BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal merupakan komponen yang
sangat penting dalam mengembangkan sikap disiplin siswa. Karena disekolah
siswa dibelajarkan tentang tata tertib dan kedisiplinan. Secara sederhana disiplin
dapat diartikan sebagai sikap patuh, taat dan tertib terhadap peraturan yang
berlaku. Komponen penting lainnya selain sekolah yaitu guru, dimana guru
mempunyai peranan besar dalam membentuk karakter disiplin siswa. Peranan
guru PKn sangat penting, selain memberikan materi pelajaran guru PKn pun
berperan dalam membina kedisiplinan yang ada dalam diri siswanya seperti
disiplin waktu, disiplin berpakaian dan berprilaku disiplin yang berbasiskan nilai,
moral. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) Tujuan Pendidikan
Kewarganegaraan adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama bangsa-bangsa lainnya.
4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Berdasarkan tujuan PKn diatas peran guru PKn yaitu harus mampu
kesadaran yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai
warga negara yang baik serta terhindar dari dekadensi moral. Proses pendidikan
dapat berhasil, apabila adanya upaya penciptaan suasana belajar mengajar yang
kondusif, dimana didalamnya harus tertanam prilaku disiplin yang baik, untuk itu
diperlukan peran dan figur seorang guru yang bisa bertanggung jawab dalam
mengajar disekolah dengan membina dan menjadi teladan bagi siswanya
khususnya dalam hal kedisiplinan. Seperti yang dikemukakan oleh Rusyan
(1990:13) bahwa:
“Tenaga kependidikan sebagai pendidik bertanggung jawab untuk mewariskan nilai-nilai dan norma-norma kepada generasi berikutnya sehingga terjadi proses konservasi nilai dan terciptanya nilai-nilai yang baru”.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dikatakan bahwa tenaga
kependidikan yang tidak lain yaitu guru harus mempunyai rasa tanggung jawab
untuk mewariskan nilai dan norma kepada siswanya melalui proses pendidikan
karena dengan proses pendidikan dapat menciptakan nilai-nilai yang baru
sehingga mampu merubah sikap siswa kearah yang lebih baik. Setiap tanggung
jawab memerlukan sejumlah kompetensi dan setiap kompetensi dapat diartikan
lagi kedalam kompetensi yang lebih khusus seperti; tanggung jawab
moral,tanggung jawab tenaga kependidikan dalam bidang kemasyarakatan, dan
tanggung jawab kependidikan dalam bidang ke ilmuan.
Hal ini sejalan dengan pendapat Soemantri (1976:35) sebagaimana
“Guru Pkn harus banyak berusaha agar siswa-siswinya mempunyai sikap yang baik, kecerdasan yang tinggi, serta keterampilan yang bermanfaat, oleh karena itu guru Pkn harus dapat memanfaatkan fungsinya sebagai penuntun moral, sikap, serta memberi dorongan kearah yang lebih baik”.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa guru terutama guru Pkn
harus bisa membina dan membentuk karakter disiplin yang baik pada
siswa-siswanya agar mempunyai kecerdasan yang tinggi, serta keterampilan yang
bermanfaat. Guru sebagai penuntun moral dapat memberi dorongan kearah yang
lebih baik harus terlebih dahulu melaksanakan nilai moral itu sendiri dalam
kehidupannya, sehingga fungsi guru akan terlaksana dengan baik dan
proporsional.
Pada jaman sekarang di Indonesia Pendidikan karakter bukan merupakan
sebuah istilah yang baru dalam bidang pendidikan karena pada saat ini pendidikan
karakter bukan hanya ada di mata pelajaran agama dan Pkn saja melainkan
disemua mata pelajaran dengan maksud untuk membina akhlak dan budi pekerti
peserta didik, terlebih dengan adanya kenyataan dari berbagai ketimpangan hasil
pendidikan yang dilihat dari perilaku lulusan pendidikan formal saat ini, seperti
korupsi, perkembangan seks bebas pada kalangan remaja, narkoba, tawuran,
pembunuhan, perampokan oleh pelajar dan pengangguran lulusan sekolah
menengah dan atas.
