• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendampingan kelompok wanita tani (KWT) Argosari dalam meningkatkan perekonomian komunitas melalui pengolahan hasil pertanian di Desa Dompyong Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pendampingan kelompok wanita tani (KWT) Argosari dalam meningkatkan perekonomian komunitas melalui pengolahan hasil pertanian di Desa Dompyong Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek."

Copied!
231
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAMPINGAN KELOMPOK WANITA TANI (KWT) ARGOSARI DALAM MENINGKATKAN PEREKONOMIAN KOMUNITAS MELALUI

WIRAUSAHA PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI DESA DOMPYONG KECAMATAN BENDUNGAN KABUPATEN

TRENGGALEK

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos)

Oleh:

Halimatus Sya’diyah

B92213064

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)

PENDAMPINGAN KELOMPOK WANITA TANI (KWT) ARGOSARI DALAM MENINGKATKAN PEREKONOMIAN KOMUNITAS MELALUI

WIRAUSAHA PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI DESA DOMPYONG KECAMATAN BENDUNGAN KABUPATEN

TRENGGALEK

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos)

Oleh:

Halimatus Sya’diyah

B92213064

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

Halimatus Sya’diyah, NIM B92213064. Pendampingan Kelompok Wanita Tani

(KWT) Argosari dalam Meningkatkan Perekonomian Komunitas Melalui Wirausaha Pengolahan Hasil Pertanian di Desa Dompyong Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek

Skripsi ini membahas tentang pendampingan kelompok wanita tani untuk meningkatkan perekonomian atau pendapatan petani. Rendahnya pendapatan petani disebabkan oleh kurang terkelolanya hasil panen lokal, padahal banyak hasil panen yang bisa dikembangkan. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan dan keterampilan petani untuk mengelola hasil panen dan belum adanya kelompok yang mengorganisir penanganan pascapanen. Selama ini hasil panen lokal hanya dijual mentah dengan harga yang relatif murah.

Dalam pendampingan ini peneliti menggunakan metode penelitiab sosial

Parsitipatory Action Researc (PAR). PAR terdiri dari tiga kata yang saling

berhubungan yaitu partisipasi, riset dan aksi. PAR di konsepkan untuk menciptakan perubahan dalam tiap prosesnya, dimana semua proses pemberdayaan dilakukan secara partisipatif bersama kelompok mulai dari kegiatan penggalian data, perencanaan, proses aksi hingga pelaksanaan evaluasi. Peneliti ingin merubah paradigma dan keterampilan petani dalam mengelola hasil panen lokal.

Melalui pembentukan Kelompok Wirausaha Bersama dan pelatihan keterampilan dalam pegolahan hasil panen menghasilkan pengetahuan dan keterampilan kelompok wanita tani Argosari untuk memanfaatkan dan mengelola hasil panen menjadi produk yang bernilai ekonomis dan bernilai jual lebih tinggi dibandingkan hanya menjual mentah saja. Pencapaian yang diperoleh yaitu adanya kerjasama kelompok untuk mengembangkan wirauaha bersama untuk meningkatan pendapatan masyarakat petani khususnya kelompok Wanita Tani Argosari.

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN PENGUJI ... iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR BAGAN ... xiv

DAFTAR DIAGRAM ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR TABEL ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian untuk Pemberdayaan ... 12

D. Manfaat Penelitian ... 12

E. Strategi Pemecahan Masalah ... 13

(9)

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN TERKAIT

A. Pemberdayaan dan Pemberdayaan Masyarakat sebagai Proses

Mencapai Kemandirian ... 23

B. Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Islam ... 32

C. Kewirausaha Sebagai Sarana Peningkatan Perekonomian ... 44

D. Penelitian Terkait ... 56

BAB III METODE PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF A. Pendekatan Penelitian Aksi Partisipatif ... 58

B. Prosedur Penelitian Aksi Partisipatif ... 63

C. Subjek Penelitian dan Pendampingan ... 67

D. Teknik- Teknik Pengumpulan Data ... 69

E. Teknik Validasi Data ... 71

F. Teknik Analisis Data ... 72

G. Jadwal Pelaksanaan Pemberdayaan ... 74

H. Anlisis Steakholder ... 75

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DOMPYONG A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Dompyong ... 79

B. Sejarah Desa Dompyong ... 85

C. Kondisi Ekonomi ... 88

D. Kondisi Pendidikan ... 91

E. Kondisi Kesehatan ... 95

F. Keagamaan dan Kebudayaan ... 96

(10)

H. Profil Kelompok Dampingan (Kelompok Wanita Tani Argosari)

... 102

BAB V PROBLEMATIKA MASYARAKAT DESA DOMPYONG A. Rendahnya Perekonomian dan Pendapatan Petani di Desa Dompyong ... 105

B. Belum Terkelolanya Hasil Panen Lokal yang Dapat Meningkatkan Perekonomian Perekonomian Masyarakat ... 125

C. Belum Ada Kelompok Usaha Dalam Menangani Pengolahan Pascapanen ... 126

BAB VI DINAMIKA PROSES PENGORGANISASIAN A. Assesment Awal ... 132

B. Proses Inkulturasi ... 133

C. Focus Group Discussion ... 137

D. Pendampingan Kelompok Wanita Tani ... 143

E. Memecahkan Problem Bersama Melalui Perencanaan Program Pendampingan ... 146

BAB VII PROSES AKSI A. Membangun Kesadaran Kelompok Wanita Tani dalam Pengolahan Pascapanen ... 154

B. Membentuk Kelompok Wirausaha Bersama Pengolahan Hasil Panen untuk Meningkatkan Perekonomian Petani ... 157

(11)

D. Kegiatan Pemberdayaan Melalui Pendidikan Petani untuk

Meningkatkan Produktifitas Hasil Panen ... 178

E. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Pendampingan KWT Argosari dalam Meningkatkan Perekonomian Masyarakat ... 181

F. Rencana Tindak Lanjut ... 188

BAB VIII ANALISIS DAN REFLEKSI A. Analisis Pendamping Tentang Kelompok Wanita Tani (KWT) Argosari Sebagai Subjek Dampingan ... 190

B. Catatan Refleksi Proses Pendampingan Bersama Petani di Desa Dompyong ... 196

BAB IX PENUTUP A. Kesimpulan ... 208

B. Rekomendasi ... 209

DAFTAR PUSTAKA ... 211

(12)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Analisa Pohon Masalah Desa Dompyong Tentang Rendahnya

Perekonomian Petani Desa Dompyong ... 14

Bagan 1.2 Analisa Pohon Harapan dalam Meningkatkan Perekonomian dan

Pendapatan Petani Desa Dompyong ... 17

(13)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 5.1 Alur Pemasaran Hasil Panen ... 123

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Posisi Desa Dompyong di Kecamatan Bendungan ... 81

Gambar 4.2 Posisi Desa Dompyong Diantara Desa yang Lain ... 82

Gambar 4.3 Peta Dusun Pakel ... 85

Gambar 4.4 Makam Mbah Djoyo Proyo ... 86

Gambar 4.5 Gapura Makam Dukuh Dompyong Dusun Pakel RT. 25 ... 87

Gambar 5.1 Aktifitas Petani Selain Bertani (Ngeramban) ... 106

Gambar 5.2 Para Petani Istirahan Sejenak Setelah Bertani ... 107

Gambar 5.3 FGD dengan Petani Desa Dompyong ... 112

Gambar 5.4 FGD dengan Petani Wanita Desa Dompyong dalam Menentukan Pohon Masalah ... 113

Gambar 6.1 Inkulturasi dengan Ibu-Ibu PKK Desa Dompyong ... 135

Gambar 6.2 Inkulturasi dengan Jamaah Yasin dan Tahlil ... 136

Gambar 6.3 FGD Pemetaan Wilayah RT di Dusun Pakel ... 138

Gambar 6.4 FGD Pemetaan Wilayah RT di Dusun Tumpakaren ... 139

Gambar 6.5 FGD Pemetaan Wilayah RT di Dusun Bendungan ... 140

Gambar 6.6 FGD Pemetaan Wilayah RT di Dusun Garon ... 141

Gambar 6.7 Penanaman Bibit Pohon Kelompok Tani Demangsari IV dan KWT Argosari ... 142

Gambar 6.8 Pencarian Batas Desa dengan Raster bersama Perangkat Desa ... 143

Gambar 6.9 FGD dengan KWT Argosari dalam Merencanakan Aksi ... 147

(15)

Gambar 7.2 Membangun Kesadaran Petani Secara Persuasif ... 157

Gambar 7.3 Proses Pemotongan Talas dan Pisang... 162

Gambar 7.4 Suasana Proses Pembuatan Kripik Pisang dan Kripik Talas ... 163

Gambar 7.5 Hasil Produk Kripik Talas Dan Pisang ... 164

Gambar 7.6 Suasana Praktek Pengolahan Walangan dari hasil Panen Telo Kuning ... 170

