• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pencegahan Penularan HIV/AIDS: Efektivitas Metode KIE “Aku Bangga Aku Tahu (ABAT)”

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pencegahan Penularan HIV/AIDS: Efektivitas Metode KIE “Aku Bangga Aku Tahu (ABAT)”"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Pencegahan Penularan HIV/AIDS: Efektivitas Metode KIE “Aku Bangga

Aku Tahu (ABAT)”

PREVENTION OF HIV/AIDS TRANSMISSION: EFECTIVENESS OF INFORMATION, EDUCATION AND COMMUNICATION METHOD OF “I AM PROUD I KNOW (ABAT)”

Achmad Chairul Hamdi1, Merry Wijaya2 dan Shelly Iskandar3 1Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas

Jl. RA Wiraatmaja No. 4 Purwokerto, Indonesia

2Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran 3Departemen Psikiatri, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

2,3Jl. Eijikman No. 38 Bandung, Indonesia

E - mail : chairulhamdi19@yahoo.co.id

Submitted : 18-8-2016, Revised : 16-9-2016, Revised : 28-11-2016, Accepted : 30-11-2016 Abstract

The epidemic of HIV/AIDS in Indonesia is one of fastest growing among Asian countries. One of the efforts of the government to reduce HIV/AIDS cases is by implementing Information Education and Communication (IEC) which is so-called “Aku Bangga Aku Tahu (ABAT)”. However, the effectiveness of ABAT and its methods have not been evaluated. The aim of this study is to analyze the effectiveness of IEC of ABAT on knowledge, perception, stigma and HIV/AIDS behavioral prevention among selected high school students. This is a quantitative research, using pre-test, post-test, and control group of Quasi Experimental Design. A number of 221 students were chosen using multistage random sampling, divided into groups of single, multiple and control. The results of this study showed that the IEC of ABAT effectively increased knowledge, perception and preventive behavior, but it had not been able to reduce stigma. IEC of ABAT multiple sessions provided higher impact thanthat of the single session (p < 0.05). It is necessary to improve methods of IEC to encourage the improvement of knowledge, perception, and reduced stigma and HIV/AIDS risk behavior.

Keywords: behavior, HIV/AIDS, knowledge, perception, stigma

Abstrak

Laju peningkatan HIV/AIDS di Indonesia merupakan salah satu yang tercepat di Asia. Sebagai upaya pengendalian HIV/AIDS, pemerintah meluncurkan modul komunikasi informasi dan edukasi Aku Bangga Aku Tahu (KIE ABAT). Efektivitas metode dan KIE ABAT sampai saat ini belum pernah dilakukan evaluasi. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis efektivitas KIE ABAT terhadap pengetahuan, persepsi, stigma dan perilaku pencegahan HIV/AIDS pada siswa/siswi SMA. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian Quasi Experiment Design dengan Pre-test Post-test Control Group Design. Sebanyak 221 siswa berpartisipasi dalam penelitian yang dipilih menggunakan multistage random sampling, kemudian dibagi kedalam kelompok single, multiple dan kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa KIE ABAT efektif meningkatkan pengetahuan, persepsi dan perilaku pencegahan, akan tetapi belum mampu menurunkan stigma. Simpulan berikutnya adalah KIE ABAT multiple session memberikan pengaruh yang lebih tinggi dibandingkan dengan single session. Untuk itu perlu penyempurnaan metode KIE agar dapat mendorong terjadinya peningkatan pengetahuan, persepsi, penurunan stigma dan peningkatan perilaku pencegahan HIV/AIDS.

(2)

PENDAHULUAN

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang dapat menyebabkan terjadinya AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome). AIDS adalah kumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh.1 HIV/AIDS merupakan

permasalahan global. Peningkatan terjadi hampir di seluruh belahan dunia termasuk di Indonesia.2

Peningkatan kasus terjadi semakin cepat terutama dalam lima tahun terakhir.3

Sejak dilaporkan pertama kali pada tahun 1987 sampai September 2014, kasus tertinggi ada pada kelompok usia 20–29 tahun (32,9%). Hal ini berarti jika sejak terinfeksi sampai masuk ke kondisi AIDS membutuhkan waktu 5 tahun, maka usia terendah saat terinfeksi pertama kali adalah sekitar 15-24 tahun.1

