• Tidak ada hasil yang ditemukan

E-GOVERNMENT SEBAGAI IMPLEMENTASI KOMUNIKASI PEMERINTAH MELALUI LAYANAN INFORMASI PEMERINTAH KOTA SURABAYA (LIPS).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "E-GOVERNMENT SEBAGAI IMPLEMENTASI KOMUNIKASI PEMERINTAH MELALUI LAYANAN INFORMASI PEMERINTAH KOTA SURABAYA (LIPS)."

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

E-GOVERNMENT SEBAGAI IMPLEMENTASI KOMUNIKASI

PEMERINTAH MELALUI LAYANAN INFORMASI PEMERINTAH KOTA SURABAYA (LIPS)

Skripsi

Diajukan kepada Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar

Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)

Oleh :

Lia Audina Alfiyah NIM. B06213025

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

JURUSAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Lia Audina Alfiyah, B06213025, 2017. Skripsi. E-Government sebagai Implementasi Komunikasi Pemerintah melalui Layanan Informasi Pemerintah Kota Surabaya (LIPS)

Kata Kunci : E-Government, Komunikasi Pemerintah, Layanan Informasi Pemerintah Kota Surabaya (LIPS)

Penelitian ini mengenai fenomena kecanggihan teknologi komunikasi dan informasi pada masa kini pada kehidupan manusia. Sesorang tidak dapat lepas dari teknologi komunikasi dan informasi karena teknologi dirasa memberikan manfaat lebih. Begitu pula dalam aktifitas manajerial pada sebuah intansi pemerintahan, dengan adanya teknologi akan dapat membantu kinerja setiap anggota yang berada di pemerintahan.

Penelitian ini mengkaji tentang bagaimana implementasi komunikasi pemerintah melalui Layanan Informasi Pemerintah Kota Surabaya (LIPS) dan bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhinya. Sehingga tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan mendiskripsikan implementasi komunikasi pemerintah melalui Layanan Informasi Pemerintah Kota Surabaya (LIPS) serta bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Pendekatan dan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Kemudian teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, dokumentasi, dan observasi. Teknik analisis data menggunakan tiga alur kegiatan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Sedangkan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori informasi organisasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Implementasi Komunikasi Pemerintah melalui Layanan Informasi Pemerintah Kota Surabaya (LIPS) terdapat empat tahapan yaitu perencanaan dan persiapan, sosialisasi, pengaplikasian, dan hasil yang berupa kepuasan masyarakat akan informasi yang didapat. Sedangkan faktor yang mempengaruhi implementasi komunikasi pemerintah melalui LIPS yaitu kebutuhan masyarakat akan informasi dan tanggung jawab pemerintah kepada masyarakat.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Penelitian Terdahulu ... 8

F. Definisi Konsep ... 12

G. Kerangka Pikir Penelitian ... 15

H. Metode Penelitian ... 16

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 17

2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian ... 17

3. Jenis dan Sumber Data ... 18

4. Tahap-tahap Penelitian ... 19

5. Teknik Pengumpulan Data ... 20

6. Teknik Analisis Data ... 22

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 23

I. Sistematika Pembahasan ... 24

BAB II E-GOVERNMENT SEBAGAI KOMUNIKASI PEMERINTAH A. E-Government ... 26

1. Pengertian E-Government ... 26

2. Model E-Government ... 28

3. Manfaat dan Tujuan E-Government ... 30

4. Undang-undang terkait E-Government ... 35

B. Komunikasi Pemerintah ... 37

1. Pengertian Komunikasi Pemerintah ... 37

2. Fungsi Komunikasi dalam Organisasi Pemerintah ... 39

3. Komunikasi dalam Sistem Pemerintahan Indonesia ... 41

(8)

BAB III KOMUNIKASI PEMERINTAH MELALUI LAYANAN INFORMASI PEMERINTAH KOTA SURABAYA (LIPS)

A. Deskripsi Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian ... 49

1. Deskripsi Subyek Penelitian ... 49

2. Deskripsi Obyek Penelitian ... 50

3. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 50

a. Sejarah Humas Pemerintah Kota Surabaya ... 51

b. Struktur Organisasi ... 51

c. Visi dan Misi ... 52

d. Tujuan ... 53

e. Sasaran ... 54

f. Tugas dan Fungsi ... 54

B. Data tentang Layanan Informasi Pemerintah Kota Surabaya (LIPS) sebagai Bentuk Komunikasi Pemerintah ... 58

1. Implementasi komunikasi pemerintah melalui E-Government pada Layanan Informasi Pemerintah Kota Surabaya (LIPS) ... 59

2. Faktor yang mempengaruhi Implementasi komunikasi pemerintah melalui E-Government pada Layanan Informasi Pemerintah Kota Surabaya (LIPS) ... 66

BAB IV ANALISIS DATA IMPLEMENTASI KOMUNIKASI PEMERINTAH MELALUI LAYANAN INFORMASI PEMERINTAH KOTA SURABAYA (LIPS) A. Hasil Temuan Penelitian ... 71

B. Konfirmasi Temuan dan Teori ... 80

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 86

B. Rekomendasi ... 87

DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Kerangka Pikir Penelitian ... 15

Gambar 2.1. Model E-Government ... 30

Gambar 3.1. Struktur Organiasi ... 52

Gambar 3.2. Komputer ditengah ruang LIPS... 59

Gambar 3.3. Jendela Informasi Gambar ... 60

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Surabaya merupakan kota modern dengan penduduk yang cukup banyak

hingga mencapai 2.765.487 jiwa1 menjadikan Kota Surabaya sebagai kota

terbesar kedua setelah Jakarta. Surabaya dikatakan sebagai kota modern karena

dianggap memiliki fasilitas yang lengkap sehingga dapat membantu untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat maka tak jarang jika masyarakat modern banyak

yang tinggal di kota modern seperti Surabaya. Masyarakat modern sendiri

merupakan masyarakat yang memiliki kehidupan yang beriorientasi pada

perubahan masa kini. Seperti Everett Rogers yang dikutip oleh Abraham bahwa

modernisasi merupakan proses individu berubah dari cara hidup tradisional

menuju gaya hidup lebih kompleks dan maju secara teknologis dan cepat

berubah.2 Karena kehidupan yang modern ini pula, masyarakat akan lebih

menyukai semua hal yang bersifat praktis dengan mempertimbangkan efisiensi

waktu yang di dapat dari adanya fasilitas yang lengkap, maka hal ini dirasa sangat

membantu dalam kehidupan masyarakat modern. Oleh karena itu, banyak

dijumpai pusat perbelanjaan, taman kota, serta gedung-gedung yang dijadikan

sebagai apartemen maupun kantor pemerintahan karena Kota Surabaya sendiri

merupakan Ibu Kota Provinsi Jawa Timur.

1

Dispendukcapil.surabaya.go.id. diakses pada 20/09/2016 2

(11)

2

Berbicara tentang modernisasi dan perubahan maka tak lepas dari

kemajuan teknologi yang semakin hari semakin pesat perkembangannya, baik

teknologi telekomunikasi, media maupun informatika. Tanpa disadarai dalam

setiap aktifitas manusia sehari-harinya menggunakan teknologi, baik itu secara

langsung maupun tidak langsung. Karena dengan adanya teknologi ini dirasa

dapat membantu memudahkan kegiatan manusia. Seperti yang dikatakan Eko

dalam bukunya bahwa perkembangan teknologi komunikasi yang mendukung

penyebaran dengan cepat melalui televisi, surat kabar, telepon seluler

(Smartphone), internet dan perangkat lainnya, semakin memudahkan komunikasi manusia.3 Dalam kehidupan sehari-hari misalnya, untuk mengetahui kabar di

daerah lain, masyarakat tidak perlu datang ke daerah tersebut dan hanya perlu

memanfaatkan teknologi komunikasi seperti televisi, radio ataupun internet,

kemudian ketika ingin berbicara dengan seseorang yang berada di tempat jauh

maka cukup dengan menggunakan telepon seluler, dll.