Gambar 7.7 Hasil Olahan Walangan Telo Kuning ... 171

Gambar 7.8 Kumpulan Rutin KWT Argosari dan Sosialisasi Produk Hasil Olahan Kelompok “Tiga Diva” ... 172

Gambar 7.9 Kegiatan/Praktek Pengolahan Walangan dan Kripik Dari Hasil Panen Telo Ungu ... 173

Gambar 7.10 Hasil Produk Walangan dan Kripik Telo Ungu yang Mengalami Kegagalan ... 174

Gambar 7.11 Hasil Olahan Kripik Telo Kuning Dan Telo Ungu ... 175

Gambar 7.12 Hasil Produk Olahan Kopi Bubuk ... 176

Gambar 7.13 Kripik Pisang Siap dijual pada Konsumen ... 178

Gambar 7.14 Materi dari Petugas Penyuluh Pertanian Desa Dompyong... 180

Gambar 7.15 Kegiatan Petani dalam Pendidikan Mengenai Tanaman Kopi ... 181

Gambar Lampiran 1 Pohon Kopi Arabika dan Robusta ... 220

Gambar Lampiran 2 Pohon Kopi Kasinir dan Ndruwo ... 221

Gambar Lampiran 3 Pohon Kopi Buriah dan Kopi Jawa ... 221

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Hasil Pertanian Lokal yang Bisa Dikembangkan Menjadi Produk

Olahan ... 6

Tabel 1.2 Kerangka Berfikir dalam Pendampingan Upaya Peningkatan Perekonomian dan Pendapatan Petani di Desa Dompyong ... 19

Tabel 3.1 Subjek Penelitian dan Informan ... 67

Tabel 3.2 Kejadian/Fenomena yang Diamati di Desa Dompyong ... 68

Tabel 3.3 Jadwal Pelaksanaan Pemberdayaan ... 74

Tabel 3.4 Analisa Stakeholder ... 75

Tabel 4.1 Pembagian Wilayah Administratif Desa Dompyong ... 80

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Desa Dompyong ... 83

Tabel 4.3 Lahan Produktif Desa Dompyong ... 89

Tabel 4.4 Mata Pencaharian Penduduk Desa Dompyong ... 90

Tabel 4.5 Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Dompyong ... 92

Tabel 4.6 Lembaga Pendidikan Formal di Desa Dompyong ... 94

Tabel 4.7 Lembaga Kemasyarakatan Desa Dompyong ... 99

Tabel 4.8 Nama Anggota KWT Argosari ... 104

Tabel 5.1 Transek Desa Dompyong ... 108

Tabel 5.2 Kalender Musim Pertanian Desa Dompyong ... 115

Tabel 5.3 Tanaman Pangan Hasil Pertanian Dan Perkebunan ... 116

Tabel 5.4 Biaya Pengeluaran Petani Padi ... 118

Tabel 5.5 Biaya Pengeluaran Petani Jagung ... 119

(17)

Tabel 5.7 Kalender Harian Petani Desa Dompyong ... 127

Tabel 7.1 Kalkulasi Penentuan Harga yang direncanakan oleh KWT

Argosari ... 168

Tabel 7.2 Evaluasi Formatif Program Kegiatan bersama KWT Argosari .... 184

Tabel 7.3 Trand and Change Pelaksanaan Program Bersama KWT

Argosari ... 185

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Desa Dompyong secara topografi merupakan daerah perbukitan dan

pegunungan dengan mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani

sebagaimana umumnya desa-desa daerah pegunungan di Jawa. Daerah tersebut

merupakan daerah dengan berbagai macam lahan yaitu lahan tegalan, lahan

perhutani, lahan kering, lahan sawah dan lahan pemukiman. Kondisi alam

Dompyong yang kurang kondusif bagi pengembangan pertanian persawahan,

mengharuskan masyarakat untuk mengelola lahan kering. Hal ini terjadi karena

kurang tersedianya air ketika musim kemarau, sehingga masyarakat lebih

memilih mengembangkan pola-pola lahan kering atau lahan tegalan.

Lahan tegalan biasanya ditanami beragam tanaman pangan, seperti

ketela, jahe, jagung, sayuran, pohon duren, kelapa, pohon mahoni, sengon,

cengkeh dan sebagainya dengan menggunakan sistem campursari. Sedangkan

lahan pekarangan di desa ini biasanya ditanami pohon pisang, alpukat, kopi,

talas dan sayuran. Namun masyarakat belum bisa mengelola lahan pertanian

untuk memperolah hasil yang maksimal serta kurangnya keterampilan

masyarakat untuk mengelola hasil pertanian menjadi barang yang lebih bernilai

dan mampu meningkatkan nilai jual yang lebih tinggi. Mereka hanya

mengandalkan menjual mentah hasil pertanian kepada tengkulak, hal inilah

yang menjadi ketidakberdayaan masyarakat Dompyong. Ketika tidak ada

(19)

2

hasil panen secara mandiri, sehingga dapat menyebabkan berkurangnya

penghasilan petani.

Secara administratif Desa Dompyong merupakan salah satu desa yang

berada di Kecamatan Bendungan Kabupaten Trennggalek. Wilayah Desa

Dompyong berbatasan dengan Desa Botoputih disebelah utara, sebelah timur

berbatasan dengan Desa Botoputih, sebelah selatan selatan berbatasan dengan

Desa Sumurup, sedangkan sebelah barat berbatasan langsung dengan Desa

Jeruk (Kecamatan Sooko Kabupaten Ponorogo). Desa ini terbagi menjadi

empat dusun, yaitu Dusun Bendungan, Dusun Pakel, Dusun Garon dan Dusun

Tumpak Aren.1

Wilayah Desa Dompyong memiliki area seluas 1.782 Hektar dengan

pola pemanfaatan lahan terdiri dari hutan dengan luasan 1.258,2 hektar,

perkebunan 127,5 hektar, lahan sawah 49 hektar, pemukiman seluas 46 hektar

dan pekarangan dengan luasan 95 hektar.2 Desa Dompyong berada pada

ketinggian 729 meter di atas permukaan air laut dengan topografi

berbukit-bukit. Sedangkan menurut data demografi jumlah penduduk Desa Dompyong

mencapai 3.746 jiwa3 yang terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan jumlah

keluarga sebanyak 1279 KK. Hasil transek bersama masyarakat, potensi di

Desa Dompyong memiliki kecenderungan di bidang pertanian, perkebunan,

hutan dan peternakan. Lahan pertanian sendiri terbagi menjadi; persawahan,

ladang dan pekarangan dengan berbagai tanaman multikultur. Hasil pertanian

1 Data Geografi Desa Dompyong tahun 2014 2 Data Monografi Desa Dompyong tahun 2014

(20)

3

dilahan sawah berupa padi dan jagung. Tanaman padi dengan varietas tanaman

padi gogo dan padi hibrida sedangkan tanaman jagung lebih banyak

menggunakan benih hibrida dari pabrik.4

Jenis tanaman yang ada di ladang diantaranya; ketela pohon, ketela

rambat, jagung, jahe dan talas. selebihnya tanaman dilahan pekarangan berupa

tanaman kopi, pisang, durian, alpukat dan sayur-sayuran. Sedangkan di bidang

peternakan seperti pada umumnya; terdiri dari sapi perah, kambing, dan

unggas.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan masyarakat, di

Desa Dompyong terdapat beberapa hasil panen (potensi lokal) yang bisa di

manfaatkan untuk meningkatkan value (nilai) agar bisa menjadi barang yang

mempunyai nilai jual tambah, yang selama ini belum dimanfaatkan oleh

masyarakat untuk meningkatkan penghasilan pertanian, mengingat semakin

rendahnya penjualan hasil panen mentah dan kurangnya kemampuan

masyarakat untuk mengolah dan memasarkan hasil panen. Padahal sektor

pertanian menjadi tumpuan penghidupan masyarakat desa, baik dalam segi

ekonomi maupun penghidupan, namun dari banyaknya potensi lokal yang ada

masyarakat belum bisa memaksimalkan hasil maupun mengelola hasil panen

untuk menjadi barang yang lebih bernilai yang mempunyai nilai jual yang lebih

tinggi yang mampu meningkatkan pendapatan petani.

Pemanfaatan lahan Desa Dompyong terbagi menjadi beberapa lahan

yaitu lahan sawah dengan luasan 35 Ha, lahan perkebunan seluas 127,5 Ha,

(21)

4

luas pekarangan sekitar 95 Ha, lahan Hutan seluas 1.257 Ha dan lahan lain-lain

seluas 267,5 Ha untuk lahan pemukiman, fasilitas umum dan pemakaman.5

Hasil pertanian dan perkebunan meliputi padi dan jagung, ketela, talas,

pisang jahe dan kopi. Hasil panen padi hanya cukup untuk dikonsumsi sendiri

sedangkan jagung sebagian untuk di konsumsi namun lebih banyak yang

menjual hasil panennya kepada tengkulak. Masyarakat Desa Dompyong jarang

menggunakan jagung sebagai makanan pokok sehari-hari. Mereka lebih

memilih menjadikan tiwul maupun gaplek baik sebagai bahan makanan pokok

atau hanya sekedar campuran beras.

