• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 1. Definisi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) - PERANAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENANGGULANGI PERILAKU KENAKALAN REMAJA DI SEKOLAH (STUDI KASUS DI SMP NEGERI 2 AJIBARANG) - repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 1. Definisi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) - PERANAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENANGGULANGI PERILAKU KENAKALAN REMAJA DI SEKOLAH (STUDI KASUS DI SMP NEGERI 2 AJIBARANG) - repository "

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

LANDASAN TEORI

A. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

1. Definisi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Istilah Pendidikan Kewargaan pada satu sisi identik dengan Pendidikan

Kewarganegaraan. Namun, di sisi lain, istilah Pendidikan Kewargaan

menurut Rosyada (dalam Taniredja, 2009: 3), secara subtantif tidak saja

mendidik generasi muda menjadi warga negara yang cerdas dan sadar akan

hak dan kewajibannya dalam konteks kehidupan bermasyarakat dan

bernegara yang merupakan penekanan dalam istilah Pendidikan

Kewarganegaraan, melainkan juga membangun kesiapan warga negara

menjadi warga dunia (global society). Dengan demikian, orientasi

Pendidikan Kewargaan secara subtansif lebih luas cakupannya dari istilah

Pendidikan Kewarganegaraan.

Secara umum PKn bertujuan membentuk warga Negara yang baik (to be a

good citizentship) dan pembentukan karakter bangsa yang baik (nation and).

Penjelasan tersebut senada dengan pendapat Achmad Kosasih Djahiri

(1995:1) yang mengemukakan bahwa secara khusus tujuan PKn itu bertujuan

untuk :

(2)

serta perilaku yang me ndukung upaya untuk mewujudkan keadlian sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Menurut Taniredja (2009: 16), fokus utama kompetensi PKn bahwa tujuan

pembelajaran yang dikembangkan PKn adalah terbentuknya perilaku (sikap),

oleh karena itu PKn senantiasa mementingkan terbentuknya sikap atau

perilaku. PKn yang berfokus pada dimensi afektif mengharapkan setelah

pembelajaran PKn selesai ada sikap tertentu yang tertanam pada peserta

didik. Oleh karena itu PKn secara umum berkehendak mengembangkan

peserta didik menjadi warga Negara Indonesia yang baik. Namun demikian,

sebagai kajian ilmiah, PKn tidak meninggalkan aspek akademik.

Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang

mempunyai tujuan menurut Winataputra (Tukiran, 2009: 17) menegaskan

bahwa:

“Pendidikan kewarganegaraan bertujuan untuk mengembangkan potensi individu warga negara Indonesia, oleh sebab itu, diharapkan setiap individu memiliki wawasan, watak, serta keterampilan intelektual dan sosial yang memadai sebagai warga negara. Dengan demikian, setiap warga negara dapat berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai dimensi kehidupan bermasyarakat, bangsa dan negara. Oleh karena itu, setiap jenjang pendidikan harus mencakup pendidikan kewarganegaraan, yang akan mengembangkan kecerdasan peserta didik melalui pemahaman dan pelatihan keterampilan intelektual”.

B. Guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

1. Pengertian Guru

Dalam Undang-undang RI No.2 tahun 2003 pasal 39 ayat 2 Sistem

Pendidikan Nasional (2003:24) bahwa :

Pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan

(3)

pembimbingan dan pelatihan serat melakukan penelitian dan pengabdian

kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Guru adalah suatu profesi yang memiliki tanggungjawab yang besar, yaitu

menjadikan anak didiknya berhasil dalam bidang akademik maupun non

akademik dan menjadi suri tauladan bagi masyarakat umumnya. Oleh karena

itu guru harus memiliki keahlian khusus yang bisa didapatnya melalui

lembaga pendidikan Moh. Uzer Usman (1996: 6) berpendapat bahwa:

Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus bagi guru, apalagi sebagai guru yang professional yaitu orang yang memiliki keahlian khusus dalam bidang keguruan, sehingga ia mampu melaksanakan tugas dan fungsi sebagai guru dengan kemampuan maksimal.

Hal ini sejalan dengan pendapat M. Ansyar dan Nurmatin (1991:35) bahwa:

“Guru haruslah seorang yang professional yang memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan

kepribadian yang tinggi yang menuntut keahlian, dedikasi, dan motivasi yang tinggi dan rasa

tanggung jawab terhadap tugasnya”.

2. Peran Guru Pendidikan Kewarganegaraan

Sasaran utama guru PKn adalah membawa anak didiknya menjadi manusia

yang memiliki rasa kesadaran yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan

tanggung jawabnya sebagai warga Negara yang baik, hal ini sejalan dengan

pendapat Numan Somantri (1976:35) :

(4)

a. Fungsi dan Peran Guru

Di dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, guru dapat diibaratkan

sebagai pembimbing perjalanan (journey), yang berdasarkan pengetahuan dan

pengalamannya bertanggungjawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal

ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan

mental, emosional, kreatifitas, moral, dan spiritual yang lebih dalam dan

kompleks. Guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu

perjalanan, menetapkan jalan yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk

perjalanan serta menilai kelancaran perjalanan sesuai dengan kebutuhan dan

kemampuan peserta didik. Semua itu dilakukan berdasarkan kerjasama yang

baik dengan peserta didik, tetapi guru memberikan pengaruh utama dalam

setiap aspek perjalanan. Guru memiliki berbagai hak dan tanggungjawab

dalam setiap perjalanan yang direncanakan dan dilaksanakannya.