Melihat dari banyaknya ketimpangan tersebut guru Pkn harus dapat
memahami nilai-nilai karakter utama yang terkandung dalam mata pelajaran Pkn,
menurut Departemen Pendidikan Nasional nilai-nilai karakter utama dalam mata
“kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kepedulian, kedemokratisan, nasionalisme, kepatuhan pada aturan sosial, menghargai keberagaman, kesadaran akan hak dan kewajiban diri sendiri dan orang lain.”
Berdasarkan uraian diatas maka guru Pkn dituntut untuk dapat
mengintegrasikan semua nilai-nilai karakter utama yang terkandung dalam mata
pelajaran Pkn tersebut dalam proses pembelajaran dengan mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran yang dari hari ke hari perlu
dirancang dan dilaksanakan untuk mendukung pembentukan karakter disiplin
siswa.
Istilah Pendidikan karakter sendiri masih jarang didefinisikan oleh banyak
kalangan sehingga kajian secara teoritis terhadap pendidikan karakter dapat
menyebabkan salah tafsir tentang makna pendidikan karakter. Menurut Kesuma,
(2011:5), beberapa masalah ketidaktepatan makna yang beredar dimasyarakat
mengenai makna pendidikan karakter dapat diidentifikasi diantaranya sebagai
berikut:
1) Pendidikan karakter = mata pelajaran agama dan Pkn, karena itu menjadi tanggung jawab guru agama dan Pkn.
2) Pendidikan karakter = mata pelajaran pendidikan budi pekerti.
3) Pendidikan karakter = pendidikan yang menjadi tanggung jawab keluarga, bukaan tanggung jawab sekolah.
4) Pendidikan karakter = adanya penambahan mata pelajaran baru dalam KTSP.
Berbagai makna yang kurang tepat tentang pendidikan karakter itu
bermunculan dan menempati pemikiran dikalangan orang tua, guru, dan
pendidikan karakter. Maka para ahli pendidikan karakter seperti Megawangi
(2004:95) mendefinisikan Pendidikan karakter itu adalah:
“Sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-sehari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.”
Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa pendidikan karakter itu
adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak sehingga mereka dapat
memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya serta menjadikan
manusia sebagai mahluk yang berketuhanan dan mengemban amanah sebagai
pemimpin di dunia. Selain itu Pendidikan Karakter juga dapat membentuk siswa
berkarakter kuat salah satunya siswa mempunyai karakter disiplin yang sangat
baik sehingga mampu mengambil keputusan dengan bijak dan dapat
mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Karakter disiplin sangat diperlukan bagi berlangsungnya kehidupan suatu
bangsa. Dalam konteks kehidupan, disiplin itu merupakan sikap yang sangat
penting sehingga dapat mendukung kemajuan dan perkembangan suatu
masyarakat ke arah yang lebih baik namun dalam mewujudkan semua itu perlu
berbagai upaya yang harus dilakukan seperti membina, membentuk dan
mengembangkan karakter disiplin siswa baik dikehidupan individual, keluarga,
sekolah,masyarakat, bangsa dan Negara.
Sebagaimana yang di ungkapkan oleh Asy Mas’udi (2000:88):
teratur sesuai dengan peraturan-peraturaan yang berlaku dengan penuh tanggung jawab tanpa ada paksaan dari siapapun”.
Dari Definisi diatas dapat dipahami bahwa karakter disiplin mengandung
arti penting karena adanya kebiasaan untuk mematuhi peraturan-peraturan yang
berlaku. Kepatuhan disini bukan hanya karena adanya tekanan-tekanan dari luar,
melainkan kepatuhan yang didasari oleh adanya kesadaran tentang nilai dan
pentingnya peraturan-peraturan.
Hal ini sejalan dengan yang di ungkapkan oleh Suprapto (1996:3):
“Disiplin merupakan suatu tuntutan bagi berlangsungnya kehidupan bersama yang teratur dan tertib, yang merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya suatu kemajuan dan perkembangan. Suatu masyarakat tanpa disiplin akan mengarah pada prilaku anarkis, suatu masyarakat tanpa aturan, serba membolehkan dan dapat saja menimbulkan kekacauan”.
Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa istilah disiplin
merupakan sebuah tuntutan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan layak
sehingga upaya yang signifikan perlu dilakukan, salah satunya melakukan
pembinaan karakter disiplin kepada generasi muda khususnya dikalangan siswa,
agar siswa terhindar dari krisis moral.