Hasil pertanian lahan sawah dengan luasan ¼ Ha atau 250 meter persegi

bisa menghasilkan panen sebanyak 6 KW untuk panen jagung, lahan padi tiap

250 meter persegi bisa menghasilkan panen sebanyak 375 kg. hasil panen padi

hanya cukup untuk dikonsumsi sendiri oleh petani, sedangkan untuk hasil

panen jagung masyarakat lebih memilih untuk menjual mentah daripada

dikonsumsi. Penggunaan lahan untuk tanaman ketela tiap 250 meter persegi

mampu menghasilkan lebih dari 1 ton ketela. Tanaman ketela biasanya

menggunakan sistem tumpang sari dengan tanaman lainnya, baik dengan

jagung dan jahe. Sedangkan kopi dan pisang ditanam dipekarangan dengan

jumlah pohon rata-rata sebanyak 40 batang untuk tanaman kopi di setiap

pekarangan rumah warga.6

5 Data Demografi Desa Dompyong tahun 2016

6 Hasil Diskusi dengan Kelompok Tani Dusun Garon pada tanggal 24 November 2014 pukul 21:00

(22)

5

Dari hasil panen yang ada jika dikurangi dengan pengeluaran pertanian

hasilnya tidak seimbang, misalnya dari hasil panen jagung sebanyak 3 KW atau

300 kg dengan harga panen Rp.3000, 300 kg x 3000 = Rp. 900.000 tiap panen.

Sedangkan pengeluaran pertanian tiap tanam mencapai Rp. 419.000 untuk

pengeluaran pupuk, bibit dan pestisida, bila menggunakan buruh maka

pengeluaran akan bertambah menjadi Rp. 280.000 untuk upah buruh. Jadi jika

dikalkulasikan antara pengeluaran dan pendapatan pertanian hanya

menghasilkan Rp. 264.000 tiap kali musim panen. Dan itupun harus menunggu

sekitar 4 bulan untuk memperoleh hasil panen. Oleh karenanya masyarakat

mengandalkan hasil ternak sapi perah untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.

Namun bagi yang tidak mempunyai ternak sapi perah akan sangat bergantung

pada hasil pertanian yang ada.7

Dari sekian banyak hasil pertanian potensi lokal yang ada di Desa

Dompyong masim belum dikelola secara maksimal, hal ini dikarenakan

kurangnya pemahaman dan keterampilan masyarakat untuk mengelola hasil

pertanian agar mampu memberikan sumbangsih untuk meningkatkan

perekonomian masyarakat Desa Dompyong.

Banyak tanaman lokal yang belum termanfaatkan secara maksimal dan

hanya dijual mentah dengan harga yang murah salah satuya yaitu ketela, talas,

pisang, telo rambat dan kopi. Berikut hasil perkebunan yang bisa

7

(23)

6

dikembangkan menjadi produk wirausaha untuk meningkatkan nilai jual yang

lebih tinggi menjadi produk olahan diantaranya;8

Tabel 1.1

Hasil Pertanian Lokal Desa Dompyong yang Bisa Dikembangkan Menjadi

Produk Olahan

Sumber: hasil wawancara dengan Sukesi, Sri Wahyuni

Menurut Sukesi (37 tahun) Pertanian di Desa Dompyong, khususnya di

Dusun Garon mengalami ketidakseimbangan antara pengeluaran pra tanam

dengan hasil penen, hal ini terjadi karena murahnya hasil panen terutama

tanaman ladang, semisal tanaman singkong memiliki harga jual mentah sangat

murah berkisar Rp. 300 per kg, sehingga banyak warga yang lebih memilih

tidak memanen dan membiarkan di ladang.9 Hal ini terjadi karena masyarakat

belum bisa mengolah hasil panen menjadi produk olahan yang lebih bernilai

jual tinggi, padahal singkong merupakan potensi yang bisa dikembangkan

8 Hasil wawancara dengan Sri Wahyuni (36 tahun) pada tanggal 23 November 2016 pukul 14:00 di

rumah

9 Hasil wawancara dengan Sukesi (37 tahun) pada tanggal 19 november 2016 pukul 13:30 di ruang

(24)

7

mengingat banyaknya petani yang menanam tanaman singkong dalam jumlah

yang besar.

Ketela digunakan sebagai makanan berupa tiwul yang masih menjadi

makanan pokok khas Desa Dompyong. Hasil panen ketela lebih banyak

dibandingkan dengan padi dan jagung. Selain tidak membutuhkan biaya tanam,

ketela juga mudah tumbuh dengan subur dimana saja walaupun tanpa

menggunakan pupuk dan pestisida. Bibitnyapun sangat mudah didapatkan.

Namun harga ketela saat ini sangat murah hanya RP.300 per kg. Oleh

karenanya petani lebih memilih tidak memanen ketela walaupun telah sampai

masa panen yaitu minimal 7 sampai 8 bulan, mereka masih menunggu mungkin

harga bisa stabil kembali dengan harga Rp 1000 per kg. Hal inilah yang

menjadikan pendapatan petani semakin berkurang.10

Talas juga banyak ditanam di lahan pertanian dengan kualitas yang

bagus, namun harga jualnya juga rendah, yaitu hanya berkisar Rp.900 per kg.

hasil panen kebanyakan hanya di jual mentah, namun ada sebagian warga yang

mulai mengolah menjadi olahan kripik mbote11 dalam jumlah yang sedikit dan

hanya dijual di sekolah-sekolah terdekat saja.12

Setiap orang mempunya lahan kopi yang ditanam di pekarangan rumah

dan ladang, tetapi belum ada perkebunan rakyat yang menanan khusus

komoditas tanaman kopi, kebun kopi hanya ada di perkebunan Dilem milik

10 Hasil wawancara dengan Suruto (42 tahun) pada tanggal 20 November 2016 pukul 20:00 di ruang

tamu.

11 Mbote merupakan nama lain dari talas yang merupakan bahasa lokal di Desa Dompyong 12 Hasil wawancara dengan Sameni (33 tahun) pada tanggal 15 November 2016 pukul 10:00 di ruang

(25)

8

daerah padahal tanaman kopi merupakan komuditas tanaman yang sangat

potensial di Desa Dompyong. Selain mudah tumbuh di daerah ini, hasil panen

kopi juga lebih menjanjikan dibanding dengan tanaman perkebunan lainnya.13

Kopi merupakan komoditas tanaman yang menjadi icon wisata Desa

Dompyong di perkebunan Dilem Willis lengkap dengan pabrik kopi

peninggalan belanda yang hanya beroperasi ketikan panen kopi saja. Selain itu,

masyarakat juga banyak yang menanam di lahan pekarangan tiap rumah,

khususnya di Dusun Garon. Hasil panen kebanyakan di konsumsi sendiri oleh

masyarakat serta di jual mentah ke pasar maupun ke pabrik. Ada juga

kelompok yang mulai memproduksi bubuk kopi tetapi masih menggunakan

sistem manual dan dalam jumlah yang sedikit karena produksinya hanya

mengandalkan pesanan. Setiap rumah di Dusun Garon mampu menghasilkan

produksi kopi mentah setiap panen dari hasil pohon kopi yang mereka tanam

di pekarangan rumah masing-masing. Sehingga sangat potensial untuk

dikembangkan menjadi bubuk kopi khas Desa Dompyong. Hanya saja

tantangannya bagi para petani kopi, yaitu pengelolahan yang belum memenuhi

standard olah yang diterima pasar.14

Begitu pula dengan pisang, pisang banyak ditanam di pekarangan

rumah dan ladang. Selain dikonsumsi sendiri, juga dijual mentah ke pasar.