Dengan adanya teknologi komunikasi ini, selain membantu aktifitas

seorang individu, juga dapat membantu kegiatan perkantoran baik swasta maupun

negeri. Sebuah intansi seperti pemerintahan kota Surabaya pun menjadikannya

sebagai sarana informasi dan layanan kepada masyarakat surabaya dalam hal

aktifitas pemerintahan sehingga dapat mempermudah pemerintahan Kota

Surabaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat surabaya sekaligus membantu

masyarakat agar dapat terlibat langsung dalam aktifitas tersebut. Hal ini dilakukan

untuk meningkatkan keterbukaan dan transparansi dalam segala aspek

3

(12)

3

penyelenggaraan pemerintahan Kota Surabaya. Maka muncullah istilah E-Government (Elektronik Pemerintah) yaitu teknologi informasi dan komunikasi yang digunakan pada pemerintahan untuk menyediakan layanan publik,

meningkatkan efektifitas manajerial, serta mempromosikan nilai-nilai demokrasi

dan informasi yang membantu perkembangan masyarakat.4

E-Government saat ini memang sangat diperlukan oleh pemerintahan karena akan ada banyak tujuan dan manfaat yang tercapai nantinya. Dengan

adanya transparansi dari sistem E-Government ini dapat meminimalisir adanya korupsi di kalangan pemerintahan. Selain itu dengan E-Government dapat memudahkan kinerja pemerintah secara lebih efektif dan efisien dengan

pemanfaatan teknologi komunikasi. Oleh karena itu, pemimpin-pemimpin negara

menganjurkan agar setiap instansi menerapakan sistem ini pada setiap aktifitas

pemerintahan sehingga muncul pula kebijakan-kebijakan yang membahas

mengenai pengadaan sistem tersebut. Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2003

Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government tidak bisa dipungkiri adalah kebijakan strategis bagi penerapan teknologi komunikasi

dan informasi di pemerintahan. Dalam enam strategi yang disusun pemerintah

dalam mencapai tujuan strategis E-Government antara lain:5

Strategi pertama adalah mengembangkan sistem pelayanan yang handal,

terpercaya serta terjangkau masyarakat luas. Sasarannya antara lain, perluasan dan

4

J. P. Gant, Electronic Goverment for Developing Countries (Jenewa : ITU, 2008)., hlm. 15 5

(13)

4

peningkatan kualitas jaringan komunikasi ke seluruh wilayah negara dengan tarif

terjangkau.

Strategi kedua adalah menata sistem dan proses kerja pemerintah dan

pemerintah daerah otonom secara holistik. Dengan strategi ini, pemerintah ingin

menata sistem manajemen dan prosedur kerja pemerintah agar dapat mengadopsi

kemajuan teknologi informasi secara cepat.

Strategi ketiga adalah memanfaatkan teknologi informasi secara optimal.

Sasaran yang ingin dicapai adalah standardisasi yang berkaitan dengan

interoperabilitas pertukaran dan transaksi informasi antarportal pemerintah.

Standardisasi dan prosedur yang berkaitan dengan manajemen dokumen dan

informasi elektronik. Sasaran lain adalah pengembangan jaringan intra

pemerintah.

Strategi keempat adalah meningkatkan peran serta dunia usaha dan

mengembangkan industri telekomunikasi dan teknologi informasi. Sasaran yang

ingin dicapai adalah adanya partisipasi dunia usaha dalam mempercepat

pencapaian tujuan strategis E-Government. Itu berarti, pengembangan pelayanan publik tidak perlu sepenuhnya dilayani oleh pemerintah.

Strategi kelima adalah mengembangkan kapasitas sumber daya manusia,

baik pada pemerintah maupun pemerintah daerah otonom disertai dengan

meningkatkan e-literacy masyarakat.

Strategi keenam adalah melaksanakan pengembangan secara sistematik

(14)

5

dapat dilaksanakan dengan empat tingkatan yaitu, persiapan, pematangan,

pemantapan dan pemanfaatan. Sehingga tak heran jika beberapa waktu lalu ada

pula pemberitaan berkaitan dengan pengadaan sistem E-Government.

Jakarta – Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) akan mewajibkan seluruh intansi pemerintahan di Indonesia untuk menerapkan sistem E-Government. Penerapan ini akan berlaku tidak hanya untuk pemerintahan pusat namun juga pemerintahan daerah.

“Saya akan mengeluarkan aturan berupa Permen atau apa bentuknya

suapaya semua menerapkan E-Government ini, kita memang harus

eksekusi soal ini,” Kata Asman Abnur (Menteri PANRB), Selasa (6/9/16)6

Pemerintahan Kota Surabaya merupakan salah satu instansi pemerintah

yang sudah menerapkan sistem E-Government dalam beberapa aktifitas pemerintahannya untuk menunjang kinerja Pemerintah Kota Surabaya sekaligus

memenuhi kebutuhan masyarakat kota Surabaya. Pemerintah kota Surabaya

dikenal cukup bagus dalam penerapan E-Government pada bidang pelayanan publik sehingga berbagai penghargaan diberikan kepada Pemerintah kota

Surabaya dari tingkat regional dan nasional. Pada tahun 2009, kota Surabaya

menerima penghargaan E-Government Award karena Pemerintah kota Surabaya dianggap sebagai percontohan penerapan E-Government terbaik pertama. Kemudian pada tahun 2016, Pemerintah kota Surabaya meraih penghargaan kota

dengan Sistem Layanan Informasi terbaik Kabupaten / Kota kategori B pada PPID

(Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi) Award 2016 tingkat Jawa Timur

yang diselenggarakan oleh Komisi Informasi Jawa Timur. Ajang ini merupakan

6

(15)

6

ajang bergengsi di tingkat Provinsi Jawa Timur yang diselenggarakan untuk

mengapresiasi PPID yang telah memberikan pelayanan informasi terbaik. Maka

disini peneliti berupaya untuk mengetahui bagaimana strategi dan upaya

Pemerintah kota Surabaya dalam mengimplementasikan sistem E-Government

melalui Layanan Informasi Pemerintah Kota Surabaya (LIPS) sehingga

pemerintah kota Surabaya dianggap sebagai instansi pemerintahan yang baik

dalam memberikan pelayanan informasi kepada masyarakat dan mendapatkan

penghargaan-penghargaan tersebut.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan pokok bahasan yang menjadi kajian dalam

penelitian. Peneliti merumuskan beberapa hal sebagai dasar penelitian yang

dilakukan sehingga terdapat batasan dalam penelitian. Maka dari pemaparan latar

belakang diatas ada beberapa hal yang akan dikaji nantinya, antara lain :

1. Bagaimana implementasi komunikasi pemerintah melalui Layanan Informasi

Pemerintah Kota Surabaya (LIPS) ?

2. Bagaimana faktor yang mempengaruhi implementasi komunikasi pemerintah

melalui Layanan Informasi Pemerintah Kota Surabaya (LIPS) ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan mendiskripsikan implementasi komunikasi pemerintah

(16)

7

2. Untuk mengetahui dan mendiskripsikan faktor yang mempengaruhi

implementasi komunikasi pemerintah melalui Layanan Informasi Pemerintah

Kota Surabaya (LIPS)

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelelitian kualitatif terdapat dua kategori dalam manfaat

penelitian, yakni manfaat secara teori dan manfaat secara praktis.

1. Secara Teoritis

Penelitian ini pada dasarnya berkaitan dengan bagaimana komunikasi

pemerintahan terhadap masyarakat terkait pelayanan informasi dengan

memanfaatkan teknologi modern seperti E-Government, sehingga menjadikan penelitian ini sebagai kajian bagi para peneliti lain untuk mengembangkan

penelitian yang sejenis. Juga sebagai sumbangan ilmiah dalam perkembangan

ilmu pengetahuan bagi institusi maupun akademisi dan mahasiswa tentang

komunikasi pemerintah khususnya dalam hal pelayanan dan infomasi kepada

masyarakat.

2. Secara Praktis

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat bermanfaat bagi

masyarakat luas dalam mengetahui dan memahami bagaimana E-Government

itu sendiri sehingga dapat merasakan manfaat dari teknologi tersebut. Serta

(17)

8

oleh Pemerintahan Kota Surabaya sehingga dapat dijadikan sebagai contoh

implementasi dari teknologi E-Government.

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini tidak lepas dari penelitian terdahulu, hal ini bertujuan

sebagai bahan referensi dan pegangan dalam melakukan penelitian yang relevan.

