E-GOVERNMENT SEBAGAI IMPLEMENTASI KOMUNIKASI
PEMERINTAH MELALUI LAYANAN INFORMASI PEMERINTAH KOTA SURABAYA (LIPS)
Skripsi
Diajukan kepada Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)
Oleh :
Lia Audina Alfiyah NIM. B06213025
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
JURUSAN KOMUNIKASI
ABSTRAK
Lia Audina Alfiyah, B06213025, 2017. Skripsi. E-Government sebagai Implementasi Komunikasi Pemerintah melalui Layanan Informasi Pemerintah Kota Surabaya (LIPS)
Kata Kunci : E-Government, Komunikasi Pemerintah, Layanan Informasi Pemerintah Kota Surabaya (LIPS)
Penelitian ini mengenai fenomena kecanggihan teknologi komunikasi dan informasi pada masa kini pada kehidupan manusia. Sesorang tidak dapat lepas dari teknologi komunikasi dan informasi karena teknologi dirasa memberikan manfaat lebih. Begitu pula dalam aktifitas manajerial pada sebuah intansi pemerintahan, dengan adanya teknologi akan dapat membantu kinerja setiap anggota yang berada di pemerintahan.
Penelitian ini mengkaji tentang bagaimana implementasi komunikasi pemerintah melalui Layanan Informasi Pemerintah Kota Surabaya (LIPS) dan bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhinya. Sehingga tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan mendiskripsikan implementasi komunikasi pemerintah melalui Layanan Informasi Pemerintah Kota Surabaya (LIPS) serta bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Pendekatan dan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Kemudian teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, dokumentasi, dan observasi. Teknik analisis data menggunakan tiga alur kegiatan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Sedangkan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori informasi organisasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Implementasi Komunikasi Pemerintah melalui Layanan Informasi Pemerintah Kota Surabaya (LIPS) terdapat empat tahapan yaitu perencanaan dan persiapan, sosialisasi, pengaplikasian, dan hasil yang berupa kepuasan masyarakat akan informasi yang didapat. Sedangkan faktor yang mempengaruhi implementasi komunikasi pemerintah melalui LIPS yaitu kebutuhan masyarakat akan informasi dan tanggung jawab pemerintah kepada masyarakat.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Penelitian Terdahulu ... 8
F. Definisi Konsep ... 12
G. Kerangka Pikir Penelitian ... 15
H. Metode Penelitian ... 16
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 17
2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian ... 17
3. Jenis dan Sumber Data ... 18
4. Tahap-tahap Penelitian ... 19
5. Teknik Pengumpulan Data ... 20
6. Teknik Analisis Data ... 22
7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 23
I. Sistematika Pembahasan ... 24
BAB II E-GOVERNMENT SEBAGAI KOMUNIKASI PEMERINTAH A. E-Government ... 26
1. Pengertian E-Government ... 26
2. Model E-Government ... 28
3. Manfaat dan Tujuan E-Government ... 30
4. Undang-undang terkait E-Government ... 35
B. Komunikasi Pemerintah ... 37
1. Pengertian Komunikasi Pemerintah ... 37
2. Fungsi Komunikasi dalam Organisasi Pemerintah ... 39
3. Komunikasi dalam Sistem Pemerintahan Indonesia ... 41
BAB III KOMUNIKASI PEMERINTAH MELALUI LAYANAN INFORMASI PEMERINTAH KOTA SURABAYA (LIPS)
A. Deskripsi Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian ... 49
1. Deskripsi Subyek Penelitian ... 49
2. Deskripsi Obyek Penelitian ... 50
3. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 50
a. Sejarah Humas Pemerintah Kota Surabaya ... 51
b. Struktur Organisasi ... 51
c. Visi dan Misi ... 52
d. Tujuan ... 53
e. Sasaran ... 54
f. Tugas dan Fungsi ... 54
B. Data tentang Layanan Informasi Pemerintah Kota Surabaya (LIPS) sebagai Bentuk Komunikasi Pemerintah ... 58
1. Implementasi komunikasi pemerintah melalui E-Government pada Layanan Informasi Pemerintah Kota Surabaya (LIPS) ... 59
2. Faktor yang mempengaruhi Implementasi komunikasi pemerintah melalui E-Government pada Layanan Informasi Pemerintah Kota Surabaya (LIPS) ... 66
BAB IV ANALISIS DATA IMPLEMENTASI KOMUNIKASI PEMERINTAH MELALUI LAYANAN INFORMASI PEMERINTAH KOTA SURABAYA (LIPS) A. Hasil Temuan Penelitian ... 71
B. Konfirmasi Temuan dan Teori ... 80
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 86
B. Rekomendasi ... 87
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Kerangka Pikir Penelitian ... 15
Gambar 2.1. Model E-Government ... 30
Gambar 3.1. Struktur Organiasi ... 52
Gambar 3.2. Komputer ditengah ruang LIPS... 59
Gambar 3.3. Jendela Informasi Gambar ... 60
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Surabaya merupakan kota modern dengan penduduk yang cukup banyak
hingga mencapai 2.765.487 jiwa1 menjadikan Kota Surabaya sebagai kota
terbesar kedua setelah Jakarta. Surabaya dikatakan sebagai kota modern karena
dianggap memiliki fasilitas yang lengkap sehingga dapat membantu untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat maka tak jarang jika masyarakat modern banyak
yang tinggal di kota modern seperti Surabaya. Masyarakat modern sendiri
merupakan masyarakat yang memiliki kehidupan yang beriorientasi pada
perubahan masa kini. Seperti Everett Rogers yang dikutip oleh Abraham bahwa
modernisasi merupakan proses individu berubah dari cara hidup tradisional
menuju gaya hidup lebih kompleks dan maju secara teknologis dan cepat
berubah.2 Karena kehidupan yang modern ini pula, masyarakat akan lebih
menyukai semua hal yang bersifat praktis dengan mempertimbangkan efisiensi
waktu yang di dapat dari adanya fasilitas yang lengkap, maka hal ini dirasa sangat
membantu dalam kehidupan masyarakat modern. Oleh karena itu, banyak
dijumpai pusat perbelanjaan, taman kota, serta gedung-gedung yang dijadikan
sebagai apartemen maupun kantor pemerintahan karena Kota Surabaya sendiri
merupakan Ibu Kota Provinsi Jawa Timur.
1
Dispendukcapil.surabaya.go.id. diakses pada 20/09/2016 2
2
Berbicara tentang modernisasi dan perubahan maka tak lepas dari
kemajuan teknologi yang semakin hari semakin pesat perkembangannya, baik
teknologi telekomunikasi, media maupun informatika. Tanpa disadarai dalam
setiap aktifitas manusia sehari-harinya menggunakan teknologi, baik itu secara
langsung maupun tidak langsung. Karena dengan adanya teknologi ini dirasa
dapat membantu memudahkan kegiatan manusia. Seperti yang dikatakan Eko
dalam bukunya bahwa perkembangan teknologi komunikasi yang mendukung
penyebaran dengan cepat melalui televisi, surat kabar, telepon seluler
(Smartphone), internet dan perangkat lainnya, semakin memudahkan komunikasi manusia.3 Dalam kehidupan sehari-hari misalnya, untuk mengetahui kabar di
daerah lain, masyarakat tidak perlu datang ke daerah tersebut dan hanya perlu
memanfaatkan teknologi komunikasi seperti televisi, radio ataupun internet,
kemudian ketika ingin berbicara dengan seseorang yang berada di tempat jauh
maka cukup dengan menggunakan telepon seluler, dll.