Hasil survei yang dilakukan Hot Line Pendidikan pada tahun 2012 terhadap siswa/ siswi SMA di Kota Surabaya menujukkan bahwa 44% subjek menganggap hubungan seksual saat pacaran merupakan hal biasa. Survei tersebut juga menyebutkan bahwa 16% siswi sudah pernah melakukan hubungan seksual.4 Terkait perilaku

penyalahgunaan narkoba, remaja SMA juga merupakan kelompok yang mudah terpengaruh, menjadi target sasaran gembong narkoba, rentan terjebak dalam penyalahgunaan narkoba.5

Perilaku seks berisiko dan penggunaan narkoba suntik merupakan faktor risiko utama terjadinya penularan HIV/AIDS. Berbagai dampak dapat muncul akibat HIV/AIDS antara lain infeksi oportunistik seperti toksoplasmosis tidak harus dalam otak, kandidiasis pada saluran tenggorokan, saluran paru-paru, sarkoma kaposi dan berbagai macam kanker.1 Orang dengan HIV/

AIDS (ODHA) juga sangat potensial mengalami stigma dan diskriminasi di sekolah, tempat kerja, fasilitas layanan kesehatan maupun lingkungan masyarakat.6 Biaya pengobatan HIV/AIDS juga

membebani ekonomi rumah tangga dan negara.7

Permasalahan HIV/AIDS mendorong pemerintah untuk melakukan upaya pengendalian. Salah satunya melalui kampanye ABAT HIV/ AIDS. Kampanye ABAT bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, persepsi, menurunkan

HIV/AIDS. Pengetahuan dalam hal ini adalah pemahaman tentang pengertian, penyebab, cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS. Persepsi adalah tanggapan terhadap kerentanan dan keparahan HIV/AIDS, manfaat, hambatan yang dirasakan dan efikasi diri untuk menghindari perilaku berisiko tertular HIV/AIDS. Stigma adalah respon terhadap perlakuan yang diterima ODHA berupa kekerasan verbal, pelabelan negatif, pengabaian dalam pelayanan kesehatan, pengucilan, ketakutan terhadap penularan, stigma di sekolah, tempat tinggal dan tempat kerja. Perilaku pencegahan adalah tindakan yang diambil dalam rangka mencegah tertularnya HIV/AIDS yakni tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah dan tidak menggunakan narkoba suntik. Salah satu kelompok sasaran kampanye adalah murid SMA. KIE ABAT dapat dilaksanakan satu sesi (single session) dalam satu hari, atau dibagi kedalam beberapa sesi (multiple session) dilaksanakan dalam beberapa hari. Kampanye ABAT mulai digiatkan sejak akhir tahun 2011, akan tetapi belum pernah dilakukan evaluasi terhadap efektivitas isi materi maupun metode penyampaiannya.1 Pemilihan metode KIE

merupakan unsur yang sangat penting untuk mencapai perubahan perilaku yang diinginkan.8

Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini berujuan untuk meneliti efektivitas ABAT dan metode KIE yang lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan, persepsi, menuunkan stigma dan meningkatkan perilaku pencegahan HIV/AIDS pada siswa/siswi SMA.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian Quasi Experiment Design dengan Pre-test Post-test Control Group Design. Subjek penelitian ini berjumlah 221 orang yang terbagi ke dalam kelompok single (76 orang), multiple (73 orang), dan kontrol (72 orang). Berdasarkan perhitungan jumlah sampel, jumlah sampel minimal pada setiap kelompok adalah sebanyak 68 orang.9

Populasi target penelitian ini adalah siswa/ siswi SMA di Kabupaten Banyumas. Pemilihan subjek penelitian menggunakan teknik multistage random sampling. Pada tahap awal (menggunakan metode stratified random sampling), SMA yang

(3)

ada distratifikasi berdasarkan tingkat akreditasi untuk kemudian dipilih tiga sekolah secara acak. Selanjutnya pada setiap sekolah yang terpilih dilakukan cluster random sampling sehingga mendapatkan satu kelas sebagai kelompok single, satu kelas sebagai kelompok multiple dan satu kelas sebagai kelompok kontrol.