Penelitian terdahulu yang berhasil peneliti temukan adalah sebagai berikut:

Penelitian yang pertama yaitu penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa

Universitas Diponegoro Semarang Fakultas Ekonomika dan Bisnis pada tahun

2013 bernama Annasia Sophia Dewi yang dalam skripsinya dengan judul

“Faktor-faktor yang mempengaruhi Implementasi E-Government (Studi Pada

Pemerintahan daerah tingkat Provinsi di Indonesia)”.7

Dalam penelitiannya ditemukan bahwa faktor utang DSRC (Debt Service Coverage Ratio), Jumlah Anggota Dewan dan pendapatan asli daerah berpengaruh signifikan terhadap implementasi E-Government. Sedangkan faktor-faktor lain yaitu PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) perkapita,

tingkat pendidikan masyarakat dan populasi masyarakat tidak menunjukkan

adanya pengaruh yang signifikan terhadap implementasi E-Government.

Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu

sama-sama meneliti tentang implementasi E-Goverment pada sebuah instansi pemerintahan dan juga sama-sama menggunakan metode penelitian deskriptif

kualitatif.

7

(18)

9

Perbedaan yakni terdapat pada fokus pebelitian, dalam penelitian tersebut

hanya meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi pada E-Goverment sedangkan peneliti disini lebih fokus untuk melihat bagaimana implementasi E-Goverment pada Layanan Infromasi Pemerintah Kota Surabaya (LIPS). Perbedaan pula terdapat dari lokasi penelitian, dimana dalam

penelitian tersebut dilakukan pada pemerintahan daerah tingkat Provinsi

se-Indonesia sedangkan peneliti berlokasi di Pemerintah Kota Surabaya.

Kemudian penelitian selanjutnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh

mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Fakultas Dakwah

dan Komunikasi di tahun 2016 bernama Mufrida Sofiana yang melakukan

penelitian dalam skripsinya yang berjudul “Instagram sebagai Media Publikasi

Pemerintahan Kota Surabaya”.8

Dalam penelitian ini ditemukan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

(1) proses pengunggahan pesan dalam akun Instagram Humas Pemerintahan

Kota Surabaya dimasksudkan untuk media publikasi yang berisi tentang kota

Surabaya baik itu lingkungan maupun kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh

Pemerintahan Kota Surabaya. Selain itu (2) kurangnya SDM (Sumber Daya

Manusia) yang dikhususkan untuk menangani akun intagram tersebut

merupakan salah satu hambatannya dikarenakan kurangnya dana untuk

mencari SDM yang ahli dalam bidang media sosial.

Persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama menjadikan Instansi

Pemerintahan Kota Surabaya sebagai subjek penelitian.

8

(19)

10

Perbedaan terdapat pada objek penelitian yakni penelitian tersebut terfokus

pada akun media sosial Instagram milik Pemerintahan kota Surabaya akan

tetapi peneliti lebih terfokus pada aplikasi E-Govermennt yang dimiliki Pemerintahan Kota Surabaya.

Selanjutnya yaitu penelitian oleh Nia Karniawati dan Romi Rahmadani,

Mahasiswa Prodi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

UNIKOM dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Kebijakan Penerapan

E-Government Melalui Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMPEG), (Suatu Studi Pada Biro Kepegawaian Sekretariat Daerah Provinsi Jawa

Barat)”.9

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

pertama, kondisi data infrastruktur dalam kebijakan penerapan E-Government

melalui SIMPEG di Biro Kepegawaian Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat,

belum dilaksanakan secara optimal. Kedua, ketersediaan dasar hukum dalam kebijakan penerapan E-Government melalui SIMPEG di Biro Kepegawaian Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat telah ada, baik aturan dari pusat

maupun didaerah. Ketiga, koordinasi antar instansi dalam kebijakan penerapan

E-Government melalui SIMPEG di Biro Kepegawaian Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat, sudah cukup baik. Keempat, ketersediaan aparatur dalam kebijakan penerapan E-Government melalui SIMPEG di Biro Kepegawaian Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat, sudah cukup memadai apabila hanya

dijadikan sebagai user saja. Kelima, ketersediaan sarana teknologi dalam

9

(20)

11

kebijakan penerapan E-Government melalui SIMPEG di Biro Kepegawaian Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat. Sudah memadai dan layak untuk

dipergunakan. Keenam, Strategi pemikiran pemimpin dalam hal ini Kepala Sub Bagian Data dan Informasi Biro Kepegawaian Provinsi Jawa Barat sudah

cukup optimal.

Persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama menjadikan E-Goverment

pada sebuah intansi pemerintahan sebagai objek kajian penelitian.

Perbedaan terdapat pada fokus penelitian dan juga tempat penelitian.

Dalam penelitian tersebut terfokus pada SIMPEG (Sistem Informasi

Manajemen Kepegawaian) sedangkan peneliti fokus pada Layanan Informasi

Pemerintah Kota Surabaya (LIPS). Kemudian dalam penelitian tersebut

berlokasi di daerah Provinsi Jawa Barat sedangkan penelitian yang dilakukan

peneliti bertempat di Provinsi Jawa Timur tepatnya di Kota Surabaya.

F. Definisi Konsep

1. E-Government

E-Government atau Pemerintahan Elektronik berasal dari kata bahasa Inggris elektronics government, juga disebut e-gov, digital government,

online government atau dalam konteks tertentu transformational government, adalah penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah untuk memberikan

informasi dan pelayanan bagi warganya, urusan bisnis serta hal-hal lain yang

berkenaan dengan pemerintah.10E-Government (Elektronik Pemerintah) yaitu

10

(21)

12

teknologi informasi dan komunikasi yang digunakan pada pemerintahan

untuk menyediakan layanan publik, meningkatkan efektifitas manajerial, serta

mempromosikan nilai-nilai demokrasi dan informasi yang membantu

perkembangan masyarakat.11

Dari pemaparan singkat mengenai E-Government, maka peneliti menyimpulkan bahwa E-Government merupakan aktifitas pemerintah dalam melayani dan memenuhi kebutuhan masyarakat dengan menggunakan dan

memanfaatkan media teknologi informasi dengan harapan agar

mempermudah pemerintah serta masyarakat ketika menggunakannya.

2. Implementasi

Implementasi bisa diartikan sebagai penerapan dan pelaksanaan.

Wahab berpendapat bahwa implementasi adalah tindakan-tindakan yang

dilakukan oleh individu atau pejabat-pejabat kelompok-kelompok pemerintah

atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah

digariskan dalam keputusan kebijakan. Implementasi ini tidak hanya

aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan dengan

serius dengan mengacu pada tujuan tertentu dari kegiatan tersebut. Berbeda

dengan Wahab, Dunn mengistilahkan implementasi secara khusus,

menyebutnya dengan istilah implemetasi kebijakan. Menurutnya

implementasi kebijakan (Policy Implementation) adalah pelaksanaan pengendalian aksi-aksi kebijakan dalam kurun waktu tertentu.12

11

Op.Cit.,J. P. Gant, hlm. 15 12

(22)

13

Peneliti menyimpulkan bahwa yang dimaksud implementasi disini

merupakan penerapan dari sebuah rencana kegiatan yang tersusun yang

dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan, baik itu bagi individu maupun

kelompok.

3. Komunikasi Pemerintah

Terdapat dua pembahasan dalam pengertian ini yaitu komunikasi dan

pemerintah. Untuk komunikasi sendiri berbagai pendapat dari beberapa ahli

Komunikasi dapat disimpulkan bahwa Komunikasi merupakan suatu proses

pembagian makna atau ide-ide di antara dua atau lebih dan mereka

mendapatkan saling pengertian tentang pesan yang disampaikan. Tanpa ada

kesamaan pengertian di antara peserta komunikasi maka tidak ada sebuah

tindak Komunikasi.13 Selain itu Everet M. Rogers mengemukakan bahwa

komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada

suatu penerima atau lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah laku

mereka sedangkan Michael Burgoon berpendapat bahwa komunikasi

merupakan semua kegiatan secara sengaja dilakukan seseorang untuk

menyampaikan rangsangan untuk membangkitkan respon orang lain .14

Sedangkan untuk membahas pemerintah terdapat beberapa definisi

yang dikemukakan oleh para ahli. Suradinata berpendapat bahwa pemerintah

adalah organisasi yang mempunyai kekuatan besar dalam suatu negara,

13

Ali Nurdin, Agoes Moefad, Advan Navis Zubaidi, Rahmad Harianto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Surabaya : IAIN Sunan Ampel Press,2013), hlm. 9.