Dengan adanya teknologi komunikasi ini, selain membantu aktifitas
seorang individu, juga dapat membantu kegiatan perkantoran baik swasta maupun
negeri. Sebuah intansi seperti pemerintahan kota Surabaya pun menjadikannya
sebagai sarana informasi dan layanan kepada masyarakat surabaya dalam hal
aktifitas pemerintahan sehingga dapat mempermudah pemerintahan Kota
Surabaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat surabaya sekaligus membantu
masyarakat agar dapat terlibat langsung dalam aktifitas tersebut. Hal ini dilakukan
untuk meningkatkan keterbukaan dan transparansi dalam segala aspek
3
3
penyelenggaraan pemerintahan Kota Surabaya. Maka muncullah istilah E-Government (Elektronik Pemerintah) yaitu teknologi informasi dan komunikasi yang digunakan pada pemerintahan untuk menyediakan layanan publik,
meningkatkan efektifitas manajerial, serta mempromosikan nilai-nilai demokrasi
dan informasi yang membantu perkembangan masyarakat.4
E-Government saat ini memang sangat diperlukan oleh pemerintahan karena akan ada banyak tujuan dan manfaat yang tercapai nantinya. Dengan
adanya transparansi dari sistem E-Government ini dapat meminimalisir adanya korupsi di kalangan pemerintahan. Selain itu dengan E-Government dapat memudahkan kinerja pemerintah secara lebih efektif dan efisien dengan
pemanfaatan teknologi komunikasi. Oleh karena itu, pemimpin-pemimpin negara
menganjurkan agar setiap instansi menerapakan sistem ini pada setiap aktifitas
pemerintahan sehingga muncul pula kebijakan-kebijakan yang membahas
mengenai pengadaan sistem tersebut. Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2003
Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government tidak bisa dipungkiri adalah kebijakan strategis bagi penerapan teknologi komunikasi
dan informasi di pemerintahan. Dalam enam strategi yang disusun pemerintah
dalam mencapai tujuan strategis E-Government antara lain:5
Strategi pertama adalah mengembangkan sistem pelayanan yang handal,
terpercaya serta terjangkau masyarakat luas. Sasarannya antara lain, perluasan dan
4
J. P. Gant, Electronic Goverment for Developing Countries (Jenewa : ITU, 2008)., hlm. 15 5
4
peningkatan kualitas jaringan komunikasi ke seluruh wilayah negara dengan tarif
terjangkau.
Strategi kedua adalah menata sistem dan proses kerja pemerintah dan
pemerintah daerah otonom secara holistik. Dengan strategi ini, pemerintah ingin
menata sistem manajemen dan prosedur kerja pemerintah agar dapat mengadopsi
kemajuan teknologi informasi secara cepat.
Strategi ketiga adalah memanfaatkan teknologi informasi secara optimal.
Sasaran yang ingin dicapai adalah standardisasi yang berkaitan dengan
interoperabilitas pertukaran dan transaksi informasi antarportal pemerintah.
Standardisasi dan prosedur yang berkaitan dengan manajemen dokumen dan
informasi elektronik. Sasaran lain adalah pengembangan jaringan intra
pemerintah.
Strategi keempat adalah meningkatkan peran serta dunia usaha dan
mengembangkan industri telekomunikasi dan teknologi informasi. Sasaran yang
ingin dicapai adalah adanya partisipasi dunia usaha dalam mempercepat
pencapaian tujuan strategis E-Government. Itu berarti, pengembangan pelayanan publik tidak perlu sepenuhnya dilayani oleh pemerintah.
Strategi kelima adalah mengembangkan kapasitas sumber daya manusia,
baik pada pemerintah maupun pemerintah daerah otonom disertai dengan
meningkatkan e-literacy masyarakat.
Strategi keenam adalah melaksanakan pengembangan secara sistematik
5
dapat dilaksanakan dengan empat tingkatan yaitu, persiapan, pematangan,
pemantapan dan pemanfaatan. Sehingga tak heran jika beberapa waktu lalu ada
pula pemberitaan berkaitan dengan pengadaan sistem E-Government.
Jakarta – Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) akan mewajibkan seluruh intansi pemerintahan di Indonesia untuk menerapkan sistem E-Government. Penerapan ini akan berlaku tidak hanya untuk pemerintahan pusat namun juga pemerintahan daerah.
“Saya akan mengeluarkan aturan berupa Permen atau apa bentuknya
suapaya semua menerapkan E-Government ini, kita memang harus
eksekusi soal ini,” Kata Asman Abnur (Menteri PANRB), Selasa (6/9/16)6
Pemerintahan Kota Surabaya merupakan salah satu instansi pemerintah
yang sudah menerapkan sistem E-Government dalam beberapa aktifitas pemerintahannya untuk menunjang kinerja Pemerintah Kota Surabaya sekaligus
memenuhi kebutuhan masyarakat kota Surabaya. Pemerintah kota Surabaya
dikenal cukup bagus dalam penerapan E-Government pada bidang pelayanan publik sehingga berbagai penghargaan diberikan kepada Pemerintah kota
Surabaya dari tingkat regional dan nasional. Pada tahun 2009, kota Surabaya
menerima penghargaan E-Government Award karena Pemerintah kota Surabaya dianggap sebagai percontohan penerapan E-Government terbaik pertama. Kemudian pada tahun 2016, Pemerintah kota Surabaya meraih penghargaan kota
dengan Sistem Layanan Informasi terbaik Kabupaten / Kota kategori B pada PPID
(Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi) Award 2016 tingkat Jawa Timur
yang diselenggarakan oleh Komisi Informasi Jawa Timur. Ajang ini merupakan
6
6
ajang bergengsi di tingkat Provinsi Jawa Timur yang diselenggarakan untuk
mengapresiasi PPID yang telah memberikan pelayanan informasi terbaik. Maka
disini peneliti berupaya untuk mengetahui bagaimana strategi dan upaya
Pemerintah kota Surabaya dalam mengimplementasikan sistem E-Government
melalui Layanan Informasi Pemerintah Kota Surabaya (LIPS) sehingga
pemerintah kota Surabaya dianggap sebagai instansi pemerintahan yang baik
dalam memberikan pelayanan informasi kepada masyarakat dan mendapatkan
penghargaan-penghargaan tersebut.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan pokok bahasan yang menjadi kajian dalam
penelitian. Peneliti merumuskan beberapa hal sebagai dasar penelitian yang
dilakukan sehingga terdapat batasan dalam penelitian. Maka dari pemaparan latar
belakang diatas ada beberapa hal yang akan dikaji nantinya, antara lain :
1. Bagaimana implementasi komunikasi pemerintah melalui Layanan Informasi
Pemerintah Kota Surabaya (LIPS) ?
2. Bagaimana faktor yang mempengaruhi implementasi komunikasi pemerintah
melalui Layanan Informasi Pemerintah Kota Surabaya (LIPS) ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan mendiskripsikan implementasi komunikasi pemerintah
7
2. Untuk mengetahui dan mendiskripsikan faktor yang mempengaruhi
implementasi komunikasi pemerintah melalui Layanan Informasi Pemerintah
Kota Surabaya (LIPS)
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelelitian kualitatif terdapat dua kategori dalam manfaat
penelitian, yakni manfaat secara teori dan manfaat secara praktis.
1. Secara Teoritis
Penelitian ini pada dasarnya berkaitan dengan bagaimana komunikasi
pemerintahan terhadap masyarakat terkait pelayanan informasi dengan
memanfaatkan teknologi modern seperti E-Government, sehingga menjadikan penelitian ini sebagai kajian bagi para peneliti lain untuk mengembangkan
penelitian yang sejenis. Juga sebagai sumbangan ilmiah dalam perkembangan
ilmu pengetahuan bagi institusi maupun akademisi dan mahasiswa tentang
komunikasi pemerintah khususnya dalam hal pelayanan dan infomasi kepada
masyarakat.
2. Secara Praktis
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat bermanfaat bagi
masyarakat luas dalam mengetahui dan memahami bagaimana E-Government
itu sendiri sehingga dapat merasakan manfaat dari teknologi tersebut. Serta
8
oleh Pemerintahan Kota Surabaya sehingga dapat dijadikan sebagai contoh
implementasi dari teknologi E-Government.
E. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini tidak lepas dari penelitian terdahulu, hal ini bertujuan
sebagai bahan referensi dan pegangan dalam melakukan penelitian yang relevan.
