabaya, dijumpai 133 kasus pada anak dan remaja dengan gangguan perkembangan motorik kasar maupun halus (Suryawan, 2010).

Penyebab masih terdapatnya gangguan perkembangan pada anak balita di karenakan faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu umur, jenis kelamin, genetik, ras, keluarga, sedangkan faktor eksternal yaitu gizi pada masa hamil, gizi pada masa bersalin, toksin pada masa hamil, kimiawi, infeksi, psikologi ibu, lingkungan pengasuhan, sosioekonomi, stimulasi (Soetjiningsih, 2005). Selain itu, penyebab lainnya adalah faktor ketidaktahuan orang tua tentang pentingnya memantau perkembangan anak balitanya.

Akibat dari gangguan perkembangan pada anak balita yaitu pada umur tertentu anak tidak dapat menguasai tugas perkembangan yang diharapkan kelompok sosialnya, anak tidak dapat melakukan gerak tertentu dan anak akan terhambat dalam mengakses sumber-sumber eksternal serta regulasi emosi dan kecerdasan serta terganggunya interaksi sosial dengan orang lain (Azizahnur, 2012). Selain itu, akibat tidak terpantaunya perkembangan anak balita oleh orang tua balita, mengakibatkan orang tua tidak mengetahui apakah perkembangan anaknya dalam keadaan normal atau tidak.

Hal tersebut sesuai dengan hasil studi pendahuluan melalui wawancara dengan bidan wilayah Kotaanyar di Kabupaten Probolinggo, diketahui bahwa kunjungan ibu balita untuk memantau perkembangan anak balitanya sangat rendah dikarenakan tidak mengetahui manfaat pemeriksaan perkembangan anak balitanya. Selain itu, berdasarkan data hasil wawancara diketahui bahwa kegiatan yang dilakukan di Posyandu Krajan dan Utara masih terkait pemantauan pertumbuhan

(3)

- 39 - balita saja, sedangkan pelayanan pementauan perkembangan balita dilakukan di Klinik DDTK.

Penelitian yang dilakukan oleh Yuniarti (2009) mengatakan bahwa Anak membutuhkan orang lain dalam perkembangannya dan orang yang paling pertama bertanggung jawab adalah orang tua. Orang tua bertanggung jawab mengembangkan keseluruhan eksistensi anak. Termasuk tanggung jawab orang tua adalah memenuhi kebutuhan anak, baik dari sudut pandang organis-fisiologis maupun kebutuhan-kebutuhan psikologis.

Upaya yang dapat dilakukan untuk membantu mengatasi permasalahan tersebut yaitu melalui pemberian pendidikan kesehatan tentang pentingnya pemantauan perkembangan balita pada ibu balita. Untuk itu, dosen D-IV Bidan Pendidik yang mempunyai tugas melaksanakan tri darma perguruan tinggi yang salah satunya adalah kegiatan pengabdian masyarakat, maka dosen D-IV Bidan Pendidik Stikes Hafshawaty Zainul Hasan Genggong Probolinggo turut serta dalam mendukung program pemerintah kabupaten probolinggo sebagai perwujudan visi pembangunan kesehatan Indonesia dan membantu menangani permasalahan kesehatan di Komunitas melalui pemberian pendidikan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang pentingnya pemantauan perkembangan pada anak balita.

Oleh karena itu, Dosen Prodi D-IV Bidan Pendidik Stikes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan genggong Probolinggo, ingin menyelenggarakan kegiatan Pendidikan Kesehatan Pentingnya Pengetahuan Ibu tentang Pemantauan Perkambangan Balita di Polindes SambirampakLor Wilayah Kerja Puskesmas Kotaanyar Kabupaten Probolinggo.

METODE PELAKSANAAN

Bekerjasama dengan bidan di Posyandu Krajan dan Posyandu Utara Desa Sambirampak Lor Wilayah Kerja Puskesmas Kotaanyar serta dengan ibu balita melalui pengisian angket untuk mengukur pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan.