Secara umum dalam prinsip-prinsip pendidikan modern sekarang ini

menurut Rusyan (1990: 14) bahwa fungsi dan peran guru adalah sebagai

berikut :

1) Guru sebagai pendidik dan pengajar.

2) Guru sebagai anggota masyarakat guru harus pandai bergaul dengan

masyarakat.

3) Guru sebagai pemimpin guru harus pandai memimpin.

4) Guru sebagai pelaksana administrasi akan dihadapkan kepada

administrasi-administrasi yang harus dikerjakan di sekolah.

5) Guru sebagai pengelola PBM, harus menguasai situasi belajar mengajar

(5)

Guru sebagai pendidik menurut jabatan menerima tanggungjawab

mendidik dari tiga pihak yaitu orangtua, masyarakat, dan Negara.

Tanggungjawab dari orang tua diterima guru atas dasar kepercayaan bahwa

guru mampu memberikan pendidikan dan pengajaran sesuai dengan

perkembangan peserta didik, dan diharapkan pula dari pribadi guru memancar

sikap-sikap dan sifat-sifat yang normatif baik sebagai kelanjutan dari sikap

dan sifat orangtua pada umumnya, antara lain :

1) Kasih sayang kepada peserta didik

Atas dasar rasa kasih sayang ini maka guru dengan sendirinya mudah

mengembangkan sifat-sifat baik lainnya, seperti sabar, ada perhatian

kepada peserta didik dan suka memahami mereka, suka membantu peserta

didik dan suka memahami mereka, suka membantu peserta didik dalam

belajar, bersahabat dan merasa dekat kepada peserta didik, tidak pilih

kasih (adil).

2) Tanggungjawab kepada tugas mendidik.

Didorong oleh rasa tanggungjawab ini guru diharapkan mampu

mengembangkan sifat-sifat lainnya seperti tekun, mengutamakan

ketertiban, berwibawa, keteladanan dan kepemimpinan, riang gembira,

optimistik (Tim Pengembang MKBK IKIP, 1991: 32).

Ada 19 peran guru menurut Mulyasa (2010: 37-63) yaitu:

1) Guru sebagai Pendidik

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi

para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus

memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab,

(6)

2) Guru sebagai Pengajar

Sejak adanya kehidupan, sejak itu pula guru telah melaksanakan

pembelajaran, dan memang hal tersebut merupakan tugas dan tanggung

jawabnya yang pertama dan utama. Guru membantu peserta didik yang

sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya,

membentuk kompetensi, dan memahami materi standar yang dipelajari.

3) Guru sebagai Pembimbing

Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan (journey), yang

berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas

kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya

menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas,

moral, dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks. Ssebagai

pembimbing, guru harus merumuskan jalan yang harus ditempuh.

4) Guru sebagai Pelatih

Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan,

baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak

sebagai pelatih.

5) Guru sebagai Penasehat

Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua,

meskipun mereka tidak memiliki pelatihan khusus sebagai penasehat

dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang.

6) Guru sebagai Pembaharu (Innovator)

Seorang peserta didik yang belajar sekarang, secara psikologis berada jauh

dari pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna dan diwujudkan

(7)

didik,jika tidak, maka hal dapat mengambil bagian dalam proses belajar

yang berakibat tidak menggunakan potensi yang dimilikinya.Tugas guru

adalah memahami bagaimana keadaan jurang pemisah ini, dan bagaimana

menjembataninya secara efektif.

7) Guru sebagai Model dan Teladan

Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua

orang yang menganggap dia sebagai guru.

8) Guru sebagai Pribadi

Sebagai individu yang berkecimpung dalam pendidikan, guru harus

memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik.

9) Guru sebagai Peneliti

Pembelajaran merupakan seni, yang dalam pelaksanaannya memerlukan

penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi lingkungan. Untuk itu diperlukan

berbagai penelitian, yang di dalamnya melibatkan guru. Oleh karena itu

guru adalah seorang pencari atau peneliti.

10) Guru sebagai Pendorong Kreativitas

Sebagai seorang yang kreatif, guru menyadari bahwa kreativitas

merupakan yang universal dan oleh karenanya semua kegiatannya

ditopang, dibimbing dan dibangkitkan oleh kesadaran itu.

11) Guru sebagai Pembangkit Pandangan

Guru tahu bahwa ia tidak dapat membangkitkan pandangan tentang

kebesaran kepada peserta didik jika ia sendiri tidak memilikinya. Oleh

karena itu, para guru perlu dibekali dengan ajaran tentang hakekat manusia

dan setelah mengenalnya akan mengenal pula kebesaran Allah yang

(8)

12) Guru sebagai Pekerja Rutin

Guru bekerja dengan keterampilan, dan kebiasaan tertentu, serta kegiatan

rutin yang amat diperlukan dan seringkali memberatkan. Jika kegiatan

tersebut tidak dikerjakan dengan baik, maka bisa mengurangi atau merusak

keefektifan guru pada semua peranannya.

13) Guru sebagai Pemindah Kemah

Guru berusaha keras untuk mengetahui masalah peserta didik,

kepercayaan, dan kebiasaan yang menghalangi kemajuan, serta membantu

menjauhi dan meninggalkannya untuk mendapatkan cara-cara baru yang

lebih sesuai. Untuk menjalankan fungsi ini guru harus memahami mana

yang tidak bermanfaat dan barangkali membahayakan perkembangan

peserta didik, dan memahami mana yang bermanfaat.