Penelitian terdahulu yang berhasil peneliti temukan adalah sebagai berikut:
Penelitian yang pertama yaitu penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa
Universitas Diponegoro Semarang Fakultas Ekonomika dan Bisnis pada tahun
2013 bernama Annasia Sophia Dewi yang dalam skripsinya dengan judul
“Faktor-faktor yang mempengaruhi Implementasi E-Government (Studi Pada
Pemerintahan daerah tingkat Provinsi di Indonesia)”.7
Dalam penelitiannya ditemukan bahwa faktor utang DSRC (Debt Service Coverage Ratio), Jumlah Anggota Dewan dan pendapatan asli daerah berpengaruh signifikan terhadap implementasi E-Government. Sedangkan faktor-faktor lain yaitu PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) perkapita,
tingkat pendidikan masyarakat dan populasi masyarakat tidak menunjukkan
adanya pengaruh yang signifikan terhadap implementasi E-Government.
Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu
sama-sama meneliti tentang implementasi E-Goverment pada sebuah instansi pemerintahan dan juga sama-sama menggunakan metode penelitian deskriptif
kualitatif.
7
9
Perbedaan yakni terdapat pada fokus pebelitian, dalam penelitian tersebut
hanya meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi pada E-Goverment sedangkan peneliti disini lebih fokus untuk melihat bagaimana implementasi E-Goverment pada Layanan Infromasi Pemerintah Kota Surabaya (LIPS). Perbedaan pula terdapat dari lokasi penelitian, dimana dalam
penelitian tersebut dilakukan pada pemerintahan daerah tingkat Provinsi
se-Indonesia sedangkan peneliti berlokasi di Pemerintah Kota Surabaya.
Kemudian penelitian selanjutnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh
mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Fakultas Dakwah
dan Komunikasi di tahun 2016 bernama Mufrida Sofiana yang melakukan
penelitian dalam skripsinya yang berjudul “Instagram sebagai Media Publikasi
Pemerintahan Kota Surabaya”.8
Dalam penelitian ini ditemukan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa
(1) proses pengunggahan pesan dalam akun Instagram Humas Pemerintahan
Kota Surabaya dimasksudkan untuk media publikasi yang berisi tentang kota
Surabaya baik itu lingkungan maupun kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh
Pemerintahan Kota Surabaya. Selain itu (2) kurangnya SDM (Sumber Daya
Manusia) yang dikhususkan untuk menangani akun intagram tersebut
merupakan salah satu hambatannya dikarenakan kurangnya dana untuk
mencari SDM yang ahli dalam bidang media sosial.
Persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama menjadikan Instansi
Pemerintahan Kota Surabaya sebagai subjek penelitian.
8
10
Perbedaan terdapat pada objek penelitian yakni penelitian tersebut terfokus
pada akun media sosial Instagram milik Pemerintahan kota Surabaya akan
tetapi peneliti lebih terfokus pada aplikasi E-Govermennt yang dimiliki Pemerintahan Kota Surabaya.
Selanjutnya yaitu penelitian oleh Nia Karniawati dan Romi Rahmadani,
Mahasiswa Prodi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
UNIKOM dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Kebijakan Penerapan
E-Government Melalui Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMPEG), (Suatu Studi Pada Biro Kepegawaian Sekretariat Daerah Provinsi Jawa
Barat)”.9
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
pertama, kondisi data infrastruktur dalam kebijakan penerapan E-Government
melalui SIMPEG di Biro Kepegawaian Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat,
belum dilaksanakan secara optimal. Kedua, ketersediaan dasar hukum dalam kebijakan penerapan E-Government melalui SIMPEG di Biro Kepegawaian Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat telah ada, baik aturan dari pusat
maupun didaerah. Ketiga, koordinasi antar instansi dalam kebijakan penerapan
E-Government melalui SIMPEG di Biro Kepegawaian Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat, sudah cukup baik. Keempat, ketersediaan aparatur dalam kebijakan penerapan E-Government melalui SIMPEG di Biro Kepegawaian Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat, sudah cukup memadai apabila hanya
dijadikan sebagai user saja. Kelima, ketersediaan sarana teknologi dalam
9
11
kebijakan penerapan E-Government melalui SIMPEG di Biro Kepegawaian Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat. Sudah memadai dan layak untuk
dipergunakan. Keenam, Strategi pemikiran pemimpin dalam hal ini Kepala Sub Bagian Data dan Informasi Biro Kepegawaian Provinsi Jawa Barat sudah
cukup optimal.
Persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama menjadikan E-Goverment
pada sebuah intansi pemerintahan sebagai objek kajian penelitian.
Perbedaan terdapat pada fokus penelitian dan juga tempat penelitian.
Dalam penelitian tersebut terfokus pada SIMPEG (Sistem Informasi
Manajemen Kepegawaian) sedangkan peneliti fokus pada Layanan Informasi
Pemerintah Kota Surabaya (LIPS). Kemudian dalam penelitian tersebut
berlokasi di daerah Provinsi Jawa Barat sedangkan penelitian yang dilakukan
peneliti bertempat di Provinsi Jawa Timur tepatnya di Kota Surabaya.
F. Definisi Konsep
1. E-Government
E-Government atau Pemerintahan Elektronik berasal dari kata bahasa Inggris elektronics government, juga disebut e-gov, digital government,
online government atau dalam konteks tertentu transformational government, adalah penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah untuk memberikan
informasi dan pelayanan bagi warganya, urusan bisnis serta hal-hal lain yang
berkenaan dengan pemerintah.10E-Government (Elektronik Pemerintah) yaitu
10
12
teknologi informasi dan komunikasi yang digunakan pada pemerintahan
untuk menyediakan layanan publik, meningkatkan efektifitas manajerial, serta
mempromosikan nilai-nilai demokrasi dan informasi yang membantu
perkembangan masyarakat.11
Dari pemaparan singkat mengenai E-Government, maka peneliti menyimpulkan bahwa E-Government merupakan aktifitas pemerintah dalam melayani dan memenuhi kebutuhan masyarakat dengan menggunakan dan
memanfaatkan media teknologi informasi dengan harapan agar
mempermudah pemerintah serta masyarakat ketika menggunakannya.
2. Implementasi
Implementasi bisa diartikan sebagai penerapan dan pelaksanaan.
Wahab berpendapat bahwa implementasi adalah tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh individu atau pejabat-pejabat kelompok-kelompok pemerintah
atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah
digariskan dalam keputusan kebijakan. Implementasi ini tidak hanya
aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan dengan
serius dengan mengacu pada tujuan tertentu dari kegiatan tersebut. Berbeda
dengan Wahab, Dunn mengistilahkan implementasi secara khusus,
menyebutnya dengan istilah implemetasi kebijakan. Menurutnya
implementasi kebijakan (Policy Implementation) adalah pelaksanaan pengendalian aksi-aksi kebijakan dalam kurun waktu tertentu.12
11
Op.Cit.,J. P. Gant, hlm. 15 12
13
Peneliti menyimpulkan bahwa yang dimaksud implementasi disini
merupakan penerapan dari sebuah rencana kegiatan yang tersusun yang
dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan, baik itu bagi individu maupun
kelompok.
3. Komunikasi Pemerintah
Terdapat dua pembahasan dalam pengertian ini yaitu komunikasi dan
pemerintah. Untuk komunikasi sendiri berbagai pendapat dari beberapa ahli
Komunikasi dapat disimpulkan bahwa Komunikasi merupakan suatu proses
pembagian makna atau ide-ide di antara dua atau lebih dan mereka
mendapatkan saling pengertian tentang pesan yang disampaikan. Tanpa ada
kesamaan pengertian di antara peserta komunikasi maka tidak ada sebuah
tindak Komunikasi.13 Selain itu Everet M. Rogers mengemukakan bahwa
komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada
suatu penerima atau lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah laku
mereka sedangkan Michael Burgoon berpendapat bahwa komunikasi
merupakan semua kegiatan secara sengaja dilakukan seseorang untuk
menyampaikan rangsangan untuk membangkitkan respon orang lain .14
Sedangkan untuk membahas pemerintah terdapat beberapa definisi
yang dikemukakan oleh para ahli. Suradinata berpendapat bahwa pemerintah
adalah organisasi yang mempunyai kekuatan besar dalam suatu negara,
13
Ali Nurdin, Agoes Moefad, Advan Navis Zubaidi, Rahmad Harianto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Surabaya : IAIN Sunan Ampel Press,2013), hlm. 9.