Kelompok single mendapatkan intervensi berupa KIE ABAT selama satu sesi dalam satu hari, sedangkan kelompok multiple mendapat intervensi dalam tiga sesi selama tiga hari dengan jarak antar sesi adalah satu minggu. Kelompok kontrol merupakan kelompok yang tidak diberikan intervensi. KIE ABAT dilaksanakan dengan metode ceramah, curah pendapat, role play dan tanya jawab agar seluruh peserta ikut aktif, didukung penggunaan media berupa DVD ABAT, poster, leaflet, laptop, LCD proyektor, sound system, kertas plano, spidol yang diperlukan demi suksesnya pelaksanaan KIE.

Kriteria inklusi pemilihan subjek: subjek merupakan siswa/siswi SMA di Kabupaten Banyumas, subjek tercatat sebagai siswa/siswi kelas X atau XI, dan subjek bersedia untuk ikut serta dalam penelitian. Sedangkan kriteria eksklusi adalah subjek pernah diintervensi KIE ABAT. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juni 2016 di Kabupaten Banyumas. Penelitian dilaksanakan di kabupaten Banyumas dilatarbelakangi kondisi peningkatan pesat HIV/AIDS yang terjadi dalam lima tahun terakhir dengan risiko penularan utamanya melalui hubungan seksual dan penggunaan narkoba suntik. Data penelitian ini diperoleh menggunakan kuesioner. Sebelum digunakan untuk pengambilan data, kuesioner diuji validitas dan reliabilitas kepada 42 subjek yang terdiri dari 13 siswa (31%) dan 29 siswi (69%) dengan usia rata-rata 16,26 tahun. Hasil ujicoba kuesioner menunjukkan pertanyaan pengetahuan valid sebanyak 10 butir, pernyataan persepsi valid sebanyak 12 butir, pernyataan stigma valid sebanyak 23 butir, dan pertanyaan perilaku valid sebanyak 15 butir. Nilai reliabilitas pada variabel pengetahuan dengan nilai Cronbach Alpha = 0,64; variabel persepsi dengan nilai Cronbach Alpha = 0,81; variabel stigma dengan nilai Cronbach Alpha = 0,90; dan variabel perilaku dengan nilai Cronbach Alpha = 0,79.

Kuesioner yang valid dan relaibel,

kemudian digunakan untuk pengambilan data melalui pretest dan dua kali posttest. Pretest dilaksanakan sebelum subjek menerima intervensi, sedangkan posttest satu dilaksanakan sesaat setelah subjek menerima intervensi, dan posttest dua dilaksanakan pada dua bulan setelah subjek menerima intervensi.

Penilaian dilakukan menggunakan skoring. Pada kuesioner pengetahuan, setiap jawaban benar diberi nilai 1; jawaban salah diberi nilai 0. Pada kuesioner persepsi dan stigma, setiap pernyataan diberi nilai 1 – 4. Pada kuesioner perilaku pencegahan setiap pernyataan diberi nilai 1 – 2. Data ordinal yang didapatkan pada kuesioner persepsi, stigma dan perilaku pencegahan, ditansformasi terlebih dahulu menjadi data interval menggunakan program komputer sehingga menghasilkan nilai logit. Selisih (delta) nilai yang ada berdasarkan pretest dan posttest pada masing-masing kelompok, kemudian diuji menggunakan One Way ANOVA untuk menganalsis perbedaan pengaruh intervensi KIE ABAT single session dengan multiple session terhadap peningkatan pengetahuan, persepsi, penurunan stigma dan peningkatan perilaku pencegahan HIV/AIDS. Penelitian ini telah mendapat persetujuan etik Nomor: 226/UN6.C1.3.2/KEPK/PN/2016 dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Universitas Padjadjaran Bandung.

HASIL

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa/siswi di Kabupaten Banyumas. Pada awal penelitian (pretest) terdapat 242 subjek yang ikut serta dalam penelitian. Dari jumlah tersebut, 221 subjek memenuhi kriteria dan lengkap mengikuti pretest, posttest satu dan posttest dua. Gambaran ini menunjukkan bahwa response rate adalah 91,32%. Subjek rerata berusia 16 tahun dan mayoritas dari subjek adalah perempuan (69%). Tidak tedapat perbedaan bermakna untuk karakteristik sosiodemografik antara kelompok single, multiple dan kontrol.