14) Guru sebagai Pembawa Cerita

Cerita adalah cermin yang bagus dan merupakan tongkat pengukur.

Dengan cerita manusia bisa mengamati bagaimana memecahkan masalah

yang sama dengan yang dihadapinya, menemukan gagasan dan kehidupan

yang nampak diperlukan oleh manusia lain. Guru berusaha mencari cerita

untuk membangkitkan gagasan kehidupan di masa datang.

15) Guru sebagai Aktor

Sebagai seorang aktor, guru harus melakukan apa yang ada dalam naskah

yang telah disusun dengan mempertimbangkan pesan yang akan

disampaikan kepada penonton.

16) Guru sebagai Emansipator

Guru telah melaksanakan fungsinya sebagai emansipator ketika peserta

(9)

dicampakan orang lain atau selalu diuji dengan berbagai kesulitan sehingga

hampir putus asa, dibangkitkan kembali menjadi pribadi yang percaya diri.

17) Guru sebagai Evaluator

Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling

kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta

variabel lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks

yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian.

Tidak ada pembelajaran tanpa penilaian, karena penilaian merupakan

proses menetapkan kualitas hasil belajar, atau proses untuk menentukan

tingkat pencapaian tujuan pembelajaran oleh peserta didik.

18) Guru sebagai Pengawet

Sebagai pengawet, guru harus berusaha mengawetkan pengetahuan yang

telah dimiliki dalam pribadinya, dalam arti guru harus berusaha menguasai

materi standar yang akan disajikan kepada peserta didik. Oleh karena itu,

setiap guru dibekali pengetahuan sesuai dengan bidang yang dipilihnya.

19) Guru sebagai Kulminator

Istilah perjalanan merupakan suatu proses pembelajaran, baik dalam

kelas maupun di luar kelas yang mencakup seluruh kehidupan. Analogi dari

perjalanan itu sendiri merupakan pengembangan setiap aspek yang terlibat

dalam proses pembelajaran. Setiap perjalanan tentu mempunyai tujuan,

kecuali orang yang berjalan secara kebetulan. Keinginan, kebutuhan dan

bahkan naluri manusia menuntutu adanya suatu tujuan. Suatu rencana dibuat,

perjalanan dilaksanakan dan dari waktu ke waktu terdapatlah saat berhenti

untuk melihat ke belakang serta mengukut sifat, arti, dan efektivitas perjalanan

(10)

Guru memerlukan kompetensi yang tinggi untuk melaksanakan empat

hal berikut ini.

Pertama, guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi

kompetensi yang hendak dicapai. Tugas guru adalah menetapkan apa yang

telah dimiliki oleh peserta didik sehubungan dengan latar belakang dan

kemampuannya, serta kompetensi apa yang mereka perlukan untuk dipelajari

dalam mencapai tujuan. Untuk merumuskan tujuan, guru perlu melihat dan

memahami seluruh aspek perjalanan. Sebagai contoh, kualitas hidup seseorang

sangat bergantung pada kemampuan membaca dan menyatakan

pikiran-pikirannya secara jelas.

Kedua, guru harus keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan

yang paling penting bahwa peserta didik dalam pembelajaran, dan yang paling

penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya

secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara psikologis. Dengan kata

lain, peserta didik harus dibimbing untuk mendapatkan pengalaman, dan

membentuk kompetensi yang akan mengantar mereka mencapai tujuan. Dalam

setiap hal peserta didik harus belajar, untuk itu mereka harus memiliki

pengalaman dan kompetensi yang dapat menimbulkan kegiatan belajar.

Ketiga, guru harus memaknai kegiatan belajar. Hal ini mungkin

merupakan tugas yang paling sukar tetapi penting, karena guru harus

memberikan kehidupan dan arti terhadap kegiatan belajar. Bisa jadi

pembelajaran direncanakan dengan baik, dilaksanakan secara tuntas dan rinci,

tetapi kurang relevan, kurang hidup, kurang bermakna, kurang menantang rasa

(11)

Keempat, guru harus melaksanakan penilaian. Dalam hal ini

diharapkan guru dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: bagaimana

keadaan peserta didik dalam pembelajaran? bagaimana peserta didik

membentuk kompetensi? Bagaimana peserta didik mencapai tujuan? jika

berhasil, mengapa, dan jika tidak berhasil mengapa?apa yang bisa dilakukan di

masa mendatang agar pembelajaran menjadi sebuah perjalanan yang lebih

baik? Apakah peserta didik dilibatkan dalam menilai kemajuan dan

keberhasilan, sehingga mereka dapat mengarahkan dirinya (self directing)?.

Seluruh aspek pertanyaan tersebut merupakan kegiatan penilaian yang harus

dilakukan guru terhadap kegiatan pembelajaran, yang hasilnya sangat

bermanfaat terutama untuk memperbaiki kualitas pembelajaran.

b. Kompetensi yang Harus dimilki Guru

Kompetensi merupakan komponen utama dari standar profesi di

samping kode etik sebagai regulasi perilaku profesi yang ditetapkan dalam

prosedur dan sistem pengawasan tertentu. Kompetensi diartikan dan dimaknai

sebagai perangkat perilaku efektif yang terkait dengan eksplorasi dan

investigasi, menganalisis dan memikirkan, serta memberikan perhatian, dan

mempersepsi yang mengarahkan seseorang menemukan cara-cara untuk

mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien. Kompetensi bukanlah

suatu titik akhir dari suatu upaya melainkan suatu proses yang berkembang

dan belajar sepanjang hayat (lifelong learning process).

Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal,

keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk

(12)

pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik,

pengembangan pribadi dan profesionalisme.

Di dalam draf Standar kompetensi Lulusan Pendidikan Guru Sekolah

Lanjutan Pertama dan Atas, SKGP PGSMP/SMA (Depdiknas, 2004)

disebutkan bahwa guru sebagai tenaga professional bertugas merencanakan

dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,

melakukan pembimbingan dan pelatihan, melakukan penelitian, membantu

pengembangan dan pengelolaan program sekolah serta mengembangkan

profesionalitas.

Guru dalam era globalisasi memiliki tugas dan fungsi yang lebih

komplek, sehingga perlu memiliki tugas dan fungsi yang lebih komplek,

sehingga perlu memiliki kompetensi dan profesionalisme yang standar.

Kompetensi guru lebih bersifat personal dan kompleks serta merupakan satu

kesatuan utuh yang menggambarkan potensi yang mencakup pengetahuan,

keterampilan, sikap dan nilai, yang dimiliki seseorang guru yang terkait

dengan profesinya yang dapat direpresentasikan dalam amalan dan kinerja

guru dalam mengelola pembelajaran di sekolah. Kompetensi ini yang

digunakan sebagai indikator dalam mengukur kualifikasi dan profesionalitas

guru pada suatu jenjang dan jenis pendidikan (Depdiknas, 2004).

Penguasaan materi meliputi pemahaman karakterisitik dan substansi

ilmu sumber bahan pembelajaran, pemahaman disiplin ilmu yang

bersangkutan dalam konteks yang lebih luas, penggunaan metodologi ilmu

yang bersangkutan untuk memverifikasi dan memantapkan pemahaman

konsep yang dipelajari, penyesuaian substansi dengan tuntutan dan ruang

(13)

penting dalam memberikan dasar-dasar pembentukan kompetensi dan

profesionalisme guru di sekolah. Dengan menguasai materi pembelajaran,

guru dapat memilih, menetapkan, dan mengembangkanalternatif strategi dari

berbagai sumber belajar yang mendukung pembentukan standar kompetensi

dan kompetensi dasar (SKKD).

Pemahaman terhadap peserta didik meliputi berbagai karakteristik,

tahap-tahap perkembangan dalam berbagai aspek dan penerapannya (kognitif,

afektif, dan psikomotorik) dalam mengoptimalkan perkembangan dan

pembelajaran. Guru dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dihadapkan

pada sekelompok individu yang memiliki karakteristik berbeda sesuai dengan

jumlahnya. Pemahaman terhadap karakteristik peserta didik oleh para guru

menjadi prasyarat dalam memberikan pembelajaran, pembimbingan, dan

pelatihan yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan masing-masing

individu peserta didik.

Pembelajaran yang mendidik terdiri atas pemahaman konsep dasar

proses pendidikan dan pembelajaran bidang studi yang bersangkutan, serta

penerapannya dalam pelaksanaan dan pengembangan pembelajaran.

Pembelajaran yang mendidik merupakan upaya memfasilitasi perkembangan

potensi individu secara optimal dan bersinergi antara perkembangan potensi

pada setiap aspek kepribadian. Upaya memfasilitasi perkembangan setiap

aspek kepribadian dalam pembelajaran dilakukan dengan mengacu pada

pembentukan individu yang utuh dalam kompetensi kecakapan hidup yang

bertakwa, bermartabat, bermoral, dan betanggung jawab.

Pengembangan pribadi dan profesionalisme mencakup

(14)

dan kemampuan mengaktualisasi diri, serta sikap dan kemampuan

mengembangkan profesionalisme kependidikan. Guru dalam melaksanakan

tugasnya harus bersikap terbuka, kritis, dan skeptis untuk mengaktualisasi

penguasaan isi bidang studi, pemahaman terhadap karakterisitik peserta didik,

dan melakonkan pembelajaran yang mendidik. Disamping itu, guru perlu

dilandasi sifat ikhlas dan bertanggungjawab atas profesi pilihannya, sehingga

berpotensi menumbuhkan kepribadian yang tangguh dan memiliki jati diri.

Keempat standar kompetensi guru tersebut masih bersifat umum dan

perlu dikemas dengan menempatkan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah

yang beriman dan bertakwa, serta sebagai warganegara Indonesia yang

demokratis dan bertanggungjawab. Pengembangan standar kompetensi guru di

atas perlu didasarkan pada (1) landasan konseptual, landasan teoritik, dan

peraturan perundangan yang berlaku; (2) landasan empiric dan fenomena

pendidikan yang ada, kondisi, strategi, dan hasil di lapangan, serta kebutuhan

stakeholder; (3) jabatan tugas dan fungsi guru; merancang, melaksanakan, dan

menilai pembelajaran, serta mengembangkan pribadi peserta didik; (4) jabaran

indikator standar kompetensi;rumpun kompetisi, butir kompetensi, dan

indikator kompetensi; dan (5) pengalaman belajar dan asesmen sebagai

tagihan konkret yang dapat diukur dan diamati untuk setiap indicator

kompetensi (Depdiknas, 2004).

Disamping standar profesi di atas, guru perlu memiliki standar mental,

moral, sosial, spiritual, intelektual, fisik dan psikis, sebagai berikut.

1. Standar mental: guru harus memiliki mental yang sehat, mencintai,

(15)

2. Standar moral: guru harus memiliki budi pekerti luhur dan sikap moral yang

tinggi.