Sedangkan kopi selain di konsumsi sendiri juga di jual baik ke pabrik maupun

ke pasar. Jahe merupakan komoditi tanaman toga yang bisa dimanfaatkan

13 Hasil wawancara dengan Sudar (45 tahun) pada tanggal 23 november 2016 pukul 09:00 di rumah

Sudar

14 Hasil Wawancara dengan Purwanto (47 tahun) pada tanggal 23 November 2016 pukul 13:30 di

(26)

9

sebagai obat untuk kekebalan tubuh. Kebanyakan masyarakat menanan jahe di

ladang terutama di lahan perhutani menggunakan sistem tumpang sari dengan

tanaman singkong dan tanaman lainnya. Namun sejauh ini jahe hanya dijual

mentah dengan harga yang murah karena adanya penurunan harga yang drastis

dibanding tahun-tahun sebelumnya, padahal jahe merupakan komoditas yang

banyak ditanam di Desa Dompyong mengingat kondisi geografis yang sangat

mendukung untuk budidaya tanaman jahe. Selain produksi hasil panen jahe

sangat bagus dan dalam jumlah yang banyak, tetapi sejauh ini masyarakat

belum mampu meningkatkan hasil jual tanaman jahe melalui pengolahan

produk yang bernilai manfaat dan nilai jual tinggi. Mereka hanya menjual

mentah hasil panen kepada tengkulak dengan harga yang murah, oleh

karenanya produksi jahe mulai menurun mengingat turunnya harga

mempengaruhi keinginan petani untuk menanan jahe kembali.15

Pada tahun 2009-2010 ada pendampingan dari Prima Tani untuk

menanam komoditas sayuran seperti kubis, sawi, wortel dan kentang dalam

rangka meningkatkan dan mengganti komoditas tanaman yang bernilai jual

tinggi.16 Kerjasama dengan kelompok tani Mardi Luhur bersama masyarakat

Garon dengan sistem balik modal. Pendampingan dilakukan mulai dari proses

cara penanaman, pemupukan organik, pengobatan, pemupukan kimia dan

panen yang berlangsung selama tiga bulan masa tanam. Namun sangat

disayangkan pendampingan tidak sampai pada proses pemasaran. Sehingga

15 Hasil wawancara dengan Yateni umur 48 tahun pada tanggal 16 November 2016 pukul 21:00 di

rumah

16 Hasil FGD bersama kelompok wanita tani (KWT) Argosari pada tanggal 20 November 2016 pukul

(27)

10

masyarakat kesulitan untuk menjual hasil panennya. Walaupun kualitas hasil

panen baik namun masyarakat belum mampu memperoleh penghasilan yang

maksimal karena tidak ada pihak yang membeli hasil panen mereka serta

kurangnya pengetahuan dan keterampilan untuk pemasaran hasil panennya.

Setelah melakukan inkulturasi dengan berbagai pihak, baik dengan

kelompok tani, lembaga kemasyarakatan dan kelompok keagamaan, akhirnya

peneliti cenderung memilih kelompok wanita tani Argosari dan para petani

sebagai subjek dampingan. Hal ini karena beberapa alasan yaitu, mereka

menyambut dengan senang hati dan lebih terbuka serta mempunyai keinginan

untuk belajar bersama dalam melakukan perubahan, baik untuk diri mereka,

kelompok dan perubahan Desa Dompyong menjadi lebih baik dan

masyarakatnya lebih sejahtera.

Adanya problematika yang dialami masyarakat terutama petani

menyebabkan timbulnya kemiskinan petani. Kemiskinan akan terus

berkembang jika tidak diberantas. Kemiskinan bukan diciptakan oleh orang

miskin, tetapi diciptakan oleh tatanan sosial-ekonomi, maka kemiskinan dapat

atasi melalui pemberdayaan masyarakat untuk merubah kondisi masyarakat

menjadi lebih baik. Sebagaimana dalam Al Qur’an potongan dari surat

Ar-Ra’du ayat 11 yang berbunyi: “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan

sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka

sendiri”.

Kondisi masyarakat Dompyong yang mayoritas sebagai petani belum

(28)

11

karena harga hasil panen lokal yang sangat murah. Dari sekian banyak potensi

lokal yang ada di Desa Dompyong, kebanyakan masih dijual mentah dengan

harga yang rendah. Maka peneliti bersama masyarakat dan kelompok tani

wanita (KWT) Argosari akan melakukan pendampingan untuk meningkatkan

nilai tambah hasil pertanian dalam rangka memajukan perekonomian

masyarakat terutama dalam meningkatkan pendapatan petani.

B. Rumusan Masalah

Desa Dompyong mempunyai lahan pertanian yang sangat potensial

dalam menghasilkan panen lokal berupa ketela baik ketela pohon maupun

ketela rambat, talas, pisang dan kopi, namun petani belum mampu mengolah

hasil panen tersebut menjadi barang yang lebih bernilai ekonomi tinggi yang

dapat meningkatkan pendapatan mereka. Petani selama ini hanya mampu

menjual mentah hasil panen potensi lokal dengan harga yang relatif murah.

Dari rumusan masalah di atas, maka pertanyaan riset pendampingan ini

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi rendahnya perekonomian petani Desa Dompyong akibat

tidak adanya pemanfaatan hasil panen lokal?

2. Bagaimana strategi yang efektif untuk meningkatkan perekonomian petani

Desa Dompyong?

3. Bagaimana hasil yang dicapai dalam penerapan wirausaha pengolahan hasil

(29)

12

C. Tujuan Penelitian untuk Pemberdayaan

Adapun tujuan penelitian dari pendampingan ini yaitu:

1. Untuk mengetahui kondisi rendahnya perekonomian petani Desa

Dompyong akibat tidak adanya pemanfaatan hasil panen lokal?

2. Untuk menjelaskan strategi yang efektif untuk meningkatkan

perekonomian petani Desa Dompyong?

3. Untuk mengetahui hasil yang dicapai dalam penerapan wirausaha

pengolahan hasil panen bersama Kelompok Wanita Tani Argosari di Desa

Dompyong?

D. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian diatas, peneliti berharap hasil

penelitian ini bisa memberikan beberapa manfaat. Adapun manfaat yang

diharapkan dari hasil pendampingan ini antara lain sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Untuk memberikan sumbangsih pada khasanah keilmuan

pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan pertanian dalam

meningkatkan hasil pertanian lokal agar memiliki nilai jual yang lebih tinggi

diandingkan hanya dengan menjual mentah hasil pertanian. Selain itu,

penelitian ini bisa memberi kontribusi atau sumbangan pemikiran bagi jurusan

Pengembangan Masyarakat Islam atau para pemberdaya masyarakat dalam

memahani kehidupan dan permasalahan yang ada di masyarakat serta menggali

(30)

13

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini bisa menjadi informasi awal dalam pengembangan

sektor pertanian di Desa Dompyong dan Memberikan manfaat bagi

masyarakat Desa Dompyong, khususnya para petani dalam membaca dan

memecahkan permasalahan sosial yang realistis, yaitu dalam upaya

meningkatkan penghasilan petani melalui pengolahan hasil panen menjadi

produk yang lebih bernilai jual tinggi. Selain itu Petani dapat memahami

bagaimana masalah yang menjerat kehidupan mereka, menemukan solusi

bersama agar kehidupan masyarakat bisa lebih sejahtera. Sehingga dari setiap

proses yang dilakukan dapat memberikan motivasi kepada petani lainnya

untuk terus mengembangkan potensi yang mereka miliki demi kesejahteraan

bersama.

E. Strategi Pemecahan Masalah dan Tujuan 1. Analisis Masalah

Fokus pemberdayaan ini melibatkan partisipasi dari masyarakat Desa

Dompyong dan Kelompok Wanita Tani (KWT) Argosari sebagai subjek

dampingan. Partisipasi ini dilakukan dalam setiap proses pengorganisasian di

lapangan, mulai dari pemetaan awal, penentuan masalah, mencari solusi,

pelaksanaan aksi hingga proses evaluasi dan refleksi dalam upaya

meningkatkan perekonomian atau pendapatan petani di Desa Dompyong.

Sehingga seluruh subjek dampingan mampu mengambil peran masing-masing

dalam segala proses pemberdayaan dengan harapan terciptanya masyarakat

(31)

14

mereka hadapi dan agar mereka bisa menyadarkan masyarakat yang lainnya

dan mengajak masyarakat untuk melakukan perubahan dengan mandiri setelah

proses pendampingan ini selesai. Berikut ini adalah fokus penelitian dan

pendampingan yang digambarkan dalam analisa pohon masalah tentang

rendahnya perekonomian atau pendapatan petani di Desa Dompyong yaitu

sebagai berikut:

Bagan 1.1

Analisa Pohon Masalah Tentang Rendahnya Perekonomian Petani Desa

Dompyong

Sumber: Hasil FGD bersama Kelompok Wanita Tani pada tanggal 20 November2016

Tejadinya kemiskinan Kurang terpenuhinya kebutuhan

masyarakat

Rendahnya perekonomian (pendapatan) masyarakat Desa Dompyong

(32)

15

Problematika yang tampak dari pohon masalah diatas yaitu rendahnya

perekonomian atau pendapatan masyarakat, terutama petani yang disebabkan

oleh kurangnya pemahaman dan keterampilan petani untuk mengelola hasil

panen lokal agar menjadi barang yang mempunyai nilai jual lebih tinggi.

Kurangnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat tersebut disebabkan

belum adanya pendidikan dan pelatihan tentang pengolahan hasil panen lokal

yang bisa mendukung peningkatan perekonomian masyarakat. Selama ini hasil

panen hanya sebatas di konsumsi sendiri dan dijual dipasar maupun tengkulak

dengan harga yang relatif murah.

