• Tidak ada hasil yang ditemukan

STEVIA_DOKUMEN ORIENTASI CLUSTER PENELITIAAN 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STEVIA_DOKUMEN ORIENTASI CLUSTER PENELITIAAN 1"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

ORIENTASI PENELITIAN PILAR PANGAN

CLUSTER PERKEBUNAN

KOMODITAS

Stevia (Stevia reboundiana )

Koordinator Komoditas

Dr. rer. nat. Suseno Amien, Ir.

196510051991031004

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

November, 2012

(2)

UNIVERSITAS PADJADJARAN TA 2012

Pilar : Pangan

Cluster Penelitian : Perkebunan

Komoditas : Stevia

Penyusun :

Nama : Dr. rer. nat. Suseno Amien, Ir.

NIP : 196510051991031004

Laboratorium : Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Unpad Nama : Prof. Dr. Ir. Jajang Sauman, M.S.

NIP : 196210301987011001

Laboratorium : Tanaman Pangan

Nama : Dr. Ir. Yosini Deliana, M.S NIP : 195912221985032002

Laboratorium : Laboratorium Agribisnis Faperta Unpad

Kontributor :

Nama : Dr. Dra. Tati Herlina, M.S. Laboratorium : Laboratorium Biokimia

Nama : Mohamad Nurjaman

NIP. : 196907141995031002

Laboratorium : Laboratorium Biokimia

Nama : Dr. Sarifah Nurjanah

NIP. : 196907141995031002

Laboratorium : Laboratorium Teknologi Pangan FTIP Unpad

Bandung, 19 November 2012

Mengetahui dan menyetujui, Koordinator penyusun,

Ketua LPPM Unpad

Prof. Dr. Wawan Hermawan, M.S Dr. rer. nat. Suseno Amien, Ir

NIP. 196205271988101001 NIP.

196510051991031004

(3)

Halama n

LEMBAR PENGESAHAN 2

I. RINGKASAN 3

II. PENDAHULUAN 5

III. STUDI LITELATUR 10

IV. ROAD MAP CLUSTER 13

V. KERJASAMA 12

VI. FASILITAS 14

VII. USULAN NARA SUMBER 14

VIII. POTENSI HKI 14

(4)

I. RINGKASAN

(5)

termasuk kandungan total iterpen glikosida stevia. Tahun III penelitian diarahkan untuk memperluas variasi morfologi dan genetik olanlet Stevia hasil Kultur jaringan dan pengujian lapangan.

II. PENDAHULUAN

Di Indonesia gula pasir merupakan komoditas pangan strategis kedua setelah beras (Maria, 2009).Masyarakat mengkonsumsi gula sebagai sumber kalori atau lebih utamanya sebagai bahan pemanis alami makanan dan minuman serta sebagai bahan pengawet. Salah satu sumber bahan pemanis alami yang banyak digunakan adalah gula yang berasal dari tanaman tebu (Sacharum officinarum L.). Setiap tahun tingkat kebutuhan konsumsi gula di Indonesia mencapai 5,01 juta ton, sedangkan, produksi gula nasional pada tahun 2011 hanya mencapai 2,3 juta ton (Muttaqin, 2011). Jumlah produksi gula pada tahun 2011 tersebut turun drastis dari target produksi sebesar 2,7 juta ton (Zuhri, 2011). Ketersediaan sumber gula alami sampai saat ini belum mampu mencukupi kebutuhan konsumsi masyarakat yang semakin meningkat.

Industri makanan dan minuman banyak menggunakan pemanis sintetik untuk menekan biaya produksi. Contoh pemanis sintetik yang sering digunakan adalah siklamat dan sakarin yang diguga bersifat karsionogenik (Mubiyanto, 1990). Disisi lain konsumsi gula yang berlebihan terjadi pada masyarakat golongan menengah ke atas menyebabkan terjadinya masalah kesehatan seperti obesitas, diabetes dan penyakit lainnya yang ditimbulkan oleh komplikasi kedua penyakit tersebut. Kekhawatiran masyarakat akibat penggunaan pemanis sintetik dan terjadinyapenyakit-penyakit yang disebabkan kelebihan mengkonsumsi gula, mengakibatkan masyarakat mencari pemanis alami berkalori rendah (Budiarso, 2008).

