• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN DEPARTEMENTALISASI DI GRIYA AL-QURÁN SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN DEPARTEMENTALISASI DI GRIYA AL-QURÁN SURABAYA."

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN DEPARTEMENTALISASI DI GRIYA AL-QUR’AN SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh :

MUHAMMAD USMAN NIM B04210050

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAKSI

Muhammad Usman, 2015: Penerapan Departementalisasi di Griya Al-Qur’an Surabaya.

Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah (1) bagaimana departementalisasi Griya

Al-Qur’an Dinoyo Surabaya (2) faktor apa saja yang mempengaruhi adanya departementalisasi Griya

Al-Qur’an Dinoyo Surabaya (3) bagaimana pembagian kerja di Griya Al-Qur’an Dinoyo Surabaya.

Berkenaan dengan itu dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis deskriptif untuk memperoleh data tentang departementalisasi Griya Al-Qur’an Dinoyo Surabaya. Untuk jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder dan sumber datanya berupa informan dan dokumen. Disamping itu tahap-tahap penelitian yang dilakukan meliputi tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan dan tahap analisa data. Untuk teknik pengumpulan datanya menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi dan teknik analisa datanya menggunakan (komparasi). Sedangkan keabsahan datanya menggunakan ketekunan pengamatan dan (triangulasi).

Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa pembagian kerja dan departementalisasi jabatan Griya Al-Qur’an Dinoyo Surabaya telah ditentukan dengan baik. Hal ini tercermin dalam mekanisme departementasi jabatan Griya Al-Qur’an Dinoyo Surabaya, meskipun ada sebagian pimpinan yang mendapat wewenang dan bertanggung jawab yang lebih besar dari pada pimpinan yang lain. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor tertentu. Dan faktor-faktor yang mempengaruhi departementalisasi Griya Al-Qur’an Dinoyo Surabaya adalah latar belakang pendidikan, skill atau keahlian, dan besarnya pengetahuan tentang Al-Qur’an. Untuk itu penulis menyarankan dalam departementalisasi Griya

Al-Qur’an Dinoyo Surabaya mengelompokkan kegiatan sangat penting dalam setiap unit sehingga tujuan

umum dari organisasi dapat tercapai.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ………..……i

Persetujuan Dosen Pembimbing ………..…ii

Pengesahan Tim Penguji………..…iii

Motto ……….….iv

Pernyataan Pertanggungjawaban Otentisitas Skripsi ……….……v

Abstrak ………..vi

Kata Pengantar ……….viii

Daftar Isi ……….x

Daftar Tabel ……….……ix

Daftar Gambar ……….….x

BAB I PENDAHULUAN ………..1

A. Latar Belakang Masalah ………...2

B. Rumusan Masalah ………5

C. Tujuan Penelitian ………..5

D. Manfaat Penelitian ………5

E. Definisi Konsep ………6

F. Sistematika Pembahasan ………..7

BAB II KAJIAN TEORITIK ………..….9

A. Penelitian Terdahulu yang Relevan ……….…9

B. Kerangka Teori ………...11

1. Pengertian Manajemen ……….11

2. Fungsi-fungsi Manajemen ………12

3. Pengertian Pengorganisasian ………..………..13

4. Pengertian Pembagian Kerja ………..…..15

(7)

6. Pedoman Pembagian Kerja ………..………17

7. Pengertian Departementalisasi ………..……...19

8. Dasar-dasar Departementalisasi ………..……….23

BAB III METODE PENELITIAN ………..……….26

A. Pendekatan dan Jenis penelitian ……….….…….26

B. Jenis dan Sumber Data ……….………27

C. Lokasi Penelitian ……….…….32

D. Tahap-tahap Penelitian ………32

E. Tehnik Pengumpulan Data ………..36

1. Tehnik pengamatan ………36

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ………40

1. Sejarah Berdirinya Griya Al-Qur’an……….40

2. Letak Geografis Griya Al-Qur’an ……….41

3. Dasar dan Tujuan Berdirinya Griya Al-Qur’an ……….……42

12.Program Pembinaan Griya Al-Qur’an………...58

13.Sarana dan Prasarana ……….…62

B. Penyajian Data ……….63

1. Departementalisasi……..………63

(8)

C. Analisis Data dan Pembahasan ………68

1. Departementalisasi……..………68

2. Pembagian Kerja ………..……….70

BAB V PENUTUP………..…….…….73

A. Kesimpulan ………73

B. Saran dan Rekomendasi ………...……….74

C. Keterbatasan Penelitian ………...………..74

Daftar Pustaka

(9)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya manusia adalah makhluk organisasi. Oleh karena itu, begitu ia

dilahirkan kedunia, ia menjadi anggota organisasi genitis yang disebut anggota organisasi

keluarga. Pada prinsipnya di manapun manusia itu berada, jika ia mengerti dan menghendaki

hidup dan kehidupan yang lebih layak, maka selama itu pula manusia senantiasa memerlukan

suatu organisasi atau secara sederhana paling tidak memerlukan suatu kerjasama. Adanya

alasan sosial (social reasons) menjadi salah satu pendorong bagi manusia untuk membentuk

suatu perkumpulan yang biasa disebut “organisasi”.1

Organisasi merupakan wadah pelaksanaan kegiatan manajemen juga sekaligus

merupakan kerangka struktur yang tersusun sebagai unit-unit yang mempunyai tugas dan

fungsi yang saling berhubungan satu sama lain.

Dari serangkaian di atas jelaslah bahwa organisasi merupakan alat atau wadah untuk

mencapai tujuan dengan memanfaatkan fungsi manajemen. Salah satu fungsi manajemen

yang yang vital adalah pengorganisasian. Dalam pengorganisasian terdapat empat aspek, dan

yang difokuskan pada penelitian ini adalah aspek fungsi dari departementalisasi.

Menurut Malayu S.P Hasibuan pengorganisasian adalah suatu proses penentuan,

pengelompokan dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlakukan untuk

mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini, menyediakan alat-alat

yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relative didelegasikan kepada setiap

1

(10)

individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut.2 Proses penyusunan struktur

organisasi yang sangat penting dalam sebuah organisasi, karena dengan struktur organisasi

tersebut bisa mempengaruhi perilaku individu atau kelompok dalam organisasi. Dan

menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan diantara

fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisi-posisi maupun orang-orang yang menunjukkan

kedudukan, wewenang, tugas dan tanggung jawab yang berbeda dalam suatu organisasi.

Griya Al Qur’an adalah suatu organisasi dakwah yang berupaya untuk

memasyarakatkan kebiasaan membaca dan menghafal Al Qur’an khususnya di kalangan usia

dewasa. keprihatinan akan masih kurangnya pemahaman dan penguasaan umat Islam

terhadap Al Qur’an harus segera direspon. Kondisi bangsa yang belum juga berubah banyak

ke arah kemajuan diyakini salah satu penyebabnya rendahnya penguasaan umat Islam

terhadap Al Qur’an yang berakibat kepada mentalitas, akhlak, tata nilai, hukum dan

kepribadian umat yang jauh dari nilai-nilai Al Qur’an. Dari hal itu, sekitar tahun 2008 yang

lalu muncul pemikiran untuk merealisasikan terbentuknya sebuah lembaga dakwah yang

mempunyai fokus pada pembelajaran dan pemahaman Al Qur’an, yang diberi nama Griya Al

Qur’an.

Menurut Gibson ada empat aspek dalam proses penyusunan struktur organisasi yang

harus diketahui, yaitu pembagian kerja, departementalisasi, rentang kendali, dan delegasi.

Namun, setelah peneliti melakukan pengamatan di lokasi penelitian dan mengingat

keterbatasan kemampuan dan waktu, peneliti hanya melakukan penelitian satu dari empat

aspek yang ada, yakni aspek departementalisasi termasuk didalamnya pembagian kerja di

Griya Al-Qur’an Surabaya. Departementalisasi merupakan proses penentuan deretan dan

2

(11)

kedalaman pekerjaan, maksudnya yaitu jumlah tugas organisasi dipecah-pecah ke dalam

beberapa tugas yang lebih kecil yang berurutan.3

Demikian halnya Griya Al-Qur’an Surabaya, pembagian tugas kerja merupakan

kebutuhan, hal ini disebabkan adanya tingkat level dalam pembelajaran Al-Qur’an pada tiap

kelas sehingga diharuskan untuk membagi tugas kerja. Dengan pembagian tugas kerja akan

diketahui departemen-departemen yang dibutuhkan organisasi, juga daftar tugas suatu jabatan

dari masing-masing departemen yang dibutuhkan tersebut. Dan dengan ditetapkannya

pembagian tugas kerja dari departemen tersebut, tujuan organisasi diharapkan lebih mudah

tercapai.

Dalam departementalisasi alasan-alasan untuk mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan

tergantung pada kebutuhan untuk mengkoordinasikan pekerjaan-pekerjaan tersebut.

