PENERAPAN DEPARTEMENTALISASI DI GRIYA AL-QUR’AN SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh :
MUHAMMAD USMAN NIM B04210050
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
ABSTRAKSI
Muhammad Usman, 2015: Penerapan Departementalisasi di Griya Al-Qur’an Surabaya.
Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah (1) bagaimana departementalisasi Griya
Al-Qur’an Dinoyo Surabaya (2) faktor apa saja yang mempengaruhi adanya departementalisasi Griya
Al-Qur’an Dinoyo Surabaya (3) bagaimana pembagian kerja di Griya Al-Qur’an Dinoyo Surabaya.
Berkenaan dengan itu dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis deskriptif untuk memperoleh data tentang departementalisasi Griya Al-Qur’an Dinoyo Surabaya. Untuk jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder dan sumber datanya berupa informan dan dokumen. Disamping itu tahap-tahap penelitian yang dilakukan meliputi tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan dan tahap analisa data. Untuk teknik pengumpulan datanya menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi dan teknik analisa datanya menggunakan (komparasi). Sedangkan keabsahan datanya menggunakan ketekunan pengamatan dan (triangulasi).
Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa pembagian kerja dan departementalisasi jabatan Griya Al-Qur’an Dinoyo Surabaya telah ditentukan dengan baik. Hal ini tercermin dalam mekanisme departementasi jabatan Griya Al-Qur’an Dinoyo Surabaya, meskipun ada sebagian pimpinan yang mendapat wewenang dan bertanggung jawab yang lebih besar dari pada pimpinan yang lain. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor tertentu. Dan faktor-faktor yang mempengaruhi departementalisasi Griya Al-Qur’an Dinoyo Surabaya adalah latar belakang pendidikan, skill atau keahlian, dan besarnya pengetahuan tentang Al-Qur’an. Untuk itu penulis menyarankan dalam departementalisasi Griya
Al-Qur’an Dinoyo Surabaya mengelompokkan kegiatan sangat penting dalam setiap unit sehingga tujuan
umum dari organisasi dapat tercapai.
DAFTAR ISI
Halaman Judul ………..……i
Persetujuan Dosen Pembimbing ………..…ii
Pengesahan Tim Penguji………..…iii
Motto ……….….iv
Pernyataan Pertanggungjawaban Otentisitas Skripsi ……….……v
Abstrak ………..vi
Kata Pengantar ……….viii
Daftar Isi ……….x
Daftar Tabel ……….……ix
Daftar Gambar ……….….x
BAB I PENDAHULUAN ………..1
A. Latar Belakang Masalah ………...2
B. Rumusan Masalah ………5
C. Tujuan Penelitian ………..5
D. Manfaat Penelitian ………5
E. Definisi Konsep ………6
F. Sistematika Pembahasan ………..7
BAB II KAJIAN TEORITIK ………..….9
A. Penelitian Terdahulu yang Relevan ……….…9
B. Kerangka Teori ………...11
1. Pengertian Manajemen ……….11
2. Fungsi-fungsi Manajemen ………12
3. Pengertian Pengorganisasian ………..………..13
4. Pengertian Pembagian Kerja ………..…..15
6. Pedoman Pembagian Kerja ………..………17
7. Pengertian Departementalisasi ………..……...19
8. Dasar-dasar Departementalisasi ………..……….23
BAB III METODE PENELITIAN ………..……….26
A. Pendekatan dan Jenis penelitian ……….….…….26
B. Jenis dan Sumber Data ……….………27
C. Lokasi Penelitian ……….…….32
D. Tahap-tahap Penelitian ………32
E. Tehnik Pengumpulan Data ………..36
1. Tehnik pengamatan ………36
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ………40
1. Sejarah Berdirinya Griya Al-Qur’an……….40
2. Letak Geografis Griya Al-Qur’an ……….41
3. Dasar dan Tujuan Berdirinya Griya Al-Qur’an ……….……42
12.Program Pembinaan Griya Al-Qur’an………...58
13.Sarana dan Prasarana ……….…62
B. Penyajian Data ……….63
1. Departementalisasi……..………63
C. Analisis Data dan Pembahasan ………68
1. Departementalisasi……..………68
2. Pembagian Kerja ………..……….70
BAB V PENUTUP………..…….…….73
A. Kesimpulan ………73
B. Saran dan Rekomendasi ………...……….74
C. Keterbatasan Penelitian ………...………..74
Daftar Pustaka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya manusia adalah makhluk organisasi. Oleh karena itu, begitu ia
dilahirkan kedunia, ia menjadi anggota organisasi genitis yang disebut anggota organisasi
keluarga. Pada prinsipnya di manapun manusia itu berada, jika ia mengerti dan menghendaki
hidup dan kehidupan yang lebih layak, maka selama itu pula manusia senantiasa memerlukan
suatu organisasi atau secara sederhana paling tidak memerlukan suatu kerjasama. Adanya
alasan sosial (social reasons) menjadi salah satu pendorong bagi manusia untuk membentuk
suatu perkumpulan yang biasa disebut “organisasi”.1
Organisasi merupakan wadah pelaksanaan kegiatan manajemen juga sekaligus
merupakan kerangka struktur yang tersusun sebagai unit-unit yang mempunyai tugas dan
fungsi yang saling berhubungan satu sama lain.
Dari serangkaian di atas jelaslah bahwa organisasi merupakan alat atau wadah untuk
mencapai tujuan dengan memanfaatkan fungsi manajemen. Salah satu fungsi manajemen
yang yang vital adalah pengorganisasian. Dalam pengorganisasian terdapat empat aspek, dan
yang difokuskan pada penelitian ini adalah aspek fungsi dari departementalisasi.
Menurut Malayu S.P Hasibuan pengorganisasian adalah suatu proses penentuan,
pengelompokan dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlakukan untuk
mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini, menyediakan alat-alat
yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relative didelegasikan kepada setiap
1
individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut.2 Proses penyusunan struktur
organisasi yang sangat penting dalam sebuah organisasi, karena dengan struktur organisasi
tersebut bisa mempengaruhi perilaku individu atau kelompok dalam organisasi. Dan
menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan diantara
fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisi-posisi maupun orang-orang yang menunjukkan
kedudukan, wewenang, tugas dan tanggung jawab yang berbeda dalam suatu organisasi.
Griya Al Qur’an adalah suatu organisasi dakwah yang berupaya untuk
memasyarakatkan kebiasaan membaca dan menghafal Al Qur’an khususnya di kalangan usia
dewasa. keprihatinan akan masih kurangnya pemahaman dan penguasaan umat Islam
terhadap Al Qur’an harus segera direspon. Kondisi bangsa yang belum juga berubah banyak
ke arah kemajuan diyakini salah satu penyebabnya rendahnya penguasaan umat Islam
terhadap Al Qur’an yang berakibat kepada mentalitas, akhlak, tata nilai, hukum dan
kepribadian umat yang jauh dari nilai-nilai Al Qur’an. Dari hal itu, sekitar tahun 2008 yang
lalu muncul pemikiran untuk merealisasikan terbentuknya sebuah lembaga dakwah yang
mempunyai fokus pada pembelajaran dan pemahaman Al Qur’an, yang diberi nama Griya Al
Qur’an.
Menurut Gibson ada empat aspek dalam proses penyusunan struktur organisasi yang
harus diketahui, yaitu pembagian kerja, departementalisasi, rentang kendali, dan delegasi.
Namun, setelah peneliti melakukan pengamatan di lokasi penelitian dan mengingat
keterbatasan kemampuan dan waktu, peneliti hanya melakukan penelitian satu dari empat
aspek yang ada, yakni aspek departementalisasi termasuk didalamnya pembagian kerja di
Griya Al-Qur’an Surabaya. Departementalisasi merupakan proses penentuan deretan dan
2
kedalaman pekerjaan, maksudnya yaitu jumlah tugas organisasi dipecah-pecah ke dalam
beberapa tugas yang lebih kecil yang berurutan.3
Demikian halnya Griya Al-Qur’an Surabaya, pembagian tugas kerja merupakan
kebutuhan, hal ini disebabkan adanya tingkat level dalam pembelajaran Al-Qur’an pada tiap
kelas sehingga diharuskan untuk membagi tugas kerja. Dengan pembagian tugas kerja akan
diketahui departemen-departemen yang dibutuhkan organisasi, juga daftar tugas suatu jabatan
dari masing-masing departemen yang dibutuhkan tersebut. Dan dengan ditetapkannya
pembagian tugas kerja dari departemen tersebut, tujuan organisasi diharapkan lebih mudah
tercapai.
Dalam departementalisasi alasan-alasan untuk mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan
tergantung pada kebutuhan untuk mengkoordinasikan pekerjaan-pekerjaan tersebut.
Pekerjaan-pekerjaan spesialisasi dipisahkan satu sama lain, saling berhubungan dengan
keseluruhan tugas, dan pencapaian keseluruhan pekerjaan membutuhkan pencapaian setiap
pekerjaan. Tetapi, pekerjaan-pekerjaan tersebut harus dilakukan dengan cara dan urutan
tertentu, sesuai dengan yang dikehendaki pihak manajemen Griya Al-Qur’an ketika
pekerjaan-pekerjaan tersebut disusun. Seiring dengan meningkatnya jumlah pekerjaan yang
terspesialisasi, akan tiba saatnya pekerjaan-pekerjaan itu tidak lagi efektif bila
dikoordinasikan oleh hanya satu orang manajer. Dengan demikian, untuk memudahkan
pengelolaan, pekerjaan-pekerjaan tersebut digabungkan ke dalam kelompok-kelompok kecil,
dan dibentuklah posisi baru manajer kelompok (manager of the group).
Pertimbangan yang penting dalam pembentukan departemen adalah penentuan
dasar-dasar pengelompokan pekerjaan terutama yang ada di Griya Al-Qur’an Surabaya. Yang
paling penting adalah penentuan dasar-dasar bagi departemen yang melapor langsung kepada
3
posisi manajemen puncak. Sesungguhnya, ada banyak dasar yang digunakan diseluruh
organisasi, tetapi dasar yang digunakan pada tingkat yang paling tinggi menentukan
dimensi-dimensi organisasi-organisasi yang penting.4
Mengingat departementalisasi di Griya Al-Qur’an sangat penting dan berpengaruh
terhadap lembaga dakwah yang tujuannya mencetak kader muda yang menguasai
kemampuan membaca secara luas dan memahami Al-Qur’an sebagai sumber utama ajaran
islam, utamanya dilingkungan masyarakat kota. Maka peneliti tertarik melakukan penelitian
dengan judul: Penerapan Departementalisasi di Griya Al-Qur’an Surabaya.
Peneliti tertarik malakukan penelitian dari aspek departementalisasi terutama pada
lembaga pembelajaran Al-Qur’an di Griya Al-Qur’an Surabaya, karena selama ini belum ada
yang meneliti dengan fokus departementalisasi di UIN sunan ampel Surabaya terutama dalam
menghubungkan dengan tingkatan level belajar Al-Qur’an dalam metode pembelajarannya di
Griya Al-Qur’an Surabaya.
B. Rumusan Masalah
Dari rujukan latar belakang masalah diatas, maka peneliti mengambil permasalahan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bagaimana penerapan departementalisasi di Griya Al-Qur’an Kantor Pusat Dinoyo
Tegalsari Surabaya?
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini untuk
mengetahui
4
Untuk mengetahui bagaimana penerapan departementalisasi di Griya Al-Qur’an
Surabaya?
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Secara teoritis
a) Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi pengembangan ilmu
dan pengetahuan yang berhubungan dengan topic Penerapan Fungsi
Pengorganisasian terutama pada fokus departementalisasi.
b) Menjadi bahan masukan untuk kepentingan pengembangan ilmu bagi pihak
pihak tertentu guna menjadikan skripsi ini menjadi acuan untuk penelitian
lanjutan terhadap objek sejenis atau aspek lainnya yang belum tercakup dalam
penelitian ini.
2. Secara praktis
a) Memberikan informasi kepada para pengelola lembaga akademik tentang
wacana fungsi departementalisasi sekaligus memperoleh bekal aplikatif untuk
memperbaiki sistem pengorganisasiannya.
b) Sebagai bahan masukan kepada semua lembaga dakwah di Indonesia.
E. Definisi Konsep
Untuk menghindari salah satu tafsir, pelebaran dan penyempitan makna, maka perlu
didefinisikan istilah-istilah yang terdapat pada judul penelitian sebagai berikut:
Yang dimaksud dengan penerapan departementalisasi adalah bagaimana cara atau
praktek yang dilakukan (baik individu maupun kelompok) organisasi Griya Al-Qur’an
Surabaya dalam proses penentuan deretan dan kedalaman pekerajan individual yang bersifat
kecil yang berurutan. Proses penggabungan pekerjaan ke dalam kelompok yang dimaksud
adalah pengelompokan berdasar tingkatan mulai dasar 1 hingga tingkat tahfidz. Dan inilah
yang dimaksud departementalisasi dalam penelitian ini untuk memudahkan pengelolaannya
yang ada di lembaga Griya Al-Qur’an Surabaya.5
Griya Al-Qur’an adalah lembaga dakwah yang mempunyai tujuan memasyarakatkan
kebiasaan membaca dan menghafal Al-Qur’an dengan menggunakan teori-teori yang lazim
digunakan dalam lembaga Tahfidzul qur’an sejenis.
F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Untuk memperoleh kemudahan dalam memahami skripsi ini, kami uraikan
sistematikan sebagai berikut:
Pembahasan ini penulis awali dengan Bab I. dalam bab ini, berisikan tentang konteks
penelitian, focus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, dan
sistematika pembahasan.
Pada Bab II merupakan kajian Teoritik yang mana menjelaskan tentang pengertian
manajemen, pengertian pengorganisasian, pengertian pembagian kerja, factor-faktor
pembagian kerja, fungsi pembagian kerja dan manfaat pembagian kerja. Pengertian
departementalisasi, proses departementalisasi, departementalisasi jabatan, dan manfaat
departementalisasi.
Pada Bab III menjelaskan tentang metode peelitian yang meliputi pendekatan dan
jenis penelitian, onjek penelitian, jenis dan sumber data, tahap-tahap penelitian, tehnik
pengumpulan data, tehnik analisa data dan tehnik validasi data.
5
Pada Bab IV menjelaskan tentang hasil penelitian yang berupa gambaran umum
obyek penelitian Griya Al-Qur’an Surabaya, yang menjelaskan mengenai deskriptif tentang
sejarah Griya Al-Qur’an yang meliputi lokasi penelitian, pembagian kerja, departementalisasi
jabatan, departementalisasi metode pembelajaran.
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Berikut ini akan dipaparkan mengenai contoh penelitian lain sebagai Tinjauan
Penelitian Terdahulu. Tujuan mencantumkan contoh penelitian lain ialah dengan maksud
agar penelitian yang diteliti penulis tidak berdasarkan plagiat atau dengan istilah lain
menjiplak karya tulis peneliti lain. Hal ini hanya sebagai perbandingan dengan karya tulis
orang lain, sehingga dapat dilihat perbedaannya dengan penelitian yang penulis kerjakan.
Artinya, fokus penelitiannya sangat berbeda dan sama sekali unsur penjiplakan dapat
dihindarkan. Sementara itu, penulis meneliti fungsi pengorganisasian dari aspek pembagian
kerja dan departementalisasi sebagai subjek penelitian. Sedangkan untuk membandingkan
dengan penelitian lainnya, maka penulis mengambil contoh karya tulis atau penelitian lainnya
sebagai berikut:
1. Penelitian terdahulu dengan judul “Pengorganisasian sebagai Fungsi Manajemen:
Studi Analisis Pembagian Tugas pada Karyawan di CV. Alib Surabaya”. Yang
ditulis oleh Mada Yudha Sasana (Program Studi Manajemen Dakwah, 2003.
Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya). Menganalisis tentang
pengorganisasi dalam kepengurusan CV. Alib Surabaya yag merupakan suatu
organisasi yang berbasis islam. Yang awal mulanya hanya sekedar bangunan took
dengan modal satu juta hingga kini bisa menjadi perusahaan besar. Karena dari
pembagian kerja yang begitu baik bagi pemegang jabatan sehingga mempermudah
dalam pencapaian tujuan.
2. Pada penelitian terdahulu dengan judul skripsi “Fungsi Pengorganisasian dalam
Muhammad Lathif Qohhar (Program Studi Manajemen Dakwah, 2013. Fakultas
Dakwah Universitas Islam Negri Sunan Ampel Surabaya). Menganalisa tentang
pembagian tugas dalam kepengurusan yayasan panti asuhan Al-Qomariyah yang
merupakan lembaga social keagamaan yang membantu semua lapisan masyarakat
pada umumnya dan mendidik para anak asuh panti asuhan Al-Qomariyah sendiri.
Jika dibandingkan dengan fungsi pengorganisasian pada Griya Al-Qur’an
Surabaya, peneliti membahas dari dua aspek diantaranya aspek pembagian kerja
dan departementalisasi, dimana departementalisasi disini lebih mendalam dalam
pembagian tugas kerjanya.
3. Pada penelitian terdahulu dengan judul skripsi “Fungsi Pengorganisasian Fatayat
NU: Studi tentang Pembagian Kerja Pimpinan Anak Cabang Fatayat NU Waru
Sidoarjo”. Yang ditulis oleh Aminatuz Zuhriah. (Program Studi Manajemen
Dakwah, 2003. Fakultas dakwah UINSA). Menganalisa tentang fungsi
pengorganisasian yang berfokus pada dua aspek yaitu pembagian kerja dan
departementalisasi. Dimana peneliti menggambarkan bagaimana pimpinan fatayat
NU dalam menggolongkan atau pembagian kerja yang efektif dalam
menghasilkan departemen-departemen dan daftar tugas-tugas suatu jabatan dari
masing-masing departemen hingga unit-unit terkecil dalam organisasi, untuk
mempermudah dalam mencapai tujuan suatu organisasi.
Dengan penelitian yang saya teliti, tidak jauh beda dari aspek yang diambil,
namun fokusnya lebih ke aspek departementalisasi. Memaparkan lebih banyak
dari teori departementalisasi dibandingkan dengan pembagian kerja, walaupun
pembagian kerja merupakan langkah awal sebelum masuk ke bagian
departementalisasi.
1. Pengertian Manajemen
Setiap organisasi selalu membutuhkan manajemen, karena tanpa manajemen
yang efektif tidak akan ada usaha yang berhasil cukup lama. Tercapainya tujuan
organisasi baik tujuan ekonomi, sosial maupun politik, sebagian besar tergantung
kepada kemampuan para manajer dalam organisasi yang bersangkutan, manajemen
akan memberikan efektivitas pada usaha manusia.
Untuk memperjelas arti manajemen, dibawah ini kutipan pendapat beberapa
pakar dibidang manajemen, pendapat yang satu dapat berbeda dengan yang lain
walaupun terdapat kesamaannya. Dari perbedaan-perbedaan pendapat (yang
disebabkan karena perbedaan dalam menentukan titik berat sudut pandang) serta
kesamaan-kesamaan itu diharapkan dapat diperoleh pandangan yang jelas dan
menyeluruh tentang manajemen.
Robert Kritiner mendefinisikan manajemen sebagai suatu proses kerja melalui
orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam lingkungan yang berubah. Proses
ini berpusat pada penggunaan yang efektif dan efisien terhadap penggunaan sumber
daya manusia.1
G.R. Terry menyebutkan manajemen adalah manajemen itu mengandung arti
proses kegiatan. Proses tersebut dimulai dari perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan dengan menggunakan sumber daya manusia dan sumber
daya lainnya. Seluruh proses tersebut ditujukan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.2
Dari beberapa pengertian manajemen diatas dapat disimpulkan bahwa
manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusun,
1
Munir, Muhammad. Ilaihi, Wahyu. Manajemen dakwah. (Jakarta: kencana, 2009) Hal. 1
2
pengarahan dan pengawasan dari pada sumber daya manusia untuk mencapau tujuan
yang sudah ditetapkan.
2. Fungsi-Fungsi Mnajemen
Manajemen dapat diartikan sebagai upaya untuk mencapai tujuan dengan
melalui fungsi-fungsi manajemen. George R. Terry menyebutkan Fungsi-fungsi
manajemen diantaranya perencanaan (planning), pengorganisasian (Organizing),
pengarahan (actuating), dan pengawasan (controlling).
Namun yang difokuskan disini adalah dari pengorganisasiannya yang meliputi
pembagian kerja dan departementalisasian atau bisa juga disebut departementasi.
Dengan memanfaatkan fungsi-fungsi manajemen maka usaha untuk mencapai tujuan
organisasi akan lebih efektif dan efisien. Karena untuk mencapai tujuan yang
direncanakan terlebih dahulu kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan, dan
ditentukan pula pekerjaan serta orang-orang yang akan melaksanakannya, kemudian
ada penggerak oleh pimpinan agar tujuan dapat dicapai serta pengawasan dari
pimpinan agar kegiatan dapat terlaksana sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
3. Pengertian Pengorganisasian
Definisi pengorganisasian banyak dikemukakan dengan rumusan yang
berbeda-beda meskipun mengandung unsur yang sama. Untuk memperoleh
pengertian yang lebih luas dari pengorganisasian itu, maka pada awal pembahasan ini
penulis akan mengemukakan dari beberapa para ahli diantaranya adalah:
Menurut Schermerhorn pengorganisasian adalah proses mengatur orang-orang
dan sumber daya lainnya untuk bekerja kearah tujuan bersama.3
3
Menurut Handoko Pengorganisasian adalah ialah penentuan sumber daya dan
kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan, proses perancangan dan
pengembangan suatu organisasi yang akan dapat membawa hal-hal tersebut kearah
tujuan, penugasan tanggung jawab tertentu, pendelegasian wewenang yang diperlukan
kepada individu-individu untuk melaksanakan tugasnya. Ditambahkan oleh Handoko
pengorganisasian ialah pengaturan kerja bersama sumber daya keuangan, fisik, dan
manusia dalam organisasi. pengorganisasian merupakan penyusunan struktur
organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya yang dimilikinya, dan
lingkungan yang melingkupinya.4
S.P. Siagian menyebutkan pengorganisasian adalah keseluruhan proses
pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab dan wewenang
sedemikian rupa, sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai
suatu kesatuan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.5
Istilah pengorganisasian menurut Handoko adalah 1) cara manajemen
merancang struktur formal untuk penggunaan yang paling efektif terhadap sumber
daya keuangan, fisik dan bahan baku dan tenaga kerja organisasi. 2) Bagaimana
organisasi mengelompokkan kegiatannya, dimana setiap pengelompokan diikuti
penugasan seorang manajer yang diberi wewenang mengawasi anggota kelompok. 3)
Hubungan antara fungsi, jabatan, tugas karyawan. 4) cara manajer membagi tugas
yang harus dilakukan dalam departemen dan mendelegasikan wewenang untuk
mengerjakan tugas tersebut.6
Tindakan pertama dalam mengorganisir ialah departementasi. Banyak istilah
yang digunakan oleh banyak orang, di antaranya: departementation, divisionalization,
4
Usman, Husaini, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 141
5
Martoyo, Susilo , Pengetahuan Dasar Manajemen Dan Kepemimpinan, (Yogyakarta: BPFE, 1988), hal. 88
6
grouping activities, pembagian pekerjaan dan lain-lain sebagainya. Dengan
departementasi dimaksudkan suatu proses mengkhususkan atau membagi-bagi
kegiatan (tugas) pemimpin atau suatu badan dengan suatu dasar tertentu.7
4. Pembagian Kerja
1) Pengertian Pembagian Kerja
B. Siswanto mendefinisikan pembagian kerja adalah permasalahan yang
berhubungan dengan pembagian kerja bertalian dengan sampai seberapa jauh
pekerjaan dispesialisasi. Seluruh pekerjaan dispesialisasi sampai suatu tingkat dan
kemampuan untuk membagi pekerjaan diantara pemegang pekerjaan.8
Ernie Tisnawati S. mendefinisikan pembagian kerja adalah upaya untuk
menyederhanakan dari keseluruhan kegiatan dan pekerjaan yang mungkin saja
bersifat kompleks menjadi lebih sederhana dan dan spesifik dimana setiap orang akan
ditempatkan dan ditugaskan untuk stiap kegiatan yang sederhana dan spesifik. 9
James L. Gibson dalam bukunya menyebutkan pembagian kerja adalah masalah
yang berhubungan dengan pembagian pekerjaan (Division Of Labor) berurutan
dengan sampai seberapa jauh-kah pekerjaan itu dispesialisasi. Semua pekerjaan
dispesialisasi sampai suatu tingkat dan kemampuan untuk membagi pekerjaan
diantara banyak pemegang pekerjaan (jobholders) dalam keuntungan utama dalam
organisasi.10
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan pembagian kerja adalah
pembagian tugas kerja untuk mempermudah suatu pekerjaan jika dirasa masih sulit
untuk dilakukan oleh suatu individu, maka pekerjaan tersebut dipecah-pecah menjadi
beberapa unit terkecil.
7
Manullang, M, Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990), Hal. 80
8
Siswanto, B, Pengantar Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), Hal. 86
9
Sule, Tisnawati, Ernie. Saefullah, Kurniawan, Pengantar Manajemen, (Jakarta: Kencana, 2005), Hal. 153
10
2) Dasar-dasar Pembagian Kerja
Dalam mengadakan pembagian kerja, ada beberapa dasar yang dapat dipakai
pedoman yaitu:
a. Pembagian kerja atas dasar wilayah atau territorial, misalnya kabupaten
membagi tugas pekerjaan atas dasar kecamatan yang terdapat dalam
kabupaten tersebut.
b. Pembagian kerja atas dasar jenis benda yang diproduksikan, misalnya
dalam suatu industry mobil terdapat urusan mobil sedan, truk, jeep, dan
lain sebagainya.
c. Pembagian kerja atas dasar langganan yang dilayani, misalnya pada suatu
grosir semen kedapatan bagian-bagian yang melayani: pemerintah,
kontraktor, masyarakat umum dan sebagainya, atau pada sebuah rumah
sakit terdapat bagian-bagian: penyakit kulit penyakit dalam, penyakit
paru-paru, penyakit mata, penyakit THT dan lain sebagainya.
d. Pembagian kerja atas dasar fungsi (rangkaian kerja), misalnya dalam suatu
perusahaan industri terdapat bagian-bagian: pembelian, personalia, tata
usaha, pemasaran, penggudangan dan lain sebagainya, atau pada suatu
perguruan tinggi terdapat bagian-bagian: pendidikan, penelitian,
pengabdian pada masyarakan dan lain sebagainya, atau pada bagian tata
usaha terdapat sub-bagian: peng-agenda-an, peng-arsip-an dan ekpidisi.
e. Pembagian kerja atas dasar waktu, sehingga terdapat bagian waktu pagi,
siang dan malam.
3) Pedoman Pembagian Kerja
Pembagian kerja bukan saja perlu dilihat dari manfaat yang diperoleh dari
tetap pada jabatan yang tepat dan pula dalam rangka mempermudah dalam
pengawasan oleh atasan.
Oleh karena itu dalam pembagian kerja dalam suatu organisasi ada baiknya antara
lain dipedomani hal-hal sebagai berikut:
a. Jumlah unit organisasi diusahakan sedikit mungkin sesuai dengan kebutuhan.
b. Sesuatu unit organisasi harus mempunyai fungsi bulat dan berkaitan satu sama
lain.
c. Pembentukan unit baru hanya dilaksanakan bila unit-unit yang telah ada tidak
tepat lagi menampung kegiatan-kegiatan baru tersebut, baik karena beban
kerja maupun karena hubungan kegiatan yang sangat berbeda.
d. Secara garis besarnya dalam suatu organisasi dibedakan sesuai dengan
aktivitas yang dilakukannya dengan enam macam sifat unit organisasi yaitu:
1. Unit yang melakukan aktivitas penetapan kebijaksanaan umum bagi seluruh
perusahaan.
2. Unit pimpinan yang melakukan aktivitas penerapan kebijaksanaan umum
bagi berbagai kegiatan perusahaan.
3. Unit operasi yang melakukan aktivitas-aktivitas pokok perusahaan.
4. Unit penunjang (service unit) yang melakukan aktivitas yang membantu
memperlancar unit operasi dalam melakukan kegiatannya.
5. Unit pengawas yang melakukan aktivitas pemeriksaan dan pengawasan
kegiatan-kegiatan unit-unit operasi.
6. Unit konsultasi yang melakukan aktivitas member bantuan keahlian kepada
unit pimpinan.11
5. Departementalisasi
11
1) Pengertian departementalisasi
Departementalisasi adalah usaha mengelompokkan aktivitas-aktivitas
orang-orang kedalam departemen-departemen. “Departemen” menandakan suatu bidang,
divisi atau cabang suatu perusahaan, di mana seorang manajer mempunyai wewenang
untuk melaksanakan aktivitas yang khusus. Sebuah departemen, sebagaimana istilah
itu biasanya dipakai, bisa merupakan divisi produksi, departemen penjualan, cabang,
seksi penelitian pasar, atau unit penagihan piutang. Dalam beberapa perusahaan,
terminology departemen dipakai secara longgar. Dalam perusahaan yang lebih besar,
terminology yang lebih ketat menunjukkan kepada hubungan-hubungan hierarkis.
Dengan demikian wakil presiden mungkin mengepalai divisi, direktur mengepalai
sebuah departemen, manajer mengepalai cabang, dan kepala bagian mengepalai suatu
seksi.12
Dalam mengelompokkan aktivitas-aktivitas atau pekerjaan-pekerjaan, setelah
dispesifikasi, maka kemudian pekerjaan-pekerjaan tersebut dikelompokkan
berdasarkan criteria tertentu yang sejenis. Sebagai contoh, untuk bisnis restoran,
pencatatan menu, pemberitahuan menu kepada bagian dapur, hingga pengiriman
makanan dari bagian dapur kepada pelanggan di meja makan bisa dikelompokkan
menjadi satu departemen tertentu, katakanlah bagian pelayan. Adapun penerimaan
bon pembayaran, pencatatan dalam mesin kasir, pencatatan penerimaan dan
pengeluaran uang, dapat dikelompokkan menjadi departemen atau bagian keuangan
misalnya. Begitu pula untuk jenis bisnis lainnya. Proses pengelompokan dan
12
penamaan bagian atau kelompok pekerjaan menurut criteria tertentu disebut
Departementalization.13
Sedangkan departementalisasi menurut Sondang P. Siagian adalah harus
diarahkan kepada bentuk, susunan dan corak organisasi yang telah ditetapkan menurut
suatu pola yang relative permanen, yang kesemuanya dimaksudkan untuk
mempermudah dan mempercepat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.14
Adapun dasar-dasar yang harus diketahui dalam pendepartemenan dalam
pembentukan organisasi, diantaranya:
a. Enterprise Function (fungsi-fungsi perusahaan).
b. Management Function (fungsi-fungsi manajemen).
c. Process Product (proses produksi).
d. Product (dasar produk/hasil).
e. Customer (dasar pasar/langganan).
f. Territory (dasar wilayah/tempat).
g. Time (dasar waktu/shift).
h. Simple Number (dasar jumlah).
i. Combination.
j. Matrix.15
Departementalisasi tidak jauh berbeda dalam pembahasan struktur organisasi,
karena keduanya saling berhubungan, di mana ada departementalisasi di dalamnya
pasti membahas struktur organisasi.
13
Sule, Tisnawati, Ernie. Saefullah, Kurniawan. Pengantar Manajemen, (Jakarta: Kencana, 2005), Hal. 154
14
Martoyo, Susilo, Pengetahuan Dasar Manajemen dan Kepemimpinan, (Yohyakarta: BPFE: 1988), hal. 113
15
Struktur organisasi Departementalisasi ada dua macam yaitu
departementalisasi fungsional dan departementalisasi divisional. Departementalisasi
fungsional adalah mengelompokkan fungsi-fungsi yang sama atau kegiatan-kegiatan
sejenis untuk membentu suatu satuan organisasi. Sedangkan departementalisasi
divisional yaitu berbicara mengenai pembagian divisi-divisi atas dasar produk,
wilayah (geografis), langganan, dan proses atau peralatan.
a) Divisional produk adalah pola logic yang dapat diikuti bila jenis-jenis produk
mempunyai teknologi pemprosesan dan metode-metode pemasaran yang sangat
berbeda satu dengan yang laindalam organisasi.
b) Divisional wilayah adalah pengelompokan kegiatan-kegiatan menurut tempat di mana
operasi berlokasi atau di mana satuan-satuan organisasi menjalankan usahanya.
c) Divisional langganan adalah pengelompokan kegiatan-kegiatan yang dipusatkan pada
penggunaan produk atau jasa tertentu.
d) Divisional atas dasar proses atau peralatan adalah pengelompokan kegiatan-kegiatan
atas dasar proses atau peralatan produksi.16
Berbicara mengenai departemen, dalam metode pembelajaran di Griya Al-Qur’an
Surabaya memiliki pengelompokan sendiri dalam belajar, berdasarkan tingkatan level
rendah Dasar 1 hingga paling tinggi yaitu tingkatan Tahfidz.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian
adalah suatu proses untuk merancang struktur optimal, mengelompokkan orang-orang
serta menetapkan tugas-tugas, fungsi, wewenang, serta tanggung jawab
masing-masing dengan tujuan dapt terciptanya suatu organisasi yang berdaya guna dan
berhasil guna adalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
16
A.M. Kadarman mendifinisikan Departementalisasi adalah usaha
mengelompokkan aktivitas-aktivitas orang-orang kedalam departemen-departemen.
“Departemen” menandakan suatu bidang, divisi, atau cabang suatu perusahaan,
dimana seorang manajer mempunyai wewenang untuk melaksanakan aktivitas yang
khusus.17
P. Siagian menyatakan departementalisasi adalah proses merealisasi fungsi-fungsi
menjadi satuan-satuan organisasi dengan berpedoman pada prinsip-prinsip organisasi.
Keseluruhan proses departementalisasi harus diarahkan kepada bentuk, susunan dan
corak organisasi yang telah ditetapkan menurut suatu pola yang permanen, yang
kesemuanya dimaksudkan untuk untuk mempermudah dan mempercepat pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.18
B. Siswanto mendefinisikan Departementalisasi adalah proses penentuan deretan
dan kedalaman pekerjaan individual adalah bersifat analisis, yaitu jumlah tugas
organisasi dipecah-pecah kedalam beberapa tugas yang lebih kecil yang berurutan.
Selanjutnya, tugas yang dibagi harus digabungkan kedalam kelompok. Proses
penggabungan pekerjaan kedalam kelompok dinamakan departementalisasi.
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Departementalisasi adalah
proses pemecahan suatu pekerjaan kedalam beberapa tugas yang lebih kecil dan
berurutan guna lebih mempermudah dalam melaksanakan suatu pekerjaan dan
pencapaian suatu tujuan organisasi, tugas-tugas yang sudah dipecah tetap
digabungkan kedalam satu kelompok.
2) Dasar-dasar departementalisasi
G.R. Terry dalam bukunya mendefinisikan cara-cara utama departementalisasi
sebagai berikut: 17
Kadarman, A.M, Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991), Hal. 69
18
a. Fungsi. Kegiatan-kegiatan bias atau seragam ditempatkan dalam satuan
organisasi yang biasa. Departementalisasi fungsional adalah cara yang biasa untuk
pendepartementalisasian; ia mudah dimengerti dan lebih sering dipakai dari pada
cara-cara yang lain. Contoh-contoh meliputi bagian akuntansi, bagian produksi
dan bagian permesinan.
b. Hasil produksi. Suatu tingkat spesialisasi yang wajar di dorong dengan
departementalisasi menurut hasil produksi. Seterusnya, pengetahuan keahlian,
kalau ia berguna untuk suatu hasil produksi, serta syarat-syaratnya, dapat
digunakan secara lebih efektif. Contoh-contoh meliputi departemen-departemen
yang terpisah-pisah untuk jenis-jenis dagangan yang berbeda dalam sebuah
toserba dan fasilitas-fasilitas yang terpisah untuk pinjaman usaha dan pinjaman
individu dalam suatu organisasi bank.
c. Wilayah atau geografi. Pembagian dalam wilayah sudah populer dalam
organisasi pemasaran. Ia memungkinkan pemarasan untuk mengurangi waktu
perjalanan dan biaya, dan lebih memungkinkan bagi kondisi-kondisi setempat.
Terdapat sekedar tumpang tindih fungsi-fungsi, tetapi pemindahan pegawai
pemasaran dapat dipercepat dan pengawasan-pengawasan yang serupa dapat
dilakukan untuk masing-masing satuan yang disusun menurut wilayah.
Contoh-contoh meliputi Divisi Utara, Divisi Selatan, Divisi Barat dan Divisi Timur.
d. Pelanggan. Pembagian menurut jenis pelanggan member penekanan pada
pemberian pelayanan yang lebih baik kepada pelanggan-pelanggan, seperti
misalnya, di departemen anak-anak dalam suatu toko pakaian. Berbicara secara
umumnya, pembagian menurut pelanggan adalah paling efektif, kalau hasil
pintu keluar. Contoh-contoh lainnya meliputi bagian-bagian eceran kontra kodian,
partai besar dari suatu organisasi.
e. Regu tugas. Suatu proyek khusus atau sekelompok pekerjaan dapat ditugaskan
kepada suatu kelompok kecil, yang beroperasi sebagai sebuah satuan yang berdiri
sendiri dan meliputi semua kecakapan yang diminta untuk pelaksanaan pekerjaan
itu. Regu tugas itu biasanya beroperasi sampai penyelesaian proyek itu berhasil,
sesudah mana regu dibubarkan dengan penugasan kembali orang-orang dan
fasilitas-fasilitas. Pengaturan itu berlawanan dengan pendekatan biasa terhadap
pembagian kerja dan dari satuan-satuan organisasi yang berspesialisasi dan agak
terpisah-pisah. Organisasi menurut regu tugas kadang-kadang disebut dengan
istilah organisasi proyek.19
19
BAB III
METODE PENELITIAN
A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN
Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif hal ini sesuai dengan pengertian
penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor yaitu Prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau
perilaku yang diamati.1
Sedangkan metode penelitian menggunakan metode deskriptif sesuai dengan
tujuan dari penelitian yaitu untuk mengetahui kualitas pengorganisasian terutasa
dalam aspek departementalisasi di Griya Al-Qur’an Surabaya.tujuan dari penelitian
deskriptif adalah untuk membuat pecandraan secara sistematis, factual dan akurat
mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat atau daerah tertentu.2
Oleh karena itu penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif
dengan metode deskriptif yang bermaksud untuk memberikan gambaran secara utuh
tentang departementalisasi sebagai fungsi manajemen. Hal ini didasarkan atas
beberapa pertimbangan antara lain sebagia berikut:
a. Penelitian berguna untuk mendeskripsikan tentang “Fungsi
Departementalisasi di Griya Al-Qur’an Surabaya” dengan titik beratkan
pada pen-departemen-an dalam mengajar tiap kelas.
b. Penelitian ini dibutuhkan kecermatan, pemaparan supaya penelitian ini
dapat dipahami secara menyeluruh dari hasil penelitiaanya.
1
Moleong, Lexy, J. Metodologi Penelitian Kualitatif, hal. 3
2
c. Peneliti melakukan observasi dengan turjun langsung ke lapangan untuk
memperoleh data yang akurat sesuai dengan kondisi obyektif daerah
penelitian.
B. JENIS DAN SUMBER DATA
Penelitian merupakan aktivitas ilmiah yang sistematis, terarah dan bertujuan.
Maka data/informasi yang dikumpulkan harus relevan dengan persoalan yang
dihadapi, artinya data itu bertalian, berkaitan, mengena dan tepat.3 Oleh karena itu
perlu diperhatikan jenis dan sumber data dari data yang diperoleh.
1. Jenis Data
Jenis data dapat dibedakan menjadi dua macam:4
a. Jenis data kuantitatif yaitu jenis data yang bisa dihitung atau diukur.
Misalnya: banyak absensi, besar gaji, lama belajar, dan lain-lain.
b. Jenis data kualitatif yaitu jenis data yang diukur secara tidak langsung.
Misalnya: ketrampilan, aktifitas, sikap, dan sebagainya.
Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui kualitas
departementalisasi di Griya Al-Qur’an Surabaya dengan titik berat pada Pembagian
tugas dan Departementalisasi Al-Qur’an, maka penelitian ini menggunakan jenis data
kualitatif.
2. Sumber Data
Informasi suatu data dapat dibedakan berdasarkan sumbernya, yaitu data primer
(data dari tangan pertama) dan data sekunder (data dari tangan kedua, ketiga dan
seterusnya).
3
Marzuki, Metodologi Riset, (Yogyakarta: Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, 1982), hal. 55
4
1. Data Primer
Data primer adalah data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Data ini
tidak tersedia dalam bentuk kompilasi ataupun dalam bentuk file-file. Data ini harus
dicari melalui nara sumber atau dalam istilah teknisnya reponden, yaitu orang yang
kita jadikan obyek penelitian atau orang yang kita jadikan sebagai sarana
mendapatkan informasi ataupun data. Untuk mengumpulkan data primer diperlukan
metode yang disebut survei dan menggunakan instrument tertentu. Survei bermanfaat
dalam menyediakan cara-cara yang cepat, efisien dan tepat dalam menilai informasi
dan responden.
Merahasiakan tujuan penelitian dilakukan untuk agar para responden tidak
memberikan jawaban-jawaban yang bias dari apa yang kita harapkan, kedua struktur
berkaitan dengan formalitas (resmi), atau pencarian data dilakukan secara terstruktur
atau tidak terstruktur.5
Maka dari itu data primer harus dapat terjaring pada daftar-daftar isian dan
questionnaire. Dengan perkataan ini suatu questionnaire atau sebangsanya harus
sungguh-sungguh mencerminkan data primer yang dikehendaki atau dibutuhkan.6
Observasi adalah sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang
spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain. Teknik pengumpulan data dengan
observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja,
gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.7
Data primer dalam penelitian ini adalah responden yang paham mengenai
pendepartemenan yang ada di Lembaga Griya Al-Qur’an yaitu:
5
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006) hal 129-130
6
Taliziduhu Ndraha, Research Metodologi Administrasi (Jakarta: Bina Aksara, 1985) hal 60
7
a. Direktur Operasional (CEO) Griya Al-Qur’an.
b. Devisi Operasional (COO) Griya Al-Qur’an.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah hasil pengumpulan oleh orang lain dengan maksud
tersendiri dan mempunyai kategorisasi atau klasifikasi menurut keperluan mereka.
Klasifikasi itu mungkin tidak sesuai bagi keperluan peneliti dan karena itu harus
menyusunnya kembali menurut kepentingan masalah yang dihadapi. Bila ini tidak
mungkin atau kurang serasi maka ada kalanya peneliti merasa lebih baik
mengumpulkan data sendiri. Karena sumber sekunder dikumpulkan oleh orang
lain dengan tujuan yang berlainan dengan tujuan seorang peneliti tertentu, peneliti
harus mempertimbangkan hingga mana dan bagaimana ia dapat memanfaatkan
bahan itu guna keperluan penelitiannya sendiri.
Data itu dapat digunakan untuk memperoleh generalisasi yang bersifat
ilmiah yang baru, dan dapat pula berguna sebagai pelengkap informasi yang telah
dikumpulkan sendiri oleh peneliti. Dan akhirnya data itu dapat juga memperkuat
penemuan atau pengetahuan yang telah ada.8
Dalam hal ini data yang di himpun adalah tentang profil Griya Al-Qur’an
Surabaya meliputi sejarah Griya Al-Qur’an dan Visi dan Misi, struktur organisasi
Data ini di peroleh dari manajer lembaga Griya Al-Qur’an Surabaya dan biasanya
di peroleh dari dokumentasi.
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari dokumentasi. Dokumentasi
adalah Teknik pengumpulan data malalui dokumen ini dipergunakan untuk
mengetahui tentang tata cara perencanaan program kerja yang telah di rencanakan
8
literatur-literatur baik berupa buku, dokumen, dan sebagainya yang relevan dengan
materi penelitian, majalah, jurnal, dan sejenisnya.
Dengan menggunakan dokumentasi ini peneliti mendapatkan data tentang :
a. Sejarah berdirinya Griya Al-Qur’an Surabaya
b. Struktur Organisasi Griya Al-Qur’an Surabaya
c. Sistem departementalisasi Griya Al-Qur’an Surabaya
Data skunder yang diperoleh terdiri dari:
a. Struktur organisasi
b. Foto kegiatan evaluasi
c. Denah lokasi
d. Susunan program Griya Al-Qur’an Surabaya
Hampir semua data-data dalam penelitian ini adalah data primer, karena digali
langsung dari responden, kecuali data-data kepustakaan digali disesuaikan dengan
fokus dan rumusan masalah. Uraian data juga disesuaikan dengan teori yang relevan.
Karenanya, data-data dalam penelitian ini memiliki sinkronisasi. Data-data yang telah
dikemukakan akan digali dengan wawancara terstruktur mendalam, observasi terlibat,
dan dokumentasi. Wawancara digunakan untuk menggali data-data verbal dan
menguak fenomena, seperti pengorganisasian, pembagian tugas kerja,
pendepartemanan yang ada di Griya Al-Qur’an. Semua data-data diatas akan digali di
Griya Al-Qur’an Surabaya.
NO OBYEK SUMBER DATA TEKHNIK
PENGUMPUL
1 Sejarah berdirinya
Sehubungan dengan penelitian ini, Griya Al-Qur’an Surabaya yang terletak di
jalan dinoyo no. 57 Tegalsari Surabaya. Dalam penelitian ini obyek penelitiannya
adalah Fungsi Pengorganisasian yang menitik beratkan pada proses departementasi
dalam proses belajar mengajar di Griya Al-Qur’an Surabaya.
D. TAHAP-TAHAP PENELITIAN
Berikut tahap-tahap penelitian menurut Lexy J. Moleong:9
1. Tahap Pra Lapangan
1) Menyusun rancangan penelitian sebagaimana tersusun dalam proposal
penelitian. Meliputi judul penelitian, konteks penelitian, fokus penelitian,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka dan teori, serta
metode penelitian.
2) Peneliti memilih lapangan penelitian dengan jalan dating langsung ke
lokasi penelitian untuk melihat bagaimana kualitas pengorganisasian
9
terutama pada aspek departementalisasi di Griya Al-Qur’an Dinoyo
Surabaya. Selain itu pertimbangan tempat, waktu dan biaya juga
mempengaruhi pemilihan lokasi.
3) Mengurus berbagai perizinan diantaranya membuat matrik proposal usulan
judul skripsi, kemudian disahkan oleh ketua jurusan Manajemen Dakwah
sebagai tembusan kepada dekan Fakultas Dakwah untuk penandatanganan
surat keterangan mengadakan penelitian oleh bapak Dekan untuk
disampaikan kepada Griya Al-Qur’an Dinoyo Surabaya.
4) Menjajaki dan menilai keadaan lapangan dengan menjadi seorang yang
mencari tahu syarat mendaftarkan diri menjadi siswa di Griya Al-Qur’an
Dinoyo Surabaya, sehingga peneliti dapat dengan leluasa melihat kualitas
pengorganisasian, serta cara dan budaya kerja karyawan.
5) Memilih dan memanfaatkan informan, dalam hal ini peneliti memilih
Direktur Griya Al-Qur’an Dinoyo Surabaya yaitu Ustad Imam Masruri
sebagai informan dikarenakan beliau mengerti dan mempunyai banyak
pengalaman tentang latar penelitian.
6) Menyiapkan perlengkapan penelitian diantaranya surat keterangan
mengadakan \penelitian dari Fakultas Dakwah, note book (buku catatan)
dan seperangkat alat tulis.
7) Menjaga etika selama mengadakan penelitian dengan jalan
memberitahukan secara jujur dan secara terbuka maksud dan tujuan
kedatangan peneliti, menyerahkan surat keterangan mengadakna penelitan
dak Fakultas, serta menghormati dan mematuhi semua peraturan yang
berlaku di Griya Al-Qur’an Dinoyo Surabaya.
1) Memahami Latar Penelitian dan Persiapan Diri
- Dalam tahap pekerjaan lapangan peneliti mengadakan pembatasan
dengan latar penelitian, diantaranya pada saat karyawan Griya
Al-Qur’an sedang bekerja (latar tertutup) peneliti lebih mengandalkan
pengamatan. Sedangkan pada jam istirahat (latar terbuka) peneliti lebih
mengandalkan wawancara.
- Dalam berpenampilan, peneliti menyesuaikan dengan latar penelitian
yakni Griya Al-Qur’an Dinoyo Surabaya sebagai lembaga yang
berbasis Islam, hal ini mendorong peneliti untuk berpenampilan
sebagai layaknya seorang muslim ketika memasuki latar penelitian.
- Selanjutnya, peneliti melakukan pengenalan dan menjalin hubungan
yang akrab dengan karyawan maupun direksi dari Griya Al-Qur’an
Dinoyo Surabaya, dengan tujuan terbina hubungan antara peneliti dan
subyek.
- Peneliti juga memperhatikan jumlah waktu studi yang telah ditentukan
agar dapat memanfaatkan waktu di lapangan seefisien dan seefektif
mungkin untuk mengumpulkan data yang duperlukan.
2) Memasuki Lapangan
- Dalam memasuki lapangan, peneliti perlu menjaga keakrapan
hubungan dengan subyek, dengan tujuan akan memudahkan peneliti
didalam mengumpulkan data yang diperlukan.
- Peneliti harus pandai menempatkan diri ketika berinteraksi dengan
latar penelitian, salah satunya adalah dengan membaur dengan subyek,
seperti mengucap salam, senyum maupun berkenalan ketika bertemu.
- Didalam mengumpulkan data peneliti mempertimbangkan terbatasnya
waktu, tenaga dan biaya. Dalam hal ini peneliti hanya mengikuti
sebagian dari kegiatan rutin di Griya Al-Qur’an Dinoyo Surabaya,
diantaranya mengikuti aktivitas belajar Al-Qur’an hanya selama
kurang dari dua jam setiap kali peneliti bedara di latar penelitian.
- Didalam pencarian data peneliti menitik beratkan pada cara
pengumpulan data melalui pengamatan berperan serta dan wawancara.
- Data yang diperoleh supaya tidak hilang (lupa), penulis dapat membuat
catatan lapangan, mencatat apa yang dikatakan oleh subyek secara
verbatim dan tidak lupa peneliti membawa catatan dimanapun peneliti
berada.
- Jika peneliti sudah mengalami kejenuhan dan keletihan, satu-satunya
jalan yang harus ditempuh adalah beristirahat.
- Analisis dilapangan, yaitu apabila peneliti sudah mencatat data yang
diperoleh, maka peneliti mulai member kode pada data. Sehingga akan
tampak bahwa ada kecocokan atau ketidak cocokan dengan hipotesa
kerja yang telah dirumuskan sewaktu pertama berada dilapangan.
E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Ada beberapa teknik pengumpulan data, antara lain:
1. Observasi atau pengamatan digunakan dalam rangka mengumpulkan data dalam
suatu penelitian, merupakan hasil penelitian jiwa secara aktif dan penuh perhatian
psikis dengan jalan mengamati dan mencatat. Dengan menggunakan metode
tersebut peneliti mendapatkan data tentang, lokasi penelitian.10
2. Teknik wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Tujuan diadakannya
wawancara antara lain: mengkontruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan,
organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain. Peneliti
menggunakan teknik ini untuk mengumpulkan data tentang sejarah,
pengorganisasian, departementalisasi pada karyawan di Griya Al-Qur’an Dinoyo
Surabaya. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber informasi adalah Imam
Masruri selaku General Manager, Direktur Operasional dan Divisi Operasional
Griya Al-Qur’an Surabaya.
3. Dokumentasi
Dokumentasi ialah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record, yang tidak
dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik. Peneliti menggunakan
teknik ini untuk mendapatkan data tentang sejarah, pengorganisasian dan
departementalisasi pada karyawan di Griya Al-Qur’an Dinoyo Surabaya. Data
yang diperoleh dari dokumentasi ini berupa File mengenai gambar macam-macam
kegiatan, sejarah berdirinya Griya Al-Qur’an, Struktur Organisasi Griya Al
-Qur’an.
F. TEKNIK ANALISA DATA
Dalam merencanakan data-data yang akan digali dilapangan digunakan teknik
deskriptif, yaitu menguraikan dominan yang terfokus dan memilihnya menjadi
10
beberapa sub-domain serta bagian-bagian khusus yang lebih terperinci.11 Teknik ini
berupaya memecah konsep-konsep dalam permasalahan yang dibahas menjadi
data-data paling kecil dan lebih konkrit.
Data-data yang telah terkumpul dianalisa dengan menggunakan tiga teknik
yang biasa digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu reduct data, display data, dan
conclusion drawing. Reduksi data adalah suatu cara membuat konsep data dan
menggalinya dilapangan. Display data adalah cara menguraikan dan menampilkan
data-data secara sistematik dan apa adanya. Conclusion drawing adalah menarik suatu
kesimpulan yang representatif dan inhern dengan permasalahan yang dirumuskan.
Dalam pembahasannya, metode induktif digunakan dalam penelitian ini, kemudian
hasil penelitian didiskusikan dengan kajian teoritis untuk menemukan sisi ideaslitas
dan realitas.
G. TEKNIK VALIDASI DATA
Berikut adalah teknik keabsahan data menurut Lexy J. Moleong:12
1. Perpanjangan keikut sertaan
Peneliti dalam penelitian kualitatif adalah instrument itu sendiri. Keikut
sertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Keikut sertaan data
tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan
perpanjangan keikut sertaan peneliti pada latar peneliti, sehingga akan
memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data.
2. Ketekunan pengamatan
Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan cirri-ciri dan unsur-unsur
dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari
11
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rajawali, 2003), hal 90
12
dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dengan kata
lain, jika perpanjangan keikut sertaan menyediakan ruang lingkup, maka
ketekunan pengamatan menyediakan kedalaman. Hal ini berarti bahwa peneliti
hendaknya mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
1. SEJARAH BERDIRINYA GRIYA AL-QUR’AN SURABAYA
Jika berbicara mengenai sejarah berdirinya Griya Al-Qur’an ini, Griya Al-Qur’an
berdiri sejak tanggal 28 1428 Hijriah. Awal mula berdiri namanya masih Rumah
Al-Qur’an. Jadi Griya Al-Qur’an ini sudah berjalan sekitar delapan tahun. Berdirinya Griya
Al-Qur’an ini berawal dari keinginan sekelompok orang yang peduli terhadap
perkembangan pembelajaran Al-Qur’an disekitar daerah Delta Sari Sidoarjo, jadi dimulai
dari sebuah keinginan membuka lembaga kecil-kecilan mungkin dimulai dari komunitas
yang ada terlebih dahulu pada saatnya sudah dikelompokkan beberapa orang, dari
beberapa kelompok orang ini ingin belajar dan menghafal Al-Qur’an. Jadi memang
memulai dari hal yang terkecil hingga tidak menyangka bisa sebesar ini.
Tokoh-tokoh pendiri Griya Al-Qur’an sendiri terdiri dari beberapa tokoh, yaitu ada
Sembilan orang yang berperan penting di dalamnya, namun hanya beberapa saja yang
bisa disebutkan namanya dikarenakan permintaan dari orang tersebut, tokoh tersebut yang
bisa disebutkan namanya yaitu Ustad Irwitono Suwito, bapak Suparwi, ustad Imam
Masruri dan ustad Febristo Robby Dullah namun lebih akrabnya di panggil Ustad Aris.
Ustad Irwitono ini adalah penggagas untuk mendirikan Griya Al-Qur’an ini. Dan
dibawahnya terdiri dari beberapa direktur manager terutama di Griya Al-Qur’an Surabaya
untuk kantor dan pusatnya di pimpin oleh Ustad Imam Masruri.
Griya Al-Qur’an sudah berkembang di Surabaya, ada tiga cabang yaitu daerah
Dinoyo, Cisadane dan Teluk Buli Perak. Di Sidoarjo sendiri induknya tetap di Delta Sari
tepatnya di Delta Tama. Memang induknya ada di Delta Tama, namun pusat atau
yang di Delta Tama mungkin hanya dari jam belajar bahwa kelasnya tidak penuh, jadi
standard dari jam belajar terdiri dari empat sesi, sesi pagi dimulai dari jam delapan pagi
sampai jam sepuluh, jam 12 sampai jam dua, setelah ashar hingga sebelum maghrib, dan
setelah maghrib hingga jam delapan malam. Namun yang normal itu pagi sampai siang,
jadi di Delta Tama ini menggunakan sesi yang normal. Untuk saat ini masih dalam tahap
perkembangan untuk induk Griya Al-Quran yang di Delta Tama ini, dengan
menggunakan sesi yang standart dengan empat sesi jam belajar.
2. LETAK GEOGRAFIS GRIYA AL-QUR’AN SURABAYA
Lokasi Griya Al-Qur’an Diantaranya yaitu:
Bagian utara : Radio Suara Muslim Griya Al-Qur’an
Bagian timur : Bengkel Loeco
Bagian barat : Ahmad Riyadh UB,. S. H. M. Si. & Partners ADVOKAT &
LEGAL CONSULTANTS
Bagian selatan : Graha Widya Mandala
Griya Al-Qur’an Surabaya ini berdiri diatas tanah milik sendiri dengan bangunan satu
tingkat yang bersebalahan dengan Radio
3. DASAR DAN TUJUAN BERDIRINYA GRIYA AL-QUR’AN SURABAYA
a. Dasar
Berbicara mengenai dasar Griya Al-Qur’an sendiri, terdapat yang namanya
Budaya Lembaga, Budaya Lembaga itu asas-nya satu yaitu cinta subuh. Yang
diterapkan kepada karyawan atau SDM, hal ini akan berpengaruh sekali terhadap
perkembangan para karyawan saat mengajar dikelas dan bagaimana cara berfikirnya.
Karena sejatinya menurut persepsi dari Griya Alqur’an sendiri yaitu yang sudah
dijelaskan oleh hadist Rasulullah SAW, yang menekankan menganai fadilah shalat
mereka akan rela merangkak menghadiri masjid untuk mengikuti shalat subuh
berjama’ah.
Jadi cinta subuh ini kita shalat subuhnya dimasjid dengan berjama’ah, wajib
hukumnya untuk laki-laki, dan untuk bisa melaksanakannya dirumah namun harus
tepat waktu. Tepat waktu sendiri yaitu sekitar 15 menit setelah dikumandangkannya
adzan shubuh. Jadi yang dapat dipaparkan dari fadilah subuh ini yaitu jika subuhnya
beres maka insha allah seluruhnya akan beres, yang dimaksud seluruhnya yaitu dari
shalat nya dimulai dari subuh, dluhur, ashar, maghrib dan isya’ Insha Allah akan
beres. Sesuai hadist Rasulullah bahwasannya cirri-ciri kemunafikan itu karena
melalaikan shalat subuh dan isya’.
b. Tujuan
Bahwasannya kita ingin menjadi bagian dari lembaga yang juga mempunyai peran
mencerdaskan umat melalui Griya Al-Qur’an ini.
4. GAMBARAN BANGUNAN GRIYA AL-QUR’AN SURABAYA
Untuk gambaran bangunan Griya Al-Qur’an Surabaya dibagi menjadi tiga bagian
yaitu bagian depan, tengah dan belakang yang terdiri dari
Bagian depan: untuk ruangan Staff atau Customer Servis
- Ruangan yang digunakan sebagai tempat pendaftaran, mencari informasi
mengenai Griya Al-Qur’an.
Bagian tengah: ruang belajar mengajar, ruangan ini lebih lengkap antara lain
terdiri dari:
- Ruangan belajar untuk kelas Dasar, Tartil dan Tahfidz.
- Buku-buku keislaman (dewasa)
- Majalah-majalah Griya Al-Qur’an.
Bagian belakang: ruang belajar mengajar dan kantor General Manager.
- Ruang belajar mengajar kelas Dasar.
- Tempat wudlu.
- Ruang Ustadz/Ustadzah.
- Ruang kantor khusus General Manager Griya Al-Qur’an Surabaya.
5. JAM DAN HARI KERJA KARYAWAN GRIYA AL-QUR’AN SURABAYA
Dalam melaksanakan aktivitas kesehariannya karyawan Griya Al-Qur’an Surabaya
memiliki hari dan jam kerja sebagai berikut:
a. Jam kerja
1)Durasi jam kerja shift pagi: 7.30 -14.00 (6.5 jam).
2)Durasi jam kerja shift sore: 13.30 - 20.00 (6.5 jam).
3) Khusus untuk kelas perkantoran menyesuaikan dengan jam KBM di kantor
setempat (sesuai kesepakatan).
4)Pembinaan 3 hari masuk jam wajib.
5)Penanggungjawab absensi: staf masing-masing cabang.
6)Sabtu pekan pertama tiap bulan jam 08.00-dhuhur (maksimal).
b. Seragam
1) Senin, selasa, kamis: baju hem lengan panjang, berdasi (bebas), memakai ikat
pinggang, berkaos kaki, songkok hitam (tinggi maksimal 10).
2) Rabu, jum’at: baju koko lembaga, rabu warna coklat, jum’at warna putih,berkaos
kaki, songkok hitam (tinggi maksimal 10).(ustadzah menyesuaikan)
3) Penanggung jawab kontrol: Manajer cabang dan coordinator cabang.
c. Jam masuk kelas
1) Guru masuk kelas 5 menit sebelum jam belajardan mengakhiri pelajaran 5 menit
2) Guru tidak diperkenankan meninggalkan kelas walaupun tidak ada siswa yang
hadir kecuali ada udzur syar`i
d. Sholat Berjamaah
Guru (ikhwan) diwajibkan sholat berjamaah di Masjid/Musholla terdekat.
6. PUSAT DAN CABANG GRIYA AL-QUR’AN SURABAYA
Selama perkembangan sebagai pusat pembelajaran Al-Qur’an, Griya Al-Qur’an
Surabaya telah membuka beberapa kantor cabang, antara lain:
1) Pusat :
- Jl. Dinoyo no. 57, Surabaya.
2) Cabang :
- Jl. Cisadane no. 36, Surabaya.
- Delta Tama V/4, Waru, Sidoarjo.
- Pondok Jati BP no. 2, Sidoarjo.
- Jl. Kalimantan no. 18B, Madiun.
- Jl. Siaga Raya no. 40 Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12510.
- PT. SJA
Jl.Raya Jati Mekar 14, Jati Asih, Pondok Gede, Bekasi.
- Perumahan Mojoroto Blok Q no. 1, Kediri.
- Dar Al Niamah Foundation, 18/2 Prashauthis 72, Thungkhru, BANGKOK,
Thailand.
- Masjid An Nur, Rua Campo Alor, Kampung Alor, Dili, Timor Leste.
7. VISI DAN MISI GRIYA AL-QUR’AN SURABAYA
Sebagai Lembaga yang berbasis Islam Griya Al-Qur’an Surabaya mempunyai Visi
dan Misi sebagai berikut:
Menjadi pusat kegiatan dakwah Islam di Indonesia dan Asia Tenggara dengan fokus
pada pembelajaran materi materi Al Qur’an dan ke-Islaman yang berlandaskan Al Qur’an
dan As Sunnah , profesional dan berorientasi pada kemajuan.
b. Misi
1) Menyelenggarakan kegiatan dakwah pendidikan dan pembelajaran Al Qur’an dan
materi ilmu – ilmu Islam dengan mengikuti kaidah para salaf yang ber-Akidah lurus serta
berprinsip pada Ahlussunnah Wal Jama’ah.
2) Melaksanakan semua aspek kegiatan pendidikan dan pembelajaran dengan
menerapkan manajemen modern, berorientasi pada kemajuan dan menggunakan
teknologi terkini.
3) Mencetak SDM yang berkualitas dan berkompetensi tinggi yang mempunyai karakter
dasar akidahnya lurus, ibadahnya benar dan berakhlak shalih dengan dasar penguasaan
pada Al Qur’an, ilmu – ilmu Islam serta ilmu – ilmu aktual
4) Menjadi pusat sarana riset, penelitian dan pengembangan sistem pembelajaran Al
Qur’an.
8. STRUKTUR ORGANISASI GRIYA AL-QUR’AN SURABAYA PERIODE
2010-2015
9. SUSUNAN PENGURUS GRIYA AL-QUR’AN SURABAYA
Susunan pengurus Griya Al-Qur’an Surabaya periode 2016 adalah sebagai berikut:
a. CEO : Irwitono, S. T., M. M.
b. COO : Febristo Robby Dollah S. Th. I
c. Manager Kurikulum : Imam Masruri D. Th. I
d. Manager Pengembangan : Khoirul Huda S. Pd. I
e. Manager Training Center : Aziz Sylthan S. Pd. I
f. Manager Umum : Abdur Rokhim
g. BM – Teluk Buli : Achmad Farid
h. BM – Cisadane : M. Zainuddin
j. BM – Deltasari : Mufid Zawawi
k. BM – Sidoarjo : Fathur Rozi
l. BM – Madiun : Bonandi
m. Plt. BM – Jakarta : Ali Za
n. Plt. BM – Bandung : Mudzakkir1
Adapun pembagian tugas-tugas pengurus Griya Al-Qur’an Surabaya Periode
2016 sebagai berikut:
- Bertanggung jawab atas gaji pegawai.
c. COO
- Bertanggung jawab kepada Divisi Utama.
- Mengawasi departemen bawahannya.
d. Manager Kurikulum
- Merumuskan masalah kurikulum.
- Merencanakan dan menetapkan masalah kurikulum dalam pembelajaran.
e. Manager Pengembangan
- Diklat Eksternal
- Sertifikasi guru
- Diklat imam masjid
g. Manager Umum
- General Affairs
- HRD
- Bagian sarana dan prasarana
h. BM – Teluk Buli
- Bertanggung jawab terhadap kinerja guru wilayah teluk buli.
- Memberikan pengarahan kepada karyawan Teluk Buli
i. BM – Cisadane
- Bertanggung jawab terhadap kinerja guru wilayah Cisadane.
- Memberikan pengarahan kepada para karyawan wilayah Cisadane.
j. BM – Dinoyo
- Bertanggung jawab terhadap kinerja guru wilayah Dinoyo
- Memberikan pengarahan kepada para karyawan wilayah Cisadane.
k. BM – Deltasari
- Bertanggung jawab terhadap kinerja guru wilayah Deltasari.
- Memberikan pengarahan kepada para karyawan wilayah Deltasari.
l. BM – Sidoarjo
- Bertanggung jawab terhadap kinerja guru wilayah Sidoarjo.
- Memberikan pengarahan kepada para karyawan wilayah Sidoarjo.
m. BM – Madiun
- Bertanggung jawab terhadap kinerja guru wilayah Madiun.