Tingkat pengetahuan, persepsi, stigma dan perilaku pencegahan HIV/AIDS sebelum pemberian intervensi pada kelompok single, multiple dan kontrol dapat dilihat pada tabel 1:

(4)

Tabel 1. Skor Pengetahuan, Persepsi, Stigma dan Perilaku Pencegahan HIV/AIDS Sebelum Pemberian Intervensi (Pretest)

Berdasarkan normalitas dan homogenitas dengan nilai p > 0,05; data yang telah diperoleh memenuhi syarat untuk dianalisis statistik parametrik.

1)Pengetahuan tentang HIV/AIDS

Perbedaan pengaruh intervensi KIE ABAT terhadap pengetahuan dapat diketahui dari selisih skor pretest dan posttest pada masing-masing kelompok single, multiple dan kontrol (gambar 1).

Pretest Posttest 1 Posttest 2

Single 6,3 9,43 9,18 Multiple 6,79 9,59 9,48 Kontrol 6,58 6,99 7,4 0 2 4 6 8 10 N I L A I

Gambar 1. Peningkatan Rerata Pengetahuan Nilai Pretest dan Posttest pada Kelompok

Single, Multiple dan Kontrol

Pada awal penelitian ini kelompok single, multiple dan kontrol menunjukkan tingkat pengetahuan yang cenderung tidak berbeda. Berdasarkan hasil pretest, pengetahuan yang masih kurang pada kelompok single dan multiple meliputi definisi AIDS, cairan tubuh untuk pemeriksaan HIV, mitos HIV, dan obat untuk terapi HIV/AIDS.

Selisih pretest dan posttest satu pada kelompok single dan kelompok multiple

menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan (p = 0,162); sedangkan selisih pada kelompok kontrol menunjukkan adanya perbedaan signifikan dengan kelompok single dan multiple (p < 0,001).

Selisih pretest dan posttest dua pada kelompok single dan kelompok multiple menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan (p = 0,479); sedangkan selisih pada kelompok kontrol menunjukkan adanya perbedaan signifikan dengan kelompok

single dan multiple (p < 0,001). 2)Persepsi tentang HIV/AIDS

Perbedaan pengaruh intervensi KIE ABAT terhadap persepsi dapat diketahui dari selisih nilai logit pretest dan posttest pada masing-masing kelompok single, multiple dan kontrol (gambar 2).

Pretest Posttest 1 Posttest 2

Single 1,57 2,6 1,85 Multiple 1,93 2,44 2,98 Kontrol 1,83 2,1 1,91 0 0,51 1,52 2,53 3,5 N I L A I

Gambar 2. Peningkatan Rerata Persepsi Nilai Pretest dan Posttest pada Kelompok Single, Multiple dan Kontrol

Pada awal penelitian ini menunjukkan tingkat persepsi tentang HIV/AIDS pada kelompok single, multiple dan kontrol cenderung tidak berbeda. Berdasarkan hasil pretest, persepsi yang masih kurang pada kelompok single dan multiple adalah keparahan yang dirasakan, dengan menganggap bahwa sudah ada obat yang dapat menyembuhkan AIDS.

Selisih pretest dan posttest satu pada kelompok single dan kelompok multiple

menunjukkan ada perbedaan signifikan (p = 0,008); sedangkan kelompok kontrol menunjukkan adanya perbedaan signifikan dengan kelompok single (p < 0,001); akan tetapi tidak berbeda

No Variabel Rentang

Nilai

Kelompok

p

Single Multiple Kontrol

Mean SD Mean SD Mean SD

1. Pengetahuan 0 - 10 6,30 1,69 6,79 1,68 6,56 1,56 0,190

2. Persepsi 12 - 48 40,12 3,39 40,09 3,64 39,49 3,48 0,467

3. Stigma 23 - 92 49,05 10,74 46,25 10,15 48,03 9,29 0,232

(5)

dengan multiple (p = 0,225). Selisih pretest dan posttest dua pada kelompok single dan kelompok multiple menunjukkan ada perbedaan signifikan (p = 0,001); dan kelompok kontrol menunjukkan adanya perbedaan signifikan dengan kelompok

multiple (p < 0,001); akan tetapi tidak berbeda dengan single (p = 0,390).

