• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Model Pembelajaran Coorperative Learning Examples Non Examples dalam Pembelajaran Sosiologi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X10 Semester 2 SMA N Kebakkramat Tahun Ajaran 2016/2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penerapan Model Pembelajaran Coorperative Learning Examples Non Examples dalam Pembelajaran Sosiologi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X10 Semester 2 SMA N Kebakkramat Tahun Ajaran 2016/2017"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COORPERATIVE LEARNING EXAMPLES NON EXAMPLES DALAM PEMBELAJARAN SOSIOLOGI

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X10 SEMESTER 2 SMA N KEBAKKRAMAT

TAHUN AJARAN 2016/2017

Rachmad Bayu Prasetyo, Nurhadi, dan Siti Rochani

Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

barjak24@yahoo.com

ABSTRACT

Rachmad Bayu Prasetyo. K8413063. THE IMPLEMENTATION OF

COORPERATIVE LEARNING EXAMPLES NON EXAMPLES IN SOCIOLOGY LEARNING TO IMPROVE STUDENT ACHIEVEMENT OF CLASS X10 SEMESTER 2 SMA N KEBAKKRAMAT ACADEMIC YEAR 2016/2017. Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education. University of March. July, 2017.

The purpose of this research is through the implementation of Coorperative Learning Examples Non Examples in Sociology learning to improve student achievement of class X10 semester 2 SMA N Kebakkramat academic year 2016/2017.

This research is a Classroom Action Research (CAR). This research conducted on two cycles, each cycle consist of planning phase, action phase, interpretation phase, analysis and reflection phase. The subjects of this research were students of class X10 SMAN Kebakkramat academic year 2016/2017 amounting to 35 students. Data resources derived from the teacher and students. The main technique used in data collection were observation and written test, while interviews and documentation were used as the supporting techniques. This research used descriptive quantitative data analysis techniques.

The result of this research showed that implementation of Coorperative Learning Examples Non Examples can improve student achievement in the subjects of Sociology class X10 SMAN Kebakkramat. It is proven by the increase of student achievement on pre-cycle, first cycle, and second cycle. In the pre cycle, the average value of the students were 57,2 on the scale from 0-100. Then increased to 73 in the first cycle, and 83,6 in the second cycle. Students who pass the KKM (75) on pre cycle were 0 student (0%), then on first cycle students who pass the KKM increased to 17 students (48,6%), and in the second cycle students who pass the KKM to 100 students (100%).

Keywords: Class Action Research, Examples Non Examples, Student Achievement.

(2)

ABSTRAK

Rachmad Bayu Prasetyo. K8413063. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COORPERATIVE LEARNING EXAMPLES NON

EXAMPLES DALAM PEMBELAJARAN SOSIOLOGI UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X10 SEMESTER 2 SMA N KEBAKKRAMAT TAHUN AJARAN 2016/2017. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Juli 2017.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menerapkan model pembelajaran Coorperative Learning tipe Examples Non Examples dalam pembelajaran sosiologi untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X10 Semester 2 SMA N Kebakkramat Tahun Ajaran 2016/2017.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap interpretasi, tahap analisis dan refleksi atas tindakan yang telah dilakukan. Dalam setiap sikus dilakukan selama tiga pertemuan. Subjek penelitian adalah siswa kelas X10 SMAN Kebakkramat tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 35 siswa. Sumber data berasal dari guru dan siswa. Teknik utama dalam pengumpulan data menggunakan observasi dan tes tertulis, sementara teknik pendukung dengan menggunakan wawancara dan dokumentasi. Analisis data dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Coorperative Learning Examples Non Examples dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sosiologi kelas X10 SMAN Kebakkramat. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan hasil belajar prasiklus, siklus I, dan siklus II. Dalam prasiklus, nilai rata-rata adalah 57,2 dalam skala 0-100. Kemudian meningkat menjadi 73 pada siklus I, dan 83,6 pada siklus II. Jumlah siswa yang mendapat nilai diatas KKM (75) pada pra siklus adalah 0 siswa (0%), kemudian pada siklus I jumlah siswa yang mendapat nilai diatas KKM meningkat menjadi 17 siswa (48,6%), dan pada siklus II jumlah siswa yang mendapat nilai diatas KKM menjadi 100 siswa (100%).

(3)

PENDAHULUAN

Pada hakekatnya, pendidikan merupakan proses interaksi antar peserta didik dengan individu lain atau lingkungannya, sehingga terjadi perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Selama ini pendidikan selalu berkembang dari waktu ke waktu, perkembangan ditujukan untuk menambahkan hal-hal yang kurang pada sistem pendidikan sebelumnya. Bahkan perkembangan pendidikan juga dilakukan dengan tujuan agar pendidikan yang diberikan kepada peserta didik dapat menyesuaikan pada kehidupan yang dialami oleh peserta didik. Hal ini agar pendidikan tidak hanya terjadi pada saat peserta didik berada di sekolah, tetapi sampai peserta didik lulus dari sekolah, bahkan hingga peserta didik mencapai usia tua. Oleh karena itu muncul SHGRPDQ ³SHQGLGLNDQ VHSDQMDQJ KD\DW´ GLPDQD pendidikan harus dilakukan sejak individu lahir sampai individu tersebut meninggal dunia.