(6)

Perbanyakan stevia dapat dilakukan secara generatif dan vegetatif. Perbanyakan secara generatif adalah dengan mengecambahkan biji namun stevia memiliki sifat self incompatible, sehingga menjadi kendala untuk mendapatkan galur murni dan tanaman hasil silangan yang stabil jika diperbanyak secara generatif. Selain itu benih stevia yang terbentuk memiliki persentase daya berkecambah yang rendah (Felippe et al., 1977). Lee et al. (1979) juga melaporkan bahwa taaman berasal dari benih produktifitasnya lebih rendah dibandingkan dari stek. Truong and Valicek (1999) telah meneliti bahwa jumlah akar, biomasa tunas dan kandungan stevioside lebih tinggi jika menggunakan bibit yang diperbanyak secara vegetatif. Namun dari jumlah bibit yang dihasilkan, perbanyakan vegetatif konvensional seperti stek juga terbatas oleh rendahnya jumlah individu yang tersedia secara terus-menerus dari satu tanaman (Sakaguchi and Kan, 1982).Selain itu perbanyakan secara stek juga rentan terhadap kegagalan ketika dilakukan pindah tanam. Saat ini teknologi kultur jaringan telah menjadi metode alternatif untuk menghasilkan varietas baru melalui pemanfaatan fenomena variasi somaklonal dan mutagenesis. Multiplikasi tunas pucuk sering digunakan untuk perbanyakan tanaman stevia hasil pemuliaan (Handro dkk, (1977); Ferreira and Handro, (1988)). Namun metode multiplikasi tunas menghasilkan jumlah planlet terbatas. Hasil ini sejalan dengan hasil yang telah diperoleh di Laboratoium Pemuliaan Tanaman Unpad (data belum dipublikasikan). Cara embriogenesis somatik lebih banyak dikembangkan karena jumlah propagula yang dihasilkan tidak terbatas dan dapat diperoleh dalam waktu yang singkat (Purnamaningsih, 2002). Embrio somatik dapat terbentuk dengan dua cara, yaitu secara langsung (tanpa melewati fase kalus) dan secara tidak langsung (melewati fase kalus). Pertumbuhan embriogenesis umumnya terjadi pada beberapa tahap spesifik yaitu induksi, proliferasi, diferensiasi jaringan dan maturasi, serta perkecambahan embrio (Williams dan Maheswaran, 1986).

(7)

Pada 9.05 mM 2,4-D telah berhasil menginduksi kalus embriogenik, tetapi tahap perkecambahan embriogenesis belum dapat diperoleh. Menurut Riyadi dan Tirtoboma (2004) penambahan 2,4-D pada medium MS pada penelitian embrio somatik tanaman kopi menunjukkan hasil yang baik pada tingkat pengadaan embrio dibanding dengan perlakuan tanpa 2,4-D. Hal ini menunjukkan, penambahan 2,4-D pada medium MS dapat mempengaruhi terbentuknya kalus yang embriogenik. Selain itu, embriogenesis somatik juga dapat terjadi dengan penambahan Naphthalene Acetic Acid (NAA).Pardal et al. (2004) bahwa, penggunaan NAA mampu menginduksi terjadinya embriogenesis somatik secara langsung tanpa pembentukan kalus. Embrio somatik yang dihasilkan relatif normal dan mudah dikecambahkan menjadi planlet, tetapi jumlahnya sedikit. Pada tanaman stevia, Wada et al., (1981) telah memperoleh embrio somatik dengan menggunakan sitokinin. Beberapa ZPT lain seperti Zeatin, Thiadozuron, dan DIECA memungkinkan untuk menstimulasi proses embryogenesis. Studi penggunaan hormon untuk proses embryogenesis somatik sangat beragam. Hal ini dapat terjadi karena perbedaan jenis, asal dan ukuran eksplan, serta kualitas zat pengatur tumbuh.

