GAYA PENGASUHAN, INTERAKSI AYAH-REMAJA, KELEKATAN,
DAN KEPUASAN AYAH
HUSFANI ADHARIANI PUTRI
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
ABSTRACT
Husfani Adhariani Putri.
Parenting Style, Father-Adolescence Interaction,
Attachment, and Father’s Satisfaction. Supervised by
Diah Krisnatuti.
The aim of this research was to analyze the correlation among parenting styles,
father-adolescence interaction, attachment, and father’s satisfaction. This study
used cross sectional design, involved 60 randomly selected fathers who had
children aged 12-14 years, devided into 30 fathers with male children and 30
fathers with female children. This study located in Panaragan, Bogor Tengah
District. Data was analyzed by descriptive, independent sample t-test and
Pearson corellation. The result showed that mostly adolescence had democratic
parenting style perception. Communication pattern in mostly families was
conversation-orientation, while the communication type was consensual. The
mean of father-adolescence interaction in a day was 0,47 hours for male and
0,64 hours for female adolescence. There was positive significant between
democratic parenting style with conversation-orientation in communication
pattern. Conversation-orientation in communication pattern that applied by
fathers was positively related to the dimensions of trust in attachment.
Conformity-orientation in communication pattern that applied by fathers was
negatively related to the satisfaction levels.
Keywords:
father-adolescence interaction, parenting style, attachment,
communication
ABSTRAK
Husfani Adhariani Putri.
Gaya Pengasuhan, Interaksi Ayah-Remaja, Kelekatan,
dan Kepuasan Ayah. Dibimbing oleh
Diah Krisnatuti.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara gaya pengasuhan,
interaksi ayah-remaja, kelekatan, dan kepuasan ayah. Desain yang digunakan
dalam penelitian ini adalah cross sectional study, melibatkan 60 ayah, terdiri atas
30 ayah dengan remaja laki-laki dan 30 ayah dengan remaja perempuan yang
berusia 12-14 tahun. Tempat penelitian ini adalah di Kelurahan Panaragan,
Kecamatan Bogor Tengah. Data dianalisis secara deskriptif, uji beda
t-test, dan
korelasi Pearson. Hasil menunjukkan bahwa hampir seluruh remaja
mempersepsikan diasuh dengan menggunakan gaya pengasuhan demokratis.
Pola komunikasi yang digunakan dalam keluarga sebagian besar adalah
conversation-orientation
dengan tipe komunikasi
consensual.
Rata-rata waktu
dalam sehari yang diberikan oleh ayah untuk berinteraksi dengan remajanya
adalah 0,47 jam untuk remaja laki-laki dan 0,64 jam untuk remaja perempuan.
Hubungan yang postif signifikan terdapat antara gaya pengasuhan demokratis
dengan pola komunikasi orientation. Pola komunikasi
conversation-orientation
yang diterapkan oleh ayah berhubungan positif dengan dimensi
kepercayaan pada kelekatan. Pola komunikasi
conformity-orientation
yang
dilakukan oleh ayah berhubungan negatif signifikan dengan tingkat kepuasan.
Kata Kunci: interaksi ayah-remaja, gaya pengasuhan, kelekatan, komunikasi
RINGKASAN
HUSFANI ADHARIANI PUTRI.
Gaya Pengasuhan, Interaksi Ayah-Remaja,
Kelekatan, dan Kepuasan Ayah. Dibimbing oleh DIAH KRISNATUTI.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara gaya pengasuhan, interaksi ayah-remaja, kelekatan, dan kepuasan ayah. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah 1) mengidentifikasi gaya pengasuhan ayah terhadap remaja, 2) mengidentifikasi interaksi ayah dan remaja, 3) mengidentifikasi kelekatan ayah dan remaja, 4) mengidentifikasi tingkat kepuasan yang dirasakan oleh ayah, 5) menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga dengan gaya pengasuhan, interaksi ayah-remaja, kelekatan, dan kepuasan ayah.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Penelitian dilakukan di Kelurahan Panaragan, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor yang dipilih secara purposive. Pengambilan data dilaksanakan dari bulan Juli sampai dengan September 2011.
