• Tidak ada hasil yang ditemukan

Unduh BRS Ini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Unduh BRS Ini"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

 NTP Sumatera Barat bulan Februari 2015 tercatat sebesar 98,66 atau naik sebesar 0,12 persen bila dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 98,54 (Januari 2015). Indeks harga yang diterima petani (It) turun 1,55 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) turun sebesar 1,67 persen.

 Pada bulan Februari 2015 NTP masing-masing subsektor tercatat sebesar 98,61 untuk Subsektor Tanaman Pangan (NTPP), 95,44 untuk Subsektor Hortikultura (NTPH), 97,71 untuk Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR), 101,40 untuk Subsektor Peternakan (NTPT), dan 107,40 untuk Subsektor Perikanan (NTN). Untuk Subsektor Perikanan terbagi menjadi dua, yaitu Subsektor Perikanan Tangkap dan Perikanan Budidaya dengan NTP masing-masing sebesar 102,13 dan 108,72.

 Secara regional, di Sumatera Barat pada bulan Februari 2015 terjadi deflasi di daerah perdesaan sebesar 2,10 persen yang disebabkan oleh beberapa kelompok pengeluaran, yaitu kelompok Bahan Makanan (4,27%), kelompok Perumahan (0,16%), kelompok Sandang (0,44%), dan kelompok Transportasi dan Komunikasi ( 3,61%) sedangkan 3 kelompok lain mengalami inflasi yaitu: Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau (0,81%) kelompok Kesehatan (0,27%), dan kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga (0,08%).

No.18/03/13/Th. XVIII, 2 Maret 2015

P

ERKEMBANGAN

N

ILAI

T

UKAR

P

ETANI

,

D

AN

H

ARGA

P

RODUSEN

G

ABAH

A.

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

NTP SUMATERA BARAT FEBRUARI 2015 SEBESAR 98,66 ATAU NAIK 0,12%

1. Nilai Tukar Petani (NTP)

Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.

(2)

2

Tabel1

Nilai Tukar Petani PerSubsektor dan Perubahannya Januari 2015 – Februari 2015

(2012=100)

Kelompokdan Sub kelompok Bulan Persentase

Januari 2015 Februari 2015 Perubahan

(1) (2) (3) (4)

d. Indeks Dibayar Petani 118,19 116,21 -1,67

- Indeks Konsumsi RumahTangga 120,31 117,72 -2,15 - Indeks BPPBM 112,06 111,86 -0,18

2. Hortikultura

a.Nilai Tukar Petani (NTPH) 95,63 95,44 -0,20

b.NilaiTukar Usaha Pertanian 103,21 101,62 -1,55

c. Indeks Diterima Petani 112,07 110,08 -1,78

- Sayur-sayuran 114,90 112,83 -1,80

- Buah-buahan 107,01 105,18 -1,71 -Tanaman Obat 107,82 105,55 -2,11

d. Indeks Dibayar Petani 117,20 115,34 -1,58

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 119,07 116,87 -1,85

c. Indeks Diterima Petani 113,35 112,79 -0,49

- Ternak Besar 110,35 109,38 -0,88

- Ternak Kecil 107,06 106,65 -0,38

- Unggas 122,64 122,09 -0,45

- HasilTernak 120,64 121,95 1,09

d. Indeks Dibayar Petani 112,65 111,23 -1,26

(3)

3

Kelompokdan Sub kelompok Bulan Persentase

Januari 2015 Februari 2015 Perubahan

(1) (2) (3) (4)

b. NilaiTukar Usaha Pertanian 116,97 117,54 0,49

c. Indeks Diterima Petani 120,29 121,11 0,69

- Budidaya Air Tawar 120,29 121,11 0,69

d. Indeks Dibayar Petani 112,25 111,40 -0,75

- Indeks Konsumsi RumahTangga 118,89 117,30 -1,33

Bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya pada bulan Februari 2015 NTP tiga subsektor mengalami kenaikan, yaitu Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (1,24) persen, Subsektor Peternakan (0,78 persen) dan Subsektor Perikanan (1,05 persen). Sedangkan Subsektor Tanaman Pangan dan Subsektor Hortikultura mengalami penurunan masing -masing sebesar 1,51 persen. 0,20 persen.