(8)

media rendah atau tanpa zat pengatur tumbuh. Tahap terakhir yaitu hardening yaitu aklimatisasi bibit embrio somatik dari ruang kultur ke lapangan. Pertumbuhan kalus embrio somatik pada setiap tanaman tentu memiliki perbedaan baik pada tahap pembentukan maupun pada penggunaan media. Melalui studi penggunaan jenis, konsentrasi zat pengatur tumbuh dan periode kultur, diharapkan dapat diketahui tahapan dan komposisi media terbaik untuk memperoleh embrio via embriogenesis somatik Stevia rebaudiana Bertonii M. Selian itu program pemuliaan dapat dikembangkan untuk memproleh varietas baru melalui pemuliaan in vitro.

Tujuan tahun pertama penelitian adalah adalah memperoleh embrio via embriogenesis somatik, sedangkan tujuan tahun kedua adalah aklimatisiasi planlet dan uji lapangan untuk menganalisis karakter agro-morfologi dan komponen hasil stevia hasil proses embriogenesis somatik.

Kegunaan dan luaran hasil penelitian pada tahun berjalan adalah : a. Metode memperoleh embrio somatik eksplan daun stevia genotif lokal

dan asal vietnam

b. Embrio somatik darigenotif lokal dan asal vietnam c. Dua skripsi mahasiswa S1

d. Pengajuan paten metode embriogenesis somatik

e. Hasil penelitian digunakan sebagai materi pembelajaran berupa tutorial project based learning mata kuliah Rekayasa Tanaman III,

Luaran pada tahun ke-2 adalah:

a. Uji penampilan fenotifik agro-morfologi dan komponen hasil tanaman hasil embriogenesis somatik stevia pada dua lahan percobaan kawasan petani stevia.

b. Publikasi ilmiah korelasi evaluasi karakter agro-morfologi dan komponen hasil tanaman hasil embriogensis somatik stevia dan induknya

Luaran tahun ke-3 dan ke-4 akan diperoleh: a. Somatic Embryo Genesis (SE) Tanaman Stevia

b. Planlet Stevia dengan keragaman morfologi dan genetic tinggi

(9)

Stevia rebaudiana Bertoni M merupakan tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan pemanis alami yang pertama kali diteliti oleh peneliti berkebangsaan Amerika pada tahun 1887 yang bernama Antonio Bertoni. Tanaman Stevia merupakan salah satu dari 950 genus dari keluarga

Asteraceae. Genus ini terdiri dari lebih dari 200 spesies. Tumbuh mencapai lebih dari satu meter dengan sistem perakaran yang menyebar, daun kecil berbentuk elips. Tanaman ini umumnya berbentuk herba, namun juga ditemukan dalam bentuk semak, dan pohon. Asal usul tanaman stevia berasal dari Amerika Selatan (Paraguay dan Brazil) (Soejarto et al., 1982). Pada perkembangannya tanaman ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan pemanis alami, karena memiliki beberapa keunggulan.Pada penelitian Buchori (2007) dikatakan, tanaman stevia sebagai pemanis alami dirasa lebih aman karena non karsinogenik dan non kalori. Keunggulan lainnya yaitu bahan pemanis ini tidak menyebabkan carries gigi, rendah kalori, cocok bagi penderita diabetes, dan aman dikonsumsi dalam waktu jangka panjang.

Tujuan pemuliaan tanaman stevia adalah untuk memperoleh kandungan total glycosida dan rasio tinggi antara rebaudiosida-A dan stevioside dengan hasil daun yang tinggi. Saat ini tujuan pemuliaan tanaman stevia adalah untuk memperoh varietas berdaya hasil daun tinggi terutama kandungan rebaudioside-A (Lee et al., 1982). Pembentukan varietas unggul stevia dapat dilakukan melalui program pemuliaan tersebut meliputi tiga kegiatan, yaitu pemasukan (introduksi), seleksi, dan persilangan atau hibridisasi. Secara in vitro program pemuliaan dapat dilakukan dnegan memanfaatkan fenome variasi somaklonal (Larkin and Scowcroft, 1981) dan mutagenesis in vitro. Sistim kultur dan metode kultur merupakan dasar untuk mengembangkan metode pemuliaan in vitro. Introgresi gen pada sistem embryogenesis akan memungkinkan meningkatkan variabilitas genetik dan seleksi in vitro dapat dilakukan untuk memperoleh galur sel untuk pemebentukan varietas baru.

