• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi Bangunan (Studi Padang, Sumatera Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi Bangunan (Studi Padang, Sumatera Barat)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak

Dalam Membayar Pajak Bumi Bangunan

(Studi Padang, Sumatera Barat)

Oleh

Edo Putra Gama Nakomi

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta Email : edonakomi@gmail.com

Herawati¹, Resti Yulistia Muslim²

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta

Abstract

This study aims to obtain empirical evidence of the influence of the quality of tax services, taxpayer awareness, tax penalties and taxpayer understanding of the tax compliance in paying taxes on land and buildings, the Padang City West Sumatera, simultaneously and partially.

The data in used this research were obtained from questionnaires completed by the taxpayer. The population in this study are all taxpayer land and building located in the Padang City West Sumatera. This study used proportional sampling technique sampling method, using the formula Slovin with The Samples were obtained as many as 399.

The results of this research revealed that simultaneous effect on the tax compliance in paying taxes on land and buildings. While partially. quality of tax services, taxpayer awareness, and taxpayer understanding of significant positive impact on the tax compliance in paying taxes on land and buildings, and tax penalties of significant negative impact on the tax compliance in paying taxes on land and buildings.

Keywords : quality of service tax, taxpayer awareness, tax penalties, taxpayer understanding and taxpayer compliance.

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dengan adanya pengalihan Pajak Bumi Bangunan sektor perdesaan dan perkotaan yang menjadi pajak daerah, maka penerimaan jenis pajak ini akan diperhitungkan sebagai pendapatan asli daerah (PAD) yang menambah sumber pendapatan asli daerah

dan meningkatkan kemampuan daerah membiayai kebutuhan daerahnya sendiri. Dengan mengoptimalkan sektor penerimaan pajak bumi dan bangunan ini, diharapkan pemerintah daerah mampu berbuat banyak untuk kepentingan masyarakat dan menyukseskan pembangunan di setiap daerah (Sekretariat Negara Republik Indonesia Kepala Biro Peraturan Perundang-Undangan Bidang Perekonomian dan Industri, 2009).

(2)

2 Menurut Mardiasmo (2011) yang

menjadi subjek pajak dalam PBB adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi, dan atau memiliki, menguasai, dan atau memperoleh manfaat atas bangunan, sebagai mana telah diatur dalam Pasal 9 dan 10 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994 setiap orang atau badan yang memiliki, menguasai atau memperoleh manfaat atas tanah dan atau bangunan wajib mendaftarkan obyek pajaknya tersebut ke Kantor Pelayanan PBB. Pendaftaran tersebut dilakukan dengan mengisi formulir yang disebut Surat Pemberitahuan Obyek Pajak (SPOP). 1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan kepada perumusan masalah, secara umum penelitian ini memiliki beberapa tujuan yaitu membuktikan secara empiris:

1. Untuk menganalisis pengaruh dari kualitas pelayanan pajak terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan.

2. Untuk menganalisis pengaruh dari kesadaran wajib pajak terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan.

3. Untuk menganalisis pengaruh dari pelaksanaan sanksi denda terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan.

4. Untuk menganalisis pengaruh dari tingkat pemahaman wajib pajak terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan.

LANDASAN TEORI 2.1 Pajak Bumi dan Bangunan

(PBB)

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 28 tahun 2009 Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak atas bumi dan bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. Wajib Pajak PBB adalah orang pribadi atau badan yang memiliki hak atau memperoleh manfaat atas tanah, memiliki, menguasai, memperoleh manfaat atas bangunan. Subjek PBB adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai hak atas bumi, memperoleh manfaat atas bumi, memiliki, menguasai, memperoleh manfaat atas bangunan. (Sekretariat Negara Republik Indonesia Kepala Biro

(3)

3 Peraturan Perundang-Undangan Bidang

Perekonomian Dan Industri, 2009)

Menurut Peraturan Pemerintah Kota Padang No. 7 Tahun 2011 tentang Pajak Bumi dan Bangunan dalam pasal 6 menyatakan tarif pajak Bumi dan Bangunan pedesaan dan perkotaan ditetapkan sebagai berikut

1. Untuk NJOP dibawah Rp.1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) ditetapkan sebesar 0,1 % (nol koma satu persen).