14
14
mencakup urusan masyarakat, teritorial dan urusan kekuasaan dalam rangka
mencapai tujuan negara. Sedangkan Pranadjaja lebih kepada pemerintah
berasal dari perintah, yang berarti perkataan yang bermaksud menyuruh
melakukan sesuatu, sesuatu yang harus dilakukan. Pemerintah adalah orang,
badan atau aparat yang mengeluarkan atau memberi perintah.15
Dari pemaparan definisi diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa
komunikasi merupakan proses pertukan pesan antara dua orang atau lebih
dengan tujuan tertentu dengan harapan memperoleh kesepahaman antara
kedua belah pihak. Sedangan pemerintah merupakan sekelompok orang yang
terstruktur secara hierarki yang memiliki wewenang dan tanggung jawab
terhadap masyarakat untuk mengelola sistem pemerintahan. Jadi menurut
peneliti yang dimaksud dengan komunikasi pemerintah merupakan
penyampaian pesan yang dilakukan oleh aparat pemerintah kepada
masyarakat dengan tujuan untuk mencapai tujuan negara
4. Layanan Informasi Pemerintah Kota Surabaya (LIPS)
Merupakan salah satu bentuk dari E-Government Pemerintah Kota Surabaya yang dibuat untuk kepentingan bersama dan dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat kota Surabaya akan informasi mengenai kota Surabaya
dan aktifitas pemerintah kota Surabaya yang dikelola oleh bagian Hubungan
Masyarakat (Humas) Pemerintah kota Surabaya. Layanan informasi ini
bertempat di kantor bagian Hubungan Masyarakat kota Surabaya.
15
15
G. Kerangka Pikir Penelitian
Kerangka pikir penelitian diatas menggambarkan tentang alur berpikir
penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Berawal dari usaha pemerintahan Kota
Surabaya untuk mensejahterakan masyarakat dengan memenuhi kebutuhan
masyarakat akan informasi kota Surabaya dan aktifitas pemerintah kota Surabaya.
Sehingga muncullah Layanan Informasi Pemerintah Kota Surabaya (LIPS)
sebagai bentuk komunikasi pemerintah kepada masyarakat serta masyarakat juga
dapat mengakses dan mendapatkan informasi melalui Layanan Informasi
Pemerintah Kota Surabaya (LIPS) tersebut. Dengan adanya teknologi informasi
dan komunikasi pada layanan informasi ini akan menghasilkan transparansi
informasi yang kompleks sehingga masyarakat mendapatkan informasi yang
dibutuhkan dan kemudian merasakan kepuasan akan layanan informasi karena
dapat memenuhi kebutuhan mereka. Pemerintah Kota
Surabaya
Layanan Informasi Pemerintah Kota Surabaya (LIPS)
Masyarakat Teknologi Informasi
dan Komunikasi Kepuasan pelayanan
informasi
16
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori informasi organisasi
karena dalam teori ini menjelaskan bagaimana organisasi memahami informasi
kemudian mengorganisasi anggotanya untuk mengelolanya dalam upaya
mengurangi ketidakpastian informasi.16 Perlu dijelaskan bahwa Pemerintah Kota
Surabaya bisa dikatakan sebuah organisasi karena terdiri dari banyak individu
yang terstruktur secara hierarki sesuai fungsi tugas masing-masing. Maka
penggunaan teori informasi organisasi ini dirasa sesuai karena dalam teori tersebut
membahas bagaimana sebuah organisasi atau instansi mengelola hal-hal yang ada
untuk dijadikan sebagai infromasi dibutuhkan.
Setelah pengelolaan informasi dilakukan dengan menggunakan teori
tersebut maka kemudian pemerintah mulai mengkomunikasikan kepada
masyarakat dengan memanfaatkan sistem E-Government melalui Layanan Informasi Pemerintah Kota Surabaya (LIPS).
H. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan konsep yang digunakan untuk mendapatkan
data ataupun informasi guna memperoleh jawaban atas pertanyaan penelitian,
antara lain yaitu:
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Menurut
Bogdan dan Taylor sebagaimana dikutip oleh Lexy J Moelong “metode
kualitatif sebagai prosedur penelitian menghasilkan data deskriptif berupa
16
17
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat
diamati”.17
Selain itu, dengan menggunakan pendekatan kualitatif, dimana yang
dikumpulkan berupa pendapat, tanggapan, informasi, konsep-konsep dan
keterangan yang berbentuk uraian dalam mengungkapkan masalah.18
Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah ingin
menggambarkan data yang ada secara mendalam, rinci dan tuntas. Oleh
karena itu penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah
dengan melihat hubungan antara data penelitian dan teori yang berlaku
dengan menggunakan metode deskriptif tersebut.
2. Subjek, Objek dan Lokasi Penelitian
Subjek dalam penelitian ini merupakan para pekerja di Pemerintahan
Kota Surabaya yang menangani layanan masyarakat khususnya pada
komunikasi pemerintah pada sistem Layanan Infomasi Pemerintahan Kota
Surabaya (LIPS) yakni bagian Hubungan Masyarakat (Humas) Pemerintah
Kota Surabaya yang merupakan leading sector LIPS.
Objek penelitian ini sendiri adalah komunikasi pemerintah yang
diterapkan Pemerintah Kota Surabaya kepada masyarakat dengan
memanfaatkan teknologi E-Government pada Pemerintahan Kota Surabaya yang memfokuskan pada bagaimana proses serta pengelolaan Layanan
Informasi Pemerintah Kota Surabaya (LIPS).
17
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2009)., hlm. 4
18
18
Lokasi penelitian ini dilakukan pada intansi Pemerintahan Kota
Surabaya yaitu Humas Pemerintah Kota Surabaya di Jl. Jimerto No. 25-27
Surabaya, Jawa Timur.
3. Jenis dan Sumber Data
Terdapat dua Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
a. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, data
yang dimaksud disini adalah data tentang E-Government Pemerintahan Kota Surabaya. Adapun data ini diperoleh dari beberapa sumber yaitu :
pegawai Pemerintahan Kota Surabaya khusunya yang menangani
Layanan Informasi Pemerintah Kota Surabaya (LIPS) dan hasil
dokumentasi serta observasi lapangan.
b. Data sekunder adalah data yang sebagai pendukung data primer. Seperti
halnya studi pustaka untuk mendapat data-data yang relevan yang dapat
digunakan sebagai referensi dalam penelitian ini. Data-data pendukung
dapat lainnya juga diperoleh melalui media massa, seperti buku, artikel,
jurnal maupun internet.
Sumber data penelitian, menurut Lofland yaitu “sumber data utama
dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, tindakan, dan selebihnya adalah
data tambahan seperti dokumen dan lainnya.”19 Sumber data dalam
penelitian ini terdiri dari beberapa informan yang dijadikan sebagai subjek
penelitian dengan memperhatikan kata-kata yang diucapkannya maupun
tindakannya. Selain itu, hasil dokumentasi juga merupakan sumber data
19
19
yang penting mengingat bahwa dalam penelitian ini dilakukan pada sebuah
instansi pemerintahan.
4. Tahap-Tahap Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, terdapat empat tahapan penelitian yaitu :
I. Tahap Pra Lapangan
Tahap ini merupakan segala persiapan yang diperlukan peneliti
sebelum melakukan penelitian. Seperti mengurus perizinan,
mempersiapkan mental, mencari dan mempelajari kajian pustaka yang
relevan dengan tema penelitian dan segala hal yang dirasa membantu
pada saat penelitian nantinya.
II. Tahap Lapangan
Dalam tahap ini peneliti mulai mengumpulkan data dari sumber data.
Mulai mengambil data yang ada di lapangan, mencatat, mengingat
serta mendokumentasikan data-data tersebut untuk dapat dijadikan
hasil laporan.