(10)

regenerasi tanaman dapat diperoleh melalui organogenesis dari eksplan daun (Ferreira & Handro, 1988; Yang & Chang, 1979), tunas aksilar (Bespalhok et al., 1992), tunas batang (Tamura et al., 1984), kultur suspense (Ferreira & Handro, 1988) dan anter (Flachsland et al., 1996). Penelitian yang telah dilakukan untuk mempelajari embriogensis somatik telah dilakukan oleh Wada et al., 1981 bahwa proses embryogenesis somatikdapat menggunakan eksplan dari daun dan batang (Miyagawa et al., 1984), tetapi regenerasi dan data keberhasilan tahap embryogenesis belum dilaporkan. Selain eksplan yang berpengaruh pada proses embryogenesis, eksplan kalus embriogenik menjadi planlet dapat didukung dengan penggunaan media MS yang ditambahkan sukrosa tanpa penambahan hormone eksogen atu Zat Pengatur Tumbuh (ZPT). Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Roostika et al. (2009) yang menunjukkanbahwa penggunaan sukrosa 2% dan 3% tanpa auksin mampu menghasilkan planlet pada tanaman lengkeng daratan rendah cv. Diamond River. Pertumbuhan eksplan pada penelitian tersebut diduga disebabkan karena pada eksplan telah terbentuk hormon endogen dari perlakuan sebelumnya. Peran hormon endogen harus menjadi pertimbangan untuk pemberian hormone eksogen pada medium untuk mencapai tujuan yang diharapkan, termasuk fase perkecambahan dalam proses embryogenesis. Bahkan Pierik (1987) menyatakan bahwa sangat sulit untuk melakukan perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan tanpa melibatkan zat pengatur tumbuh. Penambahan (ZPT) seperti sitokinin dan auksin merupakan tindakan yang sangat penting dalam proses pembelahan sel, pemanjangan sel, dan difrensiasi sel. Strategi penggunaan hormone dalam jenis, konsentrasi dan periode kultur perlu dibuat untuk membangun sistim kultur embryogenesis tanaman stevia. Purnamaningsih (2002) menyatakan, keberhasilan induksi kalus embriogenik untuk embriogenesis somatik setiap tanaman berbeda-beda. Formulasi media yang efektif dan lingkungan kultur yang optimum perlu diketahui untuk mendapatkan kalus embriogenik untuk embriogenesis somatik tanaman Stevia rebaudiana

Bertonii M.

(11)

tidak terpengatuh oleh musim dan kondisi lingkungan. Penelitian dapat dilakukan dalam liuasan areal yang tidak luas.

IV ROADMAP CLUSTER

(12)

ROADMAP PENELITIAAN PILAR PANGAN CLUSTER STEVIA

SHORT TERM

MIDTERM

LONG TERM

2012

2013

2014

2015

2016

2017

Ta

INITIAL PHASE DEVELOPMENT PHASE ADVANCE PHASE

(13)

antara

rebaudiosida-A dan

(14)

V. KERJASAMA No

. Lembaga Topik Penelitian pelaksanaaWaktu n 1 Balai Penelitian Tanaman

Rempah dan Obat (Balitro)

Pengujian

Aklimatisasi dan Anlisis Morfologi

2013-2014

2 Uniliver Indonesia Pengujian Substansi

Gula Stevia 2013-2015

3 Kementrian Pertanian Konsultasi pelepasan

Varietas 2015-2016

VI. FASILITAS

Fasilitas untuk mendukung peneltian Stevia ini antara lain:

1. Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran:

a. Lokasi di Ciparanje kampus Unpad Jatinangor

b. Lokasi di Arjasari kampus Unpad Arjasari

2. Laboratorium Teknologi Kultur jaringan jurusan budidaya Pertanian

kampus Jatinangor

3. Laboratorium Analisis dna Bioteknologi tanaman kampus Jatinangor

4. Laboratorium Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Jl. Singaperbangsa 2 Bandung

5. Peralatan Laboratororium di Laboratrium Teknologi kultur Jaringan sangat

memadai

(Lampiran 1.)