Pengetahuan masyarakat tentang pengolahan pascapanen juga

disebabkan oleh kurangnya pendidikan kepada petani tentang pengolahan

pasca panen hasil pertanian. Hal ini terjadi dikarenakan belum ada yang

mengorganisir pendidikan masyarakat baik dari pemerintah desa, kelompok

tani maupun dari petani sendiri. Pendidikan selama ini yang ada di Desa

Dompyong lebih pada tata cara bercocok tanam yang baik agar bisa

memperoleh hasil yang maksimal, tetapi belum ada yang menfasilitasi

pendidikan tentang pengolahan pascapanen untuk peningkatan nilai jual

belinya.

Pengolahan hasil panen untuk meningkatkan pendapatan petani bisa

dilakukan jika ada sebuah kelompok atau lembaga yang menangani dan

menjalankan aktifitas kelola hasil panen. Namun di Desa Dompyong sendiri

belum ada gerakan ataupun kelompok yang berinisiatif untuk mulai berinovasi

(33)

16

produk baru. Produk baru tersebut tentunya produk yang bisa dijual dengan

harga yang relatif tinggi, dibandingkan dengan hanya menjual mentah saja.

Adapun dampak dari rendahnya perekonomian atau pendapatan

masayarakat petani yaitu menyebabkan peningkatan kemiskinan para petani

dan kurang terpenuhinya kebutuhan hidup para petani. Karena dalam

pemenuhan kebutuhan sehari masih mengandalkan pendapatan dari hasil

pertanian.

2. Analisis Tujuan

Dari ketiga faktor penyebab rendahnya perekonomian atau pendapatan

petani di Desa Dompyong tersebut, selama ini belum ada pihak yang

melakukan upaya penanganan masalah baik dari pihak desa, kelompok maupun

para petani karena belum ada kesadaran dari petani untuk melakukan upaya

peningkatan perekonomian atau pendapatan petani melalui pengolahan hasil

pertanian lokal. Petani hanya memperoleh penghasilan dari hasil panen yang

dijual pada tengkulak dengan harga yang murah tanpa melakukan penangana

pascapanennya. Oleh sebab itu, berikut uraian tindakan yang dilakukan oleh

peneliti bersama para petani dan KWT Argosari dalam melakukan upaya

pemecahan masalah untuk meningkatkan perekonomian petani yang tergambar

(34)

17

Bagan 1.2

Analisa Pohon Harapan dalam Meningkatkan Perekonomian dan Pendapatan

Petani Desa Dompyong

Sumber: Hasil FGD bersama Kelompok Wanita Tani pada tanggal 20 November 2016

Dari paparan problem pada pohon masalah diatas, maka peneliti dan

masyarakat membuat analisa tujuan untuk merumuskan bersama

tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam proses pendampingan ini. Tujuan dari

pendampingan petani dan KWT Argosari dalam mengatasi rendahnya

perekonomian dan pendapatan petani di Desa Dompyong di tunjang oleh Berkurangnya tingkat

kemiskinan

Terpenuhinya kebutuhan masyarakat

Meningkatnya perekonomian (pendapatan) Petani Desa Dompyong

(35)

18

beberapa tujuan dasar lainnya. Faktor yang dibutuhkan untuk mecapai tujuan

tersebut yaitu:

1. Ada yang menginisiasi pendidikan untuk memberikan pemahaman kepada

petani dalam mengelola hasil panen lokal agar menjadi barang yang

mempunyai nilai jual lebih tinggi. Faktor penunjang ini sangat dibutuhkan

untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya pengolahan hasil panen

dalam peningkatan pendapatan petani. Sehingga petani tidak mengalami

ketergantungan kepada para tengkulak dalam pemasaran hasil panennya

tetapi mempunyai kemampuan untuk mengelola hasil panen secara

mandiri.

2. Ada yang menginisiasi pembentukan kelompok usaha bersama dalam

pengolahan hasil panen lokal. Hal ini menjadi awal terbentuknya

wirausaha bersama kelompok yang nantinya dapat dikembangkan menjadi

wirausaha yang lebih besar. Kelompok usaha ini merupakan wadah

pengembangan keterampilan dan kemampuan petani untuk mengolah hasil

panen serta menjadi wadah untuk melakukan perubahan secara

berkelanjutan sehingga dapat memunculkan kelompok baru yang lebih

ahli dan kreatif dalam mengupaya adanya perubahan yang lebih baik.

3. Ada yang menginisiasi pelatihan keterampilan dalam pengolahan hasil

panen menjadi produk olahan yang bernilai jual ekonomis. Faktor

penunjang ini dibutuhkan untuk memberikan keterampilan pada petani

(36)

19

sumbangsih dalam peningkatan pendapatan keluarga petani khususnya

Kelompok Wanita Tani Argosari.

3. Analisis Strategi Program

Selanjutnya, untuk memperjelas alur pikiran peneliti dalam mencapai

tujuan-tujuan yang ada bersama para petani dan Kelompok Wanita Tani

Argosari, berikut adalah kerangka berfikir dan strategi program dalam

penelitian pendampingan ini, yaitu:

Tabel 1.2

Kerangka Berfikir dan Strategi Program dalam Pendampingan Upaya

Peningkatan Perekonomian dan Pendapatan Petani di Desa Dompyong

(37)

20

perekonomian petani

Sumber: Diolah dari Hasil FGD dengan Kelompok Wanita Tani Argosari pada tanggal 20 November 2016 di Rumah Sri Narti

Dengan adanya kerangka berfikir tersebut, akan menjadikan proses

pendampingan petani dan KWT Argosari mejadi lebih jelas dan terarah.

Sehingga dapat mencapai tujuan utama melalui tahapan-tahapan analisis yang

sesuai dengan konteks problem, harapan dan kondisi yang ada di masyarakat.

Selain itu juga, dari kerangka berfikir tersebut, akan memudahkan peneliti

dalam mengorganisir dan melakukan semua setiap prosesnya bersama

masyarakat hingga pada tahapan evaluasi untuk proses yang berkelanjutan.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika adalah salah satu unsur penelitian yang sangat penting agar

penulisan hasil penelitian bisa terarah. Sistematika penulisan skripsi secara

keseluruan terdiri dari IX BAB, yang dapat diuraikan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, pada bab ini peneliti memaparkan tentang latar

belakang masalah yang terjadi di lokasi dampingan termasuk juga fokus riset

pendampingan atau rumusan masalah, tujuan dan manfaat riset pendampingan,

strategi pemberdayaan dan juga sistematika pembahasan bab per bab dari

skripsi.

BAB II Kajian Teori Dan Penelitian Terkait, Pada bab ini peneliti

membahas tentang teori-teori yang relevan dengan tema penelitian yang

(38)

21

masyarakat, teori pemberdayaan masyarakat berdasarkan perspektif islam dan

teori kewirausahaan.

BAB III Metode Penelitian Aksi Partisipatif, Pada bab ini peneliti

membahas tentang metode riset aksi partisipatif. Dalam bab ini berisi tentang

metode pendekatan yang digunakan dalam riset, prosedur dalam penelitian

PAR (Participatory Action Research), subjek penelitian dan penadmpingan,

teknik-teknik pendampingan, teknik pengumpulan data, teknik validasi data,

teknik analisi data riset untuk pendampingan dan jadwal operasional yang

menjelaskan tentang waktu dan juga pihak-pihak yang terkait dalam riset

pendampingan yang dilakukan.

BAB IV Gambaran Kehidupan di Desa Dompyong, bab ini

memberikan gambaran umum tentang lokasi riset dampingan. Dalam bab ini

dijelaskan tentang profil Desa Dompyong secara geografis, monografi desa

Dompyong, keadaan sosial budaya masyarakat, adat istiadat, pendidikan, dan

yang paling penting yaitu keadaan perekonomian masyarakat dan menjelaskan

kondisi pertanian Desa Dompyong yang menjadi sektor utama Pertanian di

desa tersebut. Begitupula pemaparan profil subyek dampingan, yaitu

Kelompok Wanita Tani Argosari.

BAB V Problematika Masyarakat Desa Dompyong, Pada bab ini

membahas tentang analisa situasi problematik yang terjadi di Desa Dompyong,

meliputi rendahnya perekonomian (pendapatan) petani di desa dompyong,

(39)

22

perekonomian masyarakat, serta belum adanya kelompok usaha dalam

menangani pengelolahan pascapanen.

BAB VI Proses Pengorganisasian, bab ini membahas tentang dinamika

proses pengorganisiran yang meliputi assesment awal, proses inkulturasi, focus

group discussion dan perencanaan program pendampingan kelompok wanita

tani Argosari dalam memecahkan berbagai permasalahan di Desa Dompyong.