Populasi penelitian ini adalah keluarga yang masih memiliki ayah serta mempunyai anak usia remaja awal. Remaja dalam penelitian ini berumur 12-14 tahun yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Cara pemilihan contoh dengan metode acak sederhana (simple random sampling). Total contoh dalam penelitian ini adalah 60 ayah, yang terdiri atas 30 ayah dengan remaja laki-laki dan 30 ayah dengan remaja perempuan.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer terdiri atas karakteristik keluarga (besar keluarga, pendapatan keluarga), karakteristik ayah (pendidikan, usia, pekerjaan), karakteristik anak (usia dan jenis kelamin), gaya pengasuhan, pola dan tipe komunikasi, kelekatan, dan kepuasan hubungan ayah dan anak usia remaja. Instrumen gaya pengasuhan diacu dari Buri (1991) yang berjudul “Parental Authority Questionnaire” nilai reliabilitas yang didapat adalah 0,679. Pola dan tipe komunikasi diukur menggunakan instrumen yang berjudul “Revised Family Communication Pattern Instrument” oleh Ritchie dan Fitzpatrick (1990) dengan nilai reliabilitas 0,684 untuk komunikasi yang diukur pada anak dan 0,768 untuk komunikasi yang diukur pada ayah. Kelekatan diukur menggunakan kuesioner dari Armsden dan Greenberg (1987) yang berjudul “Inventory of Parent and Peer Attachment” (IPPA) dengan nilai reliabilitas 0,746. Pengukuran kepuasan didapat dari instrumen yang dirumuskan oleh penulis dengan nilai reliabilitas sebesar 0,879. Data sekunder terdiri atas gambaran umum lokasi penelitian dan data kependudukan.
Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif. Uji hubungan Pearson digunakan untuk mengetahui hubungan antarvariabel gaya pengasuhan, interaksi, kelekatan, dan kepuasan ayah. Untuk mengetahui perbedaan gaya pengasuhan, komunikasi, kelekatan, dan kepuasan berdasarkan jenis kelamin digunakan uji beda independent sample t-test.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak tiga perempat ayah (75%) berada pada kategori usia dewasa madya (41-65 tahun) dengan rata-rata 45,2 tahun, sedangkan lebih dari separuh ibu (58%) berada pada kategori usia dewasa awal (20-40 tahun) dengan rata-rata 39,8 tahun. Lebih dari separuh ayah dan ibu telah menempuh pendidikan sampai jenjang SMA dengan rata-rata lama pendidikan ayah 10,78 tahun dan rata-rata lama pendidikan ibu 10,35 tahun. Lebih dari sepertiga ayah (36,7%) bekerja sebagai wiraswasta (mempunyai usaha sendiri dibidang makanan, jasa, dan barang lainnya) dan pedagang (mempunyai warung di dekat rumah atau di pasar), sedangkan sebagian besar ibu tidak bekerja (83,3%). Pendapatan per kapita keluarga dengan remaja laki-laki sebesar Rp435.396,80, sedangkan untuk keluarga dengan remaja perempuan sebesar Rp316.601,90. Rata-rata besar keluarga remaja laki-laki sebanyak 4,6 orang dan keluarga remaja perempuan mempunyai rata-rata sebanyak 5,5 orang. Lebih dari empat persepuluh remaja laki-laki (43,3%) dan setengah remaja perempuan (50%) berusia 14 tahun.
Sebagian besar remaja, baik yang berjenis kelamin laki-laki (83,3%) maupun perempuan (90%), mengaku diasuh menggunakan gaya pengasuhan demokratis.
Remaja laki-laki yang mengaku diasuh menggunakan gaya pengasuhan otoriter (13,3%) lebih banyak dibanding remaja perempuan (6,6%). Hasil uji beda menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata dalam gaya pengasuhan antara remaja laki-laki dan perempuan.