3)Stigma kepada ODHA

Perbedaan pengaruh intervensi KIE ABAT terhadap stigma dapat diketahui dari selisih nilai logit pretest dan posttest pada masing-masing kelompok single, multiple dan kontrol (gambar 3).

Pretest Posttest 1 Posttest 2 Single -0,88 -1,71 -1,6 Multiple -1,32 -2,1 -1,52 Kontrol -0,99 -1,1 -1,43 -2,5 -2 -1,5 -1 -0,5 0 N I L A I

Gambar 3. Penurunan Rerata Stigma Nilai Pretest

dan Posttest pada Kelompok Single, Multiple dan Kontrol

Pada awal penelitian ini menunjukkan tingkat stigma kepada ODHA pada kelompok single, multiple dan kontrol cenderung tidak berbeda. Berdasarkan hasil pretest, stigma yang masih tinggi pada kelompok single adalah kekerasan verbal terhadap ODHA, pelabelan negatif, pengabaian oleh petugas kesehatan, isolasi sosial, dan stigma di sekolah; sedangkan pada kelompok multiple adalah pelabelan negatif, pengabaian oleh petugas kesehatan, isolasi sosial, ketakutan terhadap penularan dan stigma di sekolah.

Selisih pretest dan posttest satu pada kelompok single dan kelompok multiple

menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan (p = 0,835); kelompok kontrol menunjukkan adanya perbedaan signifikan dengan kelompok single (p = 0,004); dan terdapat perbedaan dengan kelompok multiple (p = 0,008). Selisih pretest dan posttest dua pada kelompok single dan kelompok multiple

menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan (p = 0,070); dan kelompok kontrol menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan dengan kelompok

single (p = 0,309); juga tidak terdapat perbedaan signifikan dengan kelompok multiple (p = 0,432). 4)Perilaku Pencegahan HIV/AIDS

Perbedaan pengaruh intervensi KIE ABAT terhadap perilaku pencegahan dapat diketahui dari selisih nilai logit pretest dan posttest pada masing-masing kelompok single, multiple dan kontrol (gambar 4). Pretest Posttest Single 2,65 2,53 Multiple 2,92 3,92 Kontrol 2,28 2,09 0 0,51 1,52 2,53 3,54 4,5 N I L A I

Gambar 4. Peningkatan Rerata Perilaku Pencegahan Pretest dan Posttest pada Kelompok Single, Multiple dan Kontrol

Selisih pretest dan posttest pada kelompok single dan kelompok multiple menunjukkan ada perbedaan signifikan (p < 0,001); kelompok kontrol menunjukkan adanya perbedaan signifikan dengan kelompok multiple (p < 0,001); akan tetapi tidak terdapat perbedaan dengan kelompok single (p = 0,711).

PEMBAHASAN

1). Pengetahuan tentang HIV/AIDS

Setelah dilakukan intervensi KIE ABAT pada kelompok single dan multiple, pengetahuan siswa meningkat dan hampir semua siswa dapat menjawab semua pertanyaan tentang pengetahuan. Pada saat posttest dua menunjukkan adanya sedikit penurunan.

Peningkatan pengetahuan pada kelompok single dan multiple menunjukkan hasil tidak ada perbedaan signifikan. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Harper et al. dan Takahashi et al. di Amerika. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa peningkatan pengetahuan kelompok multiple session lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok single.10,11

Hal ini dapat disebabkan pemberian KIE dapat meningkatkan keingintahuan dan minat

(6)

siswa mengenai topik terkait. Minat yang tinggi dapat merangsang dan mendorong seseorang dengan segala cara untuk mencari informasi secara mandiri, yang akhirnya dapat meningkatkan pengetahuan. Siswa dapat menambah pengetahuan dari internet, televisi maupun media cetak.12