(4)

- 40 - Gambar 2 Pemberian Materi Penyuluhan oleh Pelaksana Kegiatan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil kegiatan iptek bagi masyarakat (IbM) tentang pentingnya pengetahuan ibu tentang pemantauan perkembangan masa balita (golden period) di Polindes Sambirampak Lor Wilayah Kerja Puskesmas Kota Anyar Kabupaten Probolinggo tahun 2015, diketahui jumlah ibu balita yang hadir di Posyandu Krajan sebesar 46 orang (92%) dari total jumlah ibu balita yang diundang yaitu sebanyak 50 orang (100%), sedangkan jumlah ibu balita yang hadir di Posyandu Utara sebanyak 46 orang (92%) dari total jumlah ibu balita yang diundang yaitu sebanyak 50 orang (100%) Sehingga total jumlah ibu yang hadir di kedua posyandu sebanyak 86 orang (86%), dari total jumlah ibu balita yang diundang yaitu sebanyak 100 orang (%).

Dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini, di hadiri juga oleh perwakilan perangkat desa yaitu bapak Sekretaris desa dan bidan yang membantu terlaksananya kegiatan ini dengan baik dan lancar. Selain itu, kegiatan ini melibatkan 2 orang mahasiswa prodi D-IV bidan Pendidik yang membantu terlaksananya kegiatan dengan baik.

Adapun realisasi pelaksanaan kegiatan Iptek bagi Masyarakat (IbM) diawali dengan triger atau penggalian pengetahuan ibu balita tentang pentingnya pemantauan perkembangan masa balita (golden period). Selanjutnya, kegiatan inti yang disampaikan oleh ketua pelaksana IbM berupa pemberian pendidikan kesehatan kepada ibu balita dengan tema pentingnya pengetahuan ibu tentang pemantauan perkembangan masa balita (golden period).

Di akhir kegiatan pemberian pendidikan kesehatan, Ketua pelaksana dan anggota pelaksana kegiatan pengabdian kepada masyarakat melakukan evaluasi kegiatan dengan metode tanya jawab. Dan bagi peserta yang mampu menjawab pertanyaan dengan benar diberikan doorprize oleh panita pelaksana kegiatan. Doorprize diberikan oleh panitia, bidan, serta mahasiswa kepada peserta. Berdasarkan hal tersebut, secara garis besar, kegiatan telah dilaksanakan dengan lancar dan evaluasi kegiatan setelah pemberian pendidikan kesehatan, diketahui bahwa tingkat pengetahuan ibu balita meningkat.

Berdasarkan hasil kegiatan dalam mengukur tingkat pengetahuan pada ibu balita tentang pentingnya pemantauan perkembangan masa balita (golden period), dilakukan dengan menggunakan metode tanya jawab atau wawancara saat sebelum kegiatan inti dimulai dan setelah diakhir pelaksanaan kegiatan inti atau kegiatan evaluasi. Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan

(5)

- 41 - ibu balita menggunakan indikator pada level tingkat paham dan diketahui bahwa hasil pengukuran tingkat pengetahuan ibu balita semakin meningkat dibandingkan sebelum diberikan pendidikan kesehatan.

Menurut Notoatmodjo (2011), Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan hal ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh dari mata dan telinga. Sedangkan pengetahuan ibu balita yaitu segala sesuatu yang diketahui; kepandaian yang dimiliki oleh ibu balita tentang suatu hal.

Menurut Notoatmodjo (2011), bahwa tingkatan pengetahuan seseorang terdapat 6 tingkatan yaitu tahu, paham, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Sedangkan faktor yang mempengaruhi pengetahuan, salah satunya menurut Lukman yang dikutip oleh Hendra (2008), yaitu faktor informasi.

Hal ini sesuai dengan hasil evaluasi kegiatan bahwa tingkat pengetahuan ibu balita semakin meningkat setelah mereka mendapatkan suatu informasi berupa pendidikan kesehatan. Menurut Wied Hary A (1996) dalam Hendra (2008), informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah, tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik, maka akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang dalam hal ini yaitu pengetahuan ibu balita tentang pentingnya pemantauan perkembangan masa balita (golden period).

Oleh karena itu, pentingnya ibu balita mendapatkan informasi tentang pemantauan perkembangan masa balita, dikarenakan sampai lima tahun pertama kehidupan balita, ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus meningkatkan kualitas hidup balita agar mencapai tumbuh kembang optimal baik fisik, mental, emosional maupun sosial serta memiliki intelegensi majemul sesuai dengan potensi genetiknya.