2.

Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

Indeks harga yang diterima petani (It) dari kelima subsektor menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan Februari 2015 terjadi penurunan pada indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 1,55 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu dari 115,38 menjadi 113,59. Menurunnyanya nilai It diakibatkan oleh menurunnya nilai It pada empat subsektor, yaitu Subsektor Tanaman Pangan sebesar 3,15 persen, Subsektor Hortikultura sebesar 1,78 persen, Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,85 persen, Subsektor Peternakan sebesar 0,49 persen sedangkan Subsektor Perikanan mengalami kenaikan sebesar 0,64 persen.

3.

Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)

Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

(4)

4

a.

Subsektor Tanaman Pangan (NTPP)

NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) pada bulan Februari 2015 mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu sebesar 1,51 persen. Hal ini dikarenakan menurunnya indeks harga yang diterima petani sebesar 3,15 persen, Sedangkan indeks harga yang dibayar petani juga mengalami penurunan sebesar 1,67 persen.

Menurunnya nilai indeks harga yang diterima petani (It) disebabkan oleh menurunnya indeks sub kelompok padi sebesar 3,69 persen dan sub kelompok palawija sebesar 0,99 persen. Sementara itu, perubahan indeks harga yang dibayar petani (Ib) juga mengalami penurunan sebesar 1,67 persen diakibatkan oleh menurunnya indeks subkelompok konsumsi rumahtangga (IKRT) sebesar 2,15 persen dan subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,18 persen.

b.

Subsektor Hortikultura (NTPH)

Berbeda dengan bulan sebelumnya, Nilai Tukar Petani untuk Subsektor Hortikultura (NTPH) pada bulan Februari 2015 mengalami penurunan sebesar 0,20 persen dari 95,63 menjadi 95,44. Hal ini disebabkan oleh Menurunnya indeks harga yang diterima petani sebesar 1,78 persen sementara indeks yang dibayar juga mengalami penurunan sebesar 1,58 persen.

(5)

5

Rumah Tangga (IKRT) sebesar 1,85 persen dan indeks subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,23 persen.

c.

Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR)

NTPR pada bulan Februari 2015 mengalami kenaikan sebesar 1,24 persen, yaitu dari 96,51 menjadi 97,71. Meningkatnya nilai NTPR ini disebabkan oleh turunnya sedikit indeks harga yang diterima petani sebesar 0,85 persen, Sementara disisi lain Indeks yang dibayar petani mengalami penurunan lebih besar 2,06 persen. Menurunnya nilai Ib diakibatkan adanya Penurunan indeks harga pada subkelompok konsumsi rumah tangga dan BPPBM masing-masing sebesar 2,37 persen dan 0,17 persen.

d.

Subsektor Peternakan (NTPi)

NTPi pada Februari 2015 mengalami kenaikan sebesar 0,78 persen, yaitu dari 100,62 menjadi 101,40. Kenaikan yang terjadi diakibatkan oleh sedikit menurunnya pada indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,49 persen. Sementara disisi lain, indeks harga yang dibayar petani mengalami penurunan yang lebih besar , yaitu sebesar 1,26 persen.

Penurunan indeks harga yang diterima petani (It) terjadi karena penurunan pada dua subkelompok yaitu : Subkelompok Ternak Besar, Ternak Kecil, Unggas dan masing-masing sebesar 0,88 persen, 0,38 persen dan 0,49 persen. Sementara hasil Ternak mengalami kenaikan sebesar 1,09 persen.

e.