2). Persepsi tentang HIV/AIDS

Sesaat setelah diberikan intervensi KIE ABAT kelompok single dan multiple menunjukkan adanya peningkatan persepsi. Dua bulan setelah diintervensi, kelompok single menujukkan tidak ada peningkatan yang signifikan, sedangkan kelompok multiple menunjukkan adanya perbedaan signifikan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian pada program penanggulangan HIV/ AIDS (SHERO’S PROGRAM) oleh Harper et al. di Amerika pada remaja putri Mexican American.10

Intervensi yang hanya satu kali (1 x 120 menit) ini juga menyebabkan topik yang disampaikan menjadi sangat terbatas. Waktu yang terbatas juga membatasi fasilitator dan kelompok single untuk melakukan tanya jawab yang lebih dalam dan rinci.13

Pada kelompok multiple, peningkatan persepsi masih terjadi pada pengukuran yang dilakukan dua bulan setelah intervensi. Hal ini dapat terjadi karena pada kelompok multiple diberikan intervensi sebanyak tiga kali. Pengulangan informasi yang terjadi dapat meningkatkan intensitas pesan. Total durasi waktu yang lebih lama (3 x 120 menit) memungkinkan informasi yang disampaikan mencakup topik yang lebih lengkap, memungkinkan terjadinya tanya jawab yang lebih mendalam dan rinci, serta memberikan feedback kepada fasilitator untuk perbaikan pelaksanaan pada sesi berikutnya.13

3). Stigma kepada ODHA

Setelah diberikan intervensi KIE ABAT, kelompok single dan multiple menunjukkan adanya penurunan stigma. Kelompok kontrol juga menunjukkan hal yang sama walaupun tidak diberikan intervensi.

Terdapat faktor lain yang diduga mempengaruhi hasil penelitian ini. Salah satu faktor tersebut adalah paparan media informasi. Hal ini dapat menyebakan terjadinya peningkatan pengetahuan tentang HIV/AIDS.14 Peningkatan

dengan penurunan stigma.6 Faktor lain yang diduga

ikut mempengaruhi adalah tokoh agama. Nasehat tokoh agama dapat meningkatkan pemahaman beragama yang lebih baik kemudian diwujudkan dalam kehidupannya. Terkait dengan HIV/AIDS, agama selalu memberikan kesempatan kepada ODHA. Meskipun mereka telah berbuat dosa tetapi masih dapat diampuni, sehingga mereka berkesempatan untuk mendapatkan tempat yang baik setelah kematian.15

4). Perilaku pencegahan HIV/AIDS

Dua bulan setelah intervensi, kelompok multiple menunjukkan adanya peningkatan perilaku pencegahan sebesar 34,25%. Untuk kelompok single tidak menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan, sedangkan kelompok kontrol menunjukkan adanya penurunan perilaku pencegahan HIV/AIDS sebesar 8,33%. Peningkatan perilaku pencegahan pada kelompok multiple lebih tinggi daripada kelompok single ini sejalan dengan hasil penelitian Harper et al. dan Takahashi et al. di Amerika.10,11

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi adalah kurangnya pengetahuan.16

Pengetahuan pada kelompok kontrol lebih rendah. Kurangnya pengetahuan tentang HIV/AIDS dapat meningkatkan remaja untuk berperilaku berisiko.17

Bagi banyak orang, di Indonesia membicarakan seks adalah tabu dan bertentangan dengan budaya.18 Disisi lain, pada zaman

sekarang teknologi berkembang semakin pesat yang mendorong kemudahan akses informasi.19

Terbukanya arus informasi membuat para remaja dengan mudah mendapatkan apa yang ingin mereka ketahui, termasuk hal-hal yang berhubungan dengan seksualitas. Ironisnya masih banyak remaja yang belum mendapat pendidikan seksual secara lengkap sehingga menyebabkan mereka terjebak dalam perilaku seksual yang tidak sehat.20 Perilaku seks bebas dan penyalahgunaan

narkoba ini sangat berisiko menyebabkan terjadinya penularan HIV/AIDS.1

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan antara lain, pengumpulan data dilakukan dengan self report yang menuntut kejujuran subjek khususnya variabel perilaku pencegahan HIV/AIDS. Keterbatasan ini diatasi dengan menjelasakan kepada subjek bahwa

(7)

dari jawaban apapun yang mereka berikan. Keterbatasan lainnya adalah hal-hal yang ditanyakan adalah hal yang terjadi dalam dua bulan terakhir sehingga didasarkan pada daya ingat subjek (recall bias).

Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti faktor-faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi hasil penelitian, antara lain pola asuh keluarga, teman sebaya, paparan informasi, budaya dan tokoh agama.

KESIMPULAN

KIE ABAT efektif dalam meningkatkan pengetahuan, persepsi, dan perilaku pencegahan penularan HIV, serta menurunkan stigma terhadap ODHA. Metode single maupun multiple session tidak berbeda secara bermakna dalam meningkatan pengetahuan dan menurunkan stigma. Peningkatan persepsi dan perilaku pencegahan lebih tinggi terjadi pada kelompok yang diintervensi secara multiple session. Secara keseluruhan, KIE ABAT multiple session memberikan pengaruh lebih tinggi dibandingkan dengan single session. Untuk itu perlu penyempurnaan isi dan metode KIE agar lebih efektif terutama dalam menurunkan stigma. UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih ditujukan pada semua pihak yang membantu, khususnya Prof. Dr. Tuti Wahmurti S, dr., SpKJ(K); Prof. Dr. Suryana Sumantri, Drs., MSIE; Irvan Afriandi, dr., MPH., Dr.PH dan Dr. Guswan Wiwaha, dr., MM yang telah memberikan saran pada penyusunan laporan penelitian ini.

DAFTAR RUJUKAN

1. Pusat Promosi Kesehatan Kemenkes RI. Buku Petunjuk Penggunaan Media KIE Versi Pelajar Aku Bangga Aku Tahu. 2012. [diunduh 28 Maret 2015]. Tersedia dari: http://www.promkes. depkes.go.id.

2. UNAIDS. Global Report: UNAIDS Report on the Global AIDS Epidemic 2013. [diunduh 12 Mei 2014]. Tersedia dari: http://www.unaids. org.

3. Ditjen PP & PL Kemenkes RI. Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia dilapor s/d September

2014. [diunduh 6 September 2015]. Tersedia dari: http://www.depkes.go.id.

4. Arifin N. 44% Siswa SMA Anggap Hubungan

Seks Hal Biasa. [diunduh 8 November 2015]. Tersedia dari: http://www.news.okezone.com. 5. Sigit A. Pelajar SMA Target Sasaran Pengguna

Narkoba. [diunduh 8 November 2015]. Tersedia dari: http://www.krjogja.com.

6. Holzemer WL, Uys L, Makoae L, Stewart A, Phetlhu R, Dlamini PS, Greeff M, Kohi TW, Chirwa M, Cuca Y, Naidoo J. A Conceptual Model of HIV/AIDS Stigma from Five African Countries. Journal of Advanced Nursing. 2007; 58(6). [diunduh 14 September 2015]. Tersedia dari: http://onlinelibrary.wiley.com.

7. Bollinger L, Stover J, Zanou B. The Economic Impact of AIDS in Cote d'Ivoire. [diunduh 22 November 2015]. Tersedia dari: http://www. policyproject.com.

8. Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE). 2012. [diunduh 29 Juli 2015]. Tersedia dari: http://www.pom.go.id. .

9. Dahlan MS. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Deskrptif, Bivariat, dan Multivariat Dilengkapi Aplikasi Menggunakan SPSS. Jakarta : Salemba Medika; 2011.

10. Harper GW, Bangi AK, Sanchez B, Doll M, Perdaza A. A Quasi-Experimental Evaluation of A Community-Based HIV Prevention Intervention For Mexican American The Shero's Program. AIDS Education and Prevention. 2009; 21. [diunduh 22 September 2015]. Tersedia dari: http://www.guilfordjournals.com.

11. Takahashi LM, Tobin KE, To S, Ou S, Ma CH, Ao FKW, Candelario J. Chieh Mei Ching Yi: A Randomized Controlled Trial of A Culturally Tailored HIV Prevention Intervention for Chinese Massage Parlor Women in Los Angeles. AIDS Education and Prevention. 2013; 25(6). [diunduh 28 oktober 2015]. Tersedia dari: http:// www.guilfordjournals.com.

