BUPATI PAKPAK BHARAT
PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 41 TAHUN 2011
TENTANG
TATA CARA PEMBERIAN IZIN USAHA PENGGILINGAN PADI/TAPIOKA, HULLER DAN PENYOSOH BERAS
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT,
Menimbang : a. bahwa usaha penggilingan padi/tapioka, huller dan penyosoh beras, merupakan prasarana produksi pangan serta mempunyai peranan yang sangat penting di dalam usaha kehidupan perekonomian masyarakat dan pembangunan;
b. bahwa kegiatan penataan, pemantauan dan penertiban usaha penggilingan padi/tapioka, huller dan penyosoh beras perlu diatur;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud tersebut pada huruf “a” dan “b” diatas, dipandang perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Tata Cara Pemberian Izin Usaha Penggilingan Padi/Tapioka, Huller dan Penyosoh Beras.
Mengingat :1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3214);
2. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3611);
3. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Bharat dan Kabupaten Humbang Hasundutan di Provinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4272);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 1971 tentang Perusahaan Penggilingan Padi, Huller dan Penyosohan Beras (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1971 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2977);
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu;
8. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Pakpak Bharat (Lembaran Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2008 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Nomor 59);
9. Peraturan Bupati Nomor 4 Tahun 2009 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Masing-Masing Jabatan pada Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Pakpak Bharat (Berita Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2009 Nomor 4);
10.Peraturan Bupati Nomor 15 Tahun 2009 tentang Pendelegasian Sebagian Wewenang Pengurusan Perizinan dan Non Perizinan Kepada Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Satu Pintu dan Penanaman Modal Kabupaten Pakpak Bharat (Berita Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2009 Nomor 68, Tambahan Berita Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Nomor 3).
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN USAHA PENGGILINGAN PADI/TAPIOKA, HULLER DAN PENYOSOH BERAS.
BAB I
KETENTUAN UMUM Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Pakpak Bharat.
2. Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat. 3. Bupati adalah Bupati Pakpak Bharat.
4. Dinas Pertanian dan Perkebunan adalah Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pakpak Bharat.
5. Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan adalah Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pakpak Bharat.
6. Kantor Pelayanan Perizinan Satu Pintu dan Penanaman Modal selanjutnya disebut KP2SP-PM adalah Kantor Pelayanan Perizinan Satu Pintu dan Penanaman Modal Kabupaten Pakpak Bharat.
7. Kepala KP2SP-PM adalah Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Satu Pintu dan Penanaman Modal Kabupaten Pakpak Bharat.
8. Petugas adalah pegawai yang ditunjuk oleh Kepala KP2SP-PM yang bertugas melaksanakan rangkaian proses pelayanan perizinan dan non perizinan di KP2SP-PM mulai dari melayani informasi dan pengaduan, menerima dan menolak berkas, memverifikasi berkas, mencetak dan mengolah data perizinan dan membantu tim teknis. 9. Tim Teknis adalah kelompok kerja yang terdiri dari unsur-unsur Satuan Kerja Perangkat Daerah teknis terkait yang mempunyai kewenangan untuk memberikan pelayanan perizinan.
10.Izin Usaha adalah izin yang diberikan oleh Bupati untuk menyelenggarakan kegiatan/ usaha.
11.Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas, persekutuan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenisnya, lembaga, dana pensiun, bentuk usaha tetap serta badan usaha lainnya.
12.Penggilingan Tapioka adalah usaha yang menggunakan tenaga mesin penggerak untuk proses ubi kayu menjadi tepung tapioka.
13.Penggilingan Padi adalah usaha yang menggunakan tenaga mesin penggerak untuk memproses padi/gabah menjadi beras sosoh.
15.Penyosoh Beras adalah usaha yang menggunakan tenaga mesin penggerak untuk memproses beras pecah kulit menjadi beras sosoh/beras putih.
16.Benih Bina atau Label Merah Jambu (LMJ) adalah benih non sertifikat atau benih yang tidak melalui sertifikat sebagai benih yang lain.
BAB II
OBJEK DAN SUBJEK Pasal 2
Objek Izin Usaha adalah setiap pemberian izin operasional Penggilingan Padi/Tapioka, Huller dan Penyosoh Beras.
Pasal 3
Subjek Izin Usaha adalah orang atau badan usaha yang mendirikan/mengelola usaha operasional penggilingan padi/tapioka, huller dan penyosoh beras.