3. Standar sosial: guru harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan

bergaul dengan masyarakat lingkungannya.

4. Standar spiritual: guru harus beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT,

yang diwujudkan dalam ibadah dalam kehidupan sehari-hari.

5. Standar intelektual: guru harus memiliki pengetahuan dan keterampilan

yang memadai agar dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan

baik dan professional.

6. Standar fisik: guru harus sehat jasmani, berbadan sehat, dan tidak memiliki

penyakit menular yang membahayakan diri, peserta didik, dan

lingkungannya.

7. Standar psikis: guru harus sehat rohani, artinya tidak mengalami gangguan

jiwa ataupun kelainan yang dapat mengganggun pelaksanaan tugas

profesionalnya.

Adanya keharusan guru mengenal karakteristik peserta didiknya,

berarti guru harus menguasai dan mendalami psikologi perkembangan peserta

didik, yakni sebuah disiplin ilmu yang secara khusus membahas tentang

aspek-aspek atau karakterisitik perkembangan peserta didik. Dengan bekal

pengetahuan tentang berbagai aspek perkembangan peserta didik ini, di

harapkan guru dapat merancang dan melaksanakan program pembelajaran

yang sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik yang dihadapinya.

Pengetahuan tentang psikologi perkembangan peserta didik juga

(16)

yang hendak dicapai oleh peserta didik, serta dapat memberikan pelayanan

yang bersifat individual bagi mereka yang mengalami kesulitan.

c. Pengertian PKn menurut KTSP

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), kurikulum ini adalah

kurikulum yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk menyempurnakan

Kurikulum berbasis Kompetensi (KBK), kurikulum ini menghendaki otonomi

sekolah untuk berkreativitas mangelola dan mengembangkan metode

pendididkan yang cocok bagi para siswanya .

Ada beberapa hal dasar yang menjadi alasan kenapa KTSP dibuat,

kurikulum yang dibuat sebelumnya oleh pemerintah yang berlaku secara

nasional tidak melihat kondisi semua sekolah yang ada di negeri ini, kondisi

sekolah di negeri ini sebenarnya sangat beragam. Sebagai contoh tidak

mungkin kondisi sekolah SMA di Jakarta sama dengan kondisi sekolah yang

ada di papua. Sehingga, KTSP ini mungkin bisa menyempurnakan kurikulum

yang ada sebelumnya, dengan KTSP sekolah dapat mengembangkan

(memperkaya, memodifikasi) metode pendidikan apa saja yang bisa

memajukan siswanya namun tetap tidak menyimpang dari kurikulum yang

berlaku secara nasional ini.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka

secara otomatis pola pikir masyarakat berkembang dalam setiap aspek. Hal ini

sangat berbengaruh besar terutama dalam dunia pendidikan yang menuntut

adanya inovasi baru yang dapat menimbulkan perubahan, secara kualitatif

yang berbeda dengan sebelumnya. Tanggung jawab melaksanakan inovasi

diantaranya terletak pada penyelenggaraan pendidikan di sekolah, dimana

(17)

gagasan baru, baik terhadap siswa maupun masyarakat melalui proses

pengajaran dalam kelas.

Salah satu komponen dari sekolah yaitu guru, dimana guru yang sangat

berpesan dan bertanggung jawab dalam pencapaian tujuan pendidikan, guru

PKn memegang peranan yang sangat penting dalam pembentukan warga

Negara Indonesia yang baik, sebab guru PKn dituntut bukan hanya sebagai

pemberi materi pelajaran saja tetapi jugabertanggungjawab terhadap

pembinaan watak dan karakter siswa. Pembinaan watak dan karakter siswa

merupakan pencegahan dan penanggulangan kenakalan pelajar di sekolah.

Watak atau karakter sesungguhnya merupakan substansif dan esensial dalam

mata pelajaran PKn. Untuk meminimalisir kenakalan-kenakalan yang

dilakukan pelajar di sekolah, perlu adanya pendekatan yang dilakukan guru.

Seperti yang dikemukakan oleh Pullias dan Young (2006:37)

mengidentifikasikan sedikitnya ada 19 peran guru diantaranya :

Guru sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat,

pembaharu (inovator), model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong

kreatifitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa

cerita, aktor, emancipator, evaluator, pengawet, dan sebagai kulminator. PKn

merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang menfokuskan

pelajarannya dan pembentukan diri yang beragam dari segi agama,

sosiokultural, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga Negara Indonesia

yang cerdas, terampil dan berkarakter sesuai yang diamanatkan oleh pancasila

dan UUD 1945 (Depdiknas 2003), Adapun tujuan dari mata pelajaran PKn

(18)

1) Berpikir kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu

kewarganegaraan.

2) Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab dan bertindak secara

cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta anti

korupsi.

3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri

berdasarkan pada karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama

dengan bangsa-bangsa lainnya.