III. Tahap Analisis Data
Data-data yang diperoleh di lapangan dipaparkan oleh peneliti sesuai
fakta yang terjadi, yang kemudian mulai dianalisis dengan
menggunakan teori-teori yang dirasa relevan sesuai tema penelitian.
Sehingga sejumlah petunjuk analisis data diberikan sebagai pegangan
peneliti.20
20
20
IV. Tahap Penulisan Laporan
Merupakan tahap akhir dari penelitian, dimana semua data telah
terkumpul dan telah dianalisis oleh peneliti sehingga memunculkan
hasil penelitian yang kemudian disusun secara sistematis menjadi
sebuah laporan penelitian.
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif dikenal beberapa metode pengumpulan
data yang umum digunakan. Beberapa metode tersebut, antara lain
wawancara, observasi, studi dokumentasi.
a. Wawancara
Penggunaan wawancara mendalam (dept interview) dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan data primer dari subyek penelitian. Dalam
penelitian ini, peneliti akan melakukan kegiatan wawancara terhadap
pegawai yang bekerja di Pemerintahan Kota Surabaya khususnya yang
mengurus E-Government dalam Layanan Informasi Pemerintah Kota Surabaya (LIPS). Wawancara pada penelitian ini dilakukan dengan cara
wawancara semi terstruktur. Dalam hal ini peneliti menanyakan beberapa
pertanyaan yang sudah dipersiapkan secara terstruktur, kemudian satu
persatu diperdalam untuk memperoleh keterangan lebih lanjut.
Pertanyaan yang diajukan seputar Layanan Informasi Pemerintah Kota
Surabaya (LIPS) serta bagaimana faktor penghambat dan pendukung
21
b. Observasi
Observasi ialah suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan
untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis.21 Pengamatan
dilakukan dengan cara observasi pasrtisipasi yaitu dengan melihat
bagaimana pegawai Pemerintahan Kota Surabaya khususnya yang
mengurus E-Government pada Layanan Informasi Pemerintah Kota Surabaya (LIPS) ketika sedang mengelola dan mengaplikasikannya,
sehingga peneliti dapat memahami secara menyeluruh dari hasil metode
pengumpulan data tersebut karena peneliti dapat terlibat secara langsung.
c. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan
peneliti kualitatif untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang
subjek melalui suatu media tertulis atau dokumen lainnya.22 Studi
dokumentasi dalam penelitian ini akan dilakukan melalui rekaman
kegiatan, yaitu dengan cara melihat hal-hal penting selama penelitian
berlangsung, baik itu berupa foto, video, rekaman suara, maupun
data-data dokumen yang dianggap perlu dan dijadikan sebagai data-data
pendukung penelitian.
21
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif : untuk ilmu-ilmu sosial, (Jakarta : Salemba Humanika, 2010),hal. 131
22
22
6. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, metode analisis data yang digunakan adalah
analisis model Miles dan Hubermen dalam buku Metode Penelitian
Kuanlitatif Moloeng, bahwa analisis data meliputi tiga alur kegiatan, yaitu :23
a. Reduksi data, yaitu proses pemilihan data, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data
sedemikian rupa hingga kesimpulan terverifikasi. Tahap ini dilakukan
agar peneliti dapat fokus pada apa yang menjadi rumusan masalah dari
penelitian ini dan tidak terlalu banyak data yang sebenarnya tidak
dibutuhkan dalam penelitian ini oleh karena itu reduksi data sangat
diperlukan dalam penelitian ini.
b. Penyajian data, seluruh data yang didapatkan, baik berupa hasil
wawancara, dokumentasi dan sebagainya akan dianalisis sesuai
menganalisis data yang sudah didapatkan dari hasil wawancara,
observasi dan dokumentasi yang dilakukan peneliti.
c. Penarikan kesimpulan, adalah kegiatan penggambaran secara utuh
obyek yang diteliti pada proses penarikan kesimpulan berdasarkan
penggabungan informasi yang disusun dalam suatu bentuk yang tepat
dalam penyajian data. Tahap ini yaitu tahap akhir dari penelitian yang
mana peneliti menarik kesimpulan yang didapat dari hasil analisis yang
dilakukan oleh peneliti.
23
23
7. Teknik pemeriksaan Keabsahan Data
Dalam penelitian ini teknik pemeriksaan keabsahan data yang
digunakan yaitu:24
a. Perpanjangan keikutsertaan, digunakan untuk menguji ketidakbenaran
informasi yang diperkenalkan oleh distorsi, baik yang berasal dari diri
sendiri maupun dari informan serta membangun kepercayaan subjek.
peneliti juga terjun ke lokasi dalam waktu yang cukup panjang guna
mendeteksi jika ditemukan data yang tidak valid.
b. Pemeriksaan sebaya melalui diskusi, teknik ini dilakukan dengan
mengekpos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam
bentuk diskusi dengan rekan-rekan sebaya.
c. Trianggulasi, teknik ini merupakan pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pemeriksaan
keabsahan trianggulasi dan pemeriksaan sebaya melalui diskusi, karena
menurut peneliti kedua teknik tersebut merupakan cara terbaik untuk
menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam
suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dalam
berbagai pandangan. Peneliti melakukannya dengan cara mengajukan
berbagai macam pertanyaan kepada informan, mengecek dengan
sumber-sumber data yang didapat, serta memanfaatkan berbagai metode agar
24
24
pengecekan kepercayaan data dapat dilakukan dengan keterlibatan pihak lain
saat diskusi akan sangat membantu hasil dari penelitian yang dilakukan.
I. Sistematika Pembahasan
Berikut sistematika pembahasan penelitian yang berjudul E-Government
sebagai Implementasi Komunikasi Pemerintah melalui Layanan Informasi
Pemerintah Kota Surabaya (LIPS).
BAB I : Dalam pendahuluan ini memuat pemaparan tentang hal-hal yang
melatarbelakangi penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, definisi konsep, kajian terdahulu, kerangka pikir
dan sistematika pembahasan.
BAB II : Kerangka teoritik menguraikan tentang beberapa hal yang menyangkut
tentang pembahasan dalam penelitian.
BAB III : Pembahasan tentang penyajian data yang berkaitan dengan penelitian
pada bab ini bertujuan untuk memahami segala yang berkaitan dengan
obyek penelitian yang meliputi: deskripsi obyek penelitian, subjek dan
lokasi penilitian serta penyajian data hasil penelitian di lapangan.
BAB IV : Membahas tentang temuan penelitian dengan fokus pada E-Government
Pemerintahan Kota Surabaya khususnya pada pelayanan informasi
masyarakat serta analisis data temuan dengan teori yang digunakan
25
BAB V : Penutup berupa Kesimpulan data dan Saran Penelitian. Menyajikan inti
dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengungkapkan
saran-saran tentang beberapa rekomendasi untuk dilakukan apa penelitian
BAB II
E-GOVERNMENT SEBAGAI KOMUNIKASI PEMERINTAH
A. E-Government
1. Pengertian E-Government
Bank Dunia (World Bank) mengemukan bahwa E-Government refers to the use by govermnent agencies of information technologies (such as Wide Area Net-works, the internet, and mobile comput-ing) that have the ability to transform relations with citizens businesses,and other arms of goverment.