BAB III
MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 4
Izin Usaha terhadap Penggilingan Padi, Tapioka, Huller dan Penyosoh Beras dimaksudkan sebagai upaya penataan, penertiban dan pengaturan keberadaan penggilingan padi/tapioka, huller dan penyosoh beras.
Pasal 5
Tujuan Izin Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 adalah upaya pengarahan agar keberadaan penggilingan padi/tapioka, huller dan penyosoh beras beroperasi secara positif, berdayaguna dan berhasilguna.
BAB IV PERIZINAN
Pasal 6
Setiap orang atau badan yang mengusahakan penggilingan padi/tapioka, huller dan penyosoh beras dalam daerah wajib mendapat izin dari Bupati melalui KP2SP-PM.
Pasal 7
(1) Untuk mendapatkan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, penyelenggara harus mengajukan permohonan tertulis kepada Bupati melalui Kepala KP2SP-PM.
(2) Syarat-syarat pengajuan permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah sebagai berikut :
1. Persyaratan permohonan izin baru agar melampirkan : a) surat permohonan kepada Bupati melalui KP2SP-PM; b) fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) Pemohon; c) fotokopi Izin Gangguan (HO);
d) fotokopi Akte Notaris pendirian badan hukum untuk usaha berbentuk perusahaan;
e) denah bangunan dan tata letak peralatan;
2. Persyaratan permohonan izin untuk perpanjangan melampirkan : a) surat permohonan kepada Bupati melalui KP2SP-PM;
b) fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) Pemohon; c) izin lama yang asli.
3. Persyaratan permohonan izin untuk pergantian karena hilang dan perubahan melampirkan :
b) fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemohon; c) izin Lama yang asli jika perubahan;
d) surat keterangan hilang dari kepolisian. (3) Prosedur pengurusan izin baru adalah :
a) Pemohon mengambil dan mengisi formulir yang telah disediakan oleh KP2SP-PM; b) Apabila pengurusan izin dikuasakan maka wajib melampirkan surat kuasa yang
bermaterai cukup dan ditandatangani oleh pemilik atau pengurus atau penanggungjawab usaha.
c) Formulir permohonan dan kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat rangkap 3 (tiga).
d) Petugas meneliti kelengkapan dan kebenaran berkas permohonan yang diajukan oleh pemohon;
e) Apabila berkas belum lengkap maka petugas akan mengembalikan berkas permohonan untuk dilengkapi.
f) Berkas yang dinyatakan telah lengkap dan benar akan diproses lebih lanjut dengan membuat resi penerimaan berkas.
g) Berkas akan dipelajari oleh petugas dan jika dianggap perlu Kepala KP2SP-PM dapat menugaskan tim teknis dan/atau petugas melakukan peninjauan lapangan dan selesai paling lama 2 (dua) hari kerja.
h) KP2SP-PM menerbitkan izin usaha yang telah memenuhi persyaratan paling lama 5 (lima) hari kerja setelah berkas dinyatakan telah lengkap dan benar.
i) Apabila permohonan izin usaha belum memenuhi persyaratan, maka KP2SP-PM akan menyurati pemohon tentang alasan penolakan paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah berkas dinyatakan telah lengkap dan benar.
(4) Untuk pengurusan izin perpanjangan, penggantian, perubahan paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah berkas dinyatakan lengkap dan benar.
Pasal 8
(1) Pemohon yang mengajukan izin wajib mengambil surat izin paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak lewat waktu atau sejak tanggal diterimanya surat pemberitahuan penerbitan izin.
(2) Apabila telah lewat waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pemohon tidak mengambil izin dimaksud maka izin dianggap tidak berlaku sehingga untuk memperoleh kembali harus mengajukan permohonan baru.
Pasal 9
(1)Izin usaha penggilingan padi/tapioka, huller dan penyosoh beras diberikan atas nama penyelenggara.
(2)Dalam surat izin usaha penggilingan padi/tapioka, huller dan penyosoh beras dimuat ketentuan-ketentuan yang harus yang dipatuhi oleh penyelenggara.
Pasal 10
Jangka waktu berlakunya izin usaha penggilingan padi/tapioka, huller dan penyosoh beras adalah 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang kembali.
BAB V
KEWAJIBAN DAN LARANGAN Pasal 11
Penyelenggara usaha penggilingan padi/tapioka, huller dan penyosoh beras berkewajiban untuk :
a. bertanggungjawab atas ketertiban, ketentraman, kebersihan, keamanan dan kesehatan lingkungan yang berkaitan dengan usaha penggilingan padi/tapioka, huller dan penyosoh beras;
Pasal 12
(1)Penyelenggara usaha penggilingan padi/tapioka, huller dan penyosoh beras dilarang menggunakan tempat usaha penggilingan padi/tapioka, huller dan penyosoh beras sebagai tempat melakukan usaha diluar ketentuan peruntukan dalam izin.