Dalam rangka menciptakan karakter-karakter manusia yang kreatif dan
inovatif, maka langkah yang diambil oleh pemerintah dengan mencanangkan
gerakan disiplin nasional dipandang sangat tepat dan strategis sehingga
manifestasi disiplin nasional sudah tentu akan berhasil dengan baik karena telah
tumbuhnya kesadaran disiplin pribadi dan disiplin sosial yang diwujudkan dalam
Pembentukan karakter disiplin merupakan salah satu tujuan penting
pendidikan nasional yang pada hakikatnya tidak boleh melupakan landasan
konseptual filosofi pendidikan yang membebaskan dan mampu menyiapkan
generasi muda untuk mampu menghadapi tantangan zaman. Seperti yang terdapat
dalam fungsi dan tujuan pendidikan nasional menurut UU tentang Sistem
Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 bab 2 pasal 3 menyatakan:
“Bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”
Berdasarkan uraian diatas bahwa tujuan pendidikan nasional mengarah
pada pengembangan karakter manusia Indonesia, walaupun dalam
penyelenggaraannya masih jauh dari apa yang di inginkan. Maka dari itu
pendidikan nasional seharusnya pendidikan karakter bukan pendidikan akademik
semata. Akan hal ini Kartadinata (2010:3) menegaskan:
“Ukuran keberhasilan pendidikan yang berhenti pada pada angka ujian, seperti halnya ujian nasional, adalah sebuah kemunduran karena dengan demikian pembelajaran akan menjadi sebuah proses menguasai
keterampilan dan mengakumulasi pengetahuan. paradigma ini
menempatkan peserta didik sebagai pelajar imitatif dan belajar dari ekspose-ekspose didaktis yang akan terhenti pada penguasaan fakta, prinsip, dan aplikasinya”
Berdasarkan uraian diatas, sebuah pendidikan tidak harus terhenti pada
angka ujian saja. Kemampuan dan hasil yang didapatkan siswa tidak selalu
yang memfasilitasi pengembangan dan pembentukan nilai-nilai karakter yang baik
sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun
setelah proses sekolah. Pembelajaran pendidikan karakter secara formal
diterapkan melalui program pengajaran PKn. Adanya pendidikan karakter yang
tertanam dalam pelajaran khususnya Pkn, setidaknya dapat membentuk siswa
yang mempunyai karakter disiplin serta jauh dari dekadensi moral.
Berdasarkan hasil dari studi pendahuluan di lokasi penelitian, di SMAN 1
Ciasem Kabupaten Subang, siswanya masih banyak yang cenderung bersikap
tidak disiplin walaupun di sekolah tersebut sudah menekankan tentang
kedisiplinan, contohnya sering dilakukan rajia massal setiap hari senin dan
hari-hari tertentu seperti diadakannya rajia Handpone, rajia Atribut, dengan harapan
siswa disekolah tersebut dapat mematuhi peraturan yang berlaku. Tetapi tetap saja
pelanggaran kedisiplinan masih sering terjadi. Menurut guru Pkn disekolah
tersebut yang mengajar dikelas X,XI dan XII, siswa yang masih banyak
melanggar kedisiplinan yaitu di kelas X sebanyak 30%, kelas XI 70% dan kelas
XII 40%. Semua itu dilihat dari presentase prilaku siswa yang terkena masalah
seperti membolos, berkelahi, berpakaian tidak lengkap, terlambat masuk kelas dan
merokok dilingkungan sekolah.
Melihat hasil pengamatan tersebut, siswa dikelas XI yang cenderung
banyak berprilaku tidak disiplin, karena pada jenjang tersebut siswa mulai berani
untuk berprilaku menyimpang dari sikap kedisiplinan. Berbeda dengan kelas X
jenjang kelas XII mereka sudah mulai memperbaiki sikapnya dengan alasan takut
berpengaruh pada hasil kelulusannya nanti.
Berdasarkan beberapa hal yang telah dipaparkan di atas maka peneliti
tertarik dan ingin mengkaji lebih dalam, tentang bagaimana peran guru Pkn di
SMAN 1 Ciasem Kabupaten Subang ini dalam membentuk karakter disiplin pada
siswanya.
Oleh Karena itu peneliti mengambil judul, “PERAN GURU PKN
DALAM MEMBENTUK KARAKTER DISIPLIN SISWA”.
B.Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang menjadi
perhatian penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi kedisiplinan siswa dalam upaya pembentukan karakter
disiplin di SMAN 1 Ciasem Kabupaten Subang?