14

(23)

14

mencakup urusan masyarakat, teritorial dan urusan kekuasaan dalam rangka

mencapai tujuan negara. Sedangkan Pranadjaja lebih kepada pemerintah

berasal dari perintah, yang berarti perkataan yang bermaksud menyuruh

melakukan sesuatu, sesuatu yang harus dilakukan. Pemerintah adalah orang,

badan atau aparat yang mengeluarkan atau memberi perintah.15

Dari pemaparan definisi diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa

komunikasi merupakan proses pertukan pesan antara dua orang atau lebih

dengan tujuan tertentu dengan harapan memperoleh kesepahaman antara

kedua belah pihak. Sedangan pemerintah merupakan sekelompok orang yang

terstruktur secara hierarki yang memiliki wewenang dan tanggung jawab

terhadap masyarakat untuk mengelola sistem pemerintahan. Jadi menurut

peneliti yang dimaksud dengan komunikasi pemerintah merupakan

penyampaian pesan yang dilakukan oleh aparat pemerintah kepada

masyarakat dengan tujuan untuk mencapai tujuan negara

4. Layanan Informasi Pemerintah Kota Surabaya (LIPS)

Merupakan salah satu bentuk dari E-Government Pemerintah Kota Surabaya yang dibuat untuk kepentingan bersama dan dalam memenuhi

kebutuhan masyarakat kota Surabaya akan informasi mengenai kota Surabaya

dan aktifitas pemerintah kota Surabaya yang dikelola oleh bagian Hubungan

Masyarakat (Humas) Pemerintah kota Surabaya. Layanan informasi ini

bertempat di kantor bagian Hubungan Masyarakat kota Surabaya.

15

(24)

15

G. Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka pikir penelitian diatas menggambarkan tentang alur berpikir

penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Berawal dari usaha pemerintahan Kota

Surabaya untuk mensejahterakan masyarakat dengan memenuhi kebutuhan

masyarakat akan informasi kota Surabaya dan aktifitas pemerintah kota Surabaya.

Sehingga muncullah Layanan Informasi Pemerintah Kota Surabaya (LIPS)

sebagai bentuk komunikasi pemerintah kepada masyarakat serta masyarakat juga

dapat mengakses dan mendapatkan informasi melalui Layanan Informasi

Pemerintah Kota Surabaya (LIPS) tersebut. Dengan adanya teknologi informasi

dan komunikasi pada layanan informasi ini akan menghasilkan transparansi

informasi yang kompleks sehingga masyarakat mendapatkan informasi yang

dibutuhkan dan kemudian merasakan kepuasan akan layanan informasi karena

dapat memenuhi kebutuhan mereka. Pemerintah Kota

Surabaya

Layanan Informasi Pemerintah Kota Surabaya (LIPS)

Masyarakat Teknologi Informasi

dan Komunikasi Kepuasan pelayanan

informasi

(25)

16

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori informasi organisasi

karena dalam teori ini menjelaskan bagaimana organisasi memahami informasi

kemudian mengorganisasi anggotanya untuk mengelolanya dalam upaya

mengurangi ketidakpastian informasi.16 Perlu dijelaskan bahwa Pemerintah Kota

Surabaya bisa dikatakan sebuah organisasi karena terdiri dari banyak individu

yang terstruktur secara hierarki sesuai fungsi tugas masing-masing. Maka

penggunaan teori informasi organisasi ini dirasa sesuai karena dalam teori tersebut

membahas bagaimana sebuah organisasi atau instansi mengelola hal-hal yang ada

untuk dijadikan sebagai infromasi dibutuhkan.

Setelah pengelolaan informasi dilakukan dengan menggunakan teori

tersebut maka kemudian pemerintah mulai mengkomunikasikan kepada

masyarakat dengan memanfaatkan sistem E-Government melalui Layanan Informasi Pemerintah Kota Surabaya (LIPS).

H. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan konsep yang digunakan untuk mendapatkan

data ataupun informasi guna memperoleh jawaban atas pertanyaan penelitian,

antara lain yaitu:

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Menurut

Bogdan dan Taylor sebagaimana dikutip oleh Lexy J Moelong “metode

kualitatif sebagai prosedur penelitian menghasilkan data deskriptif berupa

16

(26)

17

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat

diamati”.17

Selain itu, dengan menggunakan pendekatan kualitatif, dimana yang

dikumpulkan berupa pendapat, tanggapan, informasi, konsep-konsep dan

keterangan yang berbentuk uraian dalam mengungkapkan masalah.18

Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah ingin

menggambarkan data yang ada secara mendalam, rinci dan tuntas. Oleh

karena itu penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah

dengan melihat hubungan antara data penelitian dan teori yang berlaku

dengan menggunakan metode deskriptif tersebut.

2. Subjek, Objek dan Lokasi Penelitian

Subjek dalam penelitian ini merupakan para pekerja di Pemerintahan

Kota Surabaya yang menangani layanan masyarakat khususnya pada

komunikasi pemerintah pada sistem Layanan Infomasi Pemerintahan Kota

Surabaya (LIPS) yakni bagian Hubungan Masyarakat (Humas) Pemerintah

Kota Surabaya yang merupakan leading sector LIPS.

Objek penelitian ini sendiri adalah komunikasi pemerintah yang

diterapkan Pemerintah Kota Surabaya kepada masyarakat dengan

memanfaatkan teknologi E-Government pada Pemerintahan Kota Surabaya yang memfokuskan pada bagaimana proses serta pengelolaan Layanan

Informasi Pemerintah Kota Surabaya (LIPS).

17

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2009)., hlm. 4

18

(27)

18

Lokasi penelitian ini dilakukan pada intansi Pemerintahan Kota

Surabaya yaitu Humas Pemerintah Kota Surabaya di Jl. Jimerto No. 25-27

Surabaya, Jawa Timur.

3. Jenis dan Sumber Data

Terdapat dua Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

a. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, data

yang dimaksud disini adalah data tentang E-Government Pemerintahan Kota Surabaya. Adapun data ini diperoleh dari beberapa sumber yaitu :

pegawai Pemerintahan Kota Surabaya khusunya yang menangani

Layanan Informasi Pemerintah Kota Surabaya (LIPS) dan hasil

dokumentasi serta observasi lapangan.

b. Data sekunder adalah data yang sebagai pendukung data primer. Seperti

halnya studi pustaka untuk mendapat data-data yang relevan yang dapat

digunakan sebagai referensi dalam penelitian ini. Data-data pendukung

dapat lainnya juga diperoleh melalui media massa, seperti buku, artikel,

jurnal maupun internet.

Sumber data penelitian, menurut Lofland yaitu “sumber data utama

dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, tindakan, dan selebihnya adalah

data tambahan seperti dokumen dan lainnya.”19 Sumber data dalam

penelitian ini terdiri dari beberapa informan yang dijadikan sebagai subjek

penelitian dengan memperhatikan kata-kata yang diucapkannya maupun

tindakannya. Selain itu, hasil dokumentasi juga merupakan sumber data

19

(28)

19

yang penting mengingat bahwa dalam penelitian ini dilakukan pada sebuah

instansi pemerintahan.

4. Tahap-Tahap Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, terdapat empat tahapan penelitian yaitu :

I. Tahap Pra Lapangan

Tahap ini merupakan segala persiapan yang diperlukan peneliti

sebelum melakukan penelitian. Seperti mengurus perizinan,

mempersiapkan mental, mencari dan mempelajari kajian pustaka yang

relevan dengan tema penelitian dan segala hal yang dirasa membantu

pada saat penelitian nantinya.

II. Tahap Lapangan

Dalam tahap ini peneliti mulai mengumpulkan data dari sumber data.

Mulai mengambil data yang ada di lapangan, mencatat, mengingat

serta mendokumentasikan data-data tersebut untuk dapat dijadikan

hasil laporan.

III. Tahap Analisis Data

Data-data yang diperoleh di lapangan dipaparkan oleh peneliti sesuai

fakta yang terjadi, yang kemudian mulai dianalisis dengan

menggunakan teori-teori yang dirasa relevan sesuai tema penelitian.

Sehingga sejumlah petunjuk analisis data diberikan sebagai pegangan

peneliti.20

20

(29)

20

IV. Tahap Penulisan Laporan

Merupakan tahap akhir dari penelitian, dimana semua data telah

terkumpul dan telah dianalisis oleh peneliti sehingga memunculkan

hasil penelitian yang kemudian disusun secara sistematis menjadi

sebuah laporan penelitian.