BAB VII Proses Aksi Pada bab ini peneliti membahas tentang proses

aksi pendampingan masyarakat di Desa Dompyong melalui berbagai program

yaitu membangun kesadaran Kelompok Wanita Tani dalam penanganan

pascapanen, membentuk kelompok usaha bersama untuk meningkatkan

perekonomian masyarakat serta melaksanakan pelatihan keterampilan dalam

pengolahan hasil panen menjadi produk olahan yang bernilai ekonomis.

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan perekonomian serta pendapatan

masyarakat terutama petani.

BAB VIII Analisis Dan Refleksi, bab ini berisi tentang analisis

pendamping terhadap subjek dampingan serta Refleksi Teoritis dan Refleksi

Metode Penelitian dimana peneliti menguraikan hasil refleksi terhadap

perubahan dan hasil dari sebuah proses pendampingan.

BAB IX Simpulan, pada bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan,

saran dan rekomendasi dari proses riset dampingan yang telah ditulis dalam

(40)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN TERKAIT

A. Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat sebagai Proses Mencapai Kemandirian

Pengembangan masyarakat adalah upaya mengembangkan sebuah

kondisi masyarakat secara berkelanjutan dan aktif berlandaskan prinsip-prinsip

keadilan sosial dan saling menghargai. Para pekerja kemasyarakatan berupaya

memfasilitasi warga dalam proses terciptanya keadilan sosial dan saling

menghargai melalui program-program pembangunan secara luas yang

menghubungkan seluruh komponen masyarakat. Pengembangan masyarakat

menterjemahkan nilai-nilai keterbukaan, persamaan, pertanggungjawaban,

kesempatan, pilihan, partisipasi, saling menguntungkan, saling timbal balik

dan pembelajaran terus menerus. Inti dari pengembangan masyarakat adalah

mendidik, membuat anggota masyarakat mampu mengerjakan sesuatu dengan

memberikan kekuatan atau sarana yang diperlukan dan memberdayakan

mereka17. Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat merupakan upaya

yang dilakukan untuk melakukan perubahan masyarakat petani Desa

Dompyong menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Pengembangan masyarakat didasari sebuah cita-cita bahwa masyarakat

bisa dan harus mengambil tanggung jawab dalam merumuskan kebutuhan,

mengusahakan kesejahteraan, menangani sumber daya baik sumber daya alam

(41)

24

maupun sumber daya manusia dan mewujudkan tujuan hidup mereka sendiri.

Pengembangan masyarakat diarahkan unuk membangun supportive

communities, yaitu sebuah struktur masyarakat yang kehidupannya didasarkan

pada pengembangan dan pembagian sumber daya secara adil serta adanya

interaksi sosial, partisipasi, dan upaya saling mendorong antar satu dengan

yang lain18.

Salah satu tujuan pengembangan masyarakat adalah membangun

sebuah struktur masyarakat yang didalamnya memfasilitasi tumbuhnya

partisipasi secara demokratis ketika terjadi pengambilan keputusan. Upaya ini

menuntut pembentukan proses yang memungkinkan sebuah masyarakat

mempunyai akses pada sumber daya, mampu mengontrol sumber daya dan

struktur kekuasaan di masyarakat.19

Sedangkan pemberdayaan berarti menyediakan sumber daya,

kesempatan, pengetahuan dan keterampilan dalam rangka meningkatkan

kemampuan warga miskin untuk menentukan masa depannya sendiri dan

berpartisipasi dalam kehidupan masyarakatnya.20 Pemberdayaan masyarakat

adalah proses pembangunan dimana masyarakat berinisiatif untuk memulai

proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri.21

Pemberdayaan hanya bisa terjadi apabila warganya ikut berpartisipasi.

18 Zubaedi, Pengembangan Masyarakat: Wacana dan Praktik, (Jakarta: Kencana, 2014) hal. 2 19 Sumaryo Gitosaputro, Kordiyana K. Rangga, Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat;

Konsep, Teori dan Aplikasinya di Era Otonomi Daerah, (Yogyakarta: Graha Ilmu), hal. 3

20 Nanih Machendrawati, Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam dari Ideologi,

Strategi, sampai Tradisi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), hal. 43

21 James A. Cristenson, Jerry W. Robinson, Community development in perspective, (Jr Ames: Ioa

(42)

25

Carlzon dan Macauley sebagaimana di kutip oleh Wasistiono

mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan pemberdayaan adalah sebagai

berikut: “membebaskan seseorang dari kendali yang kaku, dan memberi orang

kebebasan untuk bertanggung jawab terhadap ide-idenya,

keputusan-keputusannya dan tindakan-tidakanya.”22

Pemberdayaan adalah langkah atau proses mengupayakan unsur-unsur

keberdayaan dalam masyarakat sehingga mereka mampu meningkatkan harkat

dan martabat dan keluar dari sebuah ketergantungan yang mengkondisikan

mereka dalam perangkap kemiskinan dan keterbelakangan, atau dengan istilah

lain memandirikan masyarakat.23

Carver dan Clatter Back mendefinisikan pemberdayaan sebagai berikut

“upaya memberi keberanian dan kesempatan pada individu untuk mengambil

tanggung jawab perorangan guna meningkatkan dan memberikan kontribusi

pada tujuan organisasi”. Sementara Shardlow mengatakan pada intinya:

“pemberdayaan membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas

berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk

membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka”.24

Menurut Sumodiningrat dan Gunawan Pendekatan utama dalam

konsep pemberdayaan adalah bahwa masyarakat tidak dijadikan objek dari

berbagai proyek pembangunan, tetapi merupakan subjek dari upaya

pembangunannya sendiri. Berdasarkan konsep demikian, maka pemberdayaan

22 Risyanti Riza, Roesmidi, Pemberdayaan Masyarakat, (Sumedang: Alqa Print Jatinangor, 2006).

23

Anwar, Manajemen Pemberdayaan Perempuan (Bandung: Alfabeta, 2007), hal. 1 24

(43)

26

masyarakat harus mengikuti pendekatan sebagai berikut pertama, upaya itu

harus terarah. Ini yang secara populer disebut pemihakan. Kedua, program ini

harus langsung mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan oleh masyarakat

yang menjadi sasaran. Ketiga, menggunakan pendekatan kelompok, karena

secara sendiri-sendiri masyarakat miskin sulit dapat memecahkan masalah

masalah yang dihadapinya. 25

Permendagri RI Nomor 7 Tahun 2007 tentang Kader Pemberdayaan

Masyarakat, dinyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah suatu strategi

yang digunakan dalam pembangunan masyarakat sebagai upaya untuk

mewujudkan kemampuan dan kemandirian dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara (Pasal 1, ayat (8).26

Menurut Jim Ife, konsep pemberdayaan memiliki hubungan erat dua

konsep pokok yakni: konsep power (daya) dan konsep Disadvanteged

(ketimpangan). Upaya pemberdayaan masyarakat perlu didasari pemahaman

bahwa munculnya ketidakberdayaan masyarakat akibat masyarakat tidak

memiliki kekuatan (powerless). Jim Ife mengidentifikasi beberapa jenis

kekuatan yang dimiliki masyarakat yang dapat digunakan untuk

memberdayakan mereka:27

25 Sumodiningrat, Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman Sosial, (jakarta: Gramedia,

1999)

26 Cholisin, Pemberdayaan Masyarakat, Disampaikan pada Gladi Manajemen Pemerintahan Desa

Bagi Kepala Bagian/Kepala Urusan Hasil Pengisian Tahun 2011 Di Lingkungan Kabupaten Sleman, 2011

27 Ife, J.W, Community Development: Creating Community Alternatives-vision, Analisys and

(44)

27

a. Kekuatan atas pilihan pribadi. Upaya pemberdayaan dilakukan dengan

memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menentukan pilihan

pribadi atau kesempatan untuk lebih baik

b. Kekuatan dalam menentukan kebutuhannya sendiri dengan mendampingi

mereka untuk merumuskan kebutuhannya sendiri

c. Kekuatan dalam kebebasan berekspresi dengan mengembangkan kapasitas

mereka untuk bebas berekspresi dalam bentuk budaya politik

d. Kekuatan kelembagaan dengan meningkatkan aksebilitas terhadap

kelembagaan pendidikan, kesehatan, keluarga, keagamaan, sistem

kesejahteraan sosial, struktur pemerintah, media dan sebagainya.

e. Kekuatan sumber daya ekonomi dengan meningkatkan aksebilitas dan

kontrol terhadap aktivitas ekonomi

f. Kekuatan dalam kebebasan reproduksi dengan memberikan kebebasan

kepada masyarakat dalam menentukan proses reproduksi.

Prinsip-prinsip Pengembangan Masyarakat salah satunya yaitu sebagai

berikut:28

1. Berkelanjutan. Pengembangan masyarakat merupakan bagian dari upaya

untuk membangun tatanan sosial, ekonomi dan politik baru yang proses

dan strukturnya secara berkelanjutan. Setiap kegiatan pengembangan

masyarakat harus berjalan dalam kerangka berkelanjutan, bila tidak ia

tidak akan bertahan dalam waktu yang lama. Keistimewaan dari prinsip

keberlanjutan adalah ia dapt membangun struktur, organisasi, bisnis, dan

28

(45)

28

industri yang dapat tumbuh dan berkembang dalam bernagai tantangan.