4) Berinteraksi dengan bangsa bangsa lain dalam peraturan dunia secara

langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi

dan komunikasi.

d. Sasaran Utama Guru PKn

Guru PKn mempunyai tugas dan peran yang lebih banyak dibanding

guru mata pelajaram lainnya, karena hal tersebut berkaitan dengan

tanggungjawab guru PKn dalam membentuk perilaku siswa di kehidupan

sehari-hari sebagai warganegara yang baik. Sasaran utama guru PKn adalah

membawa anak didiknya menjadi manusia yang memiliki rasa kesadaran yang

tinggi dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai warga

Negara yang baik, hal ini sejalan dengan pendapat Somantri (1976:35) bahwa :

Guru PKn harus banyak berusaha agar siswa-siswanya mempunyai sikap yang baik, kecerdasan yang tinggi, serta ketrampilan yang bermanfaat, oleh karena itu guru PKn harus dapat memanfaatkan fungsinya sebagai penuntun moral, sikap serta member dorongan kearah yang lebih.

e. Peranan Guru PKn dalam Membentuk Perilaku Pelajar yang Baik

Salah satu peranan guru yang dapat mengingkatkan sikap dan perilaku

(19)

dan perilaku pelajar. Setiap guru hendaknya mempunyai kepribadian yang bisa

diteladani anak didiknya baik itu dari bisa sikap maupun penampilannya,

sehingga apa-apa yang akan diberikan kepada pelajar sudah tercermin dalam

sikap dan perilaku guru tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh M.I

Soeleman (1985: 16) bahwa: Guru diharapkan tampil sebagai pendidik bukan

saja terhadap anak didiknya namun juga sebagai pendidik di masyarakat yang

seyogyanya memberikan teladan yang baik kepada anak didiknya dan seluruh

masyarakat.

Menurut Djahiri dan Ma‟mun (1978), bahwa fungsi guru dewasa ini

antara lain:

a. Guru sebagai perencana, disini guru melakukan tugas peranan sebagai

orang yang mencari, memilih dan menetapkan apa-apa yang akan disajikan

kepada siswanya.

b. Guru selaku orang yang melakukan tugas peranan diagnosa, guru disini

mengamati murid serta kehidupannya, permasalahan yang dihadapi siswa

dan mencari serta menetapkan jenis pengetahuan serta langkah usaha

kearah terbinanya siswanya menurut kepatutannya.

c. Guru selaku penyuluh dan pembina, tugas guru disini ialah berusaha

memimpin dan membina siswanya agar dia mampu belajar, guru

mendampingi siswa supaya dia mampu melakukan kegiatan dan

keputusan-keputusan yang bijaksana baik dalam hal belajar maupun mempersiapkan

hari esoknya.

d. Guru selaku evaluator (orang yang melakukan evaluasi).

Guru PKn dituntut tidak hanya memberi materi materi pelajaran saja, tetapi

(20)

nilai, moral, dan norma yang berlaku di masyarakat sehingga sehingga akan

terbentuk warga Negara Inonesia yang baik, bertanggung jawab dan

mempunyai karakteristik budaya Indonesia seperti yang dikemukakan oleh

Acmad Kosasih Djahiri (1996:19) tentang Tri Peran PKn yaitu :

a. Membina dan membentuk kepribadian atau jatidiri manusia Indonesia yang berjiwa pancasila dan berkepribadian Indonesia.

b. Membina bangsa Indonesia melek politik, melek konstitusi/atau hukum melek pembangunan dan melek permasalahan diri, masyarakat,bangsa, dan bernegara.

c. Membina pembekalan siswa (Substansial dan potensi dirinya untuk belajar lebih lanjut)

Sehubungan dengan peran tersebut guru PKn dituntut untuk membina dan

membentuk kepribadian sidan perilaku siswa yang baik, melek politik, mlek

hukum untuk menjadi bekal bagi siswa-siswinya dalam hidup bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara.

C. Kenakalan Remaja

1. Kenakalan Remaja

Di dalam setiap tindakan yang dilakukan oleh seseorang khususnya

oleh pelajar di sekolah pasti terdapat sebab musababnya mengapa pelajar

tersebut melakukan hal tersebut, baik disebabkan oleh faktor intern yang

timbul dari dirinya sendiri maupun dari luar.

Penyebab kenakalan remaja sangatlah kompleks, baik yang berasal

dari dalam diri remaja tersebut, maupun penyebab yang berasal dari

lingkungan, lebih-lebih dalam era globalisasi ini pengaruh lingkungan akan

lebih terasa. Pemahaman terhadap penyebab kenakalan remaja mempermudah

upaya-upaya yang harus dilakukan untuk mengatasinya. Upaya-upaya tersebut

dapat bersifat preventif, represif, dan kuratif. Karena Pada masa remaja

(21)

fisiknya. Dalam segi psikis bayak teori-teori perkembangan yang memaparkan

ketidakselarasan, gangguan emosi dan gangguan perilaku sebagai akibat dari

tekanan-tekanan yang dialami remaja karena perubahan-perubahan yang

terjadi pada dirinya maupun akibat perubahan pada lingkungan.

Masalah yang timbul apabila tidak memenuhi tugas perkembangan

remaja menurut Hurlock (1973) ada beberapa masalah yang dialami remaja

dalam memenuhi tugas-tugas tersebut, yaitu :

a. Masalah pribadi, yaitu masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi

dan kondisi di rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi,

penyesuaian sosial, tugas dan nilai-nilai.

b. Masalah khas remaja, yaitu masalah yang timbul akibat status yang tidak

jelas pada remaja, seperti masalah pencapaian kemandirian,

kesalahpahaman atau penilaian berdasarkan stereotip yang keliru, adanya

hak-hak yang lebih besar dan lebih sedikit kewajiban dibebankan oleh

orangtua.