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif dikenal beberapa metode pengumpulan

data yang umum digunakan. Beberapa metode tersebut, antara lain

wawancara, observasi, studi dokumentasi.

a. Wawancara

Penggunaan wawancara mendalam (dept interview) dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan data primer dari subyek penelitian. Dalam

penelitian ini, peneliti akan melakukan kegiatan wawancara terhadap

pegawai yang bekerja di Pemerintahan Kota Surabaya khususnya yang

mengurus E-Government dalam Layanan Informasi Pemerintah Kota Surabaya (LIPS). Wawancara pada penelitian ini dilakukan dengan cara

wawancara semi terstruktur. Dalam hal ini peneliti menanyakan beberapa

pertanyaan yang sudah dipersiapkan secara terstruktur, kemudian satu

persatu diperdalam untuk memperoleh keterangan lebih lanjut.

Pertanyaan yang diajukan seputar Layanan Informasi Pemerintah Kota

Surabaya (LIPS) serta bagaimana faktor penghambat dan pendukung

(30)

21

b. Observasi

Observasi ialah suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan

untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis.21 Pengamatan

dilakukan dengan cara observasi pasrtisipasi yaitu dengan melihat

bagaimana pegawai Pemerintahan Kota Surabaya khususnya yang

mengurus E-Government pada Layanan Informasi Pemerintah Kota Surabaya (LIPS) ketika sedang mengelola dan mengaplikasikannya,

sehingga peneliti dapat memahami secara menyeluruh dari hasil metode

pengumpulan data tersebut karena peneliti dapat terlibat secara langsung.

c. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan

peneliti kualitatif untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang

subjek melalui suatu media tertulis atau dokumen lainnya.22 Studi

dokumentasi dalam penelitian ini akan dilakukan melalui rekaman

kegiatan, yaitu dengan cara melihat hal-hal penting selama penelitian

berlangsung, baik itu berupa foto, video, rekaman suara, maupun

data-data dokumen yang dianggap perlu dan dijadikan sebagai data-data

pendukung penelitian.

21

Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif : untuk ilmu-ilmu sosial, (Jakarta : Salemba Humanika, 2010),hal. 131

22

(31)

22

6. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, metode analisis data yang digunakan adalah

analisis model Miles dan Hubermen dalam buku Metode Penelitian

Kuanlitatif Moloeng, bahwa analisis data meliputi tiga alur kegiatan, yaitu :23

a. Reduksi data, yaitu proses pemilihan data, menggolongkan,

mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data

sedemikian rupa hingga kesimpulan terverifikasi. Tahap ini dilakukan

agar peneliti dapat fokus pada apa yang menjadi rumusan masalah dari

penelitian ini dan tidak terlalu banyak data yang sebenarnya tidak

dibutuhkan dalam penelitian ini oleh karena itu reduksi data sangat

diperlukan dalam penelitian ini.

b. Penyajian data, seluruh data yang didapatkan, baik berupa hasil

wawancara, dokumentasi dan sebagainya akan dianalisis sesuai

menganalisis data yang sudah didapatkan dari hasil wawancara,

observasi dan dokumentasi yang dilakukan peneliti.

c. Penarikan kesimpulan, adalah kegiatan penggambaran secara utuh

obyek yang diteliti pada proses penarikan kesimpulan berdasarkan

penggabungan informasi yang disusun dalam suatu bentuk yang tepat

dalam penyajian data. Tahap ini yaitu tahap akhir dari penelitian yang

mana peneliti menarik kesimpulan yang didapat dari hasil analisis yang

dilakukan oleh peneliti.

23

(32)

23

7. Teknik pemeriksaan Keabsahan Data

Dalam penelitian ini teknik pemeriksaan keabsahan data yang

digunakan yaitu:24

a. Perpanjangan keikutsertaan, digunakan untuk menguji ketidakbenaran

informasi yang diperkenalkan oleh distorsi, baik yang berasal dari diri

sendiri maupun dari informan serta membangun kepercayaan subjek.

peneliti juga terjun ke lokasi dalam waktu yang cukup panjang guna

mendeteksi jika ditemukan data yang tidak valid.

b. Pemeriksaan sebaya melalui diskusi, teknik ini dilakukan dengan

mengekpos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam

bentuk diskusi dengan rekan-rekan sebaya.

c. Trianggulasi, teknik ini merupakan pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pemeriksaan

keabsahan trianggulasi dan pemeriksaan sebaya melalui diskusi, karena

menurut peneliti kedua teknik tersebut merupakan cara terbaik untuk

menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam

suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dalam

berbagai pandangan. Peneliti melakukannya dengan cara mengajukan

berbagai macam pertanyaan kepada informan, mengecek dengan

sumber-sumber data yang didapat, serta memanfaatkan berbagai metode agar

24

(33)

24

pengecekan kepercayaan data dapat dilakukan dengan keterlibatan pihak lain

saat diskusi akan sangat membantu hasil dari penelitian yang dilakukan.

I. Sistematika Pembahasan

Berikut sistematika pembahasan penelitian yang berjudul E-Government

sebagai Implementasi Komunikasi Pemerintah melalui Layanan Informasi

Pemerintah Kota Surabaya (LIPS).

BAB I : Dalam pendahuluan ini memuat pemaparan tentang hal-hal yang

melatarbelakangi penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, definisi konsep, kajian terdahulu, kerangka pikir

dan sistematika pembahasan.

BAB II : Kerangka teoritik menguraikan tentang beberapa hal yang menyangkut

tentang pembahasan dalam penelitian.

BAB III : Pembahasan tentang penyajian data yang berkaitan dengan penelitian

pada bab ini bertujuan untuk memahami segala yang berkaitan dengan

obyek penelitian yang meliputi: deskripsi obyek penelitian, subjek dan

lokasi penilitian serta penyajian data hasil penelitian di lapangan.

BAB IV : Membahas tentang temuan penelitian dengan fokus pada E-Government

Pemerintahan Kota Surabaya khususnya pada pelayanan informasi

masyarakat serta analisis data temuan dengan teori yang digunakan

(34)

25

BAB V : Penutup berupa Kesimpulan data dan Saran Penelitian. Menyajikan inti

dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengungkapkan

saran-saran tentang beberapa rekomendasi untuk dilakukan apa penelitian

(35)

BAB II

E-GOVERNMENT SEBAGAI KOMUNIKASI PEMERINTAH

A. E-Government

1. Pengertian E-Government

Bank Dunia (World Bank) mengemukan bahwa E-Government refers to the use by govermnent agencies of information technologies (such as Wide Area Net-works, the internet, and mobile comput-ing) that have the ability to transform relations with citizens businesses,and other arms of goverment.

Yang artinya adalah E-Government dijadikan acuan yang digunakan dalam sistem informasi pemerintahan (seperti dalam Wide Area Networks, internet, dan komunikasi berjalan) yang memiliki kemampuan untuk menjembatani

hubungan dengan warga negara lainya, para pebisnis dan berba-gai elemen

pemerintahan lainnya).25

Konsep E-Government memang merupakan upaya pemerintah untuk memudahkan aktifitas pemerintahan dengan memanfaatkan kemajuan

teknologi informasi. E-Government sendiri merupakan salah satu bentuk pelayanan publik yang dibuat oleh pemerintah dengan tujuan agar dapat

menjadi penghubung antara kedua belah pihak maupun pihak lain yang

berkepentingan. Yu-che dan James Perry berpendapat bahwa E-Government

merupakan sebuah garis depan dari rencana pemerintah untuk mendukung

25

(36)

27

serta menyediakan informasi dan peningkatan pelayanan pada masyarakat,

pelaku bisnis, pekerja pemerintah, unit-unit pemerintah lain dan organisasi

sektor ketiga.26

Sedangkan Janet Caldow mendefinisikan E-Government bukanlah sebuah perubahan secara fundamental yang berjangka pendek pada

pemerintahan dan kepemerintahan dan bukan pula sebagai awal dari

permulaan era industriliasi. Artinya adalah bahwa E-Government merupakan sebuah modernisasi pemanfaatan teknologi yang secara garis besar bukan

sebuah perubahan yang sangat mendasar di dalam sebuah tata pemerintahan

yang dipastikan akan berjalan dalam jangka panjang dan bukan pula

membuktikan bahwa ini merupakan awal dari sebuah proses pertumbuhan

dan perubahan sosial.27

Dari definisi yang dikemukakan oleh janet, bisa dilihat bahwa memang

E-Government merupakan sebuah perubahan baru yang dirasa memberikan manfaat lebih dalam dunia pemerintahan maka sangatlah wajar jika

modernisasi dalam bidang ini akan berjalan cukup lama dalam jangka

panjang sehingga tak heran jika nanti akan muncul sistem serupa yang lebih

kompleks, baik itu sebagai pelengkap maupun sebagai suatu hal yang baru.