Jika pengembangan masyarakat berjalan dalam pola berkelanjutan

diyakini akan dapat membawa sebuah masyarakat menjadi kuat, seimbang

dan harmonis, serta concern terhadap keselamatan lingkungan.

2. Kemandirian. Masyarakat hendaknya mencoba memanfaatkan secara

mandiri terhadap sumber daya yang dimiliki seperti: keuangan, teknis,

alam dan manusia daripada menggantungkan diri terhadap bantuan dari

luar. Melalui program pengembangan masyarakat duupayakan agar para

warga mampu mengidentifikasi dan memanfaatkan sumber daya yang ada

dalam masyarakat semaksimal mungkin.

3. Partisipasi. Pembangunan masyarakat harus selalu mencoba

memaksimalkan partisipasi, dengan tujuan agar setiap orang dalam

masyarakat bisa terlibat aktif dalam proses dan kegiatan masyarakat. Lebih

banyak anggota masyarakat yang berpartisipasi aktif, lebih banyak

cita-cita yang dimiliki massyarakat dan proses yang melibatkan masyarakat

akan dapat direalisasikan. Hal ini tidak menekankan bahwa setiap orang

harus berpartispasi dengan cara yang sama. Masyarakat berbeda-beda

karena mereka memiliki keterampilan, keinginan, dan kemampuan yang

berbeda-beda. Kerja kemasyarakatan yang baik akan memberikan

rangkaian kegiatan partisipatori yang seluas mungkin dan akan

membenarkan persamaan bagi semua anggota masyarakat yang secara

(46)

29

Upaya menumbuhkan partisipasi warga melalui program

pengembangan masyarakat diawali dengan cara menggugah kesadaran

masyarakat akan hak-haknya untuk hidup secara bermutu, adanya realitas

kompleksitas permasalahan yang dihadapi, serta perlunya tindakan konkret

dalam mengupayakan perbaikan kehidupan.

Partisipasi yang ingin dibangun melalui program pengembangan

masyarakat berjalan secara bertahap, dimulai dari jenis partisipasi interaktif

menuju tumbuhnya mobilitas sendiri (self-mobilization) di kalangan

masyarakat. Partisipasi interaktif adalah bentuk partisipasi masyarakat dimana

ide dalam berbagai kegiatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

program masih dibantu dan difasilitasi oleh pihak luar. Sementara itu, mobilitas

sendiri adalah bentuk partisipasi dimana masyarakat mengambil inisiatif,

melaksanakan kegiatan, pada berbagai tahap secara mandiri dan mobilisasi

sumber daya yang dibutuhkan dari masyarakat sendiri.29

Jika masyarakat sudah mampu mandiri dalam berpikir, bersikap, dan

mengambil tindakan serta sudah mampu berorientasi jangka panjang, makro

dan subtansial berarti mereka sudah berada dalam tahap terberdayakan.

Konsep pemberdayaan masyarakat jika ditelaah sebenarnya berangkat

dari pandangan yang menempatkan manusia sebagai subjek dari dunianya

sendiri. Pola dasar gerakan pemberdayaan ini mengamanatkan kepada perlunya

power dan menekankan keberpihakan kepada kelompok yang tak berdaya.

Pemberdayaan bersifat holistik berarti ia mencakup semua aspek. Untuk itu

(47)

30

setiap sumber daya lokal patut diketahui dan didayagunakan. Hal ini untuk

menghindarkan masyarakat dari sikap ketergantungan kepada segala sesatu.30

Upaya pemberdayaan, seperti yang dikatakan Kartasasmita harus

dilakukan melaui tiga arah. Pertama, menciptakan suasana iklim yang

memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Artinya setiap

manusia atau setiap masyarakat telah memiliki potensi, sehingga pada saat

langkah pemberdayaan diupayakan agar mendorong dan membangkitkan

kesadaran masyarkat akan pentingnya mengembangkan potensi-potensi yang

telah dimiliki. Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat

(empowering). Artinya langkah pemberdayaan diupayakan melalui aksi-aksi

nyata seperti pendidikan, pelatihan, peningkatan kesehatan, pemberian modal,

informasi, lapangan kerja, pasar serta sarana prasarana lainnya. Ketiga,

melindungi masyarakat (protection). Hal ini berarti dalam pemberdayaan

masyarakat perlu diupayakan langkah-langkah yang mencegah persaingan

secara tidak seimbang serta praktek esploitasi yang kuat terhadap yang lemah,

melalui keberpihakan atau adanya aturan atau kesepakatan yang jelas dan tegas

untuk melindungi golongan yang lemah.31

Langkah-langkah perencanaan program program itu setidak-tidaknya

mempunyai enam tahap. Pertama, tahap problem posing (pemaparan masalah)

yang dilakukan dengan mengelompokkan dan menentukan masalah-masalah

dan persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat, dengan memfasilitasi

30 Soetomo. 2006. Strategi-strategi Pembangunan Masyarakat, Yogyakarta: Penerbit Pustaka

Pelajar. Ibid hal. 76-77

(48)

31

kegiatan musyawarah atau diskusi dalam kelompok atau komunitas. Kedua,

tahap problem analysis (analisis masalah). Tahap ini dilakukan dengan

mengumpulkan informasi ruang lingkup permasalahan-permasalahan yang

dihadapi masyarakat. Ketiga, tahap penentun tujuan (aims) dan sasaran

(objektives). Keempat, tahap action plans (perencanaan tindakan). Tahap ini

dilakukan dengan perencanaan berbagai aksi untuk mencapai tujuan. Kelima,

tahap pelaksanaan kegiatan. Tahap ini dilakukan dengan

mengimplementasikan langkah-langkah penembangan masyarakat yang telah

dirancang. Keenam, tahap evaluasi yang dilakukan secara terus menerus, baik

secara formal maupun informal.32

Pendekatan pembangunan yang bersifat top down tidak mencerminkan

keberpihakan pada kebutuhan masyarakat. Akibatnya, hasil dari

program-program pembangunan yang dilancarkan tidak berhubungan langsung dengan

pemenuhan kebutuhan mendasar masyarakat khususnya kalangan miskin,

meskipun telah menghabiskan biaya yang besar.33

Pengembangan masyarakat adalah upaya terencana untuk

meningkatkan kemampuan dan potensialitas warga dalam rangka mobilisasi

semangat berpartisipasi mereka pada proses pengambilan keputusan terhadap

masalah-masalah yang berpengaruh terhadap kehidupannya dan

mengimplementasikan keputusan tersebut.34 Setidaknya ada tiga tahap dalam

32 Ibid hal. 84-86

(49)

32

partisipasi pembangunan yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan

tahap pemanfaatan.

Pengembangan sumber daya manusia hendaklah mencakup

pengembangan personality yang kreatif, inovatif, dan berwawasan masa depan,

serta memiliki managerial skill maupun technical skill, berkemampuan

memimpin, produktif, beramal sholeh, berkemampuan memelihara dan

mengembangkan sistem nilai kemasyarakatan (universal) sebagai rahmatan lil

alamin serta memiliki semagat kemandirian self help spirit simple living dan

honesty.35

B. Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Islam

Pada dasarnya Islam adalah agama pemberdayaan. Dalam pandangan

Islam, pemberdayaan harus merupakan gerakan tanpa henti. Hal ini sejalan

dengan paradigma Islam sendiri sebagai agama gerakan atau perubahan.