Subsektor Perikanan (NTN)

Pada bulan Februari 2015, Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan (NTN) mengalami kenaikan sebesar 1,65 persen, yaitu dari 105,65 menjadi 107,40. Kondisi ini diakibatkan kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,64 persen, sementara indeks yang dibayar petani mengalami penurunan sebesar 1,00 persen.

Kenaikan nilai It yang cukup tinggi merupakan kontribusi dari kenaikan subkelompok budidaya ikan yang naik sebesar 0,69 persen dan subkelompok penangkapan ikan sebesar 0,45 persen. Untuk indeks yang dibayar petani, penurunan yang terjadi diakibatkan oleh penurunan Indeks subkelompok Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 1,34 persen dan subkelompok BPPBM sebesar 0,45 persen.

4. Indeks Harga Konsumen Pedesaan

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi di wilayah perdesaan. Secara regional, Sumatera Barat pada bulan Februari 2015 terjadi deflasi di daerah perdesaan sebesar 2,10 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

(6)

6

Tabel 2

Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Pedesaan Menurut Kelompok Pengeluaran Januari 2015-Februari 2015

(2012=100)

*) Persentaseperubahan IHK Perdesaan Bulan Februari 2015 terhadap Bulan sebelumnya **) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan Februari 2015 terhadap Bulan Desember 2014 ***) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan Februari 2015 terhadap Bulan Februari 2014

Laju inflasi pedesaan tahun kalender bulan Februari 2015 sebesar -3,06 persen, sedangkan nilai inflasi pedesaan tahun ketahun (year on year) sebesar 5,63 persen.

Grafik 2

Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Desember 2014 – Februari 2015

(7)

7

 Komposisi jumlah observasi dari 99 transaksi harga gabah di tujuh kabupaten di Sumatera Barat selama februari 2015, didominasi Gabah Kering Panen (GKP) sebesar 100 persen.

 Di tingkat petani, harga gabah tertinggi berasal dari gabah kualitas GKP varietas Cisokan yaitu sebesar Rp 5.950,- per kg yang terjadi di Kabupaten Solok. Sedangkan harga terendah berasal dari gabah kualitas GKP varietas Ir 66, yaitu senilai Rp 4.180,00- per kg, terjadi di Kabupaten Pesisir Selatan..

 Berbeda dengan bulan sebelumnya, pada bulan Februari 2015 rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani mengalami penurunan sebesar 9,81 persen dari 5.431,41,- per kg (Januari 2015) menjadi Rp 4.898,43,- per kg ( Februari 2015), dan di tingkat penggilingan turun 9,82 persen dari 5.538,72,- per kg (Januari 2015) menjadi Rp 4.994,90,- per kg ( Februari 2015). Sementara itu, rata – rata harga gabah kualitas rendah dan gabah kualitas GKG tidak dapat dibandingkan.

B.

PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH FEBRUARI 2015

HARGA GABAH (GKP) DI PETANI TURUN 9,81%

Survei harga produsen gabah berasal dari 99 observasi di tujuh kabupaten di Sumatera Barat, yaitu:

Pesisir Selatan, Solok, Padang Pariaman, Agam, Tanah Datar, Limapuluh Kota, dan Pasaman. Rata-rata

harga gabah di tingkat petani bulan Februari dibanding bulan Januari untuk kualitas GKP mengalami

penurunan sebesar 9,81 persen dari Rp 5.431,41 per kg (Januari 2015) menjadi Rp 4.898,43 per kg

(Februari 2015). Sementara di tingkat penggilingan harga gabah GKP turun sebesar 9,82 persen dari Rp

Rp 5.538,72,- per kg (Januari 2015) menjadi Rp 4.994,90,- per kg (Februari 2015).