E-Government bisa juga dikatakan juga sebagai salah satu strategi pemerintah dalam mewujudkan Good Governance (tata kepemerintahan yang

26

Falih Fuadi dan Bintoro Wardiyanto, Revitalisasi Administrasi Negara, Reformasi Birokrasi dan E-governance. (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2010)., hlm. 57

27

(37)

28

baik). Berbicara mengenai Good Governance, terdapat prinsip yang melandasi Good Governance yang sangat bervariasi dari satu intitusi ke intitusi lain, dari satu pakar ke pakar lain. Menurut Mark Robinson, terdapat

istilah yang menjadi titik sentral yaitu : 1) akuntabilitas, yang menyatakan

sebagian besar efektifitas pengaruh dari mereka yang diperintah terdapat

orang yang memerintah; 2) legitimasi, yang berkaitan dengan hak negara

untuk menjalankan kekuasaan terhadap warga-warganya dan seberapa jauh

kekuasaan ini dianggap sah untuk diterapkan; dan 3) transparasi, yang

didasarkan pada adanya mekanisme untuk menjamin akses umum kepada

pengambilan keputusan. Sedangkan Bappenas mengaskan paling tidak ada 3

prinsip utama yang melandasi Good Governance yaitu : 1) akuntabilitas; 2) transparasi; dan 3) partisipasi masyrakat.28

2. Model E-Government

Dalam penerapannya, Konsep E-Government memiliki model yang dinilai stategi ketika diterapkan. Oleh karena itu, setiap instansi pemerintahan

menerapkan model relasi E-Government dalam setiap akivitas pemerintahannya karena selain strategi juga banyak tujuan yang memang

ingin dicapai melalui penerapan dari model penyampaian E-Government. Indarjit dalam bukunya mengatakan bahwa ada empat model relasi

penyampaian E-Government, yaitu :29

28

Bambang Istianto, Manajemen Pemerintahan : dalam Perspektif Pelayanan Publik, Edisi 2, (Jakarta : Mitra Wacana Media,2011)., hlm. 102

29

(38)

29

a. Government-to-Citizen (G2C)

Pemerintah membangun dan menerapkan berbagai teknologi

informasi dengan tujuan utama memperbaiki hubungannya dengan

masyarakat / publik. Atau dengan kata lain penyampaian layanan publik

dan informasi satu arah oleh pemerintah ke masyarakat / publik.

b. Government-to-Business (G2B)

Merupakan kegiatan transaksi elektronik dimana pemerintahan

menyediakan serbagai informasi yang dibutuhkan bagai kalangan bisnis

untuk berinteraksi dengan pemerintah, hal ini bisa informasi yang tertera

di dalam sebuah website yang dimiliki oleh pemerintah dan kalangan bisnisnya.

c. Government-to-Government (G2G)

Memungkinkan komunikasi dan pertukaran informasi secara online

antar departemen pemerintahan melalui basis data yang terintergrasi misal

hubungan administrasi antara kantor-kantor pemerintah setempat dengan

sejumlah kedutaan-kedutaan besar atau konsulat jenderal untuk

membantu penyediaan data dan informasi akurat yang dibutuhkan oleh

para warga negara asing yang sedang berada di tanah air.

d. Government-to-Employees (G2E)

Aplikasi E-Government yang juga diperuntukkan untuk menigkatkan kinerja dan kesejahteraan para pegawai negeri atau

(39)

30

pelayan masyarakat atau publik, misal sistem pengembangan karir

pegawai pemerintah yang selain bertujuan untuk meyakinkan adanya

perbaikan kulaitas sumber daya manusia, diperlukan juga sebagai

penujang proses mutasi, rotasi, demosi dan promosi seluruh karyawan

pemerintahan.

Berikut gambar model relasi E-Government :

Citizen

Business

Government

Employees

Gambar 2.1 Model E-Government

3. Manfaat dan Tujuan E-Government

Fakta bahwa pemanfaatan teknologi informasi dalam pemerintahan

memang sangat diperlukan. Melihat bahwa dampak yang diperoleh oleh

instansi pemerintahan baik itu pusat maupun daerah dirasa sangat baik

dengan adanya penerapan teknologi informasi. Maka dapat dirumuskan

beberapa manfaat dari E-Government menurut CIMSA, sebuah perusahaan E-Government

G2B

G2C

G2G

G2E

Taxes, Regulation

Taxes, Contract, etc.

Shared, Service, fund transfers, etc.

[image:39.595.127.526.238.556.2]
(40)

31

di Madrid, Spanyol yang memiliki kompetensi dalam bidang Teknologi

Informasi dan Komunikasi sebagai berikut :

a. E-Government meningkatkan efisiensi

Teknologi informasi dan komunikasi membantu meningkatkan

efisiensi tugas pemrosesan massal dan operasi administrasi publik.

Aplikasi berbasis internet dapat melakukan penghematan pengumpulan

dan transmisi data, serta penyediaan informasi dan komunikasi dengan

pelanggan. Efisiensi yang signifikan di masa mendatang dilakukan

melalui proses berbagi data antara pemerintah. Misalnya ketika

mengakses data kependudukan sebuah desa maka tidak perlu untuk

mendatangi desa tersebut melainkan dengan memanfaatkan teknologi

informasi dan komunikasi maka mendapatkan data tersebut lebih mudah.

b. E-Government meningkatkan layanan

Mengadopsi fokus publik adalah inti dari agenda reformasi saat ini.

Layanan yang berhasil adalah yang dibangun atas pemahaman kebutuhan

publik. Fokus publik menyiratkan bahwa pengguna tidak perlu

memahami struktur dan hubungan pemerintah untuk berinteraksi dengan

pemerintah. Internet dapat membantu mencapai tujuan ini dengan

memunculkan pemerintah sebagai organisasi terpadu yang memberikan

(41)

32

c. E-Government membantu mencapai hasil kebijakan tertentu

Teknologi informasi dan komunikasi dapat membantu pemangku

kepentingan berbagi informasi dan ide, untuk kemudian berkontribusi

dalam menentukan hasil kebijakan. Misalnya, informasi dapat

mendorong penggunaan program pelatihan dan pendidikan serta proses

berbagi informasi antara pemerintah pusat dan daerah untuk

memfasilitasi kebijakan lingkungan. Meskipun demikian, proses berbagi

informasi pada individu akan memunculkan isu perlindungan privasi

serta kompromi harus dipertimbangkan secara cermat.

d. E-Government berkontribusi terhadap tujuan kebijakan ekonomi

E-Government membantu mengurangi korupsi, meningkatkan keterbukaan dan kepercayaan terhadap pemerintah, serta berkontribusi

terhadap tujuan kebijakan ekonomi. Dampak spesifik mencakup

penurunan pengeluaran pemerintah melalui program yang lebih efektif,

efisiensi serta peningkatan produktivitas bisnis melalui penyederhanaan

administrasi yang memungkinkan oleh teknologi informasi dan

peningkatan informasi pemerintah.

e. E-Government adalah kontributor reformasi utama

Mayoritas negara sedang menghadapi isu modernisasi dan

reformasi manajemen publik. Perkembangan saat ini berarti bahwa

proses reformasi harus berkelanjutan. Teknologi informasi dan

(42)

33

dengan meningkatkan transparansi, memfasilitasi proses berbagi

informasi, dan menyoroti inkonsistensi internal.

f. E-Government membantu membangun kepercayaan antara pemerintah dan warganya

Membangun kepercayaan antara pemerintah dan masyarakatnya

sangat fundamental bagi pemerintahan yang baik. Teknologi komunikasi

dan informasi dapat membantu membangun kepercayaan dengan

memungkinkan keterlibatan masyarakat dalam proses kebijakan,

mempromosikan pemerintah yang terbuka dan bertanggung jawab serta

membantu mencegah korupsi. Selain itu, jika batasan dan tantangan

diatasi dengan baik, E-Government dapat membantu memperdengarkan suara rakyat agar diperdebatkan dengan lebih luas. Proses ini dilakukan

dengan memanfaat teknologi informasi dan komunikasi untuk

mendorong warga agar dapat memberikan saran yang membangun

mengenai isu publik dan menilai dampak penerapan teknologi untuk

membuka proses kebijakan.

g. E-Government meningkatkan transparansi dan tanggung jawab

Teknologi informasi dan komunikasi membantu meningkatkan

transparansi dalam proses pengambilan keputusan dengan memudahkan

informasi untuk dapat diakses – mempublikasikan debat dan rapat,

anggaran dan pengeluaran, hasil dan alasan pemerintah untuk mengambil

(43)

34

Adapun mengenai tujuan E-Government, ada empat hal yang menjadi tujuan diterapkannya E-Government, menuurut Anwar yaitu :30

a. Terciptanya hubungan secara E-Government antara pemerintah dan masyarakat sehingga masyarakat dapat mengakses berbagai informasi dan

layanan dari pemerintah.

b. Melaksanakan perbaikan dan peningkatan pelayanan masyarakat ke arah

yang lebih baik dari apa yang telah berjalan saat ini.

c. Menunjang good governance dan keterbukaan.

d. Menigkatkan pendapatan asli daerah.