Istilah “pemberdayaan“ adalah terjemahan dari istilah asing

empowerment. Secara leksikal, pemberdayaan berarti penguatan. Secara teknis

istilah pemberdayaan dapat disamakan atau setidaknya diserupakan dengan

istilah pengembangan. Bahkan dua istilah ini, dalam batas-batas tetentu bersifat

interchangeable atau dapat dipertukarkan.36

Dalam pengertian lain, pemberdayaan atau pengembangan atau

tepatnya pengembangan sumber daya manusia adalah upaya memperluas

horison pilihan bagi masyarakat. Ini berarti masyarakat diberdayakan untuk

35 Nanih Machendrawati, Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam dari Ideologi,

Strategi, sampai Tradisi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), hal. 166

36 Nanih Machendrawati, Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam dari Ideologi,

(50)

33

melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya. Dengan memakai

logika ini, dapat dikatakan bahwa masyarakat yang berdaya adalah yang dapat

memilih dan mempunyai kesempatan untuk mengadahan pilihan-pilihan.37

Amrullah Ahmad menyatakan bahwa pengembangan masyarakat

dalam Islam adalah sistem tindakan nyata yang menawarkan alternatif model

pemecahan masalah ummah dalam bidang sosial, ekonomi, dan lingkungan

alam perspektif Islam.38 Imag Mansur Burhan mendifinisikan pemberdayaan

ummat atau masyarakat sebagai upaya membangkitkan potensi umat Islam ke

arah yang lebih baik, baik dalam kehidupan sosial politik maupun ekonomi.39

Dengan demikian pengembangan atau pemberdayaan Islam merupakan

model empiris pengembangan perilaku individual dan kolektif dalam dimensi

amal saleh (karya tebaik), dengan titik tekan pada pemecahan masalah yang

dihadapi masyarakat. Sasaran individual yaitu setiap individu muslim dengan

orientasi sumber daya manusia. Sasaran komunal adalah kelompok atau

komunitas muslim, dengan orientasi pengembangan sistem masyarakat. Dan

sasaran institusional adalah organisasi Islam dan pranata sosial kehidupan

dengan orientasi pengembangan kualitas dan islamitas kelembagaan.40

37 Ibid hal. 42

38 Amrullah Ahmad, Strategi Dakwah di tengah Era Reformasi Menuju Indinesia Baru dalam

Memasuki Abad ke 21 Masehi.,Makalah yang disampaikan dalam “Sarasehan Nasional : Menggagas Strategi Dakwah Menuju Indonesia Baru”, yang diselenggarakan oleh SNF Dakwah, IAIN Sunan Gunung Djati, Bandug, 21 April 1995, Hal. 9

39 Imang Mansur Burhan, Pokok-pokok Pikiran tentang Zakat dalam Pemberdayaan Ummat, dalam

jurnal Al Tadbir. Tranformasi Al Islam dalam Pranata dana Pembangunan (Bandung: Puat Pengkajian Islam dan Pranata IAIN Sunan Gunung Djati, 1998). Hal. 121

40 Nanih Machendrawati, Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam dari Ideologi,

(51)

34

Pada pemberdayaan pendekatan proses lebih memungkinkan

pelaksanaan pembangunan yang memanusiakan manusia. Dalam pandangan

ini pelibatan masyarakat dalam pembangunan lebih mengarah kepada bentuk

partisipasi, bukan dalam bentuk mobilisasi. Partisipasi masyarakat

dalam perumusan program membuat masyarakat tidak semata-mata

berkedudukan sebagai konsumen program, tetapi juga sebagai produsen karena

telah ikut serta terlibat dalam proses pembuatan dan perumusannya, sehingga

masyarakat merasa ikut memiliki program tersebut dan mempunyai tanggung

jawab bagi keberhasilannya serta memiliki motivasi yang lebih bagi partisipasi

pada tahap tahap berikutnya41.

Sering dikatakan bahwa pengembangan masyarakat Islam adalah

wujud dari dakwah bil Hal. Tokoh Amrullah Ahmad, Nanih Machendrawati,

dan Agus Ahmad mendefinisikan bahwa pengembangan masyarakat Islam

adalah suatu sistem tindakan nyata yang menawarkan alternatif model

pemecahan masalah ummah dalam bidang sosial, ekonomi, dan lingkungan

dalam perspektif Islam. Secara terminologis, pengembangan atau

pemberdayaan masyarakat Islam berarti mentranformasikan dan

melembagakan semua sesuai ajaran Islam dalam kehiduan keluarga (usrah),

kelompok sosial (jamaah), dan masyrakat (ummah).42

Secara etimologis, dakwah berasal dari bahasa arab, yaitu da’a, yad’u,

da’wan yang diartika sebagai mengajak atau menyeru, memanggil, seruan,

41

Soetomo. 2006. Strategi-strategi Pembangunan Masyarakat, Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

(52)

35

permohonan dan permintaan. Pada tatanan praktik dakwah harus mengandung

dan melibatkan tiga unsur, yaitu: penyampai pesan, informasi yang

disampaikan, dan penerima pesan. Namun dakwah mengandung pengertian

yang lebih luas dari istilah-istilah tersebut, karena istilah dakwah mengandung

makna sebagai aktivitas menyampaikan ajaran islam, menyuruh berbuat baik

dan mencegah perbuatan mungkar serta memberi kabar gembira dan peringatan

bagi manusia.43

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Syeh Ali Mahfud dalam kitab

Hidayatul Mursyidin dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin memberikan

definisi dakwah sebagai berikut:44

Artinya: "Mendorong manusia agar memperbuat kebaikan dan

menurut petunjuk, menyeru mereka berbuat kebajikan dan melarang mereka

dari perbuatan mungkar agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan

akhirat".

Menurut Muhammad Khidr Husain dalam bukunya “al- Dakwah ila al-

Islah” dakwah adalah upaya untuk memotivasi orang agar berbuat baik dan

mengikuti jalan petunjuk dan melakukan amr ma’ruf nahi mungkar dengan

tujuan mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.45

Sedangkan Quraish Shihab mendifinisikan dakwah sebagai seruan atau

ajakan kepada keinsafan, atau usaha mengubah situasi yang tidak baik kepada

43 Muhammad Munir, Wahyu Ilahi, Management Dakwah, (Jakarta: Pranada Media, 2006), hal. 17 44 M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta, Kencana, 2006), hal. 7

45

(53)

36

situasi yang lebih baik dan sempurna baik terhadap pribadi maupun

masyarakat.46

Unsur-unsur dakwah merupakan komponen-komponen yang terdapat

dalam setiap kegiatan dakwah, yaitu:47

a. Da’i (Pelaku Dakwah)

Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan,

maupun perbuatan yang dilakukan secara individu, kelompok, atau lewat

organisasi/lembaga yang dalam hal ini pendamping merupakan pelaku dakwah.

b. Mad’u (Penerima Dakwah)

Mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia

penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik

manusia yang beragama islam atau tidak; atau dengan kata lain manusia secara

keseluruhan. Mad’u disini terdiri dari para petani dan Kelompok Wanita Tani

Argosari.

c. Maddah (Materi) Dakwah

Maddah dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan da’i

kepada mad’u. Dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi maddah dakwah

adalah ajaran islam itu sendiri. Maddah dakwah pemberdayaan merupakan

ajakan untuk melakukan pemberdayaan ekonomi dalam meningkatkan

perekonomian para petani.

(54)

37

d. Wasilah (Media) Dakwah

Wasilah dakwah adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan

materi dakwah (ajaran islam) kepada mad’u. Wasilah dakwah berupa diskusi

bersama untuk melakukan pemecahan masalah.

e. Thariqoh (Metode) Dakwah

Adalah cara yang dipakai da’i untuk menyampaikan ajaran materi

dakwah baik secara lisan, tulisan, lukisan, audiovisual maupun dengan akhlak.

Dalam pemberdayaan ini menggunakan riset aksi dengan masyarakat sebagai

pelaku perubahan. Metode dakwah merujuk pada surat An-Nahl ayat 125

sebagai berikut:48

Artinya:

“Serulah manusia ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat di jalannya dan Dialah yang ebih mengetahui orang-orang yang mendapat

petunjuk. (QS. An-Nahl: 125)

Ayat tersebut menjelaskan tentang metode dalam berdakwah. Dakwah

harus disampaikan dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan apabila terjadi

perbedaan pendapat, maka bantahlah mereka dengan cara yang baik pula.

48

Gambar

  Tabel 1.2
  Tabel 3.1 Subjek Penelitian dan Informan
gambar untuk mengetahui kondisi desa dan masyarakat.
 Tabel 3.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kelompok usaha wanita yang merupakan kelompok industri rumah tangga pengolahan hasil pertanian di Kota Salatiga sebagian mendapatkan bantuan modal melalui BLM

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) peran wanita dalam pengambilan keputusan dalam usaha pengolahan hasil cukup dominan (66,2%); (2) wanita tani yang memiliki aktivitas

pembuatan pupuk organik yang telah digunakan pada waktu ujicoba tanam singkong,. dan pengalaman pada waktu

Kepala desa sangat mengapresiasi kegiatan tersebut karena kegiatan yang dilakukan sangat bermanfaat untuk semua warga masyarakat guna meningkatkan pendapatan, selain itu

Keterampilan pengolahan sampah rumah tangga menjadi pupuk kompos cair untuk memenuhi kebutuhan pupuk tanaman dalam rangka meningkatkan kualitas buah dan sayur yang dihasilkan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan peningkatan kapasitas sumber daya manusia melalui kegiatan Program pengabdian pada masyarakat tentang Pelatihan keterampilan melalui diversifikasi produk

SIMPULAN Simpulan pengabdian ini adalah: 1 masyarakat dalam rangka meningkatkan perekonomian melalui strategi pengolahan hasil bumi dan pemasaran yang kreatif, 2 untuk pemerintah

Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini menghasilkan produk dari optimalisasi pengolahan hasil pertanian yang dapat berdaya guna untuk meningkatkan aspek ekonomi dengan meningkatkan