Untuk membentuk proses belajar berkualitas yang nantinya akan berdampak meningkatnya hasil belajar peserta didik, semua aspek pendidikan haruslah bekerja keras untuk menempuh itu semua. Tak jarang beberapa sekolah menerapkan suatu kurikulum berdasarkan SDM (Sumber Daya Manusia) pada sekolah tersebut. Hal tersebut jelas harus diperhatikan, mengingat kemampuan guru untuk melaksanakan proses pembelajaran sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa. Disinilah tingkat kompetensi guru diuji untuk menciptakan peserta didik yang berkualitas.

Pada saat peneliti melakukan observasi di kelas X10 SMAN Kebakkramat, masalah-masalah tersebut masih ada. Ketika guru melaksanakan proses pembelajaran sosiologi dengan materi nilai dan norma, guru hanya berdiri didepan kelas sambil membacakan LKS dan menjelaskan isi dari LKS tanpa adanya komunikasi dua arah antara guru dan peserta didik.

(4)

Setelah peneliti bertanya kepada guru apakah sebelumnya guru pernah menggunakan metode mengajar dengan cara lain, ternyata guru tersebut tidak pernah mengganti metode mengajarnya, hal ini berarti sang guru selalu menggunakan metode seperti itu (metode ceramah) dalam setiap proses mengajar. Bahkan pada awal pembelajaran sosiologi (jam ke 7) masih ada peserta didik yang terlihat bosan dan mengantuk, hal ini dibuktikan dari 35 peserta didik, masih ada 6 peserta didik (4 laki-laki dan 2 perempuan) yang tidur-tiduran di atas meja saat mendengarkan materi dari guru. Saat guru menanyakan apakah ada materi yang kurang dimengerti oleh peserta didik, peserta didik pun hanya diam sambil masih berpangku tangan tidak ada yang menyampaikan pertanyaan kepada guru. Bahkan di tengah-tengah pelajaran, 3 dari 35 siswa masih terlihat berpangku tangan, 2 diantaranya sibuk menggambar pada lembar lks. Rasa malas yang dialami oleh peserta didik inilah

yang menyebabkan minat peserta didik tentang sosiologi menurun dan berimbas pada penurunan hasil belajar peserta didik. Hal ini dapat dilihat pada nilai Mid Semester Ganjil yang dilakukan bulan Oktober kemarin, dimana siswa kelas X10 tidak ada yang mencapai nilai KKM (75) pada mata pelajaran sosiologi.

Untuk menangani masalah tersebut peneliti berkonsultasi terhadap guru dan pembimbing, hingga akhirnya guru meminta peneliti untuk mencari metode pembelajaran yang selain dapat meningkatkan hasil belajar juga dapat menghidupkan suasana kelas dengan cara kerja kelompok, karena sebelumnya guru tidak pernah melaksanakan pengajaran dengan kerja kelompok. Setelah peneliti mengajukan beberapa metode pembelajaran, akhirnya peneliti dan guru sepakat untuk memilih model pembelajaran

Coorperative Learning tipe

Examples Non Examples. Metode Examples Non Examples ini merupakan salah satu metode yang menuntut peserta didik

(5)

untuk ikut aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan guru menjadi seorang fasilitator yang memberikan fasilitas kepada peserta didik untuk memilih, dan menyelesaikan masalah yang telah disiapkan dengan kelompoknya. Alasan utama guru dan peneliti memilih metode Examples non Examples ini karena peneliti menganggap dengan metode ini maka siswa dituntut untuk dapat mendeskripsikan masalah (dalam gambar), kemudian juga dapat memberikan penjelasan dan pendapat tentang masalah dalam gambar. Selain itu siswa yang kurang aktif dalam kelompok juga dituntut untuk mau memberikan ide dan gagasan mengenai masalah yang disajikan dalam gambar. Dengan hal itu maka siswa mau tidak mau harus ikut aktif dalam berfikir, dan berimbas pada pemahaman materi yang nantinya akan berpengaruh pada hasil belajar peserta didik.

KAJIAN PUSTAKA 1. Hakikat Belajar

a. Pengertian Belajar

Menurut Suyono dan Hariyanto (2011: 9), belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian.

Sedangkan Sudjana (Jihad & Haris, 2013: 2) berpendapat, belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek yang ada pada individu yang belajar.

b. Prinsip Belajar

Ada beberapa prinsip dalam belajar yang diutarakan oleh Agus Suprijono (2009 : 4-5) antara lain sebagai berikut :

Pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin

(6)

dicapai. Belajar adalah proses sistematik yang dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar. Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.

2. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Agus Suprijono (2009 : 5-7), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Hasil belajar dalam kelas yang digunakan untuk penelitian PTK ini memang tergolong cukup rendah. Hal ini mengacu pada nilai rapor dan nilai mid semester ganjil yang cukup rendah dibanding dengan hasil kelas lain. Inilah tujuan utama peneliti menggunakan kelas X10 dalam penelitian tindakan kelas ini guna meningkatkan hasil belajar siswa kelas X10.

3. Model Pembelajaran

Coorperative Learning

a. Pengertian Model Pembelajaran Coorperative Learning

Suprijono (2009 : 54-68) menyatakan bahwa ada beberapa istilah untuk menyebut pembelajaran berbasis sosial yaitu pembelajaran koorperative

(coorperative learning) dan

pembelajaran kolaboratif. Panitz membedakan kedua hal tersebut. Pembelajaran kolaboratif didefinisikan sebagai falsafah mengenai tanggung jawab pribadi dan sikap menghormati sesama. Peserta didik bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusahan menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada mereka. Guru bertindak sebagai fasilitator, memberikan dukungan tetapi tidak mengarahkan kelompok ke arah hasil yang telah disiapkan sebelumnya. Bentuk-bentuk assesment oleh sesama peserta didik digunakan untuk melihat hasil prosesnya.

Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk

(7)

bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertetu pada akhir tugas.

b. Metode-Metode Model Pembelajaran Coorperative Learning

Dalam bukunya yang berjudul Cooperative Learning, Agus Suprijono (2009 : 89-102) menyatakan bahwa ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam model pembelajaran coorperative learning, yaitu sebagai berikut : 1) Jigsaw, 2)

Think-Pair-Share, 3) Numbered

Heads Together, 4) Examples Non Examples, 5) Two Stay Two Stray, 6) Make A Match, 7) Listening Team.

4. Metode Pembelajaran Examples Non Examples

a. Pengertian Model Pembelajaran Examples Non Examples

Mengenai pengertian model pembelajaran examples non

examples, Huda (2013: 234)

EHUSHQGDSDW ³Examples non

examples merupakan strategi

pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media untuk PHQ\DPSDLNDQ PDWHUL SHODMDUDQ ´

Mengenai pengertian model pembelajaran Examples Non

Examples, Hamdani (2011: 94)

EHUSHQGDSDW ´Examples non examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat diperoleh dari kasus atau gambar \DQJ UHOHYDQ GHQJDQ .' ´

Model Example non Example ini bertujuan mendorong siswa untuk belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan.

b. Kelebihan Model Pembelajaran

Coorperative Learning tipe

Examples Non Examples

Sedangkan mengenai kelebihan model pembelajaran

(8)

Examples Non Examples, Huda (2013: 236) berpendapat, ³.HOHELKDQ VWUDWHJL LQL DGDODK siswa lebih kritis dalam menganalisis gambar; 2) siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar; dan 3) siswa diberi kesempatan untuk PHQJHPXNDNDQ SHQGDSDWQ\D ´ c. Kekurangan Model Pembelajaran

Coorperative Learning tipe

Examples Non Examples

Sedangkan mengenai kelemahan model pembelajaran

Examples Non Examples, Huda

(2013; 236) berpendapat, ³6HPHQWDUD LWX VWUDWHJL LQL MXJD memiliki kelemahan karena tidak semua materi pelajaran dapat disajikan dalam bentuk gambar, selain karena persiapannya yang terkadang membutuhkan waktu ODPD ´

5. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

a. Pengertian PTK

Wardhani dan Wihardit (2011 : 1.3) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan satu penelitian pula, yang dengan sendirinya

mempunyai berbagai aturan dan langkah yang harus diikuti. Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action Research, yaitu satu Action Research yang dilakukan di kelas.

Haryono (2015 : 23) menyatakan bahwa PTK atau Penelitian Tindakan Kelas merupakan terjemahan dari bahasa inggris ³FODVVURRP DFWLRQ UHVHDUFK´ yang saat ini sedang berkembang dengan pesatnya di negara-negara maju seperti Inggris, Amerika, Australia, dan Canada. McNiff (1999 : 1) dalam bukunya yang berjudul Action Research Principles and PracticE memandang PTK sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan kurikulum, pengembangan sekolah, pengembangan keahlian mengajar, dan sebagai salah satu bentuk evaluasi guru.

b. Karakteristik PTK

Penelitian Tindakan Kelas mempunyai beberapa karakteristik

(9)

yang sedikit berbeda bila dibandingkan dengan penelitian formal lainnya (Haryono, 2015 : 26-27). Beberapa karakteristik tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Masalah yang diangkat untuk dipecahkan melalui PTK harus berasal dari persoalan praktik pembelajaran sehari-hari yang dihadapi guru (on te job problem oriented).

2) Peneliti memberikan perlakuan (treatment) yang berupa tindakan terencana untuk memecahkan masalah dan sekaligus meningkatkan kualitas yang dapat dirasakan implikasinya oleh subyek yang diteliti.