Lebih jelas lagi menurut Indrajit, insentif E-Government mempunyai beberapa arah dan tujuan strategis yaitu:31

a. Dengan E-Government pemerintah ingin memberikan penawaran yang luas mengenai beberapa informasi penting yang dibutuhkan masyarakat

dan juga pilihan akses terhadap layanan pemerintah.

b. Mengembangkan transparansi yang lebih luas dalam proses pelayanan

publik, karena masyarakat bisa mendapatkan informasi tentang berbagai

program dan kegiatan pemerintah dan masyarakat bisa melakukan kontrol

dan pertanggungjawaban lebih besar terhadap apa yang dilakukan

pemerintah.

30

Khoirul Anwar, dkk, Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Bagi Pemerintahan di Otonomi Daerah (SIMDA), (Jogjakarta : Pustaka Pelajar, 2003)

31

Richardus Eko Indrajit, Electronic Government In Action : Ragam Kasus Implementasi Sukses

(44)

35

c. Dukungan dan partisipasi masyarakat yang lebih luas dalam proses

pengambilan keputusan. Partisipasi yang luas akan menjamin keputusan

yang diambil memenuhi aspirasi masyarakat menuju proses pemerintahan

yang transparan dan demokratis.

d. Menggantikan peran penyediaan layanan kepada masyarakat, dimana

mereka bisa mendapatkan informasi dan layanan dengan mendatangi

langsung kantor-kantor pemerintahan. Melaui E-Government masyarakat mempunyai pilihan akses yang lebih banyak.

4. Undang-undang tentang E-Government

Yang mendasari kebijakan penerapan E-Government pada instansi pemerintah pusat maupun daerah adalah Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2003

tentang kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government yang khusus mengatur tentang strategi pemerintah dalam upaya menyelenggarakan

good governance melalui pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi dalam proses pemerintahan serempak secara nasional.

Dasar hukum selanjutnya terdapat pada Undang-undang Nomor 11

tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) 13 bab 54 pasal

yang khusus membahas kebijakan peraturan mengenai teknologi informasi

dengan menimbang bahwa kemajuan teknologi informasi cukup pesat

sehingga pemanfaatan teknologi informasi dapat dilakukan secara aman dan

(45)

36

pemerintahan yang berbasis teknologi informasi menjadikan UU ITE sebagai

acuan dalam penerapannya baik di pemerintahan pusat maupun daerah.

Selanjutnya yaitu Undang-undang Nomor 14 tahun 2008 tentang

keterbukaan Informasi Publik (KIP) 14 bab 64 pasal yang membahas

keterbukaan informasi kepada publik sebagai bentuk layanan publik untuk

menciptakan transparansi. Mengingat dalam UUD 1945 Pasal 28 F yang

berbunyi :

“Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia”

Maka setiap individu berhak mengakses informasi yang memang

dibutuhkan akan tetapi tidak semua informasi dapat diakses dikarenakan

kepentingan negara yang dijelas dalam UU KIP. Dalam E-Government berisi informasi yang diperuntukkan dan dapat diakses oleh publik sehingga selain

UU ITE juga UU KIP yang dijadikan sebagai landasan dalam pengaplikasian

E-Government.

E-Government juga merupakan salah satu bentuk pelayanan publik maka dalam penerapannya mengacu pada Undang-undang Nomor 25 tahun

2009 tentang pelayanan publik. Dalam UU pelayanan publik mengatur

bagaimana prinsip pemerintah yang baik dalam hal pelayanan kepada publik

(46)

37

B. Komunikasi Pemerintah

1. Pengertian Komunikasi Pemerintah

Sebelum membahas mengenai komunikasi pemerintah, perlu diketahui

terlebih dahulu yang dimaksud pemerintah dan pemerintahan. Pemerintah

merupakan sebuah organisasi yang memiliki wewenang untuk membuat

kebijakan sesuai hukum dan undang-undang yang berlaku sedangkan

pemerintahan merupakan semua aktifitas, proses atau cara pemerintah dalam

menjalankan wewenang untuk mencapai tujuan negara. Maka yang dimaksud

dengan komunikasi pemerintah sendiri merupakan proses komunikasi yang

dilakukan oleh organisasi pemerintahan, baik antar individu maupun lembaga

intansi lainnya dalam konteks aktivitas pemerintahan. Dalam bukunya, Yusuf

mengatakan bahwa komunikasi pemerintahan merupakan komunikasi antar

manusia (human communication) yang terjadi dalam konteks organisasi pemerintahan. Oleh karena itu, komunikasi pemerintahan tidak lepas dari

konteks komunikasi organisasi dan bagian dari komunikasi organisasi.32

Dari pengertian yang diungkapkan oleh Yusuf bahwa tidak ada

perbedaan yang signifikan antara pemerintah dan pemerintahan. Karena

memang saat ini belum banyak refrensi yang bisa digunakan untuk

mendefinisikan pengertian dari komunikasi pemerintah ataupun komunikasi

32

(47)

38

pemerintahan. Lebih lanjut lagi Yusuf mengemukakan pendapat bahwa dalam

komunikasi pemerintahan terdapat dua tipe saluran komunikasi, yaitu : 33

a. Pertama, memudahkan komunikasi intern. Proses birokrasi internal ini

memiliki tiga aspek yakni : 1) informasi sebagai dasar untuk membuat

keputusan; 2) putusan dan dasar alasannya harus disebarkan agar

anggota-anggota organisasi itu melaksanakannya; 3) media untuk “pembicaraan

organisasi”, percakapan sehari-hari yang biasa dalam menjalankan

pekerjaan, dan pembicaraan yang dilakukan oleh anggota-anggota dalam

melaksanakan tugas menciptakan keanggotaan yang bermakna dalam

tatanan sosial yang sedang berlangsung.

b. Kedua, media untuk berkomunikasi secara eksternal. Dalam dinas

pemerintahan misalnya, media yang mencakup saluran untuk

berkomunikasi kepada warga masyrakat pada umumnya, klien

kepentingan khusus, legislatif, dan instansi pemerintahan yang lain.

Komunikasi pemerintahan menurut Myers dan Myers (1982)

merupakan elemen penting dalam organisasi pemerintah.34 Komunikasi

pemerintah merupakan salah satu fungsi penting dalam organisasi

pemerintahan, baik untuk managing staff maupun managing people. Komunikasi pemerintah untuk managing staff merupakan komunikasi internal organisasi dan bertujuan agar pegawai atau staf mengetahui dan

memahami segala sesuatu yang harus dikerjakan, cara mengerjakan, dan

33

Ibid., hlm. 39 34

Dikutip dari Michele Tolela Myers & Gail E. Myers, Managing by Communication : An

(48)

39

eksekutif pemerintah mendapat informasi dari pegawai tentang hasil

pelaksanaan pekerjaan yang semuanya bermanfaat untuk mencapai tujuan

organisasi pemerintah secara efektif dan efisien.

Adapun komunikasi pemerintahan untuk managing people merupakan komunikasi eksternal organisasi untuk memberikan informasi tentang

berbagai kebijakan dan peraturan pemerintah kepada masyarakat,

organisasi-organisasi non pemerintah, termasuk komunitas atau institusi bisnis, sekaligus

mendapatkan informasi dari mereka untuk membuat kebijakan dan peraturan

juga informasi tentang dampak dari kebijakan yang dibuat oleh pemerintah

untuk menentukan apakah kebijakan atau peraturan tersebut dilanjutkan atau

dihentikan, direvisi atau dimodifikasi.