VII. USULAN NARA SUMBER

Nama : Dr. Ery Sofiari

Bidang Keahlian : Pemuliaan Tanaman

Institusi Balai Penelitian Tanaman Sayuran

Alamat Institusi : Jl. Tangkuban Perahu 517, Kotak Pos 8413 Lembang 40391 - Jawa Barat

(15)

VIII. POTENSI KEPEMILIKAN HKI

Hak Kekayaan Intekeltual dari penelitian yang akan dilakukan adalah

Patent terkait sistim penerapan teknologi produksi dan seleksi in vitro dan

(16)

RENCANA PENELITIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2013-2016 Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

PILAR : PANGAN

CLUSTER : STEVIA

PENANGGUNG JAWAB PENELITIAN: SUSENO AMIEN

ANGGOTA PENELITI CLUSTER STEVIA : Dr. Tati Herlina (Kimia), Dr. Mohamad Nurjaman, M.Si (Biologi), Dr. Yosini Deliana (Agribisnis), Dr. Sarifah Nurjanah

NO TAHUN

PENELITIAN

JUDUL

DANA

(RP)

PENELITIAN

BAHAN

PENELITIAN

METODE

DIGUNAKAN

ALAT YANG

OUTPUT

1 2013 1. Stevia via

(17)

NO

TAHUN JUDUL

PENELITIAN DIGUNAKANALAT YANG OUTPUT

2

2013 2. Analisis

Bahan Ajar untuk mata Kuliah Dasar Ilmu Tanaman, Rekayasa Tanaman III, Biokimia

3

2014 1. Pemilihan faktor-faktor pendukung produksi es dan sinkonisasi es,

penelitian ini melibatakan

Metode Produksi Embrio Somatik Stevia (HKI-Paten),

Publikasi

(18)

skala produksi

2. Penelitian elicitor untuk peningkatan kandungan

glycosida dan rasio tinggi akan diteliti sperti Jenis, Rekayasa Tanaman III, Biokimia gula stevia serta metode fortifikasi makanan

200.000.000 Bibit, Stevia, Media Dasar,

(19)

berbasis

pemanis stevia digunakan.

NO

TAHUN JUDUL PENELITIAN

5

2016 1.uji lapang planlet

(20)
(21)

IX. DAFTAR PUSTAKA

Bespalhok-Filho,J. C.,Vieira,L. G. E. and Hashimoto,J. M. 1992. Factors influencing the

In vitro micropropagation of axillary shoots of Stevia rebaudiana (Bert). Rev.Brasil. Fisiol. Vegetal. 4: 59_61.

Bespalhok-Filho,J. C. and Hattori,K. 1997. Embryogenic callus formation and histological

studies from Stevia rebaudiana (Bert.) Bertoni floret explants. R. Bras. Fisiol.Veg 9: 185_188.

Buchori L. 2007. Pembuatan Gula Non Karsinogenik Non Kalori dari Daun Stevia

Reaktor, Vol. 11 No.2, 57-60.

Budiarso, Irwan T. 2008. Karsinogen Kimiawi dan Mikokarsinogen.Departemen Kesehatan R.I. Jakarta.

Felippe, G.M. 1977. Stevia rebaudiana Bert.: uma revisão. Ciência e Cultura . (São

Paulo) 29, 1240–1248.

Felippe, G.M. 1977. Stevia rebaudiana Bert.: uma revisão. Ciência e Cultura . (São Paulo) 29, page 1240–1248.

Ferreira,C. M. and Handro,W. 1988. Production, maintenance and plant regeneration

From cell suspension cultures of Stevia rebaudiana (Bert.) Bertoni. Plant Cel Rep. 7: 123_126.

Flachsland,E.,Mroginski,L. and Davina,J. 1996. Regeneration of plants from anthers of

Stevia rebaudiana Bertoni (Compositae) cultivated in vitro. Biocell 20: 87_90.

George, E. F. and P.D. Sherrington. 1984. Plant Propagation by Tissue Culture. Exegetics Limited. England.

Gunawan, L.W. 1987. Teknik Kultur Jaringan.Pusat Antar Universitas (PAU) Bogor.