2. Untuk NJOP mulai dengan Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) ditetapkan sebesar 0,2 % (nol koma dua persen).

Selain itu, besaran Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) juga ditetapkan untuk setiap wajib pajak dikenakan Rp.10.000.000 per objek pajak (Sekretaris Daerah Kota Padang, 2011).

Jadi besaran pajak terutang dapat dengan cara mengalikan tarif pajak dengan Nilai Jual Kena Pajak atau dengan rumus sebagai berikut: PBB = Tarif Pajak x NJKP = 0,1% x (NJOP - NJOPTKP) Keterangan Untuk NJOP < Rp.1000.000.000,00 tarif pajak 0,1 % Untuk NJOP > Rp.1000.000.000,00 tarif pajak 0,2%.

2.2 Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1995) istilah kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran. Dalam perpajakan dapat diartikan bahwa kepatuhan perpajakan merupakan ketaatan, tunduk dan patuh dalam melaksanakan ketentuan perundang-undangan perpajakan.

Menurut Nasucha (2006) kepatuhan wajib pajak dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Kepatuhan pajak dalam mendaftarkan diri

2. Kepatuhan untuk menyetorkan kembali surat pemberitahuan 3. Kepatuhan dalam penghitungan

dan pembayaran pajak terutang Kepatuhan dalam pembayaran tunggakan.

2.3 Kualitas Pelayanan Pajak

Melalui Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak No. SE-84/PJ/2011 tentang Pelayanan Prima ditegaskan beberapa ketentuan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan petugas pajak kepada Wajib Pajak yaitu sebagai berikut:

1. Waktu pelayanan adalah pukul 08.00 sampai dengan 16.00 waktu setempat 2. Pegawai yang berhubungan langsung

(4)

4 sopan santun dan perilaku, ramah,

tanggap, cermat dan cepat serta tidak mempersulit layanan, dengan cara, bersikap hormat dan rendah hati terhadap tamu, petugas selalu berpakaian rapi dan bersepatu, selalu bersikap ramah, memberikan 3S (Senyum, Sapa dan Salam), mengenakan kartu identitas pegawai, mendengarkan dengan baik apa yang diutarakan oleh Wajib Pajak, tidak melakukan aktivitas lain misalnya menjawab panggilan telepon, makan dan minum atau mendengarkan musik saat memberi pelayanan danapabila masih terdapat layanan yang perlu dilakukan konfirmasi sehingga Wajib Pajak tidak menunggu terlalu lama, petugas dapat meminta nomor telepon Wajib Pajak untuk dihubungi kembali. 3. Dalam merespon permasalahan dan

memberikan informasi kepada Wajib Pajak, seharusnya petugas memberikan informasi/penjelasan secara lengkap dan jelas sehingga Wajib Pajak dapat mengerti dengan baik, untuk lebih menyakinkan Wajib Pajak, petugas dapat menggunakan brosur atau buku petunjuk teknis pelayanan, apabila petugas belum yakin terhadap permasalahan yang ditanganinya, segera diinformasikan ke petugas lain, supervisor atau atasan yang

bersangkutan dan memberitahukan permasalahan yang disampaikan Wajib Pajak agar Wajib Pajak tidak ditanyai berkali-kali, setiap tamu yang datang, harus ada petugas keamanan yang menyambut, menanyakan keperluan dan mempersilahkan tamu dengan sopan untuk mengambil nomor antrian. 4. Akan lebih baik bila petugas dapat

menjelaskan berapa lama Wajib Pajak harus menunggu.

5. Bila petugas terpaksa tidak dapat menerima laporan atau surat yang disampaikan oleh Wajib Pajak misalnya karena kurang lengkap, maka petugas harus menjelaskannya secara jelas dan ramah sampai Wajib Pajak memahami dengan baik (www.pajak.go.id).