3) Konsep tindakan dalam PTK diterapkan melalui urutan yang terdiri dari beberapa tahap daur ulang atau siklus (siclic).

4) PTK berlingkup makro, dilakukan dalam lingkup kecil, bisa satu kelas atau beberapa kelas di satu sekolah sehingga tidak terlalu

menghiraukan

kerepresentatifan sampel. 5) PTK berlingkup makro,

dilakukan dalam lingkup kecil, bisa satu kelas atau beberapa kelas di satu sekolah sehingga tidak terlalu menghiraukan

kerepresentatifan sampel. 6) Pada PTK, peneliti (guru)

tetap melaksanakan tugas mengajarnya sehari-hari di kelas, dan guru sebagai peneliti dapat melakukan perubahan-perubahan atau pemecahan masalah untuk memperbaiki atau meningkatkan pembelajaran. 7) PTK adalah jenis penelitian

terapan yang melibatkan peneliti secara aktif dan langsung, mulai dari pembuatan rancangan penelitian, rencana tindakan, hingga pada penerapannya dengan modifikasi intervensi yang sesuai dengan perkembangan kelas.

8) PTK bersifat fleksibel dan adaptif, membolehkan perubahan-perubahan selama

(10)

dalam masa penelitian, tidak menghiraukan kontrol demi kepentingan pelaksanaan yang lebih terfokus pada penelitian (on the experimentation) dan inovasi. 9) PTK dapat dilaksanakan

secara kolaboratif

(collaborative), yaitu

kerjasama di antara guru dan teman sejawat, atau kepala sekolah dan pakar pendidikan, untuk berbagi kepakaran dan pemahaman terhadap fenomena yang diteliti.

c. Tujuan dan Manfaat PTK

Haryono (2015 : 28-29) memaparkan bahwa secara umum PTK mempunyai tujuan sebagai berikut :

1) Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya dalam mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan di luar kelas. 2) Timbulnya budaya meneliti

yang terkait dengan prinsip sambil bekerja dapat melakukan penelitian di bidang yang ditekuninya.

3) Diperolehnya pengalaman nyata yang berkaitan erat dengan usaha peningkatan kualitas secara profesional maupun akademik.

4) Mewujudkan proses penelitian yang mempunyai manfaat ganda.

METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Tempat penelitian ini adalah SMAN Kebakkramat, terletak di Jl. Nangsri, desa Kebakkramat, kecamatan Kebakkramat, kabupaten Karanganyar. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap kelas X10 SMAN Kebakkramat tahun pelajaran 2016/2017 mulai dari bulan Januari sampai bulai Februari yang dilakukan secara bertahap. Subjek penelitian tindakan kelas (PTK) ini difokuskan pada siswa kelas X10 SMAN Kebakkramat yang terdiri dari 35 siswa, terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 25 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 siklus, tiap siklus terdiri dari 3 pertemuan.

(11)

Siklus I dilaksanakan pada tanggal 1 Maret 2017 (pertemuan pertama), 8 Maret 2017 (pertemuan kedua), dan 15 Maret 2017 (pertemuan ketiga). Sedangkan siklus II dilaksanakan pada tanggal 5 April 2017 (pertemuan pertama), 19 April 2017 (pertemuan kedua), dan 26 April 2017 (pertemuan ketiga). Penelitian ini dilakukan dengan melibatkan peran guru dan peserta didik (siswa) di dalam kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan model pembelajaran Coorperative Learning Examples Non Examples untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Data diperoleh dari peserta didik yang berupa hasil belajar dan juga hasil observasi, guru sebagai kolaborator, dan peneliti sebagai pelaku penelitian. Data-data tersebut dapat diperoleh melalui teknik observasi, teknik wawancara, dan juga teknik dokumentasi. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis data kuantitatif. Teknik analisis data dilakukan

selama dan setelah proses pembelajaran yang dilaksanakan guru bersama siswa. Adapun data dan informasi adalah dalam bentuk hasil tes tertulis (selama proses pembelajaran). Sedangkan penelitian dianggap berhasil apabila hasil penelitian telah mencapai atau melebihi indikator keberhasilan penelitian, yaitu sekurang-kurangnya 70% siswa atau minimal 24 siswa mendapat nilai hasil belajar sosiologi lebih dari atau sama dengan 75 (tujuh puluh lima) dan sekurang-kurangnya 75 nilai rata-rata kelas dalam pembelajaran sosiologi.

HASIL PENELITIAN 1. Data Pratindakan

Kegiatan pratindakan dilakukan dengan 2 tahap, yaitu tahap pertama dilakukan ketika jam ke 3 pelajaran dan berupa penyajian materi yang dilakukan oleh guru, sedangkan pada tahap kedua dilakukan pada jam pelajaran ke 4 yang berupa tes pratindakan atau prasiklus dengan cara meberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan

(12)

beberapa soal yang telah dibuat oleh peneliti. Pembuatan soal ini tidak lepas dari pengawasan guru, oleh karena itu guru menyuruh peneliti untuk membuat soal sosiologi berdasarkan pada bank soal ataupun lks sosiologi siswa agar tidak melenceng dari KI (Kompetensi Inti) dan KD (Kompetensi Dasar).