Handro,W., Ferreira,C. M. and Floh,E. I. S. 1993.Chromosomal variability and Growth rate in cell suspension cultures of Stevia rebaudiana. Plant Sci.

93: 1-2.

Handro,W.,Hell,K. G. and Kerbauy,G. B. 1977. Tissue culture of Stevia

rebaudiana, a

Sweetening plant.Cienc.e Cult,29: 1240_1248.

Larkin P J & Scowcroft W R. 1988. Somaclonal variation—a novel source of variability

from cell cultures for plant improvement. Theor.Appi.Gen.

Lee,J. I.,Kang,K. H. and Park,H. W. 1982. New highrebaudioside _ A stevia variety

‘Suweon 11’. Res. Rept. ORD24: 186-188.

(22)

Marlina dan Rohayati, 2009.Teknik Perbanyakan Mawar dengan Kultur

Jaringan. Buletin

Teknik Pertanian Vol. 14, No. 2, 2009: 65-67.

Maudy E., Paimin, dan Fendy R. 1992. Budidaya Stevia. Trubus, No. 274 Tahun XXIII, hal. 22 – 23.

Miyagawa,H.,Fujikowa,N.,Kohda,H.,Yamasaki,K., Taniguchi,K. and Tanaka,R. 1986.

Studies on the tissue culture of Stevia rebaudiana and its components: (II).Induction of shoot primordia. Planta Med. 4: 321_324.

Mubiyanto, Bambang Odang. 1990. Analisis Pertumbuhan Tanaman Stevia rebaudiana

Bertoni pada Tiga Tinggi Tempat. Fakultas Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Muttaqin Zaenal. 2011. Produksi Gula Nasional Masih Defisit. http://www.indonesiafinancetoday.com/read/2897/Produksi-Gula-Nasional-Masih-Defisit- . (diakses 17 January 2012).

Pardal, S. J., G. A. Wattimena, H. Aswidinnoor, M. Herman, E. Listanto, danSlamet.

2004. Transfer gen proteinase inhibitor II pada kedelai melalui vector Agrobacterium tumefaciens untuk ketahanan terhadap hamapenggerek

polong

(Etiella zinckenella Tr.). Jurnal Bioteknologi Pertanian,9 (1): 20-28.

Pierik, R.L.M. 1997. In Vitro Culture oh Higher Plants. The Netherlands: Kluwer Academic Publisher, Dordrect.

Purnamaningsih R. 2002. Regenerasi Tanaman melalui Embriogenesis Somatik dan

Beberapa Gen yang Mengendalikannya. Buletin AgroBio 5(2): 51-58.

Riyadi I dan Tirtoboma, 2004. Pengaruh 2,4-D terhadap Induksi Embrio Somatik Kopi

Arabika.Buletin Plasma Nutfah Vol. 10 No.2 Th. 2004.

Rosstika, I., , V.NB Arief, dan N. Sunarlim. 2009. Regenerasi Kultur Lengkeng Dataran

Rendah cv. Diamond River melalui Embriogenesis Somatik J.Hort. 19(1):14-22.

Sakaguchi,M. and Kan,T. 1982. Japanese researches on Stevia rebaudiana (Bert.)

Bertoni and stevioside. Ci Cult. 34: 235_248

Slamet,I. H. and Tahardi,S. 1988. The effect of shading andnitrogen fertilization on the

flowering of Stevia rebaudianaBertoni. Menara Perkebunan 56: 34_37. Soejarto,D. D.,Kinghorn,A. D. and Farnsworth,N. R. 1982.Potential sweetening

agents of

plant origin. III. Organolepticevaluation of Stevia leaf herbarium samples for

sweetness. J. Nat. Prod. 45: 590_599.

Soejarto, D.D., Compadre, C.M., Medon, P.J., Kamath, S.K. and Kinghorn, A.D. (1983) Potential sweetening agents of plant origin II.Field search for sweet-tasting Stevia species. Ec. Bot. 37, 71–78.

(23)

Vegetative Modern. Kanisius, Yogyakarta

Tamura,Y., S., Nakamura, H., Fukui, and M. Tabata. 1984. Comparison of Stevia plants grown from seeds, cuttings, and and stem-tip cultures for growth and sweet glycosides. Plant Cell Reports 3, 180–182.