2.4 Kesadaran Wajib Pajak

Kesadaran adalah keadaan mengetahui atau mengerti, Penilaian positif wajib pajak terhadap pelaksanaan fungsi negara oleh pemerintah akan menggerakkan masyarakat untuk mematuhi kewajibannya untuk membayar pajak. maka dari itu kesadaran Wajib Pajak mengenai perpajakan amatlah diperlukan guna meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. Jadi kesadaran wajib pajak akan perpajakan adalah dimana rasa yang timbul dari dalam diri wajib pajak atas kewajibannya membayar pajak dengan

(5)

5 ikhlas tanpa adanya unsur paksaan.

Kesadaran wajib pajak atas perpajakan amatlah diperlukan guna meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Secara empiris juga telah dibuktikan bahwa makin tinggi kesadaran perpajakan wajib pajak maka makin tinggi tingkat kepatuhan wajib pajak (Suyatmin, 2004).

Menurut Irianto (2005) ada beberapa bentuk dari sebuah kesadaran membayar pajak yang mendorong wajib pajak untuk membayar pajak yaitu.

1. Kesadaran bahwa pajak merupakan bentuk partisipasi dalam menunjang bangunan negara.

2. Kesadaran bahwa penundaan pembayaran pajak dan pengurangan beban pajak sangat merugikan negara. 3. Kesadaran bahwa pajak

ditetapkan dengan undang-undang dan tanpa paksaan . 2.5.1 Pelaksanaan Sanksi Denda PBB

Sanksi adalah hukuman negatif kepada orang yang melanggar peraturan, dan denda adalah hukuman dengan cara membayar uang karena melanggar peraturan dan hukum yang berlaku, sehingga dapat dikatakan bahwa sanksi denda adalah hukuman negatif kepada orang yang melanggar peraturan dengan

cara membayar uang. Sanksi perpajakan terjadi karena terdapat pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan dimana semakin besar kesalahan yang dilakukan seorang Wajib Pajak, maka sanksi yang diberikan juga akan semakin berat (Resmi, 2008).

Menurut Tjahjono (2005) sanksi pajak adalah suatu tindakan yang diberikan kepada wajib pajak ataupun pejabat yang berhubungan dengan pajak yang melakukan pelanggaran baik secara sengaja maupun karena alpa. Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan akan dipatuhi. Dengan kata lain, sanksi perpajakan merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan.

2.5.2 Tingkat Pemahaman Wajib Pajak

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), paham berarti (a) mengerti benar akan, tahu benar akan, (b) pandai benar dan mengerti benar terhadap sesuatu hal. Sedangkan pemahaman diartikan sebagai proses, perbuatan atau cara memahami. Jadi pemahaman merupakan suatu proses dari berjalannya pengetahuan seseorang.

Menurut Razman (2005) jika pengetahuan wajib pajak mengenai

(6)

6 perpajakan rendah, maka kepatuhan wajib

pajak mengenai peraturan yang berlaku juga rendah, karena walaupun wajib pajak tidak berniat untuk melalaikan kewajiban pajaknya, wajib pajak tetap tidak mampu memenuhi kewajiban perpajakannya karena dia sendiri tidak memahami UU dan tata cara perpajakan.

2.6 Pengembangan Hipotesis

2.7.1 Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Hasil penelitian yang di lakukan Hendrico (2011) ditemukan bahwa kualitas pelayanan pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak, dengan semakin baiknya kualitas pelayanan yang diberikan maka semakin meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya,Sesuai dengan beberapa uraian hasil penelitian terdahulu maka diajukan sebuah hipotesis yang akan dibuktikan yaitu:

H1 :Kualitas pelayanan pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar PBB

2.7.2 Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.

Hasil dari penelitian dari Jatmiko (2006) kesadaran wajib pajak juga berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak, Penilaian positif wajib pajak terhadap pelaksanaan fungsi negara oleh pemerintah akan menggerakkan masyarakat untuk mematuhi kewajibannya untuk membayar pajak. maka dari itu kesadaran Wajib Pajak mengenai perpajakan amatlah diperlukan guna meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. Berdasarkan uraian tersebut maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2 :Kesadaran wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar PBB.