Kegiatan pratindakan ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 8 Februari 2017 pada jam pelajaran ke 3 dan ke 4 mata pelajaran Sosiologi. Pada saat observasi prtindakan, guru datang tepat waktu dan mulai melakukan proses pembelajaran Sosiologi materi perilaku menyimpang. Kegiatan ini diikuti oleh semua siswa kelas X10 SMAN Kebakkramat yang berjumlah 35 orang. Dalam tindakan pra siklus, peneliti menemukan beberapa kekurangan pada kegiatan pembelajaran. Berikut kekurangan-kekurangan yang peneliti temukan saat kegiatan pratindakan :

a. Pembelajaran terpusat pada guru (teacher center)

b. Guru tidak menerapkan variasi model pembelajaran. c. Guru kurang tegas kepada

siswa yang kurang disiplin. d. Terbatasnya sarana dan

prasarana (buku paket dan media pembelajaran) dalam kegiatan pembelajaran.

e. Kurangnya antusias dan minat siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi.

f. Sejumlah siswa masih memiliki nilai rendah dan tidak memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Dari 35 siswa yang mengikuti ujian pada pratindakan atau pra siklus, diperoleh rata-rata nilai 57. Dengan nilai tertinggi terletak pada angka 67 dengan siswa yang berinisial ESNV, sedangkan nilai terendah terletak pada angka 39 dengan siswa yang berinisial ANO. Pada tes pra siklus ini siswa yang memperoleh nilai tuntas (KKM 75) adalah 0 siswa, sedangkan siswa yang memperoleh nilai tidak tuntas (KKM 75) adalah 35 siswa. Pada tes pratindakan belum ada siswa

(13)

yang mencapai nilai KKM (75). Bahkan masih ada siswa yang nilainya anjlok ke bawah yaitu dengan inisial ANO. Hal ini dinilai wajar karena memang pada prasiklus atau pratindakan, model pembelajaran yang dilakukan masih berupa model pembelajaran biasa yang sering diterapkan oleh guru, artinya guru belum menerapkan model pembelajaran lain yang mungkin lebih diminati dan cocok untuk siswa.

2. Hasil Tindakan Siklus I

Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini, peneliti dan guru memutuskan bahwa penelitian yang dilakukan meliputi 2 siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Tiap siklus terbagi dalam 3 pertemuan, yaitu pertemuan pertama berupa penyampaian materi, pertemuan kedua berupa penerapan metode dengan kelompok, dan pertemuan ketiga berupa pre-tes untuk mengetahui hasil belajar peserta didik setelah penerapan model pembelajaran Examples Non Examples.

Berdasarkan hasil diskusi antara guru dan peneliti,

disepakati bahwa pelaksanaan tindakan siklus I akan dilaksanakan selama 3 kali pertemuan berturut-turut, yaitu pertemuan pertama akan dilaksanakan pada hari Rabu, 1 Maret 2017 (jam ke 3-4), pertemuan kedua akan dilaksanakan pada hari Rabu, 8 Maret 2017 (jam ke 3-4), dan pertemuan ketiga akan dilaksanakan pada hari Rabu, 15 Maret 2017 (jam ke 3-4).

Berdasarkan hasil dari pelaksanaan tes tertulis pada siklus I, maka dapat diketahui nilai rata-rata kelas sebesar 73. Perolehan nilai rata-rata pada siklus I dapat dikatakan mengalami peningkatan dibandingkan nilai rata-rata pada tes prasiklus, yaitu sebesar 57,2. Dari 35 siswa di kelas X10 SMAN Kebakkramat , terdapat 17 siswa yang mendapat nilai diatas KKM, tetapi masih terdapat 18 siswa yang mendapat nilai dibawah KKM. Dilihat dari nilai rata-rata dan juga jumlah siswa yang memperoleh nilai diatas

(14)

KKM (nilai tuntas), pada siklus I ini jelas mengalami kenaikan.

Berdasarkan temuan data pada siklus I, penerapan model pembelajaran Coorperative

Learning tipe Examples Non

Examples pada kelas X10 SMAN

Kebakkramat telah dapat meningkatkan aspek hasil belajar siswa dari kegiatan prasiklus atau pratindakan. Dalam siklus I ini dapat dilihat bahwa aspek hasil belajar belum mencapai batas indikator keberhasilan penelitian, dimana batas hasil belajar siswa mendapat nilai rata-rata sebesar 75 tetapi dalam siklus I hanya mendapat nilai rata-rata sebesar 73. Dan juga presentase ketuntasan siswa masih belum memenuhi batas indikator keberhasilan penelitian, dimana batas presentasi ketuntasan siswa adalah 70% tetapi dalam siklus I hanya mencapai 48,6%.