Pekerjaan-pekerjaan spesialisasi dipisahkan satu sama lain, saling berhubungan dengan

keseluruhan tugas, dan pencapaian keseluruhan pekerjaan membutuhkan pencapaian setiap

pekerjaan. Tetapi, pekerjaan-pekerjaan tersebut harus dilakukan dengan cara dan urutan

tertentu, sesuai dengan yang dikehendaki pihak manajemen Griya Al-Qur’an ketika

pekerjaan-pekerjaan tersebut disusun. Seiring dengan meningkatnya jumlah pekerjaan yang

terspesialisasi, akan tiba saatnya pekerjaan-pekerjaan itu tidak lagi efektif bila

dikoordinasikan oleh hanya satu orang manajer. Dengan demikian, untuk memudahkan

pengelolaan, pekerjaan-pekerjaan tersebut digabungkan ke dalam kelompok-kelompok kecil,

dan dibentuklah posisi baru manajer kelompok (manager of the group).

Pertimbangan yang penting dalam pembentukan departemen adalah penentuan

dasar-dasar pengelompokan pekerjaan terutama yang ada di Griya Al-Qur’an Surabaya. Yang

paling penting adalah penentuan dasar-dasar bagi departemen yang melapor langsung kepada

3

(12)

posisi manajemen puncak. Sesungguhnya, ada banyak dasar yang digunakan diseluruh

organisasi, tetapi dasar yang digunakan pada tingkat yang paling tinggi menentukan

dimensi-dimensi organisasi-organisasi yang penting.4

Mengingat departementalisasi di Griya Al-Qur’an sangat penting dan berpengaruh

terhadap lembaga dakwah yang tujuannya mencetak kader muda yang menguasai

kemampuan membaca secara luas dan memahami Al-Qur’an sebagai sumber utama ajaran

islam, utamanya dilingkungan masyarakat kota. Maka peneliti tertarik melakukan penelitian

dengan judul: Penerapan Departementalisasi di Griya Al-Qur’an Surabaya.

Peneliti tertarik malakukan penelitian dari aspek departementalisasi terutama pada

lembaga pembelajaran Al-Qur’an di Griya Al-Qur’an Surabaya, karena selama ini belum ada

yang meneliti dengan fokus departementalisasi di UIN sunan ampel Surabaya terutama dalam

menghubungkan dengan tingkatan level belajar Al-Qur’an dalam metode pembelajarannya di

Griya Al-Qur’an Surabaya.

B. Rumusan Masalah

Dari rujukan latar belakang masalah diatas, maka peneliti mengambil permasalahan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bagaimana penerapan departementalisasi di Griya Al-Qur’an Kantor Pusat Dinoyo

Tegalsari Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini untuk

mengetahui

4

(13)

Untuk mengetahui bagaimana penerapan departementalisasi di Griya Al-Qur’an

Surabaya?

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis

a) Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi pengembangan ilmu

dan pengetahuan yang berhubungan dengan topic Penerapan Fungsi

Pengorganisasian terutama pada fokus departementalisasi.

b) Menjadi bahan masukan untuk kepentingan pengembangan ilmu bagi pihak

pihak tertentu guna menjadikan skripsi ini menjadi acuan untuk penelitian

lanjutan terhadap objek sejenis atau aspek lainnya yang belum tercakup dalam

penelitian ini.

2. Secara praktis

a) Memberikan informasi kepada para pengelola lembaga akademik tentang

wacana fungsi departementalisasi sekaligus memperoleh bekal aplikatif untuk

memperbaiki sistem pengorganisasiannya.

b) Sebagai bahan masukan kepada semua lembaga dakwah di Indonesia.

E. Definisi Konsep

Untuk menghindari salah satu tafsir, pelebaran dan penyempitan makna, maka perlu

didefinisikan istilah-istilah yang terdapat pada judul penelitian sebagai berikut:

Yang dimaksud dengan penerapan departementalisasi adalah bagaimana cara atau

praktek yang dilakukan (baik individu maupun kelompok) organisasi Griya Al-Qur’an

Surabaya dalam proses penentuan deretan dan kedalaman pekerajan individual yang bersifat

(14)

kecil yang berurutan. Proses penggabungan pekerjaan ke dalam kelompok yang dimaksud

adalah pengelompokan berdasar tingkatan mulai dasar 1 hingga tingkat tahfidz. Dan inilah

yang dimaksud departementalisasi dalam penelitian ini untuk memudahkan pengelolaannya

yang ada di lembaga Griya Al-Qur’an Surabaya.5

Griya Al-Qur’an adalah lembaga dakwah yang mempunyai tujuan memasyarakatkan

kebiasaan membaca dan menghafal Al-Qur’an dengan menggunakan teori-teori yang lazim

digunakan dalam lembaga Tahfidzul qur’an sejenis.

F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Untuk memperoleh kemudahan dalam memahami skripsi ini, kami uraikan

sistematikan sebagai berikut:

Pembahasan ini penulis awali dengan Bab I. dalam bab ini, berisikan tentang konteks

penelitian, focus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, dan

sistematika pembahasan.

Pada Bab II merupakan kajian Teoritik yang mana menjelaskan tentang pengertian

manajemen, pengertian pengorganisasian, pengertian pembagian kerja, factor-faktor

pembagian kerja, fungsi pembagian kerja dan manfaat pembagian kerja. Pengertian

departementalisasi, proses departementalisasi, departementalisasi jabatan, dan manfaat

departementalisasi.

Pada Bab III menjelaskan tentang metode peelitian yang meliputi pendekatan dan

jenis penelitian, onjek penelitian, jenis dan sumber data, tahap-tahap penelitian, tehnik

pengumpulan data, tehnik analisa data dan tehnik validasi data.

5

(15)

Pada Bab IV menjelaskan tentang hasil penelitian yang berupa gambaran umum

obyek penelitian Griya Al-Qur’an Surabaya, yang menjelaskan mengenai deskriptif tentang

sejarah Griya Al-Qur’an yang meliputi lokasi penelitian, pembagian kerja, departementalisasi

jabatan, departementalisasi metode pembelajaran.

(16)

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Berikut ini akan dipaparkan mengenai contoh penelitian lain sebagai Tinjauan

Penelitian Terdahulu. Tujuan mencantumkan contoh penelitian lain ialah dengan maksud

agar penelitian yang diteliti penulis tidak berdasarkan plagiat atau dengan istilah lain

menjiplak karya tulis peneliti lain. Hal ini hanya sebagai perbandingan dengan karya tulis

orang lain, sehingga dapat dilihat perbedaannya dengan penelitian yang penulis kerjakan.

Artinya, fokus penelitiannya sangat berbeda dan sama sekali unsur penjiplakan dapat

dihindarkan. Sementara itu, penulis meneliti fungsi pengorganisasian dari aspek pembagian

kerja dan departementalisasi sebagai subjek penelitian. Sedangkan untuk membandingkan

dengan penelitian lainnya, maka penulis mengambil contoh karya tulis atau penelitian lainnya

sebagai berikut:

1. Penelitian terdahulu dengan judul “Pengorganisasian sebagai Fungsi Manajemen:

Studi Analisis Pembagian Tugas pada Karyawan di CV. Alib Surabaya”. Yang

ditulis oleh Mada Yudha Sasana (Program Studi Manajemen Dakwah, 2003.

Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya). Menganalisis tentang

pengorganisasi dalam kepengurusan CV. Alib Surabaya yag merupakan suatu

organisasi yang berbasis islam. Yang awal mulanya hanya sekedar bangunan took

dengan modal satu juta hingga kini bisa menjadi perusahaan besar. Karena dari

pembagian kerja yang begitu baik bagi pemegang jabatan sehingga mempermudah

dalam pencapaian tujuan.

2. Pada penelitian terdahulu dengan judul skripsi “Fungsi Pengorganisasian dalam

(17)

Muhammad Lathif Qohhar (Program Studi Manajemen Dakwah, 2013. Fakultas

Dakwah Universitas Islam Negri Sunan Ampel Surabaya). Menganalisa tentang

pembagian tugas dalam kepengurusan yayasan panti asuhan Al-Qomariyah yang

merupakan lembaga social keagamaan yang membantu semua lapisan masyarakat

pada umumnya dan mendidik para anak asuh panti asuhan Al-Qomariyah sendiri.

Jika dibandingkan dengan fungsi pengorganisasian pada Griya Al-Qur’an

Surabaya, peneliti membahas dari dua aspek diantaranya aspek pembagian kerja

dan departementalisasi, dimana departementalisasi disini lebih mendalam dalam

pembagian tugas kerjanya.