2.7.3 Pengaruh Pelaksanaan Sanksi

Denda PBB Terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak

Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Suhardito dan Sudibyo (1999) yang membuktikan presepsi wajib pajak tentang pelaksanaan sanksi denda PBB berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan PBB. Apabila wajib pajak memiliki presepsi yang baik atau memandang bahwa sanksi denda PBB dilaksanakan secara tegas, konsisten dari waktu kewaktu dan mampu menjangkau para pelanggar, maka setiap wajib pajak

(7)

7 akan mematuhi pembayaran PBB

mengingat sanksi ynag langsung diterapkan kepadanya apabila melanggar. Sesuai dengan beberapa uraian hasil penelitian terdahulu maka diajukan sebuah hipotesis yang akan dibuktikan yaitu:

H3 :Pelaksanaan Sanksi Denda

PBB berpengaruh

signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar PBB.

2.7.4 Pengaruh Tingkat Pemahaman Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Wilda (2009) melakukan penelitian mengenai pengaruh faktor tax payer

terhadap keberhasilan penerimaan pajak bumi dan bangunan di Kecamatan Sungai Tarab, berdasarkan pengujian hipotesis regresi linear berganda hasilnya menunjukkan faktor tax payer yaitu kesadaran perpajakan, pemahaman wajib pajak terhadap undang-undang dan peraturan perpajakan, persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan sanksi denda PBB, pendapatan wajib pajak dan tingkat pendidikan wajib pajak PBB mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan penerimaan PBB di Kecamatan Sungai Tarab. Berdasarkan definisi di atas maka hipotesis dapat di rumuskan sebagai berikut:

H4 :Tingkat pemahaman Wajib Pajak berpengaruh

Signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar PBB

2.8 Model

Berdasarkan kepada landasan teori dan pengembangan hipotesis Faktor-faktor Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Membayar PBB maka dapat dibuat sebuah kerangka berfikir yang dapat dipedomani dalam melakukan analisis data seperti terlihat pada gambar dibawah ini:

Gambar I

Model Kerangka Penelitian

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel

Menurut Ghozali (2011) mendefinisikan populasi sebagai kesatuan item yang saling bekerja sama untuk mencapai satu tujuan atau tujuan yang sama. Pada penelitian ini yang menjadi

Kualitas Pelayanan Pajak Kesadaran Wajib Pajak Pelaksanaan Sanksi Denda PBB Tingkat Pemahaman Wajib Pajak Kepatuhan WP Dalam Membayar PBB

(8)

8 populasi adalah seluruh seluruh wajib

pajak orang pribadi pajak bumi dan bangunan yang berada di Kota Padang, Sumatera Barat. Jumlah wajib pajak bumi bangunan yang terdaftar di Kota Padang pada tahun 2013 sebayak 191.936.

Untuk mempersempit tahapan analisis didalam penelitian ini maka dilakukan pengambilan sampel. Menurut Ghozali (2011) sampel merupakan bagian dari populasi yang dianggap mewakili. Pada penelitian ini penarikan sampel peneliti menggunakan metode purposive

sampling method yang menjadi sampel

seluruh wajib pajak orang pribadi pajak bumi dan bangunan yang berada di Kota Padang, Sumatera Barat. Penetuan jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus solvin berikut:

n = N

I + N (moe)2 Keterangan :

N :Populasi

Moe :Margin Of error max yaitu tingkat kesalahan maximum yang masih dapat di toleransi (di tentukan 5%) Jadi jumlah sampel pada penelitian ini dapat menggunakan rumus diatas adalah sebagai berikut :

n = 191.936 1+191.936×(5%)2 n = 191.936 480.84 n = 399.17 di bulatkan menjadi 399. 3.2 Jenis dan Sumber Data

Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data primer. Menurut Istijanto (2008) data primer adalah data yang dicari dan diolah secara langsung oleh peneliti dan belum dipublikasikan kepada berbagai pihak yang berkepentingan. Bentuk data primer yang digunakan diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada responden yang memenuhi kriteria pengujian.