2. Fungsi Komunikasi dalam Organisasi Pemerintahan

Komunikasi dalam sebuah organisasi memang memiliki kedudukan

yang sangat penting, mengingat bahwa dalam sebuah organisasi terdiri dari

anggota-anggota organisasi yang saling berhubungan antara satu dengan yang

lainnya sehingga komunikasi menjadi salah satu yang diperlukan dalam

menjalankan aktivitas organisasi. Hal ini juga yang mendasari betapa

pentingnya komunikasi dalam organisasi pemerintahan karena memiliki

fungsi yang sesuai dengan tujuan pemerintah. Sendaja menyatakan fungsi

komunikasi dalam organisasi pemerintahan sebagai berikut :35

35

(49)

40

a. Fungsi Informatif

Sebuah organisasi termasuk organisasi pemerintahan dapat

dipandang sebagai sistem pemrosesan infromasi. Maksudnya, seluruh

anggota dalam orgnisasi pemerintahan berharap dapat memperoleh

informasi yang lebih banyak, lebih baik, dan tepat waktu. Informasi dapat

diperoleh dari pimpinan, wakil dan bawahan sehingga dengan adanya

informasi tersebut memungkinkan setiap anggota organisasi menjalankan

tugasnya secara pasti dan lebih baik.

b. Fungsi Regulatif

Fungsi ini berkaitan dengan peraturan yang berlaku dalam suatu

organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif,

yaitu : 1) Berkaitan dengan orang-orang yang berada dalam tataran

manajemen, yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk

mengendalikan semua informasi yang disampaikan; 2) Berkaitan dengan

pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja.

Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan

yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan sehingga dengan

komunikasi dapat mencegah ketidakpastian.

c. Fungsi Persuasif

Dalam mengatur suatu organisasi, termasuk organisasi

pemeirntahan, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa

(50)

41

pimpinan yang lebih menyukai untuk mempersuasif bawahannya

daripada memberi perintah. Hal tersebut dikarenakan pekerjaan yang

dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian

yang lebih besar dibandingkan pekerjaan yang dilakukan atas perintah

pimpinan yang sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.

d. Fungsi Integratif

Setiap organisasi akan berusaha menyediakan saluran yang

memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan

dengan baik. Saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut

yaitu : 1) Saluran komunikasi formal, seperti penerbitan khusus dalam

organisasi (buletin, newsletter) dan laporan kemajuan organisasi; 2) Saluran komunikasi informal, seperti perbincangan antarpribadi selama

masa istirahat kerja, pertandingan olehraga, ataupun kegiatan

darmawisata. Pelaksanaan aktivitas akan menumbuhkan keinginan untuk

berpartisipasi lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.

Dengan adanya saluran komunikasi seluruh anggota organisasi dapat

mengerjakan tugas dengan tepat, selain itu pula akan menciptakan

hubungan yang harmonis dalam organisasi.

3. Komunikasi dalam Sistem Pemerintahan Indonesia

Praktik komunikasi pemerintahan ditentukan oleh sistem pemerintahan.

Menurut Tatang, sistem adalah sekumpulan unsur yang melakukan kegiatan

(51)

42

untuk mencapai sesuatu atau beberapa tujuan.36 Maka bisa dikatakan bahwa

sistem pemerintahan merupakan sekumpulan unsur yang ada di dalam

organisasi pemerintahan yang diproses untuk mencapai tujuan pemerintahan.

Nazzmuzzaman mengemukakan pendapat bahwa terdapat pebedaan

komunikasi pemerintahan dari masa ke masa di Indonesia, perbedaan tersebut

sebagai berikut :37

a. Komukasi dalam Pemerintahan Orde Baru

Komunikasi pemerintahan Orde Baru lebih menekankan downward communication dengan arus informasi satu arah. Implikasi dari komunikasi pada sektor publik era Orde Baru yang sentralistis

menyebabkan arus informasi cenderung kaku dan lamban.

Dalam berkomunikasi dengan warga, pemerintah cenderung

memperlihatkan sikap kaku. Komunikasi dalam pemerintahan Orde Baru

menjadi Chief Executif Officer (CEO) birokrasi, seperti prsiden, gubernur, bupati dan walikota menjadi sentral informasi dan feedback

kurang dihargai. Semua informasi publik seperti kebijakan dan keputusan

lain bergantung pada pemerintah dan ditetapkan oleh sentral

pemerintahan.

b. Komunikasi Pemerintahan Pasca-Orde Baru

36

Tatang M. Amirin, Menyusun Rencana Penelitian, Cetakan ke-3, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2011)., hlm. 21

37

(52)

43

Komunikasi pemerintahan Pasca-Orde Baru yang desentralik

relatif demokratis karena telah menempatkan bawahan (dalam

komunikasi internal), warga dan dunia usaha (dalam komunikasi

eksternal) sebagai sender.

Arus informasi, terutama informasi untuk pembuatan kebijakan

berjalan lancar atau memperlancar aliran informasi secara dua arah

informasi publik tidak lagi dikuasai oleh pemerintah. Keharusan bagi

pemerintah untuk menyebar informai kepada warga dan memanfaatkan

public opinion dari masyrakat mengurangi atau mempersempit kesenjangan informasi (asymmetric information) antara pemerintah dan masyarakat, khususnya pra-penetapan kebijakan (ex ante), pembahasan kebijakan (interim), dan pasca-penetapan kebijakan (ex post).

c. Komunikasi Pemerintahan Masa Reformasi

Komunikasi masa reformasi yang menekankan demokrasi

partisipasi menjadikan bawahan tidak hanya sebagai komunikan atau

receiver yang sekedar menerima infromasi dari atasan, tetapi juga berperan sebagai komunikator sehingga arus infromasi berasal dari

bawah ke atas . Pada masa ini, lebih didominasi oleh komunikasi dari

masyarakat, karena pada masa ini masyarakat memiliki hak untuk

menyampaikan pendapat baik individu maupun kelompok sehingga

aspirasi masyarakat dapat didengar oleh pemerintah. Dari masyarakat

(53)

44

Dengan demikian, masa reformasi telah mengubah pola

komunikasi downward dominan menjadi komunikasi upward dominan. Dalam praktiknya, komunikasi pemerintahan pada masa ini menganut

good governance yang menekankan pada empat pilar yaitu ketanggapan (responsiveness), transparansi (transparency), akuntabilitas (accountability), dan partisipasi (partisipation).

Dalam dunia komunikasi, pada masa reformasi terjadi

perkembangan baru, antara lain dicabutnya Keputusan Menteri

Penerangan tentang Peraturan Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIU

Gambar

Gambar 3.4. Tata ruang LIPS .......................................................................................
Model Gambar 2.1 E-Government
  Gambar 3.1 Struktur Organisasi Humas Pemerintah Kota Surabaya
 gambar :
+3

Referensi

Dokumen terkait

Adalah proses kognitif yang terjadi ketika berbagai informasi yang diperoleh dokter baik melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik atau melalui kasus klinik yang

Penelitian yang dilakukan oleh Ngadlan dan Riadi (2010) berlawan dengan penelitian tersebut, dimana dalam penelitiannya ditemukan hasil bahwa LDR memiliki pengaruh

Manfaat dari hasil penelitian ini yaitu diharapkan para ibu tidak ragu memberikan ASI eksklusif pada bayinya, para ibu pekerja bisa menyimpan ASIP nya di cooler bag atau

tersebut lebih khusus lagi adalah proses berpikir konseptual siswa dengan gaya.. kognitif reflektif dan impulsif kelas XI MAN 2 Blitar pada materi

berbasis website, jangkauan penjualan menjadi lebih luas dan website tersebut dapat diakses oleh pengguna internet di seluruh dunia tanpa harus mengantri dan menunggu

(2016) memberikan bukti empiris bahwa polychronicity berpengaruh positif terhadap service recovery performance yang berarti bahwa responden yang memiliki sifat

Sedangkan pada [7], proses seleksi dilakukan dengan memilih titik-titik minutiae yang akan diproses berdasarkan area luasan tertentu pada citra sidik jari untuk

Misalnya KH Luqman Harits Dimyathi, Pengasuh pesantren Tremas Pacitan yang juga Katib Syuriyah PBNU dan Sekretaris Forum Komunikasi Pesantren Muadalah se- Indonesia menjelaskan,