Tabel 3

Jumlah Observasi Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan, Dan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Februari 2015

Kelompok Kualitas

Jumlah Observasi

Harga di Tk Petani (Rp/Kg) Rata-rata Harga Tkt Penggilingan

(Penggilingan) 1.644,90 49.10

KualitasRendah 7

(0 %) -- -- -- -- -- -- --

Total 99

(8)

8

Harga gabah kualitas GKP terendah pada Februari 2015 di tingkat petani dijumpai di Kabupaten

Pesisir Selatan, yaitu sebesar Rp 4.180,- per kg, sedangkan harga terendah di tingkat penggilingan terjadi

di Kabupaten Pasaman, yaitu Rp 4.300,- per kg. Sementara harga tertinggi di tingkat petani terjadi di

Kabupaten Solok , yaitu sebesar Rp5.950,00,- per kg Sedangkan harga tertinggi di tingkat penggilingan

juga terjadi di Kab Solok yaitu sebesar Rp 6.000,- per kg.

Tabel 4

Perbandingan Rata-rata Harga Gabah Kualitas GKP di Sumatera Barat Desember 2014 s/d Februari 2015

No. Kabupaten

Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) Tingkat Petani (Rp/Kg)

Des.’14 Jan.’15 Feb.’15

Rata-rata Harga Gabah Kualitas GKP di Tingkat Penggilingan

Dan HPP Sumatera Barat Feb 2013 – Feb 2015

Berdasarkan Inpres No. 3 Tahun 2012 tentang Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh

Pemerintah, telah ditetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang baru yang berlaku sejak tanggal 27

Februari 2012, yaitu untuk gabah kualitas GKP sebesar Rp 3.300,00,- per kg di tingkat petani dan Rp

3.350,00,- per kg di tingkat penggilingan, sedangkan HPP untuk gabah kualitas GKG sebesar

Rp4.150,00,- per kg di tingkat penggilingan. Pada pemantauan bulan April 2014 tidak ditemukan kasus

(9)

9

Badan Pusat Statistik

Provinsi Sumatera Barat

Informasi lebih lanjut hubungi:

Azwir, S.Si

Kepala Bidang Statistik Distribusi

Jl. Khatib Sulaiman No.48 Padang 25135 Telp. (0751)442158, 442159, Fax. (0751) 442161

Gambar

Tabel 2
Tabel 3 Jumlah Observasi Harga Gabah di Tingkat Petani  dan Penggilingan,
Tabel 4 Perbandingan Rata-rata Harga Gabah Kualitas GKP di Sumatera Barat

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Nilai signifikansi pada variabel pengalaman kerja kuadrat yaitu 0,001 sehingga nilai ini lebih kecil dari 0,01 atau tingkat signifikansi 1%, sehingga dapat diambil

Oleh karena kedua aspek di atas sangat penting dimiliki oleh siswa, maka peneliti tertarik untuk melihat hubungan antara kedua kemampuan tersebut, yang diharapkan

Hanya saja, Kebun Raya Liwa belum tertata dengan rapih dibandingan dengan Kebun Raya lainnya seperti Kebun Raya Bogor yang sudah memiliki banyak taman koleksi

Asumsi ini didasarkan atas kondisi apabila pemerintah mengeluarkan kebijakan khusus yang berkaitan dengan belanja pegawai akan diikuti dengan pemberian DAU yang

ANALISIS BOOK TAX DIFFERENCES TERHADAP PERSISTENSI LABA (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index Tahun 2011-2013). adalah hasil karya

Rasa jenuh (burnout) merupakan salah satu emosi negatif yang dapat muncul dalam aktivitas akademik yang akan berdampak pada prestasi yang dicapai individu. Chaplin

BAB I PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP STANDAR MUTU STAIN SAR ... Latar Belakang ... Komponen Standar Mutu STAIN SAR ... Pelaksanaan Standar Mutu ... Strategi Pemenuhan Standar STAIN

Pengembangan delivery channel baru yang disediakan Artajasa adalah untuk memperluas channel yang dapat digunakan pelanggan dalam melakukan transaksi elektronis