3. Pada penelitian terdahulu dengan judul skripsi “Fungsi Pengorganisasian Fatayat

NU: Studi tentang Pembagian Kerja Pimpinan Anak Cabang Fatayat NU Waru

Sidoarjo”. Yang ditulis oleh Aminatuz Zuhriah. (Program Studi Manajemen

Dakwah, 2003. Fakultas dakwah UINSA). Menganalisa tentang fungsi

pengorganisasian yang berfokus pada dua aspek yaitu pembagian kerja dan

departementalisasi. Dimana peneliti menggambarkan bagaimana pimpinan fatayat

NU dalam menggolongkan atau pembagian kerja yang efektif dalam

menghasilkan departemen-departemen dan daftar tugas-tugas suatu jabatan dari

masing-masing departemen hingga unit-unit terkecil dalam organisasi, untuk

mempermudah dalam mencapai tujuan suatu organisasi.

Dengan penelitian yang saya teliti, tidak jauh beda dari aspek yang diambil,

namun fokusnya lebih ke aspek departementalisasi. Memaparkan lebih banyak

dari teori departementalisasi dibandingkan dengan pembagian kerja, walaupun

pembagian kerja merupakan langkah awal sebelum masuk ke bagian

departementalisasi.

(18)

1. Pengertian Manajemen

Setiap organisasi selalu membutuhkan manajemen, karena tanpa manajemen

yang efektif tidak akan ada usaha yang berhasil cukup lama. Tercapainya tujuan

organisasi baik tujuan ekonomi, sosial maupun politik, sebagian besar tergantung

kepada kemampuan para manajer dalam organisasi yang bersangkutan, manajemen

akan memberikan efektivitas pada usaha manusia.

Untuk memperjelas arti manajemen, dibawah ini kutipan pendapat beberapa

pakar dibidang manajemen, pendapat yang satu dapat berbeda dengan yang lain

walaupun terdapat kesamaannya. Dari perbedaan-perbedaan pendapat (yang

disebabkan karena perbedaan dalam menentukan titik berat sudut pandang) serta

kesamaan-kesamaan itu diharapkan dapat diperoleh pandangan yang jelas dan

menyeluruh tentang manajemen.

Robert Kritiner mendefinisikan manajemen sebagai suatu proses kerja melalui

orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam lingkungan yang berubah. Proses

ini berpusat pada penggunaan yang efektif dan efisien terhadap penggunaan sumber

daya manusia.1

G.R. Terry menyebutkan manajemen adalah manajemen itu mengandung arti

proses kegiatan. Proses tersebut dimulai dari perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan dan pengawasan dengan menggunakan sumber daya manusia dan sumber

daya lainnya. Seluruh proses tersebut ditujukan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.2

Dari beberapa pengertian manajemen diatas dapat disimpulkan bahwa

manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusun,

1

Munir, Muhammad. Ilaihi, Wahyu. Manajemen dakwah. (Jakarta: kencana, 2009) Hal. 1

2

(19)

pengarahan dan pengawasan dari pada sumber daya manusia untuk mencapau tujuan

yang sudah ditetapkan.

2. Fungsi-Fungsi Mnajemen

Manajemen dapat diartikan sebagai upaya untuk mencapai tujuan dengan

melalui fungsi-fungsi manajemen. George R. Terry menyebutkan Fungsi-fungsi

manajemen diantaranya perencanaan (planning), pengorganisasian (Organizing),

pengarahan (actuating), dan pengawasan (controlling).

Namun yang difokuskan disini adalah dari pengorganisasiannya yang meliputi

pembagian kerja dan departementalisasian atau bisa juga disebut departementasi.

Dengan memanfaatkan fungsi-fungsi manajemen maka usaha untuk mencapai tujuan

organisasi akan lebih efektif dan efisien. Karena untuk mencapai tujuan yang

direncanakan terlebih dahulu kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan, dan

ditentukan pula pekerjaan serta orang-orang yang akan melaksanakannya, kemudian

ada penggerak oleh pimpinan agar tujuan dapat dicapai serta pengawasan dari

pimpinan agar kegiatan dapat terlaksana sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya.

3. Pengertian Pengorganisasian

Definisi pengorganisasian banyak dikemukakan dengan rumusan yang

berbeda-beda meskipun mengandung unsur yang sama. Untuk memperoleh

pengertian yang lebih luas dari pengorganisasian itu, maka pada awal pembahasan ini

penulis akan mengemukakan dari beberapa para ahli diantaranya adalah:

Menurut Schermerhorn pengorganisasian adalah proses mengatur orang-orang

dan sumber daya lainnya untuk bekerja kearah tujuan bersama.3

3

(20)

Menurut Handoko Pengorganisasian adalah ialah penentuan sumber daya dan

kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan, proses perancangan dan

pengembangan suatu organisasi yang akan dapat membawa hal-hal tersebut kearah

tujuan, penugasan tanggung jawab tertentu, pendelegasian wewenang yang diperlukan

kepada individu-individu untuk melaksanakan tugasnya. Ditambahkan oleh Handoko

pengorganisasian ialah pengaturan kerja bersama sumber daya keuangan, fisik, dan

manusia dalam organisasi. pengorganisasian merupakan penyusunan struktur

organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya yang dimilikinya, dan

lingkungan yang melingkupinya.4

S.P. Siagian menyebutkan pengorganisasian adalah keseluruhan proses

pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab dan wewenang

sedemikian rupa, sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai

suatu kesatuan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.5

Istilah pengorganisasian menurut Handoko adalah 1) cara manajemen

merancang struktur formal untuk penggunaan yang paling efektif terhadap sumber

daya keuangan, fisik dan bahan baku dan tenaga kerja organisasi. 2) Bagaimana

organisasi mengelompokkan kegiatannya, dimana setiap pengelompokan diikuti

penugasan seorang manajer yang diberi wewenang mengawasi anggota kelompok. 3)

Hubungan antara fungsi, jabatan, tugas karyawan. 4) cara manajer membagi tugas

yang harus dilakukan dalam departemen dan mendelegasikan wewenang untuk

mengerjakan tugas tersebut.6

Tindakan pertama dalam mengorganisir ialah departementasi. Banyak istilah

yang digunakan oleh banyak orang, di antaranya: departementation, divisionalization,

4

Usman, Husaini, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 141

5

Martoyo, Susilo , Pengetahuan Dasar Manajemen Dan Kepemimpinan, (Yogyakarta: BPFE, 1988), hal. 88

6

(21)

grouping activities, pembagian pekerjaan dan lain-lain sebagainya. Dengan

departementasi dimaksudkan suatu proses mengkhususkan atau membagi-bagi

kegiatan (tugas) pemimpin atau suatu badan dengan suatu dasar tertentu.7

4. Pembagian Kerja

1) Pengertian Pembagian Kerja

B. Siswanto mendefinisikan pembagian kerja adalah permasalahan yang

berhubungan dengan pembagian kerja bertalian dengan sampai seberapa jauh

pekerjaan dispesialisasi. Seluruh pekerjaan dispesialisasi sampai suatu tingkat dan

kemampuan untuk membagi pekerjaan diantara pemegang pekerjaan.8

Ernie Tisnawati S. mendefinisikan pembagian kerja adalah upaya untuk

menyederhanakan dari keseluruhan kegiatan dan pekerjaan yang mungkin saja

bersifat kompleks menjadi lebih sederhana dan dan spesifik dimana setiap orang akan

ditempatkan dan ditugaskan untuk stiap kegiatan yang sederhana dan spesifik. 9

James L. Gibson dalam bukunya menyebutkan pembagian kerja adalah masalah

yang berhubungan dengan pembagian pekerjaan (Division Of Labor) berurutan

dengan sampai seberapa jauh-kah pekerjaan itu dispesialisasi. Semua pekerjaan

dispesialisasi sampai suatu tingkat dan kemampuan untuk membagi pekerjaan

diantara banyak pemegang pekerjaan (jobholders) dalam keuntungan utama dalam

organisasi.10

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan pembagian kerja adalah

pembagian tugas kerja untuk mempermudah suatu pekerjaan jika dirasa masih sulit

untuk dilakukan oleh suatu individu, maka pekerjaan tersebut dipecah-pecah menjadi

beberapa unit terkecil.

7

Manullang, M, Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990), Hal. 80

8

Siswanto, B, Pengantar Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), Hal. 86

9

Sule, Tisnawati, Ernie. Saefullah, Kurniawan, Pengantar Manajemen, (Jakarta: Kencana, 2005), Hal. 153

10

(22)

2) Dasar-dasar Pembagian Kerja

Dalam mengadakan pembagian kerja, ada beberapa dasar yang dapat dipakai

pedoman yaitu:

a. Pembagian kerja atas dasar wilayah atau territorial, misalnya kabupaten

membagi tugas pekerjaan atas dasar kecamatan yang terdapat dalam

kabupaten tersebut.

b. Pembagian kerja atas dasar jenis benda yang diproduksikan, misalnya

dalam suatu industry mobil terdapat urusan mobil sedan, truk, jeep, dan

lain sebagainya.

c. Pembagian kerja atas dasar langganan yang dilayani, misalnya pada suatu

grosir semen kedapatan bagian-bagian yang melayani: pemerintah,

kontraktor, masyarakat umum dan sebagainya, atau pada sebuah rumah

sakit terdapat bagian-bagian: penyakit kulit penyakit dalam, penyakit

paru-paru, penyakit mata, penyakit THT dan lain sebagainya.

d. Pembagian kerja atas dasar fungsi (rangkaian kerja), misalnya dalam suatu

perusahaan industri terdapat bagian-bagian: pembelian, personalia, tata

usaha, pemasaran, penggudangan dan lain sebagainya, atau pada suatu

perguruan tinggi terdapat bagian-bagian: pendidikan, penelitian,

pengabdian pada masyarakan dan lain sebagainya, atau pada bagian tata

usaha terdapat sub-bagian: peng-agenda-an, peng-arsip-an dan ekpidisi.

e. Pembagian kerja atas dasar waktu, sehingga terdapat bagian waktu pagi,

siang dan malam.

3) Pedoman Pembagian Kerja

Pembagian kerja bukan saja perlu dilihat dari manfaat yang diperoleh dari

(23)

tetap pada jabatan yang tepat dan pula dalam rangka mempermudah dalam

pengawasan oleh atasan.

Oleh karena itu dalam pembagian kerja dalam suatu organisasi ada baiknya antara

lain dipedomani hal-hal sebagai berikut:

a. Jumlah unit organisasi diusahakan sedikit mungkin sesuai dengan kebutuhan.

b. Sesuatu unit organisasi harus mempunyai fungsi bulat dan berkaitan satu sama

lain.

c. Pembentukan unit baru hanya dilaksanakan bila unit-unit yang telah ada tidak

tepat lagi menampung kegiatan-kegiatan baru tersebut, baik karena beban

kerja maupun karena hubungan kegiatan yang sangat berbeda.

d. Secara garis besarnya dalam suatu organisasi dibedakan sesuai dengan

aktivitas yang dilakukannya dengan enam macam sifat unit organisasi yaitu:

1. Unit yang melakukan aktivitas penetapan kebijaksanaan umum bagi seluruh

perusahaan.

2. Unit pimpinan yang melakukan aktivitas penerapan kebijaksanaan umum

bagi berbagai kegiatan perusahaan.

3. Unit operasi yang melakukan aktivitas-aktivitas pokok perusahaan.

4. Unit penunjang (service unit) yang melakukan aktivitas yang membantu

memperlancar unit operasi dalam melakukan kegiatannya.

5. Unit pengawas yang melakukan aktivitas pemeriksaan dan pengawasan

kegiatan-kegiatan unit-unit operasi.

6. Unit konsultasi yang melakukan aktivitas member bantuan keahlian kepada

unit pimpinan.11

5. Departementalisasi

11

(24)

1) Pengertian departementalisasi

Departementalisasi adalah usaha mengelompokkan aktivitas-aktivitas

orang-orang kedalam departemen-departemen. “Departemen” menandakan suatu bidang,

divisi atau cabang suatu perusahaan, di mana seorang manajer mempunyai wewenang

untuk melaksanakan aktivitas yang khusus. Sebuah departemen, sebagaimana istilah

itu biasanya dipakai, bisa merupakan divisi produksi, departemen penjualan, cabang,

seksi penelitian pasar, atau unit penagihan piutang. Dalam beberapa perusahaan,

terminology departemen dipakai secara longgar. Dalam perusahaan yang lebih besar,

terminology yang lebih ketat menunjukkan kepada hubungan-hubungan hierarkis.

Dengan demikian wakil presiden mungkin mengepalai divisi, direktur mengepalai

sebuah departemen, manajer mengepalai cabang, dan kepala bagian mengepalai suatu

seksi.12

Dalam mengelompokkan aktivitas-aktivitas atau pekerjaan-pekerjaan, setelah

dispesifikasi, maka kemudian pekerjaan-pekerjaan tersebut dikelompokkan

berdasarkan criteria tertentu yang sejenis. Sebagai contoh, untuk bisnis restoran,

pencatatan menu, pemberitahuan menu kepada bagian dapur, hingga pengiriman

makanan dari bagian dapur kepada pelanggan di meja makan bisa dikelompokkan

menjadi satu departemen tertentu, katakanlah bagian pelayan. Adapun penerimaan

bon pembayaran, pencatatan dalam mesin kasir, pencatatan penerimaan dan

pengeluaran uang, dapat dikelompokkan menjadi departemen atau bagian keuangan

misalnya. Begitu pula untuk jenis bisnis lainnya. Proses pengelompokan dan

12

(25)

penamaan bagian atau kelompok pekerjaan menurut criteria tertentu disebut

Departementalization.13

Sedangkan departementalisasi menurut Sondang P. Siagian adalah harus

diarahkan kepada bentuk, susunan dan corak organisasi yang telah ditetapkan menurut

suatu pola yang relative permanen, yang kesemuanya dimaksudkan untuk

mempermudah dan mempercepat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya.14

Adapun dasar-dasar yang harus diketahui dalam pendepartemenan dalam

pembentukan organisasi, diantaranya:

a. Enterprise Function (fungsi-fungsi perusahaan).

b. Management Function (fungsi-fungsi manajemen).

c. Process Product (proses produksi).

d. Product (dasar produk/hasil).

e. Customer (dasar pasar/langganan).

f. Territory (dasar wilayah/tempat).

g. Time (dasar waktu/shift).

h. Simple Number (dasar jumlah).

i. Combination.

j. Matrix.15

Departementalisasi tidak jauh berbeda dalam pembahasan struktur organisasi,

karena keduanya saling berhubungan, di mana ada departementalisasi di dalamnya

pasti membahas struktur organisasi.

13

Sule, Tisnawati, Ernie. Saefullah, Kurniawan. Pengantar Manajemen, (Jakarta: Kencana, 2005), Hal. 154

14

Martoyo, Susilo, Pengetahuan Dasar Manajemen dan Kepemimpinan, (Yohyakarta: BPFE: 1988), hal. 113

15

(26)

Struktur organisasi Departementalisasi ada dua macam yaitu

departementalisasi fungsional dan departementalisasi divisional. Departementalisasi

fungsional adalah mengelompokkan fungsi-fungsi yang sama atau kegiatan-kegiatan

sejenis untuk membentu suatu satuan organisasi. Sedangkan departementalisasi

divisional yaitu berbicara mengenai pembagian divisi-divisi atas dasar produk,

wilayah (geografis), langganan, dan proses atau peralatan.

a) Divisional produk adalah pola logic yang dapat diikuti bila jenis-jenis produk

mempunyai teknologi pemprosesan dan metode-metode pemasaran yang sangat

berbeda satu dengan yang laindalam organisasi.

b) Divisional wilayah adalah pengelompokan kegiatan-kegiatan menurut tempat di mana

operasi berlokasi atau di mana satuan-satuan organisasi menjalankan usahanya.

c) Divisional langganan adalah pengelompokan kegiatan-kegiatan yang dipusatkan pada

penggunaan produk atau jasa tertentu.

d) Divisional atas dasar proses atau peralatan adalah pengelompokan kegiatan-kegiatan

atas dasar proses atau peralatan produksi.16

Berbicara mengenai departemen, dalam metode pembelajaran di Griya Al-Qur’an

Surabaya memiliki pengelompokan sendiri dalam belajar, berdasarkan tingkatan level

rendah Dasar 1 hingga paling tinggi yaitu tingkatan Tahfidz.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian

adalah suatu proses untuk merancang struktur optimal, mengelompokkan orang-orang

serta menetapkan tugas-tugas, fungsi, wewenang, serta tanggung jawab

masing-masing dengan tujuan dapt terciptanya suatu organisasi yang berdaya guna dan

berhasil guna adalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.

16

(27)

A.M. Kadarman mendifinisikan Departementalisasi adalah usaha

mengelompokkan aktivitas-aktivitas orang-orang kedalam departemen-departemen.

“Departemen” menandakan suatu bidang, divisi, atau cabang suatu perusahaan,

dimana seorang manajer mempunyai wewenang untuk melaksanakan aktivitas yang

khusus.17

P. Siagian menyatakan departementalisasi adalah proses merealisasi fungsi-fungsi

menjadi satuan-satuan organisasi dengan berpedoman pada prinsip-prinsip organisasi.

Keseluruhan proses departementalisasi harus diarahkan kepada bentuk, susunan dan

corak organisasi yang telah ditetapkan menurut suatu pola yang permanen, yang

kesemuanya dimaksudkan untuk untuk mempermudah dan mempercepat pencapaian

tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.18

B. Siswanto mendefinisikan Departementalisasi adalah proses penentuan deretan

dan kedalaman pekerjaan individual adalah bersifat analisis, yaitu jumlah tugas

organisasi dipecah-pecah kedalam beberapa tugas yang lebih kecil yang berurutan.

Selanjutnya, tugas yang dibagi harus digabungkan kedalam kelompok. Proses

penggabungan pekerjaan kedalam kelompok dinamakan departementalisasi.

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Departementalisasi adalah

proses pemecahan suatu pekerjaan kedalam beberapa tugas yang lebih kecil dan

berurutan guna lebih mempermudah dalam melaksanakan suatu pekerjaan dan

pencapaian suatu tujuan organisasi, tugas-tugas yang sudah dipecah tetap

digabungkan kedalam satu kelompok.

2) Dasar-dasar departementalisasi

G.R. Terry dalam bukunya mendefinisikan cara-cara utama departementalisasi

sebagai berikut: 17

Kadarman, A.M, Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991), Hal. 69

18

(28)

a. Fungsi. Kegiatan-kegiatan bias atau seragam ditempatkan dalam satuan

organisasi yang biasa. Departementalisasi fungsional adalah cara yang biasa untuk

pendepartementalisasian; ia mudah dimengerti dan lebih sering dipakai dari pada

cara-cara yang lain. Contoh-contoh meliputi bagian akuntansi, bagian produksi

dan bagian permesinan.

b. Hasil produksi. Suatu tingkat spesialisasi yang wajar di dorong dengan

departementalisasi menurut hasil produksi. Seterusnya, pengetahuan keahlian,

kalau ia berguna untuk suatu hasil produksi, serta syarat-syaratnya, dapat

digunakan secara lebih efektif. Contoh-contoh meliputi departemen-departemen

yang terpisah-pisah untuk jenis-jenis dagangan yang berbeda dalam sebuah

toserba dan fasilitas-fasilitas yang terpisah untuk pinjaman usaha dan pinjaman

individu dalam suatu organisasi bank.

c. Wilayah atau geografi. Pembagian dalam wilayah sudah populer dalam

organisasi pemasaran. Ia memungkinkan pemarasan untuk mengurangi waktu

perjalanan dan biaya, dan lebih memungkinkan bagi kondisi-kondisi setempat.

Terdapat sekedar tumpang tindih fungsi-fungsi, tetapi pemindahan pegawai

pemasaran dapat dipercepat dan pengawasan-pengawasan yang serupa dapat

dilakukan untuk masing-masing satuan yang disusun menurut wilayah.

Contoh-contoh meliputi Divisi Utara, Divisi Selatan, Divisi Barat dan Divisi Timur.

d. Pelanggan. Pembagian menurut jenis pelanggan member penekanan pada

pemberian pelayanan yang lebih baik kepada pelanggan-pelanggan, seperti

misalnya, di departemen anak-anak dalam suatu toko pakaian. Berbicara secara

umumnya, pembagian menurut pelanggan adalah paling efektif, kalau hasil

(29)

pintu keluar. Contoh-contoh lainnya meliputi bagian-bagian eceran kontra kodian,

partai besar dari suatu organisasi.

e. Regu tugas. Suatu proyek khusus atau sekelompok pekerjaan dapat ditugaskan

kepada suatu kelompok kecil, yang beroperasi sebagai sebuah satuan yang berdiri

sendiri dan meliputi semua kecakapan yang diminta untuk pelaksanaan pekerjaan

itu. Regu tugas itu biasanya beroperasi sampai penyelesaian proyek itu berhasil,

sesudah mana regu dibubarkan dengan penugasan kembali orang-orang dan

fasilitas-fasilitas. Pengaturan itu berlawanan dengan pendekatan biasa terhadap

pembagian kerja dan dari satuan-satuan organisasi yang berspesialisasi dan agak

terpisah-pisah. Organisasi menurut regu tugas kadang-kadang disebut dengan

istilah organisasi proyek.19

19

(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN

Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif hal ini sesuai dengan pengertian

penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor yaitu Prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau

perilaku yang diamati.1

Sedangkan metode penelitian menggunakan metode deskriptif sesuai dengan

tujuan dari penelitian yaitu untuk mengetahui kualitas pengorganisasian terutasa

dalam aspek departementalisasi di Griya Al-Qur’an Surabaya.tujuan dari penelitian

deskriptif adalah untuk membuat pecandraan secara sistematis, factual dan akurat

mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat atau daerah tertentu.2

Oleh karena itu penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif

dengan metode deskriptif yang bermaksud untuk memberikan gambaran secara utuh

tentang departementalisasi sebagai fungsi manajemen. Hal ini didasarkan atas

beberapa pertimbangan antara lain sebagia berikut:

a. Penelitian berguna untuk mendeskripsikan tentang “Fungsi

Departementalisasi di Griya Al-Qur’an Surabaya” dengan titik beratkan

pada pen-departemen-an dalam mengajar tiap kelas.

b. Penelitian ini dibutuhkan kecermatan, pemaparan supaya penelitian ini

dapat dipahami secara menyeluruh dari hasil penelitiaanya.

1

Moleong, Lexy, J. Metodologi Penelitian Kualitatif, hal. 3

2

(31)

c. Peneliti melakukan observasi dengan turjun langsung ke lapangan untuk

memperoleh data yang akurat sesuai dengan kondisi obyektif daerah

penelitian.

B. JENIS DAN SUMBER DATA

Penelitian merupakan aktivitas ilmiah yang sistematis, terarah dan bertujuan.

Maka data/informasi yang dikumpulkan harus relevan dengan persoalan yang

dihadapi, artinya data itu bertalian, berkaitan, mengena dan tepat.3 Oleh karena itu

perlu diperhatikan jenis dan sumber data dari data yang diperoleh.

1. Jenis Data

Jenis data dapat dibedakan menjadi dua macam:4

a. Jenis data kuantitatif yaitu jenis data yang bisa dihitung atau diukur.

Misalnya: banyak absensi, besar gaji, lama belajar, dan lain-lain.

b. Jenis data kualitatif yaitu jenis data yang diukur secara tidak langsung.

Misalnya: ketrampilan, aktifitas, sikap, dan sebagainya.

Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui kualitas

departementalisasi di Griya Al-Qur’an Surabaya dengan titik berat pada Pembagian

tugas dan Departementalisasi Al-Qur’an, maka penelitian ini menggunakan jenis data

kualitatif.

2. Sumber Data

Informasi suatu data dapat dibedakan berdasarkan sumbernya, yaitu data primer

(data dari tangan pertama) dan data sekunder (data dari tangan kedua, ketiga dan

seterusnya).

3

Marzuki, Metodologi Riset, (Yogyakarta: Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, 1982), hal. 55

4

(32)

1. Data Primer

Data primer adalah data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Data ini

tidak tersedia dalam bentuk kompilasi ataupun dalam bentuk file-file. Data ini harus

dicari melalui nara sumber atau dalam istilah teknisnya reponden, yaitu orang yang

kita jadikan obyek penelitian atau orang yang kita jadikan sebagai sarana

mendapatkan informasi ataupun data. Untuk mengumpulkan data primer diperlukan

metode yang disebut survei dan menggunakan instrument tertentu. Survei bermanfaat

dalam menyediakan cara-cara yang cepat, efisien dan tepat dalam menilai informasi

dan responden.

Merahasiakan tujuan penelitian dilakukan untuk agar para responden tidak

memberikan jawaban-jawaban yang bias dari apa yang kita harapkan, kedua struktur

berkaitan dengan formalitas (resmi), atau pencarian data dilakukan secara terstruktur

atau tidak terstruktur.5

Maka dari itu data primer harus dapat terjaring pada daftar-daftar isian dan

questionnaire. Dengan perkataan ini suatu questionnaire atau sebangsanya harus

sungguh-sungguh mencerminkan data primer yang dikehendaki atau dibutuhkan.6

Observasi adalah sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang

spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain. Teknik pengumpulan data dengan

observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja,

gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.7

Data primer dalam penelitian ini adalah responden yang paham mengenai

pendepartemenan yang ada di Lembaga Griya Al-Qur’an yaitu:

5

Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006) hal 129-130

6

Taliziduhu Ndraha, Research Metodologi Administrasi (Jakarta: Bina Aksara, 1985) hal 60

7

(33)

a. Direktur Operasional (CEO) Griya Al-Qur’an.

b. Devisi Operasional (COO) Griya Al-Qur’an.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah hasil pengumpulan oleh orang lain dengan maksud

tersendiri dan mempunyai kategorisasi atau klasifikasi menurut keperluan mereka.

Klasifikasi itu mungkin tidak sesuai bagi keperluan peneliti dan karena itu harus

menyusunnya kembali menurut kepentingan masalah yang dihadapi. Bila ini tidak

mungkin atau kurang serasi maka ada kalanya peneliti merasa lebih baik

mengumpulkan data sendiri. Karena sumber sekunder dikumpulkan oleh orang

lain dengan tujuan yang berlainan dengan tujuan seorang peneliti tertentu, peneliti

harus mempertimbangkan hingga mana dan bagaimana ia dapat memanfaatkan

bahan itu guna keperluan penelitiannya sendiri.

Data itu dapat digunakan untuk memperoleh generalisasi yang bersifat

ilmiah yang baru, dan dapat pula berguna sebagai pelengkap informasi yang telah

dikumpulkan sendiri oleh peneliti. Dan akhirnya data itu dapat juga memperkuat

penemuan atau pengetahuan yang telah ada.8

Dalam hal ini data yang di himpun adalah tentang profil Griya Al-Qur’an

Surabaya meliputi sejarah Griya Al-Qur’an dan Visi dan Misi, struktur organisasi

Data ini di peroleh dari manajer lembaga Griya Al-Qur’an Surabaya dan biasanya

di peroleh dari dokumentasi.

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari dokumentasi. Dokumentasi

adalah Teknik pengumpulan data malalui dokumen ini dipergunakan untuk

mengetahui tentang tata cara perencanaan program kerja yang telah di rencanakan

8

(34)

literatur-literatur baik berupa buku, dokumen, dan sebagainya yang relevan dengan

materi penelitian, majalah, jurnal, dan sejenisnya.

Dengan menggunakan dokumentasi ini peneliti mendapatkan data tentang :

a. Sejarah berdirinya Griya Al-Qur’an Surabaya

b. Struktur Organisasi Griya Al-Qur’an Surabaya

c. Sistem departementalisasi Griya Al-Qur’an Surabaya

Data skunder yang diperoleh terdiri dari:

a. Struktur organisasi

b. Foto kegiatan evaluasi

c. Denah lokasi

d. Susunan program Griya Al-Qur’an Surabaya

Hampir semua data-data dalam penelitian ini adalah data primer, karena digali

langsung dari responden, kecuali data-data kepustakaan digali disesuaikan dengan

fokus dan rumusan masalah. Uraian data juga disesuaikan dengan teori yang relevan.

Karenanya, data-data dalam penelitian ini memiliki sinkronisasi. Data-data yang telah

dikemukakan akan digali dengan wawancara terstruktur mendalam, observasi terlibat,

dan dokumentasi. Wawancara digunakan untuk menggali data-data verbal dan

menguak fenomena, seperti pengorganisasian, pembagian tugas kerja,

pendepartemanan yang ada di Griya Al-Qur’an. Semua data-data diatas akan digali di

Griya Al-Qur’an Surabaya.

NO OBYEK SUMBER DATA TEKHNIK

PENGUMPUL

(35)

1 Sejarah berdirinya

Sehubungan dengan penelitian ini, Griya Al-Qur’an Surabaya yang terletak di

jalan dinoyo no. 57 Tegalsari Surabaya. Dalam penelitian ini obyek penelitiannya

adalah Fungsi Pengorganisasian yang menitik beratkan pada proses departementasi

dalam proses belajar mengajar di Griya Al-Qur’an Surabaya.

D. TAHAP-TAHAP PENELITIAN

Berikut tahap-tahap penelitian menurut Lexy J. Moleong:9

1. Tahap Pra Lapangan

1) Menyusun rancangan penelitian sebagaimana tersusun dalam proposal

penelitian. Meliputi judul penelitian, konteks penelitian, fokus penelitian,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka dan teori, serta

metode penelitian.

2) Peneliti memilih lapangan penelitian dengan jalan dating langsung ke

lokasi penelitian untuk melihat bagaimana kualitas pengorganisasian

9

(36)

terutama pada aspek departementalisasi di Griya Al-Qur’an Dinoyo

Surabaya. Selain itu pertimbangan tempat, waktu dan biaya juga

mempengaruhi pemilihan lokasi.

3) Mengurus berbagai perizinan diantaranya membuat matrik proposal usulan

judul skripsi, kemudian disahkan oleh ketua jurusan Manajemen Dakwah

sebagai tembusan kepada dekan Fakultas Dakwah untuk penandatanganan

surat keterangan mengadakan penelitian oleh bapak Dekan untuk

disampaikan kepada Griya Al-Qur’an Dinoyo Surabaya.

4) Menjajaki dan menilai keadaan lapangan dengan menjadi seorang yang

mencari tahu syarat mendaftarkan diri menjadi siswa di Griya Al-Qur’an

Dinoyo Surabaya, sehingga peneliti dapat dengan leluasa melihat kualitas

pengorganisasian, serta cara dan budaya kerja karyawan.

5) Memilih dan memanfaatkan informan, dalam hal ini peneliti memilih

Direktur Griya Al-Qur’an Dinoyo Surabaya yaitu Ustad Imam Masruri

sebagai informan dikarenakan beliau mengerti dan mempunyai banyak

pengalaman tentang latar penelitian.

6) Menyiapkan perlengkapan penelitian diantaranya surat keterangan

mengadakan \penelitian dari Fakultas Dakwah, note book (buku catatan)

dan seperangkat alat tulis.

7) Menjaga etika selama mengadakan penelitian dengan jalan

memberitahukan secara jujur dan secara terbuka maksud dan tujuan

kedatangan peneliti, menyerahkan surat keterangan mengadakna penelitan

dak Fakultas, serta menghormati dan mematuhi semua peraturan yang

berlaku di Griya Al-Qur’an Dinoyo Surabaya.

(37)

1) Memahami Latar Penelitian dan Persiapan Diri

- Dalam tahap pekerjaan lapangan peneliti mengadakan pembatasan

dengan latar penelitian, diantaranya pada saat karyawan Griya

Al-Qur’an sedang bekerja (latar tertutup) peneliti lebih mengandalkan

pengamatan. Sedangkan pada jam istirahat (latar terbuka) peneliti lebih

mengandalkan wawancara.

- Dalam berpenampilan, peneliti menyesuaikan dengan latar penelitian

yakni Griya Al-Qur’an Dinoyo Surabaya sebagai lembaga yang

berbasis Islam, hal ini mendorong peneliti untuk berpenampilan

sebagai layaknya seorang muslim ketika memasuki latar penelitian.

- Selanjutnya, peneliti melakukan pengenalan dan menjalin hubungan

yang akrab dengan karyawan maupun direksi dari Griya Al-Qur’an

Dinoyo Surabaya, dengan tujuan terbina hubungan antara peneliti dan

subyek.

- Peneliti juga memperhatikan jumlah waktu studi yang telah ditentukan

agar dapat memanfaatkan waktu di lapangan seefisien dan seefektif

mungkin untuk mengumpulkan data yang duperlukan.

2) Memasuki Lapangan

- Dalam memasuki lapangan, peneliti perlu menjaga keakrapan

hubungan dengan subyek, dengan tujuan akan memudahkan peneliti

didalam mengumpulkan data yang diperlukan.

- Peneliti harus pandai menempatkan diri ketika berinteraksi dengan

latar penelitian, salah satunya adalah dengan membaur dengan subyek,

seperti mengucap salam, senyum maupun berkenalan ketika bertemu.

(38)

- Didalam mengumpulkan data peneliti mempertimbangkan terbatasnya

waktu, tenaga dan biaya. Dalam hal ini peneliti hanya mengikuti

sebagian dari kegiatan rutin di Griya Al-Qur’an Dinoyo Surabaya,

diantaranya mengikuti aktivitas belajar Al-Qur’an hanya selama

kurang dari dua jam setiap kali peneliti bedara di latar penelitian.

- Didalam pencarian data peneliti menitik beratkan pada cara

pengumpulan data melalui pengamatan berperan serta dan wawancara.

- Data yang diperoleh supaya tidak hilang (lupa), penulis dapat membuat

catatan lapangan, mencatat apa yang dikatakan oleh subyek secara

verbatim dan tidak lupa peneliti membawa catatan dimanapun peneliti

berada.

- Jika peneliti sudah mengalami kejenuhan dan keletihan, satu-satunya

jalan yang harus ditempuh adalah beristirahat.

- Analisis dilapangan, yaitu apabila peneliti sudah mencatat data yang

diperoleh, maka peneliti mulai member kode pada data. Sehingga akan

tampak bahwa ada kecocokan atau ketidak cocokan dengan hipotesa

kerja yang telah dirumuskan sewaktu pertama berada dilapangan.

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Ada beberapa teknik pengumpulan data, antara lain:

1. Observasi atau pengamatan digunakan dalam rangka mengumpulkan data dalam

suatu penelitian, merupakan hasil penelitian jiwa secara aktif dan penuh perhatian

(39)

psikis dengan jalan mengamati dan mencatat. Dengan menggunakan metode

tersebut peneliti mendapatkan data tentang, lokasi penelitian.10

2. Teknik wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Tujuan diadakannya

wawancara antara lain: mengkontruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan,

organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain. Peneliti

menggunakan teknik ini untuk mengumpulkan data tentang sejarah,

pengorganisasian, departementalisasi pada karyawan di Griya Al-Qur’an Dinoyo

Surabaya. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber informasi adalah Imam

Masruri selaku General Manager, Direktur Operasional dan Divisi Operasional

Griya Al-Qur’an Surabaya.

3. Dokumentasi

Dokumentasi ialah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record, yang tidak

dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik. Peneliti menggunakan

teknik ini untuk mendapatkan data tentang sejarah, pengorganisasian dan

departementalisasi pada karyawan di Griya Al-Qur’an Dinoyo Surabaya. Data

yang diperoleh dari dokumentasi ini berupa File mengenai gambar macam-macam

kegiatan, sejarah berdirinya Griya Al-Qur’an, Struktur Organisasi Griya Al

-Qur’an.

F. TEKNIK ANALISA DATA

Dalam merencanakan data-data yang akan digali dilapangan digunakan teknik

deskriptif, yaitu menguraikan dominan yang terfokus dan memilihnya menjadi

10

(40)

beberapa sub-domain serta bagian-bagian khusus yang lebih terperinci.11 Teknik ini

berupaya memecah konsep-konsep dalam permasalahan yang dibahas menjadi

data-data paling kecil dan lebih konkrit.

Data-data yang telah terkumpul dianalisa dengan menggunakan tiga teknik

yang biasa digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu reduct data, display data, dan

conclusion drawing. Reduksi data adalah suatu cara membuat konsep data dan

menggalinya dilapangan. Display data adalah cara menguraikan dan menampilkan

data-data secara sistematik dan apa adanya. Conclusion drawing adalah menarik suatu

kesimpulan yang representatif dan inhern dengan permasalahan yang dirumuskan.

Dalam pembahasannya, metode induktif digunakan dalam penelitian ini, kemudian

hasil penelitian didiskusikan dengan kajian teoritis untuk menemukan sisi ideaslitas

dan realitas.

G. TEKNIK VALIDASI DATA

Berikut adalah teknik keabsahan data menurut Lexy J. Moleong:12

1. Perpanjangan keikut sertaan

Peneliti dalam penelitian kualitatif adalah instrument itu sendiri. Keikut

sertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Keikut sertaan data

tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan

perpanjangan keikut sertaan peneliti pada latar peneliti, sehingga akan

memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data.

2. Ketekunan pengamatan

Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan cirri-ciri dan unsur-unsur

dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari

11

Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rajawali, 2003), hal 90

12

(41)

dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dengan kata

lain, jika perpanjangan keikut sertaan menyediakan ruang lingkup, maka

ketekunan pengamatan menyediakan kedalaman. Hal ini berarti bahwa peneliti

hendaknya mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara

(42)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

1. SEJARAH BERDIRINYA GRIYA AL-QUR’AN SURABAYA

Jika berbicara mengenai sejarah berdirinya Griya Al-Qur’an ini, Griya Al-Qur’an

berdiri sejak tanggal 28 1428 Hijriah. Awal mula berdiri namanya masih Rumah

Al-Qur’an. Jadi Griya Al-Qur’an ini sudah berjalan sekitar delapan tahun. Berdirinya Griya

Al-Qur’an ini berawal dari keinginan sekelompok orang yang peduli terhadap

perkembangan pembelajaran Al-Qur’an disekitar daerah Delta Sari Sidoarjo, jadi dimulai

dari sebuah keinginan membuka lembaga kecil-kecilan mungkin dimulai dari komunitas

yang ada terlebih dahulu pada saatnya sudah dikelompokkan beberapa orang, dari

beberapa kelompok orang ini ingin belajar dan menghafal Al-Qur’an. Jadi memang

memulai dari hal yang terkecil hingga tidak menyangka bisa sebesar ini.

Tokoh-tokoh pendiri Griya Al-Qur’an sendiri terdiri dari beberapa tokoh, yaitu ada

Sembilan orang yang berperan penting di dalamnya, namun hanya beberapa saja yang

bisa disebutkan namanya dikarenakan permintaan dari orang tersebut, tokoh tersebut yang

bisa disebutkan namanya yaitu Ustad Irwitono Suwito, bapak Suparwi, ustad Imam

Masruri dan ustad Febristo Robby Dullah namun lebih akrabnya di panggil Ustad Aris.

Ustad Irwitono ini adalah penggagas untuk mendirikan Griya Al-Qur’an ini. Dan

dibawahnya terdiri dari beberapa direktur manager terutama di Griya Al-Qur’an Surabaya

untuk kantor dan pusatnya di pimpin oleh Ustad Imam Masruri.

Griya Al-Qur’an sudah berkembang di Surabaya, ada tiga cabang yaitu daerah

Dinoyo, Cisadane dan Teluk Buli Perak. Di Sidoarjo sendiri induknya tetap di Delta Sari

tepatnya di Delta Tama. Memang induknya ada di Delta Tama, namun pusat atau

(43)

yang di Delta Tama mungkin hanya dari jam belajar bahwa kelasnya tidak penuh, jadi

standard dari jam belajar terdiri dari empat sesi, sesi pagi dimulai dari jam delapan pagi

sampai jam sepuluh, jam 12 sampai jam dua, setelah ashar hingga sebelum maghrib, dan

setelah maghrib hingga jam delapan malam. Namun yang normal itu pagi sampai siang,

jadi di Delta Tama ini menggunakan sesi yang normal. Untuk saat ini masih dalam tahap

perkembangan untuk induk Griya Al-Quran yang di Delta Tama ini, dengan

menggunakan sesi yang standart dengan empat sesi jam belajar.

2. LETAK GEOGRAFIS GRIYA AL-QUR’AN SURABAYA

Lokasi Griya Al-Qur’an Diantaranya yaitu:

Bagian utara : Radio Suara Muslim Griya Al-Qur’an

Bagian timur : Bengkel Loeco

Bagian barat : Ahmad Riyadh UB,. S. H. M. Si. & Partners ADVOKAT &

LEGAL CONSULTANTS

Bagian selatan : Graha Widya Mandala

Griya Al-Qur’an Surabaya ini berdiri diatas tanah milik sendiri dengan bangunan satu

tingkat yang bersebalahan dengan Radio

3. DASAR DAN TUJUAN BERDIRINYA GRIYA AL-QUR’AN SURABAYA

a. Dasar

Berbicara mengenai dasar Griya Al-Qur’an sendiri, terdapat yang namanya

Budaya Lembaga, Budaya Lembaga itu asas-nya satu yaitu cinta subuh. Yang

diterapkan kepada karyawan atau SDM, hal ini akan berpengaruh sekali terhadap

perkembangan para karyawan saat mengajar dikelas dan bagaimana cara berfikirnya.

Karena sejatinya menurut persepsi dari Griya Alqur’an sendiri yaitu yang sudah

dijelaskan oleh hadist Rasulullah SAW, yang menekankan menganai fadilah shalat

(44)

mereka akan rela merangkak menghadiri masjid untuk mengikuti shalat subuh

berjama’ah.

Jadi cinta subuh ini kita shalat subuhnya dimasjid dengan berjama’ah, wajib

hukumnya untuk laki-laki, dan untuk bisa melaksanakannya dirumah namun harus

tepat waktu. Tepat waktu sendiri yaitu sekitar 15 menit setelah dikumandangkannya

adzan shubuh. Jadi yang dapat dipaparkan dari fadilah subuh ini yaitu jika subuhnya

beres maka insha allah seluruhnya akan beres, yang dimaksud seluruhnya yaitu dari

shalat nya dimulai dari subuh, dluhur, ashar, maghrib dan isya’ Insha Allah akan

beres. Sesuai hadist Rasulullah bahwasannya cirri-ciri kemunafikan itu karena

melalaikan shalat subuh dan isya’.

b. Tujuan

Bahwasannya kita ingin menjadi bagian dari lembaga yang juga mempunyai peran

mencerdaskan umat melalui Griya Al-Qur’an ini.

4. GAMBARAN BANGUNAN GRIYA AL-QUR’AN SURABAYA

Untuk gambaran bangunan Griya Al-Qur’an Surabaya dibagi menjadi tiga bagian

yaitu bagian depan, tengah dan belakang yang terdiri dari

 Bagian depan: untuk ruangan Staff atau Customer Servis

- Ruangan yang digunakan sebagai tempat pendaftaran, mencari informasi

mengenai Griya Al-Qur’an.

 Bagian tengah: ruang belajar mengajar, ruangan ini lebih lengkap antara lain

terdiri dari:

- Ruangan belajar untuk kelas Dasar, Tartil dan Tahfidz.

- Buku-buku keislaman (dewasa)

- Majalah-majalah Griya Al-Qur’an.

(45)

Bagian belakang: ruang belajar mengajar dan kantor General Manager.

- Ruang belajar mengajar kelas Dasar.

- Tempat wudlu.

- Ruang Ustadz/Ustadzah.

- Ruang kantor khusus General Manager Griya Al-Qur’an Surabaya.

5. JAM DAN HARI KERJA KARYAWAN GRIYA AL-QUR’AN SURABAYA

Dalam melaksanakan aktivitas kesehariannya karyawan Griya Al-Qur’an Surabaya

memiliki hari dan jam kerja sebagai berikut:

a. Jam kerja

1)Durasi jam kerja shift pagi: 7.30 -14.00 (6.5 jam).

2)Durasi jam kerja shift sore: 13.30 - 20.00 (6.5 jam).

3) Khusus untuk kelas perkantoran menyesuaikan dengan jam KBM di kantor

setempat (sesuai kesepakatan).

4)Pembinaan 3 hari masuk jam wajib.

5)Penanggungjawab absensi: staf masing-masing cabang.

6)Sabtu pekan pertama tiap bulan jam 08.00-dhuhur (maksimal).

b. Seragam

1) Senin, selasa, kamis: baju hem lengan panjang, berdasi (bebas), memakai ikat

pinggang, berkaos kaki, songkok hitam (tinggi maksimal 10).

2) Rabu, jum’at: baju koko lembaga, rabu warna coklat, jum’at warna putih,berkaos

kaki, songkok hitam (tinggi maksimal 10).(ustadzah menyesuaikan)

3) Penanggung jawab kontrol: Manajer cabang dan coordinator cabang.

c. Jam masuk kelas

1) Guru masuk kelas 5 menit sebelum jam belajardan mengakhiri pelajaran 5 menit

(46)

2) Guru tidak diperkenankan meninggalkan kelas walaupun tidak ada siswa yang

hadir kecuali ada udzur syar`i

d. Sholat Berjamaah

Guru (ikhwan) diwajibkan sholat berjamaah di Masjid/Musholla terdekat.

6. PUSAT DAN CABANG GRIYA AL-QUR’AN SURABAYA

Selama perkembangan sebagai pusat pembelajaran Al-Qur’an, Griya Al-Qur’an

Surabaya telah membuka beberapa kantor cabang, antara lain:

1) Pusat :

- Jl. Dinoyo no. 57, Surabaya.

2) Cabang :

- Jl. Cisadane no. 36, Surabaya.

- Delta Tama V/4, Waru, Sidoarjo.

- Pondok Jati BP no. 2, Sidoarjo.

- Jl. Kalimantan no. 18B, Madiun.

- Jl. Siaga Raya no. 40 Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12510.

- PT. SJA

Jl.Raya Jati Mekar 14, Jati Asih, Pondok Gede, Bekasi.

- Perumahan Mojoroto Blok Q no. 1, Kediri.

- Dar Al Niamah Foundation, 18/2 Prashauthis 72, Thungkhru, BANGKOK,

Thailand.

- Masjid An Nur, Rua Campo Alor, Kampung Alor, Dili, Timor Leste.

7. VISI DAN MISI GRIYA AL-QUR’AN SURABAYA

Sebagai Lembaga yang berbasis Islam Griya Al-Qur’an Surabaya mempunyai Visi

dan Misi sebagai berikut:

(47)

Menjadi pusat kegiatan dakwah Islam di Indonesia dan Asia Tenggara dengan fokus

pada pembelajaran materi materi Al Qur’an dan ke-Islaman yang berlandaskan Al Qur’an

dan As Sunnah , profesional dan berorientasi pada kemajuan.

b. Misi

1) Menyelenggarakan kegiatan dakwah pendidikan dan pembelajaran Al Qur’an dan

materi ilmu – ilmu Islam dengan mengikuti kaidah para salaf yang ber-Akidah lurus serta

berprinsip pada Ahlussunnah Wal Jama’ah.

2) Melaksanakan semua aspek kegiatan pendidikan dan pembelajaran dengan

menerapkan manajemen modern, berorientasi pada kemajuan dan menggunakan

teknologi terkini.

3) Mencetak SDM yang berkualitas dan berkompetensi tinggi yang mempunyai karakter

dasar akidahnya lurus, ibadahnya benar dan berakhlak shalih dengan dasar penguasaan

pada Al Qur’an, ilmu – ilmu Islam serta ilmu – ilmu aktual

4) Menjadi pusat sarana riset, penelitian dan pengembangan sistem pembelajaran Al

Qur’an.

8. STRUKTUR ORGANISASI GRIYA AL-QUR’AN SURABAYA PERIODE

2010-2015

(48)

9. SUSUNAN PENGURUS GRIYA AL-QUR’AN SURABAYA

Susunan pengurus Griya Al-Qur’an Surabaya periode 2016 adalah sebagai berikut:

a. CEO : Irwitono, S. T., M. M.

b. COO : Febristo Robby Dollah S. Th. I

c. Manager Kurikulum : Imam Masruri D. Th. I

d. Manager Pengembangan : Khoirul Huda S. Pd. I

e. Manager Training Center : Aziz Sylthan S. Pd. I

f. Manager Umum : Abdur Rokhim

g. BM – Teluk Buli : Achmad Farid

h. BM – Cisadane : M. Zainuddin

(49)

j. BM – Deltasari : Mufid Zawawi

k. BM – Sidoarjo : Fathur Rozi

l. BM – Madiun : Bonandi

m. Plt. BM – Jakarta : Ali Za

n. Plt. BM – Bandung : Mudzakkir1

Adapun pembagian tugas-tugas pengurus Griya Al-Qur’an Surabaya Periode

2016 sebagai berikut:

- Bertanggung jawab atas gaji pegawai.

c. COO

- Bertanggung jawab kepada Divisi Utama.

- Mengawasi departemen bawahannya.

d. Manager Kurikulum

- Merumuskan masalah kurikulum.

- Merencanakan dan menetapkan masalah kurikulum dalam pembelajaran.

e. Manager Pengembangan

(50)

- Diklat Eksternal

- Sertifikasi guru

- Diklat imam masjid

g. Manager Umum

- General Affairs

- HRD

- Bagian sarana dan prasarana

h. BM – Teluk Buli

- Bertanggung jawab terhadap kinerja guru wilayah teluk buli.

- Memberikan pengarahan kepada karyawan Teluk Buli

i. BM – Cisadane

- Bertanggung jawab terhadap kinerja guru wilayah Cisadane.

- Memberikan pengarahan kepada para karyawan wilayah Cisadane.

j. BM – Dinoyo

- Bertanggung jawab terhadap kinerja guru wilayah Dinoyo

- Memberikan pengarahan kepada para karyawan wilayah Cisadane.

k. BM – Deltasari

- Bertanggung jawab terhadap kinerja guru wilayah Deltasari.

- Memberikan pengarahan kepada para karyawan wilayah Deltasari.

l. BM – Sidoarjo

- Bertanggung jawab terhadap kinerja guru wilayah Sidoarjo.

- Memberikan pengarahan kepada para karyawan wilayah Sidoarjo.

m. BM – Madiun

- Bertanggung jawab terhadap kinerja guru wilayah Madiun.

Gambar

Tabel 1.0 Sumber Data
Tabel 1.1 Pembinaan staff baru
Kitab Faidhul Tabel
Tabel 1.5 Pembinaan Guru Tahunan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu tuntutan kurikulum sekarang peserta didik harus memiliki pengalaman belajar mengamati, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengomunikasikan. Pengalaman belajar

Tongkol jagung yang telah disimpan selama 30 hari, menunjukkan bahwa pada tingkat kadar air awal sebesar 11%, penyimpanan dengan cara dihamparkan memberikan nilai

Dalam Renstra ini akan dipaparkan semua aspek strategis yang akan dicapai oleh FMIPA Unesa, meliputi: (1) mengembangkan tridarma perguruan tinggi dalam bidang

Aplikasi perpustakaan tidak selalu harus berada di depan, bisa saja untuk kepentingan integrasi dan kemudahan pengguna, dibuatkan satu antarmuka baru dengan teknologi

pembuangan dan itu mengakibatkan dampak bagi lingkungan di sekitar tetapi sekarang banyak ditemukan cara atau solusi untuk menangani dampak-dampak yang dihasilkan oleh limbah,

Dalam rangka mendukung pencapaian prioritas nasional sebagaimana telah ditetapkan dalam visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden terpilih yang dijabarkan dalam RPJMN periode

Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa hal yang membedakan sekolah yang berbasis full day dan sekolah yang tidak berbasis full day adalah pada waktunya yang lebih lama dan

Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Kamus, Jakarta: Balai Pustaka, p.. Selain itu juga, ketika belajar menari bersama orang tuanya sang