Remaja masa kini banyak sekali tekanan-tekanan yang mereka

dapatkan, mulai dari perkembangan fisiologi, ditambah dengan kondisi

lingkungan dan sosial budaya serta perkembangan teknologi yang semakin

pesat. Hal ini dapat mengakibatkan munculnya masalah-masalah psikologis

berupa gangguan penyesuaian diri atau perilaku yang mengakibatkan bentuk

penyimpangan perilaku yang disebut kenakalan remaja.

Tanggung jawab terhadap kenakalan remaja terletak pada orangtua,

sekolah, dan masyarakat, khususnya para pendidik baik yang ada di keluarga

(22)

pendidik di masyarakat, yakni para pemuka agama dan tokoh-tokoh

masyarakat.

Adapun macam – macam kenakalan remaja yang sering terjadi diantaranya adalah

:

a. Tawuran antar pelajar

Tawuran antar pelajar adalah perbuatan yang sangat bodoh, karena dapat

merusak fasilitas umum dan fasilitas yg terdapat di sekolah. Tawuran juga

dapat merusak masa depan, karena jika tertangkap polisi nama mereka yang

tertangkap akan tercemar.

b. Mencoret-coret dinding sekolah

Mencoret-coret secara ilegal adalah perbuatan yang tidak baik, karena dapat

membuat kotor sekitar lingkungan. Tetapi jika kita melakukannya dengan

baik, coretan coretan itu dapat manjadi karya karya seni yang baik, dan juga

dapat manghasilkan mata pancaharian yang baik .

c. Mencuri

Mancuri juga dapat merusak nama baik kita, karena jika kita ketahuan

mencuri, kita akan merasa sangat malu, dan kita juga akan di jauhi oleh orang

orang yang dekat dengan kita, karena orang itu sudah tidak percaya lagi

dengan kita.

d. Bolos

Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Seto Mulyadi mengatakan

kebiasaan anak menghabiskan waktu luang atau membolos saat jam sekolah

salah satunya disebabkan karena pelajaran atau kegiatan di sekolah tidak

(23)

“Kalau diperhatikan, anak-anak akan berteriak bahagia ketika mendengar bel

istirahat atau bel pulang sekolah,” ungkap Kak Seto, beberapa waktu lalu di

Jakarta.Lebih lanjut Kak Seto mengatakan, para akedimisi seharusnya lebih

memperhatikan kegiatan yang menarik di sekolah sehingga perhatian anak akan

fokus pada kegiatan positif di sekolah.Dia menunjuk, sekolah negeri dan

perangkatna yang masih kurang maksimal dalam mengajar kreatif. Bahkan Kak

Seto menegaskan, belajar bukanlah kewajiban melainkan hak anak.“Banyak guru

yang tidak melihat proses kreativitas anak. Padahal tipe kecerdasan dan gaya

belajar anak yang satu dengan yang lainnya berbeda, tapi semuanya disama

ratakan. Ini yang membuat anak tidak betah ada di ruang kelas,” paparnya.

e. Merusak fasilitas sekolah

Merusak fasilitas sekolah akan merugikan diri saendiri dan orang lain, karena

kita tidak bisa memakai atau manggunakan fasilitas fasilitas tersebut.

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju

kedewasaan. Kalau digolongkan sebagai anak-anak sudah tidak sesuai lagi, tetapi

bila digolongkan dengan orang dewasa juga belum sesuai lagi, tetapi bila

digolongkan dengan orang dewasa juga belum sesuai. Maka timbul kesan dan

pesan terhadap golongan remaja ini yang beragam sesuai dengan pandangan dan

kepentingan masing-masing gambaran kesan dalam Mapiare (1982: 11), tersirat

hal-hal sebagai berikut :

a. Sebagai orang menganggap remaja adalah sekelompok individu yang

mengalami perjalanan hidup yang biasa saja, karena akan menjadi oranf

dewasa yang wajar sesuai dengan kodratnya, maka tidak perlu

(24)

b. Segolongan orang menganggap remaja sebagai sekelompok individu yang

sering melakukan pelanggaran, menyusahkan orang tua maupun orang lain

disekitarnya.

c. Sekelompok orang menganggap remaja itu sekelompok individu yang

dijadikan contoh generasi anak dan wajib menolong/membantu

anak-anak maupun orang dewasa dan tua.

d. Remaja yang sedang tumbuh kembang itu mempunyai potensi-potensi, maka

orang menganggapnya dapat dimanfaatkan sebagai generasi bangsa. Remaja

berkewajiban merumuskan perjuangan bangsa, memelihara budaya dan

mengembangkan potensi diri dan bangsanya. Maka harus mendapat perlakuan,

pelayanan, agar dapat mencapai tujuan.

e. Menurut sebagian remaja sendiri mereka merasa sebagai individu-individu

yang dikesampingkan, diacuhkan, karena orang dewasa lebih memperhatikan

generasi anak-anak kecil yang sangat butuh perhatian dan

pemeliharaan.Seolah-olah remaja sudah dapat mengurusi dirinya

sendiri.Remaja masih ingin.mendambakan kasih sayang seperti masa-masa

lalu.

f. Sekumpulan individu yang terdiri atas para remaja merasa sebagai

individu-individu yang mempunyai cara hidup tersendiri, di dalam dunia tak boleh/ tak

dapat dimengerti oleh orang lain.