12. Salsabila. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan. 19 April 2009. [diunduh 30 September 2015]. Tersedia dari: http://

salsabilashafiraadin.blogspot.co.id.

13. Robin L, Dittus P, Whitaker D, Crosby R, Ethier K, Mezzof J, Miller K, Pappas-Deluca K. Behavioral Interventions to Reduce Incidence of HIV, STD, and Pregnancy Among Adolescents:

(8)

A Decade in Review. Journal of Adolescent Health. 2004; 34:3-26. [diunduh 13 Oktober 2015]. Tersedia dari: http://www.researchgate. net.

14. Babalola S, Fatusi A, Anyanti J. Media Saturation, Communication Exposure and HIV Stigma in Nigeria. Social Science Medicine. 2009; 68(8). [diunduh 14 September 2015]. Tersedia dari: http://ncbi.nlm.nih.gov.

15. Mbonu NC, Borne Bvd, De Vries NK. Review Article Stigma of People with HIV/AIDS in Sub-Saharan Africa : A Literature Review. Journal of Tropical Medicine. 2009. [diunduh 25 Agustus 2015]. Tersedia dari: http://www.hindawi.com. 16. Glanz K, Rimer BK, Vishwanath K. Health

Behavior and Health Education, Theory Research and Practice 4th Edition: Josey Bass A Wiley Imprint; 2008. [e-book].

17. BKKBN, BPS, Kemenkes RI, USAID. Survei

Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012

Kesehatan Reproduksi Remaja. 2013. [diunduh 16 September 2013]. tersedia dari: http://www. bkkbn.go.id.

18. Lamb K, Pengetahuan Masyarakat Indonesia tentang HIV/AIDS Masih Rendah. [diunduh 9 Februari 2016]. Tersedia dari: http://www. voaindonesia.com.

19. Zebua A. Dampak Perkembangan Teknologi Informasi. 2015. [diunduh 17 Agustus 2016]; Tersedia dari: http;//www.kompasiana.com. 20. Seks Bebas itu Pilihan! [diunduh 9 Februari

2016]. Tersedia dari: http://www.news.okezone. com.

Gambar

Tabel 1. Skor Pengetahuan, Persepsi, Stigma dan Perilaku Pencegahan HIV/AIDS Sebelum Pemberian                 Intervensi (Pretest)
Gambar 3. Penurunan Rerata Stigma Nilai Pretest                     dan Posttest pada Kelompok Single,                     Multiple dan Kontrol

Referensi

Dokumen terkait

1) Matapelajaran dalam kelompok Bahasa Asing Lain ditentukan oleh SMA/MA masing- masing sesuai dengan ketersediaan guru dan fasilitas belajar. 2) Sekolah Menengah Atas/Madrasah

Dalam kajian ini, pengkaji telah mengumpul data dan maklumat yang berkaitan serta menjalankan analisis dengan teliti terhadap data-data tersebut supaya dapat menentukan jenis dan

Zuraidah, “ Meningkatkan prestasi Belajar Matematika Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Model STAD (Studi kasus siswa kelas X RPL 5 SMK Negeri 6 Malang tahun

guru, dosen telah mengkondisikan mahasiswa dalam perkuliahan Strategi Belajar- Mengajar dan perkuliahan Perencanaan Pengajaran di Universitas Pendidikan Indonesia,

Berdasarkan teknik pengumpul datanya, maka alat pengumpul data yang digunakan yaitu lembar pengamatan (lembar penilaian kemampuan guru merencanakan dan melaksanakan

Pada Gambar 2 jelas terlihat bahwa perilaku komunikasi aktif mencari informasi, perilaku klarifikasi informasi yang diperoleh, keterdedahan televisi dan suratkabar mengumpul pada

Pemberian pupuk petroganik dengan dosis yang lebih tinggi, tidak secara nyata berpengaruh terhadap kelancaran atau kecepatan pengiriman makanan ke buah, tetapi ada

In Hercules and the Amazon Women film, the position of a man is more superior than a woman is, hence, it contains with the issue of gender where most of a woman