Dalam penelitian didapatkan hasil kurang dari separuh ayah remaja laki-laki (43,3%), lebih dari separuh ayah remaja perempuan (56,7%), lebih dari sepertiga remaja laki-laki (70%), dan lebih dari separuh remaja perempuan (63,3%), mendeskripsikan keluarganya memiliki tipe komunikasi consensual. Hasil uji beda menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata dalam tipe komunikasi keluarga antara ayah-remaja serta ayah yang memiliki remaja laki-laki dan perempuan. Begitu pula dengan persepsi tipe komunikasi keluarga antara remaja laki-laki dan perempuan.
Waktu yang diluangkan oleh ayah untuk beraktivitas bersama remaja berada pada rentang 5-120 menit per hari. Setengah ayah dengan remaja laki-laki (50%) menghabiskan waktu kurang dari 15 menit bersama remajanya, sedangkan kurang dari setengah ayah yang mempunyai remaja perempuan (40%) dalam sehari meluangkan waktunya sebanyak 16-30 menit untuk beraktivitas bersama. Hasil uji beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata dalam waktu yang diluangkan ayah untuk remaja laki-laki maupun remaja perempuan.
Hasil penelitian ini menunjukkan kurang dari tiga perempat ayah dengan remaja laki-laki (70%) dan sebagian besar ayah dengan remaja perempuan (86,7%) memiliki jenis kelekatan secure. Kelekatan jenis avoidant diakui hanya ada pada 3,3 persen ayah dengan remaja perempuan. Hasil uji beda menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata dalam kelekatan ayah kepada remaja laki-laki dan perempuan.
Ayah merasakan kepuasan pada kategori sedang, baik pada ayah dengan remaja laki-laki (60%) maupun ayah dengan remaja perempuan (50%). Berdasarkan hasil uji beda, tidak terdapat perbedaan yang nyata antara kepuasan ayah yang memiliki remaja laki-laki maupun perempuan.
Ayah yang memiliki pendidikan tinggi cenderung lebih menggunakan pola komunikasi yang conversation-oritentation, maksudnya ayah akan lebih banyak berbicara dengan anak. Semakin tinggi pendidikan ayah maka akan semakin bagus pula dimensi komunikasi dalam kelekatan serta kepuasan ayah juga akan semakin tinggi. Semakin tua usia ayah, maka pola komunikasi conformity-orientation yang dirasakan remaja akan semakin rendah. Pendapatan perkapita yang tinggi akan membuat pola komunikasi conversation-orientation yang digunakan ayah semakin tinggi.
Semakin demokratis gaya pengasuhan maka semakin tinggi remaja yang merasakan ayah menggunakan pola komunikasi conversation-orientation. Semakin otoriter gaya pengasuhan, maka akan semakin tinggi pula pola komunikasi conformity-orientation yang dirasakan oleh remaja. Gaya pengasuhan permisif yang tinggi akan menurunkan kepercayaan dan pengasingan dalam kelekatan. Semakin demokratis gaya pengasuhan yang dirasakan oleh remaja, maka semakin tinggi pula komunikasi dalam kelekatan. Ayah yang menerapkan pola komunikasi conversation-orientation akan mempunyai kepercayaan yang tinggi. Semakin tinggi dimensi komunikasi dalam kelekatan, maka kedua pola komunikasi (conversation-orientation dan conformity-orientation) akan semakin tinggi pula. Apabila pola komunikasi conformity-orientation yang dilakukan oleh ayah dan dirasakan oleh remaja tinggi, maka dimensi pengasingan dalam kelekatan akan semakin rendah. Ayah yang sering melakukan pola komunikasi conformity-orientation pada remajanya akan merasakan tingkat kepuasan yang rendah. Kata Kunci: Interaksi ayah-remaja, gaya pengasuhan, kelekatan, komunikasi