Yang artinya adalah E-Government dijadikan acuan yang digunakan dalam sistem informasi pemerintahan (seperti dalam Wide Area Networks, internet, dan komunikasi berjalan) yang memiliki kemampuan untuk menjembatani
hubungan dengan warga negara lainya, para pebisnis dan berba-gai elemen
pemerintahan lainnya).25
Konsep E-Government memang merupakan upaya pemerintah untuk memudahkan aktifitas pemerintahan dengan memanfaatkan kemajuan
teknologi informasi. E-Government sendiri merupakan salah satu bentuk pelayanan publik yang dibuat oleh pemerintah dengan tujuan agar dapat
menjadi penghubung antara kedua belah pihak maupun pihak lain yang
berkepentingan. Yu-che dan James Perry berpendapat bahwa E-Government
merupakan sebuah garis depan dari rencana pemerintah untuk mendukung
25
27
serta menyediakan informasi dan peningkatan pelayanan pada masyarakat,
pelaku bisnis, pekerja pemerintah, unit-unit pemerintah lain dan organisasi
sektor ketiga.26
Sedangkan Janet Caldow mendefinisikan E-Government bukanlah sebuah perubahan secara fundamental yang berjangka pendek pada
pemerintahan dan kepemerintahan dan bukan pula sebagai awal dari
permulaan era industriliasi. Artinya adalah bahwa E-Government merupakan sebuah modernisasi pemanfaatan teknologi yang secara garis besar bukan
sebuah perubahan yang sangat mendasar di dalam sebuah tata pemerintahan
yang dipastikan akan berjalan dalam jangka panjang dan bukan pula
membuktikan bahwa ini merupakan awal dari sebuah proses pertumbuhan
dan perubahan sosial.27
Dari definisi yang dikemukakan oleh janet, bisa dilihat bahwa memang
E-Government merupakan sebuah perubahan baru yang dirasa memberikan manfaat lebih dalam dunia pemerintahan maka sangatlah wajar jika
modernisasi dalam bidang ini akan berjalan cukup lama dalam jangka
panjang sehingga tak heran jika nanti akan muncul sistem serupa yang lebih
kompleks, baik itu sebagai pelengkap maupun sebagai suatu hal yang baru.
E-Government bisa juga dikatakan juga sebagai salah satu strategi pemerintah dalam mewujudkan Good Governance (tata kepemerintahan yang
26
Falih Fuadi dan Bintoro Wardiyanto, Revitalisasi Administrasi Negara, Reformasi Birokrasi dan E-governance. (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2010)., hlm. 57
27
28
baik). Berbicara mengenai Good Governance, terdapat prinsip yang melandasi Good Governance yang sangat bervariasi dari satu intitusi ke intitusi lain, dari satu pakar ke pakar lain. Menurut Mark Robinson, terdapat
istilah yang menjadi titik sentral yaitu : 1) akuntabilitas, yang menyatakan
sebagian besar efektifitas pengaruh dari mereka yang diperintah terdapat
orang yang memerintah; 2) legitimasi, yang berkaitan dengan hak negara
untuk menjalankan kekuasaan terhadap warga-warganya dan seberapa jauh
kekuasaan ini dianggap sah untuk diterapkan; dan 3) transparasi, yang
didasarkan pada adanya mekanisme untuk menjamin akses umum kepada
pengambilan keputusan. Sedangkan Bappenas mengaskan paling tidak ada 3
prinsip utama yang melandasi Good Governance yaitu : 1) akuntabilitas; 2) transparasi; dan 3) partisipasi masyrakat.28
2. Model E-Government
Dalam penerapannya, Konsep E-Government memiliki model yang dinilai stategi ketika diterapkan. Oleh karena itu, setiap instansi pemerintahan
menerapkan model relasi E-Government dalam setiap akivitas pemerintahannya karena selain strategi juga banyak tujuan yang memang
ingin dicapai melalui penerapan dari model penyampaian E-Government. Indarjit dalam bukunya mengatakan bahwa ada empat model relasi
penyampaian E-Government, yaitu :29
28
Bambang Istianto, Manajemen Pemerintahan : dalam Perspektif Pelayanan Publik, Edisi 2, (Jakarta : Mitra Wacana Media,2011)., hlm. 102
29
29
a. Government-to-Citizen (G2C)
Pemerintah membangun dan menerapkan berbagai teknologi
informasi dengan tujuan utama memperbaiki hubungannya dengan
masyarakat / publik. Atau dengan kata lain penyampaian layanan publik
dan informasi satu arah oleh pemerintah ke masyarakat / publik.
b. Government-to-Business (G2B)
Merupakan kegiatan transaksi elektronik dimana pemerintahan
menyediakan serbagai informasi yang dibutuhkan bagai kalangan bisnis
untuk berinteraksi dengan pemerintah, hal ini bisa informasi yang tertera
di dalam sebuah website yang dimiliki oleh pemerintah dan kalangan bisnisnya.
c. Government-to-Government (G2G)
Memungkinkan komunikasi dan pertukaran informasi secara online
antar departemen pemerintahan melalui basis data yang terintergrasi misal
hubungan administrasi antara kantor-kantor pemerintah setempat dengan
sejumlah kedutaan-kedutaan besar atau konsulat jenderal untuk
membantu penyediaan data dan informasi akurat yang dibutuhkan oleh
para warga negara asing yang sedang berada di tanah air.
d. Government-to-Employees (G2E)
Aplikasi E-Government yang juga diperuntukkan untuk menigkatkan kinerja dan kesejahteraan para pegawai negeri atau
30
pelayan masyarakat atau publik, misal sistem pengembangan karir
pegawai pemerintah yang selain bertujuan untuk meyakinkan adanya
perbaikan kulaitas sumber daya manusia, diperlukan juga sebagai
penujang proses mutasi, rotasi, demosi dan promosi seluruh karyawan
pemerintahan.
Berikut gambar model relasi E-Government :
Citizen
Business
Government
Employees
Gambar 2.1 Model E-Government
3. Manfaat dan Tujuan E-Government
Fakta bahwa pemanfaatan teknologi informasi dalam pemerintahan
memang sangat diperlukan. Melihat bahwa dampak yang diperoleh oleh
instansi pemerintahan baik itu pusat maupun daerah dirasa sangat baik
dengan adanya penerapan teknologi informasi. Maka dapat dirumuskan
beberapa manfaat dari E-Government menurut CIMSA, sebuah perusahaan E-Government
G2B
G2C
G2G
G2E
Taxes, Regulation
Taxes, Contract, etc.
Shared, Service, fund transfers, etc.
[image:39.595.127.526.238.556.2]
31
di Madrid, Spanyol yang memiliki kompetensi dalam bidang Teknologi
Informasi dan Komunikasi sebagai berikut :
a. E-Government meningkatkan efisiensi
Teknologi informasi dan komunikasi membantu meningkatkan
efisiensi tugas pemrosesan massal dan operasi administrasi publik.
Aplikasi berbasis internet dapat melakukan penghematan pengumpulan
dan transmisi data, serta penyediaan informasi dan komunikasi dengan
pelanggan. Efisiensi yang signifikan di masa mendatang dilakukan
melalui proses berbagi data antara pemerintah. Misalnya ketika
mengakses data kependudukan sebuah desa maka tidak perlu untuk
mendatangi desa tersebut melainkan dengan memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi maka mendapatkan data tersebut lebih mudah.
b. E-Government meningkatkan layanan
Mengadopsi fokus publik adalah inti dari agenda reformasi saat ini.
Layanan yang berhasil adalah yang dibangun atas pemahaman kebutuhan
publik. Fokus publik menyiratkan bahwa pengguna tidak perlu
memahami struktur dan hubungan pemerintah untuk berinteraksi dengan
pemerintah. Internet dapat membantu mencapai tujuan ini dengan
memunculkan pemerintah sebagai organisasi terpadu yang memberikan
32
c. E-Government membantu mencapai hasil kebijakan tertentu
Teknologi informasi dan komunikasi dapat membantu pemangku
kepentingan berbagi informasi dan ide, untuk kemudian berkontribusi
dalam menentukan hasil kebijakan. Misalnya, informasi dapat
mendorong penggunaan program pelatihan dan pendidikan serta proses
berbagi informasi antara pemerintah pusat dan daerah untuk
memfasilitasi kebijakan lingkungan. Meskipun demikian, proses berbagi
informasi pada individu akan memunculkan isu perlindungan privasi
serta kompromi harus dipertimbangkan secara cermat.
d. E-Government berkontribusi terhadap tujuan kebijakan ekonomi
E-Government membantu mengurangi korupsi, meningkatkan keterbukaan dan kepercayaan terhadap pemerintah, serta berkontribusi
terhadap tujuan kebijakan ekonomi. Dampak spesifik mencakup
penurunan pengeluaran pemerintah melalui program yang lebih efektif,
efisiensi serta peningkatan produktivitas bisnis melalui penyederhanaan
administrasi yang memungkinkan oleh teknologi informasi dan
peningkatan informasi pemerintah.