2. Bagaimana peranan guru Pkn sebagai pendidik karakter dalam membentuk
karakter disiplin siswa?
3. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi guru Pkn sebagai pendidik karakter
dalam membentuk karakter disiplin siswa?
4. Bagaimana upaya guru PKn sebagai pendidik karakter dalam menanggulangi
kendala yang dihadapi dalam membentuk karakter disiplin siswa?
C.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan pada penelitian ini maka
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jawaban dari permasalahan
yang dikemukakan diatas, yang secara umum adalah untuk memperoleh gambaran
secara faktual mengenai peranan guru Pkn dalam membentuk karakter disiplin
siswa.
2. Tujuan Khusus
Adapun secara khusus, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana kondisi kedisiplinan siswa dalam upaya
pembentukan karakter disiplin di SMAN 1 Ciasem Kabupaten Subang.
2. Untuk mengetahui bagaimana peranan guru Pkn sebagai pendidik karakter
dalam membentuk karakter disiplin siswa.
3. Untuk mengetahui kendala-kendala apa saja yang dihadapi guru Pkn
sebagai pendidik karakter dalam membentuk karakter disiplin siswa.
4. Untuk mengetahui bagaimana upaya guru PKn sebagai pendidik karakter
dalam menanggulangi kendala yang dihadapi dalam membentuk karakter
disiplin siswa?
D.Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih dan
memperkaya wawasan keilmuan yang akan menjadi pijakan teoritis tentang
karakter disiplin siswa untuk berprilaku disiplin dalam kehidupan sehari-hari agar
menjadi warga negara yang baik.
2. Praktis
1. Memberikan gambaran secara faktual dan akurat tentang bagaimana
peranan guru Pkn sebagai pendidik karakter dalam membentuk karakter
disiplin siswa.
2. Memberikan masukan kepada pendidik dalam membina sikap dan
prilaku pelajar
3. Menjadi bahan masukan bagi dunia pendidikan akan arti penting
lingkungan sekolah sebagai salah satu sarana dalam membina sikap dan
prilaku siswa.
E.Penjelasan Istilah
Penjelasan istilah merupakan penyimpulan terhadap pembatasan istilah
judul sehingga mempermudah penulis dalam memfokuskan pembahasan pada
masalah yang dituju.
1. Pengertian Peranan
Menurut Soerjono Soekanto yang dikutif dari RB. Sihombing (Online)
Peranan adalah merupakan aspek dinamisi kedudukan (status) apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia
2. Pengertian Guru
Menurut Suparlan (2006:4), Guru adalah seseorang yang memperoleh
Surat Keputusan (SK) baik dari pemerintah maupun swasta untuk melaksanakan
tugasnya dan karena itu ia memiliki hak dan kewajiban untuk melaksanakan
kegiatan belajar mengajar dilembaga pendidikan sekolah.
3. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Menurut UU RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan nasional
Pendidikan kewarganegaraan adalah sebuah program pendidikan atau mata
pelajaran yang memiliki tujuan utama untuk membentuk peserta didik menjadi
manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
4. Pengertian pembentukan
Menurut Soedjoko Prasadjo (1982:10) pembentukan adalah upaya
pembimbingan, pengaturan, dan pengarahan kegiatan individu atau kelompok
dalam setiap tindakannya agar mengarah pada kepribadian yang baik.
5. Pengertian karakter
Menurut Pusat Bahasa Depdiknas karakter adalah bawaan, hati, jiwa,
kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, dan
watak. Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat,
dan berwatak.
6. Pengertian disiplin siswa
Menurut Harning (2005: 18) Disiplin siswa adalah kepatuhan dalam
ketaatan terhadap peraturan atau tata tertib disekolah yang berkaitan dengan
kegiatan belajar mengajar berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari
dalam hatinya.
Indikator disiplin siswa menurut departemen pendidikan nasional
khususnya pada jenjang sekolah menengah atas yaitu:
1) Selalu teliti dan tertib dalam mengerjakan tugas
2) Tertib dalam menerapkan kaidah-kaidah tata tulis dalam sebuah tulisan
3) Menaati prosedur kerja laboratorium dan prosedur pengamatan
permasalahan sosial
4) Mematuhi jadwal belajar yang telah ditetapkan sendiri
5) Tertib dalam menerapkan aturan penulisan untuk karya tulis ilmiah
7. Pengertian Karakter disiplin
Menurut Asy Mas’udi (2000:88): Karakter disiplin adalah Kebiasaan
seseorang yang menjadi satu dalam prilaku kehidupan dalam melakukan sesuatu
pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan peraturan-peraturaan yang
berlaku dengan penuh tanggung jawab tanpa ada paksaan dari siapapun.