Bila dilihat dalam GBHN yang dikutip Mapiare (1982: 12) sebagai berikut :

Pengembangan generasi muda diarahkan untuk mempersiapkan kader penerus

perjuangan bangsa dan pembangunan nasional dengan memberikan bekal

keterampilam kepemimpinan, kesegaran jasmani dan kreasi, patriotisme, idealism,

(25)

sehat sehingga memungkinkan kreativitas generasi muda berkembang secara

wajar dan bertanggung jawab. Dalam rangka itu perlu ada usaha-usaha guna

mengembangkan generasi muda untuk melihat remaja dalam proses kehidupan

berbangsa dan bernegara serta pelaksanaan pembangunan nasional.

Berdasarkan hal itu remaja perlu mendapatkan perhatian khusus dalam

pendidikan dan keikutsertaannya dalam pendidikan dan keikutsertaannya dalam

masyarakat karena mereka mempunyai kewajiban yang harus didukung

hak-haknya untuk mempersiapkan diri sebagai generasi muda. Remaja masa kini

banyak sekali tekanan-tekanan yang mereka dapatkan, mulai dari perkembangan

fisiologi, ditambah dengan kondisi lingkungan dan sosial budaya serta

perkembangan teknologi yang semakin pesat. Hal ini dapat menimbulkan

munculnya masalah psikologis berupa gangguan penyesuaian diri atau perilaku

yang mengakibatkan perilaku yang menyimpangkan yang disebut kenakalan

remaja.

Dalam Kartono (2003) kenakalan remaja didefinisikan sebagai perilaku

menyimpang atau tingkah laku yang tidak dapat diterima sosial sampai

pelanggaran status hingga tindak kriminal. Pada dasarnya kenakalan remaja

menunjuk pada suatu bentuk perilaku remaja yang tidak sesuai dengan

norma-norma yang hidup di dalam masyarakatnya. Remaja yang nakal itu disebut pula

sebagai anak cacat sosial. Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh

pengaruh sosial yang ada ditengah masyarakat, sehingga perilaku mereka dinilai

oleh masyarakat sebagai suatu kelainan dan disebut “kenakalan” (Kartono, 1988:

93).

Dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang

(26)

(1) Kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak diatur dalam

undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran

hukum;

(2) Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai

dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan

melanggar hukum bila dilakukan orang dewasa.

Menurut bentuknya, kenakalan remaja dapat di golongkan ke dalam tiga

tingkatan yaitu :

(1) Kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah,

pergi dari rumah tanpa pamit.

(2) Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti

mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin.

(3) Kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, tawuran antar pelajar,

hubungan seks diluar nikah, pemerkosaan dll, (Sunarwiyati :1985)

a. Kartono, ilmuwan sosiologi

Kenakalan Remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile

delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan

oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan

bentuk perilaku yang menyimpang”.

b. Santrock

“Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang

tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal.”

2. Faktor Penyebab Kenakalan Remaja

Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kenakalan remaja dapat berasal

(27)

(faktor ekstern). Seperti yang dikemukakan Singgih dan Gunarsa dan Singgih

(2001: 22-23) bahwa latar belakang dari kenakalan remaja:

a. Kemungkinan berpangkal pada remaja itu sendiri :

1) Kekurangan penampungan emosional.

2)Kelemahan dalam mengendalikan dorongan-dorongan dan kecendurangannya.

3) Kegagalan prestasi sekolah dan pergaulan.

4) Kekurangan dalam pembentukan hati nurani.

b. Kemungkinan berpangkal pada lingkungannya

1) Lingkungan keluarga

2) Lingkungan masyarakat

• Perkembangan teknologi yang menimbulkan keguncangan dalam remaja/yang

belum memiliki kekuatan mental untuk menerima perubahan-perubahan.

• Faktor sosial politik, sosial ekonomi dengan mobilisasi-mobilisasi sesuai

dengan kondisi secara keseluruhan atau kondisi-kondisi setempat seperti di

kota besar dengan ciri-ciri khasnya.

• Kepadatan penduduk yang menimbulkan persoalan demografis dan

bermacam-macam kenakalan remaja.

Mengenai faktor penyebab kenakalan remaja yang berasal dari individu

remaja (faktor intern) dan faktor lingkungan dimana remaja itu tinggal (faktor

ekstern) juga dikemukakannya oleh Kartini-Kartono (1992-12) yaitu :

a. Faktor Internal

1) Reaksi frustasi negatif

2) Gangguan pengamatan dan tanggapan

3) Gangguan cara berpikir

(28)

b. Faktor eksternal

1) Lingkungan keluarga

Referensi

Dokumen terkait

Peta Zonasi Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu (Sesuai SK Dirjen PHKA No Nomor : SK.. Suaka margasatwa bertujuan untuk melindungi dan melestarikan kelangsungan hidup satwa

Berdasarkan masalah tersebut maka penulis membuat makalah yang berjudul “Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah Dalam Kegiatan Sekolah”..

Pembelajaran secara team (kelompok) diharapkan agar semua anggota kelompok mampu bekerja sama dan saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kelompok harus terdiri

Konstanta tmnpang !intang scbagai kelu program WIMSD/4 digunaK1ifl~agal~kan pada progranl difusi neutron untuk perhitungan teras Harga koefisien reaktivitas void di

Dari penelitian ini sebenarnya ingin diketahui bagaimana pengaruh temperatur, rasio dan kecepatan pengadukan terhadap kandungan asam palmitat dari palm stearin

Dosen agama Islam di LP3I Business College Malang problem yang dihadapi adalah harus banyak tahu tentang ilmu ilmu bisnis dan dunia kerja untuk mengkolaborasi dengan mata kuliah

29 OKTOBER 2011 TAHUN AKADEMIK 2011/2012. FAKULTAS TEKNIK

[r]