(2)Permohonan izin usaha karena peralihan hak usaha atau pemilikan harus mengajukan permohonan perubahan ke Kantor dengan melengkapi lampiran pendukung dan juga melengkapi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7.
(3)Permohonan izin usaha karena terjadi perubahan peralatan (mesin penggerak, instalasi dan mesin penggiling) dan atau pemindahan tempat (lokasi) harus mengajukan permohonan perubahan ke KP2SP-PM dengan melengkapi lampiran data-data perlengkapan yang bersangkutan dan atau denah baru.
BAB VI
SANKSI ADMINISTRASI Pasal 13
Izin usaha penggilingan padi/tapioka, huller dan penyosoh beras dapat dicabut dan tidak berlaku apabila penyelenggara :
a. tidak melakukan kegiatan pokok sesuai izin yang diberikan;
b. tidak memenuhi ketentuan yang ditetapkan dalam surat izin usaha penggilingan padi/tapioka, huller dan penyosoh beras;
c. melakukan perubahan dan perluasan tempat usaha dan tanpa izin dari Bupati melalui KP2SP-PM;
d. memindahtangankan surat izin usaha penggilingan padi/tapioka, huller dan penyosoh beras kepada pihak lain;
e. tidak memperpanjang izin setelah masa berlaku habis;
f. melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 Peraturan Bupati ini.
BAB VII
PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN Pasal 14
(1) Pembinaan, pengawasan dan penGendalian terhadap penggilingan padi/tapioka, huller dan penyosoh beras dilaksanakan oleh Bupati melalui Dinas Pertanian dan Perkebunan dan dapat bekerjasama dengan instansi lain yang terkait.
(2) Sebagai upaya pembinaan, setiap pelanggaran yang dilakukan oleh penyelenggara diberikan teguran dan peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali.
(3) Apabila teguran dan atau peringatan tertulis sebagaimana dimaksud ayat (2) tidak diindahkan, Dinas Pertanian dan Perkebunan menyurati KP2SP-PM untuk mengambil tindakan sanksi berupa pencabutan surat izin usaha penggilingan padi/tapioka, huller dan penyosoh beras serta dilakukan penyegalan.
(4) Bupati melalui Dinas Pertanian dan Perkebunan dapat meminta laporan hal-hal yang dianggap perlu kepada pimpinan usaha .
(5) Dalam rangka pembinaan, pengawasan dan pengendalian usaha, sewaktu-waktu petugas dari Dinas Pertanian dan Perkebunan dapat melakukan pemeriksaan ditempat usaha dan secara berkala melakukan penelitian terhadap persyaratannya.
(6) Ketentuan lebih lanjut tentang Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian, jika dianggap perlu dapat diatur dengan Keputusan Bupati.
BAB VIII
KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 15
a. usaha penggilingan padi/tapioka, huller dan penyosoh beras wajib memenuhi dan memberi bantuan seperlunya dalam penyelenggaraan segala peraturan yang diadakan oleh pemerintah :
1. untuk kepentingan persediaan dan peredaran bahan makanan; 2. untuk kepentingan keamanan bekerja;
3. setiap pembuatan laporan selambat-lambatnya tanggal 10 bulan pertama pada triwulan berikutnya;
b. usaha penggilingan padi/tapioka, huller dan penyosoh beras harus bekerja selambat-lambatnya 5 (lima) bulan setelah penerbitan izin;
c. usaha penggilingan padi/tapioka, huller dan penyosoh beras dianggap berhenti dan izin dapat dicabut jika dalam waktu 300 (tiga ratus) hari tidak menjalankan usahanya sama sekali.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP Pasal 16
Dengan diberlakukannya Peraturan Bupati ini, maka segala ketentuan yang bertentangan dengan Peraturan Bupati ini dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 17
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Bupati ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan ditetapkan lebih lanjut oleh Bupati.
Pasal 18
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Pakpak Bharat.
Ditetapkan di Salak
pada tanggal 02 Nopember 2011
BUPATI PAKPAK BHARAT,
dto
REMIGO YOLANDO BERUTU
Diundangkan di Salak
pada tanggal 02 Nopember 2011
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN PAKPAK BHARAT, dto
HOLLER SINAMO