F. Metode dan Teknik Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sebagai mana yang dikatakan
Sugiyono (2010:8), bahwa metode penelitian kualitatif sering disebut metode
penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah.
Arikunto (2005:234) mengemukakan bahwa:
Menurut penjelasan yang telah dikemukakan diatas, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa metode deskriptif adalah suatu metode yang berusaha
menggambarkan, menjelaskan, dan melukiskan gejala, situasi atau kejadian yang
ada pada masa sekarang secara lengkap sesuai dengan masalah penelitian. Dengan
kata lain, metode ini sesuai dengan masalah serta tujuan penelitian yang ingin
diperoleh peneliti dan bukan menguji hipotesis, tetapi berusaha menemukan
gambaran yang nyata tentang bagaimana peranan guru Pkn dalam membentuk
karakter disiplin siswa di SMAN 1 Ciasem Kabupaten Subang.
Adapun ciri-ciri dari metode deskriptif ini seperti yang dijelaskan oleh
Surakhmad (1998:140) yaitu sebagai berikut:
a. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa
sekarang dan pada masalah-masalah yang aktual.
b. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan kemudian
dianalisa (karena metode ini sering disebut juga metode analitik).
Berdasarkan ciri-ciri metode tersebut, penulis dapat kemukakan bahwa
dalam penelitian ini data yang sudah diperoleh dikumpulkan, disusun, dijelaskan,
kemudian dianalisis atau disimpulkan. Hal ini dimaksudkan untuk
menggambarkan suatu keadaan yang ingin disimpulkan sehingga tujuan penelitian
dapat tercapai secara maksimal.
Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui:
1. Wawancara, digunakan sebagai tehnik pengumpulan data apabila peneliti ingin
diteliti, dan jika peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam. Sugiyono (2010:231). Maka, untuk memperoleh informasi yang
relevan dengan masalah yang akan diteliti, maka peneliti melakukan
wawancara diantaranya kepada: guru PKn, wakasek kurikulum, dan
siswa-siswi kelas XI SMAN 1 Ciasem dengan jumlah responden sebanyak 10 orang.
2. Observasi, merupakan suatu penyelidikan yang dijalankan secara sistematik
dan sengaja diadakaan. Observasi tersebut dilakukan menggunakan alat indera
terutama mata terhadap suatu kejadian-kejadian yang langsung ditangkap pada
saat peristiwa tersebut terjadi.
3. Studi Dokumentasi, dilakukan dengan mengumpulkan, menganalisa
dokumen-dokumen, catatan-catatan yang penting. Hal itu bertujuan untuk memecahkan
permasalahan dalam masalah yang akan diteliti. Menurut permasalahan yang
akan diteliti, diperlukan data profil SMAN 1 Ciasem Kabupaten Subang, serta
dokumentasi lainnya yang dapat mendukung penelitian tersebut.
4. Studi literatur, merupakan tehnik pelitian yang mempelajari litelatur untuk
mendapatkan informasi teoritik yang ada hubunganya dengan masalah yang
akan penulis teliti.
G. LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN
Lokasi dalam penelitian ini akan dilaksanakan di SMAN 1 CIASEM
Kabupaten Subang. Untuk memperoleh informasi secara langsung yang dapat
mendukung tercapainya tujuan penelitian yang berhubungan dengaan masalah
pengambilaan sample sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan
tertentu ini, misalkan orang tersebut yang dianggap paling tahu mengenai apa
yang kita harapkan, sehingga akan memudahkan peneliti dalam menjelajah obyek
yang diteliti. Sugiyono (2010:218).
Oleh karena itu, dalam memperoleh informasi yang relevan dengan
masalah yang akan diteliti, maka yang paling dianggap tahu tentang masalah yang
akan penulis teliti diantaranya guru PKn, wakasek kurikulum dan siswa-siswi
kelas XI SMAN 1 Ciasem Kabupaten Subang dengan jumlah responden yang