e. E-Government adalah kontributor reformasi utama
Mayoritas negara sedang menghadapi isu modernisasi dan
reformasi manajemen publik. Perkembangan saat ini berarti bahwa
proses reformasi harus berkelanjutan. Teknologi informasi dan
33
dengan meningkatkan transparansi, memfasilitasi proses berbagi
informasi, dan menyoroti inkonsistensi internal.
f. E-Government membantu membangun kepercayaan antara pemerintah dan warganya
Membangun kepercayaan antara pemerintah dan masyarakatnya
sangat fundamental bagi pemerintahan yang baik. Teknologi komunikasi
dan informasi dapat membantu membangun kepercayaan dengan
memungkinkan keterlibatan masyarakat dalam proses kebijakan,
mempromosikan pemerintah yang terbuka dan bertanggung jawab serta
membantu mencegah korupsi. Selain itu, jika batasan dan tantangan
diatasi dengan baik, E-Government dapat membantu memperdengarkan suara rakyat agar diperdebatkan dengan lebih luas. Proses ini dilakukan
dengan memanfaat teknologi informasi dan komunikasi untuk
mendorong warga agar dapat memberikan saran yang membangun
mengenai isu publik dan menilai dampak penerapan teknologi untuk
membuka proses kebijakan.
g. E-Government meningkatkan transparansi dan tanggung jawab
Teknologi informasi dan komunikasi membantu meningkatkan
transparansi dalam proses pengambilan keputusan dengan memudahkan
informasi untuk dapat diakses – mempublikasikan debat dan rapat,
anggaran dan pengeluaran, hasil dan alasan pemerintah untuk mengambil
34
Adapun mengenai tujuan E-Government, ada empat hal yang menjadi tujuan diterapkannya E-Government, menuurut Anwar yaitu :30
a. Terciptanya hubungan secara E-Government antara pemerintah dan masyarakat sehingga masyarakat dapat mengakses berbagai informasi dan
layanan dari pemerintah.
b. Melaksanakan perbaikan dan peningkatan pelayanan masyarakat ke arah
yang lebih baik dari apa yang telah berjalan saat ini.
c. Menunjang good governance dan keterbukaan.
d. Menigkatkan pendapatan asli daerah.
Lebih jelas lagi menurut Indrajit, insentif E-Government mempunyai beberapa arah dan tujuan strategis yaitu:31
a. Dengan E-Government pemerintah ingin memberikan penawaran yang luas mengenai beberapa informasi penting yang dibutuhkan masyarakat
dan juga pilihan akses terhadap layanan pemerintah.
b. Mengembangkan transparansi yang lebih luas dalam proses pelayanan
publik, karena masyarakat bisa mendapatkan informasi tentang berbagai
program dan kegiatan pemerintah dan masyarakat bisa melakukan kontrol
dan pertanggungjawaban lebih besar terhadap apa yang dilakukan
pemerintah.
30
Khoirul Anwar, dkk, Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Bagi Pemerintahan di Otonomi Daerah (SIMDA), (Jogjakarta : Pustaka Pelajar, 2003)
31
Richardus Eko Indrajit, Electronic Government In Action : Ragam Kasus Implementasi Sukses
35
c. Dukungan dan partisipasi masyarakat yang lebih luas dalam proses
pengambilan keputusan. Partisipasi yang luas akan menjamin keputusan
yang diambil memenuhi aspirasi masyarakat menuju proses pemerintahan
yang transparan dan demokratis.
d. Menggantikan peran penyediaan layanan kepada masyarakat, dimana
mereka bisa mendapatkan informasi dan layanan dengan mendatangi
langsung kantor-kantor pemerintahan. Melaui E-Government masyarakat mempunyai pilihan akses yang lebih banyak.
4. Undang-undang tentang E-Government
Yang mendasari kebijakan penerapan E-Government pada instansi pemerintah pusat maupun daerah adalah Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2003
tentang kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government yang khusus mengatur tentang strategi pemerintah dalam upaya menyelenggarakan
good governance melalui pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi dalam proses pemerintahan serempak secara nasional.
Dasar hukum selanjutnya terdapat pada Undang-undang Nomor 11
tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) 13 bab 54 pasal
yang khusus membahas kebijakan peraturan mengenai teknologi informasi
dengan menimbang bahwa kemajuan teknologi informasi cukup pesat
sehingga pemanfaatan teknologi informasi dapat dilakukan secara aman dan
36
pemerintahan yang berbasis teknologi informasi menjadikan UU ITE sebagai
acuan dalam penerapannya baik di pemerintahan pusat maupun daerah.
Selanjutnya yaitu Undang-undang Nomor 14 tahun 2008 tentang
keterbukaan Informasi Publik (KIP) 14 bab 64 pasal yang membahas
keterbukaan informasi kepada publik sebagai bentuk layanan publik untuk
menciptakan transparansi. Mengingat dalam UUD 1945 Pasal 28 F yang
berbunyi :
“Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia”
Maka setiap individu berhak mengakses informasi yang memang
dibutuhkan akan tetapi tidak semua informasi dapat diakses dikarenakan
kepentingan negara yang dijelas dalam UU KIP. Dalam E-Government berisi informasi yang diperuntukkan dan dapat diakses oleh publik sehingga selain
UU ITE juga UU KIP yang dijadikan sebagai landasan dalam pengaplikasian
E-Government.
E-Government juga merupakan salah satu bentuk pelayanan publik maka dalam penerapannya mengacu pada Undang-undang Nomor 25 tahun
2009 tentang pelayanan publik. Dalam UU pelayanan publik mengatur
bagaimana prinsip pemerintah yang baik dalam hal pelayanan kepada publik
37
B. Komunikasi Pemerintah
1. Pengertian Komunikasi Pemerintah
Sebelum membahas mengenai komunikasi pemerintah, perlu diketahui
terlebih dahulu yang dimaksud pemerintah dan pemerintahan. Pemerintah
merupakan sebuah organisasi yang memiliki wewenang untuk membuat
kebijakan sesuai hukum dan undang-undang yang berlaku sedangkan
pemerintahan merupakan semua aktifitas, proses atau cara pemerintah dalam
menjalankan wewenang untuk mencapai tujuan negara. Maka yang dimaksud
dengan komunikasi pemerintah sendiri merupakan proses komunikasi yang
dilakukan oleh organisasi pemerintahan, baik antar individu maupun lembaga
intansi lainnya dalam konteks aktivitas pemerintahan. Dalam bukunya, Yusuf
mengatakan bahwa komunikasi pemerintahan merupakan komunikasi antar
manusia (human communication) yang terjadi dalam konteks organisasi pemerintahan. Oleh karena itu, komunikasi pemerintahan tidak lepas dari
konteks komunikasi organisasi dan bagian dari komunikasi organisasi.32
Dari pengertian yang diungkapkan oleh Yusuf bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan antara pemerintah dan pemerintahan. Karena
memang saat ini belum banyak refrensi yang bisa digunakan untuk
mendefinisikan pengertian dari komunikasi pemerintah ataupun komunikasi
32
38
pemerintahan. Lebih lanjut lagi Yusuf mengemukakan pendapat bahwa dalam
komunikasi pemerintahan terdapat dua tipe saluran komunikasi, yaitu : 33
a. Pertama, memudahkan komunikasi intern. Proses birokrasi internal ini
memiliki tiga aspek yakni : 1) informasi sebagai dasar untuk membuat
keputusan; 2) putusan dan dasar alasannya harus disebarkan agar
anggota-anggota organisasi itu melaksanakannya; 3) media untuk “pembicaraan
organisasi”, percakapan sehari-hari yang biasa dalam menjalankan
pekerjaan, dan pembicaraan yang dilakukan oleh anggota-anggota dalam
melaksanakan tugas menciptakan keanggotaan yang bermakna dalam
tatanan sosial yang sedang berlangsung.
b. Kedua, media untuk berkomunikasi secara eksternal. Dalam dinas
pemerintahan misalnya, media yang mencakup saluran untuk
berkomunikasi kepada warga masyrakat pada umumnya, klien
kepentingan khusus, legislatif, dan instansi pemerintahan yang lain.