3.3 Pengukuran Vaariabel

Pada penelitian ini variabel penelitian yang digunakan terdiri dari beberapa variabel yaitu:

3.3.1 Variabel Dependen Kepatuhan Wajib Pajak

Pada penelitian ini untuk mengukur kepatuhan wajib pajak maka digunakan kuesioner dengan pertanyaan tertutup sebanyak 9 buah pertanyaan. Skala pengukuran yang digunakan adalah 5 tingkat likert. Pilihan jawabannya yang diberikan adalah sebagai berikut: SL = Selalu, SS = Sangat Sering, S = Sering, P = Pernah, TP = Tidak Pernah.

(9)

9 3.3.2 Variabel Independen

Pada penelitian ini variabel independen yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Kualitas Pelayanan Pajak (X1)

Pada penelitian ini untuk mengukur kualitas pelayanan pajak maka digunakan kuesioner dengan pertanyaan tertutup, yang terdiri dari 10 pertanyaan. Skala pengukuran yang digunakan adalah 5 tingkat likert. Pilihan jawabannya yang diberikan adalah sebagai berikut: SS = Sangat Setuju, S = Setuju, KS = Kurang Setuju, TS = Tidak Setuju, STS = Sangat Tidak Setuju.

2. Kesadaran Wajib Pajak (X2)

Pengukuran kuesioner dilaksanakan dengan menggunakan skala lima Likert. Model kuesioner yang digunakan adalah pertanyaan tertutup yang harus di isikan oleh responden sebanyak 8 buah pentanyaan. Pilihan jawabannya yang diberikan adalah sebagai berikut: SS = Sangat Setuju, S = Setuju, KS = Kurang Setuju, TS = Tidak Setuju, STS = Sangat Tidak Setuju

3. Pelaksanaan Sanksi dan Denda PBB (X3)

Pengukuran kuesioner dilaksanakan dengan menggunakan skala lima Likert. Model kuesioner yang digunakan adalah pertanyaan tertutup yang harus di isikan

oleh responden sebanyak 5 buah pertanyaan. Pilihan jawabannya yang diberikan adalah sebagai berikut: SS = Sangat Setuju, S = Setuju, KS = Kurang Setuju, TS = Tidak Setuju, STS = Sangat Tidak Setuju

4. Tingkat Pemahaman Wajib Pajak (X4)

Pengukuran kuesioner dilaksanakan dengan menggunakan skala lima Likert. Model kuesioner yang digunakan adalah pertanyaan tertutup yang harus di isikan oleh responden sebanyak 8 buah pertanyaan. Pilihan jawabannya yang diberikan adalah sebagai berikut: SP = Sangat Paham, P = Paham, CP = Cukup Paham , TP = Tidak Paham, STP = Sangat Tidak Paham.

3.4 Metode Analisis

Untuk melakukan pengujian hipotesis maka dilakukan dengan menggunakan metode analisis kuantitatif. Didalam metode tersebut tahapan pengolahan data dilakukan dengan menggunakan tahapan pengujian statistik. Secara umum tahapan pengujian statistik yang dilakukan adalah

a. Melakukan uji instrument yang meliputi uji validitass dan reliabilitas data.

b. Melakukan pengujian asumsi klasik yang meliputi pengujian

(10)

10 normalitas, multikolinearitas dan

heteroskedastisitas.

c. Melakukan pengujian statistik dengan tahapan melakukan pembentukan persamaan regresi berganda, analisis koefisien determinasi, analisis uji f-statistik dan uji t-statistik.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Prosedur Pungumpulan Data

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh kualitas pelayanan pajak, kesadaran wajib pajak, pelaksanaan sanksi denda PBB, dan pemahaman wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak. Pada penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah wajib pajak bumi bangunan Kota Padang, Sumatera Barat. Untuk melakukan pengumpulan data dan informasi maka dilakukan penyebaran kuesioner. Secara umum tahapan pengumpulan data dan informasi terlihat pada tabel 4.1 dibawah ini:

Tabel 4.1

Gambaran Umum Penyebaran Kuesioner

Keterangan Jumlah % Total jumlah kuesioner

yang disebarkan

399 100 Total jumlah kuesioner

yang tidak dikembalikan

30 8,33 Total jumlah kuesioner

yang rusak

9 0,75 Jumlah kuesioner yang

diolah

360 90,2

4.2 Demografis Responden

Berdasarkan kepada data dan informasi yang telah dikumpulkan dengan menyebarkan kuesioner dapat diklasifikasikan demografis responden seperti terlihat pada Tabel 4.2 dibawah ini yaitu: Tabel 4.2 Demografis Responden Demografis Jumlah % Gender Laki – Laki 234 65 Perempuan 126 35 Umur 25 – 30 Tahun 72 20 31 – 35 Tahun 98 27,2 36 – 40 Tahun 102 28,3 41 – 45 Tahun 42 11,7 46 – 55 Tahun 46 12,8 Pekerjaan PNS 153 42,5 Pegawai swasta 67 18,6 Wiraswasta 96 26,7 Lain-lain 44 12,2 4.3 Pengujian Hipotesis

Setelah seluruh variabel penelitian didukung oleh item pertanyaan yang valid, handal dan terbebas dari gajala asumsi klasik maka tahapan pengujian hipotesis dapat segera dilaksanakan. Oleh sebab itu untuk mendapatkan bukti empiris dari faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi bangunan maka dilaksanakan tahapan pengujian hipotesis seperti terlihat pada tabel hasil pengujian dibawah ini:

(11)

11 Tabel 4.3

Hasil Pengujian Hipotesis Variabel Koefisien Regresi t-sig (Constanta) -2,957 - Kualitas Pelayanan Pajak 0,283 0,000 Kesadaran Wajib Pajak 0,391 0,000 Pemahaman Wajib Pajak 0,291 0,000 Sanksi Denda PBB 0,076 0,295 Adjusted R square 0.264 F-sig 0,000

Pada tabel terlihat bahwa masing-masing variabel penelitian yang digunakan pada penelitian ini telah memiliki koefisien regresi yang dapat dibuat kedalam sebuah persamaan regresi dibawah ini:

Y = -2,957 + 0,283X1 + 0,391X2 +

0,076X3 + 0,291X4

Sebelum membahas hasil pengujian hipotesis maka terlebih harus diamati nilai koefisien determinasi Adjusted R square

berdasarkan hasil pengujan yang telah dilakukan diperoleh nilai Adjusted R

square sebesar 0.264. Hasil tersebut

menunjukan bahwa kualitas pelayanan pajak, kesadaran wajib pajak, pelaksanaan sanksi denda PBB, dan pemahaman wajib pajaka memiliki kontribusi untuk mempengaruhi kepatuhan wajib pajak sebesar 26,4% sedangkan sisanya sebesar 73,6% lagi dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan didalam model penelitian ini.

Pada tahapan pengujian statistik juga diperoleh nilai F-sig sebesar 0,000. Pada tahapan pengujian statistik yang telah dilakukan tingkat kesalahan yang digunakan adalah 0,05. Hasil yang diperoleh tersebut menunjukan bahwa nilai signifikan sebesar 0,000 < alpha 0,05 maka keputusannya adalah Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan pajak, kesadasan wajib pajak, pelaksanaan sanksi denda PBB, dan pemahamana wajib pajak secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Kepatuhan wajin pajak dalam membayar pajak bumi bangunan, hasil yang diperoleh menunjukkan model regresi yang akan dibentuk adalah tepat, sehingga analisis dan pembahasan untuk membuktikan kebenaran hipotesis dapat segera dilaksanakan.

Berdasarkan kepada pembentukan model persamaan regresi dan uji t yang telah dilakukan diajukan analisis dan pembahasan seperti terlihat pada sub-bab dibawah ini:

4.3.1 Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Bumi Bangunan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama yang bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak terhadap

(12)

12 Kepatuhan Wajib Pajak diperoleh nila

koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,283 dengan nilai signifikan sebesar 0,000. Pada tahapan pengujian statistik digunakan tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa nilai sigifikan sebesar 0,000 < alpha 0,05 maka keputusannya adalah Ho ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan

bahwa Kualitas Pelayanan Pajak berpengaruh signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak bumi bangunan di Kota Padang, Sumatera Barat.

4.3.2 Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Pengujian hipotesis kedua bertujuan untuk membuktikan secara empiris pengaruh Kesadaran Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak, hasil pengujian statistik yang telah dilakukan diperoleh nilai koefisien regresi untuk variabel kesadaran wajib pajak sebesar 0,391 dengan nilai signifikan sebesar 0,000. Pada tahapan pengujian statistik digunakan tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hasil yang diperoleh tersebut menunjukan bahwa nilai signifikan sebesar 0,000 < alpha 0,05 maka keputusannya Ho ditolak dan H2 diterima sehingga dapat

disimpulkan bahwa Kesadaran Wajib Pajak berpengaruh signifikan terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar Pajak Bumi Bangunan.

4.3.3 Pengaruh Pelaksanaan Sanksi Denda PBB terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ketiga yang bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh Pelaksanaan Sanksi Denda PBB terhadap Kepatuhan Wajib Pajak, sesuai dengan hasil pengujian statistik diperoleh nilai koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,076. Pada tahapan pengujian statistik diperoleh nilai signifikan sebesar 0,295 Pada tahapan pengujian tingkat kesalahan yang digunakan adalah 0,05. Hasil yang diperoleh tersebut menunjukan bahwa nilai signifikan sebesar 0,295 > alpha 0,05 maka keputusannya adalah Ho diterima dan H3

ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa Pelaksanaan Sanksi Denda PBB tidak berpengaruh signifikan tehadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar Pajak Bumi Bangunan di Kota padang, Sumatera Barat. 4.3.4 Pengaruh Tingkat Pemahaman

terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis keempat yang bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh Tingkat Pemahaman Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak, sesuai dengan

(13)

13 hasil pengujian statistik diperoleh nilai

koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,291. Pada tahapan pengujian statistik diperoleh nilai signifikan sebesar 0,000 Pada tahapan pengujian tingkat kesalahan yang digunakan adalah 0,05. Hasil yang diperoleh tersebut menunjukan bahwa nilai signifikan sebesar 0,000 < alpha 0,05 maka keputusannya adalah Ho ditolak dan H4

diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa Tingkat Pemahaman Wajib Pajak berpengaruh signifikan tehadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar Pajak Bumi Bangunan di Kota padang, Sumatera Barat.

PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak, Kesadaran Wajib Pajak, Pelaksanaan Denda PBB, Tingkat Pemahaman Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak . Wilayah observasi yang digunakan adalah kota Padang, Sumatera Barat. Untuk melakukan tahapan pengolahan data setelah seluruh data dan informasi diperoleh maka digunakan bantuan program SPSS. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan dapat disimpulkan hasil pengujian sebagai berikut:

1. Kualitas Pelayanan Pajak berpengaruh signifikan terhadap

kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi bangunan di Kota Padang.

2. Kesadaran Wajib Pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi bangunan di Kota Padang.

3. Sanksi Denda PBB tidak berpengaruh signifikan terhadap Kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi bangunan di Kota Padang.

4. Pemahaman Wajib Pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi bangunan di Kota Padang.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa penelitian yang telah diselesaikan saat ini masih memiliki sejumlah kekurangan dan kelemahan yang disebabkan oleh adanya keterbatasan yang peneliti miliki. Secara umum keterbatasan yang terdapat didalam penelitian ini adalah:

1. Wilayah observasi yang digunakan didalam penelitian ini hanya dilakukan dikota Padang sehingga hasil penelitian yang diperoleh belum memiliki akurasi yang tinggi.

(14)

14 2. Masih terdapatnya sejumlah

variabel yang mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak yang tidak digunakan didalam penelitian ini.

5.3 Saran

Berdasarkan kepada kesimpulan dan keterbatasan penelitian maka dapat diajukan beberapa saran yang dapat memberikan kontribusi atau pun manfaat bagi:

1. Penelitian selanjutnya, sebaiknya tidak hanya dilakukan di Kota Padang, tetapi bisa melakukannya di semua darerah Sumatera Barat. Sehingga kesimpulan yang diperoleh lebih menggambarkan kondisi dan penerapan Pajak Bumi bangunan di setiap daerah Sumatera Barat.

2. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan variabel di antaranya tentang Tarif Pajak, dan Pemeriksaan Pajak di daerah Sumatera Barat.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 1995.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta Ghozali, Imam 2011. Analisis Mutivariate

dengan Pendekatan SPSS versi 19.0. BPFE, Yogyakarta.

Hendrico. 2011. Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak, Tingkat Pemahaman dan Kesadaran Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Lubuk Kilangan.

Skripsi Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Padang.

Padang.

Irianto, Slamet Edi. 2005. Politik

Perpajakan, Membangun

Demokrasi Negara. UII Press,

Yogyakarta.

Istijanto. 2008. Kumpulan Riset Sumber

Daya Manusia. Gramedia Pustaka,

Jakarta.

Jatmiko, Nugroho Agus. 2006. Pengaruh Sikap Wajib Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak : Studi Empiris Wajib Pajak Orang Pribadi di Kota Semarang. Tesis Program Pasca Sarjana Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro. Bandung. Mardiasmo. 2011. Perpajakan Edisi Revisi

2011. Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Nasucha. Chaizi. 2004. Reformasi Administrasi Publik Teori dan

Praktik. PT. Gramedia Widiasarana

Indonesia. Jakarta.

Razman, Ahmed Abdul Latief. 2005. Tax Literacy Rate Among Tax Payers:

Evidence From Malaysia. JAAI

volume 9 no.1.

Resmi, Siti. 2008. Perpajakan Teori dan Kasus 4 . Salemba Empat. Jakarta

(15)

2 Sekretaris Daerah Kota Padang. Peraturan

Pemerintah Daerah Padang, Sumatera Barat Nomor 7 Tahun 2011.

Sekretariat Negara Republik Indonesia

Kepala Biro Peraturan

Perundang-undangan Bidang

Perekonomian dan Industri.

Undang-Undang Republik

Indonesia no. 28 Tahun 2009

tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah.

Suhardito, Bambang dan Bambang Sudibyo.1999. Pengaruh Faktor – faktor yang melekat pada diri wajib pajak terhadap keberhasilan penerimaan PBB. Simposium Nasional Akuntansi 11, Malang. Suyatmin. 2004. Pengaruh Sikap Wajib

Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan. Tesis

Program Pasca Sarjana Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro.

Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak No. SE-84/PJ/2011 tentang Pelayanan Prima.www.Pajak.go.id

Tjahjono, Achmad dan Triyono Wahyudi. 2005. Perpajakan Indonesia. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Wilda. 2009. kesadaran perpajakan, pemahaman wajib pajak, persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan sanksi denda PBB, pendapatan wajib pajak dan tingkat pendidikan wajib pajak PBB berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan PBB di Kecamatan Sungai Tarab.

Skripsi Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Padang.

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut memberikan indikasi positif bahwa kegiatan pengabdian ini memberikan dampak yang baik sebagai permulaan untuk membangun motivasi guru dalam menulis

Secara keseluruhan capaian kinerja Utama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2020 sebesar 100,70% dapat dinyatakan berhasil. Hal ini dikarenakan indikator

Hasil analisis struktur yang diperlihatkan pada Gambar 13 menunjukkan bahwa terjadi konsentrasi tegangan yang sangat besar di beberapa lokasi plat, yang diperkirakan berada

Setelah melampaui tenggang waktu tertentu, terhadap suatu tindak pidana tidak dapat dilakukan penuntutan dengan alasan tindak pidana tersebut telah melewati batas

Kesimpulan dari hasil temuan data peneliti adalah ada pengaruh dari tingkat pengetahuan label low fat high calcium terhadap tingkat kepercayaan pada produk susu

Leader / Manajer &#34;tidak hanya dapat menjadwalkan tugas ini, tetapi harus mempunyai waktu untuk menetapkan tujuan, Prioritas, mempertimbangkan hambatan, membekali

Daerah yang mempunyai komponen bauran industri yang paling tinggi di Kabupaten Purworejo adalah Kecamatan Purworejo, artinya Kecamatan Purworejo lebih banyak berspesialisasi

Dari beberapa alat analisis tersebut, dapat diketahui sektor mana saja yang termasuk ke dalam sektor unggulan yang ada di Kota Madiun sehingga Kota Madiun dapat lebih memfokuskan