Berbeda dengan otak orang dewasa, otak balita lebih plastis. Plastisitas otak pada balita mempunyai sisi positif dan negatif. Sisi positifnya, otak balita lebih terbuka untuk proses pembelajaran dan pengkayaan. Sisi negatifnya, otak balita lebih peka terhadap lingkungan utamanya lingkungan yang tidak mendukung seperti asupan gizi yang tidak adekuat, stimulasi yang kurang dan tidak mendapat pelayanan kesehatan yang memadai. Oleh karena itu, masa lima tahun pertama kehidupan merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan dan masa ini berlangsung sangat pendek serta tidak dapat diulang lagi, maka masa balita disebut “masa keemasan” (golden period), “jendela keemasan” (window opportunity dan “masa kritis” (critical period).

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN

Kegiatan IbM atau pengabdian kepada masyarakat menunjukkan keberhasilan dan kebermanfaatan. Hal ini dibuktikan dengan output peserta dari semula tidak tahu menjadi tahu atau paham tentang pentingnya pemantauan perkembangan masa balita (golden period).

Selain itu, antusiasme masyarakat menyambut kegiatan ini dibuktikan dengan banyaknya peserta yang hadir ikut berpartisipasi dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini, termasuk bidan, kader dan perangkat desa.

SARAN

Perlunya pemberian pendidikan kesehatan secara kontinyu, baik setiap bulan atau setiap tiga bulan dan atau enam bulanan kepada masyarakat sebagai bekal informasi tentang kesehatan.

(6)

- 42 - Pentingnya peran bidan sebagai orang pertama yang kontak langsung dengan masyarakat dalam pemberian asuhan kepada ibu dan anak, salah satunya tentang pemantauan pertumbuhan dan perkembangan pada masa balita

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada STIKES Hafshawaty yang telah memberikan bantuan biaya untuk melaksanakan kegiatan iptek bagi masyarakat ini dan disampaikan terimakasih kepada Bidan Wilayah serta mahasiswa yang mendukung lancanya kegiatan ini.

REFERENSI

Azizahnur. (2012). Perkembangan Fisik dan Motorik pada Anak. (internet). Bersumber dari: http://azizahnurblogs.blogspot.com/2012/10/perkembangan-fisik-dan-motorik-pada-anak.html. Diakses tanggal 20 April 2015.

Depkes RI. (2006).Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Dasar. Jakarta. Depkes RI Jinan, R. (2015).Perkembangan Balita. (Internet). Bersumber dari:

repository.usu.ac.id/bitstream/.../5/Chapter%20I.pdf.Diakses tanggal 21 April 2015.

Soetjiningsih. (2005). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.

Suryawan, A, dkk. (2010). Deteksi Dini Tanda dan Gejala Penyimpangan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Surabaya. IDAI Jatim.

Yuniarti. (2009). Perkembangan Anak Usia tiga sampai empat Tahun di Desa Sukamulya Kecamatan Singaparna. Jurnal Sumber Daya Manusia Kesehatan Vol.1 No. 1.

Gambar

Gambar 1. Peserta Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan konsentrasi NAA dan IBA dari 0,1 mg/l menjadi 0,5 mg/l dalam media MS berkorelasi terhadap peningkatan jumlah tunas yang berakar pada PS864, se- dangkan pada

Tabel 1 memperlihatkan hasil penelitian tingkat fertilisasi dengan terbentuknya dua pronukleus (2PN) yang diperoleh dari oosit sapi PO, SimPO dan LimPO tidak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) pemahaman guru terhadap penilaian kompetensi keterampilan; 2) penerapan penilaian kompetensi keterampilan pada

Salah satu tugas seorang dosen adalah dengan melakukan tridarma perguruan tinggi, salah satunya dengan melaksanakan kegiatan pengabdian pada masyarakat. Kegiatan

Usaha yang dilakukan oleh guru Madrasah Tsanawiyah Negeri Pucanglaban yaitu guru selalu memberi memotivasi siswa dengan cara memberikan wawasan tentang pentingnya

Berdasarkan pengamatan selama kegiatan pengabdian kepada masyarakat berlangsung, diperoleh beberapa hasil yang positif yaitu para santri menunjukkan perhatian yang sangat

Etiopathogeny of congenital and early-onset hearing loss; detection and early intervention methods in infants and children.. Semarang; Laboratorium Ilmu Penyakit Saraf FK

Pencapaian status identitas achievement pada anggota Dit Sabhara Polda Jateng akan menjadikan anggota berusaha melaksanakan pekerjaan dengan kesungguhan sehingga