Komunikasi pemerintahan menurut Myers dan Myers (1982)
merupakan elemen penting dalam organisasi pemerintah.34 Komunikasi
pemerintah merupakan salah satu fungsi penting dalam organisasi
pemerintahan, baik untuk managing staff maupun managing people. Komunikasi pemerintah untuk managing staff merupakan komunikasi internal organisasi dan bertujuan agar pegawai atau staf mengetahui dan
memahami segala sesuatu yang harus dikerjakan, cara mengerjakan, dan
33
Ibid., hlm. 39 34
Dikutip dari Michele Tolela Myers & Gail E. Myers, Managing by Communication : An
39
eksekutif pemerintah mendapat informasi dari pegawai tentang hasil
pelaksanaan pekerjaan yang semuanya bermanfaat untuk mencapai tujuan
organisasi pemerintah secara efektif dan efisien.
Adapun komunikasi pemerintahan untuk managing people merupakan komunikasi eksternal organisasi untuk memberikan informasi tentang
berbagai kebijakan dan peraturan pemerintah kepada masyarakat,
organisasi-organisasi non pemerintah, termasuk komunitas atau institusi bisnis, sekaligus
mendapatkan informasi dari mereka untuk membuat kebijakan dan peraturan
juga informasi tentang dampak dari kebijakan yang dibuat oleh pemerintah
untuk menentukan apakah kebijakan atau peraturan tersebut dilanjutkan atau
dihentikan, direvisi atau dimodifikasi.
2. Fungsi Komunikasi dalam Organisasi Pemerintahan
Komunikasi dalam sebuah organisasi memang memiliki kedudukan
yang sangat penting, mengingat bahwa dalam sebuah organisasi terdiri dari
anggota-anggota organisasi yang saling berhubungan antara satu dengan yang
lainnya sehingga komunikasi menjadi salah satu yang diperlukan dalam
menjalankan aktivitas organisasi. Hal ini juga yang mendasari betapa
pentingnya komunikasi dalam organisasi pemerintahan karena memiliki
fungsi yang sesuai dengan tujuan pemerintah. Sendaja menyatakan fungsi
komunikasi dalam organisasi pemerintahan sebagai berikut :35
35
40
a. Fungsi Informatif
Sebuah organisasi termasuk organisasi pemerintahan dapat
dipandang sebagai sistem pemrosesan infromasi. Maksudnya, seluruh
anggota dalam orgnisasi pemerintahan berharap dapat memperoleh
informasi yang lebih banyak, lebih baik, dan tepat waktu. Informasi dapat
diperoleh dari pimpinan, wakil dan bawahan sehingga dengan adanya
informasi tersebut memungkinkan setiap anggota organisasi menjalankan
tugasnya secara pasti dan lebih baik.
b. Fungsi Regulatif
Fungsi ini berkaitan dengan peraturan yang berlaku dalam suatu
organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif,
yaitu : 1) Berkaitan dengan orang-orang yang berada dalam tataran
manajemen, yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk
mengendalikan semua informasi yang disampaikan; 2) Berkaitan dengan
pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja.
Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan
yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan sehingga dengan
komunikasi dapat mencegah ketidakpastian.
c. Fungsi Persuasif
Dalam mengatur suatu organisasi, termasuk organisasi
pemeirntahan, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa
41
pimpinan yang lebih menyukai untuk mempersuasif bawahannya
daripada memberi perintah. Hal tersebut dikarenakan pekerjaan yang
dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian
yang lebih besar dibandingkan pekerjaan yang dilakukan atas perintah
pimpinan yang sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
d. Fungsi Integratif
Setiap organisasi akan berusaha menyediakan saluran yang
memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan
dengan baik. Saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut
yaitu : 1) Saluran komunikasi formal, seperti penerbitan khusus dalam
organisasi (buletin, newsletter) dan laporan kemajuan organisasi; 2) Saluran komunikasi informal, seperti perbincangan antarpribadi selama
masa istirahat kerja, pertandingan olehraga, ataupun kegiatan
darmawisata. Pelaksanaan aktivitas akan menumbuhkan keinginan untuk
berpartisipasi lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.
Dengan adanya saluran komunikasi seluruh anggota organisasi dapat
mengerjakan tugas dengan tepat, selain itu pula akan menciptakan
hubungan yang harmonis dalam organisasi.
3. Komunikasi dalam Sistem Pemerintahan Indonesia
Praktik komunikasi pemerintahan ditentukan oleh sistem pemerintahan.
Menurut Tatang, sistem adalah sekumpulan unsur yang melakukan kegiatan
42
untuk mencapai sesuatu atau beberapa tujuan.36 Maka bisa dikatakan bahwa
sistem pemerintahan merupakan sekumpulan unsur yang ada di dalam
organisasi pemerintahan yang diproses untuk mencapai tujuan pemerintahan.
Nazzmuzzaman mengemukakan pendapat bahwa terdapat pebedaan
komunikasi pemerintahan dari masa ke masa di Indonesia, perbedaan tersebut
sebagai berikut :37
a. Komukasi dalam Pemerintahan Orde Baru
Komunikasi pemerintahan Orde Baru lebih menekankan downward communication dengan arus informasi satu arah. Implikasi dari komunikasi pada sektor publik era Orde Baru yang sentralistis
menyebabkan arus informasi cenderung kaku dan lamban.
Dalam berkomunikasi dengan warga, pemerintah cenderung
memperlihatkan sikap kaku. Komunikasi dalam pemerintahan Orde Baru
menjadi Chief Executif Officer (CEO) birokrasi, seperti prsiden, gubernur, bupati dan walikota menjadi sentral informasi dan feedback
kurang dihargai. Semua informasi publik seperti kebijakan dan keputusan
lain bergantung pada pemerintah dan ditetapkan oleh sentral
pemerintahan.
b. Komunikasi Pemerintahan Pasca-Orde Baru
36
Tatang M. Amirin, Menyusun Rencana Penelitian, Cetakan ke-3, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2011)., hlm. 21
37
43
Komunikasi pemerintahan Pasca-Orde Baru yang desentralik
relatif demokratis karena telah menempatkan bawahan (dalam
komunikasi internal), warga dan dunia usaha (dalam komunikasi
eksternal) sebagai sender.
Arus informasi, terutama informasi untuk pembuatan kebijakan
berjalan lancar atau memperlancar aliran informasi secara dua arah
informasi publik tidak lagi dikuasai oleh pemerintah. Keharusan bagi
pemerintah untuk menyebar informai kepada warga dan memanfaatkan
public opinion dari masyrakat mengurangi atau mempersempit kesenjangan informasi (asymmetric information) antara pemerintah dan masyarakat, khususnya pra-penetapan kebijakan (ex ante), pembahasan kebijakan (interim), dan pasca-penetapan kebijakan (ex post).
c. Komunikasi Pemerintahan Masa Reformasi
Komunikasi masa reformasi yang menekankan demokrasi
partisipasi menjadikan bawahan tidak hanya sebagai komunikan atau
receiver yang sekedar menerima infromasi dari atasan, tetapi juga berperan sebagai komunikator sehingga arus infromasi berasal dari
bawah ke atas . Pada masa ini, lebih didominasi oleh komunikasi dari
masyarakat, karena pada masa ini masyarakat memiliki hak untuk
menyampaikan pendapat baik individu maupun kelompok sehingga
aspirasi masyarakat dapat didengar oleh pemerintah. Dari masyarakat
44
Dengan demikian, masa reformasi telah mengubah pola
komunikasi downward dominan menjadi komunikasi upward dominan. Dalam praktiknya, komunikasi pemerintahan pada masa ini menganut
good governance yang menekankan pada empat pilar yaitu ketanggapan (responsiveness), transparansi (transparency), akuntabilitas (accountability), dan partisipasi (partisipation).
Dalam dunia komunikasi, pada masa reformasi terjadi
perkembangan baru, antara lain dicabutnya Keputusan Menteri
Penerangan tentang Peraturan Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIU