• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dampak Sertifikasi Guru dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga T1 162009034 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dampak Sertifikasi Guru dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga T1 162009034 BAB IV"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang hasil penelitian yang telah diperoleh sekaligus pembahasannya. Hasil penelitian ini menjawab masalah penelitian pada Bab I yaitu adakah Dampak Sertifikasi Guru dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga?

4.1

.Hasil Penelitian

4.1.1 Profil SMK Diponegoro Salatiga

SMK Diponegoro merupakan salah satu SMK kejuruan swasta di Salatiga, status diakui didirikan tahun 1997 diatas tanah seluas 5000 ht2. Dibawah naungan YAYASAN IMARATUL MASAJID WALMADARIS (YA IAMAM) yang berlokasi di jalan kartini no 2 .

Pengurus YA IMAM mengganti nama madrasa aliyah NU menjadi SMEA Diponegoro dengan surat keputusan NO:010-YA IMAM-II-1997. Nama SMEA berubah menjadi SMK Diponegoro Salatiga.

Di SMK Diponegoro Salatiga berdasarkan ajaran islam sehingga tingkah laku dan gerakkan berdasarkkan ajaran agama islam.walaupun demikian yang menimba ilmu disini dari berbagai macam.

SMK Diponegoro Salatiga memiliki fasilitas kerja mandiri berupa mini market milik SMK Diponegoro Salatiga guna untuk memberikan praktek nyata untuk peserta didik program keahlian akuntansi supaya dapat menghitung cara membuat pembukuan di mini market sedangkan bagi program keahlian pemasaran dapat menumbuhkan jiwa kewirausahaan yang mandiri dan cara yang baik untuk memberi pelayanan terbaik kepada pelanggan.

(2)

Tabel 4.1 Program keahlian dan Jumlah kelas Di SMK Diponegoro Salatiga tahun pelajaran 2012-2013

KELAS JUMLAH KELAS JUMLAH

Akutansi Pemasaran

X 3 3 6

XI 3 3 6

XII 3 2 5

JUMLAH 17

Sumber:Data yang diolah

Tabel 4.1 menjelaskan bahwa terdapat dua program keahlian akutansi dan pemasaran,kelas X akutansi dan pemasaran berjumlah enam kelas sedangkan kelas XI akutansi dan pemasaran berjumlah enam kelas dan kelas XII akutansi dan pemasaran berjumlah lima kelas sehingga Di SMK Diponegoro Salatiga memiliki tujuh belas kelas.

4.1.3 Visi dan Misi SMK Diponegoro Salatiga

Visi

Menyiapkan tenaga terampil,kompetitif,mandiri,siap kerja dan akhlak mulia. Misi

1.mengembangkan sikap keimanan dan ketekunan kepada tuhan YME 2.membangun sikap profesionel jujur dan bertanggungjawab

3.melaksanakan program diklat sesuai tuntutan kebutuhan dunia kerja meliputi aspek normative adaptif dan produktif.

4.membangunjiwa kewirausahaan

5.mengoptimalkanperan serta masyarakat,potensi lingkungan dan unit produksi.

4.2Hasil Temuan penelitian

(3)

4.2.1.Kompetensi Pedagogik

Hasil temuan peneliti berupa tabel di dapat dari penyebaran kuesioner sebagai alat bantu supaya hasil semakin akurat selain itu wawancara kepada nara sumber yaitu kepala sekolah, Guru Sertifikasi dan Guru yang belum Sertifikasi di SMK Diponegoro Salatiga.

TABEL 4.2.1.HASIL PEMAHAMAN KOMPETENSI PEDAGOGIK

KEPALA SEKOLAH,GURU SERTIFIKASI DAN GURU YANG BELUM SERTIFIKASI DI SMK DIPONEGORO SALATIGA

Responden Jumlah

Responden Tidak Pilihan untuk responden

memahami memahami Kurang memahami Cukup Memahami memahami Sangat

Kepala Sekolah 1 - - - - 1

Guru yang

sertifikasi 8 - - - 5 3

Guru yang

belum sertifikasi 25 - 7 11 5 2

Sumber=Data yang diolah

Tabel 4.2.1 Menunjukkan Kepala Sekolah, Guru sertifikasi yang berjumlah delapan guru di antaranya empat Guru Tetap Yayasan (GTY) dan tiga guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) serta Guru yang belum sertifikasi yang berjumlah dua puluh lima diantaranya dua puluh Guru Tetap Yayasan (GTY) dan lima Guru Tidak Tetap (GTT) dalam memahami setiap indikator kompetensi pedagogik untuk meningkatkan mutu pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga. Berkaitan dengan hal tersebut, hasil temuan peneliti kepada guru sertifikasi menjelaskan lima guru dengan status Guru Tetap Yayasan (GTY) memahami kompetensi pedagogik dan tiga guru di antaranya dengan status dua guru Pegawai negeri Sipil (PNS) dan satu Guru Tetap Yayasan (GTY) sangat memahami sehingga guru sertifikasi lebih banyak yang memahami kompetensi pedagogik dan mampu meningkatkan mutu pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga.

(4)

tidak bosan dan guru sertifikasi mampu mengembangkan potensi masing-masing peserta didik dengan memberikan pembelajaran dalam situasi bebas tertekan dan bebas rasa takut misalnya memberikan tugas praktek untuk berwirausaha, memberi motivasi mengejar apa yang diminati salah satunya dengan pelatihan terjun langsung ke mini market SMK Diponegoro Salatiga supaya potensi yang ada dalam diri peserta didik berkembang. Guru sertifikasi merancang dan menciptakan pembelajaran agar menyadarkan peserta didik untuk menjadi generasi yang berkualitas sehingga mutu pembelajaran dapat meningkat.

Hasil temuan peneliti kepada Kepala Sekolah menunjukkan sangat memahami setiap indikator kompetensi pedagogik, selain itu pandangan Kepala Sekolah kepada guru sertifikasi ,menjelaskan bahwa kompetensi pedagogik belum dilaksanakan dengan baik ketika pembelajaran, sebenarnya seluruh guru sudah mengerti dan memahami kompetensi pedagogik tetapi dalam kenyataannya belum menerapkan dengan baik ke dalam strategi, metode dan teknik-teknik pembelajaran yang kreatif. Kepala Sekolah juga menjelaskan baik guru sertifikasi maupun yang belum sertifikasi belum menyadari pentingnya pemanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi seperti alat media LCD untuk kepentingan pembelajaran sehingga guru sertifikasi dikatakan belum maksimal dalam meningkatkan mutu pembelajarandi SMK Diponegoro Salatiga.

(5)

tertentu sehingga guru yang belum sertifikasi belum mampu meningkatkan mutu pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga.

Hasil temuan peneliti kepada Kepala Sekolah, Guru Sertifikasi dan Guru yang belum Sertifikasi di SMK Diponegoro Salatiga. Pemahaman kompetensi pedagogik menunjukkan guru belum sertifikasi cukup memahami itu artinya dengan adanya delapan guru sertifikasi cukup mampu meningkatkan mutu pembelajaran walaupun belum maksimal ketika menerapkannya dalam pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga.

4.2.2.Kompetensi Kepribadian

Hasil temuan peneliti berupa tabel didapat dari penyebaran kuesioner sebagai alat bantu supaya hasil semakin akurat selain itu wawancara kepada Kepala Sekolah, Guru Sertifikasi dan Guru yang belum Sertifikasi di SMK Diponegoro Salatiga.

TABEL 4.2.2.HASIL PEMAHAMAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN KEPALA SEKOLAH,GURU SERTIFIKASI DAN GURU BELUM SERTIFIKASI

DI SMK DIPONEGORO SALATIGA

Responden Jumlah

Responden Tidak Pilihan untuk responden

memahami memahami Kurang memahami Cukup Memahami memahami Sangat

Kepala Sekolah 1 - - - - 1

Guru yang

sertifikasi 8 - - - 3 5

Guru yang

belum sertifikasi 25 - - 1 10 14

Sumber:Data yang diolah

(6)

Guru Tetap Yayasan(GTY) dan satu guru Pegawai Negeri Sipil(PNS) memahami kompetensi kepribadian dan lima guru di antaranya dengan status tiga Guru Tetap Yayasan (GTY) dan dua guru Pegawai negeri Sipil (PNS) sangat memahami sehingga guru sertifikasi lebih banyak yang sangat memahami kompetensi kepribadian dan sangat mampu meningkatkan mutu pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga.

Guru sertifikasi menjelaskan bahwa guru tidak hanya bekerja mentransfer ilmu pengetahuan tetapi juga menjadi pemberi teladan , bertindak sesuai norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan nasional Indonesia, berkepribadian jujur bersikap mulia dan teladan. Pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawah juga menjadi salah satu keberhasilan pembelajaran. Guru sertifikasi mampu mengendalikan kestabilan emosi sehingga tidak ada kekerasan dalam pembelajaran dan peserta didik merasa tidak tertekan, berani bertanya dalam mengalami kesulitan dengan begitu guru sertifikasi mampu meningkatkan mutu pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga.

Hasil temuan peneliti kepada Kepala Sekolah dalam memahami setiap indikator kompetensi kepribadian menunjukkan sangat memahami. Kepala Sekolah sebagai pemimpin Sekolah mengarahkan dan menjalankan visi misi sekolah supaya tidak terjadi penyimpangan serta menjunjung tinggi akhlak mulia sehingga mampu meningkatkan mutu pembelajaran. Etos kerja tanggung jawab, rasa bangga menjadi guru dan rasa percaya diri akan memudahkan guru untuk mengembangkan diri. Kepala Sekolah menjelaskan bahwa baik guru sertifikasi dan guru yang belum sertifikasi sangat mampu memahami dan melaksanakan kompetensi kepribadian dengan baik dalam pembelajaran sehingga mampu meningkatkan mutu pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga.

(7)

itu wajib menjunjung tinggi kode etik untuk pedoman sikap dan perilaku sehingga tidak melanggar aturan karena segala sesuatu dari tingkah laku seorang pengajar akan berpengaruh dengan martabat guru dengan demikian jika dilaksanakan dengan baik guru yang belum sertifikasi mampu meningkatkan mutu pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga.

Hasil temuan peneliti kepada Kepala Sekolah, Guru Sertifikasi dan Guru yang belum Sertifikasi di SMK Diponegoro Salatiga. Pemahaman kompetensi kepribadian menunjukkan guru belum sertifikasi sangat memahami itu artinya dengan adanya delapan guru sertifikasi sangat mampu meningkatkan mutu pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga.

4.2.3 Kompetensi Sosial

Hasil temuan peneliti berupa tabel didapat dari penyebaran kuesioner sebagai alat bantu supaya hasil semakin akurat selain itu wawancara terhadap ketiga nara sumber yaitu guru sertifikasi, kepala sekolah dan guru yang belum sertifikasi di SMK Diponegoro Salatiga.

TABEL 4.2.3. HASIL PEMAHAMAN KOMPETENSI SOSIAL

KEPALA SEKOLAH, GURU SERTIFIKASI DAN GURU BELUM SERTIFIKASI DI SMK DIPONEGORO SALATIGA

Responden Jumlah

Responden Tidak Pilihan untuk responden

memahami memahami Kurang memahami Cukup Memahami memahami Sangat

Kepala Sekolah 1 - - - 1 -

Guru yang

sertifikasi 8 - - - 5 3

Guru yang

belum sertifikasi 25 - - 4 14 7

Sumber:Data yang diolah

(8)

dalam memahami setiap indikator kompetensi sosial untuk meningkatkan mutu pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga. Berkaitan dengan hal tersebut, hasil temuan peneliti kepada guru sertifikasi menjelaskan lima guru di antaranya dengan status empat Guru Tetap Yayasan (GTY) dan satu guru Pegawai negeri Sipil (PNS) memahami kompetensi sosial dan tiga guru di antaranya dengan status dua guru Pegawai negeri Sipil (PNS) dan satu Guru Tetap Yayasan (GTY) sangat memahami sehingga guru sertifikasi lebih banyak yang memahami kompetensi sosial dan mampu meningkatkan mutu pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga.

Guru Sertifikasi menjelaskan pemahaman kompetensi sosial bersikap inklusif artinya terbuka terhadap perbadaan dan terbuka dalam interaksi selain itu bertindak obyektif dalam memberikan penilaian dan pendapat agar tidak menyimpang dari tujuan pembelajaran. Pemberian nilai apa adanya tidak ada paksaan untuk memanipulasi data sebagai guru bersertifikasi harus berlandaskan kebenaran ilmiah, rasional dan etis sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

Hasil temuan peneliti kepada Kepala Sekolah dalam memahami indikator-indikator setiap kompetensi sosial menjelaskan memahami. Pandangan Kepala Sekolah kepada guru sertifikasi dan guru yang belum sertifikasi sudah memahami serta melaksanakan kompetensi sosial dengan baik dalam pembelajaran seperti interaksi sesama profesi dengan bertukar pikiran melalui forum atau media lainnya dengan baik selain itu berkomunikasi dengan penyampaian yang baik, bersikap santun sesuai dengan kebiasaan adat istiadat dan kebudayaan setempat sehingga Kepala Sekolah menjelaskan guru sertifikasi dan guru yang belum sertifikasi mampu meningkatkan mutu pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga.

(9)

dalam kompetensi sosial adalah sudah memahami dan mampu meningkatkan pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga.

Hasil temuan peneliti kepada Kepala Sekolah, Guru Sertifikasi dan Guru yang belum Sertifikasi di SMK Diponegoro Salatiga. Pemahaman kompetensi sosial menunjukkan guru belum sertifikasi memahami itu artinya dengan adanya delapan guru sertifikasi mampu meningkatkan mutu pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga.

4.2.4 Kompetensi Profesional

Hasil temuan peneliti berupa tabel didapat dari penyebaran kuesioner sebagai alat bantu supaya hasil semakin akurat selain itu wawancara kepada nara sumber yaitu Kepala Sekolah, Guru Sertifikasi dan Guru yang belum Sertifikasi di SMK Diponegoro Salatiga.

TABEL 4.2.4.HASIL PEMAHAMAN KOMPETENSI PROFESIONAL

KEPALA SEKOLAH,GURU SERTIFIKASI DAN GURU BELUM SERTIFIKASI DI SMK DIPONEGORO SALATIGA

Responden Jumlah

Responden Tidak Pilihan untuk responden

memahami memahami Kurang memahami Cukup Memahami memahami Sangat

Kepala Sekolah 1 - - - 1 -

Guru yang

sertifikasi 8 - - - 8 -

Guru yang

belum sertifikasi 25 - 14 5 5 1

Sumber:Data yang diolah

(10)

profesional dan mampu meningkatkan mutu pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga.

Guru Sertifikasi menjelaskan bahwa menambah wawasan melalui internet dan buku – buku yang mendekati pelajaran yang akan diajarkan merupakan cara penguasaan materi secara luas dan pengembangan diri guru. Sehingga dapat meningkatkan kualitas mutu pembelajaran selain itu pengembangan kurikulum dapat dilaksanakan dengan mengembangkan RPP dan silabus melalui pengembangan alat penilaian yang tepat sesuai dengan indikator-indikatornya sehingga guru sertifikasi dengan cara tersebut cukup mampu meningkatkan mutu pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga.

Hasil temuan peneliti kepada Kepala Sekolah dalam pemahaman standar kompetensi professional menjelaskan memahami. Penjelasan Kepala Sekolah kepada guru sertifikasi berbeda dalam memahami kompetensi profesional . Guru sertifikasi menjelaskan bahwa memahami kompetensi profesional tetapi pada kenyataanya belum dilaksanakan dengan baik dalam pembelajaran, Sebenarnya para guru baik yang bersertifikasi maupun yang belum sudah memiliki standar kompetensi professional yang baik namun karena beberapa kendala menyebabkan kurang optimal dalam menjalankan kompetensi professional seperti materi pembelajaran yang kurang kreatif akibat kurangnya sarana prasarana yang menjadikan guru monoton dan peserta didik merasa bosan selain itu guru sertifikasi tidak semangat dan malas menggunakan Metode yang menarik untuk peserta didik untuk pengembangan diri sehingga guru sertifikasi dapat dikatakan sama saja dengan guru yang belum sertifikasi belum mampu meningkatkan mutu pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga.

(11)

Guru yang belum sertifikasi menjelaskan Fasilitas yang memadai salah satu faktor keberhasilan pembelajaran, guru-guru semakin giat mengembangkan potensinya tapi pada kenyataannya kendala-kendala yang terjadi seperti keterbatasan fasilitas untuk mengembangkan diri menjadikan guru belum sertifikasi kurang mampu meningkatkan mutu pembelajarandi SMK Diponegoro Salatiga.

Hasil temuan peneliti kepada Kepala Sekolah, Guru Sertifikasi dan Guru yang belum Sertifikasi di SMK Diponegoro Salatiga. Pemahaman kompetensi profesional menunjukkan guru belum sertifikasi kurang memahami itu artinya dengan adanya delapan guru sertifikasi belum mampu meningkatkan mutu pembelajaran dan belum maksimal ketika menerapkannya dalam pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga

4.2.5 Pemahaman guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran di SMK Diponegoro.

Guru yang bersertifikasi maupun yang belum sertifikasi harus memiliki kemampuan dalam menguasai empat kompetensi guru, jika memahamami dan menjalankan kompetensi dengan baik dan benar maka akan terjadi Peningkatkan mutu pembelajaran. Guru Sertifikasi seharusnya mampu mengubah mutu pembelajaran semakin baik atau semakin meningkat tetapi pada kenyataannya mutu pembelajaran di SMK Diponegoro belum ada perubahan.

Hasil temuan peneliti data tabel yang berasal dari penyebaran kuesioner sebagai alat bantu supaya hasil semakin akurat selain itu wawancara terhadap ketiga nara sumber yaitu Kepala Sekolah, Guru Sertifikasi dan Guru yang belum Sertifikasi di SMK Diponegoro Salatiga.

TABEL 4.2.5.HASIL MUTU PEMBELAJARAN

KEPALA SEKOLAH ,GURU SERTIFIKASI DAN GURU BELUM SERTIFIKASI

DI SMK DIPONEGORO SALATIGA

Responden Jumlah

Responden Tidak Pilihan untuk responden

memahami memahami Kurang memahami Cukup Memahami memahami Sangat

Kepala Sekolah 1 - - - - 1

Guru yang

(12)

Guru yang

belum sertifikasi 25 - 1 11 10 3

Sumber:Data yang diolah

Tabel 4.2.5 Menunjukkan Kepala Sekolah, Guru sertifikasi yang berjumlah delapan guru diantaranya empat Guru Tetap Yayasan (GTY) dan tiga guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) serta Guru yang belum sertifikasi yang berjumlah dua puluh lima diantaranya dua puluh Guru Tetap Yayasan(GTY) dan lima Guru Tidak Tetap(GTT), dalam meningkatkan mutu pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga. Berkaitan dengan hal tersebut, hasil temuan peneliti guru sertifikasi dalam meningkatkan mutu pembelajaran menunjukkan dua guru di antaranya dengan status satu Guru Tetap Yayasan (GTY) dan satu guru Pegawai negeri Sipil (PNS) cukup memahami dalam meningkatkan mutu pembelajaran dan satu Guru Tetap Yayasan (GTY) memahami dan lima guru diantaranya dengan status dua Guru Tetap Yayasan(GTY) dan tiga guru Pegawai Negeri Sipil(PNS) sangat memahami sehingga pilihan terbanyak guru sertifikasi adalah sangat memahami dalam meningkatkan mutu pembelajaran dan sangat mampu meningkatkan mutu pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga

Hasil temuan peneliti kepada Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran menjelaskan sangat memahami. Pandangan Kepala Sekolah dengan guru sertifikasi berbeda guru sertifikasi menjelaskan cukup memahami/memahami tetapi menurut Kepala Sekolah bahwa guru sertifikasi belum mampu meningkatkan mutu pembelajaran di SMK Diponegoro. Administrasi pembelajaran seperti RPP yang tidak sesuai dengan rencana dan kurangnya fasilitas LCD untuk menunjang peningkatan kompetensi guru sehingga monoton dalam mengajar itu merupakan kendala untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga.

(13)

memahami dan cukup mampu meningkatkan pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga.

Guru yang belum Sertifikasi cukup mampu mewujudkan pembelajaran yang bermutu karena keterbatasan fasilitas LCD yang berjumlah empat sehingga penerapan metode dan teknik pembelajaranmenjadi monoton dan belum maksimal. Guru yang belum sertifikasi menjelaskan dengan adanya guru sertifikasi belum ada peningkatan mutu pembelajaran di SMK Diponegoro, adanya penyimpangan tujuan sertifikasi maksudnya guru menjelaskan bahwa sertifikasi dapat meningkatkan penghasilan sehingga guru mengejar sertifikasi untuk meningkatkan penghasilan dan melupakan tugasnya untuk meningkatkan mutu pembelajaran.

Hasil temuan peneliti kepada Kepala Sekolah, Guru Sertifikasi dan Guru yang belum Sertifikasi di SMK Diponegoro Salatiga. Pemahaman untuk meningkatkan mutu pembelajaranl menunjukkan guru belum sertifikasi cukup memahami itu artinya dengan adanya delapan guru sertifikasi cukup mampu meningkatkan mutu pembelajaran tetapi belum maksimal ketika menerapkannya dalam pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga

4.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil Temuan penelitian untuk mengetahui Dampak Sertifikasi Guru dalam peningkatan mutu pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga. Kepala Sekolah, Guru Sertifikasi dan Guru belum Sertifikasi di SMK Diponegoro Salatiga dalam memahami standar kompetensi pada kenyataannya menunjukan bahwa masih adanya guru ketika pembelajaran belum dilaksanakan dengan baik. Pemahaman kompetensi pedagogik yang menunjukkan cukup memahami dan profesional yang menunjukan kurang memahami. walaupun pemahaman kompetensi kepribadian sangat memahami dan pemahaman kompetensi sosial yang menunjukkan memahami tetapi belum mampu meningkatkan kualitas pembelajaran.

4.3.1 Pemahaman Standar Kompetensi Guru 4.3.1.1 Kompetensi Pedagogik

(14)

temuan peneliti pada Tabel 4.2.1 pemahaman kompetensi pedagogik dalam meningkatkan mutu pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga kepada Kepala Sekolah, Guru Sertifikasi dan Guru yang belum Sertifikasi. menunjukkan Kepala Sekolah sangat memahami, guru sertifikasi menjelaskan lima guru dengan status Guru Tetap Yayasan (GTY) memahami kompetensi pedagogik dan tiga guru di antaranya dengan status dua guru Pegawai negeri Sipil (PNS) dan satu Guru Tetap Yayasan (GTY) sangat memahami sehingga guru sertifikasi lebih banyak yang memahami kompetensi pedagogik dan mampu meningkatkan mutu pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga. Guru yang belum Sertifikasi dalam memahami setiap indikator kompetensi pedagogik, menunjukkan tujuh guru di antaranya dengan status lima Guru Tidak Tetap(GTT) dan dua Guru Tetap Yayasan(GTY) kurang memahami, sebelas guru dengan status Guru Tetap Yayasan (GTY) cukup memahami, lima guru dengan status Guru Tetap Yayasan(GTY) memahami dan dua guru sangat dengan status dua Guru Tetap yayasan(GTY) sangat memahami sehingga pilihan terbanyak guru yang belum sertifikasi dalam pemahaman kompetensi pedagogik adalah cukup memahami. Menurut Fullan dalam buku Prof.Dr.Slameto,M.Pd.(2013:2) keberhasilan perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan sangat bergantung pada”what teachers do and think”atau dengan kata lain bergantung pada penguasaan kompetensi guru

Berkaitan dengan hal tersebut, kompetensi pedagogik guru memegang peran penting inti kompetensi pedagogik terletak pada kemampuan dalam menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik dan inti dari pelajaran yang mendidik terletak pada kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran sehariannya. Guru dituntun untuk memahami semua kompetensi tetapi pada kenyataannya guru bersertifikasi maupun belum sertifikasi di SMK Diponegoro Salatiga jadi belum optimal dalam menjalankan pembelajaran.

(15)

Berkaitan dengan hal tersebut, guru dituntut harus menerapkan berbagai strategi, metode, teknik dan prosedur yang inovatif, sehingga dapat membuat siswa bisa belajar dalam situasi atau kondisi yang bebas dari berbagai macam tekanan, ancaman, ketekunan dan sebagainya. Pengamatan wawancara mendalam dan pengisian kuesionar menjelaskan cara pembelajaran para guru secara mendidik dengan strategi, metode dan teknik-teknik pembelajaran jika dilakukan dengan baik dan optimal akan meningkatan mutu pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga. Ternyata pembelajaran guru masih kurang inovatif dan kreatif ini ditunjukkan dari pembelajaran yang kurang memanfaatkan multimedia dan teknologi komunikasi untuk penyampaian pembelajaran masih belum optimal .

Menurut Mulyasa (2007:106) pemanfaatan teknologi pembelajaran penggunaan Teknologi dalam pendidikan dan pembelajaran (e-learning) dimaksud untuk memudahkan atau mengefektifkan kegiatan pembelajaran.

Berkaitan dengan hal tersebut, guru dituntut untuk memiliki kompetensi dalam pemanfaatan teknologi pembelajaran terutama internet (e-learning), agar mampu memanfaatkan berbagai pengetahuan.Peneliti menemukan beberapa masalah berkaitan dengan kompetensi pedagogik di SMK Diponegoro Salatiga. Pada kenyataannya belum optimal memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran dari hasil wawancara kurangnya fasilitas alat peraga membuat kebanyakan guru menjadi malas menggunakan ketika pembelajaran.

Peneliti juga menemukan masalah kurangnya guru yang melakukan tindakan reflektif bahkan guru yang sudah menyandang sertifikasi pun juga jarang melakukan tindakan ini. Guru bersertifikasi dengan kata lain sama dengan guru yang belum sertifikasi Hal tersebut mencerminkan belum adanya peningkatan kompetensi pedagogik di kalangan guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga.

(16)

Berkaitan dengan hal ini guru dituntut untuk melaksanakan tindakan refleksi supaya ketika menggunakan metode yang diterapkan dapat mengerti kekurangan dan kelebihan sehingga dapat memperbaiki cara pembelajaran supaya mutu pembelajaran meningkat.

Peningkatan kualitas seharusnya segera di tingkatkan agar sesuai dengan salah satu tujuan dari sertifikasi dalam buku Dr.Marselus R.Payong,M.Pd (2011:76) menjelaskan Sertifikasi dilakukan untuk menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan.

Hal ini menunjukan guru harus mampu melaksanakan tugas nya sebagai pendidik agar berkualitas terlebih guru harus bertanggung jawab setelah mendapatkan sertifikasi yang meningkatkan kesejahteraan guru berupa peningkatan penghasilan. Pelaksanaan dan pemahaman kompetensi pedagogik yang sesuai merupakan salah satu penentu kelayakkan guru dalam meningkatkan pembelajaran.

Hasil temuan peneliti Guru melalui kompetensi pedagogik dapat mengembangkan dan mengelolah pembelajaran supaya mencapai tujuan mutu pembelajaran yang berkualitas.

4.3.1.2 Kompetensi kepribadian

Kompetensi kepribadian sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan pribadi para peserta didik.

Menurut Dr.Marselus R.Payong (2011:51-61) yang menjelaskan

bahwa kompetensi kepribadian terdiri dari lima indikator yaitu sebagai berikut: (1)Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan nasional Indonesia (2)Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat (3)Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa (4)Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru dan rasa percaya diri (5)Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

(17)

pada Tabel 4.2.2 Menunjukkan Kepala Sekolah sangat memahami kompetensi kepribadian, guru bersertifikasi menjelaskan tiga guru diantaranya dengan status dua Guru Tetap Yayasan(GTY) dan satu guru Pegawai Negeri Sipil(PNS) memahami kompetensi kepribadian dan lima guru di antaranya dengan status tiga Guru Tetap Yayasan(GTY) dan dua guru Pegawai negeri Sipil(PNS) sangat memahami sehingga guru sertifikasi lebih banyak yang sangat memahami kompetensi kepribadian dan sangat mampu meningkatkan mutu pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga dan Guru yang belum Sertifikasi dalam memahami setiap indikator-indikator kompetensi kepribadian menunjukkan, satu guru dengan status Guru Tetap Yayasan (GTY) cukup memahami, sepuluh guru diantaranya dengan status delapan Guru Tetap Yayasan(GTY) dan dua Guru Tidak Tetap(GTT) memahami dan empat belas guru diantaranya dengan status sebelas Guru Tetap yayasan(GTY) dan tiga Guru Tidak Tetap(GTT) sangat memahami sehingga pilihan terbanyak guru yang belum sertifikasi dalam pemahaman kompetensi kepribadian adalah sangat memahami. Menurut Mulyasa (2007:119) Kompetensi kepribadian ini memiliki peran dan

fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM) serta mansejahterakan masyarakat, kemajuan negara dan bangsa pada umumnya.

Berkaitan dengan hal tersebut, guru dituntut untuk mampu memaknai pembelajaran,tetapi bagaimana dia menjadikan pembelajaran sebagai ajang pembentukkan kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi pesrta didik.

Salah satu diantara empat misi sekolah yaitu Mengembangkan sikap keimanan dan ketekunan kepada tuhan YME. Berkaitan hal tersebut, awal pendirian sekolah yang berakhlak mulia berperilaku sopan santun menjadikan kompetensi kepribadian berjalan dengan baik di SMK Diponegoro ini. Para guru bersertifikasi Di SMK Diponegoro Salatiga memotivasi para guru lainnya dan peserta untuk selalu bersemangat memajukan kualitas mutu pembelajaran.

(18)

menjadi teladan dan tidak menyimpang sehingga dapat berdampak baik dalam peningkatan mutu pembelajaran.

4.3.1.3 Kompetensi sosial

Dengan adanya interaksi yang baik menunjang seseorang itu percaya diri dan menambah wawasan melalui berbagai orang-orang.Kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidikan sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.

Hasil temuan penelitian yang berkaitan dengan pemahaman kompetensi sosial, Kepala Sekolah, Guru Sertifikasi maupun Guru yang belum Sertifikasi pada Tabel 4.2.3 menunjukkan Kepala Sekolah memahami, guru sertifikasi menjelaskan lima guru di antaranya dengan status empat Guru Tetap Yayasan(GTY) dan satu guru Pegawai negeri Sipil(PNS) memahami kompetensi sosial dan tiga guru di antaranya dengan status dua guru Pegawai negeri Sipil(PNS) dan satu Guru Tetap Yayasan(GTY) sangat memahami sehingga guru sertifikasi lebih banyak yang memahami kompetensi sosial dan mampu meningkatkan mutu pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga dan Guru yang belum Sertifikasi dalam memahami setiap indikator-indikator kompetensi sosial menjelaskan empat guru diantaranya sengan status tiga Guru Tetap Yayasan(GTY) dan satu Guru Tidak Tetap(GTT) cukup memahami, empat belas guru di antaranya dengan status sembilan Guru Tetap Yayasan(GTY) dan tiga Guru Tidak Tetap(GTT) memahami dan tujuh guru di antaranya dengan status enam Guru Tetap Yayasan(GTY) dan satu Guru Tidak tetap(GTT) sangat memahami sehingga pilihan terbanyak guru yang belum sertifikasi dalam kompetensi sosial adalah sudah memahami dan mampu meningkatkan pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga.

(19)

pembelajaran secara menarik dan membangkitkan minat menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran berkaitan hal tersebut guru juga harus merasakan apa yang dirasakan peserta didik dalam pembelajaranserta sopan santun merupakan hal terpenting dari seluruh kegiatan untuk bergaul dengan orang lain.

Selanjutnya Dr.Marselus R.Payong,M.Pd (2011:66) menjelaskan bahwa komunikasi dengan sejawat seprofesi maupun profesi lain,juga dapat dilakukan melalui penyajian hasil penelitian atau pemikiran dalam forum-forum ilmiah sebagai upayah untuk meningkatkan mutu pembelajaran.

Berkaitan dengan hal tersebut,guru dituntut untuk melaksanakan seminar, lokakarya sehingga guru dapat meningkatkan pemahaman kompetensi sosialnya dan menjalankan dalam pembelajaran sehingga mutu pembelajaran dapat meningkat dan berkualitas.

Hasil temuan peneliti menjelaskan bahwa guru dituntut untuk memahami kompetensi sosial karena mentransfer sebuah ilmu perlu adanya sikap saling menghargai, terbuka dan bergaul secara baik dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua peserta didik dan masyarakat supaya tujuan meningkatkan mutu pembelajaran tercapai.

4.3.1.4 Kompetensi Profesional

Kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan guru untuk membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar pendidikan nasional merupakan arti kompetensi professional.

(20)

Guru Tetap Yayasan(GTY) cukup memahami dan lima Guru Tetap Yayasan(GTY) memahami dan satu Guru Tetap Yayasan(GTY) sangat memahami. sehingga pilihan terbanyak guru yang belum sertifikasi dalam kompetensi profesional adalah kurang memahami dan belum mampu meningkatkan pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga.

Menurut Mulyasa (2007:139-140) dalam mengembangkan materi,guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut(1) validitas artinya ketepatan materi terkait dengan konsep keilmuannya (2) keberartian artinya signifikansi dari materi tersebut terhadap kebutuhan peserta didik (3) Relevans artinya bahwa materi yang dikembangkan harus sesuai juga dengan kemampuan siswa untuk menerimanya. (4) Kemenarikkan artinya hendaknya materi juga dapat mendorong siswa untuk mendalami lebih jauh atau menimbulkan rasa ingin tahu. (5)Kepuasan artinya materi yang diberikan dapat menimbulkan perasaan senang dan puas dalam diri siswa karena kebutuhan atau keinginannya terpenuhi.

Berkaitan dengan hal ini guru dituntut untuk mengembangkan materi pembelajaran dengan menggunakan model-model pengembangan sebagaimana yang telah dikuasai dalam teori-teori pembelajaran dan secara kreatif , tidak monoton dan peserta didik dapat memaknai materi pembelajaran sehingga melalui kompetensi ini guru dapat meningkatkan mutu pembelajaran.

Meningkatkan mutu pembelajaran salah satunya juga melalui pemanfaatan teknologi informasi komunikasi. Guru bersertifikasi maupun yang belum sertifikasi di SMK Diponegoro Salatiga kurang memahami pemanfaatkan teknologi informasi komunikasi untuk mengembangkan diri.

Menurut Dr.Marselus R.Payong,M.Pd, (2011:49) menjelaskan pemanfaatan teknologi dalam kompetensi professional diperuntukkan untuk pengembangan diri atau berkomunikasi dengan kolega atau sejawat guna tercapainya peningkatan mutu pembelajaran.

(21)

Kegiatan Pengembangan Profesional berkelanjutan merupakan sebuah tuntutan mutlak bagi para guru karena perkembangan ilmu dan teknologi berjalan begitu cepat, Melalui pengembangan berkelanjutan guru dapat mengasah kemampuan inovatifnya mengembangkan kepekaannya terhadap perkembangan dan tuntutan baru dalam praktik profesionalnya.

Kenyataannya Guru bersertifikasi dan belum sertifikasi di SMK Diponegoro Salatiga belum mampu melaksanakan dengan baik karena kurang memperhatikan masalah-masalah pembelajaran yang seharusnya bisa diatasi melalui tindakan-tindakan secara kolaboratif.

Dr.Marselus R.Payong,M.Pd (2011:48) Kegiatan pengembangan profesional berkelanjutan dilakukan melalui kegiatan pelatihan dalam jabaran yang dilaksanakan sekolah/dalam wadah kelompok guru (KKG atau MGMP), penelitian kolaboratif, penelitian tindakkan kelas, mengikuti workshop atau pelatihan-pelatihan fungsional lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran.

Pelatihan-pelatihan guna untuk mengembangkan profesional berkelanjutan memang akan berdampak pada meningkatnya mutu pembelajaran yang positif karena guru dituntut untuk mengembangkan diri dan menerapkan dalam pembelajaran. Selanjutnya menurut Bolam dalam buku Dr.Marselus R.Payong,M.Pd. (201148)

menjelaskan tujuan akhir dari pengembangan profesional berkelanjutan adalah disisi untuk meningkatkan kinerja belajar siswa dan disisi lain untuk meningkatkan mutu pelayanan sekolah secara menyeluruh.

Berkaitan dengan hal tersebut, kegiatan pengembangan profesional guru berkelanjutan telah menempati posisi guru pada dua sisi kepentingan yang berbeda karena itu perlu dibuat keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan guru dan siswa disatu sisi pemenuhan kebutuhan sekolah.

Guru dalam meningkatkan pemahaman standar kompetensi terutama kompetensi profesional ternyata masih sering mendapatkan kendala-kendala untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berkualitas dengan kata lain guru sertifikasi belum mampu meningkatkan mutu pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga.

(22)

kurikulum mata pelajaran di Sekolah, kesadaran tindakan refleksi dan pemanfaatan teknologi yang dilaksanakan dengan baik akan berdampak positif dalam meningkatkan mutu pembelajaran.

4.3.2.Dampak sertifikasi dalam meningkatkan mutu pembelajaran

Kualitas guru dalam melaksanakan dan menyampaikan pembelajaran kepada peserta didik akan mempengaruhi baik buruknya mutu pembelajaran.

Syaiful Sagala (2003:63) menyatakan bahwa pembelajaran mempunyai dua karakteristik yaitu: Pertama, dalam proses pembelajaran melibatkan proses berfikir.kedua, dalam proses pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses Tanya jawab menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa,yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.

Berkaitan dengan hal tersebut, proses pembelajaran yang baik dapat dilakukan oleh peserta didik baik didalam maupun diluar kelas dan dengan karakteristik yang dimiliki oleh peserta didik diharapkan mereka mampu berinteraksi dan bersosialisasi dengan teman-temannya secara baik dan bijak sehingga saling berbeda pendapat yang pada akhirnya saling menumbuhkan sikap demokratis antar sesama.

Pembelajaran yang berkualitas berarti mutu nya bagus maka dari itu pembelajaran yang dilaksanakan dengan baik dan benar maka akan berdampak peningkatan mutu pembelajaran yang baik.Melalui Sertifikasi guru salah satu cara untuk meningkatkan mutu pembelajaran.

Menurut Winarno Stakhmad yang dikutip oleh Dr.Marselus R.Payong,M.Pd (2011:69) Sertifikasi guru merupakan cara untuk memonitor kinerja guru dengan pendekatan-pendekatan manajemen birokratis.

(23)

Hasil temuan guru sertifikasi setelah adanya sertifikasi merasa sudah meningkatkan mutu pembelajaran dengan cara membantu guru-guru dalam penguasaan teknologi internet untuk membantu pembelajaran dan memberi motivasi untuk meningkatkan mutu pembelajaran tetapi pada kenyataannya menurut kepala sekolah dan guru yang belum sertifikasi menjelaskan pemahaman kompetensi profesional dan pedagogik yang belum di terapkan dengan baik ketika pembelajaran sehingga delapan guru yang sudah sertifikasi belum mampu meningkatkan mutu pembelajaran di SMK Diponegoro.

Kunandar S.Pd.,M.si (2007:79)Sertifikasi guru sebagai upayah peningkatan mutu guru dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru sehingga diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan di indonesia secara berkelanjutan. Berkaitan dengan hal tersebut peningkatan penghasilan bagi guru bersertifikasi memang awal peningkatan yang dirasakan dari dampak serifikasi, pada kenyataannya terjadi penyimpangan peningkatan kesejahteraan tidak di imbangi tanggungjawabnya menciptakan pembelajaran yang berkualitas.

Menurut Menurut Dr.Marselus R.Payong,M.Pd, (2011:76) Salah satu tujuan sertifikasi yaitu Sertifikasi juga dilakukan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan.

Guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan siswa dan menjadi salah satu komponen penting dalam proses pendidikan dan pembelajaran karena itu melalui sertifikasi guru,diharapkan dapat meningkatkan mutu , proses dan hasil pendidikan yang baik.

Gambar

Tabel 4.1 Program keahlian dan Jumlah kelas
TABEL 4.2.1.HASIL PEMAHAMAN KOMPETENSI PEDAGOGIK
Tabel 4.1.2 Menunjukkan Kepala Sekolah, Guru sertifikasi yang berjumlah
TABEL 4.2.3. HASIL PEMAHAMAN KOMPETENSI SOSIAL
+3

Referensi

Dokumen terkait

[r]

PEMERINTAH DAERAH BENGKULU UTARA SEKRETARIAT DAERAH.. PEJABAT

[r]

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pengadaan Langsung dan Berita Acara Penetapan Penyedia Jasa maka Pejabat Pengadaan Barang/Jasa pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bengkulu Utara

Apa dampak dari dispensasi kawin terhadap kehidupan rumah tangga. Untuk mengetahui apa yang menjadi pertimbangan

Penyebab terjadinya lack of fusion yaitu : 1) Penyetelan arus terlalu rendah. 2) Teknik pengelasan yang salah.. 4) Menggunakan kawat las tidak sesuai dengan jenis sambungan.

MIRA HUSADA MULIA tidak melampirkan PAK dan ijin edar Dental Unit..

Adapun upaya-upaya yang dilakukan tidak membuahkan hasil dalam mengatasi perilaku latah, disebabkan karena selain ada kecenderungan mempertahankan perilaku latahnya untuk