Truong,T. T. and Valicek, P. 1999. Verification of growth andstevioside content of stevia

Plants propagated by vegetativeand generative method. Agric. Trop. Subtrop.

32: 79_84.

Utami, Sumadi, Taryono, dan Semiarti. 2007. Pengaruh α-Naphtaleneacetic Acid (NAA)

Terhadap Embriogenesis Somatik Anggrek Bulan Phalaenopsis amabilis

(L.)

BI. BIODIVERSITAS. Volume: 8. No: 4. Halaman: 295-299.

Wada, Y., Tamura T., Kodam T, Yamaki, T. and Uchida T. 1981. Callus cultures and

morphogenesis of stevia rebaudiana (Bert.) Bertoni., Yukagawa, 36, 215-219)

Williams, E. G., and G. Maheswaran. 1986. Somatic embryogenesis: factors influencing coordinated behaviour of cells as an embryogenic group.

Ann. Bot. 57:443- 462

Yang,Y. W. and Chang, C. W. 1979. In vitro plant regeneration from leaf explants of

Stevia rebaudiana Bertoni. Z. Pflanzenphysiol. 93: 337_343.

Zuhri Sepudin. 2010. Tahun Depan RI Impor Gula 269.618 Ton. http://www.bisnis.com/articles/tahun-depan-ri-impor-gula-269-dot-618-ton .

(diakses:17 Januari 2012).

Lampiran peralatan laboratorium teknologi kultur jaringan jurusan budidaya pertanian

No

. Nama Alat Spesifikasi alat Jumlah

1 Laminar Air Flow Penanaman 3

2 Autocalve Sterilisasi Medium 1

3 Timbangan Menimbang bahan 1

4 pH meter Mengukur asam-basa

media 1

5 Luxmeter Mengukur Kadar cahaya 1

6 Mikroskop Mengamati

morfologi/anatomi tumbuhan

4

7 Water Destilator Membuat aquades steril 1

(24)

9 Mikropippet Mengambil bahan berupa

cairan 1

10 Peralatan Tanam Penanaman tanaman 1

11 Refrigerator/Lemari

Es Penyimpan Media dll (4

0C

dan -180C) 2

12 Oven Mensterilkan alat 1

13 Magnetic stirrer Mengaduk bahan 1

14 Microwave Membuat Media,

sterilisasi, 1

15 Green House Aklimatisasi 6

16 Digital Camera Dokumentasi 1

17 Glass ware Pembuatan Medium,

Kultur dll Memadai

18 Personal Computer Kesekretaritan, Analisis

Data, Pelaporan 3

19 Centrifuge Pemisahan material

Referensi

Dokumen terkait

Dari latar belakang yang diutarakan diatas maka penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui implementasi strategi pembelajaran metakognitif dalam meningkatkan

Penelitian tentang produksi polihdroksialkanoat (PHA) sudah lama dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Teknologi Bioproses Departemen Teknik Kimia ITB, namun cara yang

10 tahun 1959, terhadap mana tidak dikeluarkan surat keputusan oleh Menteri Perindustrian seperti dimaksud dalam ayat (1) pasal 1 Peraturan Pemerintah ini, dinyatakan hingga

Pasal 153 ayat (6) Undang-undang Ketenagakerjaan yang memuat hak pekerja atau larangan yang tidak dapat dijadikan alasan PHK oleh pengusaha, yaitu pada pekerja

Ketertarikan penulis terhadap Sandiwara Amal dalam penelitian ini, pertama; bahwa bentuk pementasan Sandiwara Amal bisa disebutkan sebagai seni pementasan yang khas milik

Kelimpahan mikroplastik dari setiap zona di tiga stasiun, tiga transek, dan dua kedalaman yang diamati menunjukkan bahwa zona 1 memiliki kelimpahan mikroplastik tertinggi

Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara pemakaian tabir surya dengan derajat keparahan melasma (Skor MASI) pada wanita di

Kesimpulan yang diperoleh bahwa potensi budidaya pada pembesaran ikan lele di Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang cukup baik dengan menggunakan metode semi