Berdasarkan hasil analisis dan refleksi antara guru dan peneliti, dapat diidentifikasikan beberapa kelemahan yang terjadi dalam pelaksanaan siklus I. Berikut peneliti uraikan

kelemahan yang terjadi dalam pelaksanaan siklus I, yaitu sebagai berikut:

1) Guru terlihat canggung dan masih kurang menguasai teknis pelaksanaan model pembelajaran Coorperative Learning tipe Examples Non Examples.

2) Siswa masih terlihat kebingunan terhadap penerapan model pembelajaran Coorperative Learning tipe Examples Non Examples.

3) Guru kurang menguasai suasana kelas.

Berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan oleh guru dan peneliti, maka dapat dilakukan perencanaan perbaikan sebagai tindakan yang akan dilakukan pada siklus II, yaitu sebagai berikut:

1) Guru akan lebih mendalami metode pembelajaran Examples Non Examples ini, dan juga peneliti beserta guru akan membuat pembelajaran siklus II lebih inovatif dan sedikit berbeda dibandingkan

(15)

dengan siklus I yang nantinya akan dicantumkan dalam RPP siklus II.

2) Guru akan lebih memberikan gambaran umum mengenai materi pembelajaran yang akan dipelajari pada pertemuan pertama siklus II. 3) Peneliti memberikan saran kepada guru untuk lebih tegas terhadap siswa yang membuat gaduh, hal ini dilakukan untuk meminimalisir pemecahan konsentrasi siswa lain, dengan sikap guru yang lebih tegas maka guru dapat menjaga suasana kelas yang lebih kondusif.

4) Guru dan peneliti akan mencari bahan yang lebih menarik dalam proses pembelajaran, terutama bahan untuk diskusi kelompok pada pertemuan kedua siklus II nantinya.

3. Hasil Tindakan Siklus II

Dalam pelaksanaan siklus II penelitian tindakan kelas (PTK) ini, tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan siklus I. Pelaksanaan

siklus II difokuskan untuk menutupi kekurangan yang terjadi pada siklus I dengan cara menerapkan refleksi yang telah dibuat pada siklus I. Penerapan refleksi ini diharapkan dapat membantu guru dan siswa khususnya agar tercapai kriteria keberhasilan penelitian, yaitu perolehan nilai 75 sebagai nilai minimum rata-rata, dan juga presentase sebesar 70% siswa atau minimal 24 siswa dalam satu kelas mendapat nilai yang mencapai atau melebihi batas KKM, yaitu 75.

Pelaksanaan siklus II ini akan dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, yaitu pertemuan pertama akan dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 5 April 2017, pertemuan kedua akan dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 19 April 2017, dan pertemuan ketiga akan dilaksanakan pada hari Rabu, tangal 26 April 2017.

Pada pelaksanaan siklus II, peneliti masih menggunakan tes evaluasi untuk mengetahui dampak dari penerapan model

(16)

pembelajaran Coorperative

Learning tipe Examples Non

Examples terhadap hasil belajar siswa kelas X10 SMAN Kebakkrmat yang diperoleh melalui tes tertulis. Tes tertulis dilakukan pada pertemuan ketiga siklus II, yaitu pada hari Rabu, tanggal 19 April 2017 pada jam pelajaran ke-3 dan ke-4. Tes tersebut terdiri dari 20 soal objektif, dan 4 soal essay.

Berdasarkan hasil dari pelaksanaan tes tertulis pada pertemuan ketiga siklus II, maka dapat diketahui nilai rata-rata kelas sebesar 83,6. Dalam hal perolehan nilai rata-rata kelas, terlihat mengalami peningkatan yang cukup tinggi dibandingkan nilai rata-rata pada saat siklus I, yaitu sebesar 73. Dari 35 siswa kelas X10 SMAN Kebakkramat juga sudah mencapai nilai diatas KKM, yaitu sejumlah 35 siswa mendapat nilai diatas KKM, dan 0 siswa mendapat nilai dibawah KKM. Terlihat sangat jelas semua siswa kelas X10 SMAN Kebakkramat mengalami kenaikan nilai. Hasil rata-rata

kelas juga mengalami kenaikan dibanding dengan siklus I, yaitu dari rata-rata 73 menjadi 83,4. Sedangkan mengenai ketuntasan siswa, pada siklus I terdapat 17 siswa yang mendapat nilai diatas KKM (75) dan 18 siswa yang mendapat nilai di bawah KKM, dan pada siklus II mengalami peningkatan, dimana sejumlah 35 siswa mendapat nilai di atas KKM, dan 0 siswa mendapat nilai di bawah KKM.

Dari kesimpulan siklus II, dapat diketahui bahwa metode pembelajaran Coorperative

Learning tipe Examples Non

Examples dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa kelas X10 SMAN Kebakkramat. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan rata-rata dari 73 di siklus I menjadi 83,6 di siklus II. Bahkan jumlah siswa yang mendapat nilai diatas KKM juga meningkat, dari 17 siswa mendapat nilai diatas KKM di siklus I, menjadi 35 siswa mendapat nilai diatas KKM di siklus II. Walaupun masih ada beberapa siswa yang hanya mengalami sedikit kenaikan pada

(17)

siklus II ini, tapi secara keseluruhan siswa kelas X10 SMAN Kebakkramat mengalami kenaikan. Mengingat sudah tercapainya kriteria keberhasilan penelitian, maka penelitian tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya.

PEMBAHASAN

Dalam penerapan model pembelajaran Coorperative

Learning tipe Examples Non

Examples ini, proses

pembelajaran tidak hanya berjalan satu arah, melainkan berjalan secara dua arah, jadi siswa dituntut untuk aktif dalam proses pembelajaran dan guru hanya berperan sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran. Hal ini memungkinkan siswa untuk ikut serta dalam prose pembelajaran. Model pembelajaran Coorperative

Learning tipe Examples Non

Examples memang didesain untuk

menghidupkan suasana kelas dimana metode ini menuntut siswa untuk aktif dan mampu berpikir kritis dalam menjawab segala pertanyaan dari guru

ataupun siswa lain, siswa juga dituntut untuk mau dan mampu mempertahankan pendapatnya.

Dalam pembelajaran

Coorperative Learning tipe

Examples Non Examples, siswa

juga harus dapat mampu memecahkan masalah terhadap masalah yang diberikan guru melalui contoh kasus (examples). Pemecahan masalah tersebut pastinya dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, hal tersebut sesuai dengan pernyataan Suprijono (2009: 10) bahwa kegiatan belajar memecahkan masalah merupakan tipe kegiatan belajar dalam usaha mengembangkan kemampuan berpikir. Berpikir adalah aktivitas kognitif tingkat tinggi. Berpikir melibatkan asimilasi dan akomodasi berbagai pengetahuan dan struktur kognitif atau skema kognitif yang dimiliki peserta didik untuk memecahkan persoalan. Dalam kegiatan belajar pemecahan masalah peserta didik terlibat dalam berbagai tugas, penentuan tujuan yang ingin

(18)

dicapai dan kegiatan untuk melaksanakan tugas. Jika pernyataan tersebut dikaitkan dengan model pembelajaran Coorperative Learning Examples Non Examples, maka akan sangat cocok karena Examples Non

Examples menggunakan contoh

kasus yang memungkinkan siswa untuk dapat berpikir kritis dalam memecahkan kasus yang sedang mereka hadapi, jadi siswa tidak KDQ\D PHQJHWDKXL ³DSD´ \DQJ terjadi pada suatu kasus, tapi juga PHQJHWDKXL ³PHQJDSD´ GDQ ³EDJDLPDQD´ NDVXV WHUVHEXW GDSDW terjadi. Examples Non Examples akan sangat cocok apabila dikaitkan dengan teori belajar konstruktivistik.

Menurut Suprijono (2009: 39) teori konstruktivistik yaitu:

Konstruktivisme

beraksentuasi belajar sebagai proses operatif, bukan figuratif. Belajar operatif adalah belajar memperoleh dan menemukan struktur pemikiran yang lebih umum yang dapat digunakan pada bermacam-macam situasi. Belajar operatif tidak hanya menekankan pada pengetahuan deklaratif

SHQJHWDKXDQ WHQWDQJ ³DSD´

namun juga pengetahuan struktural (pengetahuan WHQWDQJ ³PHQJDSD´ VHUWD pengetahuan prosedural (pengetahuan tentang ³EDJDLPDQD´ %HODMDU figuratif adalah belajar memperoleh pengetahuan dan penambahan pengetahuan.

Dari pernyataan diatas menunjukkan bahwa teori kontruktivisme lebih menekankan agar siswa mampu menyelesaikan suatu kasus dengan kritis, tidak hanya penjelasan mengenai suatu kasus, tetapi juga alasan mengenai penyebab ataupun dampak dari suatu kasus.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran Coorperative

Learning tipe Examples Non

Example dapat meningkatkan

hasil belajar siswa kelas X10 SMAN Kebakkramat. Hal ini terbukti dari data awal yaitu nilai mid semester ganjil, perolehan nilai rata-rata kelas adalah 50 dengan jumlah siswa yang mendapat nilai di atas KKM adalah 0 siswa atau presentase 0%, dan pada saat pratindakan atau prasiklus (sebelum

(19)

menggunakan metode Examples Non Examples) perolehan nilai rata-rata kelas adalah 57,2 dengan jumlah siswa yang mendapat nilai di atas KKM adalah 0 siswa atau presentase 0%. Sedangkan pada siklus I (setelah menggunakan metode Examples Non Examples), nilai ratai-rata kelas mengalami peningkatan dari 57,2 (pratindakan) menjadi 73 dengan jumlah siswa yang mendapat nilai di atas KKM juga meningkat dari 0 siswa atau presentase 0% (pratindakan) menjadi 17 siswa atau presentase 48,6%. Pada siklus II, nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan dari 73 (siklus I) menjadi 83,6 dengan jumlah siswa yang mendapat nilai di atas KKM juga meningkat dari 17 siswa atau presentase 48,6% (siklus I) menjadi 35 siswa atau presentase 100%. Maka dari itu, data-data di atas menunjukkan bahwa model pembelajaran

Coorperativre Learning tipe

Examples Non Examples terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X10 SMAN Kebakkramat.

SIMPULAN

Penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan di kelas X10 SMAN Kebakkramat dilakukan dalam 2 siklus. Dalam setiap siklus terdiri dari 3 kali pertemuan, dimana pertemuan pertama digunakan untuk penyampaian materi dengan metode Examples Non Examples, pertemuan kedua digunakan untuk penerapan metode Examples Non

Examples dengan cara kerja

kelompok, dan pertemuan ketiga digunakan untuk pelaksanaan tes evaluasi guna mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar setelah penggunaan metode Examples Non Examples.

Data awal peneliti berasal dari nilai mid semester ganjil kelas X10, yaitu pada mid semester ganjil kelas X10 mendapat rata-rata kelas sebesar 50 (KKM 75) dengan jumlah siswa yang mendapat nilai tidak tuntas mencapai 35 siswa, dan jumlah siswa yang mendapat nilai tuntas adalah 0 siswa (0%). Pada saat pratindakan, didapat rata-rata kelas adalah 57,2 (KKM 75)

(20)

dengan jumlah siswa yang mendapat nilai tidak tuntas adalah 35 siswa, dan jumlah siswa yang mendapat nilai tuntas adalah 0 siswa (0%). Pada siklus I, rata-rata kelas mengalami peningkatan yaitu menjadi 73 (dari 57,2 pada saat prasiklus) dengan jumlah siswa yang mendapat nilai tidak tuntas adalah 18 siswa, dan jumlah siswa yang mendapat tuntas adalah 17 siswa (48,6%). Selanjutnya pada tahap siklus II (menggunakan model pembelajaran Coorperative

Learning tipe Examples Non

Examples) rata-rata kelas juga mengalami peningkatan yaitu menjadi 83,6 (dari 73 pada saat siklus I) dengan jumlah siswa yang mendapat nilai tidak tuntas adalah 0 siswa, dan jumlah siswa yang mendapat nilai tuntas adalah 35 siswa (100%).

Dari hasil tersebut sudah jelas bahwa penelitian pada tahap II dinyatakan berhasil karena sudah mencapai kriteria keberhasilan penelitian, yaitu perolehan nilai rata-rata kelas minimal adalah 75, dan presentasi

siswa yang mendapat nilai tuntas (KKM 75) adalah 70% atau minimal 24.

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Suprijono. (2009).

Coorperative Learning :

Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta : Pustaka Belajar Hamdani. (2011). Strategi Belajar

Mengajar. Bandung. Pustaka Setia.

Haryono. (2015). Bimbingan Teknik Menulis Penelitian

Tindakan Kelas (PTK).

Yogyakarta : Penerbit Amara Books

Huda, Miftahul. (2013).

Model-Model Pengajaran dan

Pembelajaran: Isu-Isu

Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Jihad, A. & Haris, A. (2013).

Evaluasi Pembelajaran.

Yogyakarta. Multi Pressindo. Suyono. & Hariyanto. (2011).

Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar. Bandung. Remaja Rosdakarya Offset.

Wardhani, I. & Wihardit, K. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Universitas Terbuka.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk 4 (empat) bulan kedua, ketiga dan keempat, PIHAK KEDUA akan memperoleh subsidi biaya transport yang diberikan oleh perguruan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Kebutuhan guru-guru PAUD akan inovasi model- model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran di Taman Kanak-kanak,

Berkaitan dengan fenomena yang dihadapi SMPN 2 Mengwi, ada tiga aspek yang difokuskan dalam dalam usaha memberikan kontribusi ilmu pengetahuan, yaitu: model

Selisih Mean rasio keuangan Net Income Growth terbesar dan tidak signifikan terdapat antara Perusahaan Efek dan Perusahaan Leasing dengan.

Perancangan karya tugas akhir desain komunikasi visual tentang perancangan desain instruksional kepada petani kopi masa pasca panen di jumprit temanggung diharapkan dapat

[r]

sealing apical opening of the root canal caused by External Root Resorption combined with custom cast post and core and lithium dis- ilicate aesthetic restoration for

Bertepatan dengan tajuk khutbah pada hari ini mengenai Budaya Infaq, di kesempatan ini mimbar ingin mengajak sidang Jumaat sekalian untuk bersama-sama berinfaq untuk saudara kita